Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DAN KIMIA TANAH

DI SUSUN OLEH:

ANDRE SETIAWAN (2003100


SITI HADILAH (200310045)
SISKA AMELIA (200310156)
RAIHAN MAULANA SIDDIQ (200310214)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui beberapa sifat kimia tanah pada
penggunahan lahan di kebun percobaan fakultas pertanian, universitas
malikussaleh. Sedangkan kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi
mengenei karakteristik sifat fisika dan kimia pada berbagai penggunaan lahan di
kebun percobaan sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
perencanaan pengolahan dan konservasi tanah dan air dan juga dapat membantu
praktikan mengetahui cara menentukan sifat-sifat kimia seperti penetapan kadar
air, penetapan kadar air kapasitas lapang, penetapan porositas tanah, penetapan
Ph, penetapan c-organik, penentuan AL dan H tanah yang dapat ditukar, dan
penentuan nitrogen (N) total tanah. Metode yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu menggunakan metode survey. Pengamatan serta pengambilan sampel tanah
dilakukan dengan cara taktis. Contoh tanah diambil dari 3 macam sempel, tanah
bor, tanah bedengan, dan ring sampel. Analisis tanah mencakup sifat kimia tanah
yaitu. penetapan kadar air, penetapan kadar air kapasitas lapang, penetapan
porositas tanah, penetapan Ph, penetapan c-organik, penentuan AL dan H tanah
yang dapat ditukar, dan penentuan nitrogen (N) total tanah. Hasil analisis sempel,
tanah bor, tanah bedengan, dan ring sampel.

Kata Kunci: penetapan kadar air, penetapan kadar air kapasitas lapang, penetapan
porositas tanah, penetapan Ph, penetapan c-organik, penentuan AL dan H
tanah yang dapat ditukar, dan penentuan nitrogen (N) total tanah.
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan banyaknya kebutuhan pertanian yang semakin


meningkat, mengakibatkan kesuburan tanah dan kondisi iklim menjadi
parameter yang sangat penting untuk menentukan tanaman yang baik
dikonsumsi dan diolah oleh masyarakat indonesia. Maka dari itu sangat
diperlukan implementasi teknologi elektronika untuk dapat memudahkan
manusia mengetahui kadar tanah dan kondisi iklim cuaca untuk
menentukan tumbuhan yang tumbuh dengan baik dan dapat dikonsumsi
oleh manusia. Namun dari berbagai macam media informasi seperti koran,
majalah, sosial media, internet tidak sedikit di indonesia para petani
dilapangan mengalami kejadian gagal panen, salah satu penyebabnya
adalah terjadinya pencemaran alam dan lingkungan salah satunya melalui
tanah sehingga para petani tidak terlalu memperhatikan beberapa
parameter penting untuk bercocok tanam di lingkungan tersebut.
Salah satu aspek yang dibutuhkan seorang petani untuk mempunyai
hasil panen salah satu tumbuhan yang baik yaitu data parameter kondisi ph
tanah, suhu dan kelembapan lingkungan sekitar, data tersebut dibutuhkan
dikarenakan petani nantinya dapat menentukan kondisi tumbuhan apa
yang cocok untuk ditanami pada kondisi tanah dan iklim di lingkungan,
yang nantinya akan menentukan hasil panen dari petani tersebut.
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah
yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hydrogen (H+ ) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+
di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+
dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- , yang jumlahnya berbanding
terbalik dengan banyaknya H+ . Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion
H+ lebih tinggi daripada OHsedang pada tanah alkalis kandungan OHlebih
banyak daripada H + . Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah
bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2016).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi
ion
hidrogen H+ di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam
tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan
ionion lain.
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam kation yang
komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang
terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah
tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam
mendisosiasikan ion H+ beda walau kejenuhan basanya sama dengan
koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi
pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan, et. all., 2014).
Reaksi tanah (Ph) merupakan sifat kimia tanah penting sebagai
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan beberapa unsur hara essensial
tanaman dipengaruhi oleh Ph tanah. Reaksi tanah dirumuskan sebagai
berikut:
Ph = -log (H⁺)

Nilai ph ini berkisar antara 0-14, berdasarkan nilai Ph tanah dapat


dijumpai tiga keaadan: masam, netral, dan alkali. Nilai Ph =7, berarti
konsentrasi H+= konsentrasi OH-, keadaan demikian ini sisebut netral.
Reaksi tanah <7 = merupakan keadaan masam, sedangkan Ph lebih dari 7
disebut alkalis.
Kemasaman tanah dapat dibedakan atas kemasaman aktif dan
kemasaman cadangan (potensial). Kemasaman aktif disebabkan oleh
adanya ion-ion H+ bebas didalam larutan tanah, sedangkan aktif
kemasaman cadangan disebabkan oleh adanya ion-ion H+ dan Al3+ yang
teradsorp pada permukaan kompleks adsorpsi.
Pengukuran Ph yang dianggap paling teliti dengan menggunakan
metode elektrometrik dengan menggunakan Ph meter dilaboratorium,
contoh tanah kering udara dibasahi dengan air dan larutan garam, dan
dikocok selama waktutertentu, selanjutnya Ph dapat diukur. Perbandingan
antara larytan tanah adalah 1 : 1 atau 2,5 : 1. Makin tinggi perbandingan
ini makin tinggi pula nilai Ph yang di peroleh dan sebaliknya. Kalau
perbandingan ini terlalu rendah, kontak antara tanah dan elektroda tidak
sempurna, akibatnya akan mengurangi ketelitian.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam praktikum ini, yaitu :
1. Bagaimana cara analisis penentuan reaksi tanah (Ph) dalam sampel
tanah?
2. Berapa hasil penentuan reaksi tanah (ph) dalam sampel tanah?

1.3. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksaan praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemasaman tanah pada tanah bedengan dan tanah
bor pada kedalam 56-75.
2. Mengetahui cara penetapan reaksi tanah
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah

Tanah juga merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya tanaman


dalam suatu sistem pertanaman, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya ialah tersedianya unsur hara, baik unsur
hara makro maupun unsur hara mikro. Tanah sebagai medium
pertumbuhan tanaman berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan
tanah secara alami memiliki tingkat ketahanan yang sangat beragam
sebagai medium tumbuh tanaman. Fenomena dampak negatif intensifikasi
pertanian terhadap ekosistem pertanian terjadi karena intensitas pemakaian
pupuk kimia yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Pupuk anorganik lebih mudah didapatkan tetapi harganya relatif
mahal. Penggunaan pupuk anorganik selalu diikuti dengan masalah
lingkungan, baik terhadap kesuburan biologis maupun kondisi fisik tanah
serta dampak pada konsumen. Sebagian besar lahan penanaman jagung di
Indonesia berupa lahan kering. Masalah utama penanaman jagung di lahan
kering adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan,
bervariasinya kesuburan lahan dan adanya erosi yang mengakibatkan
penurunan kesuburan lahan (Adisarwanto, 2015).
Tanah adalah gejala alam permukaan daratan, membentuk suatu
mintakat (zone) yang disebut pedosfer, tersusun atas massa galir (loose)
berupa pecahan dan lapukan batuan (rock) bercampur dengan bahan
organik. Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan, tanah bukan
suatu ujud tedas (distinct). Di dalam pedosfer terjadi tumpang-tindih
(everlap) dan salingtindak (interaction) antar litosfer, atmosfer, hidrosfer
dan biosfer. Maka tanah dapat disebut gejala lintas-batas antar berbagai
gejala alam permukaan bumi. Ditinjau dari segi asal-usul, tanah
merupakan hasil alihrupa (transformation) dan alihtempat (translocation)
zat-zat mineral dan organik yang berlangsung di permukaan daratan di
bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu
sangat panjang, dan berbentuk tubuh dengan organisasi dan morfologi
tertentu (Schroeder, 1984). Pengertian tubuh menandakan bahwa tanah
merupakan bangunan bermatra tiga, dua matra berkaitan dengan luas
bentangan dan satu matra berkaitan dengan tebal. Sifat-sifat tanah muncul
dan berkembang secara berangsur menuruti perjalanan
waktu yang sangat panjang. Maka waktu menjadi matra keempat
tanah. Dengan demikian tanah disebut bangunan bermatra empat, atau
sistem ruang-waktu. Ini berarti hakekat tanah hanya terungkapkan secara
baik kalau setiap gejala tanah didudukkan menurut ruang dan waktu.
Sifat tanah beragam ke arah samping (lateral) dan ke arah cacak
(vertical) menuruti keragaman faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pembentukan tanah. Tampakan tanah yang berkaitan
dengan pola agihan cacak sifat-sifat tanah (vertical distribution pattern of
soil properties) disebut morfologi tanah. Bidang irisan tegak sepanjang
tubuh tanah, yang menampakkan morfologi tanah, disebut profil tanah.
Profil tanah dipergunakan mengklasifikasikan tanah.
Pola agihan menyamping sifat-sifat tanah dipergunakan memilahkan
daerah bentangan kelas-kelas tanah dalam pemetaan tanah. Setiap tubuh
tanah menempati suatu bagian bentanglahan (lanscape) dan menjadi salah
satu tampakan alamiah (natural feature) bentanglahan bersama dengan
sungai, rawa, gunung, hutan, dsb. Keseluruhan tampakan tanah dalam
suatu wilayah membentuk bentangtanah (soilscape) yang menjadi salah
satu ciri bentanglahan di wilayah bersangkutan. Ada lima faktor pokok
yang mempengaruhi pembentukan tanah dan menentukan rona
bentangtanah, yaitu bahan induk, iklim, organisme hidup, timbulan, dan
waktu.
Dengan peningkatan intensitas penggunaan tanah, khusus dalam
bidang pertanian, manusia dapat dimasukkan sebagai faktor pembentuk
tanah. Dengan tindakannya mengolah tanah, mengirigasi, memupuk,
mengubah bentuk muka tanah (meratakan, menteras) dan mereklamasi,
manusia dapat mengubah atau mengganti proses tanah yang semula
dikendalikan oleh faktor-faktor alam.
Tanah merupakan produk transformasi mineral dan bahan organik
yang terletak di permukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi
oleh faktor genetis dan lingkungan, yakni: bahan induk, iklim, organisme
hidup (mikro dan makro), topografi dan waktu yang berjalan selama kurun
waktu yang sangat panjang yang dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk
asalnya baik secara fisik, kimia, biologi maupun morfologinya (Winarso,
2015).
A. Tanah Lapisan Atas (Humus dan Top Soil)

Tanah lapisan atas berwarna gelap dan kehitam-hitaman, tebalnya


antara 10 – 30 cm. Lapisan ini merupakan lapisan tersubur, karena adanya
bunga tanah. Lapisan tanah atas merupakan bagian yang optimum untuk
kehidupan tumbuh tumbuhan. Semua komponen – komponen tanah
terdapat dilapisan ini, yaitu mineral 45%, bahan organik 5%, air antara 20
-30% dan udara dalam tanah antara 20 – 30%.
B. Tanah Lapisan Bawah (Subsoil)

Tanah lapisan bawah warnanya lebih cerah dan lebih padat dari pada
tanah lapisan atas. Lapisan tanah ini tebalnya antara 50 – 60 cm, lebih
tebal dari lapisan tanah atas, sering disebut tanah cadas atau tanah keras.
Dilapisan tanah ini kegiatan jasad hidup mulai berkurang. Biasanya
ditumbuhi tanaman berumur panjang dan berakar tunggang dalam dan
panjang agar mencapai lapisan tanah.

C. Batuan Tanah Induk (Bedrock)

Bahan induk merupakan batuan asal dari tanah. Lapisan tanah ini
warnanya kemerah – merahan. Lapisan itu dapat pecah dan diubah dengan
mudah, tetap sukar ditembus akar. Di lereng – lereng gunung, lapisan ini
sering terlihat jelas karena lapisan atasnya telah hanyut oleh air hujan.
Sarief (1986) menyatakan bahwa struktur tanah merupakan suatu sifat
fisik yang penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
serta tidak langsung berupa perbaikan peredaran air, udara dan panas,
aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman,
perombakan bahan organik dan mudah tidaknya akar dapat menembus
tanah lebih dalam. Tanah yang berstruktur baik akan membantu
berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal,
sedangkan tanah yang berstruktur buruk akan menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman.
2.2. Reaksi Tanah (Ph)

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah


yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hydrogen (H+ ) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+
di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+
dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- , yang jumlahnya berbanding
terbalik dengan banyaknya H+ . Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion
H+ lebih tinggi daripada OHsedang pada tanah alkalis kandungan OHlebih
banyak daripada H + . Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah
bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2016).
Kondisi pH tanah berpengaruh pada mudah tidaknya ion-ion unsur
hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap
tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara
akan mudah larut dalam air. Derajat pH dalam tanah juga menunjukkan
keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Jika tanah
masam akan banyak ditemukan unsur alumunium (Al) yang selain
meracuni tanaman juga mengikat phosphor sehingga tidak bisa diserap
tanaman. Selain itu pada tanah masam juga terlalu banyak unsur mikro
yang bisa meracuni tanaman. Sedangkan pada tanah basa banyak
ditemukan unsur Na (Natrium) dan Mo (Molibdenum). Kondisi pH tanah
juga menentukan perkembangan mikroorganisme dalam tanah.
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam kation yang
komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang
terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah
tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam
mendisosiasikan ion H+ beda walau kejenuhan basanya sama dengan
koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi
pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan, dkk, 2014). Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di
dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion ion lain.
Pengukuran pH berbasis pada penggunaan dari suatu elektroda
(biasanya gelas) yang sensitive terhadap pH dan elektroda lain sebagai
referensi, kadangkala disertai suatu elemen temperatur untuk menyediakan
sinyal menuju rangkaian penganalisa pH. Elektroda pH mempergunakan
suatu gelas sensitive pH yang diformulasi khusus terhubung dengan
larutan khusus, yang membangkitkan suatu tegangan potensial listrik
proporsional terhadap pH dari larutan. Elektroda referensi dirancang untuk
menjaga suatu tegangan listrik potensial konstan pada sebarang nilai
temperature, dan untuk membentuk rangkaian pengukur pH tertutup di
dalam larutan. Ellektroda tersebut memberikan referensi nilai potensial
listrik yang diketahui terhadap elektroda pH. Perbedaan potensial listrik
dari elektroda pH dengan elktroda referensi menyediakan sinyal dalam
millivolt yang proporsional terhadap pH.
Kombinasi elektroda pH dengan elektroda refrensi menunjukkan suatu
titik isopotensial, yaitu potensial listrik dalam mV yang konstan terhadap
perubahan temperature. Titik isopotensial seringkali dirancang pada pH
7.0 dan o mV. Menggunakan titik isopotensial dengan pengetahuan
teoritikal tentang perilaku elektroda memungkinkan untuk membuat
kompensasi (mengkoreksi ) pengukuran pH pada sebarang temperatur
dengan dengan referensi temperature (biasanya 25 0C), menggunakan
sinyal temperature dari elemen temperature. Ini membuat pengukuran pH
tidak bergantung terhadap perubahan keluaran elektroda akibat
temperature.
Reaksi tanah (Ph) merupakan sifat kimia tanah penting sebagai
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan beberapa unsur hara essensial
tanaman dipengaruhi oleh Ph tanah. Reaksi tanah dirumuskan sebagai
berikut:
Ph = -log (H⁺)
Nilai ph ini berkisar antara 0-14, berdasarkan nilai Ph tanah dapat
dijumpai tiga keaadan: masam, netral, dan alkali. Nilai Ph =7, berarti
konsentrasi H+= konsentrasi OH-, keadaan demikian ini sisebut netral.
Reaksi tanah <7 = merupakan keadaan masam, sedangkan Ph lebih dari 7
disebut alkalis.
Kemasaman tanah dapat dibedakan atas kemasaman aktif dan
kemasaman cadangan (potensial). Kemasaman aktif disebabkan oleh
adanya ion-ion H+ bebas didalam larutan tanah, sedangkan aktif
kemasaman cadangan disebabkan oleh adanya ion-ion H+ dan Al3+ yang
teradsorp pada permukaan kompleks adsorpsi.
Pengukuran Ph yang dianggap paling teliti dengan menggunakan
metode elektrometrik dengan menggunakan Ph meter dilaboratorium,
contoh tanah kering udara dibasahi dengan air dan larutan garam, dan
dikocok selama waktutertentu, selanjutnya Ph dapat diukur. Perbandingan
antara larytan tanah adalah 1 : 1 atau 2,5 : 1. Makin tinggi perbandingan
ini makin tinggi pula nilai Ph yang di peroleh dan sebaliknya. Kalau
perbandingan ini terlalu rendah, kontak antara tanah dan elektroda tidak
sempurna, akibatnya akan mengurangi ketelitian.
Reaksi tanah (pH) tanah merupakan salah satu sifat kimia tanah yang
sangat penting karena berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Nilai
pH diukur denganskala 0-14, pH pada skala 7 dinyatakan netral, pH di
bawah 7 dinyatakan sebagai masam (acid), pH di atas 7 dinyatakan
sebagai basa (alkaline) Tanaman pada umumnya menghendaki pH tanah
yang sedikit masam hingga netral atau antara pH 6 – 7 (Subagyo et al.,
2013).
Pengaruh pH tanah terhadap pertumbuhan tanaman dapat berupa
pengaruh langsung dari ion H dan pengaruh tak langsung, yaitu
menyangkut ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Nilai pH rendah
menyebabkan ketersediaan unsur hara tertentu meningkat, sebaliknya pada
pH tersebut juga menyebabkan ketersediaan unsure hara menurun (Sitorus
et al., 2013).
Subagyo et al. (2000) menyatakan bahwa salah satu hal penting dari
ketersediaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah. Nilai pH
tanah normal yang dikehendaki tanaman pada umumnya berkisar antara
6,5–7,0. Tanah – tanah dengan pH dibawah 6,5 dinyatakan sebagai tanah
masam, sedangkan pH di atas 7,0 dinyatakan sebagai tanah basa (alkalis).
Basa-basa yang dapat dipertukarkan, kejenuhan basa, KTK dan pH tanah
saling berhubungan. Basa-basa yang dapat dipertukarkan adalah total
kationkation basa dari ion Ca2+, Mg2+, K+, dan Na, sedangkan kejenuhan
basa adalah jumlah basa-basa tersebut per kapasitas tukar kation tanah
yang dinyatakan dalam satuan persen. Jika kejenuhan basa tinggi, maka
pH tanah tinggi, karena jika kejenuhan basa rendah berarti banyak terdapat
kation-kation masam yang terjerap kuat di koloid tanah (Nyakpa et al.
2016). Pada daerah yang memiliki curah hujan tinggi , koloid tanah akan
didominasi oleh ion H+, sedangkan kation-kation basa terjerap lemah dan
berada pada larutan bebas (Hakim et al., 2017).
Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan tanah
karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah. Kemasaman
tanah (pH) optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar
7,0 karena semua unsur makro tersedia secara maksimum, sedangkan
unsur mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan
terjadinya toksisitas unsur hara tersebut. Pada pH di bawah 6,5 dapat
terjadi defisiensi P, Ca dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe,
sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu,
Zn, Ca dan Mg juga keracunan B dan Mo (Hanafiah, 2014).
Gambut di Indonesia umumnya memiliki pH < 4 karena tingkat
kematangannya masih tergolong fibrik. Gambut dangkal dengan
kedalaman < 150 cm memiliki tingkat keasaman antara pH 4.0-5.1,
sedangkan pada gambut dalam yang kedalamannya > 150 cm memiliki
tingkat keasaman antara pH < 4.0 (Hartati et al., 2013). Menurut
Syahruddin dan Nuraini (2014), tingkat kemasaman ini memiliki
hubungan erat dengan kandungan asam organik. Bahan organik yang telah
terdekomposisi mempunyai gugus reaktif karboksil dan fenol yang bersifat
sebagai asam lemah yang menimbulkan sifat asam pada tanah gambut.
Tingkat kemasaman tanah gambut cenderung turun pada tingkat
kedalaman gambut yang rendah (Suhardjo dan Widjaja, 2015).
Kebanyakan tanaman toleran terhadap pH tanah yang ekstrim rendah
atau tinggi, asalkan dalam tanah tersebut tersedia hara yang cukup.
Beberapa unsur hara tidak tersedia pada pH ekstrim, dan beberapa unsur
lainnya berada pada tingkat meracun. Unsur hara yang dapat dipengaruhi
oleh pH antara lain : a) kalsium dan magnesium ditukar, b) aluminium dan
unsur mikro, c) ketersediaan fosfor, d) perharaan yang berkaitan dengan
aktivitas jasad mikro (Susanto, 2013).
3. METODOLOGI

3.1. Tempat Dan Waktu

Adapun tempat dan waktu dilaksanakannya Praktikum penetapan


reaksi tanah (ph) dilaksanakan pada hari sabtu, 15 April 2023 di
laboratorium ilmu tanah fakultas pertanian, universitas malikussaleh.

3.2. Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah:
botol plastic 25 ml, rotar evaporator, Ph meter dengan electrode gelas
kombinasi ( suku atau portable), air bebas ion, larutan KCL 1N, kertas
tissue, Ph buffer 4 dan 7, dan sampel tanah halus.

3.3. Cara Kerja


1. Timbang tanah kering angin sebanyak 10 g
2. Masukkan kedalam botol kocok
3. Lalu tambahkan 50 ml aquadest
4. Lalu kocok menggunakan mesin pengocok selama 20 menit, kemudian
ukur dengan ph meter
5. Ulangi kegiatan dengan cara yang sama namun menggunakan KCL 1N
sebagai pengganti aquadest
6. Catat hasil dan bandingkan

3.4. Rumus Perhitungan

Reaksi tanah(Ph) merupakan sifat kimia tanah penting sebagai media


pertumbuhan tanaman. Ketersediaan unsur hara tanaman dipengaruhi hara
esensial tanaman dipengaruhi oleh Ph tanah. Reaksi tanah di rumuskan
sebagai berikut:
Ph=-log (H⁺)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari praktikum yang telah dilaksanakan mendapatkan hasil reaksi


tanah (Ph) tanah bedengan dan bor, yaitu:
1. Ph tanah bor (aquadest) = 7,83
2. Ph tanah bor (KCL) = 5,97
3. Ph tanah bedengan (aquadest) = 7,93
4. Ph tanah bedengan (KCL) = 7,11

4.2. Pembahasan

Dari hasil yang telah di dapat kan di ketahui jika bobot persen reaksi
tanah (Ph) yaitu: Ph tanah bor (aquadest) ialah 7,83. Ph tanah bor (KCL)
ialah 5,97. Ph tanah bedengan (aquadest) ialah 7,93. Ph tanah bedengan
(KCL) ialah 7,11.
Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan tanah
karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah. Kemasaman
tanah (pH) optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar
7,0 karena semua unsur makro tersedia secara maksimum, sedangkan
unsur mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan
terjadinya toksisitas unsur hara tersebut. Pada pH di bawah 6,5 dapat
terjadi defisiensi P, Ca dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe,
sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu,
Zn, Ca dan Mg juga keracunan B dan Mo (Hanafiah, 2014).
5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapatkan bobot persen


reaksi tanah (Ph) yaitu: Ph tanah bor (aquadest) ialah 7,83. Ph tanah bor
(KCL) ialah 5,97. Ph tanah bedengan (aquadest) ialah 7,93. Ph tanah
bedengan (KCL) ialah 7,11. Pada pH di bawah 6,5 dapat terjadi defisiensi
P, Ca dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe, sedangkan pada pH di
atas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca dan Mg juga
keracunan B dan Mo (Hanafiah, 2014).
5.2. Saran

Setiap analisis perlu dilakukan pengulangan baik agar mendapatkan


hasil yang lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki Dan Vega Kartika Sari,Vol.11(2),Oktober 2019.58-64. Efektifitas Dolomit


Dalam Mempertahankan Ph Tanahinceptisol Perkebunan Tebu Blimbing
Djatirto. Balai Penelitian Tanaman Dan Serat. Malang.

Anon. 2014. Agricultural compendium. For rural development in the tropics and
subtropics. Elseiver. Amsterdam. xxxviii + 740 h.

Harpstead, M.I., & F.D. Hole. 2015. Soil science simplpified. Iowa State
University Press./Iowa. viii +121h.

Lynch, J.M. 2013. Soil biotechnology. Microbiological factors in crop


productivity. Blackwell Scientific Publications. Oxford. x + 191 h.

Schroeder, D. 2014. Soils. Facts and concepts. Int. Potash Inst. Bern. 140 h

Suriadikarta, D.A. 2015. Pengelolaan Lahan Sulfat Masam untuk Usaha


Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian, 24(1), 36-45.

Subagyo H. 2006. Lahan Rawa Pasang Surut. Di dalam: Suriadikarta, D.A., U.


Kurnia, Mamat H.S., W. Hartatik, D. Setyorini, editor. Karakteristik dan
Pengelolaan Lahan Rawa. Ed ke-1. Bogor: Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hlm 23-98.

Kemas Hanafiah, 2012, Dasar – dasar Ilmu Tanah Edisi 1, Jakarta: RAJAWALI

Kidd,P and Proctor J, 2001, Why plants grow poorly on Very acid soil : are
ecologists missing the obvious, Journal of Experimental Botany,52, 791-
799

Tejoyuwono Notohadiprawiro, 2006, Persoalan Tanah Masam dalam


Pembangunan Pertanian di Indonesia, paper presentasi pada Dies Natalis
UGM ke 34.
LAMPIRAN

1. Ph Tanah Bor KCL 2. Ph Tanah bedengan aquadest

3.Ph tanah bor aquadest 4. Ph tanah bedengan KCL


7.kocok selama 1 jam
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan sumberdaya penting bagi kehidupan di muka bumi.


Melalui penggunaan tanah seperti pertanian dan produksi biomassa,
sumber daya tanah dapat menghasilkan pangan, pakan, sandang, papan
dan bio-energi yang dapat mendukung kehidupan manusia. Di dalam
ekosistem, hubungan tanah, tanaman, hara dan air merupakan bagian yang
paling dinamis. Tanaman menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk
dipergunakan dalam proses-proses metabolisme dalam tubuhnya.
Sebaliknya tanaman memberikan masukan bahan organik melalui serasah
yang tertimbun di permukaan tanah berupa daun dan ranting serta cabang
yang rontok.

Karbon merupakan unsur penting pembangun bahan organik, karena


sebagian besar (58%) bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik
(BO). Karbon organik (C-organik) yang ada dalam BO telah lama dikenal
sebagai salah satu penciri kesuburan tanah dan lahan produktif.
Sebaliknya, tanah merupakan tempat pencadangan karbon terbesar dalam
ekosistem darat yang berperan penting dalam siklus karbon global.
Setengah dari jumlah karbon yang diserap tanaman masuk ke dalam tanah
melalui sisa tanaman (serasah), akar tanaman yang mati dan organisme
tanah lainnya yang akan mengalami dekomposisi sehingga terakumulasi
dalam lapisan tanah (Ruddiman, 2017).

Bahan organik merupakan akumulasi dari sisa-sisa tanaman dan hewan


yang mengalami pelapukan parsil dan sebagian merupakan bahan yang
resisten. Banyak sedikitnya bahan organic dalam tanah banyak
mempengaruhi sifat-sifat tanah seperti daya penahanan air, kapasitas
jerapan kation, kapasitas penyiapan unsur unsur N, P, dan S, stabilitas
stuktur tanah,aerasi tanah dan sebagainya.

Penetapan bahan organic tanah adalah berdasarkan oksidasi. Dua


macam cara oksidasi yang sering digunakan untuk penetapan bahan
organic tanah adalah cara oksidasi basah dan oksidasi kering. Penetapan
kandungan bahan organic disini menggunakan cara oksidasi basah, dimna
bahan organic tanah dioksidasi dengan kalium dikromat yang tidak
digunakan ditrasi dengan ferro sulfat yang telah
diketahui normalitasnya. Difenilamine dalam H₂SO₄ Pekat digunakan
sebagai petunjuk titik akhir titrasi, sedangkan pemberian H₃PO₄ 85%
adalah untuk menghilangkan gangguan yang mungkin ditibulkan oleh
adanya ion ferro. Reaksi yang berlangsung pada dasarnya adalah sebagai
berikut:

3 C+ 2 Cr₂O₇+ 16 H⁺ → 3 CO₂ + 4 Cr₃⁺ + 8H₂O

Cr₂O₇+ FeSO₄ → Cr₂ (SO₄)₃⁺ + Fe

Di dalam ekosistem tanah, C-organik merupakan komponen penting


yang mempengaruhi sifat-sifat tanah untuk mendukung pertumbuhan
tanaman, yaitu sebagai sumber energi bagi organisme tanah dan pemicu
ketersediaan hara bagi tanaman. Menurut Collins et al., (2015), salah satu
indikator keberhasilan pengelolaan lahan pertanian adalah tetap terjaganya
cadangan C-organik tanah, sehingga keseimbangan dalam tanah,
lingkungan dan keanekaragaman hayati tetap terjaga dan lestari.

Di dalam tanah, C-organik merupakan bagian dari sistem tanah yang


kompleks dan dinamis. Sifatnya yang sangat labil dan kandungannya dapat
berubah sangat cepat tergantung manajemen pengelolaan tanah. Jumlah C-
organik dalam tanah mencerminkan kandungan BO dalam tanah yang
merupakan tolak ukur yang penting untuk pengelolaan tanah-tanah
pertanian. Bahkan C-organik dipercaya sebagai kunci ketahanan terhadap
kekeringan dan kelestarian produksi pangan (Bot dan Benites, 2015).

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini, yaitu :

3. Bagaimana cara analisis penentuan kadar C-Organik dalam sampel


tanah?
4. Berapa hasil penentuan kadar C-Organik dalam sampel tanah?
1.3. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:

3. Untuk mengetahui C-organik tanah pada tanah bedengan dan tanah


bor pada kedalam 56-75.
4. Mengetahui cara penetapan C-organik tanah
.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah

Kata soil (tanah) berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu merupakan
turunan dari bahasa Latin solum, yang berarti lantai atau dasar. Defenisi
yang menjadi lugas menjadi sulit dengan sangat beraneka ragam tanah
didunia (Foth, 2014).

Tanah merupakan suatu benda alam yang terdapat di permukaan kulit


bumi, yang tersusun dari bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan
dan bahan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa sisa tumbuhan dan
hewan, yang merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan
sifat - sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor -
faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya
bentuk pembentukan (Yulipriyanti, 2016).

Tanah merupakan produk transformasi mineral dan bahan organik


yang terletak di permukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi
oleh faktor genetis dan lingkungan, yakni: bahan induk, iklim, organisme
hidup (mikro dan makro), topografi dan waktu yang berjalan selama kurun
waktu yang sangat panjang yang dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk
asalnya baik secara fisik, kimia, biologi maupun morfologinya (Winarso,
2015).

a) Tanah Lapisan Atas (Humus dan Top Soil) 5

Tanah lapisan atas berwarna gelap dan kehitam-hitaman, tebalnya antara


10 – 30 cm. Lapisan ini merupakan lapisan tersubur, karena adanya bunga
tanah. Lapisan tanah atas merupakan bagian yang optimum untuk
kehidupan tumbuh tumbuhan. Semua komponen – komponen tanah
terdapat dilapisan ini, yaitu mineral 45%, bahan organik 5%, air antara 20
-30% dan udara dalam tanah antara 20 – 30%.

b) Tanah Lapisan Bawah (Subsoil)


Tanah lapisan bawah warnanya lebih cerah dan lebih padat dari pada
tanah lapisan atas. Lapisan tanah ini tebalnya antara 50 – 60 cm, lebih
tebal dari lapisan tanah atas, sering disebut tanah cadas atau tanah keras.
Dilapisan tanah ini kegiatan jasad hidup mulai berkurang. Biasanya
ditumbuhi tanaman berumur panjang dan berakar tunggang dalam dan
panjang agar mencapai lapisan tanah.
c) Batuan Tanah Induk (Bedrock)

Bahan induk merupakan batuan asal dari tanah. Lapisan tanah ini
warnanya kemerah – merahan. Lapisan itu dapat pecah dan diubah dengan
mudah, tetap sukar ditembus akar. Di lereng – lereng gunung, lapisan ini
sering terlihat jelas karena lapisan atasnya telah hanyut oleh air hujan.

Sarief (2016) menyatakan bahwa struktur tanah merupakan suatu sifat


fisik yang penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
serta tidak langsung berupa perbaikan peredaran air, udara dan panas,
aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman,
perombakan bahan organik dan mudah tidaknya akar dapat menembus
tanah lebih dalam. Tanah yang berstruktur baik akan membantu
berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal,
sedangkan tanah yang berstruktur buruk akan menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman.

Menurut Lengkong dan Kawulusan (2018), tanah sebagai media


pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang optimum jika
komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air, 45% mineral dan 5%
bahan organik. Atas dasar perbandingin ini, nampak kebutuhan tanah
terhadap bahan organik adalah paling kecil. Namun demikian kehadiran
bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena bahan organik
merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik
secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah.

Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara unsur yang
terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah
satunya adalah kandungan C-Organik, dimana kandungan C-Organik
nmerupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah
(Hardjowigeno, 2013).

Pada penentuan kadar C – Organik pada tanah, sampel tanah berasal dari
kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Terdapat 5 macam jenis tanah di
wilayah kabupaten Ginung Kidul. Jenis tanah tersebut adalah :
1. Mediteran, tanahnya tidak subur, terbentuk dari pelapukan batu kapur,
terdapat masalah dalam ketersediaan air
2. Regosol, tanah berbukit kasar dari material gunung api. Tanah ini sangat
cocok untuk ditanami padi, tebu, tembakau dan sayuran
3. Latosol, berwarna merah hingga kuning, tanah ini cocok untuk tanaman
padi, karet, kopi, dll
4. Grumosol, terbentuk dari material halus berlempung. Berwatna kelabu
hitam dan bersifat subur.
5. Rendzina, tanah ini merupakan hasil pelapukan batu kapur didaerah
dengan curah hujan tinggi. Ciri tanah ini berwarna hitam dan sedikit zat
hara.

2.2. C-Organik

Karbon merupakan unsur penting pembangun bahan organik, karena


sebagian besar (58%) bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik
(BO). Karbon organik (C-organik) yang ada dalam BO telah lama dikenal
sebagai salah satu penciri kesuburan tanah dan lahan produktif.
Sebaliknya, tanah merupakan tempat pencadangan karbon terbesar dalam
ekosistem darat yang berperan penting dalam siklus karbon global.
Setengah dari jumlah karbon yang diserap tanaman masuk ke dalam tanah
melalui sisa tanaman (serasah), akar tanaman yang mati dan organisme
tanah lainnya yang akan mengalami dekomposisi sehingga terakumulasi
dalam lapisan tanah (Ruddiman, 2017).

Di dalam ekosistem tanah, C-organik merupakan komponen penting


yang mempengaruhi sifat-sifat tanah untuk mendukung pertumbuhan
tanaman, yaitu sebagai sumber energi bagi organisme tanah dan pemicu
ketersediaan hara bagi tanaman. Menurut Collins et al., (2013), salah satu
indikator keberhasilan pengelolaan lahan pertanian adalah tetap terjaganya
cadangan C-organik tanah, sehingga keseimbangan dalam tanah,
lingkungan dan keanekaragaman hayati tetap terjaga dan lestari.
Studi tentang simpanan karbon tanah telah menjadi perhatian dalam
rangka menilai kualitas tanah akibat aktivitas pertanian yang cenderung
menyebabkan degradasi tanah. Di dalam tanah, C-organik merupakan
bagian dari sistem tanah yang kompleks dan dinamis. Sifatnya yang sangat
labil dan kandungannya dapat berubah sangat cepat tergantung manajemen
pengelolaan tanah. Jumlah C-organik dalam tanah mencerminkan
kandungan BO dalam tanah yang merupakan tolak ukur yang penting
untuk pengelolaan tanah-tanah pertanian. Bahkan C-organik dipercaya
sebagai kunci ketahanan terhadap kekeringan dan kelestarian produksi
pangan (Bot dan Benites, 2015).

Beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan


pertanian intensif telah mengalami degradasi dan penurunan produktivitas
lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C-organik
yaitu kurang dari 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas yang
optimal dibutuhkan C-organik tanah lebih dari 2%. Penurunan jumlah C-
organik tanah di lahan kering sangat cepat apabila residu tanaman
dikeluarkan dari lahan produksi ataupun di bakar seperti yang banyak
dilakukan oleh petani. Di lain pihak, lahan-lahan pertanian tropis dengan
pemanfaatan yang intensif tanpa adanya upaya konservasi, dapat
menyebabkan kehilangan C-organik sebesar 60 - 80% (Lal, 2016).
Menurut (Hairiah dan Rahayu, 2017) aktivitas di sektor pertanian
menyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) dalam pemanasan global
sebesar 23%, dan 90% berasal dari pertanian daerah tropik.

Jumlah C-organik setiap penggunaan lahan berbeda-beda, tergantung


pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta
cara pengelolaannya. Perubahan penggunaan lahan (land use) dan
perbedaan pola tanam dapat mempengaruhi jumlah karbon tanah.
Konversi hutan menjadi lahan pertanian menyebabkan penurunan jumlah
C-organik tanah. Demikian pula, pola tanam monokultur dan rotasi dapat
menyebabkan perbedaan jumlah C-organik tanah. Simpanan karbon pada
suatu lahan menjadi lebih besar apabila kondisi kesuburan tanahnya baik,
atau jumlah karbon yang tersimpan di atas tanah (biomasa tanaman)
ditentukan oleh besarnya jumlah karbon tersimpan di dalam tanah (C-
organik) (Hairiah et. Al., 2017).

Lahan gambut memiliki cadangan karbon yang sangat tinggi yakni


sebesar 60% dan kandungan C-organik > 12% pada kedalaman 50 cm.
Cadangan karbon tanah gambut dipengaruhi oleh tingkat ketebalan
gambut, semakin tinggi kandungan karbon yang terdapat didalamnya.
Kriteria nilai kandungan C-organik tanah dijelaskan dalam Tabel 2.2.
(Widyati dan Rostiawati, 2017).

Kandungan bahan organik pada masing-masing horizon merupakan


petunjuk besarnya akumulasi bahan organik dalam keadaan lingkungan
yang berbeda. Komponen bahan organik yang penting adalah C dan N.
Kandungan bahan organik ditemukan secara tidak langsung yaitu dengan
mengalikan kadar C dengan suatu faktor yang umumnya sebagai berikut :
kandungan bahan organik = C x 1,724. Bila jumlah C-organik dalam tanah
dapat diketahui maka kandungan bahan organik tanah juga dapat dihitung.
Kandungan bahan organik merupakan salah satu indikator tingkat
kesuburan tanah (Susanto, 2015).

C-organik tanah menunjukkan kadar bahan organik yang terkandung


didalam tanah. Tanah-tanah gambut biasanya mempunyai tingkat kadar C-
organik yang lebih tinggi dibandingkan tanah mineral. Kadar C-organik
mengindifikasi tingkat kematangan gambut. Gambut dari jenis fibrik
tingkat kadar C-organiknya akan lebih tinggi dibandingkan dengan saprik
dan hemis (Soewandita, 2013).

2.3. Bahan Organik Tanah

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang
yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan
bentuk karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika dan kimia
(Nabilussalam, 2016).
Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan
tanah, terutama didaerah tropika seperti di Indoneisa dengan suhu udara
dan curah hujan yang tinggi. Kandungan bahan organik yang rendah
menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa
oleh aliran permukaan sebagai erosi, yang pada kondisi ekstrim
mengakibatkan desertifikasi. Rendahnya kandungan organik tanah
disebabkan oleh ketidak seimbangan antara peran bahan organik dan
hilangnya bahan organik dari tanah melalui proses oksidasi biologis dalam
tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan bahan organik juga
berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah tersebut
(Victorious, 2014).

Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas
flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan mati, serta hasil
sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan
bahan organik tanah yang sudah mengalami perubahan bentuk dan
bercampur dengan mineral tanah (Sutanto, 2005). Komponen organik
tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah yang aktif.
Komponen organik yang tidak hidup terbentuk melalui pelapukan kimia
dan biologi, terutama dari bahan tanaman (Tan, 2017).

Bahan organik tanah persentasenya relatif kecil dibandingkan dengan


komponen penyusun yang lain, namun demikian fungsinya melebihi
komponen yang lain. Bahan organik tanah memiliki peran dan fungsi yang
sangat vital didalam tanah, ia berperan sangat penting dalam
mempengaruhi ketiga sifat tanah. Terhadap sifat fisik tanah bahan organik
tanah berperan penting dalam proses pembentukan dan mempertahankan
kestabilan struktur tanah serta meningkatkan daya memegang air tanah
(Iswaran, 2015). Bahan organik tanah juga memberikan warna pada tanah,
mengurangi plasitsitas dan kohesi tanah. Terhadap sifat kimia, bahan
organik tanah berperan penting dalam meningkatkan KTK (Kapasitas
Tukar Kation) tanah, meningkatkan daya sangga tanah, sebagai unsur hara
tanaman terutama N, P, S dan unsut mikro, mampu mengikat atau
menetralkan senyawa atau unsur yang beracun, membentuk dan
melarutkan hara dari mineral mineral tanah sehingga tersedia bagi
tanaman. Bahan organik tanah merupakan sumber energi bagi kehidupan
di dalam tanah, dan bahan organik tanah merupakan bagian dari sifat
biologi tanah itu sendiri yang merupakan jiwa bagi tanah (Djajakirana,
2015).

Hakim (2014) menyatakan bahwa kandungan bahan organik di dalam


tanah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhi bahan organik ialah proses terbentuknya yang terdiri dari 2
sumber, yaitu sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman
berupa akar, batang, ranting, daun, bunda dan buah. Jaringan tanaman ini
akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta
diinkoporasikan dengan tanah. Sedangkan untuk sumber sekundernya
yaitu, binatang. Binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan
organik tanaman, setelah itu barulah binatang menyumbangkan pula bahan
organiknya. Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut akan berbeda
pula pengaruh yang disumbangkan ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat
dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut.

2.4. Karbon Organik

Terdapat beberapa pengertian karbon organik yakni merupakan bagian


dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang
bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam
tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia. Karbon organik juga
merupakan bahan organik yang terkandung didalam maupun pada
permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon dialam, dan semua
jenis senyawa organik yang terdapat didalam tanah, termasuk serasah,
fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik
terlarut didalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Supryono,
2017).
Kandungan organik tanah diukur berdasarkan kandungan C-Organik.
Kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45% sampai 60%
dengan presentase C-organik dikalikan dengan faktor 1,724. Kandungan
bahan organic dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus
dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan
(vegetasi, iklim, batuan, timbunan dan praktik pertanian). Arus
dekomposisi jauh lebih penting dari pada bahan organik yang
ditambahkan. Pengukuran kandungan bahan organik tanah dengan metode
walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth,
2013).

Nilai C-organik dipengarui oleh beberapa faktor, salah satunya adalah


kedalaman tanah. Nilai C-organik pada kedalaman tanah yang semakin
tinggi akan diperoleh nilai C-organik yang rendah. Kondisi tersebut
disebabkan oleh kebiasaan petani yang memberikan bahan organik dan
serasah pada permukaan tanah sehingga bahan organik tersebut mengalami
pengumpulan pada bagian atas tanah dan sebagian mengalami pelindihan
ke lapisan yang lebih dalam. Nilai C-organik pada bagian tanah top-soil
menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan subsoil dan didalamnya
(Sipahutar et.al, 2014).

Nilai C-organik menentukan produksi yang dihasilkan oleh tanaman


sebagai akibat dari dukungan tanah sebagai media tanam. Kandungan C-
organik yang tinggi maka dapat meningkatkan hasil produksi dari
tanaman, karena tanaman mampu menyerap unsur hara yang tinggi untuk
proses pertumbuhan yang optimal. Corganik dapat meningkatkan tekstur
tanah dan agregasi tanah yang nantinya akan berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman (Hugar et. al, 2015).
3. METODOLOGI

3.1. Tempat Dan Waktu

Adapun tempat dan waktu dilaksanakannya Praktikum penetapan C-


organik tanah dilaksanakan pada hari sabtu, 6 Mei 2023 di laboratorium
ilmu tanah fakultas pertanian, universitas malikussaleh.

3.2. Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah:

a. Alat
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Gelas ukur 20 m
3. Pipet 10 ml
4. Buret untuk FeSO₄
5. Pengaduk magnetic stirrer

b. Bahan
1. H₃PO₄ 85%
2. H₂SO₄ 96%
3. NaF Kristal
4. K₂Cr₂O₇ 1N timbang 49,04 g K₂Cr₂O₇ dan larutkan dalam air bebas
ion kemudian encerkan hingga 1000 ml.
5. Indicator difenilamine. 0,5 g difenilamine dilarutkan kedalam 20 ml
H₂O dan 150 ml H₂SO₄ pekat.
6. Larutkan FeSO₄ 1N timbang 278 g FeSO₄. 7 H₂O dan larutan dalam
8000 ml air suling. Tambahkan 15 ml H₂SO₄ pekat dan dinginkan.
Tambahkan air suling hingga 1000 ml. tetapkan normalitas larutan
baku tiap hari dengan mentetrasikan dengan 10 ml.

3.3. Cara Kerja


1. Timbang 0,5 gram contoh tanah yang telah dihaluskan kedalam tabung
Erlenmeyer 250 ml atau 500 ml.
2. Pipet tetes 10 ml K2Cr2o7 1N dan tuangkan kedalam labu Erlenmeyer
tersebut, campur dengan menggoyang dengan hati-hati sehingga tidak
terjadi butir-butir tanah menempel pada dinding labu.
3. Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat dan aduk betul hingga merata. Usahakan
jangan terjadi penempelan butir tanah pada dinding labbu. Harusterjadi
kontak antara tanah dan reagent yang ditambahkan.
4. Antapkan capuran dalam labu itu selama 30 menit.
5. Kerjakan hal yang sama untuk blanko.
6. Selanjutnya tambahkan 200 ml air suling ke dalam labu Erlenmeyer itu.
7. Tambahkan PO4 85% dan 0,2 gram NaF dan 30 tetes indicator
difenilamine.
8. Titrasi larutan dengan larutan FeSO4 dari buret. Warna akan berubah dari
biru gelap ke hijau terang.

3.4. Rumus Perhitungan

Rumus perhitungan penentuan C-Organik adalah:

( ml blanko −ml contoh ) × 3 100+ KA


% C= ×
ml blanko× 0,5 g 100

Kandungan bahan organic tanah = %C – organic x 1,724


4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari praktikum yang telah dilaksanakan mendapatkan hasil c-organik


tanah bedengan dan bor, yaitu:

4.1.1. Penetapan C-Organik tanah bedengan


Diketahui: ml blanko = 15 ml
ml sampel =12 ml
kadar air (KA) = 7,52%
Ditanya: %C-Organik?
Jawaban:
( ml blanko −ml contoh ) × 3 100+ KA
% C= ×
ml blanko× 0,5 g 100
( 15−12 ) ×3 100+7,52
% C= ×
15 × 0,5 g 100
9 107,52
% C= ×
7,5 100
%C=12 ×1,07
%C=1,28 %

Kandungan bahan organic tanah = %C – Organik x 1,724


= 1,28 x 1,724
= 2.20%

4.1.2. Penetapan C-Organik tanah bor kedalaman 56-75 cm


Diketahui: ml blanko = 13 ml
ml sampel =12 ml
kadar air (KA) = 11,60%
Ditanya: %C-Organik?
Jawaban:
( ml blanko −ml contoh ) × 3 100+ KA
% C= ×
ml blanko× 0,5 g 100
( 13−12 ) ×3 100+11,60
% C= ×
13 × 0,5 g 100
3 111,6
% C= ×
6,5 100
%C=0,46 × 1,11
%C=0,51 %

Kandungan bahan organic tanah = %C – Organik x 1,724


= 0,51 x 1,724

= 0,87%

4.2. Pembahasan

Dari hasil yang telah di dapat kan di ketahui jika kandungan c-organik
yang kandung dalam tanah bedengan dan bor kedalaman 56-75 cm, yaitu:
Kandungan c-organik pada tanah bedengan ialah 1,28% dan kandungan
bahan organic tanah ialah 2,20%, sedangkan pada tanah bor kedalaman
56-75 cm ialah 0,51% dan kandungan organic tanah ialah 0,87%.

Dengan hasil kadar C-Organik yang bervariasi menghasilkan beberapa


kriteria, meliputi sangat rendah, rendah dan tinggi. Kriteria ini telah sesuai
dengan rujukan teori Sulaeman (2015) bahwa untuk kriteria sangat rendah
berada pada nilai < 1%, kriteria rendah pada nilai 1% - 3% dan kriteria
tinggi pada nilai 4% - 9%. Perbedaaan pengukuran absorbansi dan
perhitungan persentase kadar C-Organik dalam tanah yang ditunjukkan
pada hasil diatas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kedalaman tanah dimana semakin dalam lapisan tanah maka semakin
sedikit bahan organiknya, kemudian pengaruh iklim dimana suhu yang
semakin rendah dan curah hujan yang intesitasnya cukup maka semakin
banyak bahan organik pada tanah. Tekstur tanahpun dapat mempengaruhi
bahan organik yang dikandung dalam tanah dimana tanah yang lebih
banyak mengandung liat maka tingkat terjadinya oksidasi semakin rendah
sehingga keberadaan bahan organik didalam tanah dapat dipertahankan
dengan baik dan tidak cepat habis. Kemudian pada tanah yang memiliki
drainase baik maka akan semakin mudah bahan organik dalam tanah dapat
larut (Hakim, 2016).
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapatkan C-organik dalam


sampel tanah Kandungan c-organik pada tanah bedengan ialah 1,28% dan
kandungan bahan organik tanah ialah 2,20%, sedangkan pada tanah bor
kedalaman 56-75 cm ialah 0,51% dan kandungan organic tanah ialah 0,87%.
Termasuk kriteria rendah pada nilai 1% - 3% untuk tanah bedengan sedangkan
pada tanah bor kedalaman 56-75 cm kriteria sangat rendah <1 Kriteria ini
telah sesuai dengan rujukan teori Sulaeman (2015).

5.2. Saran

Setiap analisis perlu dilakukan pengulangan baik secara dupl.o maupu


triplo agar dapat memberikan jaminan terhadap hasil uji yang baik dan perlu
di lakukan dengan metode lain contoh HPLC.
DAFTAR PUSTAKA

Foth H. D. 2014. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga

Foth, D Henry, 2015. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: gadjamada


university

G. Djajakirana.2016. Pemanfaatan Bahan Organik Untuk Meningkatkan


Produktivitas Tanaman. Jurnal Tanah dan Iklim. 20:35-46.

Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha,


Go Bang Hong, H. H. Bailey, 2013. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung:
Universitas Lampung

Nabilussalam.2016.C-Organik dan Pengapuran. Pesantren Luhur Malang:


Malang.

Sipahutar, A. H., P. Marbun, dan Fauzi. 2014. Kajian C-Organik, N Dan P


Humitropepts pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan
Lintong Nihuta. Agroekoteknologi, 2(4): 1332-1338.

Supryono. 2013. Kandungan C- Organik dan N- Total Pada Seresah dan Tanah
Pada 3 Tipe Fisiognomi (Studi Kasus di Wanagama, Gunung Kidul, DIY).
Jurnal Imu Tanah. Vol.10, No.22.

Anon. 2014. Agricultural compendium. For rural development in the tropics and
subtropics. Elseiver. Amsterdam. xxxviii + 740 h.

Harpstead, M.I., & F.D. Hole. 2015. Soil science simplpified. Iowa State
University Press./Iowa. viii +121h.

Lynch, J.M. 2013. Soil biotechnology. Microbiological factors in crop


productivity. Blackwell Scientific Publications. Oxford. x + 191 h.

Schroeder, D. 2014. Soils. Facts and concepts. Int. Potash Inst. Bern. 140 h.
LAMPIRAN

1. Menimbang sempel tanah 2. Penambahan K2Cr2O7

3.menggoyangkan campuran K2Cr2O7 4. Penambahan H2SO4


5.ml blnako dan ml sampel 6. Titrasi ml blanko dan ml sampel
1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan bagian permukaan bumi, yang digunakan untuk berbagai
hal.Tempat berdirinya bangunan, hingga kematian, semua itu dilakukan di
tanah.Dalam dunia pertanian sendiri, tanah digunakan sebagai media tumbuh
tanaman, penyedia unsur hara tanaman, penyedia air dan lai-lain.Untuk
mempelajari tentang tanah harus dimulai satu persatu dari yang sederhana hingga
yang kompleks.
Tanah merupakan aspek penting dalam media tumbuh pada tumbuh –
tumbuhan.Mengingat tempat dan kegunaannya bagi tumbuhan, tanah dapat
disamakan dengan rumah tumbuhan. Oleh karena itu untuk mempertahankan
fungsinya kita perlu mempelajari,memperhatikan,dan mengolahnya dengan baik.
pH tanah sangat penting bagi tanaman dalam menentukan mudah tidaknya
unsur-unsur hara diserap oleh tanaman, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya
unsur-unsur beracun yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme. Tanah-tanah
masam umumnya dijumpai pada daerah beriklim basah.Dalam tanah tersebut
konsentrasi ion H+ melebihi konsentrasi ion OH-.Tanah ini mengandung Al, Fe,
dan Mn terlarut dalam jumlah besar.Akibatnya, reaksi basa dengan tanahnya
hanya mengandung sedikit Al, Fe, dan Mn yang terlarut.
Pengapuran adalah cara untuk menjaga pH tanah agar stabil untuk di tanami
tanaman karena dengan pengapuran pH tanah akan naik jika tanah itu memiliki
pH rendah, pengapuran dapat menggunakan kalsit atau dolomit tergantung
ketersediaan daerah tersebut.
Al-dd merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan sangat
menentukan kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan tanaman dengan cara berinteraksi meracuni perakaran. H-
dd adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah, hydrogen dapat
meningkatkan kandungan pH pada tanah.
Maka dari itu kita harus bisa menetapkan Jumlah Alumunium dan Hydrogen
yang dapat ditukarkan yang dimiliki tanah yang akan diamati.
1.2 Rumusan masalah
Untuk Menghitung kemasaman permanen, H dapat ditukar dan Al dapat
ditukar. Pada tanah di Lahan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
malikussaleh.
1.3 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar kemasaman permanen, H
dapat ditukar dan Al dapat ditukar. Pada tanah di Lahan Kebun Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas malikussaleh.
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara
satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga
diantara bagian-bagian tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994).
Menurut Craig (1991), tanah adalah akumulasi mineral yang tidak
mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan
dari batuan.
Tanah didefinisikan oleh Das (1995) sebagai material yang terdiri dari
agregat mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara
partikel-partikel padat tersebut.
Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1991), tanah adalah campuran
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250
mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150
mm.
c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5
mm, yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai
bahan halus yang berukuran < 1 mm.
d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai
0,0074 mm.
e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari
0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
kohesif.
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih
kecil dari 0,001 mm.
Tanah terjadi sebagai produk pecahan dari batuan yang mengalami pelapukan
mekanis atau kimiawi.Pelapukan mekanis terjadi apabila batuan berubah menjadi
fragmen yang lebih kecil tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi, yaitu pengaruh iklim, eksfoliasi, erosi oleh angin dan
hujan, abrasi, serta kegiatan organik. Sedangkan pelapukan kimiawi meliputi
perubahan mineral batuan menjadi senyawa mineral yang baru dengan proses
yang terjadi antara lain seperti oksidasi, larutan (solution), pelarut (leaching)
(hardiyatmo, 2002).

2.2 pH Tanah
pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total
asam yang ada ditanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat,
gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah yang berpasir.Tanah yang mampu menahan
kemasaman tersebut dikenal sebagai tanah yang berpenyangga baik (Mukhlis,
2014).
Dalam sistem tanah, pH tanah cenderung dikaitkan dengan kumpulan dari
berbagai kondisi tanah, salah satunya adalah ketersediaan hara bagi
tanaman.Banyak proses-proses yang mempengaruhi pH suatu tanah, diantaranya
adalah keberadaan salah satunya asam sulfur dan asam nitrit sebagai komponen
alami dari air hujan (Foth, 1995).
Nilai pH tanah sangat mempengaruhi kelarutan unsur yang cenderung
berseimbang dengan fase padat.Kelarutan oksida-oksida atau hidroksida Fe dan Al
secara langsung bergantung pada konsentrasi ion hidroksil (OH) dan kelarutannya
menurun jika pH meningkat. Kelarutan Fe-fosfat, Al-fosfat, dan Ca fosfat amat
bergantung pada pH, demikian juga kelarutan anion-anion molibat (MoO4) dan
SO4 yang terjerap (Damanik, 2011).
Reaksi tanah (pH) dapat dijadikan indikator kesuburan tanah. Kondisi pH
tanah optimum untuk ketersediaan unsur hara adalah sekitar 6,0−7,0. Pada pH
kisaran 7 semua unsur hara makro dapat tersedia secara maksimum dan unsur hara
mikro tersedia tidak maksimum. Unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang
relatif sedikit sehingga pada pH kisaran 7,0 akan menghindari toksisitas. Pada
reaksi tanah (pH) di bawah 6,5 akan terjadi defisiensi P, Ca, Mg dan toksisitas B,
Mn, Cu dan Fe. Sementara itu pada pH 7,5 akan terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn,
Cu, Zn, Ca, Mg dan toksisitas B juga Mo (Hanafiah, 2005).
Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali,
tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti
ketersediaan fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur racun,
dsb.Kebanyakan tanah-tanah pertanian memiliki pH 4 hingga 8.Tanah yang lebih
asam biasanya ditemukan pada jenis tanah gambut dan tanah yang tinggi
kandungan aluminium atau belerang.Sementara tanah yang basa ditemukan pada
tanah yang tinggi kapur dan tanah yang berada di daerah arid dan di kawasan
pantai.pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas keasaman, bukan ukuran total
asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu, seperti tanah liat berat,
gambut yang mampu menahan perubahan pH atau keasaman yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah berpasir (Mukhlis, 2007).
Tingkat kemasaman setiap tanah berbeda dan nilainya sangat dinamis.Nilai
pH tanah selalu berubah sesuai perubahan-perubahan reaksi kimiawi yang terjadi
didalam tanah.Perubahan reaksi kimia didalam tanah dapat disebabkan oleh
pengaruh tindakan budidaya pertanian, pengelolaan tanah dan atau di pacu oleh
faktor tanah dan faktor iklim. Meningkatnya kemasaman pada lahan pertanian
dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: 1) pegunaan pupuk komersial
khususnya pupuk NH4+ yang menghasilkan H+ selama nitrifikasi, 2)
pengambilan kation-kation oleh tanaman melalui pertukaran dengan H+, 3)
pencucian kation-kation yang digantikan oleh H+ dan Al3+, 4) dekomposisi
residu organik (Damanik, 2011).
Menurut penelitian Intara (2011), terbukanya lahan menyebabkan penurunan
kandungan bahan organik tanah dan intensifnya pencucian hara oleh air hujan.
Hal ini mengakibatkan leaching kation-kation basa, sehingga akan menurunkan
kejenuhan basa yang menyebabkan pH tanah menurun.
Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Pada reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6,5-7,5, maka unsur hara tersedia dalam
jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH tanah kurang dari 6,0 maka
ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan molybdenum
menurun dengan cepat. Sedangkan pH tanah lebih besar dari 8,0 akan
menyebabkan unsur-unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga, dan seng
ketersediaannya relatif menjadi sedikit (Sarief, 1986).
Menurut Hardjowigeno (2003) pentingnya pH tanah untuk diketahui adalah
untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.Pada
umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral,
karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air.Pada tanah
masam unsur hara P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al,
sedang pada tanah alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena
difiksasi oleh Ca.
Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali,
tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti
ketersediaan fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur
racun.Kebanyakan tanah-tanah pertanian memiliki pH 4 hingga 8.Tanah yang
lebih asam biasanya ditemukan pada jenis tanah gambut dan tanah yang tinggi
kandungan aluminium atau belerang.Sementara tanah yang basa ditemukan pada
tanah yang tinggi kapur dan tanah yang berada didaerah arid dan dikawasan pantai
(Mukhlis, 2014).
Tanah dapat dipilahkan berdasarkan reaksi tanah atau pH sebagai berikut:

Tabel 2.2.1 Tingkat Keasaman Tanah

Reaksi Tanah pH

Luar biasa masam <4,0


Sangat masam 4,0-5,0
Masam 5,0-6,0
Agak masam 6,0-7,0
Agak basa 7,0-8,0
Basa 8,0-9,0
Sangat basa 9,0-10,0
Luar biasa basa >10,0
Kebanyakan tanah mempunyai pH antara 5,0 dan 8,0. Di kawasan basah,
tanah permukaan biasanya mempunyai pH 4,0 sampai 6,0. Secara umum pH
optimum tanah mineral ialah sekitar 6,5 sedangkan pada tanah organik ialah
sekitar 5,5. Namun perkecualian, misalnya tanaman teh lebih suka pH antara 4,0
dan 5,0 dan tanaman legum pada umumnya lebih suka pH yang mendekati 7,0
(Notohadiprawiro, 1998).

Pengaruh terbesar yang umum dari pH terhadap pertumbuhan tanaman adalah


pengaruhnya terhadap ketersedian unsur hara.pH tanah dihubungkan dengan
persentase kejenuhan Basa. Jika kejenuhan basa kurang dari 100%, suatu
penigkatan pH tanah dikaitkan dengan suatu peningkatan jumlah kalsium dan
magnesium didalam larutan tanah(Prasetyo, 2009).
Kemasaman tanah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain bahan
induk tanah, reaksi oksidasi terhadap mineral tertentu, bahan organik, dan
pencucian basa-basa. Tanah yang diteliti berasal dar bahan induk yang bersifat
intermedier, tidak terdapat mineral yang bila teroksidasi bahan organik
rendah.Dalam hal ini pencucian basa-basa merupakan penyebab utama
kemasaman tanah (Prasetyo, 2001).

2.3 Aluminium Dapat Di Tukar (Al-dd)


Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat ditukarkan
(Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH <
5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer yang sangat
merugikan dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk
mengukur sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin
tinggi kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap
tanaman. Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan
kapur yang diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas
tanah (Winarso, 2005).
Aluminium dapat ditukar dapat diekstrak dari contoh tanah dengan garam
KCl sehingga menjadi AlCl3.Selanjutnya terhidrolisis menjadi HCl lalu dititrasi
basa.Ditambahkan NaF dan ion OH- yang bebas dititrasi dengan asam. Sementara
itu, keasaman tanah (pH) , ditetapkan dengan menukar ion H+ dan Al3+ yang
berada dalam kompleks absorpsi dengan KCl. Jumlah ion H+ dan Al3+ dilakukan
dengan cara penambahan NaF untuk membebaskan NaOH yang kemudian dititer
dengan larutan HCl standard. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 - 6,5
dengan pH optimum 5 - 5,5. Sedangkan pada lahan gambut pH asam, miskin hara
mikro, drainase buruk, kering tidak balik (irreversible drying), dan kesuburan
yang relatif rendah. Selain itu, risiko hama dan penyakit juga banyak terdapat di
lahan ini (Kartasapoetra, 1986).
Dalam kisaran pH 6,0 - 7,0 hampir semua hara tumbuhan tersediakan dalam
jumlah optimum. Pada pH di bawah 6,0 dapat terjadi kekahatan hara Ca, Mg, dan
K. Sebaliknya dalam tanah sangat masam sampai luar biasa masam unsur-unsur
Al, Fe, Mn, Cu, dan Zn dapat meningkatkan ketersediaanya dalam kadar sangat
tinggi sehingga meracun. Sebaliknya, pada reaksi tanah sangat basa, kadar unsur
hara mikro terlarutkan sangat rendah yang dapat menjadi kahat. Kerendahan
ketersediaan berkaitan dengan kecendrungan unsur-unsur terendapkan sebagai
senyawa hidroksida yang tidak larut berupa Al (OH)3, Fe(OH)3, Mn(OH)4, Cu
(OH)2, Zn(OH)2 (Notohadiprawiro,1998).
Pengaruh keracunan Al terutama membatasai kedalaman maupun
percabangan akar, sehingga akan menghambat daya serap tanman terhadap hara
lain. Pada beberapa tanaman, keracunan Al memperlihatkan gejala daun yang
mirip defisiensi P, kekerdilan menyeluruh, dedaunan mengecil berwarna hijau
gelap dan lambat matang, batang, daun dan urat berwarna ungu, ujung daun
menguning dan mati(Sutaryo, 2005).
Secara fisiologis dan biokimiawi, keracunan Al menyebabkan: (1)
terganggunya pembelahan sel pada pucuk akar dan akar lateralnya; (2) pengerasan
dinding sel akibat terbentuknya jalinan peptin abnormal; (3) berkurangnya
replikasi DNA akibat meningkatnya kekerasan helix ganda DNA; (4) terjadinya
penyematan (fiksasi) P dalam tanah menjadi tidak tersedia atau pada permukaan
akar; (5) menurunnya respirasi akar; (6) terganggunya enzim-enzim regulator
fosforilasi gula; (7) terjadinya penumpukan polisakarida dinding sel; (8)
terganggunya penyerapan, pengangkutan dan penggunaan beberapa unsur esensial
seperti Ca, Mg, K, P dan Fe ( Hanafiah, 2005).
2.4 Hydrogen dapat ditukar (H-dd)
H-dd adalah ion H+ yang terjerap pada koloid dan disebut keasaman cadangan
atau potensial. Hidrogen diperoleh tanaman dengan cara memecah air (H2O). Air
dapat diperoleh tanaman dari udara dan tanah. Hidrogen berguna dalam proses
pembentukan gula (glukosa) menjadi karbohidrat atau sebaliknya serta proses
dalam pembentukan lemak dan protein. Proses untuk menghasilkan glukosa
dikenal sebagai proses asimilasi karbondioksida atau fotosintesis.
Menurut Sutedjo (2002), tingginya kadar Hdd yang terdapat di dalam tanah
akan menyebabkan pH tanah semakin masam. Pendapat serupa juga dikemukaan
oleh Hossain dan Uddin (2011), menyatakan bahwa tanah dengan kondisi pH
masam banyak mengandung ion H+ yang dapat ditukar (Hdd). Hidrogen terlarut
(Hdd) akan menurun apabila pH tanah meningkat dan sebaliknya. Kadar Hdd
merupakan sumber utama H+. Semakin tinggi konsentrasi hidrogen yang dapat
ditukar maka kadar alumunium yang dapat ditukar juga semakin tinggi.
Hdd adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Kemasaman
tanah mempunyai 2 komponen yaitu (1) H aktif yang terdapat di dalam larutan
tanah (potensial). (2) H yang dapat dipertukarkan atau disebut kemasaman
cadangan. Kedua bentuk tersebut cenderung membentuk keseimbangan sehingga
perubahan pada yang satu mengakibatkan perubahan pada yang lain. (Indranada,
2010)
Apabila basa dibubuhkan pada tanah yang asamH terlarut dinetralisasi dan
sebagian H yang dapat dipertukarkan terionisasi untuk mengembalikan keadaan
seimbang. Jumlah H yang dapat dipertukarkan dengan perlahan-lahan berkurang.
H terlarut akan menurun dan pH akan lambat laun meningkat (Mulyani,2016).
Kemasaman tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Unsur P kurang tersedia
2. Kekurangan unsur-unsur Ca dan Mg sebagai basa tanah,
3. Kekurangan unsur Mo
4. Aktivitas mikroorganisme seperti fiksasi N dari tanaman kacang-kacangan
terhambat
5. Kandungan Mn dan Fe yang berlebih sehingga dapat menjadi racun bagi tanah
dan tanaman, dan
6. Kelarutan ion Al dan H yang sangat tinggi, sehingga merupakan faktor
penghambat tumbuh tanaman yang utama pada tanah masam.
Peningkatan pH tanah tidak dapat diubah dengan mudah jika terdapat banyak
hambatan/sanggaan tanah (buffer)yang merupakan suatu sifat umum dari
campuran asam basa dengan garamnyaKomponen tanah yang mempunyai sifat
menyangga adalah gugus asam lemah seperti karbonat serta kompleks-kompleks
koloidal tanah.
III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan praktikum


Alat yang digunakan pada saat melakukan analisis Al dan H yaitu
1. Labu volumetrik 100, 1000 ml
2. Labu erlenmeyer 100, 250 ml
3. Gelas baker 100, 500 ml
4. Buret
5. Timbangan analitik
6. Mesin pengocok listrik
7. Labu plastik untuk penampung
Bahan yang digunakan yaitu
1. Kalium klorida
2. Asam klorida
3. Natrium hidroksida
4. Natrium flourida
5. Indikator phenolphtelin
6. Sampel tanah yang sudah di keringkan dan di ayak
3.2 Waktu dan tempat praktikum
Praktikum dilaksanakan pada 2023, dan dilakukan di Laboratorium
Ilmu Tanah Agroekoteknologi Universitas Malikussaleh.
3.3 Cara kerja
3.3.1 cara Kerja
1. Timbang 5 g contoh tanah kering udara (0 < 2 mm), dan masukkan kedalam
labu erlenmeyer 250 ml.
2. Tambahkan 50 ml larutan KCI IN
3. Kocok dengan mesin pengocok listrik selama 30 menit
4. Saring dengan kertas saring Whatman 42, filtrat ditampung dalam labu plastik
3.3.2 Penetapan Kemasaman Permanen
1. Pipet 25 ml filtrat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml
2. Tambahkan 10 tetes indikator fenolftalein dan titra si dengan larutan baku
0.075 N N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna
merah (fenolf endpoint)
3.3.3 Penetapan Al dapat tukar tanah
1. Selanjutnya tambahkan 1-2 tetes larutan baku 0.075 N HCl hingga warna
merah. Harap diperhatikan supaya jangan berlebihan
2. Tambahkan 10 ml NaF 4%.5. Dititrasi dengan larutan baku 0.075 N HCI
3.3.4 Penetapan H dapat tukar tanah
1. H tanah dapat ditukar = kemasaman tanah permanen -Al tanah dapat ditukar
Kemasaman dapat ditukar = (ml NaOH contoh -ml NaOH blangko) x 10
(me/100g)
3.4 Rumus perhitungan
Perhitungan
1. Kemasaman Permanen
KP = (ML NaOH tanah - ML NaOH blanko) x 10
2. Perhitungan H dapat ditukar
H - dd = (ML NaOH x konsentrasi NaOH) - (ML HCL x konsentrasi HCL)
3. Perhitungan AL dapat ditukar ( AL - dd )
AL - dd = (ML HCL x konsentrasi HCL) x 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan kadar Al dan H dapat ditukar


Dik = ml NaoH tanah = 9 ml
ml NaoH blanko = 5 ml
ml HCL tanah = 5,1 ml
konsentrasi NaoH = 0,075 N
konsentrasi HCL = 0,075 N
ml HCL blanko = 2,9 ml
Dit= a. Kemasaman permanen
b. H dapat ditukar
c. Al dapat ditukar
Jawab
a. Kp=(ml – NaoH tanah – ml NaoH blanko) x 10
= (9 – 5) x 10
Kp= 40 me/100g

b. H - dd = ((ml NaOH x konsentrasi NaOH) - (ml HCL x konsentrasi HCL)) x 40


= (( 9 + 0,075) – (5,1 x 0,075)) x 40
= (0,67 – 0,38 ) x 40
H - dd = 11, 6 me/100g
c. H - dd = ((ml NaOH x konsentrasi NaOH) - (ml HCL x konsentrasi HCL)) x 40
= (( 9 x 0,075) – (2,9 x 0,075)) x 40
= (0,67 – 0,21) x 40
H – dd= 18,4 me/100g
d. AL - dd = ( ML HCL tanah x konsentrasi HCL ) x 40
= (5,1 x 0,075) x 40
= 0,38 x 40
AL - dd = 15,2 me/100g
e. AL - dd = ( ML HCL blanko x konsentrasi HCL ) x 40
= (2,9 x 0,075) x 40
= 0,21 x 40
AL - dd = 8,4 me/100g
Dari hasil analis di dapat hasil untuk kemasaman permanen 40 me/100g, H
dapat ditukar 11,6 me/100 g dan 18,4 me/100g, untuk Al dapat ditukar didapat
hasil 15,2 me/100g dam 8,4 me/100gr.
Al-dd merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan sangat
menentukan kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan tanaman dengan cara berinteraksi meracuni perakaran,
khususnya tanah masam yang erat hubungannya dengan persentase ion H dan Al
yang dipertukarkan karena Aluminium merupakan sumber keasaman yang sangat
penting. Dengan persentase Al-dd yang tinggi berarti menunjukkan tingkat
kemasaman suatu jenis tanah. Semakin masam suatu tanah, berarti pHnya
menurun sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah semakin menurun karena
kemampuan unsur Al untuk mengikat unsur P membentuk Al-P yang tidak
tersedia dan tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Perubahan warna larutan
ektraksi tanah yang berubah warna setelah di titrasi dengan NaOH pada saat
ditambahkan larutan 5 ml NaF berubah warna menjadi Pink pekat yang
menunjukkan tanah mengandung Alumunium tinggi.
Dari hasil analisis bahwasanya kandungan Al dan H tanah tinggi sehingga
tanah tersebut dikatakan masam. Tanah menjadi asam karena kelebihan ion
hidrogen menggantikan kation yang sifatnya basa. Prosesnya menjadi reversible
bila kapur (Ca dan Mg) ditambahkan. Dengan cara aksi massa, Ca dan Mg
mengganti kembali kedudukan ion-ion hidrogen dan Al. Al itu berasal dari
mineral-mineral yang larut dalam keadaan masam. Sedangkan hidrogen berasal
dari asam-asam yang banyak sekali sumbernya (air hujan, pupuk, masam, eksudat
akar, dsb).
Penerapan Al-dd bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah
masam. Perkiraan jumlah kapur didasarkan oleh jumlah Al-dd yang terdapat
didalam tanah. Jumlah Al-dd yang dikendalikan kapur ditunjukkan untuk
mencapai pH tertentu yang paling sesuai untuk pertumbuhan suatu tanaman.
Sampel tanah menunjukkan nilai Al-dd dan H-dd yang cukup tinggi, ini
dikarenakan tanah yang diambil merupakan tanah yang termasuk kedalam
golongan tanah masam. Oleh karena itu dalam pengolahannya perlu adanya
pemberian kapur pertanian yang berfungsi untuk menetralkan kemasaman atau
menaikkan pH tanah. Sebagian besar tanah di Indonesia ini bersifat masam. Hal
ini juga disebabkan oleh pengaruh dua iklim itu sendiri. Tanah di Indonesia
menerima hujan dan panas secara bergantian secara terus-menerus, sehingga lama
kelamaan tanah menjadi terkikis dan terjadi pencucian basa, sehingga akhirnya
bersifat masam.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari praktikum penetapan kadar Al-dd dan H-
dd tanah di laboratorium kali ini yaitu:
1. Kandungan Al-dd dan H-dd dapat ditetapkan dengan menggunakan metode
titrasi
2. Penerapan Al-dd bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah
masam.
3. Semakin masam tanah atau pH rendah maka Al-dd semakin tinggi. 4. Tanah
menjadi masam karena kelebihan ion Hidrogen menggantikan kation yang
sifatnya basa.
5. Kejenuhan Al tinggi pada tanah-tanah masam tergantung pada kadar Al dan
mineral yang larut dalam keadaan masam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Al
dapat dikendalikan dengan cara pengapuran.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari praktikum penetapan kadar Al-dd
dan H-dd tanah di laboratorium kali ini yaitu diperlukan ketelitian dalam
menghitung dan melakukan percobaan, pada saat titrasi hendaknya dilakukan
dengan sangat teliti sehingga tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan, dan hati-
hati dalam menggunakan bahan kimia yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J.E., 1991, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Edisi Kedua, Penerbit
Erlangga, Jakarta.

Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. PT. Erlangga. Jakarta.

Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I .


PT. Erlangga. Jakarta.

Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum. 2011.


Kesuburan Tanah dan Pemupukan.USU Press. Medan.

Foth, H. D. 1995. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Edisi ketujuh. Terjemahan


Purbayanti, dkk. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah 2. PT.Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.PT. Raja Grafindo


Persada.Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.

Intara, Y. I., Sapei, A., Erizal, Sembiring, N., Dan Djoefrie, M.H.B.
2011.Pengaruh Pemberian Bahan Organik Pada Tanah Liat Dan
LempungBerliat Terhadap Kemampuan Mengikat Air. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia, Vol. 16, No.2

Indranada K. Henry. 2010. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara Jakarta.

Kartasapoetra, A. G., 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk


Merehabilitasinya. Penerbit Bina Aksara, Jakarta

Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.

Mukhlis. 2014. Analisis Tanah Tanaman. Edisi kedua.USU Press. Medan.

Mulyani, A. 2016. Potensi lahan kering masam untuk pengembangan pertanian.


Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28 (2): 16-17.

Notohadiprawiro. T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral

Prasetyo, B. H., D. Subardja., dan B. Kaslan. 2009. Ultisols Bahan Volkan


Andesitik: Diferensiasi Potensi Kesuburan dan Pengelolaannya. J. Tanah
dan Iklim. No. 23
Prasetyo, B. H., N. Suharta., H. Subagyo., and Hikmatullah. 2001. Chemical and
Mineralogical Properties of Ultisols of Sasamba Area, East Kalimantan.
Indo. J. of Agri. Sci. Vol. 2(2)

Sutaryo, B., A. Purwantoro., dan Nasrullah. 2005. Seleksi Beberapa Kombinasi


Persilangan Padi Untuk Ketahanan Terhadap Keracunan Aluminium. J.
Ilmu Pertanian. Vol. 12(1)

Sarief, S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung

Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil. PT. Erlangga. Jakarta.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.


Penerbit Gaya Media.Yogyakarta
LAMPIRAN

Lampiran 1.Menambahkan 50 ml KCL 1L

Lampiran 2. Penyaringan menggunakan kertas whatt menn


Lampiran 3. Mennitrasi dengan larutan baku 0,075 n NaoH

Lampiran 4. Tambahkan larutan baku 0,075 n HCL


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nitrogen merupakan sumber utama gas bebas di udara yang menempati
78% dari volume atmosfer. Dalam bentuk unsur lain tidak dapat digunakan
oleh tanaman. Nitrogen gas harus diubah menjadi bentuk nitrat atau amonium
melalui proses-proses tertentu agar dapat digunakan oleh tanaman. Nitrogen
memiliki peran penting bagi tanaman, unsur nitrogen ini mampu medorong
pertumbuhan tanaman menjadi cepat dan memperbaiki tingkat hasil panen
pada tanaman.
Tanaman yang kekurangan nitrogen fase vegetatifnya akan terhambat,
warna daun pada tanamn akan kekuning-kuningan dan lama kelamaan akan
mati. Sedangkan jika nitrogen diberikan berlebih tanaman tidak akan mampu
menghasilkan bunga dan buah, tanaman tidak akan mengalami fase generatif.
Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tanaman terutama dari
meningkatnya jumlah nitrogen secara biologis atau dengan penambahan pupuk
baik sintesis maupun non sintesis. Untuk menentukan jumlah Nitrogen total
dalam tanam, dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan
mote kjeldahl.
Prinsipnya dalam penetapan N total dengan metode Kjehdahl, nitrogen
diubah dalam bentuk amonium, pada destruksi dengan asam sulfat pekat
yang mengandung katalis dan zat-zat kimia lainnya yang dapat meningkatkan
suhu pada waktu-waktu destruksi. Kemudian amonium ditetapkan dari jumlah
amoniak yang dibebaskan pada penyulingan destrat. Maka dilakukan
praktikum ini untuk melakukan percobaan penentuan kandungan N total dalam
sampel tanah lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh
dengan metode kjeldahl.

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nitrogen merupakan
sumber utama gas bebas di
udara yang menempati
78% dari volume
atmosfer. Dalam bentuk
unsur lain tidak dapat
digunakan
oleh tanaman. Nitrogen gas
harus diubah menjadi
bentuk nitrat atau
amonium
melalui proses-proses
tertentu agar dapat
digunakan oleh tanaman.
Nitrogen
memiliki peran penting
bagi tanaman, unsur
nitrogen ini mampu
medorong
pertumbuhan tanaman
menjadi cepat dan
memperbaiki tingkat hasil
panen
pada tanaman. Tanaman
yang kekurangan nitrogen
fase vegetatifnya akan
terhambat, warna daun
pada tanamn akan
kekuning-kuningan dan
lama
kelamaan akan mati.
Sedangkan jika nitrogen
diberikan berlebih tanaman
tidak
akan mampu menghasilkan
bunga dan buah, tanaman
tidak akan mengalami
fase generatif. Peningkatan
penyediaan nitrogen tanah
untuk tanaman terutama
dari meningkatnya jumlah
nitrogen secara biologis
atau dengan penambahan
pupuk baik sintesis
maupun non sintesis.
Untuk menentukan jumlah
Nitrogen
total dalam tanam, dapat
dilakukan dengan
beberapa cara, salah
satunya
dengan mote kjeldahl.
Prinsipnya dalam
penetapan N total dengan
metode
Kjehdahl, nitrogen diubah
dalam bentuk amonium,
pada destruksi dengan
asam sulfat pekat yang
mengandung katalis dan
zat-zat kimia lainnya
yang
dapat meningkatkan suhu
pada waktu-waktu
destruksi. Kemudian
amonium
ditetapkan dari jumlah
amoniak yang dibebaskan
pada penyulingan
destrat. Maka dilakukan
praktikum ini untuk
melakukan percobaan
penentuan
kandungan N total dalam
sampel tanah lahan
percobaan karang kitri
dengan
metode kjeldahl
1.2 Rumusan masalah
Analisis N total tanah pada lahan kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas malikussaleh.
1.3 Tujuan praktikum
Untuk mengetahui kandungan N total tanah pada lahan kebun percobaan
Fakultas Pertanian Universitas malikussaleh.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah
Pengertian Tanah Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan
organik di muka daratan bumi. Tanah terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor
lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai
organisasi dan morfologi. Tanah merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi
dan pangkalan hidup bagi hewan dan manusia. Tanah merupakan sistem ruang
waktu, bermata empat (Sutanto, 2005).
Tanah menurut soil survey staff adalah kumpulan benda alami di permukaan
bumi yang setempat- setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari
bahan-bahan tanah, mengandung gejala-gejala kehidupan dan menopang atau
mampu menopang pertumbuhan tanaman di lapangan. Tanah meliputi horizon-
horizon tanah yang terletak di atas bahan batuan dan terbentuk sebagai hasil
interksi sepanjang waktu dari iklim, mahkluk hidup (organism), bahan induk dan
relief (topogrofi) (Rayes, 2006).
Tanah memiliki fungsi sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan
sebagai tempat dari akar tumbuhan dan air tanah tersimpan. Bahan organik
mempunyai peranan yang penting di dalam tanah terutama terhadap sifat-sifat
tanah. Pengaruh bahan organik terhadap tanah antara lain bahan organik dapat
mendorong meningkatkan daya mengikat air dan mempertinggi jumlah air
tersedia untuk kebutuhan tanaman. Bahan organik dalam tanah dapat menyerap air
2–4 kali lipat yang berperan dalam ketersediaan air tanah (Simanjuntak et al.,
2012).
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dinamakan
muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak
demikian karena ada rongga-rongga udara (Wijaya, 2013).
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan biomassa mati
sebagai bahan mentah. Yang berasal dari batuan akan menghasilkan tanah
mineral, sedang yang berasal dari longgokan biomassa mati akan menghasilkan
tanah organik. Bahan penyusun tanah organik dirajai oleh bahan organik dengan
campuran bahan mineral berupa endapan aluvial (Notohadiprawito, 2006).
Batuan induk yang berbeda mempunyai komposisi mineral yang berbeda dan
penting dalam proses pembentukan tanah. Kecepatan proses pembentukan tanah
sangat tergantung kepada ukuran butir dari bahan induk tanah. Semakin halus,
semakin mudah mengalami proses pentanahan (Alam et al., 2012).
2.2 Faktor Pembentuk Tanah
Tanah merupakan tubuh di permukaan bumi yang tersusun atas horizon atau
lapisan yang berada di atas bahan induk atau batuan yang terbentuk sebagai hasil
interaksi faktor faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organism, bahan induk, relief
dan waktu. Proses pembentukan tanah dimulai dari pelapukan batuan menjadi
bahan induk atau horison C. Selanjutnya terbentuk horison A, B disertai
perubahan mineral yang lazim disebut perkembangan tanah. (Crhistian, 2014).
Tanah bersama air dan udara merupakan sumber daya alam utama yang
sangat mempengaruhi kehidupan. Tanah mempunyaifungsi utama sebagai tempat
tumbuh dan berproduksi tanaman. Kemampuan tanah sebagai media tumbuh akan
dapat optimal jika di dukung oleh kondisi fisika, kimia dan biologi tanah yang
baik yang biasanya menunjukkan tingkat kesuburan tanah. Tingkat kesuburan
tanah yang tinggi menunjukkan kualitas tanah yang tinggi pula. Kualitas tanah
menunjukkan kemampuan tanah untuk menampilkan fungsi-fungsinya dalam
penggunaan lahan atau ekosistem, untuk menopang produktivitas biologi,
mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan tanaman,
binatang, dan manusia. Berdasarkan pengertian tersebut, sangat jelas kualitas
tanah sangat erat hubungannya dengan lingkungan, yaitu tanah tidak hanya
dipandang sebagai produk transformasi mineral dan bahan organik dan sebagai
media pertumbuhan tanaman tingkat tinggi, akan tetapi dipandang secara
menyeluruh yaitu mencakup fungsi-fungsi lingkungan dan kesehatan. (Zaenal,
2011).
Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka
daratan bumi. Dapat dikatakan bahwa tanah adalah sumber utama penyedia zat
hara bagi tumbuhan. Tanah juga adalah tapak utama terjadinya berbagai bentuk
zat didalam daur makanan. Komponen tanah(mineral,organik,air,dan udara)
tersusun antara yang satu dan yang lain membentuk tubuh tanah. Tubuh tanah
dibedakan atas horizon-horizon yang kurang lebih sejajar dengan permukaan
tanah sebagai hasil proses pedogenesis. Bermacam-macam jenis tanah yang
terbentuk merupakan refleksi kondisi lingkungan yang berbeda. (Firman, 2009).
Komponen pembentukan tanahyaitu :
1) Bahan mineral
Berasal dari hasil pelapukan, Susunan mineral dalam tanah berbeda-beda
sesuai susunan mineral batuan induknya (bekumalihan dan endapan)
Ukuran mineral:
a. Kerikil, kerakalbatuan: > 2 mm
b. Pasir 2 mm 50 u
c. Debu: 50 u-2 u
d. Liat: <2u
Mineral dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk,
umumnya dalam fraksi-fraksi pasir dan debu
b. Mineral sekunder baru terbentuk selama proses pembentukan tanah berlansung
umumnya dalam fraksi liat
2) Bahan Organik
Hasil penimbunan sisa-sisa tumbuhan dan binatang, sebagian telah mengalami
pelapukan dan pembentukan kembali menjadi mangsa jasad mikro sehingga
sifatnya selalu berubah atau tidak mantap. Kadar bahan organic pada tanah
mineral umumnya < 3%, Berfungsi sebagai perekat butiran tanahsumber utama
unsur N,P dan S, meningkatkan kemampuan tanah dan menahan air dan hara serta
sebagai sumber energi bagi jasad mikro. Komposisi bahan organik yaitu jaringan
asli (bagian akar dan atas tanaman) dan bagian baru yang telah mengalami
pelapukan,
humus telah diubah dari sifat aslinya secara menyeluruh, berwarna hitam, bersifat
kolodial, kemampuan menahan air dan ion lebih besar dari liat.
3. Air
Dalam tanah terdapat dalam ruang pori tanah Kuat atau tidaknya air ditahan oleh
tanah yang mempengaruhi tingkat ketersediaan air tanah bagi tanaman. Air dalam
pori besar umumnya tidak tersedia bagi tanaman karena segera hilang merembes
kebawah, air dalam pori sedang umunya mudah diserap oleh tanaman, sedangkan
air dalam pori halus sulit untuk diambil oleh tanaman. Jadi , tidak semua air dalam
tanah tersedia bagi tanaman, sebagian tetap tinggal dalam tanah.
Larutan tanah mengandung garam-garam larut, sebagian besar berupa hara
tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg dan S (hara makro), Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn dan
Cl (hara mikro).
4) Udara
Menempati pori tanah (terutama sedang dan besar), Jumlahnya berubah-ubah
tergantung kondisi air tanah, Susunanya tergantung dari reaksi yang terjadi dalam
tanah: uap air > atmosfer, CO2 > atmosfer, O2 atmosfer (bervariasi dipengaruhi
kandungan CO2 dalam tanah).
Secara alamiah proporsi kompone-komponen tanah sangat tergantung pada :
a. Ukuran partikel penyusun tanah, makin harus maka makin padat tanah,
sehingga ruang porinya juga akan menyempit, sebaliknya jika makin kasar
b. Sumber bahan organic tanah-tanah bervegetasi akan mempunyai proporsi BOT
tinggi, sebaliknya pada tanah gundul (tanpa vegetasi)
c. Iklim terutama curah hujan dan temperatur, saat hujan dan evaporasi
(penguapan) rendah porsi air meningkat (porsi udara menurun)
d. Sumber air, tanah yang berdekatan dengan sungai akan lebih banyak
mengandung air ketimbang yang jauh dari sungai (Kemas,A.2005)
2.3 Nitrogen Tanah (N)
merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar
untuk seluruh proses pertumbuhan. Di dalam tanaman, nitrogen berfungsi sebagai
komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin, dan enzim- 5 enzim
essensial untuk kehidupan tanaman. N2 atmosfer harus diubah bentuk menjadi
tersedia bagi tanaman agar dapat digunakan oleh tanaman (Munawar 2011).
Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfir, namun
demikian N merupakan unsur hara yang paling sering defisien pada tanah-
tanah pertanian. Paradog ini muncul karena N adalah unsur hara yang
dibutuhkan paling besar jumlahnya dalam pertumbuhan tanaman. Fungsi hara N
sangat penting terutama pada pembentukan senyawa-senyawa protein dalam
tanaman. Dengan demikian dinamika hara N sangat penting untuk dipelajari
(Ibrahim dan Kasno, 2008). Sebagian besar N di dalam tanah dalam bentuk
senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi tanaman. Fiksasi N organik ini
sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah. Nitogen dapat diserap
tanaman dalam bentuk ion NO3 - dan NH4 + (Winarso, 2003).
Unsur hara N merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5%
bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein 11 (Hanafiah,
2005). Nitrogen dalam tanah berasal dari : a) bahan organik tanah yaitu bahan
organik halus dan bahan organik kasar, b) pengikatan oleh mikroorganisme
dari N udara, c) pupuk, dan d) air hujan. Sumber N berasal dari atmosfer
sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah
sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada
tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses sproses
dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha
pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3% dari
jumlah tersebut (Hardjowigeno, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad
renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman.
Pertambahan lain dari nitrogen tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di
udara. Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini
sangat tergantung pada tempat dan iklim (Hakim, dkk., 1986). Dalam tanah
gambut ketersediaan N untuk tanaman relative rendah karena N tanah
gambut tersedia dalam bentuk N-organik. Hal ini yang menyebabkan
perbandingan C/N 12 pada lahan gambut relatif tinggi saat dilakukan analisis
N-total. (Hartatik et al.,2011).
2.4 Manfaat Nitrogen bagi tanaman
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada
umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan
bagianbagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau
terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada
tanamannya (Susanto, 2005).
Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada
fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak,
enzim, dan persenyawaan lain (Susanto, 2005).
Kadar nitrogen tanah biasanya sebagai indikator basis untuk menentukan
dosis pemupukan urea. Fungsi N adalah memperbaiki sifat vegatatif tanaman.
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau,
gejala kekurangan N, tanaman tumbuhan kerdil dan daun-daun rontok dan gugur.
N tanah pada lahan gambut biasanya lebih besar dibandingkan pada tanah mineral
(Soewandita, 2008).
Menurut Sitompul dan Guritno (1995) Fungsi nitrogen bagi tanaman
adalah sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
2) Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan
warna yang lebih hijau (pada daun muda berwarna kuning).
3) Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman.
4) Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan.
5) Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.
Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3 - (nitrat) dan NH4
+ (amonium), akan tetapi nitrat ini segera tereduksi menjadi amonium.
Kekurangan unsur Nitrogen dapat terlihat dimulai dari daunnya, warnanya
yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap.
Jaringan daun mati daun mati inilah yang menyebabkan daun selanjutnya
menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa
pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruh pada pembuahan, yang
dalam hal ini perkembangan buah tidak tidak sempurna, umumnya kecil-kecil dan
cepat matang. Kandungan unsur N yang rendah dapat menimbulkan daun penuh
dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran-sel daun sedangkan
selnya sendiri berukuran kecil-kecil (Dwidjoseputro, 1978).
Fungsi unsur N adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan
pembentukan protein. Jika tanaman kekurangan N maka tanaman akan kerdil,
pertumbuhan akar terbatas dan daun kuning. Jika tanaman kelebihan N maka akan
menyebabkan tanaman lambat dalam proses pematangan. Nitrogen dalam tanah
dalam berbagai bentuk yaitu protein, senyawa-senyawa amino, amonium, dan
nitrat (Patti, dkk. 2013).
unsur hara nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein dan
kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa, dan pati.
Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan karbohidrat ini akan
disimpan dalam jaringan tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara makro utama
yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap tanaman
dalam bentuk ion NO3 - atau NH4 + dari tanah.
unsur N pada tanaman akan mendorong pertumbuhan organorgan yang
berkaitan dengan fotosintesis yaitu daun. Tanaman yang cukup mendapat suplai N
akan membentuk daun yang memiliki helaian lebih luas dengan kandungan
klorofil yang lebih tinggi, sehingga tanaman mampu menghasilkan
karbohidrat/asimilat dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan vegetatif dan
produksi tanaman.
Kekurangan nitrogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terganggu dan hasil menurun yang disebabkan oleh terganggunya pembentukan
klorofil yang sangat penting dalam proses fotosintesis. Selain itu kelebihan
unsur nitrogen akan memperpanjang masa pertumbuhan vegetatif,
melemahkan batang, dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit.
2.5 Metode Kjeldahl
Metode Kjeldahl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
kadar nitrogen dalam senyawa organik maupun senyawa anorganik. Metode
Kjeldahl atau Kjeldahl digestion dalam analisi kimia berarti sebuah metode yang
dipakai dalam melihat nilai kuantitaif determinasi dari nitrogen yang
dikembangkan oleh Jhon Kjeldahl pada tahun 1883.
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung. Metode ini terdiri dari tiga cara yaitu
proses destruksi, destilasi dan titrasi. Dalam metode kjeldahl nitrogen dalam
diubah menjadi ammonium melalui proses digestion dengan asam sulfat pekat
yang berisi bahan-bahan lain yang membantu perubahan tersebut. Amonium yang
terbentuk didestilasi dengan menambahkan alkali dan NH3 yang terdestilasi
ditangkap oleh asam dan ditentukan jumlahnya melalui titrasi. Bahan-bahan yang
membantu perubahan N menjadi NH4+ adalah garam-garam biasanya
K2SO4, NaSO4, atau H2SO4 yang bertujuan untuk meningkatkan suhu. Selain itu
beberapa katalisator seperti selenium, air raksa, paraffin cair digunakan untuk
merangsang dan mempercepat oksidasi bahan organik (Ginting, dkk. 2013).
Penerapan jumlah protein N-total bahan diukur dengan menggunakan metode
mikro-Kjeldahl. Prinsip dari metode ini adalah oksidasi senyawa organik oleh
asam sulfat untuk membentuk CO2 dan dalam bentuk ammonia yaitu penentuan
protein berdasarkan jumlah N (Ginting, dkk. 2013).
III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan


Alat yang digunakan untuk analisis N total sebagai berikut
- Pipet volumetrik 20 ml
- Buret
- Pengaduk magnetis
- Timbangan analitis
- Labu volumetrik 1000 ml
- Labu erlenmeyer 50 ml
- Unit Kjeldahl
- Gelas beker 1000 ml
- Gelas ukur 100 m
Bahan yang digunakan untuk analisi N total sebagai berikut
- H2S04
- K2S04
- CuSO4
- H2O
- Se
- Brom kresol hijau
- Metil merah
- Etanol
- H3BO3
- Aquadest
3.2 Waktu dan tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari 2023 pukul 14.30-15.00 wib. Dan di
laksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Agroekoteknologi Universitas
Malikussaleh.

3.3 Prosedur kerja


Cara kerja analisis N total sebagai berikut
-Labu Kjeldhal diisi sampai tidak tersisa ke labu destilasi
- Jika kurang tambahkan aquadest 500 ML / 1/2 labu ukur
- Lalu tambahkan NaOH 20ml- Lalu tutup dan panaskan ±30 menit
- Masukkan 10 ML asam borat 4% ke erlenmeyer dan berikan 5 tetes indikator
convoy
- Lalu letakkan pada alat destilasi, hingga volume 100 dan warna berubah menjadi
hijau
- Ditrasi dengan H2SO4 01 m, berubah warna menjadi pink
3.4 Rumus perhitungan
Rumus untuk menentukan N total sebagai berikut
%N= ( Vc- Vb) x N x bst N x ( 100/mg contoh) x fk
Ket: Vc,b = ml titrasi contoh dan blanko
N = normalitas larutan baku H2SO4
Bst N = bobot setara nitrogen = 14
100 = konversi 100%
100
Fk = faktor kolerasi kadar air
100−% KA
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 N total
Dari hasil analisis didapat hasil
Dik: Blanko titrasi = 1,4 ml
Sampel tanah titrasi = 4,3 ml
Massa tanah = 0,5 g
H2SO4 dengan konsentrasi = 0,1 N
Kadar air = 7,52%
Dit: %N
100
Jawab: Fk =
100−%KA
100
=
100−7,25
Fk = 1,08%
%N = (Vc-Vb)x N x bst N x (100/g contoh) x Fk
= (4,3- 1,4) x 0,1 x 14 x (100/500) x 1,08
= 2,9 x 0,1x 14 x 0,2 x 1,08
%N = 0,87%
Pembahasan
Nitrogen merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan biota
budidaya. Selain itu juga akan mengikat unsur-unsur beracun pada tanah asam
sehingga akan meningkatkan kapasitas penyangga tanah yang sangat erat
kaitannya efesiensi penggunaan unsur hara termasuk pupuk.
Dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi nitrogen total pada tanah yaitu
0,87%, dan kisaran konsentrasi yang didapatkan menunjukkan bahwa konsentrasi
nitrogen total pada sampel tanah yang di analisis termasuk dalam kategori sangat
tinggi, berdasarkan kriteria penilaian tanah pusat penelitian tanah, dimana
konsentrasi 0,01% - 0,15% dikategorikan rendah, konsentrasi 0,16% - 0,50%
dikategorikan sedang, konsentrasi 0,51% - 0,70% dikategorikan tinggi sedangkan
untuk konsentrasi <0,71% dikategorikan sangat tinggi.
Fungsi dari pada unsur nitrogen pada tanaman adalah (1) meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman, (2) meningkatkan kadar protein dalam tanah, (3)
meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan rerumputan
ternak, (4) meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah, (5)
berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman..dengan tingginya
kandungan N pada tanah, maka tanaman pada tanah tersebut dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal karena kebutuhan Nitrogen tanaman terpenuhi.
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3 - atau NH4 + dari
tanah.
Nitrogen (N) merupakan bagian tak terpisahkan dari molekul klorofil dan
karenanya suatu pemberian Nitrogen (N) dalam jumlah cukup akan
mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang subur dan warna daun hijau gelap.
Pemberian Nitrogen (N) yang berlebihan dalam lingkungan tertentu dapat
menunda fase generatif tanaman dan bahkan tidak terjadi sama sekali. Nitrogen
(N) dapat terurai pada bagian tanaman yang lebih tua, kemudian diangkut menuju
jaringan muda yang tumbuh aktif.
Bila tanah kurang mengandung Nitrogen (N) tersedia, maka seluruh tanaman
akan berwarna hijau pucat atau kuning (klorosis). Hal ini dapat terjadi karena
rendahnya produksi klorofil dalam tanaman. Daun tertua lebih dahulu menguning
karena Nitrogen (N) dipindahkan dari bagian tanaman ini menuju ke daerah ujung
pertumbuhan.
Nitrogen (N) termasuk yang paling banyak mendapat perhatian, karena
jumlahnya yang sedikit dalam tanah, sedangkan yang terangkut oleh tanaman
berupa hasil panen setiap musim sangat banyak. Selain itu, Nitrogen (N), sering
hilang karena pencucian dan penguapan, sehingga ketersediaannya dalam tanah
untuk dapat diserap tanaman sangat kecil. Oleh karena itu, pengawetan dan
pengendalian unsur ini sangatlah penting.
Upaya petani di negara maju untuk meningkatkan efisiensi Nitrogen (N) salah
satunya dengan senyawa penghambat nitrifikasi, antara lain dengan penggunaan
pupuk Nitrogen (N) lepas lambat (slow release) atau pupuk Nitrogen (N) bersama
nitrification inhibitor seperti thiourea; sulfathiazole; dan N-serve (nitrapirin).
Walaupun senyawa sintetik tersebut efektif mengurangi kehilangan Nitrogen (N)
tanah, namun selain harganya relatif mahal ternyata juga berdampak negatif
terhadap mikroba non-target seperti bakteri penambat N2 dan mikorizaa.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi nitrogen total pada tanah yaitu
0,87%, yang berarti kadar N pada tanah lahan Percobaan tinggi. Dengan tingginya
kandungan N maka dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman,
meningkatkan kadar protein dalam tanah, meningkatkan tanaman penghasil
dedaunan seperti sayuran dan rerumputan ternak, meningkatkan
perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah, dan berfungsi untuk sintesa
asam amino dan protein dalam tanaman.
5.2 Saran
Sebelum melakukan analisis harus membaca prosedur kerja dan SOP terlebih
dahulu, agar waktu melakukan analisis tidak terjadi kesalahan tahap analisis dan
kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

Foth, H. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh Purbayanti dari


Fundamentals of Soil Science. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ginting, R., Razali, dan Zulkifli, N. 2013. Jurnal Agroekoteknologi.


Pemetaan Status Unsur Hara C-Organik dan Nitrogen Metode
Kjeldahl . 1 (4): 1315.
Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong,
G.B.,Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas
Lampung.

Hanafiah, A.L. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Harjowigeno, 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Hartatik W., I.G.M. Subiksa, dan A.I. Dairiah. 2011. Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Gambut. Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Ibrahim, A.S dan A. Kasno . 2008. Interaksi pemberian kapur pada pemupukan
urea Terhadap kadar N tanah dan serapan N tanaman Jagung (Zea mays
L). Balai Penelitian Tanaman Pangan. Semarang.

Munawar, Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press.

Patti, P. S., Kaya, E., dan Silohooy. 2013. Jurnal Agrologia. Analisis
Status Nitrogen dalam Kaitanya dengan Serapan N oleh Tanaman. 2 (1):
51-58.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan Diah
Lukman dan Sumaryono dari Plant Physiology. Bandung: Penerbit IPB.

Sitompul, S.M. & Guritno, B.. (1995). Analisis pertumbuhan Tanaman.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soewandita, H. 2008. Studi kesuburan tanah dan analisis kesesuaian lahan untuk
komoditas tanaman perkebunan di kabupaten bengkalis. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia,10 (2) : 128-133.

Susanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Malam, S., Sunarminto, H.B., Siradz, S.A. 2012. Karakteristik Bahan Induk
Tanah Dari Formasi Geologi Kompleks Ultramafik Di Sulawesi Tenggara.
Jurnal Agroteknologi Universitas Halu Oleo. Kendari.

Notohadiprawito, T. 2006. Tanah dan Lingkungan. Ilmu Tanah Universitas


Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rayes, L.M. 2006. Deskripsi Profil Tanah Di Lapangan. Unit Penerbit Fakultas
Pertanian Brawijaya. Malang.

Simanjuntak, F.A., Tika, I.W., Sumiyati. 2012. Pengaruh Tingkat Pemberian


Kompos Terhadap Kebutuhan Air Tanaman Beberpa Jenis Kacang.
Laboratorium Pasca Panen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Udayana. Bali.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius.


Yogyakarta.

Wijaya, R. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Pengamatan Morfologi Profil


Pengambilan Contoh dan Pembuatan Preparat Tanah.

Winarso, S. 2003. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah.


Jember : Gava Media

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai