JURUSAN TANAH
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penyusun dapat
menyelesaikan makalah sosiologi pedesaan yang berjudul “Proses-proses sosial di
pedesaan”.
Penyusun sangat berharap makalah sosiologi pedesaan ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sosiologi
pedesaan dan proses sosialnya. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membaca. Sekiranya makalah sosiologi pedesaan yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan penyusun memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa akan datang.
Universitas Sriwijaya
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2
2.1. Pengertian Sosiologi Pedesaan ............................................................. 2
2.2. Karakteristik Masyarakat Desa .............................................................. 5
2.3. Tipologi Masyarakat Desa ..................................................................... 7
2.4. Pengertian Proses Sosial ....................................................................... 10
2.5. Penyebab Terjadinya Proses Sosial ....................................................... 10
2.6. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ........................................................ 11
2.7. Macam-macam proses sosial................................................................. 12
BAB 3 PEMBAHASAN ................................................................................. 23
3.1. Gambaran Umum di Desa Gunungrejo .................................................. 23
3.2. Proses Sosial ........................................................................................... 24
3.2.1. Proses Sosial Bersifat Asosiatif ............................................................. 24
3.2.2. Proses Sosial Bersifat Disosiatif ............................................................ 26
3.3. Stratifikasi Sosial .................................................................................... 27
3.4. Perubahan Sosial ..................................................................................... 27
BAB 4 KESIMPULAN .................................................................................. 29
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 29
4.2. Saran .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31
LAMPIRAN GAMBAR................................................................................. 32
Universitas Sriwijaya
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi pedesaan?
2. karakteristik masyarakat desa?
3. tipologi masyarakat di desa?
4. apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?
5. Untuk mengetahui pengertian dari proses sosial ?
6. Untuk mengetahuai penyebab terjadinya proses sosial?
7. Untuk mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?
8. Untuk mengetahui macam-macam proses sosial?
9. Untuk mengetahui contoh dari proses sosial?
Universitas Sriwijaya
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
3
kata secara tertulis ataupun lisan. Suatu kata tidaklah memiliki makna yang
melekat dalam kata itu sendiri , melainkan hanyalah suatu bunyi dan baru akan
memiliki makna bila orang sependapat bahwa bunyi tersebut mengandung arti
khusus. Para ahli persepektif interaksi modern seperti E Goffman dan H
Blumer menekankan bahwa orang tidak menanggapi orang lain sesuai dengan
”bagaimana mereka membayangkan orang itu”. Dalam perilaku manusia,
kenyataan bukanlah sesuatu yang tampak saja, tetapi dibangun dalam pikiran
orang-orang pada waktu mereka saling menilai dan menerka perasaan serta
gerak hati satu sama lainnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua kenyataan
adalah subyektif atau hanya ada dalam pikiran, tetapi juga fakta obyektif dalam
alam semesta. Makna diberikan pada suatu fakta dan tindakan manusia oleh
manusia. Perspektif interaksionis simbolis memusatkan perhatiannya pada arti-
arti apa yang ditemukan orang pada perilaku orang lain, bagaimana arti itu
diturunkan dan bagaimana orang lain menanggapinya.
3. Perspektif Fungsionalis, yang melihat masyarakat sebagai suatu jaringan
kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi yang bekerja dalam suatu
cara yang agak teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut
oleh sebagian besar masyarakat tersebut. Masyarakat dipandang sebagai suatu
sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan ke arah keseimbangan, yaitu
kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan
seimbang. Para ahli funsionalis seperti Talcot Parsons, Kingsley Davis dan
Robert Merton berpendapat bahwa setiap kelompok atau lembaga akan
melaksanakan tugas tertentu dan terus- menerus, karena hal itu fungsional.
Namun suatu nilai atau kejadian pada suatu waktu atau tempat dapat menjadi
fungsional atau disfungsional pada saat dan tempat yang berbeda. Perspektif
Konflik, yang secara luas didasarkan pada karya Karl Marx yang melihat
pertentangan dan eksploitasi kelas sebagai penggerak utama kekuatan dalam
sejarah.
Universitas Sriwijaya
4
2.2. Karakteristik Masyarakat Desa
Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di pedesaan dapat dilihat
beberapa karakteristik yang dimiliki, sebagaimana dikemukakan oleh Roucek dan
Warren, dalam Jefta (1995) yaitu :
a. Mereka memiliki sifat yang homogeny dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai
budaya, sikap dan tingkah laku.
b. Kehidupan di desa lebih menekankan keterlibatan anggota keluarga dalam
kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
Keluarga juga berperan sebagai pengambil keputusan yang final dalam
memecahkan persoalan.
c. Aktor geografis sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, misalnya
adanya keterikatan, anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya.
d. Hubungan sesame anggota keluarga masyarakat lebih intim dan jumlah anak
pada keluarga inti lebih banyak.
Apa yang dikemukakan di atas, tidak berarti berlaku di setiap desa karena
bisa saja salah satu atau beberapa cirri yang sudah ada tidak kelihatan lagi akibat
terjadinya perkembangan dalam masyarakat desa itu sendiri. Selanjutnya Rogers
dkk (1969) juga mengemukakan hal yang hampir sama tentang masyarakat desa,
namun ia lebih menjelaskan dari segi petani, yaitu
a. Adanya rasa ketidakpercayaan timbal balik antara petani dengan yang lain. Hal
ini bisa terjadi karena untuk memenuhi kebutuhan hidup , sesame anggota
komunitas salaing berebut untuk mendapatkan sumber-sumber ekonomi yang
terbatas. Misalnya tanah, adalah sumber produksi usaha tani yang terbatas
sementara jumlah penduduk semakin bertambah disertai pula dengan pekerjaan
di bidang pertanian tidak menjamin sehingga petani berusaha di luar sektor
pertanian.
b. Pandangan yang sempit dikalangan petani, pandangan yang sempit
menyebabkan kesempatan untuk maju selalu terbatas. Hal ini dapat dilihat dari
ungkapan-ungkapan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda. Misalnya Jawa, mengungkapkan bahwa “lakune wong urip
Universitas Sriwijaya
5
gumantung nasibe dewe-dewe” (orang hidup itu tergantung nasibnya sendiri-
sendiri)
c. Ketergantungan dan curiga terhadap pemerintah, hubungan antara petani
dengan pemerintah cenderung kurang harmonis bila pemerintah
memperlihatkan gaya kepemimpinan yang otoriter. Dengan demikian tidak
adanya keterbukaan dan kebebasan menetukan pilihan menimbulkan rasa
curiga terhadap pemerintah.
d. Familisme, yaitu adanya rasa kekeluargaan dan keakraban diantara orang-orang
yang memiliki tali kekerabatan
c. Rasa enggan untuk menerima atau menciptakan ide-ide baru Kondisi ini ada
dalam masyarakat desa yang relative belum berkembang disebabkan oleh
sumberdaya alam yang cukup menghidupi mereka. Masyarakat baru menerima
ide-ide baru kalau sumberdaya alamnya tidak mendukung lagi atau mulai
berkurang.
f. Fatalisme yaitu sikap ini tercermin pada pandangan seseorang yang
menganggap bahwa keberhasilan bukanlah hasil kerja keras seseorang, tetapi
berada diluar dirinya (supernatural)
g. Keinginan yang sangat rendah untuk menggapai masa depan Dalam masyarakat
desa terutama mereka yang rentan terhadap kemiskinan, cenderung ditemukan
keinginan yang sangat rendah baik dibidang pendidikan maupun jenis
pekerjaan lain (terutama anak-anak dan wanita)
h. Kekurangan atau ketiadaan sifat untuk dapat mengekang diri untuk
mengorbankan kenikmatan sekarang demi pencapaian keuntungan yang lebih
besar di masa depan. Keadaan ini disebabkan karena petani selalu diliputi oleh
situasi yang tidak menentu akibat tergantungnya mereka dengan alam.
Misalnya nelayan, bila mendapatkan hasil yang berlebih, mereka cenderung
membeli barang kebutuhan rumah tangga seperti elektronik untuk dinikmati
dalam “semusim”. Bila musim berikutnya kurang beruntung, apa yang telah
dibeli, dijual kembali dengan harga yang lebih murah.
i. Pandangan yang terbatas dengan dunia luar, hal ini diketahui pada kemampuan
masyarakat tersebut dalam menyerap sesuatu yang datang dari luar, misalnya
Universitas Sriwijaya
6
pesan-pesan pembangunan yang disampaikan apakah dapat diterima, dipahami
dan dipraktekkan oleh masyarakat tersebut.
j. Memilki derajat empati yang rendah, rendahnya empati yang disebabkan oleh
jarak sosio psikologis maupun pengetahuan yang terbatas dari masyarakat lain
yang sudah lebih maju.
Universitas Sriwijaya
7
selebihnya adalah sawah dan ladang mereka. Tipe ini kebanyakan
dijumpaidi Negara-negara Barat. Tradisi disini kurang kuat, individualistis
lebih menonjol, lebih berorientasi pada bidang perdagangan.
4. Pure isolated farm village type, yaitu desa dimana orang-orang berdiam
tersebar bersama sawah lading mereka masing-masing. Tipe ini kebanyakan
dinegara-negara Barat. Tradisi kurang kuat, individualistis menonjol dan
juga berorientasi perdagangan.
c. Dari segi perkembangan masyarakat (Bahrein, 1996)
1. Desa tradisional (pradesa), tipe ini kebanyakan dijumpai pada masyarakat
suku-suku terasing. Seluruh kehidupannya termasuk teknologi bercocok
tanam, cara-cara pemeliharaan kesehatan, cara-cara memasak makanan dan
sebagainya masih sangat tergantung pada alam sekitarnya. Pembagian kerja
dibagi berdasarkan jenis kelamin, yaitu ada pekerjaan tertentu yang hanya
boleh dikerjakan oleh wanita saja sedang laki-laki tidak , demikian pula
sebaliknya
2. Desa swadaya, yaitu desa yang memiliki kondisi yang relative statis
tradisional. Masyarakatnya sangat tergantung pada keterampilan dan
kemampuan pemimpinnya. Kehidupan masyarakat sangat tergantung
dengan alam yang belum diolah dan dimanfaatkan secara baik. Susunan
kelas dalam masyarakat masih bersifat vertical dan statis serta kedudukan
seseorang dinilai menurut keturunan dan luasnya pemilikan tanah.
3. Desa swakarya (desa peralihan), keadaan desa sudah dimulai disentuh oleh
pembaharuan. Masyarakat sudah tidak tergantung lagi dengan pimpinan.
Kaya, jasa dan keterampilan serta luasnya pemilikan tanah sudah menjadi
ukuran kedudukan seseorang. Mobilitas social baik secara vertical maupun
horizontal sudah mulai ada.
4. Desa swasembada, masyarakat telah maju karena sudah mengenal
mekanisasi pertanian dan teknologi ilmiah. Unsur partisipasi masyarakat
sudah efektif dan norma social selalu dihubungkan dengan kemampuan dan
keterampilan seseorang. Selain itu, sudah ada pengusaha yang berani
mengambil resiko dalam menanam modal.
Universitas Sriwijaya
8
Sementara itu, Marzali juga mengemukakan tipologi komunitas desa di
Indonesia, sebagai berikut :
a. Konsep “Daerah Hukum Adat”
Van Vollehaven membagi dua kriteria pokok, yaitu 1) “kultur” (aturan-
aturan adat) merupakan aturan-aturan pribumi menyangkut kehidupan
bermasyarakat dan pemerintahan desa mengenai tanah, kehidupan ekonomi
rakyat dan hubungan kekeluargaan, 2) lingkungan geografis, konsep daerah
hokum adat sama dengan culture area oleh Frans Boas yang mengandung
subjektifitas yang kuat, sehingga klasifikasinya bervariasi sesuai dengan
penekanan unsur-unsur budaya. Bagi yang menekankan unsur budaya yang
utama adalah ekonomi, culture areanya akan berbeda dengan yang menekankan
pada aspek sikap psikologis, foklore atau organisasi
b. Konsep ”tipe sosiokultural”
Koentjaraningrat membagi tipe ini menjadi empat, yaitu pertama,
masyarakat yang hidup di desa-desa terpencil, struktur social sangat sederhana,
berkebun ubi dan keladi yang dikombinasikan berburu dan meramu. Tidak
pernah mendapat pengaruh perunggu, Hindu dan Islam, tetapi dipengaruhi oleh
Kristen, misalnya Nias, Mentawai dan Irian Jaya. Kedua, masyarakat hidup
berhubungan dengan kota-kota kecil yang dibangun colonial Belanda, struktur
social sudah agak kompleks, bercocok tanam padi di ladang dan di sawah.
Dipengaruhi oleh Kristen, misalnya Batak, Dayak, Minahasa, Flores dan
Ambon. Ketiga, masyarakt desa yang hidup bercocok tanam padi sawah
ladang, struktur social sudah agak kompleks, punya hubungan dengan kota-
kota kecil yang pernah menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda dan
mendapat pengaruh yang kuat oleh Islam, misalnya Aceh, Minangkabau dan
Makassar. Keempat, bercocok tanam padi di sawah, struktur social agak
kompleks, mempunyai hubungan dengan kota-kota bekas pusat kerajaan
pribumi dan administrasi colonial Belanda. Dipengaruhi oleh Hindu, Islam dan
colonial Belanda, kecuali Bali yang tidak mengalami pengaruh Islam, misalnya
masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali. Kelima, masyarakat perkotaan yang
berperan sebagai pusat pemerintahan, kegiatan sector industry dan
Universitas Sriwijaya
9
perdagangan masih lemah. Keenam, yaitu masyarakat dan kebudayaan kota
metropolitan dimana sector industry dan perdagangan sudah maju.
c. Konsep jenis mata pencaharian hidup
Ave meletakkan aspek suatu produksi atau cara berproduksi dalam
mengklasifikasikan masyarakat Indonesia. Ia mengutamakan aspek ini pada
“mata pencaharian hidup” kemudian ditambah dengan mata pencaharian
pelengkap dan peralatan teknologi. Mulai dari mengumpulkan makanan,
mencari ikan, memelihara ternak, pertanian sampai pada industry. Namun
klasifikasi Ave sulit dipahami karena bisa saja satu suku bangsa mempunyai
beberapa jenis cara berproduksi.
Universitas Sriwijaya
10
kelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut sebagai suatu kesatuan dan
biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam
masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara
kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok.
Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi
reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama
sekali tidak berpengaruh terhadap sistem interaksinya. Berlangsungnya suatu
proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor :
1. Imitasi
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
2. Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau
suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
3. Identifikasi
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih
mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas
dasar proses ini.
4. Proses simpati
Merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di
dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun
dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain
dan untuk bekerja sama dengannya.
Universitas Sriwijaya
11
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga
bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok.
Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.
Universitas Sriwijaya
12
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-
kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting
dalam kerjasama yang berguna”
Universitas Sriwijaya
13
5. Joint venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu,
misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman,
perhotelan, dan lain-lain.
B. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menujuk pada suatu
keadaan dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada
keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan
atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial
dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang di-
gunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-
hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya,
sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling
bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-
ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk dapat menyelesaikan
pertentangan tanpa meng-hancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, yaitu:
1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai
akibat perbedaan paham
2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara
temporer
3. Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya
terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang
dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
4. mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Universitas Sriwijaya
14
Adapun bentuk-bentuk Akomodasi:
1. Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan
2. Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada.
3. Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
ber-hadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
4. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
5. Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal
bentuknya.
6. Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena
mem-punyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
7. Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
C. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan
memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Faktor-faktor yang dapat
mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah:
1. Toleransi
2. kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3. sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4. sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. perkawinan campuran (amaigamation)
7. adanya musuh bersama dari luar
Universitas Sriwijaya
15
Adapun faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi adalah :
1. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan
sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga
3. perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
4. perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih
tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri
badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi.
6. Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila
golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang
berkuasa.
D. Amalgamasi
Merupakan peleburan dua kelompok budaya yang kemudian melahirkan
budaya baru. Biasanya dapat terjadi dengan sukarela maupun dengan pemaksaan
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis
halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun
bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat
bersangkutan. Adapun contoh dari proses disasosiatif yaitu:
A. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat
perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara
menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe
umum :
Universitas Sriwijaya
16
1. Bersifat Pribadi: Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan.
Tipe ini dinamakan rivalry.
2. Bersifat Tidak Pribadi: Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang
bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
B. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi
menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
1. Yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan,
perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan,
pengacauan rencana
2. Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum,
memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan
beban pembuktian pada pihak lain, dst.
3. Yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan
pihak lain
4. Yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
Universitas Sriwijaya
17
5. Yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan,
provokasi, intimidasi, Dan lian-lain.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :
1. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang
sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
2. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
3. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan
golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan
mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dan lain-lain.
Universitas Sriwijaya
18
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan
kepentingan
4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu
masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara
Universitas Sriwijaya
19
4. Untuk menjalin silaturahmi dan kekeluargaan diantara buruh tani dan untuk
bertukar pengalaman diantara mereka mengenai masalah-masalah pertanian
5. Mereka mempunyai perasaan senasip dan seperjuangan
6. Untuk musyawarah bersama mengenai inovasi-inovasi terbaru seputar
pertanian
E. Dampak yang terjadi dari proses sosial pada kelompok sosial yang ditemui
(dampak amalgamasi,asimilasi atau konflik)
1. Amalgamasi
Dengan adanya penyatuan kelompok buruh tani yang terjadi di desa
ringinanyar menimbulkan kebudayaan masyarakat baru, yaitu masyarakat yang
lebih peduli terhadap inovasi-inovasi baru yang mendorong majunya pertanian
mereka sehingga memungkinkan terpecahnya berbagai masalah pertanian seperti:
hama dan penyakit tanaman melalui obat-obat kimia modern yang dapat
meningkatkan hasil panen mereka. Jadi perbedaan kebudayaan di desa ringinanyar
yang terjadi akibat heterogennya daerah asal penduduk, menimbulkan inovasi-
Universitas Sriwijaya
20
inovasi baru dari saling bertukarnya pengalaman diantara mereka. Kemudian
timbulah kebudayaan baru diantara mereka sebagai usaha meningkatkan hasil
pertanian di desanya.
2. Asimilasi
Dari kelompok buruh tani di desa ringinanyar ini yang beranggotakan
masyarakat dari berbagai daerah di indonesia dengan kebudayaan dan kebiasaan
yang berbeda-beda, mereka berusaha untuk mengurangi perbedaan dengan saling
toleransi dan menghormati sehingga terbentuklah suatu kelompok sosial yang
dinamis. Demi tercapainya tujuan bersama, yaitu memajukan pertanian di desa
mereka.
3. Konflik
Tidak jarang kelompok sosial buruh tani di desa ringinanyar ini
mengalami suatu konflik baik yang bersifat individual maupun kelompok. Konflik
yang bersifat individu biasanya terjadi karena adanya perselisihan personal
diantara mereka. Sebagai contoh yaitu perebutan pengairan diladang sawah
mereka yang biasanya terjadi di musim kemarau, masalah ini biasanya dapat
menimbulkan konflik diantara petani yang juga dapat terbawa di dalam kelompok
sosial mereka. Di dalam kelompok biasanya mereka saling menjatuhkan dan
mencari kawan dalam kelompok yang bisa mengakibatkan konflik yang lebih
besar yaitu konflik kelompok di dalam kelompok sosial mereka. Itulah dampak
negativ yang bisa timbul dari adanya kelompok sosial.
1. Asosiatif (kerjasama)
Kelompok sosial ibu-ibu PKK dalam kelompok sosial ini terjadi proses
asosiatif atau kerjasama, hal itu dapat dilihat dari program-program yang dibuat
oleh ibu-ibu PKK seperti membuat resep masakan baru, mengumpulkan dana
untuk menyantuni anak-anak yatim/fakir miskin/panti jompo. Dalam kegiatan ini
Universitas Sriwijaya
21
sudah bisa kita lihat kerjasama diantara mereka untuk mencapai tujuan bersama.
Kelompok sosial ibu-ibu PKK ini biasanya anggotanya terbentuk dari berbagai
kalangan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, namun di dalam
kelompok sosial ini perbedaan tersebut berusaha disatukan agar tidak terjadi
perselisihan diantara mereka demi tercapainya tujuan bersama.
2. Disosiatif (perpecahan)
Salah satu contoh kelompok sosial yang bersifat disosiatif yaitu GAM
(gerakan aceh merdeka). Dalam kelompok sosial ini mereka menginginkan
perpecahan dengan bangsa indonesia dan menginginkan membentuk negara baru.
Dalam kelompok ini berdampak pada terjadinya konflik antara anggota GAM dan
masyarakat Indonesia. Sebab masyarakat Indonesia menginginkan keutuhan
NKRI sementara GAM menginginkan kemerdekaannya. Inilah yang
menyebabkan kerusuhan dan menimbulkan pertumpahan darah diantara kedua
belah pihak. Perpecahan yang terjadi dalam kasus ini yaitu para anggota GAM
yang pecah dan tidak merasa lagi menjadi angota dari NKRI.
Universitas Sriwijaya
22
BAB 3
PEMBAHASAN
Universitas Sriwijaya
23
3.2. Proses Sosial
Proses sosial itu terbagi menjadi 2, yaitu proses sosial yang bersifat positif
(asosiatif) dan juga negatif (disosiatif). Selama melakukan praktik di Desa
Gunungrejo, kami mengamati proses sosial yang terjadi di desa tersebut
khususnya di Dusun Gunungrejo 1, Dusun Gunungrejo 2, Dusun Kaliawi, dan
Dusun Candi Sari 2 yang mana tempat itu merupakan tempat melakukan aktivitas
wawancara selama kami tinggal di desa tersebut. Interaksi sosial antar masyarakat
di desa tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab berikut.
A. Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu proses sosial yang secara tidak langsung
pernah kita pelajari dan pernah kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kerjasama atau kooperasi (cooperation) adalah jaringan interaksi antara orang
perorangan atau kelompok yang berusaha bersama untuk mencapai tujuan
bersama. Faktor pendorong terjadinya kerjasama adalah motivasi pribadi,
kepentingan umum, motivasi alturistik (dorongan membantu orang lain karena
panggilan hati), dan tuntutan situasi (dorongan menolong orang lain karena
adanya musibah).
Berdasarkan hasil survei kami di Dusun Gunungrejo 1, Dusun Gunungrejo
2, Dusun Kaliawi, dan Dusun Candi Sari 2, dusun-dusun disana sama-sama
mempunyai prosses sosial dalam bentuk kerjasama yang cukup baik. Mereka
saling bekerjasama dalam beberapa hal, seperti sistem gotong-royong dalam
membantu memanem hasil tani. Hal yang mendorong terjadinya proses sosial
dalam bentuk kerjasama tersebut ialah karena sudah munculnya rasa persaudaraan
yang kuat antar penduduk di dusun tersebut, serta menurut mereka kerja sama
Universitas Sriwijaya
24
dalam hal yang baik seperti tolong-menolong akan mendapatkan balasan yang
baik pula, baik itu balasan pahala dari tuhannya maupun balasan dari orang yang
telah dibantu seperti ikut membantu menanen hasil tani orang yang pernah
dibantu.
B. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu keadaan keseimbangan atau usaha-usaha
mengakhiri pertikaian secara permanen atau sementara waktu diantara pihak-
pihak yang bertikai. Akomodasi dapat tercapai apabila adanya kompromi (adanya
sebuah kesepakatan), konversi (adanya penerimaan pandangan oleh salah satu
pihak), toleransi, arbitrasi (adanya keterlibatan pihak ketiga sbg penengah),
gencatan (persetujuan untuk mengakhiri pertikaian), subordinasi dan
superordinasi (kalah-menang), pengalihan tegangan (pengalihan pertikaian ke
pertikaian lain), pelembagaan pelampung penyelamat (olahraga, rekreasi, dll). Di
Desa Gunungrejo sendiri tidak pernah terjadi pertikaian antara masyarakat,
sehingga kegiatan akomodasi ini belum pernah ada.
C. Asimilasi
Asimilasi adalah suatu proses penyesuaian dimana perbedaan kebudayaan
tidak ada lagi, baik secara perorangan maupun kelompok. Asimilasi menyebabkan
suatu batas-batas antar kelompok/orang-orang yg berasimilasi menjadi hilang
(lebur). Desa Gunungrejo terdiri dari masyarakat yang berasal dari berbagai
macam etnis. Terutama semende, jawa dan lampung. Walaupun suku jawa lebih
dominan, namun etnis yang ada menghargai budaya masing-masing etnis. Selain
itu terjadi penyesuaian budaya masing-masing etnis sehingga kehidupan sosial di
desa tersebut bisa berjalan dengan baik. Contoh asimilasi di Dusun Gunungrejo 1,
Dusun Gunungrejo 2, Dusun Kaliawi, dan Dusun Candi Sari 2 ialah asimilasi
dalam bidang bahasa, misalnya antara bahasa suku semende dan suku jawa,
dikarenakan mayoritas di desa tersebut bersal dari suku jawa, dan suku minoritas
di desa tersebut adalah suku semende sehingga banyak kosa kata yang diserap
Universitas Sriwijaya
25
oleh suku semende disana, atau dalam bahasa malaysia ialah bahasa rojak (bahasa
yang dicampur-campur).
A. Persaingan
Persaingan yang terjadi di Desa Gunungrejo merupakan persaingan yang
sehat. Biasanya persaingan yang terjadi ialah persaingan dalam bidang usahatani.
Para petani saling berusaha dalam meningkatkan hasil panen dengan kualitas yang
baik, karena apabila kualitas hasil panen baik, maka harga yang akan dijual ke
tengkulak pun lebih tinggi daripada hasil panen yang kualitas rendah, sehingga
keuntungan yang didapat petani meningkat dan membuat kesejahteraan petani
tersebut juga ikut meningkat.
B. Konflik
Berdasarkan pengamatan kami dan keterangan dari warga setempat,
pertentangan atau konflik ini tidak terjadi di Desa Gunungrejo. Perbedaan
pendapat, perasaan individu, kebudayaan, atau kepentingan baik kepentingan
individu maupun kelompok yang terjadi tidak sampai menimbulkan konflik,
terutama yang menyebabkan ancaman dan kekerasan.
C. Kontraversi
Kontraversi adalah sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak
adanya perselisihan (konflik) terbuka. Kontraversi merupakan proses sosial
dengan tanda ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan dengan
tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontraversi adalah perbedaan
pendirian antara kalangan tertentu dan pendirian kalangan lainnya dalam
Universitas Sriwijaya
26
masyarakat ataupun dapat juga pendirian menyeluruh masyarakat. Berdasarkan
pengamatan saya selama melaksanakan praktik pengenalan pertanian saat saya
masih berkuliah di Universitas Lampung selama 1 semester di Dusun Gunungrejo
1, Dusun Gunungrejo 2, Dusun Kaliawi dan Dusun Candi Sari, proses sosial yang
bersifat kontraversi hanya kami dapatkan di Dusun Kaliawi. Bentuk kontraversi
yang kami dapatkan ialah bentuk kekecewaan dan keraguan masyarakat yang
ada di desa sana, karena menurut responden yang kami wawancarai, desa mereka
sudah lebih awal mengajukan surat bantuan pembuatan jalan aspal Dusun Kaliawi
kepada kepala desa, dibandingkan pengajuan surat bantuan pembuatan jalan aspal
menuju wisata air terjun Gunungrejo, namun yang terjadi ialah jalan menuju air
terjun Gunungrejo lebih awal diaspal dibandingkan Dusun Kaliawi.
Universitas Sriwijaya
27
sosial yang terjadi adalah masyarakat lebih jarang keluar rumah untuk
bersosialisasi, hal ini terjadi karena dengan adanya handphone atau smartphone
masyarakat dapat mengakses dunia luar tanpa keluar rumah. Perubahan sosial
yang kedua ialah terdapat pada perubahan bahasa yang digunakan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pemakaian bahasa ketika
berkomunikasi antar warga, masyarakat setempat menyesuaikan dengan lawan
bicara mereka. Ketika lawan bicara mereka biasa mengguanakan bahasa jawa,
maka komunikasi akan dilakukan dengan bahasa jawa. Begitu pula jika lawan
bicara biasa menggunakan bahasa semende. Hal ini juga terlihat ketika kami
mewawancarai warga setempat. Masyarakat setempat cenderung menyesuaikan
diri dengan menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara walaupun bahasanya
sedikit tercampur dengan kosa kata dari suku mereka masing-masing.
Universitas Sriwijaya
28
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang saya dapat dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. sosiologi pedesaan adalah ilmu yang mempelajari tentang proses-proses sosial
di pedesaan
2. karakteristik masyarakat pedesaan dapat dibedakan menjadi 2 sifat, yaitu sifat
desa yang tradisional atau masih tetap memakai sistem adat serta sifat
masyarakat desa yang sulit menerima masukan dari luar.
3. tipologi masyarakat terdiri dari 3 jenis, yaitu masyarakat pertanian, industri,
dan nelayan.
4. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut
hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan
kelompok.
5. Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola
pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.
6. kunci dari penyebab terjadinya proses sosial yaitu karena adanya interaksi
sosial.
7. syarat terjadinya interaksi sosial yaitu harus ada kontak sosial dan komunikasi.
8. proses sosial terdiri dari 2 jenis, yaitu asosiatif (proses sosial yang baik) dan
proses sosial disosiatif (proses sosial yang kurang baik).
9. contoh proses sosial di Desa Gunungrejo merupakan salah satu contoh yang
disebabkan karena adanya suatu interaksi sosial serta didukung dari sifat
masyrakatnya yang mayoritas terbuka dengan hal-hal baru sehingga
mempermudah para penyuluh untuk dapat berkontribusi dalam memperbaiki
desa tersebut.
Universitas Sriwijaya
29
4.2. Saran
Proses dan interaksi social selalu akan terjadi didalam lingkungan
masyarakat tetapi dalam interaksi itu pula tidak luput dari interaksi dan proses
yang negatif. Dengan terselesaikannya makalah ini, semoga dapat dimanfaatkan
dan dapat dijadikan sumber pengetahuan baru oleh semua pihak. Saya menyadari
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena keterbatasan
materi yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan agar saya bisa menjadi lebih baik dalam meyusun makalah.
Universitas Sriwijaya
30
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
31
LAMPIRAN GAMBAR
Universitas Sriwijaya
32
Gambar Contoh Kerjasama dalam Memanen
Universitas Sriwijaya
33