Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-
unsur essensial seperti : N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, CI) ; dan secara
biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat adiktif (pemicu tubuh, proteksi) bagi tanaman,
yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomas dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,
industri perkebunan, maupun perkebunan (Madjid, 2009).

Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup sebagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hesan darat, tanah menjadi lahan untuk dan
bergerak. (Paryoto, 2010).

1.2 rumusan masalah


 Apa itu tanah, jenis-jenis, serta fungsinya
 Komposisi ph tanah, dan factor-faktor nya
 Kaitan antara ilmu tanah dengan perairan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
2.1.1 Pengertian Tanah

Tanah adalah bahan mineral yang tidak padat (unconsolidated) terletak di


permukaan bumi, yang telah akan tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan-bahan induk, iklim
(termasuk kelembaban dan suhu) (Hanafiah, 2009).

Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka


daratan bumi. Tanah terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang
bekerja dalam masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai organisasi dan
morfologi. Tnah merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan hidup
bagi hewan dan manusia. Tanah merupakan sistem ruang waktu, bermatra empat
(Sutanto, 2005).
2.1.2 Jenis-jenis Tanah

Menurut Syadiasho (2008), macam / jenis tanah di Indonesia yaitu :


1) Tanah khusus
Tanah yang sangat subur terbentuk dari pelapukan daun dan batang
pohon dari hutan tropis yang lebat
2) Tanah pasir
Tanah yang terbentuk dari lumpur sungai yang mengendapi daratan
rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan
pertanian
3) Tanah Alluvial / endapan
Tanah terbentuk dari lumpur sungai yang mengendapi di daratan rendah
yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian
4) Tanah podzolit
Tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan
yang tinggi dan suhu rendah / dingin
5) Tanah vulkanik
Tanah yang terbentuk dari lapukan materi larutan gunung merapi yang
subur mengandung zat hara yang tinggi
6) Tanah laterit
Tanah yang tidak subur yang kaya akan unsure hara, namun unsur hara
tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
7) Tanah kapur
Tanah yang bersifat tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan
yang kapur
8) Tanah gambut / orgonosol
Jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan
hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa.
2.1.3 Fungsi Tanah

Menurut Sunarmi, dkk (2006) dalam hubungannya dengan pertanian, tanah


mempunyai peranan antara lain :
- Tanah sebagai tempat atau media tumbuh tanaman
- Tanah sebagai gudang unsure hara tanaman
- Tanah sebagai penyedia air bagi tanaman

Menurut Madjid (2009), fungsi tanah adalah :


- Berupa tumbuh dan berkembangnya perakatan
- Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsure-unsur hara)
- Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormone,
vitamin dan asam-asam organic, anti biotic dan tekanan totsik, anti hama,
enzim yang dapat meningkatkan ketersediaan tanah)
- Sebagai habitat biota tanah baik yang dampak positif karena terlibat langsung
atau tidak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder
tanaman tersebut, maupun yang berdampak negative karena merupakan
hama dan penyakit tanaman.

2.2 Struktur Tanah


2.2.1 Pengertian Struktur Tanah

Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel tanah primer (bahan minearl) dan
bahan organic sertaa oksida, membentuk agregat sekunder. Gatra agregat tanah
meliputi padatan dan pori tanah (Sutanto, 2006)
Apabila tekstur mencerminkan ukuran partikel dari fraksi – fraksi tanah, maka
struktur merupakan penampakkan bentuk atau susunan partikel-partikel primer
tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan
partikel-partikel primer yang disebut ped (pengumpalan)) yang membentuk agregat
(bungkah) (Hanafiah, 2009)
2.2.2 Macam-Macam Struktur Tanah

Tanah yang partikel-partikelnya belum bergabung, terutama yang bertekstur pasir,


disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah bertekstur liat, yang
terlihat passif (padu tanpa ruang pori yang lembek jika basah dank eras jika kering)
atau apabila dilumat dengan air membentuk disebut juga tanpa struktur (Hanafiah,
2009)

Struktur tanag adalah penyusunan antara partikel tanah primer (bahan primer /
bahan mineral) dan bahan organic serta oksidasi membentuk agregat sekunder.
(ratra agregat tanah meliputi bahan padatan dan pori tanah) (Sutanto, 2005).
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Tanah

