Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KIMIA POLIMER

“LIGNIN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9

WULAN SARI BAKARA (RSA1C117008)


TIURMA REFINA LESTARI SILABAN (RSA1C117011)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. YUSNAIDAR, S.Si, M.Si

PENDIDIKAN KIMIA REGULER A

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan tugas
mata kuliah Kimia Polimer yaitu makalah dengan judul “Lignin” ini tepat pada
waktunya. Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
Dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas, petunjuk kepada
penulis sehingga termotivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan, bantuan dan doa serta pengertian yang besar
kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam mengupas


materi di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika
maupun teknik penulisannya. Kiranya tiada lain karena keterbatasan kemampuan
dan pengalaman penulis yang belum luas dan mendalam. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik yang membangun tentunya penulis harapkan, sebagai masukan
yang berharga demi kemajuan penulis di masa mendatang.

Demikianlah makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat


bagi penulis khususnya, bagi pembaca umumnya, dalam memberikan informasi
tentang Lignin.

Jambi, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


..1

1.2 Rumusan Masalah ..1


1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II. PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Lignin 3


2.2 Sumber-Sumber Lignin di Alam 4
2.3 Struktur Kimia dan Struktur Polimer dari Lignin 5
2.4 Sifat-sifat Lignin 6
2.5 Perilaku Termal Lignin 6
2.6 Aplikasi atau Kegunaan Lignin 6

2.7 Ekstrasi da Isolasi Lignin 10

BAB. III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komponen kimia kayu sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh faktor
tempat tumbuh, iklim, dan letaknya di dalam batang atau cabang. Pada komponen
kimia kayu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat eksraktif masing-
masing sangat dibutuhkan oleh tumbuhan.

Lignin pada kayu berasosiasi dengan selulosa dan hemiselulosa dan


berperan sebagai pengikat antara individu sel kayu. Kadar lignin kayu (25- 30%)
yang terdapat di antara sel dan di dalam sel menyebabkan kayu menjadi keras dan
kaku sehingga mampu menahan tekanan mekanis yang besar dan
bertanggungjawab terhadap perubahan dimensi kayu akibat fluktuasi kadar air.
Lignin merupakan polimer yang sangat melimpah dan berpotensi dimanfaatkan
berkaitan dengan aplikasi-aplikasi polimer. Sebagian besar lignin yang diproduksi
dalam proses pembuburan kayu dibakar sebagai bahan bakar pada tempat
pembuburan kayu. Sementara konsumsi polimer sintetis dunia seperti perekat
semakin meningkat. Karena jumlahnya besar, alami dan merupakan produk yang
dapat diperbaharui, lignin mempunyai potensi besar untuk penggunaan beberapa
industri. Akan tetapi lignin mempunyai keterbatasan pemanfaatan secara
komersial disebabkan oleh sifat kimia dan fisikanya yang rumit dan
karakteristiknya yang sangat bervariasi. Oleh karena itu, lignin merupakan
polimer alam yang menarik untuk modifikasi kimia.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan lignin?

2. Bagaimana sumber-sumber lignin di alam?

3. Bagaimana struktur kimia dan struktur polimer dari lignin?

4. Bagaimana sifat-sifat dari lignin?

4
5. Bagaimana perilaku termal lignin?

6. Apa saja aplikasi atau kegunaan dari lignin?

7. Bagaimana ekstraksi dan isolasi dari lignin?

5
Tujuan Penulisan

Tujuan pada makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan lignin

2. Dapat mengetahui sumber-sumber lignin di alam

3. Dapat memahami struktur kimia dan struktur polimer dari lignin

4. Dapat memahami sifat-sifat dari lignin

5. Dapat mengetahui perilaku termal lignin

6. Dapat mengetahui apa saja aplikasi atau kegunaan dari lignin

7. Dapat mengetahui ekstrasi dan isolasi dari lignin

Manfaat Penulisan

Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang lignin. Dari hal tersebut akan
menambah pengetahuan kepada penulis dan pembaca.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Lignin
Lignin pertama kali disebut dalam 1813 oleh ahli botani Switzerland A.
P. de Candolle, yang digambarkan sebagai berserabut, tanpa rasa bahan,
larut dalam air dan alkohol tapi larut dalam lemah alkali penyelesaian, dan
yang boleh dicetuskan dari penyelesaian menggunakan asid. Dia bernama
bahan "lignine", yang berasal dari kata Latin lignum, makna kayu. Ia adalah
salah satu yang paling banyak organik polimer di Bumi. Lignin merupakan
30% bukan fosil organik karbon dan 20-35% massa kering kayu.
2.2 Pengertian Lignin
Lignin merupakan komponen kimia dan morfologi yang karakteristik
dari jaringan tumbuhan tinggi, seperti pteridovita dan spermatofita
(gymnosperm dan angiosperm), dimana ia terdapat dalam jaringan vaskuler
yang khusus untuk pengangkutan cairan dan memberikan kekuatan mekanik
sedemikian rupa sehingga tumbuhan yang besar seperti pohon yang
tingginya lebih dari 100 m tetap dapat berdiri kokoh.
Secara umum, lignin adalah salah satu komponen penyusun tumbuhan
yang biasa terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak.
Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Gugus-gugus
fungsi sangat mempengaruhi reaktivitas lignin, terdiri dari hidroksil fenolik,
hidroksil benzilik dan gugus karbonil.

