Anda di halaman 1dari 30

1.

Bahan Organik Tanah


Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut
Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting
bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat
sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan
kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garamgaram
(salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik
dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001).
Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen
buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990). Kerusakan tanah
secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat
menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat
pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus.
Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya
biodiversitas organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri,
melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh
penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium sulfat dan sulfur coated
6
urea) yang terus menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah
sehingga populasi cacing tanah akan turun dengan drastis (Ma et al., 1990).
Kehilangan unsur hara dari daerah perakaran juga merupakan fenomena
umum pada sistem pertanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara terjadi
utamanya pada praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang subur
tanpa dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk organik
yang memadai. Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan organik
yang lebih cepat dari penambahannya pada lapisan atas. Dengan demikian terjadi
ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi

melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan organik


dalam tanah. Tanah-tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit
mendukung pertumbuhan tanaman. Sifat-sifat tanah yang sudah rusak
memerlukan perbaikan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi kembali
secara optimal.
Penyediaan hara bagi tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk
baik organik maupun anorganik. Pupuk anorganik dapat menyediakan hara
dengan cepat. Namun apabila hal ini dilakukan terus menerus akan menimbulkan
kerusakan tanah. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi pertanian yang
berkelanjutan. Meningkatnya kemasaman tanah akan mengakibatkan ketersediaan
hara dalam tanah yang semakin berkurang dan dapat mengurangi umur produktif
tanaman.
Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu
upaya pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses
untuk memperoleh produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan
kualitas tanah, serta memperbaiki karakteristik lingkungan. Dengan demikian
diharapkan kerusakan tanah dapat ditekan seminimal mungkin sampai batas yang
dapat ditoleransi, sehingga sumberdaya tersebut dapat dipergunakan secara lestari
dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun
biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap
sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson,
1994):
7
1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara.
Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro
maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik
membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara
menyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang
difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan
unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang
telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke
dalam tanah
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah
9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi
tanaman.
Selain memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula
memberikan dampak yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat
muncul akibat dari penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota

adalah meningkatnya logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman,
meningkatkan salinitas, kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat
bifenil, fenol, hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam organik
(propionic dan butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997)
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan
karena mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah
adalah sifat dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah,
temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat
dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis
tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia, 2) tanah termasuk aerasi,
temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan, dan 3) faktor iklim
terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur.
Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif
sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau
dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah
bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang
umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang
mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari
C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan
senyawa protein.
Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup,
maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan
organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami
secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum
dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan
kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 9 ton
per ha bahan organik tiap tahunnya.
Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan
bahan organik:
1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 5 ton per ha, sehingga tidak dapat
memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu,
masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan
peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan
liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah
kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan
seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
9
3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari
pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan
dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup
tanah dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik

sebanyak 1.8 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 5.9 ton per ha untuk
yang berumur 6 bulan.
Pengaruh Bahan Organik terhadap Tanaman
Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik
terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon yang
positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang baik
bagi pertumbuhan dan perkembangannya.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat
pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan
tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui
dekomposisi bahan organik (Brady, 1990).
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon
yang tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan
produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat
meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Selain itu
juga perlu diperhatikan bahwa ketersediaan hara bagi tanaman tergantung pada
tipe bahan yang termineralisasi dan hubungan antara karbon dan nutrisi lain
(misalnya rasio antara C/N, C/P, dan C/S) (Delgado dan Follet, 2002).
Penggunaan bahan organik telah terbukti banyak meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Duong et al. (2006) yang memberikan
kompos berupa jerami pada tanaman padi sudah memberikan pengaruh setelah 30
hari diaplikasikan. Selain itu, juga ditemukan dampak positif lain seperti
meningkatkan ketersediaan makro dan mikronutrien bagi tanaman (Aguilar et al.,
1997)
Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman mengandung bermacammacam
unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman jika telah
mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Sisa tanaman ini memiliki kandungan
unsur hara yang berbeda kualitasnya tergantung pada tingkat kemudahan
10
dekomposisi serta mineralisasinya. Unsur hara yang terkandung dalam sisa bahan
tanaman baru bisa dimanfaatkan kembali oleh tanaman apabila telah mengalami
dekomposisi dan mineralisasi. Menurut Brady (1990), gula, protein sederhana
adalah bahan yang mudah terdekomposisi, sedangkan lignin yang akan lambat
terdekomposisi. Secara urutan, kemudahan bahan yang untuk terdekomposisi
adalah sebagai berikut:
1. Gula, zat pati, protein sederhana mudah terdekomposisi
2. Protein kasar
3. Hemiselulosa
4. Selulosa
5. Lemak
6. Lignin, lemak, waks, dll sangat lambat terdekomposisi
Kemudahan dekomposisi bahan organik berkaitan erat dengan nisbah
kadar hara. Secara umum, makin rendah nisbah antara kadar C dan N di dalam
bahan organik, akan semakin mudah dan cepat mengalami dekomposisi. Oleh
karena itu, untuk mempercepat dekomposisi bahan organik yang memiliki nisbah
C dan N tinggi sering ditambahkan pupuk nitrogen dan kapur untuk memperbaiki

perbandingan kedua hara tersebut serta menciptakan kondisi lingkungan yang


lebih baik bagi dekomposer. Selain itu, kandungan bahan juga mempengaruhi
proses pengomposan.
Selama proses dekomposisi bahan organik, terjadi immobilisasi dan
mobilisasi (mineralisasi) unsur hara. Immobilisasi adalah perubahan unsur hara
dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik yaitu terinkorporasi dalam
biomassa organisme dekomposer. Sedangkan mineralisasi terjadi sebaliknya.
Kedua kegiatan ini tergantung pada proporsi kadar hara dalam bahan organik.
Immobilisasi nitrogen secara netto terjadi bila nisbah antara C dan N bahan
organik lebih dari 30, sedangkan mineralisasi netto terjadi bila nisbahnya kurang
dari 20. Jika nisbahnya antara 20 hingga 30 maka terjadi kesetimbangan antara
mineralisasi dan immobilisasi. Immobilisasi dan mineralisasi tidak hanya terjadi
pada unsur nitrogen, tapi juga terjadi pada unsur lain. Pada saat terjadi
immobilisasi tanaman akan sulit menyerap hara karena terjadi persaingan dengan
dekomposer. Oleh karena itu, pemberian pemberian bahan organik perlu
11
memperhitungkan kandungan hara dalam bahan organik tersebut. Bahan organik
yang memiliki nisbah C dan N rendah, lebih cepat menyediakan hara bagi
tanaman, sedangkan bila bahan organik memiliki nisbah C dan N yang tinggi akan
mengimmobilisasi hara sehingga perlu dikomposkan terlebih dahulu.
Pengomposan
Pengomposan adalah dekomposisi alami dari bahan organik oleh
mikroorganisme yang memerlukan oksigen (aerob). Hasil pengomposan berupa
kompos memiliki muatan negatif, dapat dikoagulasikan oleh kation-kation dan
partikel tanah untuk membentuk agregat tanah. Dengan demikian, penambahan
kompos dapat memperbaiki struktur tanah sehingga akan memperbaiki pula
aerasi, drainase, absorbsi panas, kemampuan daya serap tanah terhadap air serta
berguna untuk mengendalikan erosi tanah (Gaur, 1981)
Pengomposan dapat didefinisikan sebagai dekomposisi biologi dari bahan
organik sampah di bawah kondisi-kondisi terkontrol. Gaur (1981) menyatakan
bahwa pengomposan adalah suatu proses biokimia, di mana bahan-bahan organik
didekomposisi menjadi zat-zat seperti humus (kompos) oleh kelompok-kelompok
mikroorganisme campuran dan berbeda-beda pada kondisi yang dikontrol.
Hasil dari pengomposan dikenal dengan nama kompos. Dalam banyak
buku pertanian kompos didefinisikan sebagai campuran pupuk dari bahan organik
yang berasal dari tanaman atau hewan atau campuran keduanya yang telah
melapuk sebagian dan dapat berisi senyawa-senyawa lain seperti abu, kapur dan
bahan kimia lainnya sebagai bahan tambahan. Kompos merupakan inti dan dasar
terpenting dari berkebun dan bertani secara alami, serta merupakan jantung dari
konsep pertanian organik (Djajakirana, 2002).
Penggunaan kompos sangat baik karena dapat memberikan manfaat baik
bagi tanah maupun tanaman. Kompos dapat menggemburkan tanah, memperbaiki
struktur dan porositas tanah, serta komposisi mikroorganisme tanah,
meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, menyimpan air tanah lebih lama, dan
mencegah lapisan kering pada tanah. Kompos juga menyediakan unsur hara mikro
bagi tanaman, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, mencegah beberapa

penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk kimia dan atau pupuk
buatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia. Karena
12
keunggulannya tersebut, kompos menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk
kimia karena harganya murah, berkualitas dan akrab lingkungan. Mller-Smann
dan Kotschi (1997) menyimpulkan empat fungsi penting kompos, yaitu:
1. Fungsi nutrisi, nutrisi yang disimpan diubah menjadi bahan organik, jaringan
mikroorganisme, produk sisanya, dan humus. Kompos adalah pupuk yang
lambat tersedia (slow release), hara yang dihasilkan tergantung pada bahan
dasar dan metode pengomposan yang digunakan.
2. Meningkatkan struktur tanah, yaitu melalui peningkatan persentase bahan
organik yang meningkatkan stuktur tanah.
3. Meningkatkan populasi dan aktivitas organisme tanah. Kompos juga
meningkatkan kemampuan mengikat air dan agregat tanah, meningkatkan
infiltrasi, menghalangi terjadinya erosi dan menunjang penyebaran dan
penetrasi akar tanaman.
4. Memperkuat daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa tanaman yang diberi pupuk kompos lebih
tahan terhadap hama dibandingkan tanaman yang tidak diberi kompos maupun
yang tidak dipupuk.
Selama pengomposan, bahan-bahan organik didekomposisi terlebih dahulu
menjadi bentuk-bentuk anorganiknya. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pengomposan adalah kadar air, suplai oksigen, suhu dan pH.
Kadar air (kelembaban) diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Dekomposisi aerob dapat terjadi pada kadar air bahan 30-60%, asalkan dilakukan
pembalikan pada bahan yang dikomposkan. Kadar air yang optimal adalah 5060%. Kadar air yang berlebihan dapat menurunkan suhu dalam gundukan bahanbahan
yang dikomposkan, karena menghambat aliran oksigen serta dihasilkannya
bau.
Suplai oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme
aerobik adalah 5-15% dari udara yang dibutuhkan atau di atas 5% dari volume
gundukan. Oksigen dibutuhkan untuk mendekomposisi limbah organik yang
dikomposkan. Menurut Obeng dan Wright (1987) konsumsi oksigen yang
diperlukan oleh proses pengomposan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1)
tahap dalam pengomposan, 2) suhu, 3) tahap dekomposisi bahan, 4) komposisi
13
bahan yang dikomposkan, 5) ukuran partikel, dan 6) kandungan air. Konsumsi
oksigen nampak bervariasi (meningkat dan menurun) secara logaritmik dengan
perubahan suhu.
Kematangan kompos yang digunakan juga menjadi faktor yang
mempengaruhi cepat aplikasinya ke tanaman. Kriteria kematangan kompos
bervariasi tergantung bahan asal kompos, kondisi dan proses dekomposisi selama
pengomposan. Gaur (1981) menyatakan bahwa ada beberapa parameter untuk
menentukan kematangan kompos, yaitu: 1) karakteristik fisik, seperti suhu, warna,
tekstur dan besarnya kelarutan dalam larutan natrium hidroksida atau natrium
fosfat; 2) nisbah C/N, status dari kandungan hara tanaman, dan nilai kompos yang

ditunjukkan oleh uji tanaman, 3) tidak berbau dan bebas dari patogen parasit dan
biji rumput-rumputan. Kematangan kompos menurut Harada et al. (1993) sangat
berpengaruh terhadap mutu kompos. Kompos yang sudah matang akan memiliki
kandungan bahan organik yang dapat didekomposisi dengan mudah, nisbah C/N
yang rendah, tidak menyebarkan bau yang ofensif, kandungan kadar airnya
memadai dan tidak mengandung unsur-unsur yang merugikan tanaman. Oleh
sebab itu, kematangan kompos merupakan faktor utama dalam menentukan
kelayakan mutu kompos.
Tanaman Jeruk
Tanaman jeruk memerlukan kondisi tanah yang subur, solum yang dalam,
banyak bahan organik, mengandung liat yang tidak terlalu tinggi, sehingga
drainase tanahnya baik. Secara umum, tingkat kemasaman yang terbaik adalah
antara 5.5 6.5. Jika pH di bawah 5.0, sering terjadi keracunan Al dan keracunan
Mn pada akar tanaman. Rendahnya pH tanah juga menyebabkan defisiensi hara
seperti kalsium, magnesium, dan fosfor dan Mo (FFTC, 2003).
Tanaman memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan dan
pembentukan bunga serta buah. Tanah yang banyak mengandung pasir dan muka
air tanah tidak lebih dari 150 cm pada musim kering dan pada musim hujan 50 cm
cocok sekali untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Curah hujan optimum 1500
mm/th ditambah dengan pengairan. Daerah beriklim kering (2-4 bulan atau 4-6
bulan kering yang menurut Smith-Fergusson digolongkan dalam tipe B dan C).
14
Tanaman jeruk memerlukan oksigen yang cukup di dalam tanah sehingga
bila tanah padat atau berdrainase jelek maka tanaman akan kekurangan oksigen,
dan pertumbuhan tanaman akan terhambat. Pertumbuhan akan menjadi baik bila
hujan dan panas silih berganti sepanjang tahun. Jeruk membutuhkan banyak sinar
matahari, yaitu sekitar 50-70%. Keadaan udara yang lembab akan menimbulkan
lebih banyak serangan hama
https://rahmawatyarsyad1989.wordpress.com/bahanajar/dasar-dasar-ilmutanah/bahan-organik-tanah/

IR.RAHMAWATI ARSYAD.MP

2.
Bahan Organik
Pengertian
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang,
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman
tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisasisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan
pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan
menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah
terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisasisa tanaman atau binatang.
Sumber Bahan Organik
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting,
daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis
sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur
karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa,
hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan
unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur
yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik
tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke
lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber
bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.

Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan
organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal
dari bagian batuan.

Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan


pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan
komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam
setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi

yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah
hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan
jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih
cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun
dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar
25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari
susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen
(40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari
seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.

Humus
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh
tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami seranganserangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan
bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro
disebut humus. Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan
tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil,
sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah terdekomposisikan.

Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan
organik banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap
durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat,
yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus
selalu amorf (tidak beraturan bentuknya).

Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna coklat,
amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah
diubah atau dibentuk oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah resisten sama sekali
terhadap kerja bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan regim
suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya humus pada tanah sangat membantu
mengurangi pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah, dalam hal ini humus
merangsang granulasi agregat tanah. Kemampuan humus menahan air dan ion hara
melebihi kemampuan liat. Tinggi daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat
tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus mempunyai beberapa
gugus yang aktif terutama gugus karboksil. Dengan sifat demikian keberadaan humus
dalam tanah akan membantu meningkatkan produktivitas tanah.

Sifat dan Ciri Humus


Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.
Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat dan
membantu granulasi agregat tanah.
Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi oleh C,
H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran
dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K.
Merupakan sumber energi jasad mikro.
Memberikan warna gelap pada tanah.
Faktor yang Mempengaruhi Bahan Organik Tanah
Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen
tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.

Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik
terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar
bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik
memang terkonsentrasi di lapisan atas.

Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin,
kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik
dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila
kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu
menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.
Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar
bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan
oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis.
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena
kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi
daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya

kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan
akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling
berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).
Peranan Bahan Organik Bagi Tanah
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan
organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu
sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk
granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang
stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya.
Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur
remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat
diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan
erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena
ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.

Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya
sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar
setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber
hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar
organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan
oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari
dekomposisi itu sendiri.

Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Fisika Tanah


Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat
polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang selanjutnya berkaitan dengan
partikel tanah dan bahan organik. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme tanah dan
tanaman di atasnya. Kadar air optimal bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5
bar/ atmosfer.
Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan energi
radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu tanah.
Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.

Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur
tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat
yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan
organik. Hai ini berlangsung melalui mekanisme:
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah,
diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh
mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau
hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan
bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.
Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes.
Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam
tanah.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa
organik yang berbentuk rantai panjang.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat
dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan
ikatan hidrogen.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan
bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.

Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Kimia Tanah


Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari
kapasitas tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan organik dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada
koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral.
Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan
organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat
menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan
organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan
KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.

Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga
terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil
dimana biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air
sehingga pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang
tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga dilepaskan oleh proses
mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius seperti yang terjadi pada
pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen tersedia stabil pada level

intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan kelebihan.

Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil
mineralisasi oleh mikroorganisme. Mineralisasi merupakan lawan kata dari immobilisasi.
Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada
bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium atau
nitrit. Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman.

Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari
mineral oleh asam humus. Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan
ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor
dan belerang diikat dalam bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan
organik akan mengekstraksi unsur hara dari batuan mineral.
Mempengaruhi kemasaman atau pH. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan
atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan
organik yang ditambahkan. Penurunan pH tanah akibat penambahan bahan organik
dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asamasam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat penambahan bahan organik yang
terjadi pada tanah masam dimana kandungan aluminium tanah tinggi , terjadi karena
bahan organik mengikat Al sebagai senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi .
Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam
kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi
perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu
perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim
lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir.
Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain
terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan
mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah.

Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Biologi Tanah


Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian
bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan
organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang
hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya

akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi
untuk tumbuh.
Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan
organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad
renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan
mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang
dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil
yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi
jasad mikro dalam tanah.
Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik
berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung
untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada
yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi
tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.

Pengaruh Langsung Bahan Organik pada Tanaman


Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap
langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Dulu
dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang diserap tanaman.
Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif rendah daripada bentuk N lainnya. Tidak
dapat disangkal lagi bahwa bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan
vitamin serta pada waktu-waktu tertentu dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan
jasad mikro.
Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman. Jadi tingkat
pertumbuhan tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai nutrien
organik dan inorganik. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan langsung utama bahan
organik adalah untuk menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik
kedalam tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang
dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa
dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena tumbuhan sudah
mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah
tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila pememukaan tanah dilindungi

dengan bahan organik.

Pengaruh Tidak Langsung Bahan Organik pada Tanaman


Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya
terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan organik tanah
mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia dalam tanah. Bahan
organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman
peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan
mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.
Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut.
Besarnya pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama
lingkungan. Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat
humus maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat
dan ciri tanah.
Peranan tidak langsung bahan organik bagi tanaman meliputi :
Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik dapat meningkatkan
kemampuan tanah menahan air karena bahan organik, terutama yang telah menjadi
humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari
bobotnya. Karena kandungan air tersebut, maka bahan organik terutama yang sudah
menjadi humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur tersebut
dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh
mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan
tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur
gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan memberikan struktur
remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan. Struktur tanah yang demikian
merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang
bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila
tercampur dengan bahan organik.
Mengurangi erosi
Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam
tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan
organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui
penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang
relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan

tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil.
Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah
(porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga
menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga
temperatur optimum yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat
terpenuhi dengan baik.
Meningkatkan efisiensi pemupukan

Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan


produksi tanaman. Demikian pula dengan peranannya dalam menanggulangi erosi dan
produktivitas lahan. Penambahan bahan organik akan lebih baik jika diiringi dengan
pola penanaman yang sesuai, misalnya dengan pola tanaman sela pada sistem
tumpangsari. Pengelolaan tanah atau lahan yang sesuai akan mendukung terciptanya
suatu konservasi bagi tanah dan air serta memberikan keuntungan tersendiri bagi
manusia.

Macam-Macam Bahan Organik


Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah, biasanya berupa pupuk. Pupuk
merupakan bahan baik alami maupun buatan yang ditambahkan pada tanah supaya
kesuburan tanah dapat meningkat. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam
yaitu dari sisa-sisa organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan yang
mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang yang dibutuhkan oleh
tumbuhan supaya dapat tumbuh dengan subur. Pupuk organik terbuat dari bahan yang
dapat diperbaharui, didaur ulang, diombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsurusur yang dapat digunakan oleh tanaman, tanpa mencemari tanah dan air.
Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair biasanya berupa
saringan dari pupuk padat. Pupuk cair ini dimaksudkan agar penggunannya lebih
mudah, tidak mengandung kotoran, dan sekaligus menjaga kelembaban tanah. Pupuk
padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk serasah, kompos, maupun pupuk kandang.
Kesemuanya akan berpengaruh positif terhadap tanah jika pemberiannya ke tanah
setelah pupuk.
PUPUK PADAT ATAU KERING
Pupuk Hijau

Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam
tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau
kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat
menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan
mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen dari udara. Keuntungan
penggunaan pupuk hijau antara lain :
mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
mencegah adanya erosi
dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan
gulma jika ditanam pada waktu tanah bero
sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk
inorganik.

Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu :


tanaman hijau dapat sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan, dan air
pada pola tanam yang menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat
mengundang hama ataupun penyakit
dapat menimbulkan persaingan dngan tanaman pokok dalam hal tempa, air dan hara
pada pola pertanaman tumpang sari.

