Anda di halaman 1dari 13

PERAN BAHAN ORGANIK TANAH DAN BIOLOGI

TANAH TERHADAP KESUBURAN TANAH


Oleh Kaprof KAMAHITA 2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan organik merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang besumber dari
sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami
perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor fisika, biologi, dan kimia. Bahan organik
memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman,
sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu
bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi.
Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena
intensitasnya yang cenderung meningkat, sehingga tercipta tanah rusak-rusak yang jumlah
maupun intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu: kerusakan sifat tanah kimia, biologi, dan fisika.
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki
beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organic tanah memiliki fungsi – fungsi
yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk
aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan
stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2005).
Dengan demikian, terjadi ketidakseimbangan masukan bahan organik terhadap tanah
yang dapat mengakibatkan tanah menjadi rusak. Namun, jika hal ini dibiarkan maka akan
tidak menguntungkan bagi pertanian yang berkelanjutan. Meningkatnya kemasaman tanah
akan mengakibatkan ketersediaan hara dalam tanah yang semakin berkurang dan dapat
mengurangi umur produktif tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian atau definisi Bahan Organik Tanah?
2. Apa fungsi dari Bahan Organik?
3. Apa saja peran Bahan Organik terhadap tanah?
4. Apa saja macam-macam Bahan Organik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi dari Bahan Organik Tanah.
2. Untuk mengetahui fungsi dari Bahan Organik.
3. Untuk mngetahui peran Bahan Organik terhadap Tanah.
4. Untuk mengetahui macam-macam dari Bahan Organik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Organik


Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan
mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari
timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk
selama jangka waktu tertentu. Bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber
hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjito,
1992). Menurut Stevenson (1982), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik
yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau
humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah
dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik
merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah
merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung
meningkat, sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya
meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat
terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam - garam (salinisasi), tercemar
logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organic dan xenobiotik seperti pestisida atau
tumpahan minyak bumi.
Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan
secara terus menerus dalam jumlah besar. Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan
karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan
struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk
kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun
berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri,
melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh penggunaan
pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium sulfat dan sulfur coated urea) yang terus menerus
selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah akan
turun dengan drastis (Ma et al., 1990). Kehilangan unsur hara dari daerah perakaran juga
merupakan fenomena umum pada sistem pertanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara
terjadi utamanya pada praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang subur tanpa
dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk organik yang memadai.
Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan organik yang lebih cepat dari
penambahannya pada lapisan atas.
Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan
kehilangan yang terjadi melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan
organik dalam tanah. Tanah-tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit mendukung
pertumbuhan tanaman. Sifat-sifat tanah yang sudah rusak memerlukan perbaikan agar
tanaman dapat tumbuh dan berproduksi kembali secara optimal. Penyediaan hara bagi
tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk
anorganik dapat menyediakan hara dengan cepat. Namun apabila hal ini dilakukan terus
menerus akan menimbulkan kerusakan tanah. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi
pertanian yang berkelanjutan. Meningkatnya kemasaman tanah akan mengakibatkan
ketersediaan hara dalam tanah yang semakin berkurang dan dapat mengurangi umur
produktif tanaman.
Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman berupa
akar, batang, ranting dan daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan
terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah tersebut (Islami,1995).
Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon
merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam
bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan
pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi
dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat
dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami
dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah.
Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh
makhluk hidup.
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik
kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik
menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus
akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi
lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian).
Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang
ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black
ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth,1994).
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan
organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat
fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam
tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik
adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan
organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan.
Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air
lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi
tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat
terbentuknya agregat.
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya
sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah dari
kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman.
Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah.
Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan
susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.
Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya
pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses untuk memperoleh
produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta memperbaiki
karakteristik lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan tanah dapat ditekan
seminimal mungkin sampai batas yang dapat ditoleransi, sehingga sumberdaya tersebut dapat
dipergunakan secara lestari dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Bahan
organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah.
Pengaruh bahan organik pada ciri fisika, kimia, dan biologi tanah adalah sebagai berikut:
1. Faktor bahan organik pada ciri fisika tanah.
- Kemampuan menahan air meningkat.
- Warna tanah menjadi coklat hingga hitam.
- Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya.
- Menurunkan plastisitas, kohesi, dan sifat buruk lainnya dari liat.
2. Pengaruh bahan organik pada kimia tanah :
- Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation.
- Kation yang mudah dipertukarkan meningkat.
- Unsure N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikro
organisme,sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
3. Pengaruh bahan organik pada biologi tanah :
- Jumlah dan aktifitas metabolik organisme tanah meningkat.
- Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga meningkat
(Six et.al., 2005).
Selain memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula memberikan
dampak yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat muncul akibat dari
penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota adalah meningkatnya logam berat
yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman, meningkatkan salinitas, kontaminasi dengan
senyawa organik seperti poli khlorat bifenil, fenol, hidrocarburate polisiklik aromatic, dan
asam-asam organik (propionic dan butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997)
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan karena
mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan jumlah bahan
organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah,
topografi dan sifat penyediaan hara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat dikelompokkan
dalam tiga grup, yaitu :
1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia,
2) tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan,
3) faktor iklim terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur.
Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relative sukar
didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi
senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang
mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan
tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh
senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari
selulosa, pati, gula dan senyawa protein.
Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka
kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan organik di dalam
tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami secara terus menerus
dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah (Brady, 1990). Young
(1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak
menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya. Hairah et al.
(2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik:
1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat memenuhi
jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari
sumber lain tetap diperlukan.
2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan
seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau
burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan
atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya
transportasi yang besar.
3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari pangkasan
tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai
tanaman pagar.
2.2 Fungsi Bahan Organik
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik tanah dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Fungsi Biologi
- menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme (termasuk mikroba)
tanah
- menyediakan energi untuk proses-proses biologi tanah
- memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah
2. Fungsi Kimia
- merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah
- penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah
- menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K
3. Fungsi Fisika
- mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan stabilitas struktur
tanah
- meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air
- perubahahan moderate terhadap suhu tanah
Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai
contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat
meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
meningkatkan daya pulih tanah.
2.3 Peran Bahan Organik terhadap Tanah
Bahan orgnik di samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak
kalah pentingnya terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah lainnya. Syarat tanah sebagai
media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang baik
apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan
lengas t anah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik. Peran bahan organik
yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya
mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.

Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Fisik Tanah


Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang
mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat
tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh
pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang
diperlakukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan
kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga
kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah. Komponen organik seperti asam humat dan asam
fulvat dalam hal ini berperan sebagai sementasi pertikel lempung dengan membentuk
komplek lempung-logam -humus (Stevenson, 1982).
Mekanisme pembentukan egregat tanah oleh adanya peran bahan organik ini dapat
digolongan dalam empat bentuk: (1) Penambahan bahan organik dapat meningkatkan
populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan actinomycetes. Melalui pengikatan secara
fisik butir-bitir primer oleh miselia jamur dan actinomycetes, maka akan terbentuk agregat
walaupun tanpa adanya fraksi lempung; (2) Pengikatan secara kimia butir-butir lempung
melalui ikatan antara bagian–bagian positip dalam butir lempung dengan gugus negatif
(karboksil) senyawa organik yang berantai panjang (polimer); (3) Pengikatan secara kimia
butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan
gugusan negatif (karboksil) senyawa organik berantai panjang dengan perantaraan basa-basa
Ca, Mg, Fe dan ikatan hidrogen; (4) Pengikatan secara kimia butir-butir lempung melalui
ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan gugus positif (gugus amina,
amida, dan amino) senyawa organik berantai panjang (polimer) (Seta, 1987). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa asam.
Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah
a. Meningkatkan hara,
b. Menghasilkan humus tanah yang berperan secara koloidal dari senyawa sisa
mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi,
c. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar dibandingkan
koloid anorganik,
d. Menurunkan muatan positif tanah melalui proses pengkelatan terhadap mineral oksida
dan kation Al dan Fe yang reaktif, sehingga menurunkan fiksasi P tanah,
e. Meningkatkan ketersedian dan efisiensi pemupukan serta melalui peningkatan
pelarutan P oleh asam-asam organic hasil dekomposisi bahan organic.

Peranan Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah


Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah.
Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi
mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi
dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi
bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah,
fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam
protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses
humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan struktur tanah (Tian, G. 1997). Mikro flora dan fauna tanah ini saling
berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, kerena bahan organik menyediakan
energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai sumber energi.
Pengaruh positif yang lain dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada
pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas
biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan
vitamin (Stevenson, 1982). Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat
tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia
dalam tanah. Disamping itu, diindikasikan asam organik dengan beratmolekul rendah,
terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan
organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang
tumbuh, sehingga berpengaruh positip terhadap pertumbuhan tanama

2.4 Macam-macam Bahan Organik


1. Pupuk Hijau
Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam
tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-
kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat menghasilkan
bahan organic lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang
membantu mengikat Nitrogen dari udara.
Keuntungan penggunaan Pupuk Hijau
1. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
2. Mencegah adanya erosi
3. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan gulma
jika ditanam pada waktu tanah bero
4. Sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk
inorganik. Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan, yaitu: (1) tanaman hijau dapat
sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan dan air pada pola tanam yang menggunakan
rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang hama ataupun penyakit, (2) dapat
menimbulkan persaingan dengan tanaman pokok dalam hal tempa, air dan hara pada pola
pertanaman tumpang sari.

2. Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami
pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan.
Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebgai pupuk kompos. Tetapi sekarang
sudah banyak spesifikasi mengenai kompos. Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah
atau sampah domestik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat
diperbaharui yang tidak tercmpur logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat
menanggulangi adanya timbunan sampah yang menggunung serta megurangi polusi dan
pencemaran di perkotaan.
- Sifat fisik tanah
Kompos meningkatkan struktur tanah sehingga mempermudah pengolahan tanah,
tanah pasiran menjadi lebih kompak dan tanah lempung dapat menjadi gembur. Selain itu
kompos juga mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan pengikatan hara
makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
- Sifat kimia tanah
Kompos menyediakan hara baik makro maupun mikro mineral. Kebutuhan hara
makro mineral tanaman, seperti N, P, K, Ca dan Mg didalam kompos berada dalam bentuk
tersedia bagi tanaman karena proses dekomposisi. Hara-hara mikro mineral yang juga
terkandung dan dibutuhkan oleh tanaman seperti Fe, S, Mn, Cu, Zn, B, Mo, Si dan trace
mineral lainnya yang dalam jumlah sedikit tapi dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
- Sifat biologi tanah
Kompos banyak mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomicetes, bakteri dan
algae) yang berfungsi untuk proses dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah. Dengan
ditambahkannya kompos didalam tanah, tidak hanya jutaan mikroorganisme yang
ditambahkan kedalam tanah, akan tetapi mikroorganisme yang ada didalam tanah juga
terpacu untuk berkembang biak. Selain itu aktifitas mikroorganisme didalam tanah juga
menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti auksin, giberellin dan sitokinin yang
dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian
unsur-unsur hara semakin luas.

3. Pupuk Kandang
Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk
karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap tanaman.
Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian dan peternakan yang
sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian organik.
Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk organik
lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu :
1. Pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsur-unsur organik yang
dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah sehingga
mudah diolah dan banyak mengandung oksigen. Penambahan pupuk kandang dapat
meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebakan tanah lebih banyak
menahan air lebih banyak sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh
bulu akar.
2. Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting unuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk
lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain.
3. Pupuk kandang banyak mengandung mikrooganisme yang dapat membantu
pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi
tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat diperlukan bagi tanah
dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat digantikan oleh pupuk lain.
4. Pupuk Cair
Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk
anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-
unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga
manfaatnya lebih cepat terasa.Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan
perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air
rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.Penggunaan pupuk cair dapat
memudahkan dan menghemat tenaga.
Keuntungan pupuk cair antara lain :
1. pengerjaan pemupukan akan lebih cepat
2. penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman sehingga dapat menjaga
kelembaban tanah
3. aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah dan pemberantas
penggangu tanaman.
4. Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan pupuk cair
misalnya daun johar, gamal, dan lamtorogung

2.5 Cara Mendapatkan Bahan Organik


Hairiah et.al., 2000 menyatakan bahwa tanah dikategorikan subur apabila
mengandung bahan organik tanah minimal 2,5-4%, sehingga untuk mempertahankannya
diperlukan masukan bahan organik minimal sebanyak 8-9 ton ha-1 setiap tahunnya. Terdapat
beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan bahan organik, yaitu :
 Pengembalian sisa panen
Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2-5
ton ha-1, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh
karena itu masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
 Pemberian kotoran hewan
Kotoran hewan atau pupuk kandang bisa berasal dari hewan peliharaan seperti sapi, kerbau,
kambing dan ayam atau juga bisa berasal dari hewan liar seperti kelelawar dan burung.
Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan
tenaga dan biaya transportasi yang banyak. Bahkan dibeberapa daerah sulit didapatkan
kotoran hewan karena jumlah hewan yang dipelihara oleh penduduk sangat sedikit (Hairiah,
at.al., 2000). Pupuk kandang sebagai limbah ternak banyak mengandung unsur hara makro
seperti Nitrogen (N), Fospat (P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O). Meskipun jumlahnya
tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara mikro diantaranya Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Boron (Bo). Banyaknya kandungan
unsur makro pada pupuk kandang membuat penggunaannya hanya dilakukan pada saat
pemupukan dasar saja. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah unsur makro yang dibutuhkan
tanaman yang tidak boleh melebihi rasio C/N =12. Sehingga pupuk kandang yang memiliki
rasio C/N tinggi yaitu + 25 kurang baik bila digunakan untuk menyuburkan tanaman secara
langsung. Berdasarkan jenis hewannya, pupuk kandang terbagi kedalam lima macam yaitu
limbah kambing, limbah sapi, limbah ayam, limbah babi dan limbah kuda. Masing-masing
limbah tersebut memiliki karakteristik dan kandungan unsur hara yang berbeda. Pada limbah
sapi misalnya kandungan unsur haranya berbeda antara limbah cair maupun yang padat. Pada
limbah sapi yang cair memiliki kandungan P lebih banyak dibandingkan yang padat. Dan
sebaliknya kandungan K pada limbah sapi padat lebih banyak dibandingkan yang cair.
Limbah (kotoran ayam) memiliki kandungan N dan P paling besar diantara limbah ternak
lainnya. Sedangkan kandungan K paling besar terdapat pada limbah domba cair yaitu sebesar
2.1 %. Suatu limbah dapat digolongkan ke dalam pupuk panas bila memiliki kandungan air
yang rendah. Kandungan yang rendah tersebut berimplikasi pada proses perubahan jasad
renik secara aktif menjadi lebih cepat, sehingga waktu yang diperlukan jasad renik untuk
dekomposisi (penguraian) pupuk ini lebih cepat. Hampir semua cara kerja limbah ternak ini
berjalan cukup lambat dan membutuhkan waktu lama karena berkaitan dengan perubahan
dekomposisi atau penguraian oleh jasad-jasad sebelum siap digunakan oleh tanaman.
Pemberian pupuk kandang yang berbentuk cair dengan padat berbeda. Untuk pupuk padat
yang dingin misalnya dapat diaplikasikan pada tanah maupun tanaman sekitar 3 – 4 minggu
setelah masa pembuatan. Sedangkan pupuk padat yang panas dapat digunakan lebih cepat
yaitu sekitar 1 – 2 minggu dari masa pembuatannya. Khusus limbah ternak cair berupa urine
juga dapat dimanfaatkan sebagai perangsang perkembangan tanaman karena mengandung
hormon. Limbah ini sebaiknya diberikan menjelang waktu tanam dengan mengencerkannya
terlebih dahulu. Penyimpanan limbah yang baik mutlak diperlukan agar gas amoniak yang
terkandung tidak banyak mengalami penguapan. Untuk mencegah penguapan tersebut maka
ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu (1) menumpuk sedemikian rupa supaya rongga
udara semakin kecil, (2) mengatur penempatan pupuk kandang dengan memperkecil ruang
bagi gas amoniak untuk menguap di udara, (3) membasahi tumpukan pupuk kandang dengan
air sampai lembab dan (4) mengusahakan agar tempat penyimpanan pupuk yang bentuk padat
terpisah dengan pupuk cair. (Wibowo, 2008).
 Pemberian pupuk hijau
Pupuk hijau bisa diperoleh dari seresah dan dari pangkasan tanaman penutup tanah yang
biasa ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar.
Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari family kacang-kacangan (Legume cover crop =
LCC) dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1,8-2,9 ton ha-1 (umur 3 bulan)
dan 2,7-5,9 ton ha-1 untuk yang berumur 6 bulan (Hairiah, et.al., 2000).
Dekomposisi Bahan Organik
Dekomposisi ialah perubahan komposisi kimia bahan organik yang dilakukan
mikroorganisme tanah. Ukuran partikel dalam bahan organik, ciri-ciri dan jumlah
mikroorganisme yang terlibat, sejauh mana ketersediaan C, N, P dan K, kelembaban tanah,
temperatur, pH dan aerasinya, adanya senyawa-senyawa penghambat (seperti misalnya
lignin) merupakan sebagian dari faktor-faktor utama yang mempengaruhi laju dekomposisi
atau kecepatan mineralisasi N bahan organik. Mineralisasi N akan terhambat jika bahan
organik mempunyai kandungan lignin yang tinggi dengan kapasitas pengikatan protein yang
tinggi (Rao, 2007). Bahan organik yang mengandung lignin tinggi dengan kapasitas
pengikatan protein tinggi akan melepaskan N dalam jumlah kecil. Bahan organik yang
berkualitas tinggi (kandungan N > 2,5%, kandungan lignin < 15% dan polifenol < 4%) dapat
dimineralisasi dengan cepat dan cepat menyediakan N dalam jumlah yang besar
(Hairiah, et.al., 2000).
Proses dekomposisi diawali dengan terjadinya degradasi bahan organik (mineralisasi),
selanjutnya terjadi peningkatan biomassa mikroba (imobilisasi). Proses mineralisasi bahan
organik menghasilkan NH4+, NO3-, H2PO4-, H2PO42-, K+, Ca+, Mg2+, SO42-, SO22-.
Laju imobilisasi nitrogen tergantung dari ciri mikroorganisme tanah, temperatur tanah dan
C/N ratio dari bahan organik yang ditambahkan ke tanah. Bahan organik dari bermacam-
macam jaringan tanaman bervariasi C/N rationya. Tingkat C/N ratio optimum yang
mempunyai rentang antara 20-25 (1,4-1,7% N) ternyata ideal untuk dekomposisi maksimum,
karena tidak akan terjadi pembebasan nitrogen mineral dari sisa-sisa organik di atas jumlah
yang dibutuhkan untuk sintesis mikroba. Dengan kata lain, lingkungan tanah yang
menguntungkan tercipta untuk menghasilkan kesetimbangan antara proses-proses
mineralisasi dan imobilisasi. Kesetimbagan kritis dapat terganggu apabila C/N ratio kurang
dari 25 yaitu apabila mineralisasi jauh melampaui imobilisasi yang cenderung menuju
akumulasi nitrogen dalam bentuk ammonium dan nitrat. Oleh karena itu, salah satu cara
untuk mengukur mineralisasi dalam tanah ialah dengan mencari jumlah total nitrogen yang
tersedia dalam bentuk ammonium, nitrat dan nitrit pada waktu tertentu karena proses
aminasi, amonifikasi dan nitrifikasi terjadi hampir secara berurutan pada tanah-tanah yang
subur (Rao, 2007).
Winarso (2005) menyatakan bahwa mineralisasi ialah pembentukan N organik menjadi N
mineral. Mineralisasi N organik terjadi melalui 3 tahap, yaitu :
1. Aminasi, yaitu proses pelapukan bahan organik hingga melepaskan amina dan
asam-asam amino.
2. Amonifikasi, yaitu penghancuran senyawa-senyawa amina dan asam-asam
amino oleh mikroorganisme hingga menghasilkan ammonium.
3. Nitrifikasi, yaitu pengoksidasian secara biologis pada senyawa ammonium
hingga menjadi nitrat. Proses nutrifikasi terdiri dari dua tahap reaksi, yaitu tahap
pembentukan nitrit (NO2-) oleh bakteri nitrosomonas dan tahap selanjutnya
pembentukan nitrat (NO3-) oleh bakteri nitrobacter
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahan organik adalah penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian
telah mengalami pelapukandan pembentukan kembali.Bahan organik berperan penting untuk
menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya
dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Fungsi
bahan organik tanah dapat mempengaruhi sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah.
Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur,
konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan
ketahanan terhadap erosi.
Macam-macam dari bahan organik adalah pupuk hijau, kompos, pupuk cair dan
sebagainya. Pupuk hijau memiliki manfaat sebagai mencegah adanya erosi dan memperbaiki
tekstur serta struktur tanah. Pupuk cair keuntungannya pengerjaannya lebih
cepat.

Anda mungkin juga menyukai