Anda di halaman 1dari 22

BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan tempat tumbuh dan penyedia unsur hara pada tanaman.
Tanah mampu menyediakan air dan berbagai unsur hara baik makro maupun
mikro. Kemampuan tanah menyediakan unsur hara, ditentukan oleh kandungan
bahan organik tanah (BOT) dan kelengasan tanah. Atas dasar kandungan bahan
organik, biasanya dikenal dua kelompok tanah yaitu tanah mineral dan tanah
organik/gambut
Tanah sebagai media tumbuh tanaman dengan berbagai sifat yang dimiliki
Sifat tanah yang berbeda mengakibatkan setiap tanaman mempunyai respon
yang berbeda pula. Sifat tanah baik fisik, kimia maupun biologi, sangat penting
dalam hubungannya dengan kesuburan tanah yang menunjang pertumbuhan
tanaman Kesuburan tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan
produksi dan produktivitas tanaman. Kesuburan tanah juga dapat dilihat secara
langsung pada keadaan pertumbuhan tanaman yang menjadi salah satu indikator
terjadinya defisiensi hara
Salah satu sifat tanah yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yaitu sifat kimia tanah. Komponen kimia tanah antara
lain pH tanah, kapasitas tukar kation, N-total, P- tersedia, K- Dari kedua jenis
tanah tersebut memiliki karakteristik kimia tanah yang berbeda. Karakteriktik
tanah gambut sangat ditentukan oleh kandungan, ketebalan dan jenis mineral
pada dasar gambut, serta tingkat dekomposisi gambut. Komposisi kimia gambut
sangat dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi dan sifat kimia lingkungan aslinya
Ketersediaan unsur-unsur makro, N,P,K serta sejumlah unsur mikro pada
umumnya rendah. Kesuburan tanah ditentukan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu sifat
fisika, kimia, dan biologi tanah. Sifat fisika tanah yang berpengaruh terhadap
kualitas kesuburan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung,
diantaranya yaitu tekstur tanah, struktur tanah, bobot volume (BV) tanah, total
ruang pori (TRP) tanah, permeabilitas tanah, bahan organik tanah, dan
kemantapan agregat tanah. Sifat fisika ini juga akan mempengaruhi sifat kimia
dan biologi tanah. Ketiga sifat tanah ini saling berkaitan, sehingga akan
menentukan tingkat kesuburan dari suatu tanah faktor pembentuk tanah tersebut

1
akan menghasilkan karakteristik tanah baik karakteristik fisik, kimia maupun
biologi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kesuburan tanah
bersangkutan. Oleh karena itu, generalisasi status kesuburan tanah pada suatu
lahan dengan lingkungan fisik yang berbeda sangat tidak relevan.
Sifat Kimia tanah adalah Sifat yang mengacu pada sifat dasar tanah yang
memiliki derajat keasaman tanah atau pH yang berbeda-beda, pemupukan yang
dilakukan oleh manusia dan kandungan organik serta mineral di dalam tanah itu
sendiri. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, iklim,
bahan induk, topografi/relief, organisme dan waktu. Perbedaan pengaruh dari
berbagai faktor pembentuk tanah tersebut akan menghasilkan karakteristik tanah
baik karakteristik fisik, kimia maupun biologi yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap kesuburan tanah bersangkutan. Oleh karena itu, generalisasi status
kesuburan tanah pada suatu lahan dengan lingkungan fisik yang berbeda sangat
tidak relevan.
Unsur hara N merupakan unsur hara makro esensial, menyusun
sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein
, nitrogen dalam tanah berasal dari : a) bahan organik tanah yaitu bahan organik
halus dan bahan organik kasar, b) pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara,
c) pupuk, dan d) air hujan.Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber
primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber
sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis
leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan
senyawa lainnya setelah mengalami proses sproses dekomposisi oleh aktifitas
jasad renik tanah. Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis sifat fisika, kimia dan biologi
tanah pada suatu penggunaan lahan manggis di daerah cimpago