Menurut Susanto (2005) factor yang mempengaruhi pembentukkan struktur , yaitu :


a. Koagulasi dan peptiso
Koloid tanah baik mineral (mineral lempung, oksida, hidroksida) atau senyawa
organic (humin dan koloid hasil proses humifikasi seperti polisakarida dan
polikronida) dengan adanya air kemungkinan akan membentuk bahan
(pendispersi atau peptisasi) atau gel (flokulasi atau kaugulasi).
b. Pengerutan dan pengembangan
Pembasahan dan pengeringan yang terjadi secara cepat berakibat langsung
pada proses pengerutan dan pengembangan tanah sehingg terjadi
retakan tanah.
c. Pembekuan
Seperti halnya pelapukan fisik yang terjadi pada bahan, tanah apedal / pejal,
ped dan fragmen akan pecah karena air yang mengalami peningkatan
volume (+ 9%)
d. Organisme tanah
Struktur remah terutama terbentuk pada tanah dengan kandungan bahan
organic dan aktivitas biologis tinggi. Bahan mineral dan bahan organic
berkaitan satu dengan yang lain karena gaya adhesi, adanya hifa fungsi
dan koloni bakteri, pencampuran tanah dan hasil ekskresi fauna tanah,
satu pengaruh agregasi ekskresi dan akar gambut tanaman tingkat tinggi.
Berarti struktur remah yang hetergogen dan stabil akan berbentuk karena
kegiatan organism tanah.

Menurut Hadayanti dan Hairiah (2007) agregasi tanah dan struktur tanah merupakan
sifat tanah yang penting karena mempengaruhi produktifitas tanah walaupun factor
abiotik seperti bahan induk, iklim, penyusun tanah, dan kation-kation terserap
(misalnya Na+ yang cenerung mendispesi partikel tanah), meruakan parameter
penting dalam pembentukan agregat tanah, factor biotic juga berperan dalam
agregasi tanah. Bahan organic di dalam agregat pada dasarnya berasal dari
organism (galaktose, manase, glukose) dan tanaman (Xylose, erabinase).

Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsure hara tinggi. Tanah bertekstur
halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanag bertekstur kasar. Tanah
bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit
menyerap (menahan) air dan unsure hara (Untan, 2008).

2.3 Penentuan pH Tanah


2.3.1 Pengertian pH tanah

Menurut Hanafiah (2005), nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indicator


kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam
tanah tersebut. pH optimum untuk ketersediaan hara dalam tanah adalah sekitar 70
% karena pada pH ini semua unsure makro tersedia secara maksimal sedangkan
unsure hara mikro tidak maksinal kecuali Mo. Sehingga kemungkinan terjadi
toksisitas unsure mikro terbentuk.

Menurut Suyanto (1984), keasaman (pH) tanah dapat mempengaruhi pH air,


sleanjutnya pH itu mempengaruhi kehidupan organism – organism yang ada dalam
air.
2.3.2 Macam pH Tanah
Menurut Susanto (2005) pada umumnya keasaman tanah dibedakan atas usaha,
netral, dan basa. Ion dihasilkan oleh kelompok organic yang dibedakan atas
kelompok karboksil r-cooh dan kelompok fenol r-oh, H 2CO3, hidrat F(3T), oksidasi
senyawa s atau penggunaan pupuk yang bereaksi asam (supifosfat, ammonium
sulfat).

Menurut Suyanto (1984), macam-macam pH tanah diantarannya adalah tambak


yang produktif menunjukkan angka pH tinggi (alkalis). Tanah tambak yang bersifat
alkalis kaya akan garam-garam natrium menyebabkan pertumbuhan sikap menjadi
baik. Tanah yang bersifat asam, biasnaya terjadi pada tanah yang mengandung
banyak bahan organic yang sedang membusuk.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pH Tanah

Keasaman tanah disebabkan oleh ion Ht yang dihasilkan pada tanah nitrat
dipengaruhi oleh kandungan kation dalam bahan induk. Kation-kation dilepaskan
pada saat terjdi pelapukan dan KTK dari koloid tanah dijenuhi oleh kation sampau
konsentrasi tertentu. Factor lain seperti iklim perkembangan tanah dan lain-lainnya
juga akan berpengaruh pada pH tanah (Sutanto, 2005).

Factor-faktor lain yang kadang kita mempengaruhi pH tanah terutama didaerah


industry antara lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampinga dari insutri gas,
yang jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrat
yangs ecara alami merupakan komponen fotik air hujan (hujan asam juga terjadi
sebagai akibat meningkatnya dan pembongkaran fosil – fosil padat yang
menimbulkan gas-gas dan nitrogen juga kemudian bereaksi dengan air hujan)
(Hanafiah, 2005).
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi pH Tanah

Menurut Nawawi (2001), factor yang mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain
:
1) Perbandingan air dengan tanah
2) Kandungan garam-garam dalam larutan tanah
3) Keseimbangan CO2 udara dengan CO2 tanah
Web master (2004), pH tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu bahan
induk tanah, pengendapan vegetasi alami, pertumbuhan alami tanaman, kedalaman
tanah dan pupuk hydrogen.
2.3.5 Fungsi Penentuan pH Tanah

Reaksi pH tanah dipakai sebagai ukuran bagi kemasaman tanah, kemasaman aktif
(real), dan kemasaman potensial (cadangan). Penetapan pH tanah merupakan hal
yang pentinf dalam analisis tanah. Masalah pokok dalam pengukuran pH tanah
bukan menunjukkan pH tanah itu masam atau basa, akan tetapi merupakan salah
satu fktor yang dapat mempengaruhi unsure hara bagi tanaman (Nawawi, 2001).

Menurut Purwohadiyanto (2006), dalam membuat tembak kualitas air dan tanah
menjadi sangat penting untuk diperhatikan secara cermat, salah satu diantarannya
adalah reaksi tanah, disini pH merupakan parameter derajat keasaman. Reaksi
tanah yang akan digunakan untuk membuat tambak harus netral atau basa, maka
pH tanah dan air harus selalu dipantau karena pH dapat berubah oleh berbagai
sebab.
2.4 Konsistensi Tanah
2.4.1 Pengertian Konsistensi Tanah

Menurut Hanafiah (2009), apabila struktur merupakan hasil keragaman gaya-gaya


fisik (kimiawi dan biologis) yang bekerja dari dalam tanah, maka konsistensi
merupakan ketahanan tanah, tehadap tekanan gaya-gaya dari luar, yang merupakan
indicator derajat manifestasi bebatuan dan corak gaya-gaya fisik (kohesi dan adhesi)
yang bekerja pada tanah dengan tingkat kejenuhan airnya.

Menurut Sutanto (2005), konsistensi tanah ditafsirkan sebagai bentuk kerja kakas
(force) fisik adhesi dan kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat
kelengkapan.
2.4.2 Macam-Macam Konsistensi Tanah

Menurut Susanto (2005), macam-macam konsistensi tanah yaitu :


(1) Konsistensi tanah
Konsistensi basah diamati pada saat tanah dalam keadaan basah akan
berada di atas kapasitas lapang.
a) Kelekatan adalah keadaan adhesi tanah terhadap benda lain
- Tidak lekat
- Agak lekat
- Lekat
- Sangat lekat
b) Plastisitas adalah kemampuan bahan tanah untuk diubah bentuknya
karena pengaruh tekanan dan tahap pola pada bentuk semula meskipun
tekanan lebih dilepaskan
- Tidak plastis
- Agak plastis
- Plastis
- Sangat plastis
(2) Konsistensi lembab
Konsistensi lembab diamati pada kondisi kurang lebih antara angin
dan kapasitas lapang, dengan cara diremas sampai tanah agak lembab
- Lepas-lepas
- Sangat gembur
- Gember
- Teguh
- Sangat teguh
- Luar biasa teguh
(3) Konsistensi kering
Konsistensi kering diukur dengan cara memecah agregat dalam
keadaan kering angin menggunakan ibu jari dan telunjuk atau
menggunakan tangan
- Lepas-lepas
- Lunak
- Agak keras
- Keras
- Sangat keras
- Luar biasa keras

Menurut Hanafiah (2009), konsistensi diterapkan dalam tiga kadar air tanah
yaitu :
(1) Konsistensi basah (pada kadar air sekitar kapasitas lapang (fild capasity))
untuk meniai : (a) derajat kekuatan tanah terhadap benda-benda yang
dideskripsikan menjadi : tidak lekat, agak lekat, lekat dan sangat lekat
serta (a) derajat kelenturan tanah terhadap perubahan bentuknya, yaitu
non plastic (kaku) agak plastis, dan sangat plastis.
(2) Konsistensi lembab (kadar air antara kapasitas lapangan dan kering
udara) untuk menilai agar kegemburan tanah, di pilah menjadi : lepas,
sangat gembur, gembur, tegh, sangat teguh dan ekstrim teguh
(3) Konsistensi kering (kadar air kondisi kering udara) untuk menilai derajat
kekerasan tanah yaitu : lepas, lunak, agak keras, sangat keras dan
ekstrim keras
2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Konsistensi Tanah

Menurut Hanafiah (2009), factor-faktor yang mempengaruhi konsistnesi tanah


meliputi (1) tekstur, (2) sifat dan jumlah koloid organic maupun anorganik (3) struktur
dan terutama (4) kadar air tawar.

Menurut Sutanto (2005) dua factor utama yang mempengaruhi konsistensi tanah
yakni : (a) kondisi kelegasan tanah (kering, lembab, basah) dan (b) tekstur tanah
(terutama kandungan lempung)
2.4.4 Fungsi Penentuan Konsistensi Tanah

Menurut Sutanto (2005), konistensi tanah yang paling penting untuk menentukan
cara pengolahan yang baik, juga penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan
bawah dan kemampuan tanah menyimpan logos.

Hasil penetrasi konsistens tanah-tanah di swedia oleh Atteberg, disebut konstanta


Atterberg dapat digerakkan sebagai indeks yang (a) menjadikasikan tingkat
akumulasi tingkat akumulasi liat di dalam profil tanah, dan (b) mekanisme pertanian
(Hanafiah, 2009).
2.5 Kapasitas Tanah Menahan Air
2.5.1 Pengertian Kapasitas Tanah Menahan Air

Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik : gravitasi.
Air yang dapat ditahan oleh tanah disebut tirus menerus diserap oleh akar-akar
tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin bening (Madjid, 2009).

Kemampuan potensial tanah menahan air hujan dan diran permukaan untuk tipe
penggunaan lahan non sawah dihitung berdasarkan total ruang pori tanah,
kandungan air tanah pada kapasitas lapang, zona perekatan, dan inforsepsi air oleh
rajuk tanaman (Yusmandhany, 2004).
2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas tanah menahan air

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-
tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil dari pada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya
lebih mudah kekeringan dari pada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat (Madjid,
2009).

Kemampuan menahan ait dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah
bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air lebih kecil dari pada tanah
bertekstur halus (Scribt, 2010).
2.5.3 Fungsi Penentuan Kapasitas Tanah Menahan Air

Berbagai fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah :


(1) Sebagai unsure hara tanaman
Tanaman memerlukan air dari tanah bersamaan dengan kebutuhan CO L dari
udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis
(2) Sebagai pelarut unsure hara
Unsure-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari
larutan tersebut.
(3) Sebagai bagian dari sel-sel tanaman
Air merupakan bagian dari protoplasma sel tanaman.

Menurut pemerintah nunukan (2004), Ada yang terdapat di dalam tanah karena
ditekan / diserap oleh massa tanah oleh lapisan kadar air atau karena keadaan
drainase yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah :
- Sebagai unsure hara tanaman
- Sebagai pelarut unsure hara
- Sebagai bagian dari sel tanaman
2.6 Pupuk Dan Pengapuran
2.6.1 Pengertian Pupuk Dan Pengapuran

Dalam pengertian sehari-hari pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah. Sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan-
bahan tersebut ke tanah agar tanah lebih subur (Hardjowigeno, 2004).

Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam perairan (kolam atau tambak) untuk
meningkatkan pH tanah dan air (Purwohadiyanto, 2006).

Pupuk diaplikasikan pada kolam untuk menambal, konsentrasi nutrient anorganik,


memperbesar pertumbuhan fitoplankton dari pada akhirnya mempertinggi produksi
dari ikan atau crustacean (Boyd, 1990).
2.6.2 Fungsi Pupuk Dan Pengapuran

Dalam alam yang bebas dari pengaruh manusia perkembangan tanaman seimbang
dengan pelapukan batu-batuan dan pelapukan sisa-sisa organism tetapi dengan
usaha yang dilakukan manusia ini maka proses penghayutan dan pencucian zat
hara yang hilang dari tanah diperbesar (Hardjowigeno, 2007)

Menurut Widijarko (2005) kapur pada umumnya menghasilkan peningkatan total


alkanitas dan kesadaran total. Peningkatan alkanitas dan kesadahan total setelah
pemberian kapur ternyata berhubungan derajat keasaman air dan dengan jumlah
kapur yang diinginkan.
2.6.3 Macam Dan Jenis Pupuk Serta Penjelasannya

Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah
pupuk yang langsung di dapat dari alam, misalnya phospat alam, pupuk organic
(pupuk kandang, kompos dan sebagainya). Jumlah dan jenis unsure hara dalam
pupuk akan terdapat secara alami. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik
dengan jenis dan unsure haranya sengaja ditambahkan pada pupuk tersebut dalam
jumlah tertentu. (Hardjowigeno, 2007).

Menurut Purwohadiyanto (2006), pupuk dibagi menjadi 2 golongan yaitu pupuk alam
yang meliputi pupuk hijau yang berasal dari bahan tumbuhan, pupuk kandang yang
berasal dari kotoran hewan ternak dan kompas, pupuk tersebut dari kotoran hewan
ternak dan kompos, pupuk tersebut disebut juga pupuk organic. Sedangkan pupuk
yang kedua adalah pupuk buatan biasa disebut pupuk anorganik. Semakin
meningkat penggunannya hubungan dengan kebutuhan akan pupuk semakin hari
semakin meningkat maka pembangunan pabrik-pabrik untuk memenuhi kebutuhan
meningkat juga sehingga tidak hanya menggantung dari pupuk alam saja.
2.6.4 Kandungan Pupuk Organic

Menurut Knoty, katpo dan Hide (1970) dalam Hardjowigeno (2007), secara umum
dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P 2O5
dan 5 kg K2O serta unsure-unsur piara esensial lain dalam jumlah yang relative kecil.

Menurut Herwadi (1990) dalam Purwohardiyanto (2006), bahwa penggunaan pupuk


kandang adalah
- Pupuk kotoran sapi sebanyak 7.5 ton / ha
- Pupuk kotoran kuda sebanyak 5-7.5 ton / ha
- Pupuk kotoran kambing sebanyak < - 5.5 ton / ha

Pupuk digunakan dua minggu sebelum tanah atau tebar benih ikan

Menurut Subarijanti (2000) pupuk alam umumnya mengandung sedikit unsure hara,
sehingga dalam penggunaannya diperlukan jumlah yang cukup banyak.
2.6.5 Proses Pembuatan Pupuk Organic

Menurut Hardjowigeno (2007) kompos adalah bahan organic yang dibusukkan pada
suatu tempat yang telrindung dari matahar dan hujan, diatur kelembapannya dengan
menyiram air bila terlalu kering untuk mempercepat perombakan dapat ditambah
kapur, sehingga terbentuk kompos dengan C/N rasio rendah yang siap digunakan
bahan untuk kompos dapat berupa sampah, atau sisa-sisa tanaman tertentu. (jerami
dan lain-lain)

Kotoran ternak besar dikumpulkan 1-3 hari sekali pada saat pembersihan kandang
dan dikumpulkan dengan cara ditumpuk disuatu tempat tertentu. Petani yang telah
maju ada yang memberikan mikroba decomposer dengan tujuan untuk mengurangi
bau tetapi banyak pula yang hanya sekedar di tumbuk dan dibiarkan sampai pada
waktunya digunakan di lahan (Hartatik, dan Widowati, 2009).

Menurut Annas (2007), teknis pembuatan kompos untuk setiap kuintal bahan
kompos dibutuhkan bahan sebagai berikut :
1. Kotoran hewan / jerami = 100 kg
2. Serbuk gergaji = 20 kg
3. Bekatul = 2 kg
4. Cm = 50 cc
5. Tetes tebu / larutan tanah gula = 100 cc
6. Air = 25 liter
7. Nutrisi = secukupnya

Cara pembuatan
1) Bahan 1,2,3 dicampur hingga merata
2) Bahan 4,5,6 dan 7 dilarutkan dalam air (bahan 6)
3) Larutan pada print b disiramkan pada adonan (hasil campuran peina)
tunggal homogeny
4) Adonan dibuat gundukan
5) Adonan ditutup dengan plastic 4-5 hari dan setiap harinya adonan diaduk
dan dibalik dan ditutup kembali dengan plastic
6) Proses dekomposisi berlangsung ditandai dengan naiknya suhu
7) Hasil kompos dikatakan berhasil dengan tanda :
- Dipegang tidak lengket
- Tidak bau dan tidak panas
- Warna lebih logam / mengkilap
2.7 Plankton Dan Kesuburan Perairan
2.7.1 Pengertian Kesuburan Perairan

Kesuburan perairan adalah suatu keadaan perairan dimana kondisi fisik, kimia dan
biologi dalam keadaan yang optimal bagi perairan (Suyanto, 2006)

Menurut Acong (2010) produktivitas perairan memberikan gambaran mengenai


kemampuan biota untuk dapat melakukan aktifitas hidupnya. Kajian terhadap
produktifitas perairan dapat didekati dengan mengkaji profil beberapa biota laut
terutama plankton, bethas dan nekton. Untuk menduga tingkah kesuburan
(produktivitas) perairan laut dapat didekati dengan melakukan analisa fisika, kimia,
biologi yang bersangkutan.
2.7.2 Pembagian Penggolongan Berdasarkan Kesuburan

Menurut Getman dan Horne (1983) dalam apridayanti (2008) berdasarkan


kandungan hara (tingkat kesuburan) danau di klasifikasikan dalam 3 jenis, yaitu
dengan danau eutropik, danau digotropik danau mesotropik.

Menurut Kevein (2004), penggolongan kesuburan periran dibagi menjadi :


 Oligotrophic, perairan yang mengandung konsentarsi nutrient yang dibutuhkan
oleh tumbuhan untuk tumbuh serta produktivitas secara keseluruhan yang
rendah
 Eutrophic, perairan yang secara umum kandungannya sangat berbeda dengan
oligotropic perairan ini kaya akan nutrient yang dibutuhkan perairan dan
produktivitasnya yang tinggi
2.7.3 Pembagian Plankton Berdasarkan Jenis

Fitoplankton jenisnya ada yang berupa diatome dan dinoflagellata adalah dominan
selalu diseluruh laut sebagai produsen. Diatome di dapat di daerah-daerah beriklim
kutub dab sedang, untuk perairan beriklim subtropics dan tropis dioflagellata sangat
dominan (Setiadi, 1986)

Menurut Marine Science center (2003), zooplankton adalah hewan yang berukuran
plankton adalah perenang yang lemah sedangkan fitoplankton adalah tumbuhan
berukuran plankton yang tidak dapat berenang.

Fitoplankton jenisnya ada yang berupa diatome dan dinoflagellata adalah dominan
sekali diseluruh laut sebagai produsen. Diatom di dapat di daerah – daerah beriklim
kutub dan sedang, untuk perairan beriklim sub tropic dan tropic dinoflagellata sangat
dominan (Setiadi, 1986).
2.7.4 Pembagian Planstok Berdasarkan Tingkah Laku

Menurut Nontji (2008) dalam Assoniusosa (2009) membagi plankton berdasarkan


sebaran horizontalnya, baik fitoplaknton maupun zooplankton menjadi
- Plankton neritic (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas yang
relative rendah
- Planktonoceanik : hidup di perairan lepas pantai hingga ke tengan samudra

Menurut Uncategorized (2009) dilihat dari sebagian partikelnya plankton dapat


dibagi menjadi :
a. Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai
kedalaman sekitar 100 m
b. Mesoplankton adalah plankton yang hidup di lapisan tengah, padat kedalaman
sekitar 100-400 m
c. Hipoplankton adalah plankton yang hidup pada edalaman lebih dari 400 m.

Menurut Goldman dan Alexander (1983) plankton dibagi menjadi


1) Holoplankton, merupakan plankton yang banyak dijumpai, termasuk ganggang
seperti : Asterionella, Fragilaria, dan Tubellaria
2) Meroplankton, merupakan plankton yang cukup banyak yang termasuk
golongan ini seperti diatom melosira.

Menurut Horne dan Charles (1994) yang termasuk zooplankton adalah


microzooplankton, seperti protozoa, porifera, dan moseplankton yaitu crustacean.
2.7.5 Jenis Plankton Yang Merugikan Dan Menguntungkan

Menurut Lestari dan Edward (2004) jenis-jenis fitoplankton beracun yang berhasil
diidentifikasi dalam kasus kematian missal ikan-ikan dan di teluk Jakarta ini antara
lain adalah Pyrodinium, sp, gymnodium sp, protoperidiun sp, protocebnim sp, dan
dynopsis cruatade.

Menurut Saehlan (1983) dalam Widjaya (2009) jenis dan kelimpahan fitoplankton
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan kelas yang menguntungkan dan
merugikan. Berdasarkan hasil yang dapat menunjukkan bahwa kelimpahan dari
kelompok nynephyceae dan cyrophcase (jenis yang merugikan) berfluktuasi dengan
kelompok bacillario phyceae dan chlorophyceace jenis yang menguntungkan.

2.8 Hubungan Tekstur Tanah dan Kapasitas Tanah Menahan Air


Tanah – tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran besar,
maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang
lebih kecil, sehingga sulit menyerap (menarah) air dan unsur har. Tanah – tanah
bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan
unsur hara lebih tinggi dari tanah bertekstur kasar, (Hardjowigeno, 2007).

Pasir mempunyai rongga udara yang berukuran besar di dalam tanah sehingga tidak
bisa menahan air yang ada di atasnya. Sedangkan pada tanah liat, pori-pori yang
kecil dan teksturnya halus membuat penyerapan atau perembesan air ke dalam
tanah lebih sedikit.

2.9. Hubungan antara pH Taah dan Kesuburan

Di dalam mempelajari tanah, kemasaman merupakan ersoalan penting yang


sangat menentukan dalam pemupukan karena kemasaman tanah merubah populasi
dan aktivitas jasad mikro yang berperan dalam transformasi, Si, N, S, dan P dalam
tanah, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi ketrsediaan unsur-unsur
tersebut bagi alga, (Subarijanti, 2000).

pH tanah berkaitan dengan kesuburan tanah sebab pH dapat menentukan kadar


hara bagi suatu tanah. Sehingga pH tanah yang normal juga menyediakan banyak
unsur hara dan tentu berpengaruh pada kesuburan.

2.10 Hubungan Jenis tanah dengan Kesuburan Perairan

Tanah mempengaruhi organisme yang hidup di perairan. Tanah yang mengandung


bahan organik dikatakan sebagai pemasok zat hara yang dapat mempercepat
pertumbuhan algae di tambak atau kolam. Jika suatu perairan banyak dihuni algae
menunjukan perairan tersebut subur. Tanah yang subur akan mepengaruhi
kesuburan perairan. Perairan tersebut dikatakan subur apabila di dalamya cukup
bannyak mengandung unsur hara atau nutrien yang dapat mendukung kehidupan.
Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap suaatu kesubran suatu perairan, karena
adanya kandungan unsur hara dan mineral dalam tanah yang mempengaruhi
kesuburan perairan. Hal tersebut sesuai pendapat Suharjanti (2000), tanah yang
banyak mengandung bahan organik dikatakan sebagai pemasok zat hara N dan P
yang dapat mempercepat pertumbuhan algae di tambak atau kolam. Sedangkan
algae merupakan indikator kesuburan suatu perairan.

2.11 Hubungan Pemupukan dan Kesuburan Perairan

Pemupukan yang dilakuakan di perairan bertujuan untuk menambah unsur-unsur


hara organik atau anorganik kedalam perairan. Dalam jumlah besar dibutuhkan
fitoplankton dalam pertumbuhhannya. Pemupukan berguna untuk memperbaiki
kesuburan disuatu periaran dan pemupukan bermanfaat untuk meningkatkan unsur
hara dalam suatu perairan. Hal tersebut sesui pendapat Subarijanti (2000),
penambahan pupuk kekolam dalam ini maksudnya untuk meningkatkan atau
mempercepat pertumbuhan fitoplankton (algae). Karena fitoplakton dalam
pertumbuhan sangat membutuhkan nitrogen terutama dalam bentuk orto- fofat.

2.12 Hubungan Jenis Pupuk dengan Kelimpahan plankton

Pemupukan diperairan bertujuan untuk menambah zat organik dan anorganik yang
dibuthkan oleh plankton untuk tumbuh dan hidup. Pupuk mampu mengembalikan
unsur hara makro (N, P, dan K) yang mudah hilang. Jadi jika makanan dan
kebutuhan hidup yang lain terpenuhi pertumbuhan dan perkembang biakan plankton
dapat cepat. Hal tersebut sesuai pendapat Purwohadiyanto (2006), perkembangan
dan perumbuhan algae akan meningkat jika digunakan ialah jenis pupuk yang tepat
dalam arti seuai kebutuhan dosis pupuk yang tepat dan cara pemupukannya.

2.13 Aplikasi Ilmu tanah dalam Perairan

Jadi sangat diperlukan ilmu tanah untuk mengetahui cara mengolah tanah yang
baik, tepat dan benar, serta mendapat hasail yang maksimal, Karena tanah yang
digunakan untuk kegitan budidaya akan memberikan dampak pada kualitas
air,organisme dan lain-lain. Tanah secara langsung atau tidak langsung mempunyai
peran untuk mempengaruhi kondisi perairan. Jika kondisi tanah baik dan subur
maka perairannya juga akan mengikuti. Misal tentang pH yang harus dijaga karena
pH bisa sangat beracun bagi organisme yang kita budidayakan. PH tanah tak akan
jauh beda dengan pH suatu perairan tersebut. Maka sangat diperlukan pengolah
tanah yang baik dan benar agar tercipta ekosistem kolam atau tambak yang
harmonis.

PENUTUP

Kesimpulan

 Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi tersusun dari mass
padat, cair dangas dan gas yang terdapat di permukaan bumi, berasal
dari pelapukan bantuan atau dekomposisi bahan organic.

 Hubungan tekstur tanah dan kapasitas tanah menahan air, jika tanah
bertekstur liat, mempunyai luas permukaan yang lebih besarsehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.

 Hubungan pH tanah dengan kesuburan adalah pH tanah berkaitan


dengan kesuburan tanah, sebab pH tanah menentukan kadar hara bagi
suatu tanah. Sehingga ph tanah yang normal juga menyediakan banyak
unsur hara dan tentu berpengaruh pada kesuburan.

 Hubungan jenis tanah dengan kesuburan peraiaran, Jadi jenis tanah yang
tidak terlalu banyak mengandung pasir tergolong subursebab pada
tanah pasir porositas tinggi sehingga unsur hara dan air tidak tertahan
sempurna.

 Hubungan pemupukan dengaan kesuburan perairan adalah pemupukan


berguna untuk memperbaiki suatu kesuburan perairan dan pemupukan
bermanfaat untuk meningkatkan unsur hara yang ada di dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Annas. 2007. Teknik Pembuatan Pupuk Organik “Bokhasi”. Https//:
Insidewinnile.blogspot.com/2007/11/teknik_pembuatan_pupuk_organik_bok
asi.html. Diakses 4 November 2010 pukul 15.00 WIB
Apridayanti, Eka. 2008. Evaluasi Pengolahan Lingkungan Perairan Waduk Luhur
Kabupaten Malang Jawa Timur.
Http//:www.eprints.undip.ac.id/17304/1/Eka_Apridayanti.pdf.
Diakses tanggal 4 November 2010 pukul 15.00 WIB
Boyd.1990.Water Quality In Dacor For Aqua Culture. Departement of Fishes’s
Allice Aquaculture Auba. University Allabana
Dariah, Ai, H, subagyo, Lhendy Fatakronanto dan Setiani Narwanto. 2009.
Kepekaan Tanah Terhadap Erosi. http://www.prakata.og.id. Diakses
tanggal 4 November 2010 pukul 15.30
Djunaedi. Eka. 2000. Evaluasi Pengolahan Lingkungan Peraiaran Waduk Luhur
Kabupaten Malang Jawa Timur.
http://www.eprints.undip.ac.id/17305/1/Eko_Djunaedi.pdf. Diakses tanggal 4
November 2010 pukul 15.35 WIB
Goldman and Charle. 1983. Limnology. Mc Grow Hill Book Company.London
Hanafiah, Kemas Air. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Handayanto dan Hariah. 2007. Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah
Sehat. Pustaka Adipura. Malang
Hardjowigeno, Surema. 2007. Ilmu Tanah. Hadimuka Pressindo. Bogor
Hartati dan Widowati. 2005. Pupuk Kandang. http://widowati.pupuk-kandang.pdf.
Diakses tanggal 21 Oktober 2010 pukul 12.45 WIB
Horne dan Charles P Goldman. 1994. Limnology Second edition. Mc Grow Hill.
Inc. New York
http://www.marsiotedi.multiply.com/Jurnal_ilmu_Kesuburan_tanah diakses pada 4
November 2010 pukul 15.20 WIB
http://www.difika.blogspot.com/2010/100 Diakses tanggal 4 November 2010 pukul
15.00 WIB
Kordi, M Ghufron H.K dan Anas Baso Tancung. 2007 Pengolahan Kualitas Air
Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Indonesia
Lestari dan Edward Budiman.2004. Jenis Plankton Pelagis.
http://www.Planktonholic.wordpress.com Diakses tanggal 5 November pukul
08.50 WIB
Majdid, Abdul. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com
Diakses 4 November 2010 pukul 15.45 WIB
Marine Sciene Center. 2003. Plankton. http://Ck3p2.wordpress.com Diakses
tanggal 4 November 2010 pukul 14.30 WIB
Purwohadianto. 2006. Pemupukan dan Kesuburan Perairan Budidaya.
Universitas Brawijaya Fakultas perikanan Jurusan Budidaya. Malang
Scribd. 2010. Hubungan Air Tanah dan Tanaman.
http://www.scribd.com/doc/37677/88 hubungan-air-tanah-dan-tanaman-
hampir-jadi Diakses tanggal 4 November 2010 pukul 14.15 WIB
Setiadi, Widjojo. 1986. Pengaruh Parameter Kimai Lingkungan Tehadap
Distribusi Plankton Di Perairan Belitung.
http://Journal.Sciences/plankton/pada/perairan/belitung.pdf. Diakses pada
tanggal 5 November 2010 pukul 09.22 WIB
Subarijanti, Hermawati, Urmi. 2000. Pemupukan Kesuburan Perairan. Fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya. Malang
Sunarmi, Prapto, Sri Andayani, Purwohadiyanto. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Brawijaya. Malang
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Jakarta
Suyanto, Rachmatan. 1984. Pemupukan Tambak Departemen Pertanian. Jakarta
Untan. 2008. Dasar-Dasar Ilmu tanah. http://syadiashare.com/tanah.html Diakses
Tanggal 9 November 2010 pukul 14.30 WIB

Widjaya, Ismoko. 2004. Hubungan Komunikasi Fitoplankton dengan Produksi


Udang Vannamei di Tambak Biotrib http
://www.iirc.ipb.ac.id.JSPWbitstroam/123456789/abstan.pdf.
Diakses 4 November 2010 pukul 16.18 WIB
Yusmandhani, Endang, Sudarmo. 2004. Kemampuan Potensial Tanah Menahan
air Hujan Dan Aliran Permukaan Berdasarkan Tipe Penggunaan Luhur
di Daerah Bogor Bagian Tengah.
http://www.pustaki.dep.go.id/publikasi/blogspot/pat Diakses pada tanggal 4
November 2010 pukul 18.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai