Anda di halaman 1dari 11

PENETAPAN PH DAN BAHAN ORGANIK (BO) TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

Oleh:
Toni Wijaya
522019030

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2020
I. DASAR TEORI
pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan
keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara
5–7,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan
tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung. Di dalam kultur larutan umumnya
tanaman budidaya yang dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih
(Bunting, 1981).
PH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah). Makin
tinggi kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H sama
dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara
lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan
basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang
berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid
yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa
yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
Pengukuran pH tanah dilapangan dengan prinsip kalori meter dengan menggunakan
indicator (larutan, kertas lakmus), yang menunjukan warna tertentu pada pH berbeda (Mohr,
1972) kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan peertumbuhan tanaman
melalui pengaruhnya terhadap ketersedian unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun.
(Hanafiah, 1990).
Biasanya jika pH tanah semakin tinggi maka unsur hara semakin sulit diserap tanaman,
demikian juga sebaliknya jika terlalu rendah akar juga akan kesulitan menyerap makanannya
yang berada didalam tanah. Akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara atau pupuk yang
kita yang kita berikan jika pH dalam tanahsedang-sedang saja cenderung netral. (Tan,1990).
Beberapa unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila
pH digunakan dari 5,0 menjadi 7,5 atau 80 molidenium berkurang ketersediannya bila pH
diturunkan pada pH kurang dari 5,0 besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup
banyak sehingga dapat mengganggu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan
pertumbuhan tanaman (Hakim, 1986).
Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konesntrasi ion hidrogen H+ didalm tanah, makin
tinggi kadar ion H+ didalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Pada tanah-tanah
yang masam ion H+ lebih `tinggi dari pada OH- sedangkan pada tanah brsifat alkalis
kandungaan ion OH- lebih tinggi pada ion H+. kemasam tanah terdapat pada daerah dengan
curah hujan tinggi sedangkan pengaruhnya sangat besar padatanaman, seehingga kemasaman
tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Hakim, 1986)
Sifat kemasaman tanah ada dua jenis yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial,
kemasan aktif ialah yang diukurnya konsentrasi ion H+ yang terdapat pada pemakaian sehari-
hari. Sedangkan reaksi tanah adalahh banyaknya kadar hydrogen dapat ditukar oleh kompleks
koloid tanah (Hardjowigeno, 1987).
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan
berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam tanah sesudah
kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan dengan
persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah yang dinyatakan dengan
persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan yang terdapat dalam tanah tersebut
mengalami pengurangan kadar air secara permanen sebagai akibat pengurangan persediaan
kelembaban tanah (Sutanto 2005).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini harus
tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda.
Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lainnya. Air
merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk semua kehidupan.
Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus-menerus sama dengan presipitasi
(hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air
dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke
tempat lainnya dan dapat tercemar (Hanafiah 2014).
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik
kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik
menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus
akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi
lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh
lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan
organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik
(Foth,1994).
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks
yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi
maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi.(Hanafiah, 2014).
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna,
perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami
modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus
merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur
dengan mineral tanah (Sutanto,2005).
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting
dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur
karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada
dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-
bahan pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak
terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling penting dalam
mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini
akan mengalami dekomposisi dan terangkul ke lapisan bawah (Sutanto, 2005).
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tetanaman tergantung
pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju
dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik
meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor
tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi
tanah, ketersediaan hara terutama N P, K dan S (Hanafiah, 2014).
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena
kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada
tanah berdrainase baik. Di samping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah
juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang
rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya
sendiri (Hakim, 1986).
Bahan organik yang terkandung di dalam tanah lebih tinggi yang mengakibatkan tanah
pada lapisan ini cenderung lebih gelap, terutama pada lapisan I, karena merupakan lapisan
paling atas. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah adalah kedalaman lapisan di
mana menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di
lapisan atas, setebal 20 cm (15-20) %, makin ke bawah makin berkurang, contohnya pada
setiap lapiasan tanah inseptisol, makin ke bawah (Lapisan II) warnanya lebih muda daripada
lapisan I, dan II. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke
daerah dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Drainase buruk dimana air berlebih,
oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi dari
pada tanah berdrainase baik (Hakim, 1986).
II. TUJUAN
1. Untuk mengetahui nilai dari pH tanah.
2. Untuk mengetahui berapa bahan organik (bo) pada tanah.
3. Untuk mengetahui hubungan pH dan bahan organik

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
- Timbangan - pH meter
- Gelas ukur - pilius
- Pipet - kuvet
- Beaker glass - Erlenmeyer
- Shaker - Spektofotometer
2. Bahan :
- Sampel tanah komposit
- Aquades
- Kertas saring
- Larutan K2Cr2O7
- Larutan H2S04

IV. CARA KERJA


1. Penetapan pH tanah
10 gram sampel tanah komposit ditimbang dan dimasukan ke dalam
beaker glass lalu aquades dimasukan sebanyak 25 ml. larutan dikocok selama
10 menit dengan alat shaker. Setelah itu larutan diukur pHnya.
2. Penetapan bahan organik tanah
Tanah komposit ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukan ke dalam
beaker glass. Larutan K2Cr2O7 ditambahkan sebanyak 5 ml. larutan H2S04
ditambahkan sebanyak 10 ml dan didiamkan selama 10 menit. Lalu aqades
ditambahkan sebanyak 100 ml dan didiamkan selama 60 menit. Setelah itu
sampel larutan disaring dengan kertas saring dan corong yang dimasukan ke
dalam Erlenmeyer. Hasil saringan dimasukan ke dalam kuvet untuk dikur
absorbansinya dengan π 584 mm dan dicatat hasilnya.
V. HASIL PENGAMATAN
Hasil:
pH 6,9
BO 12,45%
KA 9,89%

Perhitungan:

X Y X.Y X^2
0 0 0 0
5 0,033 0,165 25
10 0,16 1,6 100
15 0,233 3,495 225
20 0,306 6,12 400
50 0,732 11,38 750
10 0,1464 2,276 150

Absorbansi y = 0,0162x - 0,016


R² = 0,9775
0,35

0,3

0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

0
0 5 10 15 20 25
-0,05

y = 0,0162x - 0,016
0,409 = 0,0162x - 0,016
0,409 + 0,016 = 0,0162x
0,425 = 0,0162x
0,425/0,0162 = x
x = 26,234

1. KA = 100%

= 100%
= 100%

= 9,89%

2. BKM =

= 455 mg

3. %BO = x x x 100%

= x x x 100%

= 12,45%
Regresi

b =

= 0,014mg
a =Y b.X
= 0,1464 (0,014.10)
= 0,064mg
c =

= 24,642mg
VI. PEMBAHASAN
1. Penetapan pH
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk mengukur nilai pH tanah. Dengan
menggunakan 10 gram sampel tanah komposit yang dimasukan ke dalam beaker glass
ditambah aquades sebanyak 25 ml yang berfungsi sebagai bahan pelarut sampel tanah.
kemudian larutan dikocok selama 10 menit dengan alat shaker agar larutan tanah dapat
tercampur dengan getaran yang dihasilakan. Setelah itu larutan diukur pHnya menggunakan
pH meter.
Hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan nilai pH sampel tanah sebesar 6,9.
Menurut Bunting (1981) level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar
antara 5–7,5. Tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan
tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung. Sehingga sampel tanah yang diukur
praktikan merupakan tanah yang baik karena termasuk level optimum untuk aplikasi
penggunaan lahan.
Menurut Tan (1990) biasanya jika pH tanah semakin tinggi maka unsur hara semakin
sulit diserap tanaman, demikian juga sebaliknya jika terlalu rendah akar juga akan kesulitan
menyerap makanannya yang berada didalam tanah. Akar tanaman akan mudah menyerap
unsur hara atau pupuk yang kita yang kita berikan jika pH dalam tanah sedang-sedang saja
cenderung netral.
2. Penetapan KA
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan
berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah (Hakim, 1986). Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan
nilai KA sebesar 9,89% dengan cara mengoven sampel tanah selama 24 jam untuk
mengurangi kadar air. Nilai KA ini digunakan untuk menghitung BKM.
3. Penetapan BO
Penetapan BO dengan menggunakan tanah komposit sebanyak 0,5 gram, kemudian
dimasukan ke dalam beaker glass. Ditambahkan larutan K2Cr2O7 sebanyak 5 ml yang berguna
untuk mengikat rantai C. Sedangkan larutan H2S04 ditambahkan sebanyak 10 ml dan
didiamkan selama 10 menit berguna untuk memisahkan rantai C dengan tanah. Lalu aqades
ditambahkan sebanyak 100 ml dan didiamkan selama 60 menit berguna untuk menghentikan
reaksi H2S04. Setelah itu sampel larutan disaring dengan kertas saring dan corong yang
dimasukan ke dalam Erlenmeyer. Hasil saringan dimasukan ke dalam kuvet untuk dikur
absorbansinya dengan π 584 mm untuk mengetahui nilai y.
Nilai BO yang telah dihitung dari sampel tanah sebesar 12,45%. Menurut Hakim
(1986) bahan organik yang terkandung di dalam tanah lebih tinggi yang mengakibatkan tanah
pada lapisan ini cenderung lebih gelap, terutama pada lapisan I, karena merupakan lapisan
paling atas. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah adalah kedalaman lapisan di
mana menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di
lapisan atas, setebal 20 cm (15-20) %, makin ke bawah makin berkurang, contohnya pada
setiap lapiasan tanah inseptisol, makin ke bawah (Lapisan II) warnanya lebih muda daripada
lapisan I, dan II. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke
daerah dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Drainase buruk dimana air berlebih,
oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi dari
pada tanah berdrainase baik. Sehigga sampel tanah yang telah diukur termasuk kelomopok
yang memiliki bahan organik sedang.
VII. KESIMPULAN
1. Nilai pH sampel tanah yang telah diukur adalah sebesar 6,9 dengan nilai itu samel
tanah termasuk netral.
2. Fungsi bahan organik yaitu untuk meningkatkan kadar bahan organic tanah dan
memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Sempel tanah yang kita uji
memiliki kadar bahan organik sebesar 12,45 % termasuk kelompok tanah yang
memiliki bahan organik sedang.
3. Hubungan pH dengan bahan organik ini sangat mempengaruhi untuk pertumbuhan
tanaman, karena unsur hara diperoleh juga dari bahan organik. Jika unsur hara
kekurangan bahan organik maka warna tanah tersebut berwarna kuning sedangkan
yang banyak dengan bahan organik warnanya hijau tua. Maka antara pH dan bahan
organik harus seimbang sehingga menghasilkan pH dan BO yang netral.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Bunting. 1981. Konservasi Tanah dan Air. CV. Pustaka buana: Bandung.
Foth H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika. Pressindo : Jakarta
Hanafiah, A.K. 1990. Dasar –Dasar Ilmu Tanah.Edisi 1–3 Jakarta Rajawalipress.
Hardjowigeno . S. 1987. Dasar –Dasar Ilmu Tanah, Akademik,Presindo Jakarta.
Hakim, 1986. dasar – dasar ILMU TANAH. Penerbit Universitas Lampung.
Soepardi G, 1979. Sifat Dan Ciri Tanah, The Nature and Properties of soild, by
Brandy, 1975.
Hakim, Nurhajatidkk.1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Hardjowigeno S, 2003, Ilmu Tanah. Jakarta: PT Medityatama Sarana Perkasa.
Pedoman Praktikum. 2008. Pedoman Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertaian
UPM : Probolinggo.
Pairunan,A Dkk.1985. Dasa - Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri
Indonesia Timur: Makassar.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius

IX. LAMPIRAN

Mengukur pH
Menimbang tanah

Memasukkan tahah ke Beaker glass


Absorbansi

Mencampur tanah dengan larutan


Nilai y

Mengambil larutan Oven tanah

Menyaring sampel

Anda mungkin juga menyukai