Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tanah sudah digunakan orang sejak dahulu karena semua orang yang hidup di
permukaan bumi mengenal wujud tanah. Pengertian tanah itu sendiri bermacam-
macam, akan tetapi karena luas penyebarannya apa sebenarnya yang dimaksud tanah,
akan ditemui bermacam-macam jawaban atau bahkan orang akan bingung untuk
menjawabnya. Masing-masing jawaban akan dipengaruhi oleh pengetahuan dan
minat orang yang menjawab dalam sangkut-pautnya dengan tanah. Mungkin
pengertian tanah antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Misalnya seorang
ahli kimia akan memberi jawaban berlainan dengan seorang ahli fisika, dengan
demikian seorang petani akan memberi jawaban lain dengan seorang pembuat
genteng atau batubata. Pada mulanya orang menganggap tanah sebagai medium alam
bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan bumi atau bentuk organik dan
anorganik yang di tumbuhi tumbuhan, baik yang tetap maupun sementara
(Hanafiah,2004)

Semua makhluk hidup sangat tergantung dengan tanah, sebaliknya suatu tanah
pertanian yang baik ditentukan juga oleh sejauh mana manusia itu cukup terampil
mengolahnya. Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan dan kesejahteraan manusia. Tanah dapat digunakan untuk medium
tumbuh tanaman yang mampu menghasilkan berbagai macam makanan dan
keperluan lainnya. Maka dari berbagai macam tanah beserta macam-macam tujuan
penggunaannya itu perlu dilakukan suatu pembelajaran lebih lanjut mengenai tanah
agar kita benar-benar memahami tanah itu sendiri (Poerwowidodo, 1991)

Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang


berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan
padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah

1
mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
suhu udara, angin dan sinar matahari( foth, Henry. 1986).

Pengambilan contoh tanah merupakan tahap penitng untuk penetapan sifat-


sifat fisikmtanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analasis sifat fisik tanah harus
dapat menggambrakan keadaan sesungguhnya dari sifat fisik tanah di
lapangan (Hakim,1987)

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program


uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur
kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,
hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal
yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara yang benar. Oleh karena itu
pengambilan contoh tanah merupaka tahap penting di dalam program uji tanah.
(Harjdowigeno, 1987).

B. Tujuan dan Kegunaan

a. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara pengambilan sampel tanah pada lokasi praktek.
2. Memperoleh sampel tanah dalam ring sampel dan sampel tanah terusik
untuk digunakan pada kegiatan praktikum di Laboratorium
b. Kegunaan
Kegunaan praktikum lapangan ini yaitu untuk mengetahui sifat tanah
dan sebagai bahan informasi dalam penerapan praktikum lapangan selanjutnya serta
sebagai bahan pertandingan antara teori dan praktikum dilapangan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara
satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga
diantara bagian-bagian tersebut berisi udara dan air. (Verhoef, 1994).
Menurut Craig (1991), tanah adalah akumulasi mineral yang tidak mempunyai
atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan.
Tanah didefinisikan oleh Das (1995) sebagai material yang terdiri dari agregat
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain
dan dari bahan-bahan organik telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan
zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat
tersebut.
Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut: 7
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250 mm,
fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150
mm.
c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5
mm, yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai
bahan halus yang berukuran < 1 mm.
d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai
0,0074 mm.

3
e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari
0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
kohesif.
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih
kecil dari 0,001 mm.

Tanah terjadi sebagai produk pecahan dari batuan yang mengalami pelapukan
mekanis atau kimiawi. Pelapukan mekanis terjadi apabila batuan berubah menjadi
fragmen yang lebih kecil tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi, yaitu pengaruh iklim, eksfoliasi, erosi oleh angin dan
hujan, abrasi, serta kegiatan organik. Sedangkan pelapukan kimiawi meliputi
perubahan mineral batuan menjadi senyawa mineral yang baru dengan proses yang
terjadi antara lain seperti oksidasi, larutan (solution), pelarut (leaching).

B. Bahan Organik
a. Pengertian Bahan Organik Tanah
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur
ulang, dirombak oleh bakter-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh
tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan
penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami
pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam
pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan
tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui
sisa-sisa tanaman atau binatang (Nugroho, 2012).
Sumber asli bahan organik tanah ialah jaringan tumbuhan.dalam keadaan
alami bagian diatas tanah, akan pohon, semak-semak, rumput dan tanaman tingkat
rendah lainnya tiap tahun menyediakan sejumlah besar sisa-sisa organik. Sebagian
besar dari tumbuhan bisa diangkut sebagai hasil panen, akan tetapi beberapa bagian
diatas tanah dan semua akar ditinggalkan. Karena bahan ini didekomposisikan dan

4
dihancurkan oleh banyak macam organism tanah, hasilnya akan menjadi bagian dari
horizon dibawahnya, karena di adsorpsi atau pencampuran fisik secara aktif
(Buckman dan Brady,1982).
Sumber bahan organik tanah ialah hewan. Hewan memberikan hasil samping
dan meninggalkan bagian tubuh mereka sebagai peredaran hidupnya. Bentuk
kehidupan hewan tertentu, terutama cacing tanah, sentipoda dan semut memegang
peranan penting dalam perubahan sisa-sisa tumbuhan (Buckman dan Brady,1982).
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Humus berasal dari
residu-residu tanaman, binatang dan mikroba, komposisinya tergantung atas 5 sifat/
keadaan kimiawi dari residu-residu tersebut. Humus terbentuk sebagai suatu hasil dari
proses-proses dekomposisi, makan komposisinya juga akan tergantung atas berbagai
jasad renik yang terlibat dalam pembusukan atau pelapukan residu-residu tersebut
(Sutedjo dkk,1991).

b. Peran Bahan Organik


Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah
untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya
kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum
terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena
intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah yang rusak
yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah
dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam-garam (salinisasi),
teremar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti
pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001). Terjadinya pemasaman
tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus

5
dalam jumlah besar (Brady, 1990). Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan
karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah.
Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah
atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi tanah ditandai
oleh penyusutan populasi maupun berkurang nya biodervisitas organisme tanah, dan
terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik
dan kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium
sulfat dan sulfur coatedurea) yang terus menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan
pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah menurun drastic (Ma et al., 90).
Kehilangan unsur hara dari daerah perakaran juga merupakan fenomena
umum pada sistem pertanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara terjadi
utamanya pada praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang subur tanpa
dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun organik yang memadai.
Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan organik yang lebih cepat dari
penambahannya pada lapisan atas.
Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan
kehilangan yang terjadi melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar
bahan organik dalam tanah. Tanah-tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit
mendukung pertumbuhan tanaman. Sifat-sifat tanah yang sudah rusak memerlukan
perbaikan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi kembali secara optimal.
Penyediaan hara bagi tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk
baik organik maupun anorganik. Pupuk organik dapat menyediakan hara dengan
cepat. Namun apabila hal ini dilakukan terus menerus akan menimbulkan kerusakan
tanah. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi pertanian yang berkelanjutan.
Meningkatnya kemasaman tanah akan mengakibatkan ketersediaan hara dalam tanah
yang semakin berkurang dan dapat mengurangi umur produktif tanaman.
Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya
pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam proses untuk memperoleh
produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta

6
memperbaiki karakteristik lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan tanah
dapat ditekan seminimal mungkin sampai batas 7 yang dapat ditoleransi, sehingga
sumber daya tersebut dapat dipergunakan secara lestari dan dapat diwariskan kepada
generasi yang akan datang.

C. Proses Pelapukan Tanah


Bumi terdiri dari banyak lapisan, mulai dari yang berada di lapisan paling
dalam yang disebut dengan inti bumi, kemudian lapisan-lapisan batuan hingga
akhirnya lapisan tanah yang terletak di permukaan bumi. Bagian atas dari lapisan
batuan atau litosfer ditutupi oleh dua jenis lempeng, yaitu lempeng samudra dan
lempeng benua. Kedua lempeng ini akan bergerak mendesak satu sama lain.
Pergerakan lempeng ini akan menghasilkan lahan-lahan baru, dan sebaliknya lahan-
lahan lama dihancurkan ( A Syaiful 2014).
Pembentukan tanah dimulai dari terjadinya proses pelapukan bahan induk
melalui serangkaian proses fisik seperti peningkatan atau penurunan suhu,
pembekuan, pengeringan, aliran air atau angin. Sejalan dengan waktu juga terjadi
pelapukan batuan melalui berbagai proses kimia dan atau biologi. Proses
pembentukan tanah selanjutnya terjadi di mana tanah yang sedang dalam proses
pembentukan mengalami perubahan-perubahan akibat penambahan, pengurangan
atau translokasi bahan-bahan sehingga terbentuk penampang vertikal tanah dengan
morfologi yang khas. Pada tahap ini, maka tanah mengalami perkembangan profil
tanah (A Syaiful 2014).

a. Faktor Faktor Pembentukan Tanah


Tanah menyebar di permukaan bumi sesuai dengan perubahan faktor-faktor
pembentuknya. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian dalam kaitannya dengan
faktor-faktor pembentuk tanah. (Jenny, 1941) menggambarkan hubungan sifat-sifat
tanah dengan faktor pembentuknya secara matematika, yaitu:

7
S = f (cl, o, r, p, t)

Keterangan:
S = tanah
cl = iklim
o = organisma
r = topografi
p = bahan induk, dan
t = waktu

Faktor-faktor lain dapat saja mempunyai peran penting dalam pembentukan


tanah tetapi bersifat lokal. Faktor-faktor itu kemudian terlibat dalam proses-proses
pelapukan bahan induk dan pembentukan tanah yang mencakup proses-proses fisik,
kimia, dan biologi adapun beberapa faktor lain yang mencakup iklim, organisme atau
jasad hidup, topografi, bahan induk, dan waktu (A Syaiful 2014).

D. Pengelolaan Tanah Berkelanjutan


Degradasi tanah berpengaruh negative terhadap kualitas tanah dan
Produktivitas lahan karena (1) bahan organic, ketersediaan unsur hara, dan
ketersediaan air minim, (2) ketebalan solum menipis sehingga lapisan bawah tanah
yang biasanya asam dan kandungan haranya rendah tersingkap, dan (3) luas lahan
efektif berkurang. Menurunya kualitas tanah dan produktivitas lahan tersebut
disebabkan partikel tanah yang terbawa erosi adalah partikel liat halus dari lapisan
olah yang kaya akan bahan organic dan unsur hara. Selain itu, pencucian hara juga
menyebabkan menurunya kualitas tanah.

Pengelolahan tanah merupakan bagian dari pengelolaan lahan yang bertujuan


untuk menciptakan kondisi tanah yang kondusif bagi perkecambahan, pertumbuhan
tanaman muda, perkembangan akar, pengembangan tanaman, pembentukan biji dan

8
panen (Barber, 1992). Kegiatan pengelolaan tanah lebih luas dibandingkan dengan
konservasi tanah, yaitu meliputi kegiatan perlindungan dan pengawetan tanah agar
tidak terdegradasi sampai pada kegiatan ameliorasi (perbaikan) tanah. Kondisi
edapologis yang diharapkan antara lain (1) sifat fisik tanah, meliputi ukuran agregat,
ketersediaan air tanah, suhu tanah, struktur tanah, porositas dan konsistensi (2) sifat
kimia tanah, meliputi keterseduaan hara, kapasitas tukar kation dan pH dan (3) sifat
biologi tanah, meliputi bahan organic tanah, dan biodiversitas tanah. Sifat-sifat tanah
tersebut harus cukup optimum untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

Dua dari enam strategi pengelolaan tanah berkelanjutan yang ditemouh


meliputi: meningkatkan bahan organic tanah dan meningkatkan kesuburan tanah dan
produktivitas tanah. Peningkatan bahan organic tanah terhadap kualitas tanah
meliputi meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan hara, dan meningkatkan
aktivitas biota tanah.

9
BAB III

METODOLOGI KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat

Praktek lapangan ini dilakukan pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018 pukul
08.00 WITA – selesai di PH Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin.

B. Alat dan Bahan


1. Alat dan digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah:
a. Ring Sampel tanah digunakan untuk mengambil sampel tanah.
b. Cangkul digunakan untuk menggali tanah yang akan diambil
sampel tanahnya.
c. Linggis digunakan untuk menggali tanah yang akan diambil
sampel tanahnya.
d. Sekop digunakan untuk menggali tanah yang akan diambil
sampel tanahnya.
e. Palu digunakan sebagai alat pembantu agar ring sampel
terbenam ke dalam tanah.
f. Papan digunakan sebagai pengalan ring sampel ketika dipukul
dengan palu.
g. Mistar digunakan untuk mengukur kedalaman tanah.

10
h. Kamera digunakan sebagai alat dokumentasi dalam kegiatan
praktikum.
i. Alat tulis menulis digunakan untuk mencatat hasil praktikum.

2. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :


a. Plastik transparan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan
sampel tanah.
b. Tali rafia digunakan untuk mengikat plastic transparan agar
tetap kedap udara.
c. Tanah digunakan sebagai objek pengamatan dalam praktikum.
d. Label digunakan untuk memberi tanda untuk jenis-jenis sampel
tanah.

C. Prosedur Kegiatan
1. Melakukan pengambilan profil tanah dengan menggali lubang yang
berukuran 2 x 1 m dengan tiga lapisan masing-masing dengan
kedalaman 30 cm berbentuk anak tangga.
2. Mengambil sampel tanah terusik pada tanah bagian atas yang telah
dikeruk dengan memasukkanya ke dalam plastic transparan lalu
diikat dengan tali rafia/karet
3. Mengambil sampel tanah menggunakan ring sampel pada
permukaan tanah yang telah diratakan, kemudian meletakkan
potongan papan diatas ring sampel dan memukulnya dengan
menggunakan palu secara berhati-hati agar sampel tanah tidak retak
dan rusak hingga terbenam dalam tanah.

11
4. Ring sampel yang telah terbenam diambil kemudian dimasukkan
kedalam plastic transparan lalu diikat dengan tali rafia/karet agar
kedap udara.
5. Menandai semua sampel tanah yang telah diambil dengan label.
6. Setelah selesai, tanah galian yang telah diambil sampel tanahnya
ditutup kembali.

D. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada praktikum pengambilan sampel di
PH fakultas kehutanan adalah mengambil tanah terusik dan tidak
terusik ada tiga lapisan atau kedalaman tanah yang berbeda yaitu 10 cm
pertama, 30 cm kedua, dan 30 cm ketiga dengna Panjang bidang bidang
galian adalah 1,5 m dan lebar 1 m.

12
DAFTAR PUSTAKA

A Syaiful. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah.

http://repository.ut.ac.id/4403/1/LUHT4212-M1.pdf(Diakses pada tanggal 7


Oktober 2018 pukul 03.15 WITA)

Barber. Adolescent problem behavior. A social ecological


Analysis.

chromeextension://ngpampappnmepgilojfohadhhmbhlaek/

captured.html?back=1(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 03.15


WITA)

Bowles, J. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).

Edisi Kedua. http://digilib.unila.ac.id/183/13/BAB%20II.pdf

(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 03.35 WITA)

Brady, James E, (1990), General Chesmistr, 5th edition, john Wiley and Sons,

13
http://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/12011484_170619011155_Bab_II.pdf

(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 02.00 WITA)

Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah.

http://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/12011484_170619011155_Bab_II.pdf

(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 03.00 WITA)

Craig, B. M. 1991. Mekanika Tanah. Erlangga.

http://digilib.unila.ac.id/183/13/BAB%20II.pdf (Diakses pada tanggal 7


Oktober 2018 pukul 03.25 WITA)

Das, B. M. 1988. Mekanika Tanah I. Erlangga.

http://digilib.unila.ac.id/183/13/BAB%20II.pdf (Diakses pada tanggal 7


Oktober 2018 pukul 02.35 WITA)

Djajakirana, G. 2001. Kerusakan Tanah Sebagai Dampak Pembangunan Pertanian.

Makalah disampaikan pada Seminar Petani “Tanah Sehat Titik Tumbuh

Pertanian Ekologis

http://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/12011484_170619011155_Bab_II.pdf
(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 03.20 WITA)

Foth, Henry D. 1986. Fundamental of Soil Science.

https://the-eye.eu/public/WorldTracker.org/Geology/Foth%20-
%20Fundamentals%20of%20Soil%20Science%208e%20%28Wiley%2C
%201990%29.pdf (Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 02.30 WITA)

Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.

14
https://www.academia.edu/35164326/LAPORAN_PRAKTIKUM_DASAR-
DASAR_ILMU_TANAH.docx (Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul
02.10 WITA)

Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah.

http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/dasar-dasar-ilmu-
tanah-kemas-ali-hanafiah-31699.html (Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018
pukul 02.20 WITA)

Hardjowigeno. Sarwono. 1987. Ilmu Tanah.

https://kupdf.net/download/dasar-dasar-
ilmutanah_58dbaf01dc0d609411897151_pdf (Diakses pada tanggal 7 Oktober
2018 pukul 02.10 WITA)

Jenny 1930. A study on the influence of climate upon the nitrogen and

organic matter content of the soil, Missouri Agr. Expt. Sta. Research

Bull. http://www.msu.ac.zw/elearning/material/1235306390factors%20of
%20soil%20formation%20reading%20material%20very%20critical.pdf

(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 02.55 WITA)

Lal, R. 1995. Sustainable Management of Soil Resoueces in the Humid Tropics.

http://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/12011484_170619011155_Bab_II.pdf

(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 02.00 WITA)

Nugroho. Taufan. 2012. Patologi Kebidanan.

http://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/12011484_170619011155_Bab_II.pdf

(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 02.50 WITA)

15
Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah.

https://datenpdf.com/download/penetapan-kemasaman-tanah_pdf (Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 02.10 WITA)

Poerwowidodo. 1993. Telaah Kesuburan Tanah..

http://library.um.ac.id/free-contents/download/pub/download-
print5.php/2508.pdf (Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 02.40
WITA)

Sutedjo dkk,1991 Sutedjo, Mul Mulyati. 1991. Mikrobiologi Tanah.

http://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/12011484_170619011155_Bab_II.pdf

(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018 pukul 03.15 WITA)

Verhoef, PNW. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil.

http://digilib.unila.ac.id/183/13/BAB%20II.pdf (Diakses pada tanggal 7


Oktober 2018 pukul 02.45 WITA)

16
LAMPIRAN

17
 

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai