Anda di halaman 1dari 21

pH TANAH, C-ORGANIK, DAN KAPUR

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme,
membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan
tanah dikenal sebagai pedogenesis. Tanah adalah produk transformasi mineral dan
bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim,
organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama
kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk
asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya .
Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian.
Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman bisa optimal tentulah
harus memiliki kandungan unsur hara yang cukup,mengandung banyak bahan
organik yang menguntungkan. Tanah yang baik merupakan tanah yang
mengandung unsur hara yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung
kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik.dimana kandungan c-
organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan
organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang sebagian telah
mengalami perombakan.Bahan organik ini biasanya berwarna cokelat dan bersifat
koloid yang dikenal dengan humus.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang
terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya
adalah kandungan c-organik.Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang
dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.Bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan
bahan organik yang stabil atau humus.
1.2 Tujuan
Praktikum pH tanah, C-organik, dan kapur bertujuan agar praktikan untuk
mengetahui isi kandungan pH tanah, bahan organik, dan bahan kapur pada contoh
tanah yang diambil di di Kampung Besongol, Desa Sumberejo, Kecamatan pandaan
dan di Kampung Gondang, Desa Kepulungan Kecamatan Gempol, Kabupaten
Pasuruan, provinsi Jawa Timur.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran pH tanah, penetapan C-organik dan kapur


Pengukuran pH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasu ion hidrogen (di
dalam tanah), Semakin tinggi kadar ion di dalam tanah, semakin masam tanah
tersebut. Bila kandungan H sama dengan maka tanah bereaksi netral yaitu
mempunyai pH = 7(Hardjowigeno, 2010).
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat tumbuh
atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit tanaman untuk tumbuh
karena tanah bersifat masam dan mengandung toksik (racun). Sebaliknya, jika pH
tanah tinggi maka tanah bersifat basa dan mengandung kapur (Rusdiana, 2012).
Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan reaksi
asam-basa dalam tanah, yang dalam hal mana dinyatakan sebagai pH tanah. pH
merupakan ukuran aktivitas ion hidrogen (Rimud, 2014).
Reaksi tanah (pH) merupakan sifat kimia yang penting dari tanah sebagai
media pertumbuhan tanaman. Ketersediaan beberapa unsur hara essensial untuk
pertumbuhan. Tanaman dipengaruhi oleh pH tanah. Reaksi tanah dirumuskan
dengan pH = - Log [H+]. Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan
kemasaman cadangan (potensial). Kemasaman aktif disebabkan oleh adanya ion-
ion H+ bebas didalam larutan tanah, sedang kemasaman cadangan disebabkan oleh
adanya ion-ion H+ dan AL3+ yang teradsorpsi pada permukaan kompleks adsorpsi
(Sugeng, 2013).
Menurut Hasibuan (2015) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan
banyaknya konsentrasi ionhidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion
H+ dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan
ion-ion lain ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibanding
OH-, sedang pada tanah alkalin kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila
kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai
pH=7. Konsentrasi H+ atau OH- dalam tanah sebenarnya sangat kecil. Nilai pH
berkisar antara 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedang pH kurang dari 7 disebut
masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis.
ciri-ciri tanah masam adalah berbau busuk, permukaan air berkarat, dan
pertumbuhan lumut. Tanah yang masam menyebabkan penurunan ketersediaan
unsur hara bagi tanaman, meningkatkan dampak unsur beracun dalam tanah, dan
penurunan hasil tanaman (Kedungwaru, 2013).

Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik


kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa
humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan
termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada
didalamnya (Nabilussalam, 2011).

Sedangkan menurut Triesia (2011). C-Organik (Bahan organik) merupakan


bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang
bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang
terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor
biologi, fisika, dan kimia. C-Organik juga merupakan bahan organik yang
terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa
karbon di alam, dan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan
organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap
tanamantergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor
yangmempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan
faktortanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar
lignindan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur,
kelembaban,tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan
hara terutamaketersediaan N P, K dan S (Hanafiah, 2010)
I. METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar Ilmu Tanah “pengukuran pH, C-organik dan
kapur” dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Oktober dan 12 November 2019,
pukul 09.30-11.00 WIB. Bertempat di laboratorium Sumber Daya Lahan,
Fakultas Pertanian UPN “veteran” Jawa Timur

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Praktikum penetapan pH tanah, bahan organik dan kapur
menggunakan alat yaitu pengocok elektrik, timbangan analitik,
botol pengocok plastik, gelas ukur 20ml, pH meter, gelas arloji,
pipet tetes, dan label sticker

3.2.2 Bahan
Praktikum penetapan pH tanah, bahan organik dan kapur
menggunakan bahan yaitu Sample tanah 0-20 cm ukuran 0,5 mm,
Sample tanah 0-20 cm ukuran 0,5 mm, Air bebas ion atau air suling
(H2O), Larutan KCl 1N, Larutan Hidrogen Peroksida (H2O2) 10%,
dan Larutan Hydrochloric Acid (HCl) 6N

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Penetapan pH
a. Menimbang masing-masing 10 g tanah kering udara 0-20 cm
dan 20-40 cm ukuran 0,5 mm.
b. Memasukkan tanah yang sudah ditimbang kedalam 4 botol
pengocok plastic.
c. Menambahkan masing-masing 20 ml larutan air bebas ion
(H2O) pada 2 botol pengocok plastic.
d. Menambahkan masing-masing 20 ml KCl pada 2 botol
pengojok plastik.
e. Menempelkan label sticker untuk menandai asal dan jenis
tanah.
f. Mengocok botol pengocok plastic pada pengocok elektrik
selama 10 menit.
g. Mengukur pH suspensi menggunakan pH meter.

3.3.2 Penetapan Bahan Organik


a. Menyiapkan gelas arloji untuk tepat sample tanah
b. Menimbang masing-masing 5 g tanah kering udara 0-20 cm
ukuran 0,5 mm.
c. Menaruh tanah yang sudah ditimbang pada 2 gelas arloji.
d. Menempelkan label sticker untuk menandai asal atau jenis
tanah.
e. Meneteskan larutan H2O2 10% sebanyak 5 tetes pada setiap
tanah digelas arloji menggunakan pipet.
f. Mengamati perubahan reaksi yang terjadi.

3.3.3 Penetapan Kapur


a. Mengiapkan gelas arloji untuk tepat sample tanah
b. Menimbang masing-masing 5 g tanah kering udara 0-20 cm
dan ukuran 0,5 mm.
c. Menaruh tanah yang sudah ditimbang pada 2 gelas arloji.
d. Menempelkan label sticker untuk menandai asal atau jenis
tanah.
e. Meneteskan larutan HCl 6N sebanyak 5 tetes pada setiap tanah digelas
arloji menggunakan pipet tetes.
f. Mengamati perubahan reaksi yang terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1.1.1. Tabel Hasil Pengukuran pH Tanah

NO Nilai pH
Contoh Tanah
pH H2O pH KCl

1. PDN 1 (0-20) 4,28 3,50

2. GPL 2 (0-20) 4,26 3,32

1.1.2. Tabel Hail Pengamatan Bahan Organik Tanah dan Kapur

NO Contoh Tanah Bahan Organik Kapur

1. Agak banyak Sedikit berasap


PDN 0-20 gelembung (20 (2 detik)
detik)
2. Banyak Sedikit berasap
GPL 0-20 gelembung (25 (2 detik)
detik)

4.2 Pembahasan
4.2.1 pengukuran pH Tanah
Menurut Kadarwati (2016) pH (potensial of hydrogen) tanah
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan unsur hara
dalam tanah. Ketersediaan unsur hara makro dan mikro dalam tanah
sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Pada tanah agak masam hingga
alkalis, ketersediaan unsur makro dan Mo meningkat (kecuali P),
sedangkan hara P, Fe, Mn, Zn, Cu dan Co menjadi tidak tersedia
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada tanah
masam, hara mikro (kecuali Mo dan Bo) mengalami penurunan.
Soomro et al. (2012) menyebutkan tanah yang memiliki pH tinggi dapat
menimbulkan masalah fiksasi P sehingga mengurangi ketersediaan hara
bagi tanaman.
Menurut Hanafiah (2014) pH optimum untuk ketersediaan unsur
hara tanah adalah sekitar 7,0. Karena pada pH tersebut, semua unsur
makro tersedia secara maksimum. Sedangkan hara mikro tidak
maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas
unsur mikro tertekan. Pada pH dibawah 6,5 dapat terjadi defisieni P, Ca
dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe. Sedangkan pada pH atas
7,5 dapat terjadi defisensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca dan Mg, juga
keracunan B dan Mo.
Hanafiah (2014) menambahkan tanaman dapat tumbuh baik pada
kisaran pH 4,0 – 8,0. pH sebenarnya bekisar antara 0-14, namun pada
tanah pH berkisar antara 3,5-10. pH masam berkisar kurang dari 5,
netral berkisar 5,5-6,5 dan alkalis berkisar lebih dari 6,5. PH tanah lebih
mendifinisikan pada kondisi ketertarikan antar unsur atau senyawa
yang terdapat di dalam tanah. PH tanah yang ideal akan mempengaruhi
tingkat penyerapan unsur hara oleh akar tanaman.
Pengujian penetapan pH tanah menggunakan larutan H2O dan KCl.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa pH tanah
yang diuji dengan H2O lebih tinggi daripada pengujian menggunakan
larutan KCl. Hal ini dikarenakan H2O digunakan untuk mengukur
kemasaman aktif atau aktual (jumlah kation yang terdapat pada tanah
saat itu), sedangkan KCl digunakan untuk mengukur kemasaman aktif
dan potensialnya (jumlah kation potensial yang terdapat di dalam
tanah). PH H2O PDN 1 berjumlah 4,28 dan pH KCl PDN 1 berjumlah
3,50. Sedangkan pH H2O GPL 2 berjumlah 4,26 dan pH KCl GPL 2
berjumlah 3,32.
Pengocokkan yang dilakukan selama 30 menit sebelum pengujian
pH tanah dilakukan agar larutan bisa masuk kedalam sel-sel tanah.
Sehingga mampu mengetahui kemasaman tanah melalui jumlah pH
aktual dan pH potensial tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemasaman tanah tersebut menurut Manda (2016) yaitu pencucian
basa, kejenuhan basa, sifat misel, kation yang diserap, dekomposisi
bahan organik, respirasai akar yang menhasilkan CO2 dan pemberian
pupuk yang bereaksi masam dalam tanah. Hanafiah (2014)
menambahkan faktor-faktor lain yang kadangkala mempengaruhi pH
tanah terutama di daerah industri antara lain sulfur yang merupakan
hasil sampingan dari industri gas dan hujan asam akibat meningkatnya
penggunaan dan pembakaran fosil yang menimbulkan gas-gas sulfur
serta nitrogen lalu bereaksi dengan air hujan.

4.2.2Penetapan C-organik dan Kapur


Menurut Saidy (2018) definisi bahan organik tanah adalah semua
bahan organik yang telah mengalami perombakan baik secara alami
atau thermally di dalam dan di permukaan tanah. Baik yang masih
hidup atau yang mati tetapi tidak termasuk bagian tanaman di atas
permukaan tanah yang masih hidup. Suin (1997) dalam Dwiastuti et al.
(2016) mengatakan bahwa bahan organik tanah sangat berperan dalam
memperbaiki sifat fisik, meningkatkan aktivitas biologi tanah dan
meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Handayanto et al.
(2007) berpendapat bahwa karakterisasi bahan organik tanah dapat
dilakukan melalui berbagai cara diantaranya analisis kimia, total C dan
total N. Dewi (2007) menambahkan bahwa secara umum diversitas
cacing tanah berperan dalam keberlanjutan ekosistem sebagai agen
dalam siklus hara dan penyerapan C, serta memodifikasi struktur tanah
dan kelembaban.
Pengujian penetepan bahan organik tanah dengan cara penetesan
larutan H2O2 pada sampel tanah. Pemberian H2O2 digunakan untuk
mengetahui bahan organik dalam tanah, dengan terlihatnya gelembung
pada sampel tanah tesebut sebagai reaksinya. Pada sampel tanah PDN
terlihat adanya reaksi gelembung yang menunjukkan adanya bahan
organik tanah. sampel GPL juga menunjukkan banyaknya gelembung
pada sampel tanah tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya temperature, tekstur tanah, struktur tanah, reaksi tanah,
input bahan organik dan pengolahan tanah.
Pengujian kapur pada tanah dilakukan dengan cara penetesan
larutan HCl pada sampel tanah. Menurut Purnama (2015) pemberian
HCl digunakan untuk mengetahui adanya zat kapur dalam tanah
tersebut, dengan adanya reaksi berasapnya tanah tersebut. Pada kedua
sampel tanah tersebut diketahui bahwa keduanya mengeluarkan sedikit
asap yang menandakan adanya sedikit zat kapur di dalam tanah
tersebut. Namun juga terlihat perubahan warna pada sampel PDN dan
GPL menjadi warna hijau setelah ditetesi larutan HCl. Perubahan warna
tersebut dikarenakan adanya reaksi kimia yang terjadi antara HCl
dengan anion dan kation dalam tanah.
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum “Pengukuran pH,


penetapan C-organik dan kapur”, yaitu :
1. pH (potensial of hydrogen) tanah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelarutan unsur hara dalam tanah.

2. Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa pH tanah yang


diuji dengan H2O lebih tinggi daripada pengujian menggunakan larutan KCl.
Hal ini dikarenakan H2O digunakan untuk mengukur kemasaman aktif atau
aktual (jumlah kation yang terdapat pada tanah saat itu), sedangkan KCl
digunakan untuk mengukur kemasaman aktif dan potensialnya (jumlah kation
potensial yang terdapat di dalam tanah).

3. Pengocokkan yang dilakukan selama 30 menit sebelum pengujian pH tanah


dilakukan agar larutan bisa masuk kedalam sel-sel tanah. Sehingga mampu
mengetahui kemasaman tanah melalui jumlah pH aktual dan pH potensial
tanah.

4. .Faktor-faktor yang mempengaruhi kemasaman tanah tersebut yaitu pencucian


basa, kejenuhan basa, sifat misel, kation yang diserap, dekomposisi bahan
organik, respirasai akar yang menhasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang
bereaksi masam dalam tanah. Faktor-faktor lain yang kadangkala
mempengaruhi pH tanah terutama di daerah industri antara lain sulfur yang
merupakan hasil sampingan dari industri gas dan hujan asam akibat
meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil yang menimbulkan gas-gas
sulfur serta nitrogen lalu bereaksi dengan air hujan.

5. Bahan organik tanah adalah semua bahan organik yang telah mengalami
perombakan baik secara alami atau thermally di dalam dan di permukaan tanah.
Baik yang masih hidup atau yang mati tetapi tidak termasuk bagian tanaman di
atas permukaan tanah yang masih hidup.

6. Pengujian penetepan bahan organik tanah dengan cara penetesan larutan H2O2
pada sampel tanah. Pemberian H2O2 digunakan untuk mengetahui bahan
organik dalam tanah, dengan terlihatnya gelembung pada sampel tanah tesebut
sebagai reaksinya.

7. Adanya bahan organik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya


temperature, tekstur tanah, struktur tanah, reaksi tanah, input bahan organik
dan pengolahan tanah

8. Pengujian kapur pada tanah dilakukan dengan cara penetesan larutan HCl pada
sampel tanah. Pemberian HCl digunakan untuk mengetahui adanya zat kapur
dalam tanah tersebut, dengan adanya reaksi berasapnya tanah tersebut.

9. Pada sampel tanah PDN terlihat adanya reaksi gelembung yang menunjukkan
adanya bahan organik tanah. sampel GPL juga menunjukkan banyaknya
gelembung pada sampel tanah tersebut. . Pada kedua sampel tanah tersebut
diketahui bahwa keduanya mengeluarkan sedikit asap yang menandakan
adanya sedikit zat kapur di dalam tanah tersebut.

10. Namun juga terlihat perubahan warna pada sampel PDN dan GPL menjadi
warna hijau setelah ditetesi larutan HCl. Perubahan warna tersebut dikarenakan
adanya reaksi kimia yang terjadi antara HCl dengan anion dan kation dalam
tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, W. S. 2007. Dampak Alih Hutan Menjadi Lahan Pertanian: Perubahan


Diversitas Cacing Tanah dan Fungsinya Dalam Mempertahankan Pori
Makro Tanah. Disertasi. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian.
Malang: Universitas Pertanian Brawijaya.
Dwiastuti, S., Maridi, Suwarno, Puspitasari, D. 2016. Bahan Organik Tanah di
Lahan Marjinal dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding
Biology Education Conference, 13(1):748-751.
Fadhilah. 2010. Pengertian tanah bertalian. http://repository.usu.ac.id. Diakses
tanggal 22 November 2019
Hanafiah, K. A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Handayanto, Hariah, K. 2007. Biologi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Adipura.
Hanafiah, Ali Kemas. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.

Kadarwati, F.T. 2016. Evaluasi Kesuburan Tanah Untuk Pertanaman Tebu di


Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Jurnal Littri, 22(2):53-62. (pH).
Jurusan Ilmu Lingkungan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan.
Kendari: Universitas Halu Oleo.
Kedungwaru, BPP. 2013. Cara Menanggulangi Tanah Masam.
http://bppkedungwaru.blogspot.com.br/2013/02/cara-menanggulangi-
tanah-masam.html. Diakses tanggal 22 Movember 2019.
Manda, J. 2016. Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Reaksi Tanah
(pH). Jurusan Ilmu Lingkungan Fakultas Kehutanan dan Ilmu
Lingkungan. Kendari: Universitas Halu Oleo.
Nabilussalam. 2011. C-Organik Dan Pengapuran. Malang. Pesantren Luhur
Malang.

Purnama, D. S. 2015. Menghitung pH Tanah, Bahan Organik dan Kapur. Jurusan


Geografi Fakultas Ilmu Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rimud. 2014. Laporan Reaksi Tanah.
http://rimud.blogspot.com.br/2014/10/laporan-reaksi-tanah.html.
Diakses tanggal 22 november 2019.
Rusdiana, O. 2012. Pendugaan Korelasi antara Karakteristik Tanah terhadap
Cadangan Karbon (Carbon Stock) pada Hutan Sekunder. Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Soomro, A.F., Shamsuddin, T., Fateh, C.O. 2012. Effect of Supplemental
Inorganic NPK and Residual Organic Nutrients on Sugarcane Ratoon
corp. International Journal of Scientific & Engineering Research,
3(10)..
Saidy, A. R. 2018. Bahan Organik Tanah: Klasifikasi, Fungsi dan Metode Studi.
Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press.
Sugeng, P. 2013. Pengukuran pH, Bahan Organik, Ktk dan Kb. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Triesia, 2011. Pengertian C-Organik. http://blog.ub.ac.id. Diakses tanggal 22
November 2019
LAMPIRAN
Pengukuran pH tanah

Gambar 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


Gambar 2. Menimbang ayakan tanah 0,5 mm GPL lalu meletakkan tanah
dalam botol film.

Gambar 3. Menimbang ayakan tanah 0,5 mm PDN lalu meletakkan tanah


pada botol film.

Gambar 4. Menuangkan H2O ke dalam gelas ukur sebanyak 20 ml kemudian


menuangkan ke dalam botol film yang sudah terisi tanah.
Gambar 5. Menuangkan KCl ke dalam gelas ukur sebanyak 20 ml kemudian
menuangkan ke dalam botol film yang sudah terisi tanah.

Gambar 6. Menutup botol film dengan penutupnya setelah perlakuan.

Gambar 7. Mengocok tanah dalam botol film menggunakan mesin


pengocok bolak-balik selama 30 menit.
Gambar 8. Membersihkan alat pH meter dengan mengaduk-adukkan alat
pengukurnya ke dalam air biasa kemudian dikeringkan menggunakan tisu
kering.

Gambar 9. Menyemprotkan alat pH meter dengan aquades secara merata


kemudian keringkan dengan tisu kering.

Gambar 10. Mengaduk tanah yang sudah dikocok dengan pH meter dan
membiarkan pH meter di dalam botol lalu mengamati pH tanah tersebut.
LAMPIRAN
Penetapan C-organik dan Kapur

Gambar 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Gambar 2. Meletakkan 1 sendok sampel tanah pada piring 2 sendok sampel tanah
untuk masing-masing perlakuan.

GPL PDN

Gambar 3. Meneteskan H2O2 pada masing-masing sampel tanah.


GPL
PDN

Gambar 4. Menetekan KCl pada masing-masing sampel tanah.

Gambar 5. Terjadi perubahan warna pada kedua sampel tersebut yaitu berwarna

Anda mungkin juga menyukai