“LIGNIN”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
DOSEN PENGAMPU :
Dr. YUSNAIDAR, S.Si, M.Si
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan tugas
mata kuliah Kimia Polimer yaitu makalah dengan judul “Lignin” ini tepat pada
waktunya. Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
Dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas, petunjuk kepada
penulis sehingga termotivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan, bantuan dan doa serta pengertian yang besar
kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh faktor
tempat tumbuh, iklim, dan letaknya di dalam batang atau cabang. Pada komponen
kimia kayu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat eksraktif masing-
masing sangat dibutuhkan oleh tumbuhan.
Rumusan Masalah
4
5. Bagaimana perilaku termal lignin?
5
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang lignin. Dari hal tersebut akan
menambah pengetahuan kepada penulis dan pembaca.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Lignin
Lignin pertama kali disebut dalam 1813 oleh ahli botani Switzerland A.
P. de Candolle, yang digambarkan sebagai berserabut, tanpa rasa bahan,
larut dalam air dan alkohol tapi larut dalam lemah alkali penyelesaian, dan
yang boleh dicetuskan dari penyelesaian menggunakan asid. Dia bernama
bahan "lignine", yang berasal dari kata Latin lignum, makna kayu. Ia adalah
salah satu yang paling banyak organik polimer di Bumi. Lignin merupakan
30% bukan fosil organik karbon dan 20-35% massa kering kayu.
2.2 Pengertian Lignin
Lignin merupakan komponen kimia dan morfologi yang karakteristik
dari jaringan tumbuhan tinggi, seperti pteridovita dan spermatofita
(gymnosperm dan angiosperm), dimana ia terdapat dalam jaringan vaskuler
yang khusus untuk pengangkutan cairan dan memberikan kekuatan mekanik
sedemikian rupa sehingga tumbuhan yang besar seperti pohon yang
tingginya lebih dari 100 m tetap dapat berdiri kokoh.
Secara umum, lignin adalah salah satu komponen penyusun tumbuhan
yang biasa terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak.
Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Gugus-gugus
fungsi sangat mempengaruhi reaktivitas lignin, terdiri dari hidroksil fenolik,
hidroksil benzilik dan gugus karbonil.
7
mengandung lignin antara lain adalah eceng gondok, bambu beru, pinus
merkuri, pohon kayu putih Eucalyptus).
8
2.4 Struktur Kimia dan Struktur Polimer dari Lignin
2.4.1 Struktur Kimia Lignin
Struktur kimia lignin tidak beraturan dan memiliki unit penyusun yang
berbeda yang berikatan dengan tidak sistematis. Berikut rumus kimianya :
C9H10O2,C10H12O3,C11H14O4. Lignin bersifat hydrophobic secara alami dan
mengandung tiga ko-polimer dimensional dari unsur-unsur aromatik dan alifatik
dengan bobot molekul yang sangat tinggi yaitu hidroksil, metoksil dan gugus
karbonil.
9
Gambar 2. Struktur Lignin
10
karena pelepasan gugus-gugus hidroksi fenol. Lignin yang terdegradasi larut
dalam lindi pemasakansebagai natrium fenolat.
Beberapa sifat-sifat lignin adalah tidak larut dalam air, berat molekul
berkisar antara 2000-15.000, molekul lignin mengandung gugus hidroksil,
metoksil dan karboksildan bila didegradasi oleh basa akan membentuk
turunan benzena. Lignin yang kemudian menjadi Lignosulfonat merupakan
turunan lignin yang mengandung sulfonat yangmemiliki gugus hidrofil
(gugus sulfonat, fenil hidroksil, dan alkohol hidroksil) dan gugus hidrofob
(rantai karbon) sehingga termasuk ke dalam kelompok surfaktan anionik.
Lignin adalah bahan aromatik, bersifat amorpous yang mengandung fenol,
methoxyl, hydroxyl dan kelompok penyusun lainnya. Lignin bersifat tidak
larut dalam kebanyakan pelarut organik. Lignin yang melindungi selulosa
bersifat tahan terhadap hidrolisa yang disebabkan oleh adanya ikatan alkil
dan ikatan eter. Pada suhu tinggi, lignin dapat mengalami perubahan struktur
dengan membentuk asam format, metanol, asam asetat, aseton, vanilin dan
lain-lain. Sedangkan bagian lainnya mengalami kondensasi.
