Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup sebagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hesan darat, tanah menjadi lahan untuk dan
bergerak. (Paryoto, 2010).
Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel tanah primer (bahan minearl) dan
bahan organic sertaa oksida, membentuk agregat sekunder. Gatra agregat tanah
meliputi padatan dan pori tanah (Sutanto, 2006)
Apabila tekstur mencerminkan ukuran partikel dari fraksi – fraksi tanah, maka
struktur merupakan penampakkan bentuk atau susunan partikel-partikel primer
tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan
partikel-partikel primer yang disebut ped (pengumpalan)) yang membentuk agregat
(bungkah) (Hanafiah, 2009)
2.2.2 Macam-Macam Struktur Tanah
Struktur tanag adalah penyusunan antara partikel tanah primer (bahan primer /
bahan mineral) dan bahan organic serta oksidasi membentuk agregat sekunder.
(ratra agregat tanah meliputi bahan padatan dan pori tanah) (Sutanto, 2005).
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Tanah
Menurut Hadayanti dan Hairiah (2007) agregasi tanah dan struktur tanah merupakan
sifat tanah yang penting karena mempengaruhi produktifitas tanah walaupun factor
abiotik seperti bahan induk, iklim, penyusun tanah, dan kation-kation terserap
(misalnya Na+ yang cenerung mendispesi partikel tanah), meruakan parameter
penting dalam pembentukan agregat tanah, factor biotic juga berperan dalam
agregasi tanah. Bahan organic di dalam agregat pada dasarnya berasal dari
organism (galaktose, manase, glukose) dan tanaman (Xylose, erabinase).
Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsure hara tinggi. Tanah bertekstur
halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanag bertekstur kasar. Tanah
bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit
menyerap (menahan) air dan unsure hara (Untan, 2008).
Keasaman tanah disebabkan oleh ion Ht yang dihasilkan pada tanah nitrat
dipengaruhi oleh kandungan kation dalam bahan induk. Kation-kation dilepaskan
pada saat terjdi pelapukan dan KTK dari koloid tanah dijenuhi oleh kation sampau
konsentrasi tertentu. Factor lain seperti iklim perkembangan tanah dan lain-lainnya
juga akan berpengaruh pada pH tanah (Sutanto, 2005).
Menurut Nawawi (2001), factor yang mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain
:
1) Perbandingan air dengan tanah
2) Kandungan garam-garam dalam larutan tanah
3) Keseimbangan CO2 udara dengan CO2 tanah
Web master (2004), pH tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu bahan
induk tanah, pengendapan vegetasi alami, pertumbuhan alami tanaman, kedalaman
tanah dan pupuk hydrogen.
2.3.5 Fungsi Penentuan pH Tanah
Reaksi pH tanah dipakai sebagai ukuran bagi kemasaman tanah, kemasaman aktif
(real), dan kemasaman potensial (cadangan). Penetapan pH tanah merupakan hal
yang pentinf dalam analisis tanah. Masalah pokok dalam pengukuran pH tanah
bukan menunjukkan pH tanah itu masam atau basa, akan tetapi merupakan salah
satu fktor yang dapat mempengaruhi unsure hara bagi tanaman (Nawawi, 2001).
Menurut Purwohadiyanto (2006), dalam membuat tembak kualitas air dan tanah
menjadi sangat penting untuk diperhatikan secara cermat, salah satu diantarannya
adalah reaksi tanah, disini pH merupakan parameter derajat keasaman. Reaksi
tanah yang akan digunakan untuk membuat tambak harus netral atau basa, maka
pH tanah dan air harus selalu dipantau karena pH dapat berubah oleh berbagai
sebab.
2.4 Konsistensi Tanah
2.4.1 Pengertian Konsistensi Tanah
Menurut Sutanto (2005), konsistensi tanah ditafsirkan sebagai bentuk kerja kakas
(force) fisik adhesi dan kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat
kelengkapan.
