LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
DI SUSUN OLEH :
I. PENDAHULUAN
Komponen organik tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah
aktif.Komponen organik tak hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan biologi, yang
dipisahkan ke dalam bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya masih tampak dan bahan-bahan
yang telah terlapuk sempurna (Hardjowigeno,2003).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki
beberapa peranan kunci di tanah.Disamping itu bahan organik tanah memiliki fungsi – fungsi yang
saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba
yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah,
dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2005).
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Bahan Organik dilaksanakan pada hari Kamis 22 Oktober 2015 pukul
10.00 Wita - selesai dan bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2. Alat Dan Bahan
3.2.1. Lapangan
Bahan yang digunakan pada pengamatan dilapangan adalah sampel tanah yang mengandung bahan
organik dan humus yang baru diambil dilapangan dilapisan permukaan (top soil) dan lapisan
bawah permukaan (sub-soil). Adapun alat yang digunakan adalah lup dan buku munsel.
3.2.2. Laboratorium
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum bahan organik tanah di laboratorium adalah sampel
tanah kering udara, aquades, larutan , larutan , indikator diphenilamin dan ammonium ferro sulfat.
Adapun alat yang digunakan adalah neraca analitis, labu Erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, gelas
ukur, buret 50 mL.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1. Prosedur Kerja di Lapangan
Pengamatan dilakukan secara kualitatif pada tiga aspek yaitu biota tanah, warna tanah dan struktur
tanah. Prosedur pengamatan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mematahkan bongkah dan agregat tanah dengan tangan.
2. Mengamati keberadaan dan keragaman biota di kedua lapisan.
3. Menggunakan lup untuk mengamati jasat yang kecil.
4. Mengamati struktur tanah dengan cara mencelupkan agregat kedalam tanah.
5. Mengukur agregat dan pori makro dengan menggunakan lup dan mistar
6. Membandingkan apa yang telah diamati antara lapisan tanah permukaan, dengan lapisan dibawah
permukaan.
3.3.2. Prosedur Kerja di Laboratorium
Prosedur kerja bahan organik tanah dilaksanakan dengan carasebagai berikut:
1. Menimbang contoh tanah dengan menggunakan neraca analitis sebanyak 1 gram.
2. Memasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL.
3. Menambahkan 10 mL larutan 1N (pipet) den reaksikan dengan 5 mL. dan biarkan reaksi
berlangsung hingga beberapa menit.
4. Menambahkan aquades 100 mL.
5. Menetesi 3-5 indikator diphenylamine dan titrasi dengan ammonium ferro sulfat 0,25 N.
6. Mencatat volume titran yang digunakan begitu pula dengan normalitasnya.
7. Menghitung % bahan organik dengan menggunakan rumus
Berdasarkan hasil perhitungan kandungan bahan organik pada lapisan I, II, dan III maka diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Bahan organik dengan metode di laboratorium.
Tanah Lapisan % Bahan Organik
Lapisan I 5,78 %
Lapisan II 5,84 %
Lapisan III 3,26 %
4.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa tanah lapisan satu memiliki warna tanah7,5 YR 3/2
(dark brown), keberadaan biota pada tanah lapisan satu kurang dan jenis biota yang terdapat pada
tanah lapisan satu yaitu semut, tipe struktur blockydengan ukuran agregat dan pori < 0,002 mm
dan memiliki kestabilan agregat kuat atau stabil karena pada saat pengamatan, tanah tidak terlarut
dalam air. Jika dilihat dari data tersebut bahwa tanah lapisan satu memiliki kandungan bahan
organik yang sedikit.
Jika dilihat dari keberadaan biota pada lapisan satu sangat sdikit, bahkan didalam
pengamatan yang dilakukan hanya ditemukan semut, hal ini membuktikan bahwa tanah tersebut
mengandung sedikit bahan organik karena tanah tersebut telah mengalami pelindian. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa biota ataupun mikrobia dapat
hilang melalui pelindian (leaching).
Sesuai dengan tabel diatas yang menunjukkan bahwa lapisan kedua mengandung bahan
organik lebih tinggi dari pada lapisan pertama, hal ini sebenarnya adalah hal yang sangat langkah
karena seperti yang kita ketahui bahwa bahan organik yang paling tinggi terdapat dilapisan
pertama. Namun ada kemungkinan lapisan pertama lebih sedikit bahan organiknya dibanding
lapisan kedua karena beberapa faktor menurut Hakim (1986) yaitu, terjadinya leaching unsur hara
yang mengakibatkan kehilangan unsur hara karena terbawa oleh air turun ketanah yang bawah dan
terjadinya penguapan unsur hara yang menyebabkan kesuburan tanah menurun dikarenakan tanah
terkena matahari langsung.
Kemungkinan yang lain yang menyebabkan lapisan kedua mengandung bahan organik lebih
tinggi dibanding lapisan pertama adalah karena kemungkinan terdapat kekeliruan dalam
penimbangan ataupun timbangan yang mungkin mengalami masalah, karena menurut Hanafiah
(2014) walaupun tanah terdiri dari beberapa lapisan, namun bagi tanaman yang sangat penting
adalah lapisan paling atas (top soil) karena mengandung bahan organik yang paling tinggi
dibanding lapisan dibawanya.
DAFTAR PUSTAKA
Foth H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hakim, Nurhajatidkk.1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Hardjowigeno S, 2003, Ilmu Tanah. Jakarta: PT Medityatama Sarana Perkasa.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius
LAMPIRAN
Hasil Perhitungan Bahan Organik Lapisan I Tanah Terganggu:
Diketahui:
ml B = 36,5 mL
ml t = 2,9 mL
N = 0,25 N
mg = 1000 mg
Ditanyakan:
% Bahan Organik = ...?
Penyelesaian:
%C= ((ml B-ml t) N ×3×1,33)/(mg contoh tanah tanpa air)×100%
%C= ((36,5-2,9) N ×3×1,33)/1000×100%
%C= ((33,6) 0,25 ×3×1,33)/1000×100%
%C= 33,516/1000×100%
%C= 3,3516 %
% Bahan Organik=%C ×1,724
% Bahan Organik=3,3516 % ×1,724
% Bahan Organik=5,78 %