Pupuk Seresah
Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang
sudah tidak terpakai. Misalnya jerami kering, bonggol jerami, rumput tebasan, tongkol
jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk penutup tanah karena
pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan pada permukaan tanah di
sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini diantaranya :
dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan pengairan
mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut dan
terbawa air
menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan
menghambat pertumbuhan gulma
menjaga tekstur tanah tetap remah
menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan
memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan tanah
dan sumber humus
Pupuk Kompos

Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan,


seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan.
Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebgai pupuk kompos. Tetapi
sekarang sudah banyak spesifikasi mengenai kompos. Biasanya orang lebih suka
menggunakan limbah atau sampah domestik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
bahan yang dapat diperbaharui yang tidak tercmpur logam dan plastik. Hal ini juga
diharapkan dapat menanggulangi adanya timbunan sampah yang menggunung serta
megurangi polusi dan pencemaran di perkotaan.

Pupuk Kandang
Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk
karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap tanaman.
Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian dan
peternakan yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian organik.

Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk organik
lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu :
Pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsur-unsur organik yang
dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah
sehingga mudah diolah dan banyak mengandung oksigen. Penambahan pupuk
kandang dapat meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebakan
tanah lebih banyak menahan air lebih banyak sehingga unsur hara akan terlarut dan
lebih mudah diserap oleh bulu akar.
Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting unuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada
pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lainlain.
Pupuk kandang banyak mengandung mikrooganisme yang dapat membantu
pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna
bagi tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat
diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat
digantikan oleh pupuk lain.

PUPUK CAIR
Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk
anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena

unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak
sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.
Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman.
Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat
digunakan sebagai pupuk cair.

Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga. Keuntungan


pupuk cair antara lain :
pengerjaan pemupukan akan lebih cepat
penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman sehingga dapat menjaga
kelembaban tanah
aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah dan pemberantas
penggangu tanaman.
Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan pupuk cair
misalnya daun johar, gamal, dan lamtorogung (Harjono, 2000).

MULSA (PENUTUP TANAH)


Mulsa atau penutup tanah sangat penting dan berpengaruh positif terhadap tanah
maupun tanaman. Dalam peranannya untuk peningkatan kesuburan tanah, mulsa yang
paling baik adalah mulsa yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami padi,
seresah dan ilalang, tidak dari plastik. Selain fungsinya untuk menjaga kelembaban
tanah, setelah mulsa membusuk akan berguna sebagai pupuk organik yang
memperbaiki struktur dan tekstur tanah.

Tanah yang tidak menggunakan mulsa akan mudah terkena erosi bila erkena air hujan
maupun pecah-pecah apabila terlalu banyak penguapan. Seperti diketahui bahwa erosi
akan memperburuk kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta tanaman menjadi mudah roboh. Sedangkan kondisi
tanah yang pecah-pecah akan berpengaruh buruk pada perakaran tanaman berupa
putusnya akar.

Dengan adanya mulsa, air hujan yang jatuh akan meresap ke bawah sehingga tidak
terjadi aliran permukaan. Selanjutnya dengan penguapan yang sedikit, air tanah tetap
tersedia bagi tanaman. Karena mulsa berguna untuk mengurangi penguapan,
mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, dan sebagai sumber penambah hara

setelah menjadi pupuk hijau, lahan pertanaman yang menggunakan mulsa akan
menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.
Beberapa jenis pupuk yang termasuk kedalam pupuk organik adalah :
1. Pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur
dengan sisa-sisa makanan ataupun alas kandang. Pupuk kandang berfungsi
menambah unsur unsur hara baik makro maupun mikro kedalam tanah. selain itu pupuk
kandang dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong
kehidupan jasad renik tanah. Pupuk kandang terdiri dari dua komponen asli, yaitu padat
dan cair dengan perbandingan rata-rata 3 : 1.
Kadar rata-rata unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang sangatlah bervariasi.
Variasi ini disebabkan oleh macam atau jenis hewan, umur dan keadaan individu
hewan, jenis makanan, bahan amparan dan cara pengelolaan dan penyimpanan pupuk
kandang sebelum dipakai.

2. Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian tanaman yang masih muda yang
dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan organik dan unsur
hara terutama nitrogen kedalam tanah.
Dari segi biokimia keuntungan dari pemakaian pupuk hijau dapat dikatakan bahwa
dengan pemakaian pupuk hijau berarti menambah persediaan bahan organik tanah.
Disamping itu, tanaman calon pupuk hijau yang tumbuh mempunyai pengaruh terhadap
pengawetan hara tanah karena mengabsorpsi hara, selain itu tanaman pupuk hijau
berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) contohnya Centrosema sp dan
Peuraria javanica.

3. Kompos
Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat
tanah, disamping itu didalam kompos terkandung hara-hara mineral yang berfungsi
untuk penyediaan nutrisi bagi tanaman. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah.

Sifat fisik tanah


Kompos meningkatkan struktur tanah sehingga mempermudah pengolahan tanah,
tanah pasiran menjadi lebih kompak dan tanah lempung dapat menjadi gembur. Selain
itu kompos juga mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan
pengikatan hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Sifat kimia tanah


Kompos menyediakan hara baik makro maupun mikro mineral. Kebutuhan hara makro
mineral tanaman, seperti N, P, K, Ca dan Mg didalam kompos berada dalam bentuk
tersedia bagi tanaman karena proses dekomposisi. Hara-hara mikro mineral yang juga
terkandung dan dibutuhkan oleh tanaman seperti Fe, S, Mn, Cu, Zn, B, Mo, Si dan trace
mineral lainnya yang dalam jumlah sedikit tapi dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

Sifat biologi tanah


Kompos banyak mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomicetes, bakteri dan algae)
yang berfungsi untuk proses dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah. Dengan
ditambahkannya kompos didalam tanah, tidak hanya jutaan mikroorganisme yang
ditambahkan kedalam tanah, akan tetapi mikroorganisme yang ada didalam tanah juga
terpacu untuk berkembang biak. Selain itu aktifitas mikroorganisme didalam tanah juga
menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti auksin, giberellin dan sitokinin
yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga
daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas.

4. Pupuk guano
Guano merupakan deposit atau sedimen yang terdiri dari kotoran binatang, terutama
kotoran burung laut dan kelelawar yang telah mengalami pengaruh alam dalam waktu
relatif lama dan telah mengalami perubahan-perubahan. Unsur hara yang terdapat
didalamnya adalah N dan P dan ada juga guano yang mengandung unsur kalium (K).

5. Asam humus (Humic Acid)


Asam humus merupakan senyawa kompleks bersifat koloid yang berasal dari bahanbahan organik yang tahan terhadap dekomposisi dan sel-sel mikroorganisme yang
sudah terurai, terbentuk pada akhir dekomposisi lanjut, berwarna coklat atau coklat
kelam.

Asam humus mempunyai kemampuan mengabsorpsi air mencapai 80-90%, sedangkan


lempung silikat hanya 15-20%, selain itu dapat juga meningkatkan granulasi tanah
dengan baik dan didalamnya terdapat unsur hara baik makro maupun mikro serta trace
mineral lainnya yang dibutuhkan untuk perkembangan tumbuhan. Selain itu asam
humus juga mempunyai kemampuan untuk mengikat vitamin dan zat-zat pengatur
tumbuh yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah sehingga sangat bermanfaat untuk
tumbuhan tingkat tinggi, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), perbaikan struktur
tanah, memacu perkembangan berbagai kelompok mikroba yang menguntungkan dan
lain-lain.
Bila reaksi dari penambahan bahan organik berjalan sempurna, akan didapatkan
senyawa-senyawa sederhana seperti air, udara, dan sebagainya. Bila bahan organik
segar dimasukkan ke dalam tanah, senyawa- senyawa yang terkandung dalam bahan
organik tersebut dilapuk secara simultan namun dengan laju yang berrbeda-beda.
Tiga reaksi umum yang terjadi bila jaringan organik dimasukan ke dalam tanah :
Limbah organik mengalami oksidasi enzimatik dengan CO2, air dan panas sebagai
hasil utama
Unsur-unsur fungsional, Nitrogen, Fosfor, dan belerang dibebaaskan dan atau
digunakan oleh serangkaian reaksi spesifik yang khas bagi tiap unsur
Senyawa yang tahan terhadap serangan jasad mikro akan dibentuk baik dari
senyawa yang berasal dari bahan organik semula atau hasil bentukan jasad mikro.

Peningkatan porositas tanah ditentukan oleh ukuran dan padatan tanah yang dapat
meningkatkan aerasi, kandungan air, dan menentukan perbandingan tata udara dan
tata air yang baik. Pori-pori akan membentuk jaringan dalam tanah dalam bentuk tiga
dimensi. Udara dalam ruang pori tanah umumnya didominasi oleh gas-gas O2, N2, dan
CO2. Hal ini penting bagi pernafasan mikroorganisme tanah dan akar tanaman, dan
mempengaruhi jumlah mikroba aerobik dan anaerobik tanah.
Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman seperti akar, batang, daun yang
gugur, yang dikembalikan ke tanah.
Bahan organik sangat besar peranannya dalam menyediakan media pertumbuhan dan
perkembangan perakaran.
Diantara peranan bahan organik meliputi:
Menjaga kelembaban bahan organik terutama yang telah menjadi humus dengan
rasio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat bobotnya. Karena

kandungan air tersebut maka humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
Tanah yang mengandung banyak bahan organik dapa menyimpan lebih banyak air
sehingga kelembaban tanah akan terjaga.
Menstabilkan temperatur bahan organik dapat menyerap panas yang tinggi namun
dapat menjadi isolator panas juga karena mempunyai daya hantar panas yang rendah.
Memperbaiki struktur tanah sifat humus dari bahan organik adalah gembur. Bobot
yang rendah, kelembaban tanah yang tinggi serta temperatur tanah yang stabil
meningkatkan kegiatan jasad mikro tanah, sehingga percampurannya dengan bagian
mineral memberikan struktur tanah yang gembur, remah dan mudah dioleh. Struktur
tanah yang demikian merupakan kondisi fisik tanah yang baik untuk media
pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan
memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.
Meningkatkan efisiensi pemupukan pemupukan dengan pupuk organik akan
memberikan tambahan jumlah hara dalam tanah dengan cepat.
Mengurangi erosi.
Pengaruh Bahan Organik Terhadap Produksi Tanaman
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan
belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat
ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan
organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua
kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983).

Bahan tersebut dapat berupa pupuk organik, yang proses perubahannya dapat terjadi
secara alami atau buatan.
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik
secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan
pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara
tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar
organisme tanah,

Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang, daun yang
gugur, yang dikembalikan ke tanah. 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah
besar sekali. Fungsi bahan organik adalah:
Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.

Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar
kation tanah menjadi tinggi).
Sumber energi bagi mikroorganisme.

Bahan organik tidak mutlak dibutuhkan di dalam nutrisi tanaman, tetapi untuk nutrisi
tanaman yang efisien, peranannya tidak boleh ditawar lagi. Sumbangan bahan organik
terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik,
kimia dan biologis dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N,
P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme
mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan
lainnya.

Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik
berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung
untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah
tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang
diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Sejak perang dunia ke dua,
terdapat suatu peningkatan yang besar hasil tanaman pada beberapa negara. Hasil
tanaman yang lebih besar terutama dimana hanya biji-bijian saja yang dipanen, sisa
sisa tanamna lebih banyak dikembalikan ke lahan dan disini lebih banyak penutupan
oleh tanaman selama musim pertumbuhan.

Immobilisasi adalah konversi yang sebaliknya. Sebagai contoh adalah pengambilan


amonium atau nitrat oleh tanaman atau mikroorganisme dan ditranformasikan ke dalam
protein. Selanjutnya, demikian proses bolak balik tersebut berlangsung.

Apabila sisa-sisa tanaman segar ditambahkan ke dalam tanah, nitrogen di dalam


tanaman itu dapat terdekomposisi dan termineralisasi oleh mikroorganisme dan segera
tersedia bagi tanaman, atau nitrogen itu mungkin tidak termineralisasi dan tidak tersedia
bagi tanaman. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Seandainya semua faktor yang
mempengaruhi dekomposisi optimum (seperti oksigen, suhu dan kelembaban),faktor
pembatas di dalam proses itu tinggal nisbah karbon organik terhadap nitrogen total di
dalam tanaman tersebut.

Pembenaman bahan organik segar dengan nisbah C/N tinggi, seperti batang jagung
(40) dan jerami (80), yang kemudian segera diikuti dengan penanaman memerlukan
nitrogen tambahan. Alternatif lain, waktu tanam ditunda dulu agar dekomposisi
berkesempatan berlangsung lebih lanjut dahulu beberapa hari. Bahan organik segar
dengan nisbah C/N kecil, seperti alfalfa dan kotoran manusia, bisa lebih baik dan
tanahnya dapat langsung ditanami.
June 18, 2007 at 12:46 pm

https://karieeen.wordpress.com/2007/06/18/bahan-organik/

3.
Tanah tersusun dari: (a) bahan padatan, (b) air, dan (c) udara. Bahan padatan
tersebut dapat berupa: (a) bahan mineral, dan (b) bahan organik. Bahan mineral
terdiri dari partikel pasir, debu dan liat. Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah.
Bahan organik dari tanah mineral berkisar 5% dari bobot total tanah. Meskipun
kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (+5%) tetapi memegang peranan
penting dalam menentukan Kesuburan Tanah.

Definisi Bahan Organik


Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang
sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil
humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk
juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
Sumber Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah dapat berasal dari:
(1) sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa: (a)
daun, (b) ranting dan cabang, (c) batang, (d) buah, dan (e) akar.
(2) sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa: kotorannya
dan mikrofauna.
(3) sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk
kandang, (b) pupuk hijau, (c) pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati.
Komposisi Biokimia Bahan Organik
Menurut Waksman (1948) dalam Brady (1990) bahwa biomass bahan organik yang
berasal dari biomass hijauan, terdiri dari: (1) air (75%) dan (2) biomass kering
(25%).
Komposisi biokimia bahan organik dari biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) karbohidrat (60%),
(2) lignin (25%),
(3) protein (10%),
(4) lemak, lilin dan tanin (5%).
Karbohidrat penyusun biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) gula dan pati (1% -s/d- 5%),
(2) hemiselulosa (10% -s/d- 30%), dan
(3) selulosa (20% -s/d- 50%).
Berdasarkan kategori unsur hara penyusun biomass kering, terdiri dari:
(1) Karbon (C = 44%),
(2) Oksigen (O = 40%),
(3) Hidrogen (H = 8%), dan
(4) Mineral (8%).

Dekomposisi Bahan Organik


Proses dekomposisi bahan organik melalui 3 reaksi, yaitu:
(1) reaksi enzimatik atau oksidasi enzimatik, yaitu: reaksi oksidasi senyawa
hidrokarbon yang terjadi melalui reaksi enzimatik menghasilkan produk akhir
berupa karbon dioksida (CO2), air (H2O), energi dan panas.

(2) reaksi spesifik berupa mineralisasi dan atau immobilisasi unsur hara essensial
berupa hara nitrogen (N), fosfor (P), dan belerang (S).
(3) pembentukan senyawa-senyawa baru atau turunan yang sangat resisten berupa
humus tanah.
Berdasarkan kategori produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan
organik digolongkan menjadi 2, yaitu:
(1) proses mineralisasi, dan
(2) proses humifikasi.
Proses mineralisasi terjadi terutama terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa
yang tidak resisten, seperti: selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi
dihasilkan ion atau hara yang tersedia bagi tanaman.
Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang
resisten, seperti: lignin, resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi dihasilkan
humus yang lebih resisten terhadap proses dekomposisi.
Urutan kemudahan dekomposisi dari berbagai bahan penyusun bahan organik
tanah dari yang terdekomposisi paling cepat sampai dengan yang terdekomposisi
paling lambat, adalah sebagai berikut:
(1) gula, pati, dan protein sederhana,
(2) protein kasar (protein yang leih kompleks),
(3) hemiselulosa,
(4) selulosa,
(5) lemak, minyak dan lilin, serta
(6) lignin.
Humus
Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan organik
tanaman (flora) dan atau fauna yang telah dimodifikasi atau disintesis oleh
mikrobia, yang bersifat agak resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus
(tanpa bentuk/nonkristalin) dan bersifat koloidal.
Ciri-Ciri Humus
Beberapa ciri dari humus tanah sebagai berikut:
(1) bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran yang kecil
menjadikan humus koloid ini memiliki luas permukaan persatuan bobot lebih tinggi,
sehingga daya jerap tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300
me/100 g yang lebih tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus
memiliki daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi
daripada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki gugus fungsional karboksil
dan fenolik yang lebih banyak.
(2) daya kohesi dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat tanah dan

membantu granulasi aggregat tanah.


(3) Tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein kasar.
(4) berwarna coklat kehitaman, sehingga dapat menyebabkan warna tanah menjadi
gelap.
Peranan Bahan Organik Terhadap Tanah
Bahan organik dapat berpengaruh terhadap perubahan terhadap sifat-sifat tanah
berikut:
(1) sifat fisik tanah,
(2) sifat kimia tanah, dan
(3) sifat biologi tanah.
Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat fisik tanah, meliputi:
(1) stimulan terhadap granulasi tanah,
(2) memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah,
(3) menurunkan plastisitas dan kohesi tanah,
(4) meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,
kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil,
(5) mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam,
(6) menetralisir daya rusak butir-butir hujan,
(7) menghambat erosi, dan
(8) mengurangi pelindian (pencucian/leaching).
Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat kimia tanah, meliputi:
(1) meningkatkan hara tersedia dari proses mineralisasi bagian bahan organik yang
mudah terurai,
(2) menghasilkan humus tanah yang berperanan secara koloidal dari senyawa sisa
mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi,
(3) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar ketimbang
koloid anorganik,
(4) menurunkan muatan positif tanah melalui proses pengkelatan terhadap mineral
oksida dan kation Al dan Fe yang reaktif, sehingga menurunkan fiksasi P tanah, dan
(5) meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui peningkatan
pelarutan P oleh asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik.
Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat biologi tanah, meliputi:
(1) meningkatkan keragaman organisme yang dapat hidup dalam tanah (makrobia
dan mikrobia tanah), dan
(2) meningkatkan populasi organisme tanah (makrobia dan mikrobia tanah)
Peningkatan baik keragaman mupun populasi berkaitan erat dengan fungsi bahan
organik bagi organisme tanah, yaitu sebagai:
(1) bahan organik sebagai sumber energi bagi organisme tanah terutama

organisme tanah heterotropik, dan


(2) bahan organik sebagai sumber hara bagi organisme tanah

Dr. Ir. Abdul Madjid, MS

http://dasar2ilmutanah.blogspot.co.id/2007/11/bahan-organik-tanah.html

4.
Dekomposisi atau yang biasa disebut juga sebagai pembusukan ini merupakan proses alami yang
terjadi akibat adanya perusakan susunan dalam tubuh suatu organisme yang dilakukan oleh
dekomposer. Proses pembusukan oleh dekomposer ini biasanya dapat anda temukan bila ada
organisme yang dikubur di dalam tanah. Dimana proses pembusukan ini terjadi oleh semut,
belatung, bakteri dan juga oleh jamur yang hidup di dalam tanah dan berkembang di tempat yang
lembab.

Namun, pada saat ini akan dijelaskan mengenai dekomposisi bahan organik dimana bahan
organik tersebut dapat berasal dari tubuh manusia, hewan dan juga tumbuhan. Dalam hal ini,
seperti yang telah diketahui bahwa bahan organik ini dapat tersusun dari bahan humus dan non
humus menurut Bohn pada pernyataannya tahun 1979. Maka dari itu, penting bagi anda untuk
mengetahui mengenai pengertian humus dan non humus.

Kini, akan dijelaskan mengenai humus dan non humus berdasarkan pengertian dan pendapat
yang dikemukakan oleh Bohn. Dimana bahan non humus ini merupakan suatu organisme yang
telah mati sedang melalui proses dekomposisi di sebagian tubuhnya untuk kemudian dapat
digunakan sebagai unsur hara bagi mikroorganisme dan tanaman. Sedangkan bahan humus yaitu
suatu organisme mati yang telah sepenuhnya terdekomposisi sehingga menjadi salah satu lapisan
tanah yang sangat subur.
Jadi, dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa proses dekomposisi ini sangat perlu untuk
memberikan nutrisi yang tepat bagi mikroorganisme dan tanaman serta dapat menjadi penyubur
tanah bagi tanaman yang akan anda tanami. Namun, tahukah anda tentang faktor yang
mempengaruhi terjadinya dekomposisi bahan organik? Berikut akan dijelaskan beberapa
faktornya, yaitu:

Faktor pertama yaitu iklim. Hal ini menjadi penting karena iklim dapat memperlambat
bahkan mempercepat terjadinya proses dekomposisi.

Kemudian adanya tipe penggunaan lahan dimana lahan tersebut berfungsi sebagai sumber
bahan organik yang baik bagi lahan tersebut.

Faktor ketiga yaitu bentuk lahan. Hal ini membantu dekomposisi pada proses
pengumpulan bahan-bahan organik tersebut

Faktor yang paling penting yaitu adanya kegiatan manusia ini pun akan sangat
berpengaruh pada terjadinya proses dekomposisi.

https://jokowarino.id/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-dekomposisi-bahanorganik/

Anda mungkin juga menyukai