2.4.2 Macam-Macam Konsistensi Tanah
Menurut Hanafiah (2009), konsistensi diterapkan dalam tiga kadar air tanah
yaitu :
(1) Konsistensi basah (pada kadar air sekitar kapasitas lapang (fild capasity))
untuk meniai : (a) derajat kekuatan tanah terhadap benda-benda yang
dideskripsikan menjadi : tidak lekat, agak lekat, lekat dan sangat lekat
serta (a) derajat kelenturan tanah terhadap perubahan bentuknya, yaitu
non plastic (kaku) agak plastis, dan sangat plastis.
(2) Konsistensi lembab (kadar air antara kapasitas lapangan dan kering
udara) untuk menilai agar kegemburan tanah, di pilah menjadi : lepas,
sangat gembur, gembur, tegh, sangat teguh dan ekstrim teguh
(3) Konsistensi kering (kadar air kondisi kering udara) untuk menilai derajat
kekerasan tanah yaitu : lepas, lunak, agak keras, sangat keras dan
ekstrim keras
2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Konsistensi Tanah
Menurut Sutanto (2005) dua factor utama yang mempengaruhi konsistensi tanah
yakni : (a) kondisi kelegasan tanah (kering, lembab, basah) dan (b) tekstur tanah
(terutama kandungan lempung)
2.4.4 Fungsi Penentuan Konsistensi Tanah
Menurut Sutanto (2005), konistensi tanah yang paling penting untuk menentukan
cara pengolahan yang baik, juga penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan
bawah dan kemampuan tanah menyimpan logos.
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik : gravitasi.
Air yang dapat ditahan oleh tanah disebut tirus menerus diserap oleh akar-akar
tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin bening (Madjid, 2009).
Kemampuan potensial tanah menahan air hujan dan diran permukaan untuk tipe
penggunaan lahan non sawah dihitung berdasarkan total ruang pori tanah,
kandungan air tanah pada kapasitas lapang, zona perekatan, dan inforsepsi air oleh
rajuk tanaman (Yusmandhany, 2004).
2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas tanah menahan air
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-
tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil dari pada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya
lebih mudah kekeringan dari pada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat (Madjid,
2009).
Kemampuan menahan ait dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah
bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air lebih kecil dari pada tanah
bertekstur halus (Scribt, 2010).
2.5.3 Fungsi Penentuan Kapasitas Tanah Menahan Air
Menurut pemerintah nunukan (2004), Ada yang terdapat di dalam tanah karena
ditekan / diserap oleh massa tanah oleh lapisan kadar air atau karena keadaan
drainase yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah :
- Sebagai unsure hara tanaman
- Sebagai pelarut unsure hara
- Sebagai bagian dari sel tanaman
2.6 Pupuk Dan Pengapuran
2.6.1 Pengertian Pupuk Dan Pengapuran
Dalam pengertian sehari-hari pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah. Sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan-
bahan tersebut ke tanah agar tanah lebih subur (Hardjowigeno, 2004).
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam perairan (kolam atau tambak) untuk
meningkatkan pH tanah dan air (Purwohadiyanto, 2006).
Dalam alam yang bebas dari pengaruh manusia perkembangan tanaman seimbang
dengan pelapukan batu-batuan dan pelapukan sisa-sisa organism tetapi dengan
usaha yang dilakukan manusia ini maka proses penghayutan dan pencucian zat
hara yang hilang dari tanah diperbesar (Hardjowigeno, 2007)
Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah
pupuk yang langsung di dapat dari alam, misalnya phospat alam, pupuk organic
(pupuk kandang, kompos dan sebagainya). Jumlah dan jenis unsure hara dalam
pupuk akan terdapat secara alami. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik
dengan jenis dan unsure haranya sengaja ditambahkan pada pupuk tersebut dalam
jumlah tertentu. (Hardjowigeno, 2007).
Menurut Purwohadiyanto (2006), pupuk dibagi menjadi 2 golongan yaitu pupuk alam
yang meliputi pupuk hijau yang berasal dari bahan tumbuhan, pupuk kandang yang
berasal dari kotoran hewan ternak dan kompas, pupuk tersebut dari kotoran hewan
ternak dan kompos, pupuk tersebut disebut juga pupuk organic. Sedangkan pupuk
yang kedua adalah pupuk buatan biasa disebut pupuk anorganik. Semakin
meningkat penggunannya hubungan dengan kebutuhan akan pupuk semakin hari
semakin meningkat maka pembangunan pabrik-pabrik untuk memenuhi kebutuhan
meningkat juga sehingga tidak hanya menggantung dari pupuk alam saja.
2.6.4 Kandungan Pupuk Organic
Menurut Knoty, katpo dan Hide (1970) dalam Hardjowigeno (2007), secara umum
dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P 2O5
dan 5 kg K2O serta unsure-unsur piara esensial lain dalam jumlah yang relative kecil.
Pupuk digunakan dua minggu sebelum tanah atau tebar benih ikan
Menurut Subarijanti (2000) pupuk alam umumnya mengandung sedikit unsure hara,
sehingga dalam penggunaannya diperlukan jumlah yang cukup banyak.
2.6.5 Proses Pembuatan Pupuk Organic
Menurut Hardjowigeno (2007) kompos adalah bahan organic yang dibusukkan pada
suatu tempat yang telrindung dari matahar dan hujan, diatur kelembapannya dengan
menyiram air bila terlalu kering untuk mempercepat perombakan dapat ditambah
kapur, sehingga terbentuk kompos dengan C/N rasio rendah yang siap digunakan
bahan untuk kompos dapat berupa sampah, atau sisa-sisa tanaman tertentu. (jerami
dan lain-lain)
Kotoran ternak besar dikumpulkan 1-3 hari sekali pada saat pembersihan kandang
dan dikumpulkan dengan cara ditumpuk disuatu tempat tertentu. Petani yang telah
maju ada yang memberikan mikroba decomposer dengan tujuan untuk mengurangi
bau tetapi banyak pula yang hanya sekedar di tumbuk dan dibiarkan sampai pada
waktunya digunakan di lahan (Hartatik, dan Widowati, 2009).
Menurut Annas (2007), teknis pembuatan kompos untuk setiap kuintal bahan
kompos dibutuhkan bahan sebagai berikut :
1. Kotoran hewan / jerami = 100 kg
2. Serbuk gergaji = 20 kg
3. Bekatul = 2 kg
4. Cm = 50 cc
5. Tetes tebu / larutan tanah gula = 100 cc
6. Air = 25 liter
7. Nutrisi = secukupnya
Cara pembuatan
1) Bahan 1,2,3 dicampur hingga merata
2) Bahan 4,5,6 dan 7 dilarutkan dalam air (bahan 6)
3) Larutan pada print b disiramkan pada adonan (hasil campuran peina)
tunggal homogeny
4) Adonan dibuat gundukan
5) Adonan ditutup dengan plastic 4-5 hari dan setiap harinya adonan diaduk
dan dibalik dan ditutup kembali dengan plastic
6) Proses dekomposisi berlangsung ditandai dengan naiknya suhu
7) Hasil kompos dikatakan berhasil dengan tanda :
- Dipegang tidak lengket
- Tidak bau dan tidak panas
- Warna lebih logam / mengkilap
2.7 Plankton Dan Kesuburan Perairan
2.7.1 Pengertian Kesuburan Perairan
Kesuburan perairan adalah suatu keadaan perairan dimana kondisi fisik, kimia dan
biologi dalam keadaan yang optimal bagi perairan (Suyanto, 2006)
Fitoplankton jenisnya ada yang berupa diatome dan dinoflagellata adalah dominan
selalu diseluruh laut sebagai produsen. Diatome di dapat di daerah-daerah beriklim
kutub dab sedang, untuk perairan beriklim subtropics dan tropis dioflagellata sangat
dominan (Setiadi, 1986)
Menurut Marine Science center (2003), zooplankton adalah hewan yang berukuran
plankton adalah perenang yang lemah sedangkan fitoplankton adalah tumbuhan
berukuran plankton yang tidak dapat berenang.
Fitoplankton jenisnya ada yang berupa diatome dan dinoflagellata adalah dominan
sekali diseluruh laut sebagai produsen. Diatom di dapat di daerah – daerah beriklim
kutub dan sedang, untuk perairan beriklim sub tropic dan tropic dinoflagellata sangat
dominan (Setiadi, 1986).
2.7.4 Pembagian Planstok Berdasarkan Tingkah Laku
Menurut Lestari dan Edward (2004) jenis-jenis fitoplankton beracun yang berhasil
diidentifikasi dalam kasus kematian missal ikan-ikan dan di teluk Jakarta ini antara
lain adalah Pyrodinium, sp, gymnodium sp, protoperidiun sp, protocebnim sp, dan
dynopsis cruatade.
Menurut Saehlan (1983) dalam Widjaya (2009) jenis dan kelimpahan fitoplankton
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan kelas yang menguntungkan dan
merugikan. Berdasarkan hasil yang dapat menunjukkan bahwa kelimpahan dari
kelompok nynephyceae dan cyrophcase (jenis yang merugikan) berfluktuasi dengan
kelompok bacillario phyceae dan chlorophyceace jenis yang menguntungkan.
Pasir mempunyai rongga udara yang berukuran besar di dalam tanah sehingga tidak
bisa menahan air yang ada di atasnya. Sedangkan pada tanah liat, pori-pori yang
kecil dan teksturnya halus membuat penyerapan atau perembesan air ke dalam
tanah lebih sedikit.
Pemupukan diperairan bertujuan untuk menambah zat organik dan anorganik yang
dibuthkan oleh plankton untuk tumbuh dan hidup. Pupuk mampu mengembalikan
unsur hara makro (N, P, dan K) yang mudah hilang. Jadi jika makanan dan
kebutuhan hidup yang lain terpenuhi pertumbuhan dan perkembang biakan plankton
dapat cepat. Hal tersebut sesuai pendapat Purwohadiyanto (2006), perkembangan
dan perumbuhan algae akan meningkat jika digunakan ialah jenis pupuk yang tepat
dalam arti seuai kebutuhan dosis pupuk yang tepat dan cara pemupukannya.
Jadi sangat diperlukan ilmu tanah untuk mengetahui cara mengolah tanah yang
baik, tepat dan benar, serta mendapat hasail yang maksimal, Karena tanah yang
digunakan untuk kegitan budidaya akan memberikan dampak pada kualitas
air,organisme dan lain-lain. Tanah secara langsung atau tidak langsung mempunyai
peran untuk mempengaruhi kondisi perairan. Jika kondisi tanah baik dan subur
maka perairannya juga akan mengikuti. Misal tentang pH yang harus dijaga karena
pH bisa sangat beracun bagi organisme yang kita budidayakan. PH tanah tak akan
jauh beda dengan pH suatu perairan tersebut. Maka sangat diperlukan pengolah
tanah yang baik dan benar agar tercipta ekosistem kolam atau tambak yang
harmonis.
PENUTUP
Kesimpulan
Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi tersusun dari mass
padat, cair dangas dan gas yang terdapat di permukaan bumi, berasal
dari pelapukan bantuan atau dekomposisi bahan organic.
Hubungan tekstur tanah dan kapasitas tanah menahan air, jika tanah
bertekstur liat, mempunyai luas permukaan yang lebih besarsehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.
Hubungan jenis tanah dengan kesuburan peraiaran, Jadi jenis tanah yang
tidak terlalu banyak mengandung pasir tergolong subursebab pada
tanah pasir porositas tinggi sehingga unsur hara dan air tidak tertahan
sempurna.