Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA TANAH

PENETAPAN % C-ORGANIK DAN % BAHAN ORGANIK

Aditya Surya Wardhana


05101281823068

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tanah mineral, pasang surut dan rawa lebak cukup banyak berada di daratan
Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan KTK yang tergolong sedang sampai
tinggi menjadikan tanah tersebut memunyai peranan yang penting dalam
pengembangan pertanian di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh
dan dikembangkan pada tanah ini, kecuali yang terkendala oleh iklim dan relief.
Tanah merupakan bagian yang penting dalam pertanian. Tanah adalah
himpunan material, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose),
yang terletak diatas batuan dasar (bedrock). Berdasarkan asal mula penyusunnya,
tanah dapat dibedakan menjadi kedalam dua kelompok besar, yaitu sebagai hasil
pelapukan Perbaikan tanah pada umumnya dilakukan pada tanah lempung karena
tanah lempung mengandung persentase air yang cukup tinggi. Jika suatu konstruksi
diatasnya, maka konstruksi tersebut akan memberikan beban yang besar terhadap
tanah yang akan menyebabkan terjadinya proses pemerasan air sehingga sangat
membahayakan konstruksi diatasnya karena penurunan muka (weathering) secara
fisis dan kimia, dan yang berasal dari bahan organik. tanah. Tanah lempung lunak
memiliki potensi pengembangan yang cukup tinggi karena kapasitas pertukaran ion
yang tinggi. Tanah ini akan mengembang (swelling) jika kadar air bertambah yang
disertai dengan kenaikan tekanan air pori dan tekanan pengembangannya, dan akan
mengalami penyusutan yang cukup tinggi jika kadar air turun sampai batas
susutnya.
Masalah kesuburan tanah di Indonesia pada umumnya terdapat pada
Horizon A dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro
seperti P dan K yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta
kejenuhan Al yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah yang sering menghambat
pertumbuhan tanaman. Selain itu, terdapat Horizon Argilik yang memengaruhi sifat
fisika tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro serta bertambahnya aliran
permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya erosi tanah. Erosi tanah
merupakan salah satu kendala fisik pada tanah di Indonesia dan sangat merugikan
karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Kesuburan tanah mineral, rawa lebak
dan pasang surut sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada
lapisan atas (topsoil). Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan
organik dan unsur hara.
Pemanfaatan tanah mineral, pasang surut dan rawa lebak untuk
pengembangan tanaman perkebunan relatif tidak menghadapi kendala, tetapi untuk
tanaman pangan dan hortikultura umumnya terkendala oleh kurangnya bahan
organik dalam tanah yang dirasakan berat bagi petani untuk mengatasinya, karena
kondisi ekonomi dan pengetahuan yang umumnya lemah.
Penambahan bahan organik diketahui dapat meningkatkan ketersediaan P di
dalam tanah. Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara
langsung melalui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu
pelepasan P yang terfiksasi. Hasil dekomposisi bahan organik yang berupa asam-
asam organik dapat membentuk ikatan khelasi dengan ion-ion Al dan Fe sehingga
dapat menurunkan kelarutan ion Al dan Fe, maka dengan begitu ketersediaan P
menjadi meningkat. Asam-asam organik yang dihasilkan dari dekomposisi bahan
organik juga dapat melepaskan P yang terjerap oleh Al dan Fe sehingga
ketersediaan P meningkat. Bahan organik (BO) merupakan salah satu komponen
tanah yang bersumber dari sisa tanaman dan binatang yang terdapat di dalam tanah.
Bahan organik bersifat dinamis, yang terus-menerus mengalami perubahan bentuk
karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Istilah bahan organik
yang digunakan meliputi semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam
tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme,
bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik yang telah mengalami dekomposisi dan berasosiasi dengan tanah
atau disebut sebagai bahan organik tanah (BOT) memiliki fungsi yang banyak.
Bahan organik tanah berperan bukan hanya dalam mempengaruhi kualitas tanah,
khususnya bagi bidang pertanian, tetapi juga menentukan kualitas bagi bidang
lingkungan. Bahan organik tanah menentukan tingkat kesuburan tanah, baik
kesuburan kimia, fisika, maupun biologi tanah. Hal ini dapat disebabkan karena
bahan organik mampu menyumbangkan unsur hara setelah terdekomposisi,
memperbaiki drainase tanah, meningkatkan infiltrasi, retensi dan transmisi air
dalam tanah, serta melonggarkan tanah dan memantapkan agregat tanah, sehingga
akar tanaman dapat berkembang dengan baik untuk mencari hara dan air bagi
pertumbuhannya.
Bahan organik berperan penting dalam pembentukan agregat dan struktur
tanah yang baik, sehingga akan memperbaiki kondisi fisika tanah, dan pada
akhirnya akan mempermudah penetrasi air, penyerapan air, perkembangan akar,
serta meningkatkan ketahanan terhadap erosi. Bahan organik tanah juga mampu
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK). Kapasitas tukar kation menunjukkan
kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation
tersebut termasuk kation hara tanaman. Kapasitas pertukaran kation penting untuk
kesuburan tanah. Humus dalam tanah sebagai hasil proses dekomposisi bahan
organik merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga humus dianggap
mempunyai susunan koloid seperti lempung, namun humus tidak semantap koloid
lempung, bersifat dinamik, mudah dihancurkan dan dibentuk. Bahan organik juga
dapat membentuk kompleks dengan unsur-unsur hara mikro sehingga dapat
mencegah kehilangan unsur hara makro lewat pencucian, serta mengurangi
timbulnya keracunan unsur hara mikro. Bahan organik mampu melepaskan P yang
disemat oleh oksida-oksida (Fe, Al) dalam tanah. Bahan organik yang berasal dari
sisa tanaman dan hewan lebih cepat terdekomposisi dan termineralisasi pada daerah
tropis basah dibandingkan dengan daerah yang bertemperatur dingin. Hal ini
dikarenakan aktifitas mikroorganisme yang lebih tinggi pada daerah tropis
dibandingkan daerah bertemperatur dingin. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan bahan organik tanah, diantaranya iklim, jenis tanah, kualitas dan
kuantitas bahan organik itu sendiri. Semakin tinggi kandungan dan masukan bahan
organik ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan C-Organik tanah yang
diikuti peningkatan aktifitas mikroorganisme tanah sehingga memberi peningkatan
terhadap C-mik tanah.
Perbedaan wilayah di Sumatera Selatan, vegetasi dan lahan atau jenis tanah
mempunyai temperatur dan kelembaban dalam tiap toposukuen tanah. Setiap jenis
tanah yang berbeda seperti tanah mineral, tanah rawa lebak dan tanah pasang surut
mempunyai kadar bahan organik dan keseburan tanah yang berbeda juga. Hal ini
penting bagi pengelolaan dan perhitungan akumulasi bahan organik dalam tanah,
dan peranannya bagi pembangunan pertanian berkelanjutan serta pelestarian
lingkungan. Oleh karena itu mengingat begitu penting peranan bahan organik bagi
tanah, maka perlu dilakukan penelitian mengenai berapa kandungan bahan organik
dalam tanah mineral, pasang surut dan tanah rawa lebak untuk dapat mendukung
produktivitas lahan dalam pertanian.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum penetapan bahan organik tanah di
laboratorium yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu bahan organik
2. Untuk mengetahui kadar bahan organik pada tanah mineral, tanah pasang surut
dan tanah rawa lebak
3. Untuk mengetahui apa fungsi bahan organik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Organik


Bahan organik merupakan suatu kumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik
berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil
mineralisasi. Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap
tetanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor
tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin
dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban,
tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N
P, K dan S. Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah
tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka
kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh
karena itu, top soil perlu dipertahankan. (Hanafiah, 2014)
Bahan organik merupakan sumber energi dan nutrisi bagi mikroorganisme.
Bahan organik segar akan dicerna oleh berbagai jasad renik salah satunya bakteri
yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisi jika faktor lingkungan
mendukung terjadinya proses tersebut. Bahan organik secara umum dapat
meningkatkan populasi dan aktivitas mikroorganisme, makin banyak bahan organik
semakin banyak pula populasi jasad mikro termasuk juga bakteri. Bahan organik
mentah (misalnya: kotoran sapi segar) dapat didekomposisi oleh mikroba perombak
menghasilkan senyawa-senyawa organik, kompos, dan melepaskan N-organik
menjadi 𝑁𝐻4+ -N. Perombakan bahan organik akan memacu perkembangan dan
pertumbuhan mikroba perombak dan mikroba lain seperti mikroba penambat
nitrogen dan mikroba pelarut fosfat. (Nugroho, 2012)
Inokulasi bakteri penambat N dalam bahan organik mentah, selain
diharapkan meningkatkan total populasi bakteri, juga diharapkan meningkatkan
fiksasi N. Demikian halnya inokulasi bakteri pelarut fosfat dalam bahan organik
mentah juga akan semakin meningkatkan populasi total bakteri dan mempercepat
proses dekomposisi bahan organik, sehingga akan dapat membantu mempercepat
pelarutan P-organik dan P dari batuan fosfat. P yang berasal dari penambahan
bahan organik dapat mencapai 15%-18% dari P-total, tanah yang subur
memerlukan cukup bahan organik. (Salam, 2012)
Kualitas tanah lapisan bawah (subsoil) lebih rendah dibandingkan dengan
kualitas tanah pada lapisan atas (topsoil). Dengan demikian, penambahan bahan
organik ke dalam tanah masih perlu dilakukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Bahan organik yang mengandung
lignin tinggi (serbuk gergaji, ampas tebu, dan sampah daun) dapat memperbaiki
struktur jaringan tanaman. Dari hasil uji coba pemupukan kompos pada padi
terbukti struktur tanaman menjadi kuat dan ketersediaan hara tercukupi. Bahan
organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dan
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh
tanaman. Sumber utama bahan organik adalah jaringan tanaman yang berupa akar,
batang, daun, bunga dan buah, sedangkan sumber sekunder bahan organik adalah
jaringan hewan. Perombakan bahan organik, selain dapat melepaskan jerapan P
tetapi juga dapat menghasilkan asam-asam organik seperti oksalat dan sitrat yang
dapat menjadi pesaing ion fosfat. Sehingga dapat mengurangi fiksasi P dan
meningkatkan ketersediaan P. (Tan, 2010)
bahan organik dapat dibedakan menjadi bahan berkualitas tinggi dan
berkualitas rendah. Bahan berkualitas tinggi adalah bahan organik yang memiliki
C/N rendah, sehingga lebih cepat didekomposisi dan melepaskan unsur hara ke
tanah. Berdasarkan analisis awal C/N rasio bahan organik menunjukkan bahwa C/N
rasio jerami bekas media jamur merupakan bahan berkualitas tinggi (9,95)
dibandingkan dengan bahan organik lainnya seperti pupuk kandang sapi (10,10),
kascing (11,18), kulit kopi (19,27), kulit kakao (15,49), dan kepala udang (18,88).
Bahan organik tanah persentasenya relatif kecil dibandingkan dengan komponen
penyusun yang lain, namun demikian fungsinya melebihi komponen yang lain.
Bahan organik tanah memiliki peran dan fungsi yang sangat vital di dalam tanah, ia
berperan sangat penting dalam mempengaruhi ketiga sifat tanah. Terhadap sifat
fisik tanah bahan organik tanah berperan penting dalam proses pembentukan dan
mempertahankan kestabilan struktur tanah serta meningkatkan daya memegang air
tanah. Apabila struktur tanah baik dan banyak unsur hara maka dapat memancing
kehadiran biota tanah. Salah satu biota tanah yang sangat berperan aktif dalam
mendukung kesuburan tanah adalah cacing tanah. Cacing tanah dengan
kemampuaannya membuat lubang akan menurunkan kepadatan tanah,
meningkatkan kapasitas infiltrasi, mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta
melalui kotoran yang dihasilkan dapat menambah unsur hara bagi tanaman
(Marzuki et.al., 2011).

2.2 Bahan Organik Tanah


Bahan organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah.
Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organiktinggi, sekitar 5%. Sedangkan
tanah yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan
tanah pentinguntukmenjaminproduktivitaspertanian. Bahan organik tanah terdiri
dari sisa-sisa tumbuhan atau binatang melapuk. Tingkat pelapukan bahan organik
berbeda-beda dan tercampur dari berbagai macam bahan. (Supriat, 2010)
Bahan organik tanah adalah fraksi organik tanah yang berasal dari biomassa
tanah dan biomassa luar tanah. Biomassa tanah adalah massa total flora dan fauna
tanah hidup serta bagian vegetasi yang hidup dalam tanah (akar). Biomassa luar
tanah adalah massa bagian vegetasi yang hidup diluar tanah (daun, batang, cabang,
ranting, bunga, buah dan biji). Bahan organik dibuat dalam organisme hidup dan
tersusun atas banyak sekali senyawa karbon. Sumber primer bahan organik tanah
maupun seluruh fauna dan mikroflora adalah jaringan organik tanaman, baik berupa
daun, batang/cabang, ranting, buah maupun aka, sedangkan sumber sekunder
berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya sendiri. Dalam pengelolaan
bahan organik tanah, sumbernya juga berasal dari pemberian pupuk organik berupa
pupuk kandang (kotoran ternak yang telah mengalami dekomposisi), pupuk hijau
dan kompos, serta pupuk hayati (inokulan). Tekstur dan kandungan bahan organik
menentukan besarnya kapasitas absorsi dan besarnya daya penyangga dari tanah.
(Kartasapuetra, 2015)
2.3 Sumber Bahan Organik
Adapun sumber bahan organik yaitu kascing yang berasal dari cacing.
Kascing adalah kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah atau bahan
lainnya yang merupakan pupuk organik yang kaya akan unsur hara dan kualitasnya
lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik jenis lain. Kascing dari Eiesnia
foetida mengandung nitrogen 0,63%, fosfor 0,35%, kalium 0,20%, kalsium 0,23%,
magnesium 0,26%, natrium 0,07%, tembaga 17,58%, seng 0,007%, mangan
0,003%, besi 0,790%, boron 0,2221%, molibdenum 14,48%, KTK 35,80 meg 100 g
-1 , kapasitas menyimpan air 41,23% dan asam humus 13,88%. Pupuk kandang
merupakan sumber bahan organik yang potensial untuk meningkatkan populasi dan
aktivitas mikroorganisme tanah. Dermiyati membuktikan bahwa aktifitas
mikroorganisme tanah meningkat dengan pemberian kotoran ayam. Kandungan
hara yang tinggi dalam kotoran ayam menjadi sumber energi dan nutrisi bagi
mikroorganisme sehingga total mikroorganisme meningkat. Pemberian kotoran
ayam mampu menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk aktifitas
mikroorganisme, bakteri, dan fungi pada tanah. Limbah kulit kopi memiliki kadar
bahan organik dan unsur hara yang memungkinkan untuk memperbaiki tanah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar C-organik kulit kopi adalah 45,3%, kadar
nitrogen 2,98%, fosfor 0,18% dan kalium 2,26%. Selain itu kulit kopi juga
mengandung unsur Ca, Mg, Mn, Fe, Cu dan Zn. Dalam 1 ha areal pertanaman kopi
dapat memproduksi limbah segar sekitar 1,8 ton setara dengan produksi tepung
limbah 630 kg. Tanah yang subur dan mudah diolah sangat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. (Sarwono, 2013)

2.4 Pengaruh Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman


Secara langsung bahan organik tanah merupakan sumber senyawa-senyawa
organik yang dapat diserap tanaman meskipun dalam jumlah sedikit, seperti alanin,
glisin dan asam-asam amino lainnya, juga hormon atau zat perangsang tumbuh dan
vitamin. Secara fisik bahan organik berperan: (Zulfadli et.al., 2012)
a. Mempengaruhi warna tanah menjadi coklat-hitam
b. Merangsang granulasi
c. Menurunkan plastisitas dan kohesi tanah
d. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan
e. Meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,
kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil.

Disamping sebagai sumber bahan organik tanah, tanaman penutup tanah


dapat berfungsi menetralisir daya rusak butir-buitr hujan dan menekan aliran
permukaan, yang kemudian dapat menghambat erosi dan pelindian hara. Hal ini
tercerminkan oleh adanya pengaruh positif tanaman penutup tanah terhadap sifat-
sifat fisik tanah. Secara kimiawi bahan organik berperan sebagai: (Zulfadli et.al.,
2012)
a. Tersedianya unsur hara
b. Senyawa sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai melalui proses humifikasi
akan menghasilkan humus tanah yang terutama berperan secara kolodial.
c. Selama proses dekomposisi, sejumlah hara tersedia akan diakumulasikan ke
dalam sel- sel mikrobia, yang apabila mikrobia ini mati mudah dimineralisasikan
kembali, sehingga menghindarkan anion-ion hara ini dari pelindian oleh aliran
massa air.

Secara biologis, bahan organik berperan sebagai sumber karbon, yang mana
untuk berkembang biak/reproduksi mikrobia diperlukan bahan penyusun
jasad/tubuh. Seperti umumnya jasad tingkat tinggi yang tersusun oleh senyawa
mikroba pada umumnya juga tersusun oleh senyawa organik penyusun tubuh jasad
terutama adalah carbon, oksigen, nitrogen dengan atom kerangka adalah karbon.
Sumber utama kerangka karbon untuk penyusun jasad mikroba adalah bahan
organik, terutama bahan organik segar yang mudah terombak. Proses perombakan
bahan organik merupakan proses metabolisme berupa peruraian atau katabolisme.
Untuk dapat melakukan aktivitas biologi mikroba memerlukan energi kimia yang
tersimpan dalam senyawa organik. Selain sebagai sumber energi dan sumber
kerangka karbon, bahan organik juga berperan sebagai sumber hara untuk
perkembangbiakan mikroba. Jasad mikro tersusun oleh senyawa biokimia baik
berupa karbohidrat, protein, DNA, RNA, enzim dan senyawa lain. Senyawa-
senyawa ini tidak hanya tersusun oleh CHO tapi juga S, N, P, K dan unsur logam.
Unsur-unsur ini dibutuhkan oleh mikroba dan diperoleh dari perombakan bahan
organik. Kandungan bahan organik tanah (C-organik) merupakan salah satu
indikator kesuburan tanah. Tanah yang mengalami kemerosotan kandungan C-
organik menandakan tanah tersebut mengalami penurunan kualitas kesuburan tanah
atau degradasi kesuburan. Bahan organik penting sebagai sumber energi jasad renik
yang berperan dalam penyediaan hara tanaman. Bahan organik menentukan
kapasitas tukar kation tanah, walaupun sifat ini tergantung pH. Tanah miskin bahan
organik dan didominasi mineral liat 1:1, mempunyai kapasitas tukar kation yang
rendah, sehingga efisiensi pemupukan akan berkurang karena sebagian besar hara
mudah hilang dari lingkungan perakaran. Bahan organik juga berperan dalam
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah mudah diolah dan dilumpurkan.
Mengingat pentingnya peranan bahan organik terhadap kesuburan fisik, kimia dan
biologi tanah, maka pemberian atau daur-ulang bahan organik merupakan bagian
penting dari pelestarian kesuburan tanah. Bahan organik merupakan bahan-bahan
yang diperbaharui dan didaur ulang serta dirombak menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. (Dermiyati, 2015)
Bahan organik berupa penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk dasar
memiliki beberapa keuntungan yakni dapat menyuburkan tanah, memperbaiki
struktur tanah, menambah unsur-unsur hara dalam tanah, dan meningkatkan
kehidupan mikroorganisme. Mikroorganisme tanah sangat membantu proses
penguraian bahan organik sehingga mudah diserap oleh tanaman. Dosis pupuk
kandang yang diberikan adalah antara 15-20 ton tiap hektar, tergantung pada
kesuburan tanahnya (Direktorat Pangan dan Pertanian, 2014).
Secara umum pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan
dan aktivitas mikroba tanah, karena bahan organik merupakan sumber energi dan
bahan makanan bagi mikroba tersebut, di samping itu mikroba tanah saling
berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik
menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh (sebagai penyusun tubuh
dan energi). (Zulfadli et.al., 2012)
Pemberian bahan organik berdampak positif terhadap biomassa karbon
mikroorganisme (C-Mik) di dalam tanah. Pada seluruh perlakuan ekstrak campuran
kompos bahan organik dan limbah agroindustri dengan pengekstrak air destilata
maupun asam asetat mengalami peningkatan 18-360% dibanding C-Mik awal.
Biomassa karbon mikroorganisme tanah (C-Mik) dapat dijadikan sebagai indikator
kesuburan tanah, tingginya populasi mikrorganisme tanah menunjukkan kondisi
fisik, kimia, dan biologi tanah yang baik. Dengan pemberian perlakuan pupuk
Organonitrofos serta penambahan biochar terhadap tanah diharapkan dapat
berkorelasi positif terhadap kesuburan tanah dan secara langsung meningkatkan C-
mik tanah. (Septiana, 2012)
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Adapun waktu pelaksanaan praktikum penetapan pH tanah di laboratorium
ini yaitu pada hari senin, 24 september 2019 pukul 14:30 sampai selesai.
Adapun tempat pelaksanaan praktikum penetapan pH tanah di laboratorium
ini yaitu di laboratorium fisika, kimia dan biologi tanah fakultas pertanian,
Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat-alatyang digunakan pada praktikum ini dalah 1). Erlenmeyer
250 ml; 2). Buret 50 ml; 3). Gelas ukur 10 ml; 4). Gelas ukur 100 ml; 5). Pipet
tetes; 6). Pipet ukur 10 ml; 7). Spreyer; 8). Timbangan 2 desimal (Neraca Analitik).
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 1).
Aquadest; 2). Asam sulfat pekat; 3). Asam fosfat pekat; 4). Ferrous amonium
sulfat; 5). Indikator diphenylamine.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum penetapan pH tanah di
laboratorium kali ini ini yaitu:
1. Timbang contoh tanah kering udara 0,5 gr ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Kemudian tambahkan 10 ml kalium dikromat 1 N dengan buret.
3. Kemudian digoyangkan dengan datar dan memutar.
4. Warna harus tetap merah jingga kalau merah hijau atau biru tambahkan lagi
kalium dikromat dengan asam sulfat pekat(Fa) dan jumlah penambahan dicatat.
Diamkan sampai dinggin kurang lebih 30 menit.
5. Untuk blanko menggunakan prosedur yang sama.
6. Setelah dinggin tambahkan 100 ml aquadest, 5 ml asam fosfat dan 2,5 ml
natrium klorida.
7. Tambahkan 10 tetes indikator dyfennylamine, kemudian titrasi dengan ferrous
amonium sulfat sampai warna biru berlian.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum penetapan pH tanah di laboratorium kali ini ini
yaitu:

Jenis Tanah % C - Organik % Bahan Organik

Mineral (0-30 cm) 4,80% 8,24%

Mineral (30-60 cm) 4,18% 7,21%

Mineral (60-60 cm) 4,65% 8,01%

Pasang Surut (30-60) 57,70% 99,30%

Rawa Lebak (60-90 cm) 7,90% 13,70%

Keterangan:
Kelompok 1 : rawa lebak 60-90 cm
Kelompok 2 : pasang surut 30-60 cm
Kelompok 3 : mineral 10-20 cm
Kelompok 4 : mineral 21-60 cm
Kelompok 5 : mineral 61-90 cm

4.2. Pembahasan
Adapun pembahasan yang dapat saya bahas pada praktikum penetapan
bahan organik di laboratorium kali ini yaitu pada ketiga jenis tanah yang berjumlah
lima sampel mempunyai kadar bahan organik yang berbeda-beda. Bahan organik
tanah merupakan kumpulan dari beragam senyawa-senyawa organik kompleks
yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil
humifikasi maupun senyawa anorganik hasil mineralisasi, termasuk mikroba
heterotrofik dan ototrofik yang terlibat. Dalam pengelolaan bahan organik tanah
sumbernya dapat berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang,
pupuk hijau, pupuk kompos, serta pupuk hayati.
Pada tanah mineral kedalaman 0 cm sampai 30 cm dan tanah rawa lebak
kedalaman 60 cm sampai 90 cm memiliki %C-Organik dan %Bahan Organik yang
hampir sama yaitu untuk %C-Organik adalah 4,8 % dan %Bahan Organik adalah
8,2 %. Pada kedua sampel tanah tersebut, merupakan sampel yang memiliki jumlah
%C-Organik dan %Bahan Organik yang paling banyak diantar sampel yang lain.
Hal tersebut dikarenakan pada kawasan tanah tersebut sumber bahan organik
seperti sersah tanaman, sersah daun dan senyawa organik dari hewan cukuplah
banyak.
Pada tanah mineral lapisan 31 cm sampai 60 cm kami mendapatkan %C-
Organik dan %Bahan Organik yaitu %C-Organik adalah 0,35 % dan %Bahan
Organik adalah 0,61 % sedangkan untuk tanah mineral dengan kedalaman 61 cm
sampai 90 cm memiliki 0,39 %C-Organik dan 0,67 %Bahan Organik.
Sedangkan untuk sampel tanah pasang surut yang kami ambil yaitu dengan
kedalaman tanah 30 cm sampai 60 cm didapatkan nilai %C-Organik dan %Bahan
Organik yaitu %C-Organik 0,66 % dan %Bahan Organik sebanyak 1,142 %. Salah
satu penyebab kandungan bahan organik pada tanah pasang surut yaitu dikarenakan
sering tergenangnya tanah dan sersah tanaman sehingga proses dekomposisi sersah
tanaman terhambat.
Dari hasil pengecakan bahan organik tanah yang di dapatkan, dapat kita
tentukan bahwa tanah mineral kedalaman 0 cm sampai 30 cm dan tanah rawa lebak
memiliki jumlah kadar bahan organik yang tinggi dan tanah mineral dengan
kedalaman 31 cm sampai 90 cm serta tanah pasang surut merupakan tanah yang
memiliki kadar %Bahan Organik yang rendah sehingga harus dilakukan
pengolahan tanah terlebih dahulu sebelum melakukan penanaman.
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disumpulkan pada praktikum penetapan pH
tanah di laboratorium kali ini yaitu:
1. Bahan organik merupakan suatu kumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa
humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi.
2. Tanah mineral kedalaman 0 cm sampai 30 cm dan tanah rawa lebak kedalaman
60 cm sampai 90 cm memiliki %C-Organik dan %Bahan Organik yang hampir
sama yaitu untuk %C-Organik adalah 4,8 % dan %Bahan Organik adalah 8,2 %.
Pada tanah mineral lapisan 31 cm sampai 60 cm kami mendapatkan %C-Organik
dan %Bahan Organik yaitu %C-Organik adalah 0,35 % dan %Bahan Organik
adalah 0,61 % dan untuk tanah mineral dengan kedalaman 61 cm sampai 90 cm
memiliki 0,39 %C-Organik dan 0,67 %Bahan Organik. Sedangkan untuk sampel
tanah pasang surut yang kami ambil yaitu dengan kedalaman tanah 30 cm
sampai 60 cm didapatkan nilai %C-Organik dan %Bahan Organik yaitu %C-
Organik 0,66 % dan %Bahan Organik sebanyak 1,142 %.
3. Bahan Organik tanah berfungsi memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum penetapan Bahan
Organik di laboratorium kali ini yaitu diharapkan praktikum ini dapat diterapkan
secara langsung agar tanah-tanah di daerah Sumatera Selatan dapat di analisis
kemudian diketahui kebutuhan tanahnya agar tanah tersebut dapat dimanfaatkan
dan dapat digunakan dalam produksi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Dermiyati. 2015. Sistem Pertanian Organik Berkelanjutan. Plantaxia: Lampung.


Direktorat Pangan dan Pertanian. 2014. Studi Perkuliahan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional(RPJMS) Bidang Pangan Dan Pertanian.
Direktorat Pangan Dan Pertanian. Bappenas: Jakarta.
Hanafiah. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi 1-3. Jakarta: Rajawalipress.
Marzuki, Sufardi dan Manfarizah. 2011. Sifat Fisika dan Hasil Kedelai (Glycine
max L) pada Tanah Terkompaksi Akibat Cacing Tanah dan Bahan Organik.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. 1(1) : 23-31.
Nugroho. 2012. Ilmu Tanah. PT Terpadu Sarana Pustaka Akademika Pressindo:
Jakarta.
Kartasapoetra. 2015. Pengapuran Tanah Pertanian Edisi Revisi. Kanisius:
Yogyakarta.
Salam, A. K. 2012. Ilmu Tanah Fundamental. Bandar Lampung: Global Madani
Press.
Sarwono. 2013. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Septiani, Dewi. 2012. Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens).
Politeknik Negeri Lampung: Lampung.
Supriat, Yati. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius:
yogyakarta.
Tan, K.H. 2010. Principles of Soil Chemistry Fourth Edition. CRC Press Tailor and
Francis Croup. Boca Raton. London. New York. 362.
Zulfadli, Muyassir dan Fikrinda. 2012. Sifat Tanah Terkompaksi Akibat Pemberian
Cacing Tanah dan Bahan Organik. Jurnal Managemen Sumberdaya Lahan.
1(1) : 54-61.
LAMPIRAN

Foto larutan tanah Pengambilan natrium flourida dengan


menggunakan pipet ukur 10 ml

Penambahan 2.5 ml natrium flourida Penambahan 5 ml asam fosfat


Penambahan kalium dikromat 1N Penambahan asam sulfat pekat di lemari
asam

Penggoyangan atau pencampuran Foto larutan blanko


larutan dalam lemari asam

Anda mungkin juga menyukai