Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA TANAH

PENETAPAN PH TANAH RAWA LEBAK, MINERAL DAN


PASANG SURUT DI LABORATORIUM

Oleh:
Aditya Surya Wardhana
05101281823068

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan
secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-
obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah dan Konsep Lahan Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang
menduduki sebagian besar permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan
tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang
bertindak terhadap bahan induk dalam relif tertentu selama jangka waktu tertentu
pula. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cair, dan gas, dan mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik.
Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad renik
hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh relief tempatnya
terbentuk (r) dan waktu (w).
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak
dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan
makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat
panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik
kimia, biologi, maupun morfologinya. Tanah memiliki kualitas yang berbeda
disetiap wilayah. Menurut Soil Science Society of America (SSSA) telah
mendefinisikan kualitas tanah sebagai kemampuan tanah untuk menampilkan
fungsi-fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem untuk menopang
produktivitas biologis, mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan
kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan.
Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang diistilahkan untuk menyatakan
reaksi asam basah dalam tanah. Sejumlah proses tanah dipengaruhi oleh reaksi
tanah. Banyak reaksi tanah dan biokimia tanah hanya dapat berlangsung pada reaksi
tanah yang spesifik.
Reaksi tanah adalah sifat kimia tanah yang paling penting untuk diamati
karena berpengaruh terhadap serangkaian proses-proses kimiawi dalam tanah,
antara lain proses pembentukkan mineral lempung, reaksi kimia dan biokimiawi
tanah, serta penentuan status hara dalam tanah. Reaksi tanah menunjukan
perimbangan konsentrasi asam-basa dalam tanah dan keasaman atau alkalinitas
tanah yang dinyatakan dengan nilai pH.
Reaksi pH tanah berdasarkan atas dua unsur kimia di mana kemasaman
tanah merupakan asam-asam organik dan anorganik serta ion-ion H+ dan Al dapat
ditukar. Misal koloid dan sumber alkalinitas atau garam-garam alkalis.
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh suatu kondisi tanah, contohnya pH
tanah serendah yaitu sekitar 5,5 atau kurang, maka penyakit tanaman mungkin
dapat disebabkan oleh defisiensi besi sehingga warna pada daun akan menjadi
pucat karena senyawa besi akan mudah larut dalam asam.
Penentuan pH tanah merupakan salah satu uji penting yang dapat digunakan
untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan seperangkat faktor utama kimia tertentu
untuk menentukan pH terukur pada tanah. pH tanah sanggat penting di karenakan
larutan tanah mengandung unsur seperti nitrogen (N),kalium (K),pospor (P),
dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuhan,
berkembang dan bertahan terhadap penyakit. pH tertentu yang berukuran pada
tanah di tentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu, oleh karena itu, penentuan
PH tanah adalah sebuah lini yang paling penting yang dapat di gunakan untuk
mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman, biasanya tanah pada daerah basah
bersifat masam dan pada daerah kering bersifat basah.
Tanah asam terkadang di anggap tidak subur karena menyebabkan
penurunan ketersediaan beberapa nutrisi dan peningkaatan logam berat ke tingkat
beracun. Dalam hal ini curah hujan yang tinggi juga dapat menyebabkan tanah
asam. Logam berat menyerap ke dalam tanah sangat dipengaruhi oleh ph tanah
solusi, Limbah industry dengan terkonsentrasi tinggi membuat kondisi ph tidak
terkendali. Kemasaman dan kebasaan tanah dipengaruhi oleh macam kation yang
terserap dalam koloid, kation-kation yang terserap diantaranya ialah Al, H, Na, K,
Ca, dan Mg.Bila lebih banyak ion Al dan H yang terserap, pH tanah akan
meningkat. Keasaman tanah biasa terdapat didaerah dengan curah hujan tinggi
sehingga banyak basa dapat terukar terlindi dari lapisan permukaan tanah.
Kebasaan tanah terjadi kerena derajat kejenuhan basa relative tinggi. Tanah basa
biasa terdapat didaerah kering.
Kemasaman suatu tanah ditentukan oleh dinamika ion H+ yang terdapat di
dalam tanah dan berada pada kesetimbangan dengan ion H+yang terjerap.
Kemasaman tanah merupakan suatu sifat yang penting sebab terdapat hubungan
antara pH dengan ketersediaan unsur hara dan juga terdapatnya hubungan antara
pH tanah dengan proses pertumbuhan. Kemasaman atau pH tanah yang tinggi
biasanya mengakibatkan terjadinya kerusakan atau terhambatnya pertumbuhan akar
pada tanaman. Pengaruh tidak langsung ketidakstabilan pada pH tanah,
mengakibatkan keracunan pada tanaman. Nilai pH atau aktivitas ion hydrogen
adalah ciri kimia paling penting dari tanah sebagai media tumbuh tanaman. Nilai
pH berkisar antara 0 sampai 14. Semakin tinggi kepekatan ion H tanah makin
rendah pH. Sebaliknya, makin rendah kepekatan ion H makin tinggi nilai pH.
Berdasarkan nilai pH disepakati bahwa reaksi tanah disebut bila pH>7, netral pada
ph 7 dan asam jika pH < 7.
Parameter ini perlu ditentukan karena ketersediaan unsur hara bagi tanaman
sangat dipengaruhi reaksi tanah tersebut. Setiap jenis tanaman berbeda sifat
kepekaan dan sifat ketahanan terhadap reaksi tanah. Reaksi tanah yang masam
menjadi masalah di Indonesia. Kemasaman tanah dibagi atas kemasaman aktif dan
kemasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh ion H larutan tanah,
Sedangkan kemasaman potensial oleh ion AL dan H pada kompleks jerapan.
Oleh karena itu agar mahasiswa dapat memahami reaksi pH tanah, maka
sangat diperlukan untuk melakukan praktikum ini.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kimia tanah dalam penetapan pH tanah di
laboratorium kali ini yaitu:
1. Untuk menentukan reaksi atau derajat keasaman dan kebasaan suatu tanah.
2. Untuk mengetahui cara menghitung pH tanah.
3. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pH
tanah.
4. Untuk mengetahui cara menetapkan pH tanah menggunakan pH meter.
5. Untuk mengetahui pengolahan tanah yang cocok pada tanah tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. pH Tanah
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai
7 sementara bila nilai pH>7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa
sedangkan nilai pH<7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.
Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah
menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain
menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter
yang berkerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan. Sistem
pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda
referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berdasarkan dari “p”,
lambing metematika dari negatif logaritma, dan “H”, lambang kimia dari unsur
Hidrogen (Adam, 2011).
pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama
dengan keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan
lahan berkisar antara 5–7,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali)
membatasi pertumbuhan tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung.
Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang dipelajari
pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih. pH tanah menunjukkan
banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah). Makin tinggi kadar
ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H sama
dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit
antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin
kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin
rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau
kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi
mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Andy,
2010).

2.2 pH dengan 𝐇𝟐 𝐎
Faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur yang terkandung dalam
tanah, adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H + dan ion
OH mineral tanah, air hujan, dan bahan induk. Bahan induk tanah mempunyai pH
yang bervariasi bergantung jenis mineral penyusunnya dan derajat pelapukannya,
sehingga tanah-tanah muda yang baru terbentuk mempunyai pH yang selaras
dengan bahan induknya. Tanah-tanah berbahan induk batuan kapur karbonat ber pH
di atas 8, sedangkan yang beragam Na dapat mencapai pH 10 (Hanafiah, 2010).
Larutan aquades atau H2 O merupakan larutan yang dihasilkan melalui
proses penyulingan Kepanjangan dari nama Aquades adalah aquadestilasi. Setelah
larutan disuling, maka logam-logam yang mengandung ion itu dimatikan. hanya
tersisa logam-logam yang masih diperlukan oleh tubuh manusia dan logam itu
sifatnya netral. Sehingga, ketika diuji menggunakan alat penguji keelektrolitan
sebuah larutan, maka larutan aquades tidak akan bisa membuat lampu menyala dan
tidak akan menyebabkan terbentuknya gelembung. Asam dan basa adalah besaran
yang sering digunakan untuk pengolahan sesuatu zat, baik di industry maupun
kehidupan sehari-hari, pada industry kimia, keasaman merupakan variabel yang
menentukan mulai dari pengolahan bahan baku, menentukan kualitas produksi yang
diharapkan sampai pengendalian limbah industry agar dapat mencegah pencemaran
pada lingkungan. Pada bidang pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah
pertanian perlu diketahui. Untuk mengetahui dasar pengukuran derajat keasaman
akan diuraikan dahulu pengertian derajat keasaman itu sendiri. Pada prinsipnya
pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi
antaar larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membran gelas) yang telah
diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektrodagelas yang tidak diketahui.
Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion
hydrogen yang ukurannya relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan
mengukur potensial elektro kimia dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit
elektrik dibutuhkan elektroda pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak
mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan. Sumber kemasaman tanah adalah
bahan-bahan organik dan anorganik. Ionisasi asam-asam menghasilkan ion H+
bebas dalam larutan tanah. Sumber lain kemasaman tanah adalah H+ dan Al3+
dapat ditukar pada misel koloid tanah. Kemampuan tanah untuk mempertahankan
pH dan perubahan karena penambahan alkalis atau masam yang dinamakan daya
sanggah tanah (Hardjowigeno, 2010).
Reaksi tanah (pH) merupakan sifat kimia yang penting dari tanah sebagai
media pertumbuhan tanaman. Ketersediaan beberapa unsur hara essensial untuk
pertumbuhan. Tanaman dipengaruhi oleh pH tanah. Reaksi tanah dirumuskan
dengan pH = - Log [H+]. Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan
kemasaman cadangan (potensial). Kemasaman aktif disebabkan oleh adanya ion-
ion H+ bebas didalam larutan tanah, sedang kemasaman cadangan disebabkan oleh
adanya ion-ion H+ dan AL3+ yang teradsorpsi pada permukaan kompleks adsorpsi
(Sugeng, 2013).

2.3 pH dengan KCl


KCl sering disebut dengan nama Kalium Klorida atau Potassium Chloride.
Kalium Klorida adalah senyawa garam alkali tanah yang terbentuk dari unsur
Kalium dan Klor. Kalium klorida umumnya berbentuk kristal berwarna putih.
Senyawa ini sangat mudah larut dalam air. Larutan KCl dalam laboratorium yaitu
digunakan sebagai reaktan, untuk mengukur pH potensial tanah (dalam bidang
pertanian). Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan
reaksi asam-basa dalam tanah, yang dalam hal mana dinyatakan sebagai pH tanah.
pH merupakan ukuran aktivitas ion hidrogen (Rimud, 2014).
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang
dinyatakan sebagai log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial
larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas
merupakan elektrode selektif khusus H+, hingga memungkinkan untuk hanya
mengukur potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+. Potensial yang
timbul diukur berdasarkan potensial elektrode pembanding (kalomel atau AgCl).
Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding
dan elektrode gelas (elektrode kombinasi). Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan
air menyatakan kemasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N
menyatakan kemasaman cadangan (potensial), pH merupakan salah satu parameter
penting suatu tanaman dapat tumbuh atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka
semakin sulit tanaman untuk tumbuh karena tanah bersifat masam dan mengandung
toksik (racun). Sebaliknya, jika pH tanah tinggi maka tanah bersifat basa dan
mengandung kapur (Rusdiana, 2012).

3.1 Perbaikan pH tanah


Pengapuran adalah suatu teknologi pemberian kapur ke dalam tanah, yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sebelum pengapuran
dilakukan, terlebih dahulu harus diketehui mengenai tujuannya, cara penentuan
kebutuhan, bahan dan mutu kapur yang akan digunaka serta cara-cara
penggunaannya. Secara umum pengapuran bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat
fisik, kimia dan biologi dari tanah. Di wilayah-wilayah subtropika, pengapuran
sering bertujuan untuk menaikkan pH hingga 6,5 atau 7 . Alasan mereka, karena
pada kisaran pH tersebut adalah paling cocok untuk ketersediaan unsur hara dan
pertumbuhan tanaman umumnya. Ternyata konsep ini tidak cocok untuk wilayah-
wilayah tropik. Pemberian kapur untuk mencapai pH, sering dapat menurunkan
produksi karena terjadi kelebihan kapur. Factor-faktor yang menentukan
kadar/banyaknya kapur dalam tanah antara lain adalah pH tanah, tekstur tanah,
kadar bahan organic tanah, mutu kapur dan jenis tanaman yang hidup. Faktor pH
tanah dapat menunjukkan kejenuhan basa dan pH tanah yang rendah, maka kapur
juga rendah. Tekstur dan kandungan bahan organik menentukan besarnya kapasitas
absorsi dan besarnya daya penyangga (buffering capacity) dari tanah
(Kartasapoetra, 2015).
Pentingnya pemberian kapur pertanian atau dolomit pada saat olah tanah
adalah karena sebagian besar kondisi tanah atau lahan pertanian itu sendiri
memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih asam / Acid karena berbagai faktor.
Adapun faktor yang memicu terjadinya keasaman tanah antara lain seperti erosi,
penggunaan pupuk-pupuk kimia berlebihan, pencucian dan dekomposisi bahan-
bahan organik. Pemberian kapur pertanian (KAPTAN) Ini menjadi perhatian
penting bagi keseluruhan petani karena kondisi tanah pertanian yang terlalu asam
dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap produktivitas tanaman.
Fungsi kapur pertanian memberikan keuntungan bagi para petani, untuk
menyeimbangkan pH tanah dengan cara yang sederhana serta biaya yang murah.
Dengan mengaplikasikan KAPTAN saat olah tanah diharapkan perbaikan kondisi
serta menurunkan keasaman pada lahan pertanian. Kaptan atau kapur pertanian,
adalah kondisioner tanah untuk menurunkan derajat keasaman yang terbuat dari
batuan kapur telah diolah atau dihancurkan terlebih dahulu menjadi debu atau
kadang disebut juga kapur dolomit. Cara kerja kapur pertanian adalah dengan
melarutkan serta melepaskan zat-nya yang menurunkan keasaman tanah. Manfaat
kapur pertanian untuk tanaman yang tumbuh dalam kondisi keasaman yang kurang
ideal, dapat ditingkatkan potensi hasil jika diaplikasikan saat olah tanah. Kapur
pertanian juga memberi keuntungan yang lain bagi petani, termasuk meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk hingga 50%. Begitu juga dengan pemakaian pupuk-
pupuk organik akan semakin terasa hasilnya. (Pairunan, 2010).
Salah satu cara memperbaiki pH tanah yaitu dengan pemberian bahan
organik. Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur
ulang, dirombak oleh bakter-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan
oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan
penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami
pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam
pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya
bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui
melalui sisa-sisa tanaman atau binatang (Nugroho, 2012).
Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan
tanah, terutama di daerah tropika seperti di Indonesia dengan suhu udara dan curah
hujan yang tinggi. Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel
tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai
erosi, yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya desertitifikasi.
Rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara peran bahan dan hilangnya bahan organik dari tanah utamanya melalui
proses oksidasi biologis dalam tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan
bahan organik juga berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah
tersebut (Victorious, 2012).
Penambahan bahan organik adalah salah satu upaya yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah keharaan dalam tanah. Bahan organik dalam proses
dekomposisinya akan melepaskan asam-asam organik yang dapat mengikat Al dan
membentuk senyawa kompleks, sehingga Al menjadi tidak larut. Pemberian bahan
organik adalah salah satu cara untuk mempercepat proses ameliorasi tanah (Tan,
2010).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Adapun waktu pelaksanaan praktikum penetapan pH tanah di laboratorium
ini yaitu pada hari senin, 9 september 2019 pukul 14:30 sampai selesai.
Adapun tempat pelaksanaan praktikum penetapan pH tanah di laboratorium
ini yaitu di laboratorium fisika, kimia dan biologi tanah fakultas pertanian,
Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum penetapan pH tanah di
laboratorium kali ini ini yaitu: 1). Batang pengaduk; 2). Gelas ukur 25 ml; 3). pH
meter; 4). Sprayer; 5). Tabung film; 6) Timbangan 2 desimal.

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum penetapan pH tanah di
laboratorium kali ini ini yaitu: 1). Aquadest; 2). Larutan bufferpH 4 dan pH 7; 3).
KCl 1 N; 4). Tanah.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum penetapan pH tanah di
laboratorium kali ini ini yaitu:
1. Timbang 15 gram tanah kering udara dengan menggunakan timbangan 2 desimal
2. Masukkan kedalam tabung film 1 dan tabung film 2 dengan takaran tiap tabung
film sebanyak 15 gram tanah.
3. Tambahkan 15 ml aquadest pada tabung film 1 dan tambahkan larutan KCl 1 N
pada tabung film 2.
4. Aduk dengan batang pengaduk hingga homogen, diamkan semalam lalu aduk
dan biarkan selama 30 menit.
5. Hidupkan alat pH meter dan kalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan pH 7
hingga stabil.
6. Cek dengan pH meter lalu catat hasilnya.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum penetapan pH tanah di laboratorium kali ini ini
yaitu:
pH
Tanah Lapisan Kategori
𝐇𝟐 𝐎 KCl
H2 O: Sangat
masam
Rawa Lebak 60-90 cm 3,95 3,18
KCl: Sangat
masam
H2 O: Sangat
masam
Pasang Surut 30-60 cm 3,66 2,71
KCl: Sangat
masam
H2 O: Sangat
masam
Mineral 0-30 cm 4,05 3,25
KCl: Sangat
masam
H2 O: Sangat
masam
Mineral 31-60 cm 4,49 4,16
KCl: Sangat
masam
H2 O: Masam
KCl: Sangat
Mineral 61-90 cm 4,57 3,89
masam

Keterangan:
Kelompok 1 : rawa lebak 60-90 cm
Kelompok 2 : pasang surut 30-60 cm
Kelompok 3 : mineral 10-20 cm
Kelompok 4 : mineral 21-60 cm
Kelompok 5 : mineral 61-90 cm

4.2. Pembahasan
Adapun pembahasan yang dapat saya bahas pada praktikum penetapan pH
tanah di laboratorium kali ini yaitu pada ketiga jenis tanah dan kedalaman berbeda
yang kami ambil memiliki pH tanah yang berbeda-beda. pH tanah merupakan salah
satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan keracunan tanah. Level
optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 5–7,5. tanah
dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan
tanaman. Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan
tanaman melalui pengaruhnya terhadap ketersedian unsur hara dan adanya unsur-
unsur yang beracun.
pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat
tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. pH 0
menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat
kebasaan tertinggi. Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas
lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila
keasamannya rendah. Adapun alat yang kami gunakan dalam pengukuran pH tanah
yaitu dengan menggunakan pH meter. pH meter yang berkerja berdasarkan prinsip
elektrolit atau konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga
bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur
impedansi tinggi.
Pada tanah rawa lebak dengan kedalaman tanah 60-90 cm didapatkan nilai
pH tanah dengan H2 O yaitu 3,95 dan KCl 3,18. pH tanah rawa lebak memiliki nilai
pH sangat masam. Hal itu disebabkan karena tanah pada rawa lebak lebih banyak
terkena atau tergenang air sehingga sersah-sersah atau bahan organik yang terdapat
di dalam rawa lebak mengalami pelapukan bahan organik, dimana bahan organik
mempunyai salah satu fungsi untuk meningkatkan pH tanah.
Sampel tanah pasang surut yang kami ambil yaitu dengan kedalaman tanah
30-60 cm didapatkan nilai pH tanah dengan H2 O yaitu 3,66 (sangat masam) dan
KCl 2,72 (sangat masam). pH tanah pasang surut memiliki nilai pH yang paling
rendah atau paling masam dibandingkan dengan sampel tanah lainnya. Salah satu
hal yang menyebabkan tanah pasang surut masam dikarenakan tanah pasang surut
sering tergenang air sehingga bahan organik atau sersah-sersah yang berdada pada
tanah tersebut sulit terdekomposisi.
Sedangkan untuk tanah mineral pada kedalaman 0 cm sampai 30 cm atau
lapisan satu didapatkan dengan pH tanah sangat masam baik dengan menggunakan
KCl ataupun H2 O, untuk lapisan dua pada kedalaman 31 cm sampai 60 cm sama
dengan lapisan satu yaitu sangat masam, namun pada lapisan ketiga pada
kedalaman 61 cm sampai 90 cm didapatkan pH tanah masam dengan larutan H2 O
dan pH sangat masam dengan larutan KCl.
Dari hasil pengecakan pH yang di dapatkan, dapat kita satukan bahwa
ketiga tanah tersebut adalah tanah masam. Faktor-faktor yang menyebabkan tanah
mineral, alluvial atau rawa lebak dan pasang surut menjadi tanah masam yaitu
karena adanya kandungan Al dan Fe seingga pH tanah tersebut menjadi rendah.
Selain itu, salah satu penyebab tanah masam di Indonesia yaitu curah hujan yang
tinggi serta ditambah temperatur tinggi menyebabkan proses pelapukan dan
mineralisasi berjalan dengan cepat. Air yang berlebih menyebabkan pencucian hasil
mineralisasi terutama kation-kation basa, kemudian adanya pelapukan bahan
organik, erosi tanah, bahan induk tanah yang masam, adanya oksidasi dari senyawa
pirit serta penggunaan pupuk N secara berlebih dapat menyebabkan tanah menjadi
masam.
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disumpulkan pada praktikum penetapan pH
tanah di laboratorium kali ini yaitu:
1. Menentukan reaksi atau derajat keasaman dan kebasaan suatu tanah dapat
tentukan dengan menggunakan alat yang bernama pH meter serta dengan
menggunkan larutan KCl atau larutan H2 O.
2. pH tanah dapat dihitung dengan menyamakan nilai yang tertera pada pH meter
saat pengecekan dengan standar nilai pH. pH normal memiliki nilai 7 sementara
bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai
pH < 7 menunjukkan keasaman.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah yaitu curah hujan yang tinggi serta
ditambah temperatur tinggi menyebabkan proses pelapukan dan mineralisasi
berjalan dengan cepat. Air yang berlebih menyebabkan pencucian hasil
mineralisasi terutama kation-kation basa, kemudian adanya pelapukan bahan
organik, erosi tanah, bahan induk tanah yang masam, adanya oksidasi dari
senyawa pirit serta penggunaan pupuk N secara berlebih dapat menyebabkan
tanah menjadi masam.
4. Cara pH meter berkerja berdasarkan prinsip elektrolit atau konduktivitas suatu
larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda
pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi.
5. Meningkatkan pH tanag sangat perlu dilakukan pada tanah masam agar tanaman
lebih mudah menyerap unsur hara dan tidak mengalami keracunan alumunium.
Salah satu pengolahan yang tepat dalam meningkatkan pH tanah yaitu dengan
cara membuat tanah tersebut agar tidak sering tergenang air lagi dan melakukan
penambahan kapur sesuai dengan kubutuhan kapur per hektar.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum penetapan pH tanah di
laboratorium kali ini yaitu diharapkan praktikum ini dapat diterapkan secara
langsung agar tanah-tanah di daerah Sumatera Selatan dapat di analisis kemudian
diketahui kebutuhan tanahnya agar tanah tersebut dapat dimanfaatkan dan dapat
digunakan dalam produksi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Adam. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius:


Yogyakarta.
Andy. 2010. Pedoman Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian
UMP: Probolinggo.
Hanafiah. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi 1-3. Jakarta: Rajawalipress.
Hardjowigeno, Suwono. 2010. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Pustaka: Jakarta.
Kartasapoetra. 2015. Pengapuran Tanah Pertanian Edisi Revisi. Kanisius:
Yogyakarta.
Nugroho. 2012. Ilmu Tanah. PT Terpadu Sarana Pustaka Akademika Pressindo:
Jakarta.
Rimud. 2014. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian
Tanah: Bogor.
Rusdiana. 2012. Pendugaan Korelasi antara Karakteristik Tanah terhadap
Cadangan Karbon (Carbon Stock) pada Hutan Sekunder. Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB: Bogor.
Sugeng. 2013. Pengukuran pH, Bahan Organik, Ktk dan Kb. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang.
Tan, K.H. 2010. Principles of Soil Chemistry Fourth Edition. CRC Press Tailor and
Francis Croup. Boca Raton. London. New York. 362 p.
Victorious. 2012. Penetapan Status P, K dan C organic Untuk Tanah Organik dan
Anorganik. USU Press: Medan.
LAMPIRAN

A. Proses penghalusan tanah

Penumbukan tanah pasang surut Contoh hasil penumbukan tanah pasang


surut

Penumbukan tanah mineral Pengayakan tanah mineral

Penumbukan tanah mineral Pengambilan tanah mineral yang sudah


halus
B. Proses pemberian larutan KCl atau 𝐇𝟐 𝐎 pada sampel tanah

Pemberian larutan KCl pada sampel Pemberian larutan H2 O pada sampel


tanah 1 tanah 2

Penghomogenan sampel tanah dengan Contoh sampel tanah yang sudah di


menggunakan batang pengaduk homogenkan
C. Penentuan pH tanah dengan menggunakan pH meter

Contoh sampel tanah yang sudah di Pengadukan sampel tanah selama 30


diamkan selama semalam menit

Pembersihan batang pengaduk Pembersihan ujung elektroda pH meter


dengan air suling

Pengecekan pH tanah larutan KCl Pengecekan pH tanah larutan H2 O

Anda mungkin juga menyukai