Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH SOSIOLOGI PEDESAAN

“PROSES-PROSES SOSIAL DI PEDESAAN”

ADITYA SURYA WARDHANA


05101281823068

JURUSAN TANAH
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penyusun dapat
menyelesaikan makalah sosiologi pedesaan yang berjudul “Proses-proses sosial di
pedesaan”.
Penyusun sangat berharap makalah sosiologi pedesaan ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sosiologi
pedesaan dan proses sosialnya. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membaca. Sekiranya makalah sosiologi pedesaan yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan penyusun memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa akan datang.

Indralaya,6 Mei 2019

Aditya Surya Wardhana

Universitas Sriwijaya
i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2
2.1. Pengertian Sosiologi Pedesaan ............................................................. 2
2.2. Karakteristik Masyarakat Desa .............................................................. 5
2.3. Tipologi Masyarakat Desa ..................................................................... 7
2.4. Pengertian Proses Sosial ....................................................................... 10
2.5. Penyebab Terjadinya Proses Sosial ....................................................... 10
2.6. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ........................................................ 11
2.7. Macam-macam proses sosial................................................................. 12
BAB 3 PEMBAHASAN ................................................................................. 23
3.1. Gambaran Umum di Desa Gunungrejo .................................................. 23
3.2. Proses Sosial ........................................................................................... 24
3.2.1. Proses Sosial Bersifat Asosiatif ............................................................. 24
3.2.2. Proses Sosial Bersifat Disosiatif ............................................................ 26
3.3. Stratifikasi Sosial .................................................................................... 27
3.4. Perubahan Sosial ..................................................................................... 27
BAB 4 KESIMPULAN .................................................................................. 29
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 29
4.2. Saran .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31
LAMPIRAN GAMBAR................................................................................. 32

Universitas Sriwijaya
ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sesuai dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat saat ini proses sosial
berlangsung sangat pesat. Baik proses sosial yang bersifat asosiatif maupun yang
bersifat disosiatif. Hal itu dapat dibuktikan dengan maraknya pertikaian baik yang
nyata dengan fisik, maupun yang hanya bersifat kontravensi seperti pertikaia antar
agama yang sampai pada level saling serang. Sehingga banyak teroris-teroris
yang melakukan pengeboman atas nama agamanya. Selain itu kontravensi sesama
umat beragama yang berbeda aliran juga marak terjadi seperti contohnya aliran
dalam Islam yaitu NU dan Muhammadyiah yang sering memperdebatkan
pandangan mereka dan saling mengolok-ngolok satu sama lain.
Selain maraknya proses sosialisasi yang bersifat disosiatif, proses sosial
yang bersifat asosiatif juga banyak terjadi pada masyarakat kita. Seperti
contohnya koalisi partai politik yang bertujuan untuk memperkuat kekuasaan
mereka. Proses sosial yang terjadi pada masyarakat tersebet mempunyai dampak
positif maupun negatif sehingga untuk memperbesar dampak positif menekan
dampak negatif maka kita harus memahami proses sosial tersebut.

1.2. Tujuan
1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi pedesaan?
2. karakteristik masyarakat desa?
3. tipologi masyarakat di desa?
4. apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?
5. Untuk mengetahui pengertian dari proses sosial ?
6. Untuk mengetahuai penyebab terjadinya proses sosial?
7. Untuk mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?
8. Untuk mengetahui macam-macam proses sosial?
9. Untuk mengetahui contoh dari proses sosial?

Universitas Sriwijaya
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sosiologi Pedesaan


Sosiologi Pedesaan dipahami sebagai penerapan teori-teori (umum)
sosiologi dalam mempelajari masyarakat. Smith dan Zophf dalam Bahrein
(1996)mengemukakan bahwa sosiologi pedesaan adalah sosiologi dari kehidupan
pedesaan (sociologi of rural life). Studi ini adalah suatu pengetahuan yang
sistematik sebagai hasil, penerapan metode ilmiah dalam upaya mempelajari
masyarakat pedesaan, struktur dan organisasi sosialnya, sistem dasar masyarakat,
dan proses perubahan sosial yang terjadi. Pendapat Smith dan Zophf didukung
oleh Wiriatmaja dimana sosiologi pedesaan adalah ilmu yang mencoba mengkaji
hubungan anggota masyarakat di dalam dan antara kelompok-kelompok di
lingkungan pedesaan.
Sementara itu Rogers dkk dalam Bahrein (1996), melihat sosiologi
pedesaan sebagai ilmu yang mempelajari prilaku spasial (fenomena) masyarakat
dalam setting pedesaan yang berhubungan dengan kelompoknya. Sosiologi
pedesaan lebih sering dipakai dalam pemecahan masalah masyarakat pedesaan.
Oleh karena itu , studi ini lebih berorientasi pada proses perubahan sosial dan
pemecahan masalah.
Tidak jauh berbeda jauh dengan Galeski (1972), sosiologi pedesaan
disebutnya sebagai studi yang cenderung deskriptif, karena pedesaan merupakan
daerah pertanian, terdapat pola-pola pertanian dan bertani, kehidupan keluarga di
desa, tingkat kehidupan dan perkembangan penduduknya, struktur sosial yang
berhubungan dengan pekerjaan, lembaga-lembaga pedesaan, adat dan kebiasaan
penduduk dan sebagainya. Bahkan dewasa ini sosiologi pedesaan ada yang
menganggap sama dengan sosiologi pertanian (sociology of agriculture). Namun
keduanya memiliki perbedaan, yaitu sosiologi pertanian cenderung memfokuskan
upaya sosiologi bagi masyarakat desa yang menggeluti pertanian saja. Sedang
sosiologi pedesaan menekankan studinya pada masyarakat pedesaan tanpa
mempersoalkan hubungan mereka dengan usaha tani. Karena banyaknya
Universitas Sriwijaya
2
masyarakat desa yang tidak lagi secara lansung terlibat pada sektor primer, tetapi
sudah berkembang ke sektor sekunder.
Sosiologi mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat
(cummunity,society) dalam berbagai aspeknya. Oleh karena itu terdapat beberapa
perspektif dalam memandang suatu masyarakat. Suatu masyarakat dipandang oleh
perspektif tersebut dari sudut pandang yang berbeda, mengajukan pertanyaan
yang berbeda dan mencapai kesimpulan yang berbeda.
Dalam sosiologi terdapat beberapa perspektif, diantaranya perspektif
evolusionis, interaksionis, fungsionalis, teori konflik, teori sumber, teori sistem,
teori pertukaran, fenomenologi, metodologi etnis. Disini akan dikemukakan
perspektif dalam sosiologi menurut Horton & Hunt mengemukakan tentang 4
Perspektif atau pendekatan yang dipakai dalam sosiologi, yaitu:
1. Perspektif Evolusionis, yaitu perspektif teoritis yang paling awal dalam sejarah
sosiologi yang didasarkan pada karya August Comte dan Herbert Spencer.
Perspektif ini memberikan keterangan-keterangan yang memuaskan tentang
bagaimana masyarakat berkembang dan tumbuh. Para sosiolog yang memakai
perspektif evolusioner untuk mencari pola perubahan dan perkembangan yang
muncul dalam masyarakat yang berbeda, untuk mengetahui apakah ada urutan
umum yang dapat ditemukan. Dalam suatu kasus kita mungkin akan menduga
apakah ada kesamaan antara faham komunis yang terjadi di Rusia dengan yang
terjadi di Cina, apakah perkembagannya sama untuk kedua negara tersebut
yang memiliki kultur dasar berbeda. Dalam konteks inilah perspektif
evolusionis melihat perubahan yang terjadi di kedua negara tersebut dalam
rentang waktu yang lama dan berbeda diatara keduanya.
2. Perspektif Interaksionis, yang tidak menyarankan teori besar tentang
masyarakat, karena istilah ”masyarakat”, ”negara”, ”lembaga” adalah abstraksi
konseptual saja, sedangkan yang ditelaah dalan perspektif ini adalah orang-
orang dan interaksinya. Para ahli interaksi simbolik seperti GH Mead, CH
Cooley memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan
kelompok. Orang-orang berintraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang
mencakup tanda, isyarat dan yang paling penting dengan menggunakan kata-

Universitas Sriwijaya
3
kata secara tertulis ataupun lisan. Suatu kata tidaklah memiliki makna yang
melekat dalam kata itu sendiri , melainkan hanyalah suatu bunyi dan baru akan
memiliki makna bila orang sependapat bahwa bunyi tersebut mengandung arti
khusus. Para ahli persepektif interaksi modern seperti E Goffman dan H
Blumer menekankan bahwa orang tidak menanggapi orang lain sesuai dengan
”bagaimana mereka membayangkan orang itu”. Dalam perilaku manusia,
kenyataan bukanlah sesuatu yang tampak saja, tetapi dibangun dalam pikiran
orang-orang pada waktu mereka saling menilai dan menerka perasaan serta
gerak hati satu sama lainnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua kenyataan
adalah subyektif atau hanya ada dalam pikiran, tetapi juga fakta obyektif dalam
alam semesta. Makna diberikan pada suatu fakta dan tindakan manusia oleh
manusia. Perspektif interaksionis simbolis memusatkan perhatiannya pada arti-
arti apa yang ditemukan orang pada perilaku orang lain, bagaimana arti itu
diturunkan dan bagaimana orang lain menanggapinya.
3. Perspektif Fungsionalis, yang melihat masyarakat sebagai suatu jaringan
kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi yang bekerja dalam suatu
cara yang agak teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut
oleh sebagian besar masyarakat tersebut. Masyarakat dipandang sebagai suatu
sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan ke arah keseimbangan, yaitu
kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan
seimbang. Para ahli funsionalis seperti Talcot Parsons, Kingsley Davis dan
Robert Merton berpendapat bahwa setiap kelompok atau lembaga akan
melaksanakan tugas tertentu dan terus- menerus, karena hal itu fungsional.
Namun suatu nilai atau kejadian pada suatu waktu atau tempat dapat menjadi
fungsional atau disfungsional pada saat dan tempat yang berbeda. Perspektif
Konflik, yang secara luas didasarkan pada karya Karl Marx yang melihat
pertentangan dan eksploitasi kelas sebagai penggerak utama kekuatan dalam
sejarah.

Universitas Sriwijaya
4
2.2. Karakteristik Masyarakat Desa
Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di pedesaan dapat dilihat
beberapa karakteristik yang dimiliki, sebagaimana dikemukakan oleh Roucek dan
Warren, dalam Jefta (1995) yaitu :
a. Mereka memiliki sifat yang homogeny dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai
budaya, sikap dan tingkah laku.
b. Kehidupan di desa lebih menekankan keterlibatan anggota keluarga dalam
kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
Keluarga juga berperan sebagai pengambil keputusan yang final dalam
memecahkan persoalan.
c. Aktor geografis sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, misalnya
adanya keterikatan, anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya.
d. Hubungan sesame anggota keluarga masyarakat lebih intim dan jumlah anak
pada keluarga inti lebih banyak.

Apa yang dikemukakan di atas, tidak berarti berlaku di setiap desa karena
bisa saja salah satu atau beberapa cirri yang sudah ada tidak kelihatan lagi akibat
terjadinya perkembangan dalam masyarakat desa itu sendiri. Selanjutnya Rogers
dkk (1969) juga mengemukakan hal yang hampir sama tentang masyarakat desa,
namun ia lebih menjelaskan dari segi petani, yaitu
a. Adanya rasa ketidakpercayaan timbal balik antara petani dengan yang lain. Hal
ini bisa terjadi karena untuk memenuhi kebutuhan hidup , sesame anggota
komunitas salaing berebut untuk mendapatkan sumber-sumber ekonomi yang
terbatas. Misalnya tanah, adalah sumber produksi usaha tani yang terbatas
sementara jumlah penduduk semakin bertambah disertai pula dengan pekerjaan
di bidang pertanian tidak menjamin sehingga petani berusaha di luar sektor
pertanian.
b. Pandangan yang sempit dikalangan petani, pandangan yang sempit
menyebabkan kesempatan untuk maju selalu terbatas. Hal ini dapat dilihat dari
ungkapan-ungkapan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda. Misalnya Jawa, mengungkapkan bahwa “lakune wong urip

Universitas Sriwijaya
5
gumantung nasibe dewe-dewe” (orang hidup itu tergantung nasibnya sendiri-
sendiri)
c. Ketergantungan dan curiga terhadap pemerintah, hubungan antara petani
dengan pemerintah cenderung kurang harmonis bila pemerintah
memperlihatkan gaya kepemimpinan yang otoriter. Dengan demikian tidak
adanya keterbukaan dan kebebasan menetukan pilihan menimbulkan rasa
curiga terhadap pemerintah.
d. Familisme, yaitu adanya rasa kekeluargaan dan keakraban diantara orang-orang
yang memiliki tali kekerabatan
c. Rasa enggan untuk menerima atau menciptakan ide-ide baru Kondisi ini ada
dalam masyarakat desa yang relative belum berkembang disebabkan oleh
sumberdaya alam yang cukup menghidupi mereka. Masyarakat baru menerima
ide-ide baru kalau sumberdaya alamnya tidak mendukung lagi atau mulai
berkurang.
f. Fatalisme yaitu sikap ini tercermin pada pandangan seseorang yang
menganggap bahwa keberhasilan bukanlah hasil kerja keras seseorang, tetapi
berada diluar dirinya (supernatural)
g. Keinginan yang sangat rendah untuk menggapai masa depan Dalam masyarakat
desa terutama mereka yang rentan terhadap kemiskinan, cenderung ditemukan
keinginan yang sangat rendah baik dibidang pendidikan maupun jenis
pekerjaan lain (terutama anak-anak dan wanita)
h. Kekurangan atau ketiadaan sifat untuk dapat mengekang diri untuk
mengorbankan kenikmatan sekarang demi pencapaian keuntungan yang lebih
besar di masa depan. Keadaan ini disebabkan karena petani selalu diliputi oleh
situasi yang tidak menentu akibat tergantungnya mereka dengan alam.
Misalnya nelayan, bila mendapatkan hasil yang berlebih, mereka cenderung
membeli barang kebutuhan rumah tangga seperti elektronik untuk dinikmati
dalam “semusim”. Bila musim berikutnya kurang beruntung, apa yang telah
dibeli, dijual kembali dengan harga yang lebih murah.
i. Pandangan yang terbatas dengan dunia luar, hal ini diketahui pada kemampuan
masyarakat tersebut dalam menyerap sesuatu yang datang dari luar, misalnya

Universitas Sriwijaya
6
pesan-pesan pembangunan yang disampaikan apakah dapat diterima, dipahami
dan dipraktekkan oleh masyarakat tersebut.
j. Memilki derajat empati yang rendah, rendahnya empati yang disebabkan oleh
jarak sosio psikologis maupun pengetahuan yang terbatas dari masyarakat lain
yang sudah lebih maju.

2.3. Tipologi masyarakat desa


Tipologi tentang masyarakat desa dapat ditinjau dari beberapa segi (Jefta,
1995), yaitu :
a. Dari segi kegiatan pokok untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
1. Desa pertanian, dimana semua anggota masyarakatnya terlibat di bidang
pertanian
2. Desa industry, dimana pandapatan masyarakat lebih banyak berhubungan
dengan industry kecil atau kerajinan yang ada di desa tersebut
3. Desa nelayan atau desa pantai, yaitu pusat kegiatan dari seluruh anggota
masyarakat yang berusaha dibidang perikanan (pantai, laut dan darat)
b. Dari segi pola pemukiman
1. Farm village type, yaitu suatu desa yang didiami secara bersama dengan
sawah ladang disekitar tempat tersebut. Tipe ini kebanyakan terdapat di
Asia Tenggara termasuk Indonesia khususnya Jawa. Tradisi sangat dipegang
kuat, hubungan sesame individu dalam proses produksi usaha tani telah
bersifat komersial karena masuknya teknologi modern.
2. Nebulous farm village type, yaitu suatu desa dimana sejumlah orang yang
berdiam di suatu tempat dan sebagian lainnya menyebar diluar tempat
bersama sawah lading mereka. Tipe ini kebanyakan terdapat di Asia
Tenggara dan Indonesia, khususnya di Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan
sebagian di Jawa. Di Kalimantan bisa juga dijumpai karena masih terdapat
pola bertani atau berladang berpindah. Tradisi dan gotong royong serta
kolektifitas sangat kuat di kalangan anggota masyarakat.
3. Arrenged isolated farm village type, yaitu suatu desa dimana orang berdiam
disekitar jalan-jalan yang berhubungan dengan pusat perdagangan dan

Universitas Sriwijaya
7
selebihnya adalah sawah dan ladang mereka. Tipe ini kebanyakan
dijumpaidi Negara-negara Barat. Tradisi disini kurang kuat, individualistis
lebih menonjol, lebih berorientasi pada bidang perdagangan.
4. Pure isolated farm village type, yaitu desa dimana orang-orang berdiam
tersebar bersama sawah lading mereka masing-masing. Tipe ini kebanyakan
dinegara-negara Barat. Tradisi kurang kuat, individualistis menonjol dan
juga berorientasi perdagangan.
c. Dari segi perkembangan masyarakat (Bahrein, 1996)
1. Desa tradisional (pradesa), tipe ini kebanyakan dijumpai pada masyarakat
suku-suku terasing. Seluruh kehidupannya termasuk teknologi bercocok
tanam, cara-cara pemeliharaan kesehatan, cara-cara memasak makanan dan
sebagainya masih sangat tergantung pada alam sekitarnya. Pembagian kerja
dibagi berdasarkan jenis kelamin, yaitu ada pekerjaan tertentu yang hanya
boleh dikerjakan oleh wanita saja sedang laki-laki tidak , demikian pula
sebaliknya
2. Desa swadaya, yaitu desa yang memiliki kondisi yang relative statis
tradisional. Masyarakatnya sangat tergantung pada keterampilan dan
kemampuan pemimpinnya. Kehidupan masyarakat sangat tergantung
dengan alam yang belum diolah dan dimanfaatkan secara baik. Susunan
kelas dalam masyarakat masih bersifat vertical dan statis serta kedudukan
seseorang dinilai menurut keturunan dan luasnya pemilikan tanah.
3. Desa swakarya (desa peralihan), keadaan desa sudah dimulai disentuh oleh
pembaharuan. Masyarakat sudah tidak tergantung lagi dengan pimpinan.
Kaya, jasa dan keterampilan serta luasnya pemilikan tanah sudah menjadi
ukuran kedudukan seseorang. Mobilitas social baik secara vertical maupun
horizontal sudah mulai ada.
4. Desa swasembada, masyarakat telah maju karena sudah mengenal
mekanisasi pertanian dan teknologi ilmiah. Unsur partisipasi masyarakat
sudah efektif dan norma social selalu dihubungkan dengan kemampuan dan
keterampilan seseorang. Selain itu, sudah ada pengusaha yang berani
mengambil resiko dalam menanam modal.

Universitas Sriwijaya
8
Sementara itu, Marzali juga mengemukakan tipologi komunitas desa di
Indonesia, sebagai berikut :
a. Konsep “Daerah Hukum Adat”
Van Vollehaven membagi dua kriteria pokok, yaitu 1) “kultur” (aturan-
aturan adat) merupakan aturan-aturan pribumi menyangkut kehidupan
bermasyarakat dan pemerintahan desa mengenai tanah, kehidupan ekonomi
rakyat dan hubungan kekeluargaan, 2) lingkungan geografis, konsep daerah
hokum adat sama dengan culture area oleh Frans Boas yang mengandung
subjektifitas yang kuat, sehingga klasifikasinya bervariasi sesuai dengan
penekanan unsur-unsur budaya. Bagi yang menekankan unsur budaya yang
utama adalah ekonomi, culture areanya akan berbeda dengan yang menekankan
pada aspek sikap psikologis, foklore atau organisasi
b. Konsep ”tipe sosiokultural”
Koentjaraningrat membagi tipe ini menjadi empat, yaitu pertama,
masyarakat yang hidup di desa-desa terpencil, struktur social sangat sederhana,
berkebun ubi dan keladi yang dikombinasikan berburu dan meramu. Tidak
pernah mendapat pengaruh perunggu, Hindu dan Islam, tetapi dipengaruhi oleh
Kristen, misalnya Nias, Mentawai dan Irian Jaya. Kedua, masyarakat hidup
berhubungan dengan kota-kota kecil yang dibangun colonial Belanda, struktur
social sudah agak kompleks, bercocok tanam padi di ladang dan di sawah.
Dipengaruhi oleh Kristen, misalnya Batak, Dayak, Minahasa, Flores dan
Ambon. Ketiga, masyarakt desa yang hidup bercocok tanam padi sawah
ladang, struktur social sudah agak kompleks, punya hubungan dengan kota-
kota kecil yang pernah menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda dan
mendapat pengaruh yang kuat oleh Islam, misalnya Aceh, Minangkabau dan
Makassar. Keempat, bercocok tanam padi di sawah, struktur social agak
kompleks, mempunyai hubungan dengan kota-kota bekas pusat kerajaan
pribumi dan administrasi colonial Belanda. Dipengaruhi oleh Hindu, Islam dan
colonial Belanda, kecuali Bali yang tidak mengalami pengaruh Islam, misalnya
masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali. Kelima, masyarakat perkotaan yang
berperan sebagai pusat pemerintahan, kegiatan sector industry dan

Universitas Sriwijaya
9
perdagangan masih lemah. Keenam, yaitu masyarakat dan kebudayaan kota
metropolitan dimana sector industry dan perdagangan sudah maju.
c. Konsep jenis mata pencaharian hidup
Ave meletakkan aspek suatu produksi atau cara berproduksi dalam
mengklasifikasikan masyarakat Indonesia. Ia mengutamakan aspek ini pada
“mata pencaharian hidup” kemudian ditambah dengan mata pencaharian
pelengkap dan peralatan teknologi. Mulai dari mengumpulkan makanan,
mencari ikan, memelihara ternak, pertanian sampai pada industry. Namun
klasifikasi Ave sulit dipahami karena bisa saja satu suku bangsa mempunyai
beberapa jenis cara berproduksi.

2.4. Pengertian Proses Sosial


Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan
hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Interaksi sosial merupakan
kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan
mungkin ada kehidupan bersama.

2.5. Penyebab Terjadinya Proses Sosial


Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Selain
itu interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, kelompok dengan kelompok atau
orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial telah terjadi karena masing-
masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan terjadinya perubahan
dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat
dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-

Universitas Sriwijaya
10
kelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut sebagai suatu kesatuan dan
biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam
masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara
kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok.
Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi
reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama
sekali tidak berpengaruh terhadap sistem interaksinya. Berlangsungnya suatu
proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor :
1. Imitasi
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
2. Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau
suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
3. Identifikasi
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih
mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas
dasar proses ini.
4. Proses simpati
Merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di
dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun
dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain
dan untuk bekerja sama dengannya.

2.6. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan
antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua
Syarat terjadinya interaksi sosial :

Universitas Sriwijaya
11
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga
bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok.
Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.

2.7. Macam-macam proses sosial


Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut
mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi
sosial :
1. Proses-proses yang Asosiatif
A. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia
untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama
tersebut ber-kembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu
tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian
hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang
menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima.
Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi
mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana
dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainya ( out-group-nya). Kerja
sama akan bertambah kuat apabila ada hal-hal yang menyinggung anggota
perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-
kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

Universitas Sriwijaya
12
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-
kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting
dalam kerjasama yang berguna”

Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama


yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih
lanjut dibedakan lagi dengan:

1. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang


sertamerta.
2. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan
hasil perintah atasan atau penguasa
3. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar
tertentu
4. Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai
bagian atau unsur dari sistem sosial.

Adapun bentuk kerjasama yang tediri dari 5 jenis yaitu:


1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
2. Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang
dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih
3. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilitas organisasi yang ber-sangkutan
4. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan
yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih
tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu
dengan lainnya. Akan tetapi, karenamaksud utama adalah untuk mencapat
satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.

Universitas Sriwijaya
13
5. Joint venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu,
misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman,
perhotelan, dan lain-lain.

B. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menujuk pada suatu
keadaan dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada
keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan
atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial
dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang di-
gunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-
hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya,
sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling
bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-
ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk dapat menyelesaikan
pertentangan tanpa meng-hancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, yaitu:
1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai
akibat perbedaan paham
2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara
temporer
3. Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya
terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang
dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
4. mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.

Universitas Sriwijaya
14
Adapun bentuk-bentuk Akomodasi:
1. Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan
2. Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada.
3. Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
ber-hadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
4. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
5. Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal
bentuknya.
6. Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena
mem-punyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
7. Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

C. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan
memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Faktor-faktor yang dapat
mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah:
1. Toleransi
2. kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3. sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4. sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. perkawinan campuran (amaigamation)
7. adanya musuh bersama dari luar

Universitas Sriwijaya
15
Adapun faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi adalah :
1. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan
sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga
3. perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
4. perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih
tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri
badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi.
6. Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila
golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang
berkuasa.

D. Amalgamasi
Merupakan peleburan dua kelompok budaya yang kemudian melahirkan
budaya baru. Biasanya dapat terjadi dengan sukarela maupun dengan pemaksaan

2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis
halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun
bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat
bersangkutan. Adapun contoh dari proses disasosiatif yaitu:

A. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat
perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara
menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe
umum :

Universitas Sriwijaya
16
1. Bersifat Pribadi: Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan.
Tipe ini dinamakan rivalry.
2. Bersifat Tidak Pribadi: Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang
bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

Adapun bentuk-bentuk persaingan yaitu:


1. Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan
dengan jumlah konsumen
2. Persaingan kebudayaan: dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan,
pendidikan, dst.
3. Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri seseorang maupun di dalam
kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang
mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
4. Persaingan ras: merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini
disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan
lainnya.

B. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi
menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
1. Yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan,
perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan,
pengacauan rencana
2. Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum,
memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan
beban pembuktian pada pihak lain, dst.
3. Yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan
pihak lain
4. Yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.

Universitas Sriwijaya
17
5. Yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan,
provokasi, intimidasi, Dan lian-lain.

Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :
1. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang
sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
2. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
3. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan
golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan
mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dan lain-lain.

C. Pertentangan (Pertikaian atau konflik)


Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan
misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola
perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam
perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Adapun
sebab pertentangan adalah :
1. Perbedaan antara individu
2. Perbedaan kebudayaan
3. perbedaan kepentingan
4. perubahan sosial.

Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan


antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan
pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai. Pertentangan
mempunyai beberapa bentuk khusus:
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya
perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan

Universitas Sriwijaya
18
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan
kepentingan
4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu
masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara

Adapun akibat-akibat bentuk pertentangan:


1. Tambahnya solidaritas in-group
2. Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok
tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan
kelompok tersebut.
3. Perubahan kepribadian para individu
4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak baik persaingan maupun
pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif yang terdapat
pada setiap masyarakat

D. Salah satu contoh kelompok sosial yang sering ditemui


Kelompok sosial yang kami jadikan contoh yaitu kelompok buruh tani di
desa Ringinanyar. Kelompok tersebut termasuk kelompok asosiatif karena mereka
membentuk kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang sama yaitu
memakmurkan usaha pertanian mereka (kooperatif).
Faktor-faktor yang mendorong adanya kelompok sosial dikalangan buruh
tani adalah sebagai berikut :
1. Para petani memiliki tujuan yang sama untuk meningkatkan hasil panennya
2. Masalah yang mereka hadapi cenderung sama yaitu mengenai hama tanaman
dan penyakit-penyakit yang mewabang di tanaman mereka
3. Mereka berusaha untuk menjalin relasi untuk mengembangkan pendistribusian
hasil panennya ke daerah lokal maupun nasional

Universitas Sriwijaya
19
4. Untuk menjalin silaturahmi dan kekeluargaan diantara buruh tani dan untuk
bertukar pengalaman diantara mereka mengenai masalah-masalah pertanian
5. Mereka mempunyai perasaan senasip dan seperjuangan
6. Untuk musyawarah bersama mengenai inovasi-inovasi terbaru seputar
pertanian

Faktor yang menghambat adanya kelompok sosial dikalangan buruh tani


adalah sebagai berikut:
1. Sikap tertutup yang dimiliki oleh para petani terhadap dunia luar
2. Timbulnya persaingan diantara para petani yang akhirnya dapat menjadikan
hambatan adanya kelompok sosial
3. Kurangnya kesadaran diantara para petani mengenai pentingnya musyawarah
bersama sehingga ketika ada acara musyawarah seringkali anggota buruh tani
tersebut banyak yang tidak hadir
4. Masalah-masalah yang terjadi diantara individu biasanya terbawa dalam
kelompok ini sehingga sering menimbulkan konflik sosial dalam kelompok
5. Banyak masalah-masalah dalam musyawarah kelompok yang dipendam
sehingga terbawa sampai keluar vorum musyawarah dan menimbulkan konflik
terpendam yang bisa merembet ke masalah besar karena gisip.

E. Dampak yang terjadi dari proses sosial pada kelompok sosial yang ditemui
(dampak amalgamasi,asimilasi atau konflik)

1. Amalgamasi
Dengan adanya penyatuan kelompok buruh tani yang terjadi di desa
ringinanyar menimbulkan kebudayaan masyarakat baru, yaitu masyarakat yang
lebih peduli terhadap inovasi-inovasi baru yang mendorong majunya pertanian
mereka sehingga memungkinkan terpecahnya berbagai masalah pertanian seperti:
hama dan penyakit tanaman melalui obat-obat kimia modern yang dapat
meningkatkan hasil panen mereka. Jadi perbedaan kebudayaan di desa ringinanyar
yang terjadi akibat heterogennya daerah asal penduduk, menimbulkan inovasi-

Universitas Sriwijaya
20
inovasi baru dari saling bertukarnya pengalaman diantara mereka. Kemudian
timbulah kebudayaan baru diantara mereka sebagai usaha meningkatkan hasil
pertanian di desanya.

2. Asimilasi
Dari kelompok buruh tani di desa ringinanyar ini yang beranggotakan
masyarakat dari berbagai daerah di indonesia dengan kebudayaan dan kebiasaan
yang berbeda-beda, mereka berusaha untuk mengurangi perbedaan dengan saling
toleransi dan menghormati sehingga terbentuklah suatu kelompok sosial yang
dinamis. Demi tercapainya tujuan bersama, yaitu memajukan pertanian di desa
mereka.

3. Konflik
Tidak jarang kelompok sosial buruh tani di desa ringinanyar ini
mengalami suatu konflik baik yang bersifat individual maupun kelompok. Konflik
yang bersifat individu biasanya terjadi karena adanya perselisihan personal
diantara mereka. Sebagai contoh yaitu perebutan pengairan diladang sawah
mereka yang biasanya terjadi di musim kemarau, masalah ini biasanya dapat
menimbulkan konflik diantara petani yang juga dapat terbawa di dalam kelompok
sosial mereka. Di dalam kelompok biasanya mereka saling menjatuhkan dan
mencari kawan dalam kelompok yang bisa mengakibatkan konflik yang lebih
besar yaitu konflik kelompok di dalam kelompok sosial mereka. Itulah dampak
negativ yang bisa timbul dari adanya kelompok sosial.

F. Kelompok sosial yang mengalami proses asosiatif dan disosiatif

1. Asosiatif (kerjasama)
Kelompok sosial ibu-ibu PKK dalam kelompok sosial ini terjadi proses
asosiatif atau kerjasama, hal itu dapat dilihat dari program-program yang dibuat
oleh ibu-ibu PKK seperti membuat resep masakan baru, mengumpulkan dana
untuk menyantuni anak-anak yatim/fakir miskin/panti jompo. Dalam kegiatan ini

Universitas Sriwijaya
21
sudah bisa kita lihat kerjasama diantara mereka untuk mencapai tujuan bersama.
Kelompok sosial ibu-ibu PKK ini biasanya anggotanya terbentuk dari berbagai
kalangan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, namun di dalam
kelompok sosial ini perbedaan tersebut berusaha disatukan agar tidak terjadi
perselisihan diantara mereka demi tercapainya tujuan bersama.

2. Disosiatif (perpecahan)
Salah satu contoh kelompok sosial yang bersifat disosiatif yaitu GAM
(gerakan aceh merdeka). Dalam kelompok sosial ini mereka menginginkan
perpecahan dengan bangsa indonesia dan menginginkan membentuk negara baru.
Dalam kelompok ini berdampak pada terjadinya konflik antara anggota GAM dan
masyarakat Indonesia. Sebab masyarakat Indonesia menginginkan keutuhan
NKRI sementara GAM menginginkan kemerdekaannya. Inilah yang
menyebabkan kerusuhan dan menimbulkan pertumpahan darah diantara kedua
belah pihak. Perpecahan yang terjadi dalam kasus ini yaitu para anggota GAM
yang pecah dan tidak merasa lagi menjadi angota dari NKRI.

Universitas Sriwijaya
22
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum di Desa Gunungrejo


Sebelum saya pindah dan berkuliah di Jurusan Tanah Universitas
Sriwijaya, pada tahun 2018 saya masih berkuliah di Universitas Lampung dan
saya melakukan praktik homestay di Desa Gunungrejo adalah desa yang terletak
di Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Desa ini
memiliki luas wilayah ± 1.343,41 Ha. Desa ini terbagi menjadi 9 dusun, namun
kami mendapatkan Dusun Gunungrejo I, Gunungrejo II, Dusun Kaliawi, dan
Dusun Candisari II sebagai objek pengamatan kami di dalam Praktik Pengenalan
Pertanian di Desa Gunungrejo. Desa Gunungrejo awalnya merupakan salah satu
pendukuhan dengan nama Dusun Gunungrejo yang masuk ke wilayah Desa Wates
Way Ratai. Dusun Gunungrejo disebut juga dengan nama Anglo, nama Anglo
adalah nama Afdeling wilayah kerja perkebunan karet Way Ratai meliputi Dusun
Totoharjo dan Dusun Gunungrejo. Seperti halnya desa lain, Gunungrejo juga
memiliki sejarah dan perkembangan tersendiri. Desa Gunungrejo adalah salah
satu desa penghasil kakao terbesar di Kabupaten Pesawaran, oleh sebab itu
tanaman kakao adalah tanaman unggulan di Desa Gunungrejo dengan luas
perkebunan 792,311 Ha. Potensi perkebunan unggulan Desa Gunungrejo yang
lain adalah perkebunan pala dan saat ini lahan yng mulai produksi seluas 52 Ha.
Tahun 1990 s/d 2006 Desa Gunungrejo adalah salah satu desa penghasil cabai
terbesar di lampung dengan sebutan cabai anglo, tetapi seiring berkembang
pesatnya tanaman perkebunan maka lahan untuk menanam cabai mulai berkurang
dan juga keluhan para petani cabai saat ini adalah banyaknya penyakit yang susah
untuk ditanggulangi sehingga membuat para petani berkurang untuk menanam
cabai. Wisata alam yang ada di Desa Gunungrejo antara lain air terjun “Anglo”
Gunungrejo, yang terletak di Dusun Kaliawi Desa Gunungrejo. Air terjun tersebut
kurang terawat karena minimnya sarana dan prasarana yang ada. Hal tersebut
menyebabkan sedikitnya pengunjung yang datang.

Universitas Sriwijaya
23
3.2. Proses Sosial
Proses sosial itu terbagi menjadi 2, yaitu proses sosial yang bersifat positif
(asosiatif) dan juga negatif (disosiatif). Selama melakukan praktik di Desa
Gunungrejo, kami mengamati proses sosial yang terjadi di desa tersebut
khususnya di Dusun Gunungrejo 1, Dusun Gunungrejo 2, Dusun Kaliawi, dan
Dusun Candi Sari 2 yang mana tempat itu merupakan tempat melakukan aktivitas
wawancara selama kami tinggal di desa tersebut. Interaksi sosial antar masyarakat
di desa tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab berikut.

3.2.1. Proses Sosial Bersifat Asosiatif


Proses sosial asosiatif adalah proses sosial yang baik yang merupakan
bentuk interaksi masyarakat sehingga mendorong terciptanya keteraturan sosial.
Proses sosial asosiatif terdiri dari kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi
yaitu:

A. Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu proses sosial yang secara tidak langsung
pernah kita pelajari dan pernah kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kerjasama atau kooperasi (cooperation) adalah jaringan interaksi antara orang
perorangan atau kelompok yang berusaha bersama untuk mencapai tujuan
bersama. Faktor pendorong terjadinya kerjasama adalah motivasi pribadi,
kepentingan umum, motivasi alturistik (dorongan membantu orang lain karena
panggilan hati), dan tuntutan situasi (dorongan menolong orang lain karena
adanya musibah).
Berdasarkan hasil survei kami di Dusun Gunungrejo 1, Dusun Gunungrejo
2, Dusun Kaliawi, dan Dusun Candi Sari 2, dusun-dusun disana sama-sama
mempunyai prosses sosial dalam bentuk kerjasama yang cukup baik. Mereka
saling bekerjasama dalam beberapa hal, seperti sistem gotong-royong dalam
membantu memanem hasil tani. Hal yang mendorong terjadinya proses sosial
dalam bentuk kerjasama tersebut ialah karena sudah munculnya rasa persaudaraan
yang kuat antar penduduk di dusun tersebut, serta menurut mereka kerja sama

Universitas Sriwijaya
24
dalam hal yang baik seperti tolong-menolong akan mendapatkan balasan yang
baik pula, baik itu balasan pahala dari tuhannya maupun balasan dari orang yang
telah dibantu seperti ikut membantu menanen hasil tani orang yang pernah
dibantu.

B. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu keadaan keseimbangan atau usaha-usaha
mengakhiri pertikaian secara permanen atau sementara waktu diantara pihak-
pihak yang bertikai. Akomodasi dapat tercapai apabila adanya kompromi (adanya
sebuah kesepakatan), konversi (adanya penerimaan pandangan oleh salah satu
pihak), toleransi, arbitrasi (adanya keterlibatan pihak ketiga sbg penengah),
gencatan (persetujuan untuk mengakhiri pertikaian), subordinasi dan
superordinasi (kalah-menang), pengalihan tegangan (pengalihan pertikaian ke
pertikaian lain), pelembagaan pelampung penyelamat (olahraga, rekreasi, dll). Di
Desa Gunungrejo sendiri tidak pernah terjadi pertikaian antara masyarakat,
sehingga kegiatan akomodasi ini belum pernah ada.

C. Asimilasi
Asimilasi adalah suatu proses penyesuaian dimana perbedaan kebudayaan
tidak ada lagi, baik secara perorangan maupun kelompok. Asimilasi menyebabkan
suatu batas-batas antar kelompok/orang-orang yg berasimilasi menjadi hilang
(lebur). Desa Gunungrejo terdiri dari masyarakat yang berasal dari berbagai
macam etnis. Terutama semende, jawa dan lampung. Walaupun suku jawa lebih
dominan, namun etnis yang ada menghargai budaya masing-masing etnis. Selain
itu terjadi penyesuaian budaya masing-masing etnis sehingga kehidupan sosial di
desa tersebut bisa berjalan dengan baik. Contoh asimilasi di Dusun Gunungrejo 1,
Dusun Gunungrejo 2, Dusun Kaliawi, dan Dusun Candi Sari 2 ialah asimilasi
dalam bidang bahasa, misalnya antara bahasa suku semende dan suku jawa,
dikarenakan mayoritas di desa tersebut bersal dari suku jawa, dan suku minoritas
di desa tersebut adalah suku semende sehingga banyak kosa kata yang diserap

Universitas Sriwijaya
25
oleh suku semende disana, atau dalam bahasa malaysia ialah bahasa rojak (bahasa
yang dicampur-campur).

3.2.2. Proses Sosial Bersifat Disosiatif


Proses sosial disosiatif adalah proses sosial yang menjurus ke konflik atau
masalah yang mengakibatkan kerenggangan dalam berinteraksi dan biasajuga
disebut proses oposisi. Proses disosiatif dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk
sebagai berikut:

A. Persaingan
Persaingan yang terjadi di Desa Gunungrejo merupakan persaingan yang
sehat. Biasanya persaingan yang terjadi ialah persaingan dalam bidang usahatani.
Para petani saling berusaha dalam meningkatkan hasil panen dengan kualitas yang
baik, karena apabila kualitas hasil panen baik, maka harga yang akan dijual ke
tengkulak pun lebih tinggi daripada hasil panen yang kualitas rendah, sehingga
keuntungan yang didapat petani meningkat dan membuat kesejahteraan petani
tersebut juga ikut meningkat.

B. Konflik
Berdasarkan pengamatan kami dan keterangan dari warga setempat,
pertentangan atau konflik ini tidak terjadi di Desa Gunungrejo. Perbedaan
pendapat, perasaan individu, kebudayaan, atau kepentingan baik kepentingan
individu maupun kelompok yang terjadi tidak sampai menimbulkan konflik,
terutama yang menyebabkan ancaman dan kekerasan.

C. Kontraversi
Kontraversi adalah sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak
adanya perselisihan (konflik) terbuka. Kontraversi merupakan proses sosial
dengan tanda ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan dengan
tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontraversi adalah perbedaan
pendirian antara kalangan tertentu dan pendirian kalangan lainnya dalam

Universitas Sriwijaya
26
masyarakat ataupun dapat juga pendirian menyeluruh masyarakat. Berdasarkan
pengamatan saya selama melaksanakan praktik pengenalan pertanian saat saya
masih berkuliah di Universitas Lampung selama 1 semester di Dusun Gunungrejo
1, Dusun Gunungrejo 2, Dusun Kaliawi dan Dusun Candi Sari, proses sosial yang
bersifat kontraversi hanya kami dapatkan di Dusun Kaliawi. Bentuk kontraversi
yang kami dapatkan ialah bentuk kekecewaan dan keraguan masyarakat yang
ada di desa sana, karena menurut responden yang kami wawancarai, desa mereka
sudah lebih awal mengajukan surat bantuan pembuatan jalan aspal Dusun Kaliawi
kepada kepala desa, dibandingkan pengajuan surat bantuan pembuatan jalan aspal
menuju wisata air terjun Gunungrejo, namun yang terjadi ialah jalan menuju air
terjun Gunungrejo lebih awal diaspal dibandingkan Dusun Kaliawi.

3.3. Stratifikasi Sosial


Stratifikasi yang terdapat di Desa Gunungrejo berdasarkan kekayaan,
kesolehan, pendidikan, dan juga jabatan. Semakin kaya dan soleh serta semakin
tinggi pendidikan juga jabatan seseorang biasanya semakin tinggi tingkat
stratifikasi orang tersebut. Orang-orang yang menempati stratifikasi karena
kesolehan biasanya pemuka-pemuka agama yang ada di desa tersebut. Selain itu
orang yang menempati stratifikasi karena jabatan adalah orang-orang yang
memiliki jabatan di desa tersebut contohnya ketua RT dan kepala desa.

3.4. Perubahan Sosial


Perubahan sosial di Desa Gunungrejo sendiri sering terjadi pada anak-anak
yang masih sekolah. Penyebab terjadinya perubahan sosial ini adalah interaksi
dengan masyarakat lain, bentuk perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat
khususnya anak-anak biasanya masyarakat cenderung lebih mau mengenal dunia
luar, dalam arti yang tadinya masyarakat hanya tahu dunia sekitar dengan adanya
interaksi dengan masyarakat lain maka rasa ingin tahu masyarakat lebih
meningkat, selain itu perubahan sosial juga bisa terjadi karena adanya peralatan
elektronik yang masuk ke desa. Dalam hal ini handphone atau smartphone dan
televisi berperan penting terhadap terjadinya perubahan sosial. Bentuk perubahan

Universitas Sriwijaya
27
sosial yang terjadi adalah masyarakat lebih jarang keluar rumah untuk
bersosialisasi, hal ini terjadi karena dengan adanya handphone atau smartphone
masyarakat dapat mengakses dunia luar tanpa keluar rumah. Perubahan sosial
yang kedua ialah terdapat pada perubahan bahasa yang digunakan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pemakaian bahasa ketika
berkomunikasi antar warga, masyarakat setempat menyesuaikan dengan lawan
bicara mereka. Ketika lawan bicara mereka biasa mengguanakan bahasa jawa,
maka komunikasi akan dilakukan dengan bahasa jawa. Begitu pula jika lawan
bicara biasa menggunakan bahasa semende. Hal ini juga terlihat ketika kami
mewawancarai warga setempat. Masyarakat setempat cenderung menyesuaikan
diri dengan menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara walaupun bahasanya
sedikit tercampur dengan kosa kata dari suku mereka masing-masing.

Universitas Sriwijaya
28
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang saya dapat dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. sosiologi pedesaan adalah ilmu yang mempelajari tentang proses-proses sosial
di pedesaan
2. karakteristik masyarakat pedesaan dapat dibedakan menjadi 2 sifat, yaitu sifat
desa yang tradisional atau masih tetap memakai sistem adat serta sifat
masyarakat desa yang sulit menerima masukan dari luar.
3. tipologi masyarakat terdiri dari 3 jenis, yaitu masyarakat pertanian, industri,
dan nelayan.
4. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut
hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan
kelompok.
5. Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola
pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.
6. kunci dari penyebab terjadinya proses sosial yaitu karena adanya interaksi
sosial.
7. syarat terjadinya interaksi sosial yaitu harus ada kontak sosial dan komunikasi.
8. proses sosial terdiri dari 2 jenis, yaitu asosiatif (proses sosial yang baik) dan
proses sosial disosiatif (proses sosial yang kurang baik).
9. contoh proses sosial di Desa Gunungrejo merupakan salah satu contoh yang
disebabkan karena adanya suatu interaksi sosial serta didukung dari sifat
masyrakatnya yang mayoritas terbuka dengan hal-hal baru sehingga
mempermudah para penyuluh untuk dapat berkontribusi dalam memperbaiki
desa tersebut.

Universitas Sriwijaya
29
4.2. Saran
Proses dan interaksi social selalu akan terjadi didalam lingkungan
masyarakat tetapi dalam interaksi itu pula tidak luput dari interaksi dan proses
yang negatif. Dengan terselesaikannya makalah ini, semoga dapat dimanfaatkan
dan dapat dijadikan sumber pengetahuan baru oleh semua pihak. Saya menyadari
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena keterbatasan
materi yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan agar saya bisa menjadi lebih baik dalam meyusun makalah.

Universitas Sriwijaya
30
DAFTAR PUSTAKA

Alfiti. 2011. Community Development Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Bintarto.1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta; Ghalia
Indonesia Chambers, Robert. 1995. Poverty and Livelihoods : Whose
Reality Counts?. Journal: Environtment and Urbanization Vol 7. No. 1 1995
Dewey. 1987. Capital, Credit and Saving in Javanese Marketing Damsar. 1997.
Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Rajawali Pers
Eviota, EU. 1992. The Political Economy of Gender : Woman and the Sexual
Division of Labour in the Philipines. New Jersey-USA : Zed Books
Friedmann. J.1992. Empowerment : The Politic of Alternative Development
Cambridge : Blackwell & Oxford. United Kingdom
Galeski Baguslow (1972). Conflict and Change as An Aspect of Development.
London : Free Press
Glen. 1993. The Non Directive Approach in Community Development Methode.
London : Oxford University Press.
Giddens, Antony. 1990 . The Consequences of Modernity. London : UK Polity
Press Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa : Suatu
Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia
Jeffrey. D, Brewer. 1985. Penggunaan Tanah Tradisional dan Kebijaksanaan
Pemerintah di Bima, Sumbawa timur (hal 163- 188 ). Dalam : Michael R.
Yuliati, Yayuk dan Mangku Purnomo. 2003. Sosiologi Pedesaan. Lappera Pustaka
Utama: Yogyakarta.
Susilawati, Nora. 2012. Sosiologi Pedesaan. Online. Padang.
https://osf.io/preprints/ inarxiv/67an9/download. Di akses pada tanggal 6
Mei 2019, pukul 11:41 WIB

Universitas Sriwijaya
31
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar Contoh Asimilasi

Gambar Suatu Masyarakat Desa yang Terbuka Dengan Hal Baru

Gambar Konflik Perampasan Tanah di Desa

Universitas Sriwijaya
32
Gambar Contoh Kerjasama dalam Memanen

Universitas Sriwijaya
33

Anda mungkin juga menyukai