Anda di halaman 1dari 11

1.

Kesuburan tanah menjadi kunci

penting dalam proses budidaya tanaman,

yang mana kesuburan tanah dalam arti

sempit adalah ketersediaan hara tanaman

pada waktu tersebut. Semakin tinggi

ketersediaan hara, maka tanah tersebut

makin subur dan sebaliknya. Status hara

dalam tanah selalu berubah - rubah

tergantung pada musim,pengelolaan

tanah, dan jenis tanaman (Hardjowigeno,

2010)

Tanah yang selalu ditanami suatu

jenis tanaman secara terus menerus,

maka penyerapan hara baik makro

maupun mikro untuk tanaman tersebut

selalu serupa, sehingga akan terjadi


defisiensi hara tertentu (Rosmarkam dan

Yuwono, 2002). Oleh karena itu tingkat

pemiskinan hara juga hampir sama.

Berbeda dengan tanah yang ditanami

jagung kemudian bergiliran dengan

tanaman kacang tanah, maka penyerapan

atau pemiskinan hara oleh tanaman

berbeda karena penyerapan hara antara

jagung dan kacang tanah tidak sama,

Tanah pertanian yang dipupuk berarti

mengganti kehilangan hara baikkarena

diserap tanaman, leaching maupu

denitrifikasi sehingga tingkat kesuburan

tanah tidak menurun.

Guna meningkatkan kesuburan tanah,

maka petani perlu melakukan


pemupukan, yang mana penggunaan

pupuk yang tepat guna, tepat waktu ,

tepat dosis menjadi kunci penting dalam

keberhasilan budidaya tanaman, namun

bila penggunaan pupuk yang tidak tepat

justru akan meracuni dan mengganggu

pertumbuhan tanaman. Kebanyakan

petani memiliki pengetahun yang kurang

tentang penggunaan pupuk, mereka lebih

cenderung mengutamakan bagaimana

produksi tanaman semaksimal mungkin,

sehingga penggunaan pupuk terutama

pupuk an organik menjadi tidak

terkendali, dan cenderung mengabaikan

dosis penggunaan yang tepat, akibatnya

bila hal ini dibiarkan dalam jangka waktu


yang lama akan menjadikan strukturtanah semakin padat dan berakibat tidak

bisa lagi dijadikan sebagai lahan untuk

budidaya tanaman

Karbon organik adalah kandungan

karbon dalam bahan organik tanah, yang

berarti karbon organik menggambarkan

keberadaan bahan organik dalam tanah.

2.Bahan organik dapat didefinisikan sebagai

semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan baik

yang masih hidup maupun yang telah mati. Kononova (1966)

memberikan definisi bahan organik tanah adalah bahan yang

kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan di dalam

tanah dan mengalami perombakan secara terus menerus.

Bahan organik tanah dapat dikelompokkan menjadi dua komponen,

yaitu komponen yang mati (dead organic matter) dan komponen


yang hidup (living organic matter). Komponen hidup bahan organik

dapat terdiri dari akar tanaman, binatang di dalam tanah (meso dan

micro fauna) dan mikroorganisme biomassa (microbial biomass), dan

komponen mati terdiri dari residu organik yang terdekomposisi

secara biologi dan kimia. Komponen mati bahan organik juga dapat

dibedakan menjadi materi yang tidak berubah/ciri morfologi material

aslinya masih terlihat dan produk atau material yang sudah

mengalami transformasi (humus)

3.organik tanah terbentuk melalui

beberapa tahapan dekomposisi bahan organik. Status C-

organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal

seperti jenis tanah, curah hujan, suhu, masukan bahan

organik dari biomasa di atas tanah, proses antropogenik,

kegiatan pengelolaan tanah, dan kandungan CO2 di

atmosfer (Hairiah et al. 2001; Hairiah et al. 2011;


Yulnafatmawita et al. 2011). Perubahan status C-organik

tanah melalui proses dekomposisi dan mineralisasi bahan

organik tanah dilaporkan memiliki keterkaitan dengan

sifat-sifat tanah seperti tekstur (Augustin dan Cihacek

2016), pH, kation logam dalam tanah, KTK (kapasitas

tukar kation) (Solly et al. 2019), dan kandungan nitrogen

(Gärdenäs et al. 2011).

C-organik berperan penting dalam mendukung

pertanian berkelanjutan terutama sebagai indikator basis

kesuburan tanah, menjaga ketersediaan hara, perbaikan

sifat fisik tanah, serta menjaga kelangsungan hidup

mikroorganisme tanah (Smith et al. 2013). Siklus hara danketersediaan unsur hara esensial bagi
pertumbuhan

tanaman seperti N, P, S, Ca, Mg, Zn dan Fe juga memiliki

keterkaitan dengan kandungan karbon sebagai reservoir

hara dari hasil dekomposisi bahan organik (Hairiah et al.


2000; Powlson et al. 2015). Selain berperan dalam

meningkatkan KTK melalui aktivasi gugus karboksil,

karbon merupakan sumber energi bagi organisme tanah

dalam membentuk proses biologis yang menjadi faktor

penentu dari proses transformasi hara (Powlson et al.

2015; McCauley et al. 2017). Tanah yang telah

dimanfaatkan untuk budidaya pertanian cenderung

memiliki nilai karbon yang lebih rendah akibat

penggunaan pupuk anorganik dan pestisida berlebihan,

pengolahan tanah, serta kehilangan biomassa karena

terangkut panen (Don et al. 2011; Guillaume et al. 2016).

4.Tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi dapat menjamin tingkat produktifitas pertanian.
Keberadaan

kandungan bahan organik tanah yang memadai merupakan salah satu kunci keberlanjutan pertanian.
Praktek

pertanian yang mengabaikan penambahan kandungan bahan organik tanah atau kegiatan pertanian
yang tidak
mampu mempertahankan kandungan bahan organik tanah maka praktek pertanian tersebut akan
mengarah pada

kemunduran produktifitas dan menjadi pertanian yang rapuh untuk jangka panjang. Tanah pertanian de
ngan

kandungan bahan organik tinggi patut dipertahankan dan tanah dengan kandungan bahan organik yang
rendah

harus ditingkatkan. Praktek pertanian seperti inilah yang dapat menjamin keberlanjutan produktifitas
pertanian

untuk kepentingan masa depan masyarakat lokal, nasional, maupun global. Mempertahankan
kandungan bahan

organik tanah ataupun meningkatkan kandungan bahan organik dalam praktek pertanian tidak banyak
ditemukan,

namun dalam jangka panjang diperlukan pemahaman dan kesadaran para pihak, terutama petani,
ilmuwan di

bidang pertanian, dan pemerhati pertanian dan lingkungannya untuk melakukan suatu upaya
menumbuhkan dan

meningkatkan kesadaran para pihak yang peduli dengan kelangsungan pertanian kita dimasa dating,
bahwa peran

bahan organik merupakan salah satu kunci keberlanjutan pertanian ramah lingkungan di masa depan.

Kata kunci: Bahan Organik, Pertanian, Petani, Produktifitas, Tanah

Tanah dengan kandungan bahar organik yang tinggi ditemukan pada lahan hutan,
merupakan lahan yang belum pernah dibuka atau dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian atau

peruntukkan penggunaan lainnya. Kandungan bahan organik tanah di lahan hutan dapat mencapai

3-5 %. Tingginya kandungan bahan organik tanah pada lahan hutan karena secara kontinu terus

terjadi penumpukan seresah atau sisa-sisa bahan tumbuhan hutan yang jatuh ke permukaan tanah.

Bahan tumbuhan nyang jatuh ini kemudian mengalami perombahan atau dekomposisi menjadi

bahan penyusun tanah dan mengalami proses mineralisasi membebaskan unsur hara untuk

dimanfaatkan oleh tumbuhan itu dan tumbuhan atau vegetasi lain disekitarnya.

memiliki peranan yang cukup besar dalam perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Bahan

organik mampu memperbaiki aerasi tanah, penetrasi akar, penyerapan air, dan mengurangi

pergerakan permukaan tanah. Penambahan bahan organik pada tanah berpasir dapat memperbaiki

retensi unsur hara dan air. Pemberian bahan organik akan membantu meningkatkan kesuburan

tanah melalui pelepasan nitrogen dan unsur hara lainnya secara perlahan-lahan melalui proses

mineralisasi. Bahan organik sebagai sumber energi bagi mikroorganisme dapat memacu

pengeluaran enzim yang dapat menambah jumlah hara tersedia dalam tanah. Penambahan bahan

organik secara tunggal dapat meningkatkan P-tersedia serta P-anorganik dalam tanah.
Warna gelap tanah dengan kandungan bahan

organic tinggi dapat membantu penyerapan panas, sehingga bertindak sebagai reservoir panas.

Pemahaman tentang organisme dalam tanah dan biologi tanah sangat relevan untuk

mempertahankan atau meningkatkan hasil dan mengurangi kerugian dari penyakit yang ditularkan

melalui tanah dalam msistem produksi sereal dan padang rumput di Australia. SOM adalah

sumber daya dinamis dan berubah yang memainkan peranan dalam menjaga keseimbangan antara

penambahan bahan organik baru dan hilangnya bahan organik sebagai materi sudah ada di tanah

yang sebagian dikendalikan oleh aktivitas biologis yang hidup. Efek potensial SOM pada kapasitas

produktif tanah memiliki kepentingan praktis dan ekonomis bagi petani dan orang lain yang

memiliki kepentingan dalam pengelolaan lahan.

Dengan adanya pengaruh bahan organik terhadap perbaikan aerase tanah, maka

ketersediaan Oksigen bagi tanaman sawa dapat terpenuhi. Hal ini disebabkan karena panmbahan

bahan organik ke dalam tanah, seperti halnya kotoran ayam dapat memperbaiki sifat fisika tanah.

Perbaikan sifat fisik tanah yang dimaksud daspat berupa perbaikan sifat struktur, bulk density

(kepadatan lindak), kandungan air tanah, dan warna tanah. Penambahan bahan organik ke dalam

tanah dapat berfungsi sebagai bahan pengikat dalam pembentukan agregat tanah
penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat berfungsi sebagai

regulator, yakni berperan dalam memperbaiki struktur tanah. Struktur tanah yang dimaksud berupa

pembentukan agregat tanah. Perubahan sifat ini selanjutnya dapat membentuk pori-pori tanah,

baik makro maupun mikro yang seimbang. Keseimbangan pori dapat berperan dalam

penyimpanan air dan udara (draenase dan aerase) di dalam tanah yang seimbang pula. Dengan

kata lain dapat memperbaiki kondisi drainase dan aerase di dalam tanah. Apabila kandungan air

dan udara di dalam tanah seimbang, maka kandungan air tanah senantiasa dapat memenuhi

kebutuhan tanaman. Selain itu kandungan oksigen dalam tanah juga dapat memenuhi kebutuhan

tanaman, sehingga respirasi akar dapat berlangsung dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai