PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari laporan ini adalah memberikan kontribusi
informasi mengenai pengukuran pH tanah, penetapan N-Total tanah, penetapan P-Tersedia
serta penetapan C-Organik tanah kepada pembaca maupun pendengar. Selain itu, laporan ini
juga bermanfaat secara langsung kepada tim penulis karena memberikan pemahaman lebih
terkait materi yang dibahas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesuburan Tanah
Tanah bersama air dan udara merupakan sumber daya alam utama yang sangat
mempengaruhi kehidupan. Tanah mempunyai fungsi utama sebagai tempat tumbuh dan
berproduksi tanaman. Kemampuan tanah sebagai media tumbuh akan dapat optimal jika
didukung oleh kondisi fisika, kimia dan biologi tanah yang baik yang biasanya menunjukkan
tingkat kesuburan tanah (Arifin, 2011). Tingkat kesuburan tanah yang tinggi menunjukkan
kualitas tanah yang tinggi pula. Kualitas tanah menunjukkan kemampuan tanah untuk
menampilkan fungsi-fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem, untuk menopang
produktivitas biologi, mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan
tanaman, binatang, dan manusia (Winarso, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, sangat jelas
kualitas tanah sangat erat hubungannya dengan lingkungan, yaitu tanah tidak hanya dipandang
sebagai produk transformasi mineral dan bahan organik dan sebagai media pertumbuhan
tanaman tingkat tinggi, akan tetapi dipandang secara menyeluruh yaitu mencakup fungsi-
fungsi lingkungan dan kesehatan.
2.2 Reaksi Tanah (pH)
Dalam sistem tanah, pH tanah cenderung dikaitkan dengan kumpulan dari berbagai
kondisi tanah, salah satunya adalah ketersediaan hara bagi tanaman. Banyak proses-proses
yang mempengaruhi pH suatu tanah, diantaranya adalah keberadaan salah satunya asam sulfur
dan asam nitrit sebagai komponen alami dari air hujan (Foth, 1984). Terdapat dua jenis
kemasaman tanah, yaitu kemasaman potensial dan kemasaman aktif. Kemasaman potensial
adalah kemasaman yang berasal dari ion-ion H+ yang terjerap oleh kompleks liat yang dapat
dipertukarkan dan menyebabkan terbentuknya kemasaman potensial, sedangkan ion H+ yang
dapat dipertukarkan berdisosiasi menjadi ion H+ bebas yang merupakan sumber kemasaman
aktif. Kemasaman aktif inilah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Tan, 1991). Reaksi
tanah (pH) dapat dijadikan indikator kesuburan tanah. Kondisi pH tanah optimum untuk
ketersediaan unsur hara adalah sekitar 6,0−7,0. Pada pH kisaran 7 semua unsur hara makro
dapat tersedia secara maksimum dan unsur hara mikro tersedia tidak maksimum. Unsur hara
mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga pada pH kisaran 7,0 akan
menghindari toksisitas. Pada reaksi tanah (pH) di bawah 6,5 akan terjadi defisiensi P, Ca, Mg
dan toksisitas B, Mn, Cu dan Fe. Sementara itu pada pH 7,5 akan terjadi defisiensi P, B, Fe,
Mn, Cu, Zn, Ca, Mg dan toksisitas B juga Mo (Hanafiah, 2004). Koloid humus selain sebagai
tempat terjerapnya kation-kation juga berperan sebagai situs pembebasan kation-kation basa
(Tan, 1991). Hilangnya kandungan bahan organik akibat erosi dan proses oksidasi yang cepat
pada lahan pertanaman ubi kayu akan berakibat pada reaksi-reaksi kimia yang ada di dalam
tanah. Menurut Nyakpa dkk. (1988), bahan organik sebagai sumber koloid organik akan
mempengaruhi kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, dan kemasaman tanah. Kejenuhan basa
juga sangat erat kaitannya dengan pH tanah, semakin tinggi kejenuhan basa artinya tanah
didominasi oleh kation basa dan semakin sedikit jumlah kation-kation masam. Koloid humus
dari hasil dekomposisi bahan organik juga berperan sebagai situs pembebasan kation-kation
basa yang akan meningkatkan pH tanah (Tan, 1991). Menurut penelitian Purwanto (2012),
terbukanya lahan menyebabkan penurunan kandungan bahan organik tanah dan intensifnya
pencucian hara oleh air hujan. Hal ini mengakibatkan leaching kation-kation basa, sehingga
akan menurunkan kejenuhan basa yang menyebabkan pH tanah menurun.
2.3 N-total
Unsur hara N merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5% bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah, 2005). Menurut
Hardjowigeno (2003), nitrogen dalam tanah berasal dari : a) bahan organik tanah yaitu bahan
organik halus dan bahan organik kasar, b) pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, c)
pupuk, dan d) air hujan. Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya
berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik
khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik
juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses sproses dekomposisi oleh
aktifitas jasad renik tanah. Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman
atau mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada
lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3% dari jumlah tersebut
(Hardjowigeno, 2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman
pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim,
dan persenyawaan lain (Susanto, 2005). Kadar nitrogen tanah biasanya sebagai indikator basis
untuk menentukan dosis pemupukan urea. Fungsi N adalah memperbaiki sifat negatif tanaman.
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau, gejala kekurangan N,
tanaman tumbuhan kerdil dan daun-daun rontok dan gugur. N tanah pada lahan gambut
biasanya lebih besar dibandingkan pada tanah mineral (Soewandita, 2008). Menurut
Radjagukguk (1997) cit Hartatik et al. (2011), dalam tanah gambut ketersediaan N untuk
tanaman relative rendah karena N tanah gambut tersedia dalam bentuk N-organik. Hal ini yang
menyebabkan perbandingan C/N pada lahan gambut relatif tinggi saat dilakukan analisis N-
total.
2.4 P – tersedia
Unsur hara P merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam
pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan sebagai
fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur pokok dari protoplasma. Fosfor
terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber fosfor alami dalam air berasal dari pelepasan
mineral-mineral dan biji-bijian (Sutedjo, 2008). Ketersediaan fosfor didalam tanah ditentukan
oleh banyak faktor, tetapi yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah,
fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau
aluminium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman.
Pada tanah ber pH tinggi, fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk ion
kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan
demikian, tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfat tidak akan berpengaruh bagi
pertumbuhan tanaman (Sutedjo,2008). Menurut Hartatik dan Idris (2008) fosfat alam yang
mempunyai reaktivitas tinggi memberikan kelarutan yang cukup tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai sumber P pada tanah gambut. Istomo (2006) menyatakan bahwa P dalam
tanah dominan berasal dari pelapukan batuan, sedangkan P dalam tanah gambut berasal dari P-
organik. Pada tanah mineral untuk tumbuhan optimal tanaman memerlukan P sebesar 0,3 –
0,5% dan 0,04% P dari berat kering tanaman pada tanah gambut.
2.5 C- Organik
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang,
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa
mencemari tanah dan air (Hanafiah, 2005). Lahan gambut memiliki cadangan karbon yang
sangat tinggi yakni sebesar 60% dan kandungan C-organik > 12% pada kedalaman 50 cm.
Cadangan karbon tanah gambut dipengaruhi oleh tingkat ketebalan gambut, semakin tinggi
kandungan karbon yang terdapat didalamnya.
Kandungan bahan organik pada masing-masing horizon merupakan petunjuk besarnya
akumulasi bahan organik dalam keadaan lingkungan yang berbeda. Komponen bahan organik
yang penting adalah C dan N. Kandungan bahan organik ditemukan secara tidak langsung yaitu
dengan mengalikan kadar C dengan suatu faktor yang umumnya sebagai berikut : kandungan
bahan organik = C x 1,724. Bila jumlah C-organik dalam tanah dapat diketahui maka
kandungan bahan organik tanah juga dapat dihitung. Kandungan bahan organik merupakan
salah satu indikator tingkat kesuburan tanah (Susanto, 2005). C-organik tanah menunjukkan
kadar bahan organik yang terkandung didalam tanah. Tanah-tanah gambut biasanya
mempunyai tingkat kadar C-organik yang lebih tinggi dibandingkan tanah mineral. Kadar C-
organik mengindifikasi tingkat kematangan gambut. Gambut dari jenis fibrik tingkat kadar C-
organiknya akan lebih tinggi dibandingkan dengan saprik dan hemis (Soewandita, 2008).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Persiapan Alat
Botol Kocok Gelang Karet
Timbangan pH Meter
Kertas Timbang Konduktometer
Mesin Pengocok Botol film
B. Persiapan Bahan
Tanah C
Aquades
Larutan Buffer
C. Langkah Kerja
1. Timbang 10 gr tanah kering udara, masukkan kedalam botol kocok dan
tambahkan aquades sebanyak 25 ml
2. Kocok selama 30 menit di mesin pengocok dengan mengeratkan botol dan
alat pengocok dengan gelang karet, diamkan selama 5 menit
3. Ukur dengan pH meter yang telah distandarisasi dengan larutan buffer pH 4
- 7, tunggu hingga angka digital tidak berubah dan catat hasilnya.
4. Mengukur DHL dengan konduktometer, dituang air ke dekantarasi ke dalam
botol film dan catat hasilnya.
A. Persiapan Alat
Labu Kjedahl (maro Gelas ukur 50 ml
Kjedahl) 100 ml Erlenmeyer 100 ml
Alat destruksi Buret
Ruang destruksi Pipet
Alat penyulingan Neraca.
B. Persiapan Bahan
1. Asam sulfat pekat p.a
2. Campuran selenium (1,55 gr CuSO4 anhidrus + 96,90 NaSO4 anhidrus +
1,55 gr selen), dihaluskan dicampur sampai rata.
3. Asam Borat 1% (imbang 10 gr H3BO3 dilarutkan dengan aquades hingga 1
liter)
4. Asam sulfat 0,05% (labu ukur 1000 ml tambah aquades setengahnya,
tambah 1,4 ml H2SO4 pekat kocok bolak balik, kemudian tambah aquades
sampai 1000 ml, dan normalitasnya dengan Boraks 0,05 N dengan meras
sebagai indicator).
5. Natrium hidroksida 30% (pada beker gelas 1 litermasukkan 400 gr NaOH
tambahkan berlahan-lahan aquades 600 ml, setelah dingin masukkan
kedalam labu ukur 1 liter dan tambahkan aquades sampai tanda garis).
6. Indicator N yaitu campuran merah metil + hijau bromkresol (timbang 0,10
gr metil merah + 0,15 gr hijau kresol, larutkan dengan 200 ml etanol 96%)
7. Batu didih
C. Langkah Kerja
1. Timbang tanah 1 gr (C), masukkan ke dalam labu Kjedahl
2. Tambahkan 1 gr selenium
3. Tambahkan 3 ml H2SO4 pekat
4. Panaskan di kompor diruang destruksi, sampai warna puih (±15 menit)
5. Keluarkan dari ruangan destruksi biarkan sampai dingin
6. Tambahkan 100 ml aquades dan 20 ml NaOH 30% dan 2 buah batu didih
7. Letakkan diatas kompor makro Kjedahl set untuk di destilasi
8. Tampung destilat dengan elenmeyer 100 ml yang telah berisi 15 ml H3BO3
1% + 1 tetes indicator N
9. Destilasi dihentikan setelah mencapai volume menjadi 750 ml
10. Destilat difiltrasi dengan H2SO4 0,05 N, sampai warna menjadi merah.
11. Blanko : 20 ml
A. Persiapan Alat
Timbangan Pipet 10 ml
Botol pengocok Labu ukur
Tabung reaksi standar Kertas tissue dengan
Corong Spektrometer
Kertas saring Whatman 42
B. Persiapan Bahan
1. Larutan baku (HCl 1,25 N + HF 1,5 N). caranya: 58% + 700 ml Aquades.
Sesuaikan pH hingga 7.0 dengan menambahkan NH4OH. Tambahkan HCl
pekat dan encerkan menjadi 1 liter.
2. Larutan P-A yaitu: campuran dari (HCl 0,025 N + NH4F 0,03 N). Larutan
20ml larutan PA menjadi 1liter, atau 1,11gr NH4F + 4,16 ml HCl 6 N/liter.
3. Larutan P-B yaitu: larutan 3,8 gr NH4-molibdat dalam 300 ml H2O
padasuhu 600 C lalu didinginkan. Larutan 5,0 gr asamborat dalam 500 ml
H2O dan tambahkan 75 ml HCl pekat. Tambahkan larutan molibdat dan
encerkan menjadi 1 liter.