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Respirasi
Tanah berfungsi sebagai media berkembangnya akar tanaman, penyedia
unsur hara, dan penyimpan air bagi tanaman. Pengolahan tanah merupakan salah
satu kegiatan persiapan lahan yang penting untuk menciptakan kondisi media
perakaran yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman sehingga akan
diperoleh produksi tanaman yang optimal. Sistem olah tanah dalam pertanian
modern dibagi menjadi dua, yaitu olah tanah konvensional dan olah tanah
konservasi. Olah tanah konvensional atau dikenal juga dengan istilaholah tanah
intensif (OTI) secara turun menurun masihdigunakan oleh petani di Indonesia.
Pada olah tanah konvensional, tanah yang telah dibersihkan dari gulma daan sisa
tanaman sebelumnya diolah minimal dua kali, serta lapisan olah tanah dibuat
menjadi gembur agar perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik.
(Utomo, Buchari, dan Banuwa, 2012)
Usaha untuk mempertahankan kualitas tanah tetap baik dapat dilakukan
dengan menerapkan olah tanah konservasi. Salah satu sistem olah tanah
konservasi adalah olah tanah minimum. Pada olah tanah minimum, pengolahan
tanah dilakukan secara terbatas atau seperlunya di sekitar lubang tanam tanpa
melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan. Penggunaan mulsa
organik yang berasal dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya (mulsa in situ)
juga dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Mulsa
merupakan bahan penutup permukaan tanah yang berperan melindungi tanah
dari benturan langsung butiran hujan dan aliran permukan, menekan
pertumbuhan gulma, serta mampu menciptakan iklim mikro yang baik bagi
tanaman dan mikroorganisme tanah (utomo, dkk, 2012).
Respirasi tanah adalah proses pernafasan mikroorganisme tanah dan akar
tanaman yang mengeluarkan CO2 dari tanah ke atmosfer. Respirasi tanah
dipengaruhi tidak hanya oleh faktor biologis (vegetasi dan mikroorganisme) dan
faktor lingkungan (suhu, pH dan kelembapan), tetapi juga lebih kuat oleh faktor
buatan manusia seperti penerapan sistem olah tanah (Nasution, 2015)

3
B. pH
Reaksi tanah (pH) tanah merupakan salah satu sifat kimia tanah yang sangat
penting karena berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Nilai pH diukur
denganskala 0-14, pH pada skala 7 dinyatakan netral, pH di bawah 7 dinyatakan
sebagai masam (acid), pH di atas 7 dinyatakan sebagai basa (alkaline) Tanaman
pada umumnya menghendaki pH tanah yang sedikit masam hingga netral atau
antara pH 6 – 7 (Subagyo et al., 2000).
Pengaruh pH tanah terhadap pertumbuhan tanaman dapat berupa pengaruh
langsung dari ion H dan pengaruh tak langsung, yaitu menyangkut ketersediaan
unsur hara di dalam tanah. Nilai pH rendah menyebabkan ketersediaan unsur
hara tertentu meningkat, sebaliknya pada pH tersebut juga menyebabkan
ketersediaan unsure hara menurun (Sitorus et al., 2012).
Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan tanah karena
dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah. Kemasaman tanah (pH)
optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena semua
unsur makro tersedia secara maksimum, sedangkan unsur mikro tidak
maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur hara
tersebut. Pada pH di bawah 6,5 dapat terjadi defisiensi P, Ca dan Mg serta
toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe, sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi
defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca dan Mg juga keracunan B dan Mo (Hanafiah,
2004).
Kemasaman tanah merupakan indikator kesuburan tanah, karena dapat
mencerminkan ketersediaan hara di dalam tanah. Reaksi tanah menunjukkan
sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai
pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah.
Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut
(Soewandita, 2008).
Nilai pH yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman antara 6,0 sampai 7,0.
Pada kisaran pH tersebut, ketersediaan unsur-unsur hara tanaman terdapat dalam
jumlah besar, karena kebanyakan unsur hara mudah larut di dalam air sehingga
mudah diserap akar tanaman (Krisnohadi, 2011) .

4
C. C-Organik
Karbon merupakan unsur penting pembangun bahan organik, karena sebagian
besar (58%) bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik (BO). Karbon organik
(C-organik) yang ada dalam BO telah lama dikenal sebagai salah satu penciri
kesuburan tanah dan lahan produktif. Sebaliknya, tanah merupakan tempat
pencadangan karbon terbesar dalam ekosistem darat yang berperan penting dalam
siklus karbon global. Setengah dari jumlah karbon yang diserap tanaman masuk ke
dalam tanah melalui sisa tanaman (serasah), akar tanaman yang mati dan organisme
tanah lainnya yang akan mengalami dekomposisi sehingga terakumulasi dalam
lapisan tanah (Ruddiman, 2007).
Studi tentang simpanan karbon tanah telah menjadi perhatian dalam rangka
menilai kualitas tanah akibat aktivitas pertanian yang cenderung menyebabkan
degradasi tanah. Di dalam tanah, C-organik merupakan bagian dari sistem tanah
yang kompleks dan dinamis. Sifatnya yang sangat labil dan kandungannya dapat
berubah sangat cepat tergantung manajemen pengelolaan tanah. Jumlah C-organik
dalam tanah mencerminkan kandungan BO dalam tanah yang merupakan tolak ukur
yang penting untuk pengelolaan tanah-tanah pertanian. Bahkan C-organik
dipercaya sebagai kunci ketahanan terhadap kekeringan dan kelestarian produksi
pangan (Bot dan Benites, 2005)
Jumlah C-organik setiap penggunaan lahan berbeda-beda, tergantung pada
keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara
pengelolaannya. Perubahan penggunaan lahan (land use) dan perbedaan pola tanam
dapat mempengaruhi jumlah karbon tanah. Konversi hutan menjadi lahan pertanian
menyebabkan penurunan jumlah C-organik tanah. Demikian pula, pola tanam
monokultur dan rotasi dapat menyebabkan perbedaan jumlah C-organik tanah.
Simpanan karbon pada suatu lahan menjadi lebih besar apabila kondisi kesuburan
tanahnya baik, atau jumlah karbon yang tersimpan di atas tanah (biomasa tanaman)
ditentukan oleh besarnya jumlah karbon tersimpan di dalam tanah (C-organik)
(Hairiah dkk., 2007).

5
D. N-Total
Unsur hara N merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5%
bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein
, nitrogen dalam tanah berasal dari : a) bahan organik tanah yaitu bahan organik
halus dan bahan organik kasar, b) pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara,
c) pupuk, dan d) air hujan.Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber
primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber
sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis
leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan
senyawa lainnya setelah mengalami proses sproses dekomposisi oleh aktifitas
jasad renik tanah.(Hanafiah, 2005)
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman
ataumikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000
kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3% dari
jumlah tersebut (Hardjowigeno, 2003).
Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada
fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak,
enzim, dan persenyawaan lain (Susanto, 2005).
Kadar nitrogen tanah biasanya sebagai indikator basis untuk menentukan
dosis pemupukan urea. Fungsi N adalah memperbaiki sifat negatif tanaman.
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau, gejala
kekurangan N, tanaman tumbuhan kerdil dan daun-daun rontok dan gugur. N
tanah pada lahan gambut biasanya lebih besar dibandingkan pada tanah dalam
tanah gambut ketersediaan N untuk tanaman relative rendah karena N tanah
gambut tersedia dalam bentuk N-organik. Hal ini yang menyebabkan
perbandingan C/N pada lahan gambut relatif tinggi saat dilakukan analisis N-
total. Hartatik et al. (2011)
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000
kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3% dari
jumlah tersebut (Hardjowigeno, 2003).

6
E. BV, TRP, KA
Tanah dalam bahasa yunani: pedon dan dari bahasa latin: solum adalah suatu
bagian dari kerak bumi yang tersusun atas Bahan organik dan Mineral. Tanah
memiliki peran yang sangat penting bagi semua mahuk hidup yang ada di bumi
karena selain tempat pijakan, juga sebagai penopang akar. Tanah memiliki struktur
tanah yang berongga-rongga sehingga memudahkan akar untuk tumbuh dan
bernafas. Bukan hanya manusia saja yang membutuhkan tanah sebagai satu hal
yang penting, hewan dan tumbuhan yang lainnya juga sangat membutuhkan.
sebagai lahan untuk hidup dan bergerak (Muiz, 2016)
Berat jenis Specific Grafity (Gs) didefinisikan sebagai perbandingan antara
berat volume butiran padat dengan berat volume air pada temperatur 4° С. Berat isi
sangat diperlukan dalam analisa fisika tanah seperti penentuan ruang pori total dan
kadar air tanah dalam persen volume. Bert isi tanah juga diperlukan untuk
pemberian pupuk, penambahan kapur dan pembenah tanah dalam satu satuan luas
lahan. Hal ini karena pada luas lahan dengan kebutuhan tertentu menggunakan
satuan volume (m³), sedangkan pupuk, kapur dan pembenah tanah harus diubah jadi
satuan berat dulu (kg atau ton). Untuk mengubah menjadi satuan berat maka
diperlukan data berat isi tanah (Buckman, 1982).
Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering
ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi akar di
dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta sifat fisik tanah lainnya. Seperti sifat
tanah yang lainnya, berat volume mempunyai variabilitas spasial (ruang) dan
temporal (waktu). Nilai berat volume, bervariasi antara satu titik dengan titik yang
lain disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman
perakaran, struktur tanah, jenis fauna, dan lain-lain. Nilai berat volume sangat
dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan terhadap tanah. Nilai berat volumr
terendah biasanya didapatkan di permukaan tanah sesudah pengolahan tanah.
Bagian tanah yang berada di bawah lintasan traktor akan jauh lebih tinggi berat
volumenya dibandingkan dengan bagian tanah lainnya (Agus k, dkk, 2015)
Faktor-faktor ketersediaan air tanah dan kadarnya sebenarnya pada setiap
koefisien ini umumnya bervariasi, terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar
bahan organik tanah, senyawa kimiawi, dan kedalaman solum. Kadar air tanah
bertekstur liat > lempung> pasir. (Hanafiah, 2012)

7
BAB III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Analisis Tanah dan Tanaman telah dilakukan pada bulan September
s.d. November 2023, setiap hari Senin, pukul 16.10 – 17.50 WIB di laboratorium
Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.
B. Alat dan Bahan
1. Respirasi
Alat yang digunakan dalam praktikum respirasi tanah ini adalah kotak plastik
ukuran 20 x 20 cm, botol film 2 buah, cangkul, label, HVS, pisau, penggaris,
penyangga 4 buah, dan erlemeyer kecil (50 ml). Sedangkan bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah KOH 10 ml, aquades 10 ml sebagai blanko, HCL 1 N,
indikator PP, BaCl2 25 ml, dan methyl orange.
2. pH
Alat yang digunakan yaitu neraca analitik, tabung kocok 50 ml, labu semprot,
gelas ukur 50 ml, mesin kocok, elektroda gelas pH meter, dan tisu. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah sampel tanah terganggu, aquades, larutan KCl 1 N,
dan larutan buffer pH 4 dan pH 7.
3. C-Organik
Alat yang digunakan yaitu labu ukur 100 ml, neraca analitik, pipet 10 ml
ataupun gelas ukur 10 ml. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel tanah
terganggu, asam sulfat pekat (H2SO4), kalium dikromat (K2Cr2O7), dan larutan
standar 5.000 ppm C.
4. N-Total
Alat yang digunakan yaitu erlenmeyer 50 ml, neraca analitik, gelas ukur 20
ml dan 100 ml, hot plate, alat destilasi, alat titrasi, labu kjedahl, buret 25 ml dan
pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel tanah terganggu, asam
sulfat pekat (96%), NaOH 40%, asam borat (H3BO3) 4%, dan indikator Conway.
5. BV, TRP, KA
Alat yang digunakan pada praktikum objek ini yaitu ring sampel, neraca
analitik, oven, triplek, dan kertas label. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu sampel tanah utuh (yang berada di dalam ring sampel).

8
C. Cara Kerja
1. Respirasi
Langkah pertama yang dilakukan adalah memilih lahan yang akan dijadikan
tempat perlakuan respirasi. Setelah itu, dibersihkan vegetasi, lalu diisi botol film 1
dengan 10 ml aquades dan botol film 2 diisi dengan 10 ml KOH, lalu diletakkan
botol film tadi di atas tanah. Ditutup botol film menggunakan toples bening, lalu
ditancapkan penyangga pada tiap-tiap sudut toples. Diinkubasi selama 4 jam.
Setelah 4 jam, dikeluarkan botol film lalu dilakukan titrasi. Dimasukkan masing-
masing larutan yang telah diinkubasi ke dalam gelas erlenmeyer. Ditambahkan
masing-masing dengan 5 ml BaCl2 yang bertujuan untuk menggumpalkan. Setelah
itu, ditambahkan ke dalam masing-masing erlenmeyer indikator PP sebanyak 4
tetes atau hingga larutannya berwarna merah muda. Dititrasi dengan larutan HCl
hingga kembali berwarna bening. Dicatat jumlah HCl yang terpakai dan dilakukan
perhitungan.
2. pH
Pertama ditimbang 10,00 g contoh tanah sebanyak dua kali, masing-masing
dimasukkan ke dalam botol kocok, ditambah 20 ml air bebas ion ke botol yang satu
(pH H2O) dan 50 ml KCl 1 N ke dalam botol lainnya (pH KCl). Dikocok dengan
mesin pengocok selama 30 menit. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang
telah dikalibrasi menggunakan larutan sangga pH 7,0 dan pH 4,0 dan dilaporkan
nilai pH dalam satu desimal (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian,
2012).
3. C-Organik
Langkah kerja praktikum objek ini adalah pertama, ditimbang 0,5 g contoh
tanah ukuran <0.5 mm, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Lalu ditambahkan
5 ml adalah K2Cr2O7 1 N, lalu dikocok. Kemudian ditambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat
dan dikocok lalu diamkan selama 30 menit. Diencerkan dengan air bebas ion,
dibiarkan dingin dan diimpitkan. Keesokan harinya diukur absorbansi larutan jernih
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm. Sebagai pembanding
dibuat standar 0 dan 250 ppm, dengan dipipet 0 dan 5 ml larutan standar 5.000 ppm
ke dalam labu ukur 100 ml dengan perlakuan yang sama dengan pengerjaan contoh
(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2009).

9
4. N-Total
Pertama, ditimbang 0,5 g contoh tanah ukuran <0,5 mm, dimasukkan ke
dalam tabung digest. Ditambahkan 1 g campuran selen dan 3-5 ml asam sulfat
pekat, didestruksi hingga suhu 350oC (3-4 jam). Destruksi selesai bila keluar uap
putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam). Tabung diangkat dan dinginkan,
lalu sampel diekstrak dengan aquadest 40 ml dan NaOH 40% 20 ml. Dengan segera
sampel dihubungkan dengan alat ditilasi. Hasil distilasi ditampung dengan
campuran indikator Conway 1-3 tetes dan H3BO3 4% 15 ml hingga hasil destilasi
berubah bewarna biru dan sudah tertampung sebanyak 40 ml. Terakhir sampel
dititrasi dengan H2SO4 0,05 N atau 0,1 N hingga berwarna pink. Dicatat larutan
H2SO4 terpakai dan dimasukkan ke dalam rumus (Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, 2009).
5. BV, TRP, KA
Langkah kerja praktikum ini adalah sampel tanah utuh yang berada dalam ring
dibawa ke laboratorium, lalu dibuka tutup ring dan dilakukan penimbangan triplek
penutup ring dan berat total (berat tanah, ring, triplek). Selanjutnya dioven tanah
tersebut ke dalam oven dengan suhu 105℃ selama 24 jam. Keesokan harinya
ditimbang berat kering tanah menggunakan neraca analitik serta ditimbang juga
berat ring sampel tersebut. Kemudian dari data yang diperoleh, dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus BV, TRP, dan KA.

10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 1. Hasil Analisis Tanah pada Lahan Manggis
No Parameter Hasil Kriteria
1 Respirasi Tanah 27, 621 MgCO2/m2/hari Sedang
2 pH Tanah 5, 46 Masam
3 C-Organik 3, 290 % Sedang
4 %KA (Jurnal) 60, 51 % Sangat tinggi
B. Pembahasan
Dari tabel hasil, diperoleh nilai respirasi yang diukur pada lahan Manggis
adalah sebesar 27, 621 MgCO2/m2/hari yang tergolong pada kriteria sedang. Hal
ini berkaitan dengan lahan manggis tersebut memiliki cara kerja yang benar,
karena didaerah lahan Manggis terdapat daerah perakaran yang banyak, karena
itu juga penyebabnya laju respirasi didaerah Lahan Manggis sedang, yang mana
terlihat didalam box ada uap air dan larutan KOH yang keruh. Ini menunjukkan
bahwa KOH dapat menangkap CO2 dengan baik , sedangkan H2O menguap
karena factor suhu, iklim dan lainnya.
Respirasi tanah adalah proses evolusi CO2 dari tanah ke atmosfer, terutama
dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Hal ini dipengaruhi
tidak hanya oleh faktor biologis (vegetasi, mikroorganisme) dan faktor
lingkungan (suhu, kelembaban, pH), tetapi juga lebih kuat oleh
faktor buatan manusia.
Selanjutnya pada analisis pH H2O diperoleh hasil pH yang masam, hal ini
disebabkan karena tanah Ultisol, yang memiliki sifat yang masam , yang
diakibatkan tingginya kandungan Aluminium yang terlarut, sehingga
penyerapan unsur hara dari tanah ke akar untuk tanaman tidak begitu sigbifikan
Menurut Sri Adiningsih dan Mulyadi (1993), Ultisol mempunyai ciri
memiliki penampang tanah yang dalam, reaksi tanah masam (pH<4,5),
kejenuhan Al tinggi dan kejenuhan basa rendah. Beberapa kendala yang umum
pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi, pH rata-rata < 4,50,

11
kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg,
dan kandungan bahan organik rendah.
Pada analisis C-Organik, dengan kriteria sedang, bernilai 3, 290 %, hal ini
diakibatkan karena lumayan banyak serasah yang terdapat pada top soil (lapisan
atas tanah), jadi bahan organic tergolong sedang. Bahan organik yang terdapat
disana berupa daun kering, ranting pohon.
Faktor iklim yang juga mendukung proses dekomposisi bahan organik ini
lebih cepat ter dekomposisi atau terurai dengan mudah. Kandungan organik
tanah diukur berdasarkan kandungan C-Organik. Kandungan karbon (C) bahan
organik bervariasi antara 45% sampai 60% dengan presentase C-organik
dikalikan dengan faktor 1,724.
Organik tanah adalah pengaturan jumlah karbon di dalam tanah untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena
dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Unsur
karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat,
unsur padat seperti arang. Hal ini berkaitan dengan jumlah bahan organic yang
banyak terdapat di lahan Manggis tersebut.
Terdapat beberapa pengertian lainnya bahwa, karbon organik yakni
merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan
dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di
dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia.
Pada analisi sifat fisika , yaitu KA, data tersebut dirujuk dari jurnal yang
menjelaskan KA di tanah Lahan Manggis sebesar 60, 51 %, yang kategorinya
Sangat tinggi, hal ini disebabkan karena cuaca di daerah Lahan Manggis tersebut
memiliki Curah Hujan yang cukup tinggi, semakin tinggi Curah Hujan (CH)
maka, kadar air tanah semakin tinggi pula.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi kadar air tanah adalah struktur
tanah, pori tanah, dan peremeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori
lebih banyak akan mampu menyimpan air dalam jumlah lebih banyak. Karena
ruang-ruang pori tanah akan terisi oleh air.

12
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
kondisi tanah pada lahan Manggis , di Cimpago, tergolong subur, karena
berdasarkan hasil analisis, tanahnya memiliki tingkat respirasi yang sedang yaitu
sebesar 27, 621 Mg CO2/m2/hari, memiliki pH H2O 5, 46 yang masam, serta
memiliki kandungan bahan organik yang sedang, sebesar 3, 290%
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikan ke depannya adalah dapat
memaksimalkan analisis pada semua sifat tanah (fisika, kimia, dan biologi tanah)
beserta analisis tanamannya sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman lebih dalam menganalisis tanah dan tanaman.

13
DAFTAR PUSTAKA
Agus, dkk. 2015. Berat Volume Tanah.
Bot, benites. 2005. Karakteristik Kimia Tanah. Jurnal kimia tanah
Buckman, 1982. Irigasi dan Pengolahannya. LP2ES. Jakarta.
Hairiah, dkk, 2007. Karakteristik Kimia Tanah. Jurnal kimia tanah
Hakim, dkk. 1986. Dasar dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Muiz, Adam. 2016. Pengertian Tanah dan Komponen Komponennya.
Hanafiah, Kemas Ali. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Perseda.
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Perseda.
Hanafiah, Ali Kemas. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hanafiah, Ali Kemas. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo-Jakarta.
Kelapa Sawit Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Perkebunan dan Lahan
Krisnohadi, A. 2011. Analisis Pengembangan Lahan Gambut untuk Tanaman
Nasution, N.A.P., S. Yusnaini., A. Niswati dan Dermiyati. 2015. Respirasi Tanah
pada Sebagian Lokasi di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
(TNBBS).Jurnal Agrotek Tropika 3(3). 427- 433.
Pairunan. A. K. dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung
Pandang: BKPT INTIM.
Persada.
Rudiman. 2007. Karakteristik Kimia Tanah. Jurnal kimia tanah
Sitorus et al., 2012).Karakteristik Kimia Tanah. Jurnal kimia tanah
Subagyo et al., 2000. Karakteristik Kimia Tanah. Jurnal kimia tanah
Subagyo, dkk. 2000. Karakteristik Kimia Tanah. Jurnal kimia tanah
Tropika, 1: 1-7.
Utomo, M., H. Buchari, dan I. S. Banuwa. 2012. OlahTanah Konservasi:
Teknologi Mitigasi GasRumah Kaca Pertanian Tanaman
Pangan.Lembaga Penelitian Universitas Lampung.Bandar Lampung. 94
hlm

14
LAMPIRAN
A. Dokumentasi
1. Respirasi
No. Gambar Keterangan
1. (Pengamatan di Lapangan)
Tanah dibersihkan terlebih dahulu
dari vegetasi.

2.. Lalu ratakan hingga kedalaman 5


cm.

3. Diletakkan botol film yang berisi


KOH dan aquades diatas tanah
yang sudah di datarkan tadi.

4. Ditutup menggunakan kotak


plastik ukuran 15x15 cm.

15
5. Didiamkan selama 4 jam.

6. Setelah 4 jam, diambil botol film


yang berisi KOH dan aquades tadi.

7. (Analisis di Labor)
Larutan KOH dan aquades
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

8. Setelah itu larutan KOH


ditambahkan indikator PP
sebanyak 3 tetes sampai warnanya
berubah pink.

9. Dititrasi menggunakan HCl 1 N


sampai berubah warna menjadi
bening kembali.

16
2. pH tanah
No. Gambar Keterangan
1. Sampel tanah diayak terlebih dahulu
menggunakan ayakan.

2. Ditimbang 10,00 g contoh tanah.

3. Sampel tanah masukkan ke dalam


botol kocok.

4. Ditambah 20 ml air bebas ion ke botol


(pH H2O).

17
5. Kocok dengan mesin pengocok
selama 30 menit.

6. Diambil eksrak jernihnya.

7. Suspensi tanah diukur dengan pH


meter yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan sangga pH 7,0
dan pH 4,0. Laporkan nilai pH dalam
satu desimal.

2. C-Organik
No. Gambar Keterangan
1. Tanah diayak dengan ukuran < 0,5
mm.

18
2. Tanah yang sudah diayak ditimbang
sebanyak 0,5 gram.

3. Dimasukkan kedalam labu ukur dan


ditambahkan kalium dikromat 1 N
sebanyak 5 ml lalu dikocok.

4. Penambahan asam sulfat pekat


sebanyak 7,5 ml.

5. Dicukupkan dengan aquades hingga


100 ml.

19
6. Didiamkan semalaman, keesokan
harinya dihitung absorban
mengunakan spektrofotometer.

B. Perhitungan
1.) Respirasi Tanah
Diketahui : KCl titrasi : 0,8
KCl blanko : 0,3
MgCO2 untuk 1 ml HCl 1 N : 22
Luas kotak : 15x15/10000=0.0225
24 jam/ waktu pengamatan : 24 jam/4 jam= 6 jam
Maka :
MgCO2/hari= (𝑆 − 𝐶 ) × 22 × 0,025 × 6
= (0,8 × 12 − 0,3) × 22 × 0,0225 × 6
= (9,6 − 0,3) × 22 × 0,0225 × 6
= 27,621 MgCO2/m2/hari (Sedang)
1. C-organik
Diketahui : Larutan standar 0 dan 250 ppm
No. Standar (x) Absorban (y) x.y x2
1. 0 0,000 0 0
2. 250 0,3470 86,75 62500
∑ 𝑥 = 250 ∑ 𝑦 = 0,3470 ∑ 𝑥. 𝑦 = 86,75 ∑ 𝑥 2 = 62500

(0-20 cm) Lahan Manggis : y= 0, 0902 KA(% Berat)= 60,51%


Maka :
▪ Nilai 𝑥̅ :
∑𝑥 250
𝑥̅ = = = 125
𝑛 2

▪ Nilai 𝑦̅:

20
∑𝑦 0,3470
𝑦̅ = = = 0,1735
𝑛 2

▪ Nilai b:
∑ 𝑥 .∑ 𝑦 (250 𝑥 0,3470)
∑ 𝑥.𝑦 − 86,75− 86,75−43,375 43,375
𝑛 2
b= (∑ 𝑥)2
= 62500 = = = 0,001388
∑(𝑥 2 )− 62500− 31250 31250
𝑛 2

▪ Nilai a:
a= 𝑦̅ − 𝑏𝑥̅ = 0,1735- 0,001388 (125)= 0,1735- 0,1735= 0
▪ Nilai fk:
100 100 100
fk = 100−%𝐾𝐴(𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)= 100−60,51= 39,49= 2,532

▪ Ppm Kurva C-Organik:


y−a 0,0902−0
x1= = 0,001388= 64,985
𝑏

▪ Kadar C-Organik:
10
C-Organik = ppm × 500 × fk = 64,985× 0,02 × 2,532= 3,290 (Sedang)

▪ Kadar Bahan Organik:


(0-20 cm) : B.O= 1,724 × C-Organik= 1,724 × 3,290 = 5,671 (Sangat
Tinggi).

C. Tabel Kriteria
1) Respirasi Tanah
No. Nilai Kritria
1. 0 Tidak ada
2. < 9,5 Sangat rendah
3. 9,5 – 16 Cukup rendah
4. 16 – 32 Sedang
5. 32 – 64 Ideal
6. > 64 Sangat tinggi

2) pH Tanah
No. Nilai Kriteria
1. < 4,5 Sangat masam
2. 4,5 – 5,5 Masam
3. 5,6 – 6,5 Agak masam
4. 6,6 – 7,5 Netral
5. 7,6 – 8,5 Agak alkalis
6. > 8,5 Alkalis

3) C-Organik
No. Nilai Kriteria
1. <1 Sangat rendah

21
2. 1– 2 Rendah
3. 2–3 Sedang
4. 3–5 Tinggi
5. >5 Sangat tinggi

4) Kadar Air
No. Nilai (%) Kriteria
1. <5 Sangat rendah
2. 5 – 10 Rendah
3. 10 – 15 Sedang
4. 15 – 20 Tinggi
5. > 20 Sangat tinggi

22

Anda mungkin juga menyukai