DI SUSUN OLEH:
Kata Kunci: penetapan kadar air, penetapan kadar air kapasitas lapang, penetapan
porositas tanah, penetapan Ph, penetapan c-organik, penentuan AL dan H
tanah yang dapat ditukar, dan penentuan nitrogen (N) total tanah.
1. PENDAHULUAN
Tanah lapisan bawah warnanya lebih cerah dan lebih padat dari pada
tanah lapisan atas. Lapisan tanah ini tebalnya antara 50 – 60 cm, lebih
tebal dari lapisan tanah atas, sering disebut tanah cadas atau tanah keras.
Dilapisan tanah ini kegiatan jasad hidup mulai berkurang. Biasanya
ditumbuhi tanaman berumur panjang dan berakar tunggang dalam dan
panjang agar mencapai lapisan tanah.
Bahan induk merupakan batuan asal dari tanah. Lapisan tanah ini
warnanya kemerah – merahan. Lapisan itu dapat pecah dan diubah dengan
mudah, tetap sukar ditembus akar. Di lereng – lereng gunung, lapisan ini
sering terlihat jelas karena lapisan atasnya telah hanyut oleh air hujan.
Sarief (1986) menyatakan bahwa struktur tanah merupakan suatu sifat
fisik yang penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
serta tidak langsung berupa perbaikan peredaran air, udara dan panas,
aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman,
perombakan bahan organik dan mudah tidaknya akar dapat menembus
tanah lebih dalam. Tanah yang berstruktur baik akan membantu
berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal,
sedangkan tanah yang berstruktur buruk akan menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman.
2.2. Reaksi Tanah (Ph)
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah:
botol plastic 25 ml, rotar evaporator, Ph meter dengan electrode gelas
kombinasi ( suku atau portable), air bebas ion, larutan KCL 1N, kertas
tissue, Ph buffer 4 dan 7, dan sampel tanah halus.
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Dari hasil yang telah di dapat kan di ketahui jika bobot persen reaksi
tanah (Ph) yaitu: Ph tanah bor (aquadest) ialah 7,83. Ph tanah bor (KCL)
ialah 5,97. Ph tanah bedengan (aquadest) ialah 7,93. Ph tanah bedengan
(KCL) ialah 7,11.
Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan tanah
karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah. Kemasaman
tanah (pH) optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar
7,0 karena semua unsur makro tersedia secara maksimum, sedangkan
unsur mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan
terjadinya toksisitas unsur hara tersebut. Pada pH di bawah 6,5 dapat
terjadi defisiensi P, Ca dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe,
sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu,
Zn, Ca dan Mg juga keracunan B dan Mo (Hanafiah, 2014).
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Anon. 2014. Agricultural compendium. For rural development in the tropics and
subtropics. Elseiver. Amsterdam. xxxviii + 740 h.
Harpstead, M.I., & F.D. Hole. 2015. Soil science simplpified. Iowa State
University Press./Iowa. viii +121h.
Schroeder, D. 2014. Soils. Facts and concepts. Int. Potash Inst. Bern. 140 h
Kemas Hanafiah, 2012, Dasar – dasar Ilmu Tanah Edisi 1, Jakarta: RAJAWALI
Kidd,P and Proctor J, 2001, Why plants grow poorly on Very acid soil : are
ecologists missing the obvious, Journal of Experimental Botany,52, 791-
799
Kata soil (tanah) berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu merupakan
turunan dari bahasa Latin solum, yang berarti lantai atau dasar. Defenisi
yang menjadi lugas menjadi sulit dengan sangat beraneka ragam tanah
didunia (Foth, 2014).
Bahan induk merupakan batuan asal dari tanah. Lapisan tanah ini
warnanya kemerah – merahan. Lapisan itu dapat pecah dan diubah dengan
mudah, tetap sukar ditembus akar. Di lereng – lereng gunung, lapisan ini
sering terlihat jelas karena lapisan atasnya telah hanyut oleh air hujan.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara unsur yang
terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah
satunya adalah kandungan C-Organik, dimana kandungan C-Organik
nmerupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah
(Hardjowigeno, 2013).
Pada penentuan kadar C – Organik pada tanah, sampel tanah berasal dari
kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Terdapat 5 macam jenis tanah di
wilayah kabupaten Ginung Kidul. Jenis tanah tersebut adalah :
1. Mediteran, tanahnya tidak subur, terbentuk dari pelapukan batu kapur,
terdapat masalah dalam ketersediaan air
2. Regosol, tanah berbukit kasar dari material gunung api. Tanah ini sangat
cocok untuk ditanami padi, tebu, tembakau dan sayuran
3. Latosol, berwarna merah hingga kuning, tanah ini cocok untuk tanaman
padi, karet, kopi, dll
4. Grumosol, terbentuk dari material halus berlempung. Berwatna kelabu
hitam dan bersifat subur.
5. Rendzina, tanah ini merupakan hasil pelapukan batu kapur didaerah
dengan curah hujan tinggi. Ciri tanah ini berwarna hitam dan sedikit zat
hara.
2.2. C-Organik
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang
yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan
bentuk karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika dan kimia
(Nabilussalam, 2016).
Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan
tanah, terutama didaerah tropika seperti di Indoneisa dengan suhu udara
dan curah hujan yang tinggi. Kandungan bahan organik yang rendah
menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa
oleh aliran permukaan sebagai erosi, yang pada kondisi ekstrim
mengakibatkan desertifikasi. Rendahnya kandungan organik tanah
disebabkan oleh ketidak seimbangan antara peran bahan organik dan
hilangnya bahan organik dari tanah melalui proses oksidasi biologis dalam
tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan bahan organik juga
berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah tersebut
(Victorious, 2014).
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas
flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan mati, serta hasil
sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan
bahan organik tanah yang sudah mengalami perubahan bentuk dan
bercampur dengan mineral tanah (Sutanto, 2005). Komponen organik
tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah yang aktif.
Komponen organik yang tidak hidup terbentuk melalui pelapukan kimia
dan biologi, terutama dari bahan tanaman (Tan, 2017).
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah:
a. Alat
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Gelas ukur 20 m
3. Pipet 10 ml
4. Buret untuk FeSO₄
5. Pengaduk magnetic stirrer
b. Bahan
1. H₃PO₄ 85%
2. H₂SO₄ 96%
3. NaF Kristal
4. K₂Cr₂O₇ 1N timbang 49,04 g K₂Cr₂O₇ dan larutkan dalam air bebas
ion kemudian encerkan hingga 1000 ml.
5. Indicator difenilamine. 0,5 g difenilamine dilarutkan kedalam 20 ml
H₂O dan 150 ml H₂SO₄ pekat.
6. Larutkan FeSO₄ 1N timbang 278 g FeSO₄. 7 H₂O dan larutan dalam
8000 ml air suling. Tambahkan 15 ml H₂SO₄ pekat dan dinginkan.
Tambahkan air suling hingga 1000 ml. tetapkan normalitas larutan
baku tiap hari dengan mentetrasikan dengan 10 ml.
4.1. Hasil
= 0,87%
4.2. Pembahasan
Dari hasil yang telah di dapat kan di ketahui jika kandungan c-organik
yang kandung dalam tanah bedengan dan bor kedalaman 56-75 cm, yaitu:
Kandungan c-organik pada tanah bedengan ialah 1,28% dan kandungan
bahan organic tanah ialah 2,20%, sedangkan pada tanah bor kedalaman
56-75 cm ialah 0,51% dan kandungan organic tanah ialah 0,87%.
5.2. Saran
Foth H. D. 2014. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
Supryono. 2013. Kandungan C- Organik dan N- Total Pada Seresah dan Tanah
Pada 3 Tipe Fisiognomi (Studi Kasus di Wanagama, Gunung Kidul, DIY).
Jurnal Imu Tanah. Vol.10, No.22.
Anon. 2014. Agricultural compendium. For rural development in the tropics and
subtropics. Elseiver. Amsterdam. xxxviii + 740 h.
Harpstead, M.I., & F.D. Hole. 2015. Soil science simplpified. Iowa State
University Press./Iowa. viii +121h.
Schroeder, D. 2014. Soils. Facts and concepts. Int. Potash Inst. Bern. 140 h.
LAMPIRAN
2.1 Tanah
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara
satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga
diantara bagian-bagian tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994).
Menurut Craig (1991), tanah adalah akumulasi mineral yang tidak
mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan
dari batuan.
Tanah didefinisikan oleh Das (1995) sebagai material yang terdiri dari
agregat mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara
partikel-partikel padat tersebut.
Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1991), tanah adalah campuran
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250
mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150
mm.
c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5
mm, yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai
bahan halus yang berukuran < 1 mm.
d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai
0,0074 mm.
e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari
0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
kohesif.
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih
kecil dari 0,001 mm.
Tanah terjadi sebagai produk pecahan dari batuan yang mengalami pelapukan
mekanis atau kimiawi.Pelapukan mekanis terjadi apabila batuan berubah menjadi
fragmen yang lebih kecil tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi, yaitu pengaruh iklim, eksfoliasi, erosi oleh angin dan
hujan, abrasi, serta kegiatan organik. Sedangkan pelapukan kimiawi meliputi
perubahan mineral batuan menjadi senyawa mineral yang baru dengan proses
yang terjadi antara lain seperti oksidasi, larutan (solution), pelarut (leaching)
(hardiyatmo, 2002).
2.2 pH Tanah
pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total
asam yang ada ditanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat,
gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah yang berpasir.Tanah yang mampu menahan
kemasaman tersebut dikenal sebagai tanah yang berpenyangga baik (Mukhlis,
2014).
Dalam sistem tanah, pH tanah cenderung dikaitkan dengan kumpulan dari
berbagai kondisi tanah, salah satunya adalah ketersediaan hara bagi
tanaman.Banyak proses-proses yang mempengaruhi pH suatu tanah, diantaranya
adalah keberadaan salah satunya asam sulfur dan asam nitrit sebagai komponen
alami dari air hujan (Foth, 1995).
Nilai pH tanah sangat mempengaruhi kelarutan unsur yang cenderung
berseimbang dengan fase padat.Kelarutan oksida-oksida atau hidroksida Fe dan Al
secara langsung bergantung pada konsentrasi ion hidroksil (OH) dan kelarutannya
menurun jika pH meningkat. Kelarutan Fe-fosfat, Al-fosfat, dan Ca fosfat amat
bergantung pada pH, demikian juga kelarutan anion-anion molibat (MoO4) dan
SO4 yang terjerap (Damanik, 2011).
Reaksi tanah (pH) dapat dijadikan indikator kesuburan tanah. Kondisi pH
tanah optimum untuk ketersediaan unsur hara adalah sekitar 6,0−7,0. Pada pH
kisaran 7 semua unsur hara makro dapat tersedia secara maksimum dan unsur hara
mikro tersedia tidak maksimum. Unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang
relatif sedikit sehingga pada pH kisaran 7,0 akan menghindari toksisitas. Pada
reaksi tanah (pH) di bawah 6,5 akan terjadi defisiensi P, Ca, Mg dan toksisitas B,
Mn, Cu dan Fe. Sementara itu pada pH 7,5 akan terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn,
Cu, Zn, Ca, Mg dan toksisitas B juga Mo (Hanafiah, 2005).
Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali,
tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti
ketersediaan fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur racun,
dsb.Kebanyakan tanah-tanah pertanian memiliki pH 4 hingga 8.Tanah yang lebih
asam biasanya ditemukan pada jenis tanah gambut dan tanah yang tinggi
kandungan aluminium atau belerang.Sementara tanah yang basa ditemukan pada
tanah yang tinggi kapur dan tanah yang berada di daerah arid dan di kawasan
pantai.pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas keasaman, bukan ukuran total
asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu, seperti tanah liat berat,
gambut yang mampu menahan perubahan pH atau keasaman yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah berpasir (Mukhlis, 2007).
Tingkat kemasaman setiap tanah berbeda dan nilainya sangat dinamis.Nilai
pH tanah selalu berubah sesuai perubahan-perubahan reaksi kimiawi yang terjadi
didalam tanah.Perubahan reaksi kimia didalam tanah dapat disebabkan oleh
pengaruh tindakan budidaya pertanian, pengelolaan tanah dan atau di pacu oleh
faktor tanah dan faktor iklim. Meningkatnya kemasaman pada lahan pertanian
dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: 1) pegunaan pupuk komersial
khususnya pupuk NH4+ yang menghasilkan H+ selama nitrifikasi, 2)
pengambilan kation-kation oleh tanaman melalui pertukaran dengan H+, 3)
pencucian kation-kation yang digantikan oleh H+ dan Al3+, 4) dekomposisi
residu organik (Damanik, 2011).
Menurut penelitian Intara (2011), terbukanya lahan menyebabkan penurunan
kandungan bahan organik tanah dan intensifnya pencucian hara oleh air hujan.
Hal ini mengakibatkan leaching kation-kation basa, sehingga akan menurunkan
kejenuhan basa yang menyebabkan pH tanah menurun.
Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Pada reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6,5-7,5, maka unsur hara tersedia dalam
jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH tanah kurang dari 6,0 maka
ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan molybdenum
menurun dengan cepat. Sedangkan pH tanah lebih besar dari 8,0 akan
menyebabkan unsur-unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga, dan seng
ketersediaannya relatif menjadi sedikit (Sarief, 1986).
Menurut Hardjowigeno (2003) pentingnya pH tanah untuk diketahui adalah
untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.Pada
umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral,
karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air.Pada tanah
masam unsur hara P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al,
sedang pada tanah alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena
difiksasi oleh Ca.
Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali,
tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti
ketersediaan fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur
racun.Kebanyakan tanah-tanah pertanian memiliki pH 4 hingga 8.Tanah yang
lebih asam biasanya ditemukan pada jenis tanah gambut dan tanah yang tinggi
kandungan aluminium atau belerang.Sementara tanah yang basa ditemukan pada
tanah yang tinggi kapur dan tanah yang berada didaerah arid dan dikawasan pantai
(Mukhlis, 2014).
Tanah dapat dipilahkan berdasarkan reaksi tanah atau pH sebagai berikut:
Reaksi Tanah pH
5.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari praktikum penetapan kadar Al-dd dan H-
dd tanah di laboratorium kali ini yaitu:
1. Kandungan Al-dd dan H-dd dapat ditetapkan dengan menggunakan metode
titrasi
2. Penerapan Al-dd bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah
masam.
3. Semakin masam tanah atau pH rendah maka Al-dd semakin tinggi. 4. Tanah
menjadi masam karena kelebihan ion Hidrogen menggantikan kation yang
sifatnya basa.
5. Kejenuhan Al tinggi pada tanah-tanah masam tergantung pada kadar Al dan
mineral yang larut dalam keadaan masam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Al
dapat dikendalikan dengan cara pengapuran.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari praktikum penetapan kadar Al-dd
dan H-dd tanah di laboratorium kali ini yaitu diperlukan ketelitian dalam
menghitung dan melakukan percobaan, pada saat titrasi hendaknya dilakukan
dengan sangat teliti sehingga tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan, dan hati-
hati dalam menggunakan bahan kimia yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E., 1991, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Edisi Kedua, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Intara, Y. I., Sapei, A., Erizal, Sembiring, N., Dan Djoefrie, M.H.B.
2011.Pengaruh Pemberian Bahan Organik Pada Tanah Liat Dan
LempungBerliat Terhadap Kemampuan Mengikat Air. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia, Vol. 16, No.2
Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil. PT. Erlangga. Jakarta.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nitrogen merupakan
sumber utama gas bebas di
udara yang menempati
78% dari volume
atmosfer. Dalam bentuk
unsur lain tidak dapat
digunakan
oleh tanaman. Nitrogen gas
harus diubah menjadi
bentuk nitrat atau
amonium
melalui proses-proses
tertentu agar dapat
digunakan oleh tanaman.
Nitrogen
memiliki peran penting
bagi tanaman, unsur
nitrogen ini mampu
medorong
pertumbuhan tanaman
menjadi cepat dan
memperbaiki tingkat hasil
panen
pada tanaman. Tanaman
yang kekurangan nitrogen
fase vegetatifnya akan
terhambat, warna daun
pada tanamn akan
kekuning-kuningan dan
lama
kelamaan akan mati.
Sedangkan jika nitrogen
diberikan berlebih tanaman
tidak
akan mampu menghasilkan
bunga dan buah, tanaman
tidak akan mengalami
fase generatif. Peningkatan
penyediaan nitrogen tanah
untuk tanaman terutama
dari meningkatnya jumlah
nitrogen secara biologis
atau dengan penambahan
pupuk baik sintesis
maupun non sintesis.
Untuk menentukan jumlah
Nitrogen
total dalam tanam, dapat
dilakukan dengan
beberapa cara, salah
satunya
dengan mote kjeldahl.
Prinsipnya dalam
penetapan N total dengan
metode
Kjehdahl, nitrogen diubah
dalam bentuk amonium,
pada destruksi dengan
asam sulfat pekat yang
mengandung katalis dan
zat-zat kimia lainnya
yang
dapat meningkatkan suhu
pada waktu-waktu
destruksi. Kemudian
amonium
ditetapkan dari jumlah
amoniak yang dibebaskan
pada penyulingan
destrat. Maka dilakukan
praktikum ini untuk
melakukan percobaan
penentuan
kandungan N total dalam
sampel tanah lahan
percobaan karang kitri
dengan
metode kjeldahl
1.2 Rumusan masalah
Analisis N total tanah pada lahan kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas malikussaleh.
1.3 Tujuan praktikum
Untuk mengetahui kandungan N total tanah pada lahan kebun percobaan
Fakultas Pertanian Universitas malikussaleh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Pengertian Tanah Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan
organik di muka daratan bumi. Tanah terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor
lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai
organisasi dan morfologi. Tanah merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi
dan pangkalan hidup bagi hewan dan manusia. Tanah merupakan sistem ruang
waktu, bermata empat (Sutanto, 2005).
Tanah menurut soil survey staff adalah kumpulan benda alami di permukaan
bumi yang setempat- setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari
bahan-bahan tanah, mengandung gejala-gejala kehidupan dan menopang atau
mampu menopang pertumbuhan tanaman di lapangan. Tanah meliputi horizon-
horizon tanah yang terletak di atas bahan batuan dan terbentuk sebagai hasil
interksi sepanjang waktu dari iklim, mahkluk hidup (organism), bahan induk dan
relief (topogrofi) (Rayes, 2006).
Tanah memiliki fungsi sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan
sebagai tempat dari akar tumbuhan dan air tanah tersimpan. Bahan organik
mempunyai peranan yang penting di dalam tanah terutama terhadap sifat-sifat
tanah. Pengaruh bahan organik terhadap tanah antara lain bahan organik dapat
mendorong meningkatkan daya mengikat air dan mempertinggi jumlah air
tersedia untuk kebutuhan tanaman. Bahan organik dalam tanah dapat menyerap air
2–4 kali lipat yang berperan dalam ketersediaan air tanah (Simanjuntak et al.,
2012).
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dinamakan
muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak
demikian karena ada rongga-rongga udara (Wijaya, 2013).
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan biomassa mati
sebagai bahan mentah. Yang berasal dari batuan akan menghasilkan tanah
mineral, sedang yang berasal dari longgokan biomassa mati akan menghasilkan
tanah organik. Bahan penyusun tanah organik dirajai oleh bahan organik dengan
campuran bahan mineral berupa endapan aluvial (Notohadiprawito, 2006).
Batuan induk yang berbeda mempunyai komposisi mineral yang berbeda dan
penting dalam proses pembentukan tanah. Kecepatan proses pembentukan tanah
sangat tergantung kepada ukuran butir dari bahan induk tanah. Semakin halus,
semakin mudah mengalami proses pentanahan (Alam et al., 2012).
2.2 Faktor Pembentuk Tanah
Tanah merupakan tubuh di permukaan bumi yang tersusun atas horizon atau
lapisan yang berada di atas bahan induk atau batuan yang terbentuk sebagai hasil
interaksi faktor faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organism, bahan induk, relief
dan waktu. Proses pembentukan tanah dimulai dari pelapukan batuan menjadi
bahan induk atau horison C. Selanjutnya terbentuk horison A, B disertai
perubahan mineral yang lazim disebut perkembangan tanah. (Crhistian, 2014).
Tanah bersama air dan udara merupakan sumber daya alam utama yang
sangat mempengaruhi kehidupan. Tanah mempunyaifungsi utama sebagai tempat
tumbuh dan berproduksi tanaman. Kemampuan tanah sebagai media tumbuh akan
dapat optimal jika di dukung oleh kondisi fisika, kimia dan biologi tanah yang
baik yang biasanya menunjukkan tingkat kesuburan tanah. Tingkat kesuburan
tanah yang tinggi menunjukkan kualitas tanah yang tinggi pula. Kualitas tanah
menunjukkan kemampuan tanah untuk menampilkan fungsi-fungsinya dalam
penggunaan lahan atau ekosistem, untuk menopang produktivitas biologi,
mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan tanaman,
binatang, dan manusia. Berdasarkan pengertian tersebut, sangat jelas kualitas
tanah sangat erat hubungannya dengan lingkungan, yaitu tanah tidak hanya
dipandang sebagai produk transformasi mineral dan bahan organik dan sebagai
media pertumbuhan tanaman tingkat tinggi, akan tetapi dipandang secara
menyeluruh yaitu mencakup fungsi-fungsi lingkungan dan kesehatan. (Zaenal,
2011).
Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka
daratan bumi. Dapat dikatakan bahwa tanah adalah sumber utama penyedia zat
hara bagi tumbuhan. Tanah juga adalah tapak utama terjadinya berbagai bentuk
zat didalam daur makanan. Komponen tanah(mineral,organik,air,dan udara)
tersusun antara yang satu dan yang lain membentuk tubuh tanah. Tubuh tanah
dibedakan atas horizon-horizon yang kurang lebih sejajar dengan permukaan
tanah sebagai hasil proses pedogenesis. Bermacam-macam jenis tanah yang
terbentuk merupakan refleksi kondisi lingkungan yang berbeda. (Firman, 2009).
Komponen pembentukan tanahyaitu :
1) Bahan mineral
Berasal dari hasil pelapukan, Susunan mineral dalam tanah berbeda-beda
sesuai susunan mineral batuan induknya (bekumalihan dan endapan)
Ukuran mineral:
a. Kerikil, kerakalbatuan: > 2 mm
b. Pasir 2 mm 50 u
c. Debu: 50 u-2 u
d. Liat: <2u
Mineral dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk,
umumnya dalam fraksi-fraksi pasir dan debu
b. Mineral sekunder baru terbentuk selama proses pembentukan tanah berlansung
umumnya dalam fraksi liat
2) Bahan Organik
Hasil penimbunan sisa-sisa tumbuhan dan binatang, sebagian telah mengalami
pelapukan dan pembentukan kembali menjadi mangsa jasad mikro sehingga
sifatnya selalu berubah atau tidak mantap. Kadar bahan organic pada tanah
mineral umumnya < 3%, Berfungsi sebagai perekat butiran tanahsumber utama
unsur N,P dan S, meningkatkan kemampuan tanah dan menahan air dan hara serta
sebagai sumber energi bagi jasad mikro. Komposisi bahan organik yaitu jaringan
asli (bagian akar dan atas tanaman) dan bagian baru yang telah mengalami
pelapukan,
humus telah diubah dari sifat aslinya secara menyeluruh, berwarna hitam, bersifat
kolodial, kemampuan menahan air dan ion lebih besar dari liat.
3. Air
Dalam tanah terdapat dalam ruang pori tanah Kuat atau tidaknya air ditahan oleh
tanah yang mempengaruhi tingkat ketersediaan air tanah bagi tanaman. Air dalam
pori besar umumnya tidak tersedia bagi tanaman karena segera hilang merembes
kebawah, air dalam pori sedang umunya mudah diserap oleh tanaman, sedangkan
air dalam pori halus sulit untuk diambil oleh tanaman. Jadi , tidak semua air dalam
tanah tersedia bagi tanaman, sebagian tetap tinggal dalam tanah.
Larutan tanah mengandung garam-garam larut, sebagian besar berupa hara
tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg dan S (hara makro), Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn dan
Cl (hara mikro).
4) Udara
Menempati pori tanah (terutama sedang dan besar), Jumlahnya berubah-ubah
tergantung kondisi air tanah, Susunanya tergantung dari reaksi yang terjadi dalam
tanah: uap air > atmosfer, CO2 > atmosfer, O2 atmosfer (bervariasi dipengaruhi
kandungan CO2 dalam tanah).
Secara alamiah proporsi kompone-komponen tanah sangat tergantung pada :
a. Ukuran partikel penyusun tanah, makin harus maka makin padat tanah,
sehingga ruang porinya juga akan menyempit, sebaliknya jika makin kasar
b. Sumber bahan organic tanah-tanah bervegetasi akan mempunyai proporsi BOT
tinggi, sebaliknya pada tanah gundul (tanpa vegetasi)
c. Iklim terutama curah hujan dan temperatur, saat hujan dan evaporasi
(penguapan) rendah porsi air meningkat (porsi udara menurun)
d. Sumber air, tanah yang berdekatan dengan sungai akan lebih banyak
mengandung air ketimbang yang jauh dari sungai (Kemas,A.2005)
2.3 Nitrogen Tanah (N)
merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar
untuk seluruh proses pertumbuhan. Di dalam tanaman, nitrogen berfungsi sebagai
komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin, dan enzim- 5 enzim
essensial untuk kehidupan tanaman. N2 atmosfer harus diubah bentuk menjadi
tersedia bagi tanaman agar dapat digunakan oleh tanaman (Munawar 2011).
Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfir, namun
demikian N merupakan unsur hara yang paling sering defisien pada tanah-
tanah pertanian. Paradog ini muncul karena N adalah unsur hara yang
dibutuhkan paling besar jumlahnya dalam pertumbuhan tanaman. Fungsi hara N
sangat penting terutama pada pembentukan senyawa-senyawa protein dalam
tanaman. Dengan demikian dinamika hara N sangat penting untuk dipelajari
(Ibrahim dan Kasno, 2008). Sebagian besar N di dalam tanah dalam bentuk
senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi tanaman. Fiksasi N organik ini
sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah. Nitogen dapat diserap
tanaman dalam bentuk ion NO3 - dan NH4 + (Winarso, 2003).
Unsur hara N merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5%
bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein 11 (Hanafiah,
2005). Nitrogen dalam tanah berasal dari : a) bahan organik tanah yaitu bahan
organik halus dan bahan organik kasar, b) pengikatan oleh mikroorganisme
dari N udara, c) pupuk, dan d) air hujan. Sumber N berasal dari atmosfer
sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah
sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada
tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses sproses
dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha
pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3% dari
jumlah tersebut (Hardjowigeno, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad
renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman.
Pertambahan lain dari nitrogen tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di
udara. Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini
sangat tergantung pada tempat dan iklim (Hakim, dkk., 1986). Dalam tanah
gambut ketersediaan N untuk tanaman relative rendah karena N tanah
gambut tersedia dalam bentuk N-organik. Hal ini yang menyebabkan
perbandingan C/N 12 pada lahan gambut relatif tinggi saat dilakukan analisis
N-total. (Hartatik et al.,2011).
2.4 Manfaat Nitrogen bagi tanaman
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada
umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan
bagianbagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau
terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada
tanamannya (Susanto, 2005).
Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada
fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak,
enzim, dan persenyawaan lain (Susanto, 2005).
Kadar nitrogen tanah biasanya sebagai indikator basis untuk menentukan
dosis pemupukan urea. Fungsi N adalah memperbaiki sifat vegatatif tanaman.
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau,
gejala kekurangan N, tanaman tumbuhan kerdil dan daun-daun rontok dan gugur.
N tanah pada lahan gambut biasanya lebih besar dibandingkan pada tanah mineral
(Soewandita, 2008).
Menurut Sitompul dan Guritno (1995) Fungsi nitrogen bagi tanaman
adalah sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
2) Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan
warna yang lebih hijau (pada daun muda berwarna kuning).
3) Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman.
4) Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan.
5) Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.
Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3 - (nitrat) dan NH4
+ (amonium), akan tetapi nitrat ini segera tereduksi menjadi amonium.
Kekurangan unsur Nitrogen dapat terlihat dimulai dari daunnya, warnanya
yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap.
Jaringan daun mati daun mati inilah yang menyebabkan daun selanjutnya
menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa
pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruh pada pembuahan, yang
dalam hal ini perkembangan buah tidak tidak sempurna, umumnya kecil-kecil dan
cepat matang. Kandungan unsur N yang rendah dapat menimbulkan daun penuh
dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran-sel daun sedangkan
selnya sendiri berukuran kecil-kecil (Dwidjoseputro, 1978).
Fungsi unsur N adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan
pembentukan protein. Jika tanaman kekurangan N maka tanaman akan kerdil,
pertumbuhan akar terbatas dan daun kuning. Jika tanaman kelebihan N maka akan
menyebabkan tanaman lambat dalam proses pematangan. Nitrogen dalam tanah
dalam berbagai bentuk yaitu protein, senyawa-senyawa amino, amonium, dan
nitrat (Patti, dkk. 2013).
unsur hara nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein dan
kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa, dan pati.
Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan karbohidrat ini akan
disimpan dalam jaringan tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara makro utama
yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap tanaman
dalam bentuk ion NO3 - atau NH4 + dari tanah.
unsur N pada tanaman akan mendorong pertumbuhan organorgan yang
berkaitan dengan fotosintesis yaitu daun. Tanaman yang cukup mendapat suplai N
akan membentuk daun yang memiliki helaian lebih luas dengan kandungan
klorofil yang lebih tinggi, sehingga tanaman mampu menghasilkan
karbohidrat/asimilat dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan vegetatif dan
produksi tanaman.
Kekurangan nitrogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terganggu dan hasil menurun yang disebabkan oleh terganggunya pembentukan
klorofil yang sangat penting dalam proses fotosintesis. Selain itu kelebihan
unsur nitrogen akan memperpanjang masa pertumbuhan vegetatif,
melemahkan batang, dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit.
2.5 Metode Kjeldahl
Metode Kjeldahl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
kadar nitrogen dalam senyawa organik maupun senyawa anorganik. Metode
Kjeldahl atau Kjeldahl digestion dalam analisi kimia berarti sebuah metode yang
dipakai dalam melihat nilai kuantitaif determinasi dari nitrogen yang
dikembangkan oleh Jhon Kjeldahl pada tahun 1883.
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung. Metode ini terdiri dari tiga cara yaitu
proses destruksi, destilasi dan titrasi. Dalam metode kjeldahl nitrogen dalam
diubah menjadi ammonium melalui proses digestion dengan asam sulfat pekat
yang berisi bahan-bahan lain yang membantu perubahan tersebut. Amonium yang
terbentuk didestilasi dengan menambahkan alkali dan NH3 yang terdestilasi
ditangkap oleh asam dan ditentukan jumlahnya melalui titrasi. Bahan-bahan yang
membantu perubahan N menjadi NH4+ adalah garam-garam biasanya
K2SO4, NaSO4, atau H2SO4 yang bertujuan untuk meningkatkan suhu. Selain itu
beberapa katalisator seperti selenium, air raksa, paraffin cair digunakan untuk
merangsang dan mempercepat oksidasi bahan organik (Ginting, dkk. 2013).
Penerapan jumlah protein N-total bahan diukur dengan menggunakan metode
mikro-Kjeldahl. Prinsip dari metode ini adalah oksidasi senyawa organik oleh
asam sulfat untuk membentuk CO2 dan dalam bentuk ammonia yaitu penentuan
protein berdasarkan jumlah N (Ginting, dkk. 2013).
III. METODELOGI PRAKTIKUM
4.1 N total
Dari hasil analisis didapat hasil
Dik: Blanko titrasi = 1,4 ml
Sampel tanah titrasi = 4,3 ml
Massa tanah = 0,5 g
H2SO4 dengan konsentrasi = 0,1 N
Kadar air = 7,52%
Dit: %N
100
Jawab: Fk =
100−%KA
100
=
100−7,25
Fk = 1,08%
%N = (Vc-Vb)x N x bst N x (100/g contoh) x Fk
= (4,3- 1,4) x 0,1 x 14 x (100/500) x 1,08
= 2,9 x 0,1x 14 x 0,2 x 1,08
%N = 0,87%
Pembahasan
Nitrogen merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan biota
budidaya. Selain itu juga akan mengikat unsur-unsur beracun pada tanah asam
sehingga akan meningkatkan kapasitas penyangga tanah yang sangat erat
kaitannya efesiensi penggunaan unsur hara termasuk pupuk.
Dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi nitrogen total pada tanah yaitu
0,87%, dan kisaran konsentrasi yang didapatkan menunjukkan bahwa konsentrasi
nitrogen total pada sampel tanah yang di analisis termasuk dalam kategori sangat
tinggi, berdasarkan kriteria penilaian tanah pusat penelitian tanah, dimana
konsentrasi 0,01% - 0,15% dikategorikan rendah, konsentrasi 0,16% - 0,50%
dikategorikan sedang, konsentrasi 0,51% - 0,70% dikategorikan tinggi sedangkan
untuk konsentrasi <0,71% dikategorikan sangat tinggi.
Fungsi dari pada unsur nitrogen pada tanaman adalah (1) meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman, (2) meningkatkan kadar protein dalam tanah, (3)
meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan rerumputan
ternak, (4) meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah, (5)
berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman..dengan tingginya
kandungan N pada tanah, maka tanaman pada tanah tersebut dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal karena kebutuhan Nitrogen tanaman terpenuhi.
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3 - atau NH4 + dari
tanah.
Nitrogen (N) merupakan bagian tak terpisahkan dari molekul klorofil dan
karenanya suatu pemberian Nitrogen (N) dalam jumlah cukup akan
mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang subur dan warna daun hijau gelap.
Pemberian Nitrogen (N) yang berlebihan dalam lingkungan tertentu dapat
menunda fase generatif tanaman dan bahkan tidak terjadi sama sekali. Nitrogen
(N) dapat terurai pada bagian tanaman yang lebih tua, kemudian diangkut menuju
jaringan muda yang tumbuh aktif.
Bila tanah kurang mengandung Nitrogen (N) tersedia, maka seluruh tanaman
akan berwarna hijau pucat atau kuning (klorosis). Hal ini dapat terjadi karena
rendahnya produksi klorofil dalam tanaman. Daun tertua lebih dahulu menguning
karena Nitrogen (N) dipindahkan dari bagian tanaman ini menuju ke daerah ujung
pertumbuhan.
Nitrogen (N) termasuk yang paling banyak mendapat perhatian, karena
jumlahnya yang sedikit dalam tanah, sedangkan yang terangkut oleh tanaman
berupa hasil panen setiap musim sangat banyak. Selain itu, Nitrogen (N), sering
hilang karena pencucian dan penguapan, sehingga ketersediaannya dalam tanah
untuk dapat diserap tanaman sangat kecil. Oleh karena itu, pengawetan dan
pengendalian unsur ini sangatlah penting.
Upaya petani di negara maju untuk meningkatkan efisiensi Nitrogen (N) salah
satunya dengan senyawa penghambat nitrifikasi, antara lain dengan penggunaan
pupuk Nitrogen (N) lepas lambat (slow release) atau pupuk Nitrogen (N) bersama
nitrification inhibitor seperti thiourea; sulfathiazole; dan N-serve (nitrapirin).
Walaupun senyawa sintetik tersebut efektif mengurangi kehilangan Nitrogen (N)
tanah, namun selain harganya relatif mahal ternyata juga berdampak negatif
terhadap mikroba non-target seperti bakteri penambat N2 dan mikorizaa.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi nitrogen total pada tanah yaitu
0,87%, yang berarti kadar N pada tanah lahan Percobaan tinggi. Dengan tingginya
kandungan N maka dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman,
meningkatkan kadar protein dalam tanah, meningkatkan tanaman penghasil
dedaunan seperti sayuran dan rerumputan ternak, meningkatkan
perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah, dan berfungsi untuk sintesa
asam amino dan protein dalam tanaman.
5.2 Saran
Sebelum melakukan analisis harus membaca prosedur kerja dan SOP terlebih
dahulu, agar waktu melakukan analisis tidak terjadi kesalahan tahap analisis dan
kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, A.L. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hartatik W., I.G.M. Subiksa, dan A.I. Dairiah. 2011. Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Gambut. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Ibrahim, A.S dan A. Kasno . 2008. Interaksi pemberian kapur pada pemupukan
urea Terhadap kadar N tanah dan serapan N tanaman Jagung (Zea mays
L). Balai Penelitian Tanaman Pangan. Semarang.
Munawar, Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press.
Patti, P. S., Kaya, E., dan Silohooy. 2013. Jurnal Agrologia. Analisis
Status Nitrogen dalam Kaitanya dengan Serapan N oleh Tanaman. 2 (1):
51-58.
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan Diah
Lukman dan Sumaryono dari Plant Physiology. Bandung: Penerbit IPB.
Soewandita, H. 2008. Studi kesuburan tanah dan analisis kesesuaian lahan untuk
komoditas tanaman perkebunan di kabupaten bengkalis. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia,10 (2) : 128-133.
Malam, S., Sunarminto, H.B., Siradz, S.A. 2012. Karakteristik Bahan Induk
Tanah Dari Formasi Geologi Kompleks Ultramafik Di Sulawesi Tenggara.
Jurnal Agroteknologi Universitas Halu Oleo. Kendari.
Rayes, L.M. 2006. Deskripsi Profil Tanah Di Lapangan. Unit Penerbit Fakultas
Pertanian Brawijaya. Malang.
LAMPIRAN