4. Larutan P-C yaitu: campurkan 2,5 gl-amino-2naftol-4 sulfanat + 5,0 g
Na2SO3 dan 146 g Na2SO5. Kemudian tumbuk sampai halus dalam
lumping porselin. Ambil 8 g dari serbuk pereduksi tadi masukkan dala
elenmeyer 100 ml tambahkan 50 ml air panas. Biarkan selama 12-16 jam
sebelum dipakai sebagai larutan P-C.
C. Langkah Kerja
1. Timbang 1,5 g tanah, masukkan ke dalam botol kocok
2. Tambah 5 ml PA, kocok 15 menit dengan mesin pengocok
3. Saring dengan kertas saring Whatman 42, tunggu sampai habis
4. Tamping air saringan tesebut dengan tabung reaksi
5. Pipet 5 ml filtrate, masukkan kedalam tabung rekasi baru
6. Tambahkan 5 ml pelarut PB, lalu kocok dengan tangan
7. Tambahkan 3 tetes larutan PC, kocok dengan tanagan tunggu 15 menit
8. Tetapkan dengan spectrometer
9. Buat standard (0,1,2,3,4,5)
A. Persiapan Alat
Pipet ukuran 10ml, 5ml Erlenmeyer 50ml
Gelas ukur 10ml Buret
Botol seprot Neraca
B. Persiapan Bahan
Contoh tanah yang lolos H3PO4 85%
ayakan 0,05 mm FeSO4 1 N
K2Cr2O7 1 N Indicator Diphenilamen
H2SO4 pekat Aquades.
C. Langkah Kerja
1. Timbang 1 gr tanah, lalu masukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml.
2. Tambahkan 10 ml K2Cr2O7 1 N dengan pipet, goyang-goyangkan sampai
tercampur dengan tanah.
3. Tambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan pipet goyangkan sehingga merata.
(warna harus tetap merah jingga). Apabila warnanya hijau, tambahkan lagi
kalium Bikromat dan asam sulfat pekat. (catat penambahannya)
4. Biarkan selama 30 menit, sampai dingin
5. Tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml Indikator DP (diphenyl amine).
6. Tambahkan aquades dengan botol semprot sampai volumenya 50ml
7. Kocok sampai homogeny, biarkan sampai mengendap (bagian atas bening)
8. Ambil larutan bagian atas yang jernih sebanyak 5 ml, masukkan kedalam
Erlenmeyer 50 ml + 15 ml aquades.
9. Buat juga blangko (tanpa tanah) dengan langkah yang sama seperti no 2-8.
10. Titrasi blangko terlebih dahulu dengan FeSO4 1N, sanpai warna kehijauan
(catat M FeSO4)
11. Lanjutkan titrasi sampel A-D, hingga warnannya sama dengan blangko
(catat M FeSO4)
Hasil Praktikum:
1. Hasil perhitungan tanah C menggunakan pH meter adalah 6,88 jadi tanah tersebut
pHnya netral (Nilai pH=7) artinya kepekatan ion H+ dalam larutan tanah sama
dengan kepekatan ion OH-
2. Hasil perhitungan DHL dengan konduktor meter adalah 8,70
Hasil Praktikum:
1. Didapatkan jumlah KU pada tanah C adalah 5,4%
2. Persen N yang didapatkan dari tanah C dengan cara penetapan N Kjedahl adalah
1,7% Jadi kandungan N pada tanah C tersebut sangan tinggi.
Hasil Praktikum:
Dari percobaan kadar P-tersedia dengan metode Bray-1 dari tanah C mendapatkan
kandungan P-tersedia sebesar 440,931 ppm (Terlampir). Jadi pada tanah C kandungan P-
tersedianya sangat tinggi.
Kadar P- Tersedia (ppm)
P – Larutan X 15 X 10 X 100 + KU
1,5 5 100
= 440,931 ppm
Perhitungan C-Organik
100 + KU
C-Organik = (B-A) X 3,596% X N FeSO4 X
100
100 + 5,4 %
C-Organik = (1-0,5) X 3,596% X 1N X
100
105,4
C-Organik = ( 0,5 ) X 3,596% X 1N X
100
C-Organik = 189,5
100
C-Organik = 1,89%
5.1 Kesimpulan
Kelompok kami memilih tanah C sbagai bahan percobaan praktikum, hasil dari
perhitungan yang kami dapatkan adalah:
1. Hasil perhitungan tanah C menggunakan pH meter adalah 6,88 jadi tanah tersebut
pHnya netral (Nilai pH=7) artinya kepekatan ion H+ dalam larutan tanah sama
dengan kepekatan ion OH-
2. Hasil perhitungan DHL dengan konduktor meter adalah 8,70
3. Didapatkan jumlah KU pada tanah C adalah 5,4%
4. Persen N yang didapatkan dari tanah C dengan cara penetapan N Kjedahl adalah
1,7% Jadi kandungan N pada tanah C tersebut sangan tinggi.
5. Dari percobaan kadar P-tersedia dengan metode Bray-1 dari tanah C mendapatkan
kandungan P-tersedia sebesar 440,931 ppm (Terlampir). Jadi pada tanah C
kandungan P-tersedianya sangat tinggi.
6. Pada saat perhitungan C-organik dari tanah C didapatkan sebesar 1,89%
(Terlampir), jadi bahan organik yang terkandung dalam tanah C merupakan tanah
yang subur dan kaya akan Bahan Organik
7. Dari perhitungan di dalam mesin kadar bahan organik sebesar 3,258% (Terlampir),
jadi kadar bahan organik di tanah C sangat baik dan subur.
5.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa dalam melakukan praktikum selalu utamakan keselamatan dan
melakukan praktikum dengan benar dan akurat, tetapi berhati-hati agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan. Selalu ikuti buku penuntun praktikum dan lakukan praktikum dibawah
pengawasan dosen pembimbing. Catat data dengan akurat dan jangan sampai hilang agar tidak
terjadi pemalsuan data.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Kurniawan. 2009. Kondisi Fisik, Kimia Dan Biologi Tanah Pasca Reklamasi Lahan
Agroforstry Di Area Penambangan Bahan Galian pasir Kecamatan Astanajapura
Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat.[Skripsi] pada Departemen Silvikultur. Bogor
: IPB.
Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisika Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan dalam
Hubungannya dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA Vol. XII.
(2) : 72 – 144.
Foth, H.D. 1984. Fundamental of Soil Science. John Willey and Sons. New York.
Hanafiah,K.A., 2004. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Palembang.
Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo. 296 Halaman
Hartatik, W. dan K. Idris. 2008. Kelarutan fosfat alam dan SP-36 dalam gambut yang diberi
bahan amelioran tanah mineral. Jurnal Tanah dan Iklim, 10 (27) : 45-56.
Istomo. 2006. Kandungan Fosfor Dan Kalsium Pada Tanah Dan Biomassa Hutan Rawa
Gambut. Jurnal Majemen Hutan Tropika. 7(3):40-57
Kim H.Tan, 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah, penerbit Gajah Mada University Press.
Cetakan kedua. Jakarta.
Lee, J. S., H. J. Lee, S. H. Lee. 2002. Decomposition and 15 N Fate of Rice Straw in Pody Soil.
Korean J. Crop Sci.
Nugraha, Gustian. 2013. Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap pertumbuhan Padi.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Nyakpa, Y. dkk. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung
Purwanto.2012. dasar-dasar ilmu tanah. Yogyakarta : kanisius
Sahiri, N. 2003. Pertanian Organik :Prinsip Daur Ulang Hara, Konservasi Air dan Interaksi
Antar Tanaman. Makalah Indiidu Pengantar Falsafah Sain. Institut Pertanian Bogor.
Soewandita, H. 2008. Studi kesuburan tanah dan analisis kesesuaian lahan untuk komoditas
tanaman perkebunan di kabupaten bengkalis. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia,10
(2) : 128-133.
Susanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogjakarta.
Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta
Winarso, S.2005. Kesuburan Tanah:Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava media.
Jogjakarta. 269 hal.
Anonim, 2015. Takaran, Kandungan dan Manfaat Pupuk Urea untuk Tanaman. Diakses di
https://sentrabudidaya.com/takaran-kandungan-dan-manfaat-pupuk-urea-untuk-
tanaman/. Pada tanggal 16 Desember 2018. Pukul 09.44 Wita
Gani, Anischan. Bagan Warna Daun (BWD). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Diakses di
https://www.dpi.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0008/199457/Ses3-Leaf-colour-
chart.pdf