2.3 Sumber-Sumber Lignin di Alam


Secara umum komponen kimia kayu daun lebar mengandung lignin
± 22%, sedangkan untuk kayu daun jarum mengandung lignin 27-33%.
Lignin diperoleh dari kayu sebagai hasil sampingan proses pembuburan
kayu. Ampas tebu adalah salah satu bahan limbah yang di dalamnya masih
terdapat lignin. Ampas tebu adalah hasil samping dari proses ekstraksi
cairan tebu. Ampas tebu yang dipergunakan adalah ampas tebu setelah
proses penggilingan ke lima kali dari proses pembuatan gula. Lignin
merupakan komponen terbesar yang terdapat dalam larutan sisa pemasak,
karena itu proses isolasi lignin lebih memungkinkan. Tanaman yang

7
mengandung lignin antara lain adalah eceng gondok, bambu beru, pinus
merkuri, pohon kayu putih Eucalyptus).

Kadar lignin didalam Tumbuhan


Komponen lignoselulosa merupakan bagian terbesar yang
menyusun tumbuh tumbuhan. Komponen ini terdiri dari selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Lignoselulosa yang terdapat dalam limbah
pertanian terdiri dari 40 – 60 % selulosa, 20 – 30 % hemiselulosa, dan
15 – 30 % lignin. Susunan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam sel
tanaman sangat kompleks. Hemiselulosa bersama lignin membalut
serta menyatukan serat-serat selulosa. Wujud dari tiga dimensi lignin
mengakibatkan struktur sel tanaman bersifat pasif dan kaku. Susunan
yang kompleks tersebut mengakibatkan proses pemisahan komponen-
komponen ini cukup rumit.
Rasio ini bisa berbeda-beda tergantung jenisnya. Rasio antara
selulosa/hemiselulosa dan lignin merupakan salah satu faktor penentu
dalam identifikasi kesesuaian jenis tanaman untuk pengolahan
selanjutnya sebagai sumber energi. Selulosa adalah polimer glukosa,
yang terdiri dari rantai lurus unit monomer (1,4)-D-glukopiranosa (C6),
di mana setiap unitnya dihubungkan dalam konfigurasi  pada posisi 1–
4, dengan berat molekul sekitar 100.000. Hemiselulosa adalah
campuran polisakarida (dari monomer C5 dan C6), terdiri hampir
seluruhnya adalah gula seperti glukosa, manose, xilosa, arabinosa dan
yang lainnya dengan berat molekul rata-rata sekitar 30.000. Berbeda
dengan selulosa, ikatan unit monomer pada hemiselulosa adalah
bercabang terikat erat secara acak dan ke permukaan setiap mikrofibril
selulosa. Adapun untuk lignin, meski struktur tepatnya belum bisa
dipastikan, namun lignin dapat dianggap sebagai grup amorf tiga
dimensi yang terdiri dari struktur metoksi fenilpropana. Ada tiga
monomer utama yang membentuk struktur lignin (monolignol) adalah:
alkohol p-koumaril, koniferil, dan sinapil. molekul total
(Bahri,Syamsul.2015).

8
2.4 Struktur Kimia dan Struktur Polimer dari Lignin
2.4.1 Struktur Kimia Lignin

Struktur kimia lignin tidak beraturan dan memiliki unit penyusun yang
berbeda yang berikatan dengan tidak sistematis. Berikut rumus kimianya :
C9H10O2,C10H12O3,C11H14O4. Lignin bersifat hydrophobic secara alami dan
mengandung tiga ko-polimer dimensional dari unsur-unsur aromatik dan alifatik
dengan bobot molekul yang sangat tinggi yaitu hidroksil, metoksil dan gugus
karbonil.

2.4.2 Struktur Polimer Lignin


Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan polisakarida
karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana: unit
guaiacyl (G) dari prekusor trans-koniferil alkohol, unit syringyl (S) dari prekusor
trans-sinapil alkohol, dan p- hidroksipenil (H) dari prekusor trans-p-koumaril
alkohol . Unit-unit fenilpropana ini kemudian berikatan dengan struktur-struktur
minor sehingga membentuk suatu jaringan polimer yang dikenal dengan nama
lignin.
Lignin kayu lunak atau lignin softwood tersusun atas struktur unit guaiasil
atau seringkali disingkat G dengan jumlah mencapai 90% dan 10% struktur unit
p-kumaril alkohol. Sedangkan lignin kayu keras atau kayu daun lebar atau lignin
hardwood umumnya tersusun atas struktur unit guasil–siringil atau disingkat G-S
yang persentasenya tergantung pada jenis kayu, umur kayu, tempat dan iklim
tumbuh

9
Gambar 2. Struktur Lignin

2.5 Sifat-Sifat dari Lignin

Lignin adalah polimer berkadar aromatik-fenolik yang tinggi, berwarna


kecoklatan, dan relatif lebih mudah teroksidasi. Lignin memiliki berat
molekul yang bervariasi antara 1000 sampai dengan 20.000, tergantung pada
sumber biomassanya. Lignin relatif stabil terhadap aksi kebanyakan larutan
asam mineral, tetapi larut dalam larutan basa panas dan larutan ion bisulfit
(HSO3-) panas. Lignin mempunyai titik pelunakan dan titik leleh yang
rendah, lignin kayu melunak pada 80 – 90 °C (basah) dan 120 °C (kering)
dan meleleh pada 140 – 150°C. Hasil analisis pada 10 jenis kayu
menunjukkan bahwa kandungan selulosa bervariasi 42,03- 54,95%, lignin
22,66-35,20%, pentosan 15,36-17,15%, kadar air 3,95 -10,99%, kadar abu
0,56-2,89%, kadar silika 0,12-0,84%. Kelarutan dalam air dingin 1,29-
5,55%, kelarutan dalam air panas 4,41-11,19%, kelarutan dalam alkohol -
benzena 2,95-4,60% dan kelarutan dalam NaOH 1% 10,35 - 22,89%. Lignin
lebih mudah larut dalam air pada proses sulfat (kraft), karena adanya ion ion
hidroksil dan hidrogen sulfida. Seperti yang dikemukakan oleh Sjostrom
(1995), adanya ion hidrogen sulfida sangat membantu delignifikasi karena
nukleofilisitas mereka yang berat jika dibandingkan dengan ion-ion
hidroksil. Pemecahan ikatan-ikatan eter didorong oleh ion-ion hidroksil dan
hidrogen sulfida, juga akan menghasilkan kenaikan hidrofilisitas lignin

10
karena pelepasan gugus-gugus hidroksi fenol. Lignin yang terdegradasi larut
dalam lindi pemasakansebagai natrium fenolat.
Beberapa sifat-sifat lignin adalah tidak larut dalam air, berat molekul
berkisar antara 2000-15.000, molekul lignin mengandung gugus hidroksil,
metoksil dan karboksildan bila didegradasi oleh basa akan membentuk
turunan benzena. Lignin yang kemudian menjadi Lignosulfonat merupakan
turunan lignin yang mengandung sulfonat yangmemiliki gugus hidrofil
(gugus sulfonat, fenil hidroksil, dan alkohol hidroksil) dan gugus hidrofob
(rantai karbon) sehingga termasuk ke dalam kelompok surfaktan anionik.
Lignin adalah bahan aromatik, bersifat amorpous yang mengandung fenol,
methoxyl, hydroxyl dan kelompok penyusun lainnya. Lignin bersifat tidak
larut dalam kebanyakan pelarut organik. Lignin yang melindungi selulosa
bersifat tahan terhadap hidrolisa yang disebabkan oleh adanya ikatan alkil
dan ikatan eter. Pada suhu tinggi, lignin dapat mengalami perubahan struktur
dengan membentuk asam format, metanol, asam asetat, aseton, vanilin dan
lain-lain. Sedangkan bagian lainnya mengalami kondensasi.

2.6 Perilaku Termal Lignin


Kesulitan utama di dalam kimia lignin adalah tidak ada metoda
yang mapan untuk mengisolasikan lignin dalam kondisi asli dari serat.
Lignin dianggap sebagai suatu polimer termoplastik yang memperlihatkan
adanya temperatur transisi glass di sekitar 90°C dan meleleh pada
temperatur sekitar 170°C. Lignin tidak terhidrolisis oleh asam, hanya dapat
larut di dalam alkali panas, dapat teroksidasi, dan dengan mudah
terkondensasi dengan fenol.

2.7 Polimerisasi Lignin


Polimerisasi lignin terjadi karena bergabungnya satu monome dengan
monomer lainnya yang sedang tumbuh atau disebut polimerisasi ekor. Radikal
penoksi yang bermacam-macam menyebabkan lignin bercabang dan membentuk
struktur tiga dimensi. Polimerisasi lignin diawali oleh dehidrogenasi enzimatik
monolignol. Monolignol dioksidasi oleh peroksida lakase menjadi radikal penoksi
yang sangat reaktif tetapi dapat distabilkan dengan penambahan air atau gugus
hidroksil. Reaksi tersebut menghasilkan banyak tipe ikatan dengan ikatan yang

11
paling dominan adalah gugus Arylgycerol-B-aryl ether. Monolignol tersebut
disintesis melalui jalur fenil-propanoid yang diinisiasi dari deaminasi fenilalanin
oleh enzim fenilalanin ammonia-liase.
Enzim-enzim yang berkaitan dengan biosintesis lignin diantaranya
phenylalanine ammonia-lyase (PAL), CoA-o-methyltransferase (CoAoMT), 4-
Coumarate CoA ligase (4CL), cinnamoyl-CoA reductase (CCR), dan cinnamyl
alcohol dehydrogenase (CAD) (Hambali,2007). Enzim enzim yang terlibat
didalam jalur biosintesis lignin yang mulai di konversi fenilalanin pembentukan
monolignol, yaitu:

12
2.8 Aplikasi dan Kegunaan Lignin
2.7.1 aplikasi lignin
Lignin berada di antara individu sel dan di dalam dinding sel. Di
antara sel lignin berperan sebagai pengikat antara sel, dan di dalam sel lignin
berasosiasi dengan selulosa dan hemiselulosa. Keberadaan lignin di antara
sel dan di dalam sel menyebabkan kayu menjadi keras dan kaku sehingga
mampu menahan tekanan mekanis yang besar. Lignin juga
bertanggungjawab terhadap perubahan dimensi kayu akibat fluktuasi kadar
air.

Karena jumlahnya besar, alami dan merupakan produk yang dapat


diperbaharui, lignin mempunyai potensi besar untuk penggunaan beberapa
industri untuk menggantikan bahan bakar minyak yang semakin berkurang
dan mahal. Lignosulfonat digunakan sebagai bahan pendispersi dan
penstabil pada oil well-drilling muds, tinta cetak, dyes, beton, asphalt
extender, perekat, pembuatan pellet pakan, briket kayu, dan tekstil. Lignin
sulfat dapat dimanfaatkan sebagaimana halnya lignosulfonat, tetapi proses
pemurniannya lebih mahal. Kegunaan yang penting adalah zat pendispersi
dan zat pemantap serta aditif dalam karet, resin dan plastik.

Polimer lignin juga dapat didegradasi menjadi produk dengan bobot molekul
rendah. Dalam proses kraft, produk ini meliputi metil markaptan dan dimetil

13
sulfida. Jika lindi hitam (lignin buangan pembuburan kayu) dipanaskan pada
suhu 200-300°C dengan kehadiran sulfur, produk dimentilsulfida terjadi
lebih banyak. Dimetil sulfida berguna sebagai pelarut garam-garam
anorganik. Hasil oksidasi dimetil sufida ialah dimetil sulfoksida (DMSO)
dan dimetil sulfon, DMSO merupakan pelarut dengan sifat istimewa.
Lignin merupakan bahan baku pembentuk Lignosulfonat sebagai salah satu
jenis surfaktan anionik yang digunakan sebagai bahan baku pada injeksi
surfaktan untuk meningkatkan perolehan produksi minyak.

Karena lignin mengandung sejumlah besar cincin-cincin benzena


aktif, lignin yang terdegradasi cepat bereaksi cepat beraksi dengan
formaldehid , yang menyebabkan pengembangan komersial terbatas dalam
bidang bahan-bahan perekat kayu lapis. Sulfonat-sulfonat lignin yang
diperoleh dari pembuburan kayu juga dipakai sebagai bahan perekat, asphalt
extender, dan oil-well drilling mud additives. Usaha-usaha terus dilanjutkan
selama bertahun tahun untuk memodifikasi lignin agar bisa dipakai sebagai
plastik-plastik teknik. Reaksi dengan propilena oksida misalnya,
mnghasilkan turunan-turunan hidroksi-propil yang telah dikonversi ke poli
uretana termoset

2.7.2 kegunaan lignin

Lignosulfonat

Lignosulfonat (LS) adalah lignin yang mengandung gugus


sulfonat dan merupakan salah satu senyawa larut air, yang dapat
diproduksi dari bahan nabati. Senyawa lignosulfonat dapat
diperoleh dari: 1) larutan sisa pemasak limbah industri pulp (lindi
hitam) proses sulfit dengan cara ultrafiltrasi; 2) proses sulfonasi
isolat lignin (Gargulak dan Lebo 2000; Bhattacharya et al. 2005).
Struktur senyawa lignosulfonat yang diusulkan oleh
Gargulak dan Lebo (2000) dapat dilihat pada Gambar 3.

14
Gambar 3 Struktur senyawa lignosulfonat. M= Na; Ca (Gargulak
dan Lebo 2000).

Produk-produk lignosulfonat dapat berupa amonium lignosulfonat,


kalsium lignosulfonat, natrium lignosulfonat dan seng
lignosulfonat. Senyawa-senyawa lignosulfonat tersebut dapat
diperoleh dengan mengubah gugus hidroksil (- OH) yang
terdapat pada lignin dengan garamnya seperti amonium, kalsium,
natrium maupun seng (Wesco Technology 1995).
Secara umum pasar untuk lignosulfonat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu komoditas dan khusus. Untuk pasar komoditas
hampir sebagian besar menggunakan lignosulfonat berasal dari
cairan buangan pulping tanpa proses lebih lanjut, sedangkan untuk
pasar khusus sebagian besar menggunakan lignosulfonat yang
sudah dimodifikasi atau yang berasal dari lignin kraft proses
sulfonasi.
Gargulak dan Lebo (2000) melaporkan kegunaaan

15
lignosulfonat, antara lain pada:
Pasar komoditas:

1. Campuran semen

Hampir 50% dari lignosulfonat di dunia digunakan untuk


campuran semen. Lignosulfonat berfungsi sebagai bahan
pendispersi pada pasta semen. Dosis yang digunakan adalah 0,1
– 0,3% dari berat semen. Jenisnya yang digunakan untuk
campuran semen adalah kalsium lignosulfonat dan natrium
lignosulfonat.
2. Pakan Ternak

Fungsi utama lignosulfonat dalam pakan ternak adalah


sebagai bahan pengikat, yaitu dengan cara meningkatkan daya
tahan pakan ternak dan meningkatkan resistensi abrasi. Selain itu
lignosulfonat berfungsi sebagai pelumas, sehingga mengurangi
biaya energi proses ekstruder. Maksimum dosis adalah 4%. Jenis
garam adalah kalsium lignosulfonat dan amonium lignosulfonat.
Lignosulfonat juga berfungsi sebagai bahan tambahan untuk
molasis pakan ternak untuk menurunkan viskositas (memudahkan
pemompaan dan meningkatkan resistensi fermentasi).
3. Pengeboran sumur minyak

Surfaktan lignosulfonat dapat berperan penting pada


proses Enhanced Oil Recovery (EOR) dengan cara menurunkan
tegangan antar muka minyak air, merubah kebasahan (wettability),
bersifat sebagai emulsifier, menurunkan viskositas dan
menstabilkan dispersi sehingga meningkatkan proses recovery
minyak pada sumur minyak. Dosisnya 0,2– 0,5%. Jenis garam
krom dan ferrokrom
4. Hara mikro

Kompleks lignoslufonat dengan ion logam (Ca, Fe, Cu, Mn,


Zn, Mg), menyediakan hara mikro esensial untuk tanaman.

16
Penyemprotan tanaman dengan senyawa kompleks lignosulfonat
dengan metal ion dapat dengan mudah diserap oleh tanaman tanpa
menyebabkan kerusakan pada daun. Selain itu juga bermanfaat
pada tanah. Jenis garam adalah natrium lignosulfonat. Dosis
bervariasi sesuai dengan dosis ion logam.
5. Bahan Pewarna

Lignosulfonat berfungsi sebagai bahan pendispersi utama


pada industri tekstil, cat dan tinta, mencegah terbentuknya koloid
dan menjaga kualitas warna.
6. Keramik

Pada industri keramik yang menggunakan lempung (clay),


lignosulfonat ditambahkan dengan dosis 0,125 – 1 % (b/b) ke
dalam padatan keramik sebagai binder. Untuk mengikat lempung
melalui ikatan hidrogen sehingga pada pembakaran keramik tidak
terjadi keretakkan. Lignosulfonat-akrilat kopolimer telah
dikembangkan yang berfungsi untuk meningkatkan homogenitas
dan menjadikan kekuatan keramik yang lebih tinggi.
Pasar Khusus:

1. Produksi Vanillin

Lignosulfonat juga merupakan bahan baku pembuatan


vanillin. Vanilin diperoleh dengan cara mendegradasi lignosulfonat
yang berasal dari kayu daun jarum dengan oksidasi dalam suasana
basa. Di samping vanilin, lignin kayu daun lebar menghasilkan
siringaldehida karena kandungan gugus-gugus siringilnya. Maka
kayu daun lebar tidak cocok sebagai bahan mentah untuk
pembuatan vanilin.
2. Pestisida

Lignosulfonat digunakan pada formulasi pestisida. Pada


jenis pestisida bubuk yang dilarutkan, lignosulfonat berfungsi
sebagai bahan pendispersi untuk mencegah sedimentasi. Pada
pestisida yang langsung larut dalam air, lignosulfonat yang

17
dimodifikasi digunakan sebagai bahan pencampur. Dosis jenis
pestisida bubuk yang dilarutkan 2 – 10%, pestisida yang
langsung larut dalam air 0,1 – 0,5%.
3. Papan Gipsum

Lignosulfonat digunakan sebagai bahan pendispersi pada pasta


gipsum.

Jenis garam Ca, Na lignosulfonat, dosis 0,1 – 0,3%.

4. Pengolahan Air

Pada pengolahan air, lignosulfonat digunakan sebagai


pendispersi dan penghambat endapan pada boiler dan cooling
towers. Dosis yang digunakan 100 – 500 ppm. Jenis garam
natrium lignosulfonat.

2.8 Modifikasi Lignin

Umumnya kegunaan lignin dapat dibagi menjadi beberapa


kelompok yaitu: a) lignin sebagai bahan bakar, b) lignin sebagai
produk polimer, c) lignin sebagai sumber bahan kimia berbobot
molekul rendah. Penggunaan utama lignin saat ini masih sebagai
sumber energi. Kebanyakan lignin kraft digunakan untuk tujuan-
tujuan energi karena pemulihan bahan-bahan kimia proses
didasarkan pada pembakaran dari lindi hitam bekas pakai.
Penggunaan lignin sebagai bahan polimer dengan sifat-sifat yang
cocok untuk banyak tujuan teknis, namun pasaran lignin atau
produk-produk lignin masih sangat kecil, dikaitkan dengan
besarnya potensi. Diantara sebab-sebab yang membatasinya
adalah struktur kimia lignin dan sifat tidak larutnya dalam
air. Sifat tersebut merupakan hambatan yang berat untuk
penggunaan lignin secara teknis. Untuk menghindari kerugian
karena ketidaklarutannya dalam air, maka lignin- lignin alkali
dapat dimodifikasi menjadi sulfonat-sulfonat yang larut dalam
air dengan proses sulfonasi. Modifikasi lignin umumnya bertujuan

18
membentuk lignin sulfonat atau lignosulfonat melalui proses
sulfonasi dan garamnya, menjadi garam lignosulfonat yang
memiliki kemampuan sebagai surfaktan (Gargulak dan Lebo
2000, Matsushita dan Yasuda 2005).

Metode modifikasi secara kimia meliputi sulfonasi,


sulfoalkilasi, desulfonasi, formulasi, oksidasi, karboksilasi,
aminasi, pembetukkan ikatan silang, depolimerisasi, polimerisasi,
dan kombinasi dari metode tersebut. Modifikasi kimia secara
umum dilakukan untuk memperkuat dispersi atau penyebaran,
kompleksisitas atau sifat-sifat ikatan dari produk akhir (Gargulak
dan Lebo 2000).
Sarkinen (1984, US Patent No. 4,488,907) mereaksikan
lignosulfonat yang berasal dari cairan buangan proses sulfit
industri pulp. Lignosulfonat direaksikan dengan asam nitrit atau
nitrogen dioksida untuk aditif beton yaitu untuk menghambat
karatan baja pada beton. Dilling et al. pada tahun 1998 (US
Patent No. 5,755,830), dan tahun 1999 (US Patent No.
5,980,589) memodifikasi lignin yang berasal dari limbah
industri pulp dengan proses soda dan proses sulfat. Lignin hasil
isolasi, selanjutnya difraksinasi menggunakan membran
ultrafiltrasi, untuk mendapatkan lignin dengan bobot molekul di
atas 3 000. Modifikasi lignin dilakukan dengan sulfonasi dan metil
sulfonasi, yang produknya dimanfaatkan sebagai bahan pendispersi
zat warna tekstil. Dilling et al. (1999) juga mendapatkan paten
(US Patent No. 5,989,299) tentang modifikasi campuran
lignosulfonat dengan senyawa amina untuk meningkatkan

kestabilan zat warna tekstil terhadap suhu sampai 130oC.

Košíková et al. (2000) melakukan konversi lignin dengan


cara alkilasi. Tahap awal lignin dihidrolisis dengan campuran
dioksan : air (9 : 1), selanjutnya dialkilasi dengan laurilbromida
menggunakan katalis piridin. Produk yang dihasilkan
digunakann untuk senyawa aktif permukaan. Chatterji et al.

19
(2000) mendapatkan paten (US Patent No. 6,019,835) untuk
formula campuran semen dengan natrium lignosulfonat yang
dimanfaatkan pada sumur-sumur minyak bumi. Penemuan ini
menyediakan komposisi semen dan natrium lignosulfonat yang
biodegradable sebagai bahan pendispersi. Lignosulfonat diisolasi
dari limbah industri pulp proses sulfit dengan menggunakan
membran ultrafiltrasi untuk mendapatkan bobot molekul sekitar
60 000 – 120 000, terutama bobot molekul sekitar 80 000.
Setiap gugus OH pada lignosulfonat diubah atau dihilangkan, dan
diperoleh natrium lignosulfonat. Sementara itu Gargulak et al.
2001 (US Patent No. 6,238,475), memodifikasi lignosulfonat
yang berfungsi sebagai pendispersi, dengan efek memperlambat
ikatan pada beton dan mengatur gelembung udara dalam beton
(set retarding and air entraining). Lignosulfonat dimodifikasi
melalui reaksi oksidasi dengan amonium hidroksida.
Xiao et al. (2001) melakukan modifikasi lignin yang
diisolasi dari Tandan Kosong Kelapa Sawit, melalui reaksi
esterifikasi dengan suksinat anhidrida. Produk yang dihasilkan
dimanfaatkan sebagai bahan perekat. Alonso et al. (2005)
melakukan modifikasi amonium lignosulfonat melalui fenolasi,
produk yang dihasilkan dimanfaatkan untuk resin. Viswanathan
pada tahun 2005 (US Patent No. 6,972,098) berhasil
menyediakan salutan (coating) yang bermanfaat untuk
pencegahan oksidasi pada logam-logam. Salutan terdiri dari resin
berbentuk film dan polimer konduktif yang secara linier berisikan
ikatan (sistem) terkonjugasi dan residu lignin atau suatu
poliflavonoid sulfonat atau turunan dari lignin sulfonat. Penemuan
ini juga menghasilkan suatu formula lateks sebagai salutan.

2.9 Degradasi lignin

Lignin merupakan senyawa polimer aromatik yang sulit didegradasi dan


hanya sedikit organisme yang mampu mendegradasi lignin, diantaranya

20
kapang pelapuk putih. Kapang mendegradasi lignin menjadi produk
yang larut dalam air dan CO2. Kapang P. chrysosporium dapat
mendegradasi lignin dan berbagai polutan aromatik selama fase
pertumbuhan stationary yang dipacu oleh kekurangan nutrisi dalam
substrat.

Kemampuan jamur dalam mendegradasi lignin disebabkan karena


adanya enzim ekstra seluler yang disekresikan oleh hifa jamur. Enzim
yang dihasilkan oleh P. Chrysosporium ada 3 macam, yaitu: LiP
(Lignin peroksidase), MnP (manganese peroksidase) dan laccase yang
mempunyai peran penting dalam mendegradasi lignin (Suparjo,2008)

Kapang ini menghasilkan dua peroksidase yaitu LiP dan MnP yang
mempunyai peranan penting dalam proses perombakan lignin. LiP
merupakan katalis utama dalam proses ligninolisis oleh kapang karena
mampu memecah unit non fenolik yang menyusun sekitar 90 persen
struktur lignin. LiP dan MnP mempunyai mekanisme yang berbeda
dalam proses ligninolisis. MnP mengoksidasi Mn2+ menjadi Mn3+
yang berperan sebagai dalam pemutusan unit fenolik lignin. LiP
mengkatalis oksidasi senyawa aromatik non fenolik. Mekanisme LiP
dalam dalam mengkatalis reaksi masih belum jelas apakah berinteraksi
langsung dengan lignin atau melalui perantaraan radikal. LiP yang
diaktivasi oleh H2O2 dapat mengoksidasi senyawa fenolik dan non
fenolik dengan mediator veratryl alcohol

21
Skema sistem degradasi lignin oleh Phanerochaete chrysosporium

2.10 Ekstraksi dan Isolasi Lignin


a. Ekstraksi dan Isolasi Lignin TKKS
Lindi hitam merupakan cairan yang dihasilkan dalam proses
delignifikasi limbah TKKS melalui proses ekstraksi. Sampel TKKS
dipotong kecil-kecil dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum dilakukan
ekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode refluks dengan
memanaskan sampel TKKS selama 1 jam. Pelarut yang digunakan dalam
proses ini adalah campuran etanol:akuades 1:1 (v/v) pada pH 8 dengan
penambahan NaOH. Setelah dingin, sampel disaring untuk mendapatkan
filtrat (lindi hitam).

Lindi hitam diisolasi menggunakan proses organosolv untuk mendapatkan


isolat lignin. Lindi hitam ditambahkan dengan akuades dengan
perbandingan lindi hitam : akuades 1:7 (v/v). Lindi hitam diasamkan
hingga pH 2 menggunakan asam sulfat kemudian diaduk menggunakan
magnetic stirer selama 30 menit pada suhu 60 oC. Lindi hitam

22
diendapkan selama 30 menit kemudian disaring dan dicuci dengan akuades
pH 2 yang dibuat dengan menambahkan sedikit demi sedikit H2SO4
kedalam akuades hingga pH 2. Padatan yang diperoleh dikeringkan dalam
oven suhu 60 °C diikuti penyimpanan di dalam desikator. Padatan yang
dihasilkan disebut isolat lignin yang akan dianalisis kemurnian, kadar air
dan kadar abu.

b. Isolasi lignin dari ampas tebu


Ampas tebuadalah salah satu bahan limbah yang di dalamnya masih
terdapat lignin. Ampas tebu yang telah diayak dengan sieve shaker
dimasukkan ke dalam labu leher 3 dan direfluks dengan dengan 3 jenis
larutan yaitu etanol selama 8 jam, air selama2 jam dan selanjutnya larutan
natrium hidroksida selama 4 jam. Hasil refluks NaOHtersebut kemudian
disaring dan diencerkan dengan aqudes pada perbandingan 1 : 1kemudian
dinetralkan dengan titrasi asam sulfat pekat (H2SO4 98%) hingga pH=2
,didiamkan minimal 8 jam hingga muncul endapan. Endapan yang
dihasilkan kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70
°C. Endapan yang diperoleh iniadalah lignin hasil isolasi dari ampas tebu
tersebut.

Proses isolasi lignin pada ampas tebu

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Gugus-gugus


fungsi sangat mempengaruhi reaktivitas lignin, terdiri dari hidroksil fenolik,
hidroksil benzilik dan gugus karbonil. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila
dibandingkan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas
unit-unit fenilpropana: unit guaiacyl (G) dari prekusor trans-koniferil alkohol, unit
syringyl (S) dari prekusor trans-sinapil alkohol, dan p- hidroksipenil (H) dari
prekusor trans-p-koumaril alkohol. Lignin dianggap sebagai suatu polimer
termoplastik. Di antara sel lignin berperan sebagai pengikat antara sel, dan di
dalam sel lignin berasosiasi dengan selulosa dan hemiselulosa. Oleh karena
struktur kimia lignin alkali diduga sama dengan resin fenol, sehingga lignin
diharapkan dapat menggantikan resin fenol.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam


pembahasan materi di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam
hal sistematika maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang membangun diterima sebagai masukkan yang berharga demi
kesempurnaan penyajian makalah ini di masa mendatang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arianie, L., dan Idiawati, N. 2010. penentuan Lignin Dan Kadar Glukosa Dalam
Hidrolisis Organosolv Dan Hidrolisis Asam. Sains dan Terapan Kimia,
Vol.5, No. 2

Bahri, syamsul.2015. Pembuatan Pulp dari Batang Pisang. Jurnal teknologi kimia
unimal. Vol 4 no 2 hal 36-40

Lempang, M. 2016. Pemanfaatan Lignin Sebagai Bahan Perekat Kayu. Info


Teknis EBONI . Vol. 13 No. 2
Mudiastuti, Sri, dkk. 2010. Natrium Lignosulfat Sebagai Agen Pendispersi
Pada Bahan Adukan Mortar Green Building. Prosiding Simposium
Nasional Polimer VIII.

Santoso, Adi. 2007. Pemanfaatan Lignin dan Tanin Sebagai Alternatif


Susbstitusi Bahan Perekat Kayu Komposit. Prosiding Simposium
Nasional Polimer V.

Setiati, R., Wahyuningrum, D., dan Kasmungin, S. 2A0n1a6l.isa Spektrum Infra


Red Pada Proses Sintesa Lignin Ampas Tebu Menjadi Surfaktan
Lignosulfonat. Jurusan Teknik Perminyakan FTKE Universitas Trisakti.
ISSN (E) : 2540-7589ISSN (P) : 2460-8696

Syabirin, Gustini. 2009. Pemanfaatan Lignin Kraft Dari Lindi Hitam


Pabrik Pulp Untuk Pembuatan Natrium Lignosulfat Dan Sulfonat
Hidroksimetil Fenol Lignin Asam Sulfat Sebagai Bahan
Pendispersi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Sokanandi, A., Pari, G., Setiawan, D & Saepuloh. 2014. Komponen Kimia
Sepuluh Jenis Kayu Kurang Dikenal : Kemungkinan Penggunaan Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 32
No. 3

Sopyan, I. 2007. Kimia Polimer. Jakarta : PT. Perca

25
Suhartati, S., Puspito,R., Rizali, F., dan Anggraini, D.2016. Analisis Sifat Fisika
dan Kimia Lignin Tandan Kosong Kelapa Sawit asal Desa Sape,
Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Jurnal Kimia VALENSI, Vol 2,
No. 1. -ISSN : 2460-6065

Suryanto, H. 2006. Review Serat Alam : Komposisi, Struktur, Dan Sifat Mekanis.

Jawa timur : Universitas Negeri Malang

Yuris, Cahyani, C., dan Atikah. 2014. Potensi Lignin Untuk Penanganan Logam
Berat Cr(Vi) (Lignin Potentials To Removal Of Cr(Vi). J. Kimia Kemasan,
Vol. 36 No. 1

26

Anda mungkin juga menyukai