adalah meningkatnya logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman,
meningkatkan salinitas, kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat
bifenil, fenol, hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam organik
(propionic dan butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997)
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan
karena mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah
adalah sifat dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah,
temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat
dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis
tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia, 2) tanah termasuk aerasi,
temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan, dan 3) faktor iklim
terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur.
Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif
sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau
dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah
bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang
umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang
mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari
C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan
senyawa protein.
Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup,
maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan
organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami
secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum
dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan
kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 9 ton
per ha bahan organik tiap tahunnya.
Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan
bahan organik:
1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 5 ton per ha, sehingga tidak dapat
memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu,
masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan
peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan
liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah
kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan
seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
9
3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari
pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan
dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup
tanah dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik
sebanyak 1.8 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 5.9 ton per ha untuk
yang berumur 6 bulan.
Pengaruh Bahan Organik terhadap Tanaman
Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik
terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon yang
positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang baik
bagi pertumbuhan dan perkembangannya.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat
pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan
tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui
dekomposisi bahan organik (Brady, 1990).
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon
yang tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan
produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat
meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Selain itu
juga perlu diperhatikan bahwa ketersediaan hara bagi tanaman tergantung pada
tipe bahan yang termineralisasi dan hubungan antara karbon dan nutrisi lain
(misalnya rasio antara C/N, C/P, dan C/S) (Delgado dan Follet, 2002).
Penggunaan bahan organik telah terbukti banyak meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Duong et al. (2006) yang memberikan
kompos berupa jerami pada tanaman padi sudah memberikan pengaruh setelah 30
hari diaplikasikan. Selain itu, juga ditemukan dampak positif lain seperti
meningkatkan ketersediaan makro dan mikronutrien bagi tanaman (Aguilar et al.,
1997)
Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman mengandung bermacammacam
unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman jika telah
mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Sisa tanaman ini memiliki kandungan
unsur hara yang berbeda kualitasnya tergantung pada tingkat kemudahan
10
dekomposisi serta mineralisasinya. Unsur hara yang terkandung dalam sisa bahan
tanaman baru bisa dimanfaatkan kembali oleh tanaman apabila telah mengalami
dekomposisi dan mineralisasi. Menurut Brady (1990), gula, protein sederhana
adalah bahan yang mudah terdekomposisi, sedangkan lignin yang akan lambat
terdekomposisi. Secara urutan, kemudahan bahan yang untuk terdekomposisi
adalah sebagai berikut:
1. Gula, zat pati, protein sederhana mudah terdekomposisi
2. Protein kasar
3. Hemiselulosa
4. Selulosa
5. Lemak
6. Lignin, lemak, waks, dll sangat lambat terdekomposisi
Kemudahan dekomposisi bahan organik berkaitan erat dengan nisbah
kadar hara. Secara umum, makin rendah nisbah antara kadar C dan N di dalam
bahan organik, akan semakin mudah dan cepat mengalami dekomposisi. Oleh
karena itu, untuk mempercepat dekomposisi bahan organik yang memiliki nisbah
C dan N tinggi sering ditambahkan pupuk nitrogen dan kapur untuk memperbaiki
penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk kimia dan atau pupuk
buatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia. Karena
12
keunggulannya tersebut, kompos menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk
kimia karena harganya murah, berkualitas dan akrab lingkungan. Mller-Smann
dan Kotschi (1997) menyimpulkan empat fungsi penting kompos, yaitu:
1. Fungsi nutrisi, nutrisi yang disimpan diubah menjadi bahan organik, jaringan
mikroorganisme, produk sisanya, dan humus. Kompos adalah pupuk yang
lambat tersedia (slow release), hara yang dihasilkan tergantung pada bahan
dasar dan metode pengomposan yang digunakan.
2. Meningkatkan struktur tanah, yaitu melalui peningkatan persentase bahan
organik yang meningkatkan stuktur tanah.
3. Meningkatkan populasi dan aktivitas organisme tanah. Kompos juga
meningkatkan kemampuan mengikat air dan agregat tanah, meningkatkan
infiltrasi, menghalangi terjadinya erosi dan menunjang penyebaran dan
penetrasi akar tanaman.
4. Memperkuat daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa tanaman yang diberi pupuk kompos lebih
tahan terhadap hama dibandingkan tanaman yang tidak diberi kompos maupun
yang tidak dipupuk.
Selama pengomposan, bahan-bahan organik didekomposisi terlebih dahulu
menjadi bentuk-bentuk anorganiknya. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pengomposan adalah kadar air, suplai oksigen, suhu dan pH.
Kadar air (kelembaban) diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Dekomposisi aerob dapat terjadi pada kadar air bahan 30-60%, asalkan dilakukan
pembalikan pada bahan yang dikomposkan. Kadar air yang optimal adalah 5060%. Kadar air yang berlebihan dapat menurunkan suhu dalam gundukan bahanbahan
yang dikomposkan, karena menghambat aliran oksigen serta dihasilkannya
bau.
Suplai oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme
aerobik adalah 5-15% dari udara yang dibutuhkan atau di atas 5% dari volume
gundukan. Oksigen dibutuhkan untuk mendekomposisi limbah organik yang
dikomposkan. Menurut Obeng dan Wright (1987) konsumsi oksigen yang
diperlukan oleh proses pengomposan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1)
tahap dalam pengomposan, 2) suhu, 3) tahap dekomposisi bahan, 4) komposisi
13
bahan yang dikomposkan, 5) ukuran partikel, dan 6) kandungan air. Konsumsi
oksigen nampak bervariasi (meningkat dan menurun) secara logaritmik dengan
perubahan suhu.
Kematangan kompos yang digunakan juga menjadi faktor yang
mempengaruhi cepat aplikasinya ke tanaman. Kriteria kematangan kompos
bervariasi tergantung bahan asal kompos, kondisi dan proses dekomposisi selama
pengomposan. Gaur (1981) menyatakan bahwa ada beberapa parameter untuk
menentukan kematangan kompos, yaitu: 1) karakteristik fisik, seperti suhu, warna,
tekstur dan besarnya kelarutan dalam larutan natrium hidroksida atau natrium
fosfat; 2) nisbah C/N, status dari kandungan hara tanaman, dan nilai kompos yang
ditunjukkan oleh uji tanaman, 3) tidak berbau dan bebas dari patogen parasit dan
biji rumput-rumputan. Kematangan kompos menurut Harada et al. (1993) sangat
berpengaruh terhadap mutu kompos. Kompos yang sudah matang akan memiliki
kandungan bahan organik yang dapat didekomposisi dengan mudah, nisbah C/N
yang rendah, tidak menyebarkan bau yang ofensif, kandungan kadar airnya
memadai dan tidak mengandung unsur-unsur yang merugikan tanaman. Oleh
sebab itu, kematangan kompos merupakan faktor utama dalam menentukan
kelayakan mutu kompos.
Tanaman Jeruk
Tanaman jeruk memerlukan kondisi tanah yang subur, solum yang dalam,
banyak bahan organik, mengandung liat yang tidak terlalu tinggi, sehingga
drainase tanahnya baik. Secara umum, tingkat kemasaman yang terbaik adalah
antara 5.5 6.5. Jika pH di bawah 5.0, sering terjadi keracunan Al dan keracunan
Mn pada akar tanaman. Rendahnya pH tanah juga menyebabkan defisiensi hara
seperti kalsium, magnesium, dan fosfor dan Mo (FFTC, 2003).
Tanaman memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan dan
pembentukan bunga serta buah. Tanah yang banyak mengandung pasir dan muka
air tanah tidak lebih dari 150 cm pada musim kering dan pada musim hujan 50 cm
cocok sekali untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Curah hujan optimum 1500
mm/th ditambah dengan pengairan. Daerah beriklim kering (2-4 bulan atau 4-6
bulan kering yang menurut Smith-Fergusson digolongkan dalam tipe B dan C).
14
Tanaman jeruk memerlukan oksigen yang cukup di dalam tanah sehingga
bila tanah padat atau berdrainase jelek maka tanaman akan kekurangan oksigen,
dan pertumbuhan tanaman akan terhambat. Pertumbuhan akan menjadi baik bila
hujan dan panas silih berganti sepanjang tahun. Jeruk membutuhkan banyak sinar
matahari, yaitu sekitar 50-70%. Keadaan udara yang lembab akan menimbulkan
lebih banyak serangan hama
https://rahmawatyarsyad1989.wordpress.com/bahanajar/dasar-dasar-ilmutanah/bahan-organik-tanah/
IR.RAHMAWATI ARSYAD.MP
2.
Bahan Organik
Pengertian
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang,
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman
tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisasisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan
pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan
menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah
terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisasisa tanaman atau binatang.
Sumber Bahan Organik
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting,
daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis
sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur
karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa,
hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan
unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur
yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik
tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke
lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber
bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan
organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal
dari bagian batuan.
yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah
hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan
jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih
cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun
dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar
25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari
susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen
(40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari
seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
Humus
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh
tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami seranganserangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan
bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro
disebut humus. Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan
tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil,
sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah terdekomposisikan.
Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan
organik banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap
durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat,
yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus
selalu amorf (tidak beraturan bentuknya).
Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna coklat,
amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah
diubah atau dibentuk oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah resisten sama sekali
terhadap kerja bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan regim
suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya humus pada tanah sangat membantu
mengurangi pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah, dalam hal ini humus
merangsang granulasi agregat tanah. Kemampuan humus menahan air dan ion hara
melebihi kemampuan liat. Tinggi daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat
tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus mempunyai beberapa
gugus yang aktif terutama gugus karboksil. Dengan sifat demikian keberadaan humus
dalam tanah akan membantu meningkatkan produktivitas tanah.
Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik
terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar
bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik
memang terkonsentrasi di lapisan atas.
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin,
kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik
dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila
kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu
menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.
Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar
bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan
oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis.
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena
kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi
daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya
kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan
akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling
berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).
Peranan Bahan Organik Bagi Tanah
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan
organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu
sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk
granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang
stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya.
Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur
remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat
diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan
erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena
ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya
sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar
setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber
hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar
organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan
oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari
dekomposisi itu sendiri.
Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur
tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat
yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan
organik. Hai ini berlangsung melalui mekanisme:
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah,
diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh
mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau
hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan
bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.
Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes.
Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam
tanah.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa
organik yang berbentuk rantai panjang.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat
dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan
ikatan hidrogen.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan
bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.
Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga
terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil
dimana biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air
sehingga pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang
tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga dilepaskan oleh proses
mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius seperti yang terjadi pada
pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen tersedia stabil pada level
Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil
mineralisasi oleh mikroorganisme. Mineralisasi merupakan lawan kata dari immobilisasi.
Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada
bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium atau
nitrit. Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman.
Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari
mineral oleh asam humus. Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan
ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor
dan belerang diikat dalam bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan
organik akan mengekstraksi unsur hara dari batuan mineral.
Mempengaruhi kemasaman atau pH. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan
atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan
organik yang ditambahkan. Penurunan pH tanah akibat penambahan bahan organik
dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asamasam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat penambahan bahan organik yang
terjadi pada tanah masam dimana kandungan aluminium tanah tinggi , terjadi karena
bahan organik mengikat Al sebagai senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi .
Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam
kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi
perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu
perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim
lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir.
Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain
terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan
mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah.
akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi
untuk tumbuh.
Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan
organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad
renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan
mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang
dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil
yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi
jasad mikro dalam tanah.
Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik
berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung
untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada
yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi
tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil.
Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah
(porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga
menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga
temperatur optimum yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat
terpenuhi dengan baik.
Meningkatkan efisiensi pemupukan
Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam
tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau
kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat
menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan
mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen dari udara. Keuntungan
penggunaan pupuk hijau antara lain :
mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
mencegah adanya erosi
dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan
gulma jika ditanam pada waktu tanah bero
sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk
inorganik.
Pupuk Seresah
Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang
sudah tidak terpakai. Misalnya jerami kering, bonggol jerami, rumput tebasan, tongkol
jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk penutup tanah karena
pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan pada permukaan tanah di
sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini diantaranya :
dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan pengairan
mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut dan
terbawa air
menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan
menghambat pertumbuhan gulma
menjaga tekstur tanah tetap remah
menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan
memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan tanah
dan sumber humus
Pupuk Kompos
Pupuk Kandang
Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk
karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap tanaman.
Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian dan
peternakan yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian organik.
Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk organik
lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu :
Pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsur-unsur organik yang
dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah
sehingga mudah diolah dan banyak mengandung oksigen. Penambahan pupuk
kandang dapat meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebakan
tanah lebih banyak menahan air lebih banyak sehingga unsur hara akan terlarut dan
lebih mudah diserap oleh bulu akar.
Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting unuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada
pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lainlain.
Pupuk kandang banyak mengandung mikrooganisme yang dapat membantu
pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna
bagi tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat
diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat
digantikan oleh pupuk lain.
PUPUK CAIR
Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk
anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena
unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak
sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.
Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman.
Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat
digunakan sebagai pupuk cair.
Tanah yang tidak menggunakan mulsa akan mudah terkena erosi bila erkena air hujan
maupun pecah-pecah apabila terlalu banyak penguapan. Seperti diketahui bahwa erosi
akan memperburuk kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta tanaman menjadi mudah roboh. Sedangkan kondisi
tanah yang pecah-pecah akan berpengaruh buruk pada perakaran tanaman berupa
putusnya akar.
Dengan adanya mulsa, air hujan yang jatuh akan meresap ke bawah sehingga tidak
terjadi aliran permukaan. Selanjutnya dengan penguapan yang sedikit, air tanah tetap
tersedia bagi tanaman. Karena mulsa berguna untuk mengurangi penguapan,
mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, dan sebagai sumber penambah hara
setelah menjadi pupuk hijau, lahan pertanaman yang menggunakan mulsa akan
menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.
Beberapa jenis pupuk yang termasuk kedalam pupuk organik adalah :
1. Pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur
dengan sisa-sisa makanan ataupun alas kandang. Pupuk kandang berfungsi
menambah unsur unsur hara baik makro maupun mikro kedalam tanah. selain itu pupuk
kandang dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong
kehidupan jasad renik tanah. Pupuk kandang terdiri dari dua komponen asli, yaitu padat
dan cair dengan perbandingan rata-rata 3 : 1.
Kadar rata-rata unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang sangatlah bervariasi.
Variasi ini disebabkan oleh macam atau jenis hewan, umur dan keadaan individu
hewan, jenis makanan, bahan amparan dan cara pengelolaan dan penyimpanan pupuk
kandang sebelum dipakai.
2. Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian tanaman yang masih muda yang
dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan organik dan unsur
hara terutama nitrogen kedalam tanah.
Dari segi biokimia keuntungan dari pemakaian pupuk hijau dapat dikatakan bahwa
dengan pemakaian pupuk hijau berarti menambah persediaan bahan organik tanah.
Disamping itu, tanaman calon pupuk hijau yang tumbuh mempunyai pengaruh terhadap
pengawetan hara tanah karena mengabsorpsi hara, selain itu tanaman pupuk hijau
berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) contohnya Centrosema sp dan
Peuraria javanica.
3. Kompos
Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat
tanah, disamping itu didalam kompos terkandung hara-hara mineral yang berfungsi
untuk penyediaan nutrisi bagi tanaman. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah.
4. Pupuk guano
Guano merupakan deposit atau sedimen yang terdiri dari kotoran binatang, terutama
kotoran burung laut dan kelelawar yang telah mengalami pengaruh alam dalam waktu
relatif lama dan telah mengalami perubahan-perubahan. Unsur hara yang terdapat
didalamnya adalah N dan P dan ada juga guano yang mengandung unsur kalium (K).
Peningkatan porositas tanah ditentukan oleh ukuran dan padatan tanah yang dapat
meningkatkan aerasi, kandungan air, dan menentukan perbandingan tata udara dan
tata air yang baik. Pori-pori akan membentuk jaringan dalam tanah dalam bentuk tiga
dimensi. Udara dalam ruang pori tanah umumnya didominasi oleh gas-gas O2, N2, dan
CO2. Hal ini penting bagi pernafasan mikroorganisme tanah dan akar tanaman, dan
mempengaruhi jumlah mikroba aerobik dan anaerobik tanah.
Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman seperti akar, batang, daun yang
gugur, yang dikembalikan ke tanah.
Bahan organik sangat besar peranannya dalam menyediakan media pertumbuhan dan
perkembangan perakaran.
Diantara peranan bahan organik meliputi:
Menjaga kelembaban bahan organik terutama yang telah menjadi humus dengan
rasio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat bobotnya. Karena
kandungan air tersebut maka humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
Tanah yang mengandung banyak bahan organik dapa menyimpan lebih banyak air
sehingga kelembaban tanah akan terjaga.
Menstabilkan temperatur bahan organik dapat menyerap panas yang tinggi namun
dapat menjadi isolator panas juga karena mempunyai daya hantar panas yang rendah.
Memperbaiki struktur tanah sifat humus dari bahan organik adalah gembur. Bobot
yang rendah, kelembaban tanah yang tinggi serta temperatur tanah yang stabil
meningkatkan kegiatan jasad mikro tanah, sehingga percampurannya dengan bagian
mineral memberikan struktur tanah yang gembur, remah dan mudah dioleh. Struktur
tanah yang demikian merupakan kondisi fisik tanah yang baik untuk media
pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan
memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.
Meningkatkan efisiensi pemupukan pemupukan dengan pupuk organik akan
memberikan tambahan jumlah hara dalam tanah dengan cepat.
Mengurangi erosi.
Pengaruh Bahan Organik Terhadap Produksi Tanaman
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan
belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat
ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan
organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua
kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983).
Bahan tersebut dapat berupa pupuk organik, yang proses perubahannya dapat terjadi
secara alami atau buatan.
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik
secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan
pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara
tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar
organisme tanah,
Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang, daun yang
gugur, yang dikembalikan ke tanah. 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah
besar sekali. Fungsi bahan organik adalah:
Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar
kation tanah menjadi tinggi).
Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik tidak mutlak dibutuhkan di dalam nutrisi tanaman, tetapi untuk nutrisi
tanaman yang efisien, peranannya tidak boleh ditawar lagi. Sumbangan bahan organik
terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik,
kimia dan biologis dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N,
P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme
mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan
lainnya.
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik
berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung
untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah
tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang
diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Sejak perang dunia ke dua,
terdapat suatu peningkatan yang besar hasil tanaman pada beberapa negara. Hasil
tanaman yang lebih besar terutama dimana hanya biji-bijian saja yang dipanen, sisa
sisa tanamna lebih banyak dikembalikan ke lahan dan disini lebih banyak penutupan
oleh tanaman selama musim pertumbuhan.
Pembenaman bahan organik segar dengan nisbah C/N tinggi, seperti batang jagung
(40) dan jerami (80), yang kemudian segera diikuti dengan penanaman memerlukan
nitrogen tambahan. Alternatif lain, waktu tanam ditunda dulu agar dekomposisi
berkesempatan berlangsung lebih lanjut dahulu beberapa hari. Bahan organik segar
dengan nisbah C/N kecil, seperti alfalfa dan kotoran manusia, bisa lebih baik dan
tanahnya dapat langsung ditanami.
June 18, 2007 at 12:46 pm
https://karieeen.wordpress.com/2007/06/18/bahan-organik/
3.
Tanah tersusun dari: (a) bahan padatan, (b) air, dan (c) udara. Bahan padatan
tersebut dapat berupa: (a) bahan mineral, dan (b) bahan organik. Bahan mineral
terdiri dari partikel pasir, debu dan liat. Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah.
Bahan organik dari tanah mineral berkisar 5% dari bobot total tanah. Meskipun
kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (+5%) tetapi memegang peranan
penting dalam menentukan Kesuburan Tanah.
(2) reaksi spesifik berupa mineralisasi dan atau immobilisasi unsur hara essensial
berupa hara nitrogen (N), fosfor (P), dan belerang (S).
(3) pembentukan senyawa-senyawa baru atau turunan yang sangat resisten berupa
humus tanah.
Berdasarkan kategori produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan
organik digolongkan menjadi 2, yaitu:
(1) proses mineralisasi, dan
(2) proses humifikasi.
Proses mineralisasi terjadi terutama terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa
yang tidak resisten, seperti: selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi
dihasilkan ion atau hara yang tersedia bagi tanaman.
Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang
resisten, seperti: lignin, resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi dihasilkan
humus yang lebih resisten terhadap proses dekomposisi.
Urutan kemudahan dekomposisi dari berbagai bahan penyusun bahan organik
tanah dari yang terdekomposisi paling cepat sampai dengan yang terdekomposisi
paling lambat, adalah sebagai berikut:
(1) gula, pati, dan protein sederhana,
(2) protein kasar (protein yang leih kompleks),
(3) hemiselulosa,
(4) selulosa,
(5) lemak, minyak dan lilin, serta
(6) lignin.
Humus
Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan organik
tanaman (flora) dan atau fauna yang telah dimodifikasi atau disintesis oleh
mikrobia, yang bersifat agak resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus
(tanpa bentuk/nonkristalin) dan bersifat koloidal.
Ciri-Ciri Humus
Beberapa ciri dari humus tanah sebagai berikut:
(1) bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran yang kecil
menjadikan humus koloid ini memiliki luas permukaan persatuan bobot lebih tinggi,
sehingga daya jerap tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300
me/100 g yang lebih tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus
memiliki daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi
daripada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki gugus fungsional karboksil
dan fenolik yang lebih banyak.
(2) daya kohesi dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat tanah dan
http://dasar2ilmutanah.blogspot.co.id/2007/11/bahan-organik-tanah.html
4.
Dekomposisi atau yang biasa disebut juga sebagai pembusukan ini merupakan proses alami yang
terjadi akibat adanya perusakan susunan dalam tubuh suatu organisme yang dilakukan oleh
dekomposer. Proses pembusukan oleh dekomposer ini biasanya dapat anda temukan bila ada
organisme yang dikubur di dalam tanah. Dimana proses pembusukan ini terjadi oleh semut,
belatung, bakteri dan juga oleh jamur yang hidup di dalam tanah dan berkembang di tempat yang
lembab.
Namun, pada saat ini akan dijelaskan mengenai dekomposisi bahan organik dimana bahan
organik tersebut dapat berasal dari tubuh manusia, hewan dan juga tumbuhan. Dalam hal ini,
seperti yang telah diketahui bahwa bahan organik ini dapat tersusun dari bahan humus dan non
humus menurut Bohn pada pernyataannya tahun 1979. Maka dari itu, penting bagi anda untuk
mengetahui mengenai pengertian humus dan non humus.
Kini, akan dijelaskan mengenai humus dan non humus berdasarkan pengertian dan pendapat
yang dikemukakan oleh Bohn. Dimana bahan non humus ini merupakan suatu organisme yang
telah mati sedang melalui proses dekomposisi di sebagian tubuhnya untuk kemudian dapat
digunakan sebagai unsur hara bagi mikroorganisme dan tanaman. Sedangkan bahan humus yaitu
suatu organisme mati yang telah sepenuhnya terdekomposisi sehingga menjadi salah satu lapisan
tanah yang sangat subur.
Jadi, dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa proses dekomposisi ini sangat perlu untuk
memberikan nutrisi yang tepat bagi mikroorganisme dan tanaman serta dapat menjadi penyubur
tanah bagi tanaman yang akan anda tanami. Namun, tahukah anda tentang faktor yang
mempengaruhi terjadinya dekomposisi bahan organik? Berikut akan dijelaskan beberapa
faktornya, yaitu:
Faktor pertama yaitu iklim. Hal ini menjadi penting karena iklim dapat memperlambat
bahkan mempercepat terjadinya proses dekomposisi.
Kemudian adanya tipe penggunaan lahan dimana lahan tersebut berfungsi sebagai sumber
bahan organik yang baik bagi lahan tersebut.
Faktor ketiga yaitu bentuk lahan. Hal ini membantu dekomposisi pada proses
pengumpulan bahan-bahan organik tersebut
Faktor yang paling penting yaitu adanya kegiatan manusia ini pun akan sangat
berpengaruh pada terjadinya proses dekomposisi.
https://jokowarino.id/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-dekomposisi-bahanorganik/