Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Tanah terbentuk dari pecahan-pecahan bahan induk yang berlangsung terus
menerus akibat facto-factor lingkungan. Faktor lingkungan itu adalah iklim,
organisme, topografi dan waktu. Pecahan batuaan induk itu berlagsung akibat
pelapukan dan penghacuran melalui proses fisika, kimia, dan biologi. Proses
pelepuken fisika antara lain adalah desintegrasi akibat temperatur, air, angin, dan
makhluk hidup atau desintegrasi akibat cuaca yang membeku. Proses pelapukan kimia
meliputi perubahan kimia dari bahan induk melalui berbagai macam proses seperti
oksidasi, hidratasi dan karbonasi. Proses biologi berlangsung akibat eksudat-eksudat
mikroba tanah dan akar tumbuhan yang mempunyai kemapuan merombak bahan
organic menjadi bahan an organik atau mentrasformasi bahan-bahan organik.
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa
padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah
mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan
media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu
menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari
bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifatsifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh
yang ideal bagi tanaman (poerwowidodo, 1991).
2.2 Contoh pengambilan tanah
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifatsifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di
laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di
lapangan. Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium
dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak.
Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat destruktif, karena

dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas pengambilan contoh
tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah, dan
sebagainya.
Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil
analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai
dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu
diperhatikan (Hanafiah, 2004).
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian
tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu dengan sifat-sifat yang
dimiliki (Hardjowigeno, 1987).
Dengan demikian pengambilan contoh tanah yang diambil di lapangan
haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus mewakili suatu areal atau
luasan tertentu. Penyebab utama dari contoh tanah tidak represetatif adalah
kontaminasi, jumlah contoh tanah yang terlalu sedikit untuk daerah yang variabilitas
kesuburannya tinggi (Poerwowidodo, 1991).
Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat
volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density),tekstur tanah, permeabilitas
tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total
(RPT), pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk
pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (COLE =
coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser tanah.
2.1

Pengambilan Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample)


Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat utuh.

Contoh tanah terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur
tanah) dan kandungan bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan untuk
analisis kemantapan agregat tanah (Foth, 1986).
Contoh tanah yang baik hanya akan diperoleh jika pengambilan
memperhatikan syaratsyarat sebagai berikut. Pertama, dengan memperhatikan
perbedaan-perbedaan dalam hal topografi, sifat atau watak tanah, warna tanah, dan
perbedaan-perbedaan lain yang menimbulkan kelalaian. Kedua, merupakan contoh

individual yang banyak tergantung dari keadaan lokasi yang dalam hal ini yaitu kalau
tanahnya homogen sebaiknya diambil lima sampai dua puluh contoh lain. Contohcontoh tanah individual ini sebaiknya diambil dan dikumpulkan atau dicampur merata
disebut contoh tanah rata-rata, dan kalau contoh tanah homogen itu luas 2-5 Ha yang
terdiri dari suatu contoh tanah individual. Dan terakhir, contoh tanah dari kasus
seperti tanah dari perumahan jalan, tanggul persawahan, selokan, tanah bekas
penimbunan pupuk, supaya jangan diambil atau sama sekali tidak boleh dianalisa
(Poerwowidodo, 1991).
2.2

Pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed Soil Sample)


Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat utuh.

Contoh tanah terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur
tanah) dan kandungan bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan untuk
analisis kemantapan agregat tanah (Foth, 1986).
Dengan demikian pengambilan contoh tanah yang diambil di lapangan
haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus mewakili suatu areal atau
luasan tertentu. Penyebab utama dari contoh tanah tidak represetatif adalah
kontaminasi, jumlah contoh tanah yang terlalu sedikit untuk daerah yang variabilitas
kesuburannya tinggi (Poerwowidodo, 1991).
Contoh tanah biasa atau contoh tanah-tanah terganggu untuk penetapanpenetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama
untuk penetapan kerapatan, pH, dan permeabilitas harus hati-hati. Guncanganguncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan.Dianjurkan untuk
menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan jumlah tabung. Waktu
penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruangan yang
panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas jasad mikro
(Hakim dkk, 1986).

Anda mungkin juga menyukai