11
paling dominan adalah gugus Arylgycerol-B-aryl ether. Monolignol tersebut
disintesis melalui jalur fenil-propanoid yang diinisiasi dari deaminasi fenilalanin
oleh enzim fenilalanin ammonia-liase.
Enzim-enzim yang berkaitan dengan biosintesis lignin diantaranya
phenylalanine ammonia-lyase (PAL), CoA-o-methyltransferase (CoAoMT), 4-
Coumarate CoA ligase (4CL), cinnamoyl-CoA reductase (CCR), dan cinnamyl
alcohol dehydrogenase (CAD) (Hambali,2007). Enzim enzim yang terlibat
didalam jalur biosintesis lignin yang mulai di konversi fenilalanin pembentukan
monolignol, yaitu:
12
2.8 Aplikasi dan Kegunaan Lignin
2.7.1 aplikasi lignin
Lignin berada di antara individu sel dan di dalam dinding sel. Di
antara sel lignin berperan sebagai pengikat antara sel, dan di dalam sel lignin
berasosiasi dengan selulosa dan hemiselulosa. Keberadaan lignin di antara
sel dan di dalam sel menyebabkan kayu menjadi keras dan kaku sehingga
mampu menahan tekanan mekanis yang besar. Lignin juga
bertanggungjawab terhadap perubahan dimensi kayu akibat fluktuasi kadar
air.
Polimer lignin juga dapat didegradasi menjadi produk dengan bobot molekul
rendah. Dalam proses kraft, produk ini meliputi metil markaptan dan dimetil
13
sulfida. Jika lindi hitam (lignin buangan pembuburan kayu) dipanaskan pada
suhu 200-300°C dengan kehadiran sulfur, produk dimentilsulfida terjadi
lebih banyak. Dimetil sulfida berguna sebagai pelarut garam-garam
anorganik. Hasil oksidasi dimetil sufida ialah dimetil sulfoksida (DMSO)
dan dimetil sulfon, DMSO merupakan pelarut dengan sifat istimewa.
Lignin merupakan bahan baku pembentuk Lignosulfonat sebagai salah satu
jenis surfaktan anionik yang digunakan sebagai bahan baku pada injeksi
surfaktan untuk meningkatkan perolehan produksi minyak.
Lignosulfonat
14
Gambar 3 Struktur senyawa lignosulfonat. M= Na; Ca (Gargulak
dan Lebo 2000).
15
lignosulfonat, antara lain pada:
Pasar komoditas:
1. Campuran semen
16
Penyemprotan tanaman dengan senyawa kompleks lignosulfonat
dengan metal ion dapat dengan mudah diserap oleh tanaman tanpa
menyebabkan kerusakan pada daun. Selain itu juga bermanfaat
pada tanah. Jenis garam adalah natrium lignosulfonat. Dosis
bervariasi sesuai dengan dosis ion logam.
5. Bahan Pewarna
1. Produksi Vanillin
17
dimodifikasi digunakan sebagai bahan pencampur. Dosis jenis
pestisida bubuk yang dilarutkan 2 – 10%, pestisida yang
langsung larut dalam air 0,1 – 0,5%.
3. Papan Gipsum
4. Pengolahan Air
18
membentuk lignin sulfonat atau lignosulfonat melalui proses
sulfonasi dan garamnya, menjadi garam lignosulfonat yang
memiliki kemampuan sebagai surfaktan (Gargulak dan Lebo
2000, Matsushita dan Yasuda 2005).
19
(2000) mendapatkan paten (US Patent No. 6,019,835) untuk
formula campuran semen dengan natrium lignosulfonat yang
dimanfaatkan pada sumur-sumur minyak bumi. Penemuan ini
menyediakan komposisi semen dan natrium lignosulfonat yang
biodegradable sebagai bahan pendispersi. Lignosulfonat diisolasi
dari limbah industri pulp proses sulfit dengan menggunakan
membran ultrafiltrasi untuk mendapatkan bobot molekul sekitar
60 000 – 120 000, terutama bobot molekul sekitar 80 000.
Setiap gugus OH pada lignosulfonat diubah atau dihilangkan, dan
diperoleh natrium lignosulfonat. Sementara itu Gargulak et al.
2001 (US Patent No. 6,238,475), memodifikasi lignosulfonat
yang berfungsi sebagai pendispersi, dengan efek memperlambat
ikatan pada beton dan mengatur gelembung udara dalam beton
(set retarding and air entraining). Lignosulfonat dimodifikasi
melalui reaksi oksidasi dengan amonium hidroksida.
Xiao et al. (2001) melakukan modifikasi lignin yang
diisolasi dari Tandan Kosong Kelapa Sawit, melalui reaksi
esterifikasi dengan suksinat anhidrida. Produk yang dihasilkan
dimanfaatkan sebagai bahan perekat. Alonso et al. (2005)
melakukan modifikasi amonium lignosulfonat melalui fenolasi,
produk yang dihasilkan dimanfaatkan untuk resin. Viswanathan
pada tahun 2005 (US Patent No. 6,972,098) berhasil
menyediakan salutan (coating) yang bermanfaat untuk
pencegahan oksidasi pada logam-logam. Salutan terdiri dari resin
berbentuk film dan polimer konduktif yang secara linier berisikan
ikatan (sistem) terkonjugasi dan residu lignin atau suatu
poliflavonoid sulfonat atau turunan dari lignin sulfonat. Penemuan
ini juga menghasilkan suatu formula lateks sebagai salutan.
20
kapang pelapuk putih. Kapang mendegradasi lignin menjadi produk
yang larut dalam air dan CO2. Kapang P. chrysosporium dapat
mendegradasi lignin dan berbagai polutan aromatik selama fase
pertumbuhan stationary yang dipacu oleh kekurangan nutrisi dalam
substrat.
Kapang ini menghasilkan dua peroksidase yaitu LiP dan MnP yang
mempunyai peranan penting dalam proses perombakan lignin. LiP
merupakan katalis utama dalam proses ligninolisis oleh kapang karena
mampu memecah unit non fenolik yang menyusun sekitar 90 persen
struktur lignin. LiP dan MnP mempunyai mekanisme yang berbeda
dalam proses ligninolisis. MnP mengoksidasi Mn2+ menjadi Mn3+
yang berperan sebagai dalam pemutusan unit fenolik lignin. LiP
mengkatalis oksidasi senyawa aromatik non fenolik. Mekanisme LiP
dalam dalam mengkatalis reaksi masih belum jelas apakah berinteraksi
langsung dengan lignin atau melalui perantaraan radikal. LiP yang
diaktivasi oleh H2O2 dapat mengoksidasi senyawa fenolik dan non
fenolik dengan mediator veratryl alcohol
21
Skema sistem degradasi lignin oleh Phanerochaete chrysosporium
22
diendapkan selama 30 menit kemudian disaring dan dicuci dengan akuades
pH 2 yang dibuat dengan menambahkan sedikit demi sedikit H2SO4
kedalam akuades hingga pH 2. Padatan yang diperoleh dikeringkan dalam
oven suhu 60 °C diikuti penyimpanan di dalam desikator. Padatan yang
dihasilkan disebut isolat lignin yang akan dianalisis kemurnian, kadar air
dan kadar abu.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Arianie, L., dan Idiawati, N. 2010. penentuan Lignin Dan Kadar Glukosa Dalam
Hidrolisis Organosolv Dan Hidrolisis Asam. Sains dan Terapan Kimia,
Vol.5, No. 2
Bahri, syamsul.2015. Pembuatan Pulp dari Batang Pisang. Jurnal teknologi kimia
unimal. Vol 4 no 2 hal 36-40
Sokanandi, A., Pari, G., Setiawan, D & Saepuloh. 2014. Komponen Kimia
Sepuluh Jenis Kayu Kurang Dikenal : Kemungkinan Penggunaan Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 32
No. 3
25
Suhartati, S., Puspito,R., Rizali, F., dan Anggraini, D.2016. Analisis Sifat Fisika
dan Kimia Lignin Tandan Kosong Kelapa Sawit asal Desa Sape,
Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Jurnal Kimia VALENSI, Vol 2,
No. 1. -ISSN : 2460-6065
Suryanto, H. 2006. Review Serat Alam : Komposisi, Struktur, Dan Sifat Mekanis.
Yuris, Cahyani, C., dan Atikah. 2014. Potensi Lignin Untuk Penanganan Logam
Berat Cr(Vi) (Lignin Potentials To Removal Of Cr(Vi). J. Kimia Kemasan,
Vol. 36 No. 1
26