Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pertanian, tanah diartikan sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah
berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan
organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Tanah
merupakan bagian terpenting dari bumi yang merupakan tempat berpijaknya manusia dan
juga makhluk makhluk yang lain.dari tanah tersebut dapat dihasilkan berbagai
barangtambang,air,mineral serta unsur hara yang menopang kehidupan bagi tumbuh-
tumbuhan. Ilmu tanah atau padologi adalah yang mempelajari proses-proses
pembentukan tanah beserta faktorfaktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah
dan cara-cara pengamatan tanah dilapangan (Akhmad, 2018).
Sifat-sifat tanah dibagi menjadi sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah. Sifat fisik
tanah adalah sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan kesuburan tanah dan
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman Sifat ini terdiri dari bahan induk
tanah, tekstur tanah, kepadatan tanah. porositas tanah. temperatur tanah. warna tanah, dan
konsistensi tanah. Sedangkan sifat kimia tanah berperan dalam menentukan sifat dan ciri
tanah yang menentukan kesuburan tanah. Sifat ini terdiri dari derajat kemasaman tanah
(ph), kapasitas tukar kation (ktk), p-tersedia, k-tersedia, n-total, dan c-organik. Kesuburan
tanah adalah istilah yang menunjukkan tingkat subur atau tidaknya tanah untuk pertanian
(Susanto, 2012).
Ilmu tanah sangat penting dipelajari sebagai dasar dalam pembudidayaan tanaman.
Dengan memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengruhi kesuburan tanah, maka
proses pengolahan tanah sebagai media tanam dapat dilakukan dengan lebih tepat, efektif
dan efiisien. Berbagai ilmu dasar dapat kita jadikan pedoman untuk mempelajari ilmu-
ilmu lain tentang pertanian dan sebagai pedoman dalam pengaplikasiannya untuk
masyarakaat. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa pertanian harus paham tentang
dasaar-dasar ilmu kesuburan tanaman (Madjid, 2011).
Manfaat mengikuti praktikum DITK yaitu sebagai bahan informasi dalam
menentukan tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman pada daerah tersebut. Praktikum
ini memberikan metode bagaimana mengukur suatu kandungan dalam tanah. Praktikum
DITK juga akan memberikan informasi bagaimana cara mengukur tingkat kesuburan
tanah pada daerah tersebut. Dengan memahami kondisi kesuburan tanah maka kita dapat
menentukan pengolahan lahan yang tepat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Tujuan Praktikum di Laboratorium
Membandingkan hasil pengamatan dan perhitungan di laboratorium sesuai
dengan teori yang diberikan atau sebaliknya, selain itu dapat melatih
mahasiswa dalam menggunakan peralatan di laboratorium.
b. Tujuan Praktikum di Lapangan
Memahami tentang model morfologi tanah dan sebagai sifat tanah secara
langsung memulai dari kondisi lapangan , morfologi tentang lahan dan profil
tanah dilapangan.

2. Tujuan Khusus
a. Kadar Lengas Tanah Kering Udara
1) Mengetahui kadar lengas tanah kering udara tanah gumpal
2) Mengetahui kadar lengas tanah kering udara tanah Ø 2 mm
3) Mengetahui kadar lengas tanah kering udara tanah Ø 0,5 mm
b. Kerapatan Massa Tanah (BV)
Mengetahui kerapatan massa tanah dengan berbagai jenis tanah
c. Kerapatan Butir Tanah (BJ)
Mengetahui kerapatan butir tanah ₡ 2,0 mm
d. Tekstur Tanah
Menentukan kelas tekstur tanah menurut segitiga USDA
e. Konsistensi Tanah
1) Menetapkan batas cair (BC)
2) Menetapkan batas lekat (BL)
3) Menetapkan gulung (BG)
4) Menetapkan batas berubah warna (BBW)
a. Menghitung jangka olah (JO)
b. Menghitung indek plastisitas (IP)
c. Menghitung persediaan air maksimum dalam tanah (PAM)
f. Reaksi Tanah (ph)
1) Menetapkan pH H2O tanah
2) Menetapkan pH KCl tanah
g. Kadar Bahan Organik Tanah
Menetapkan kadar C-organik tanah dan kadar banan organik tanah
h. N- Total Tanah
Menetapkan kadar N Total tanah, Menghitung C/N tanah
i. Kpk Tanah Secara Kualitatif
1) Membuktikan muatan negatif zarah-zarah tanah dengan dua macam zat warna
(gentian violet dan eosin red)
2) Membuktikan pengaruh luas permukaan zarah tanah terhadap KPK (Kapasitas
Pertukaran Kation) tanah
j. Pengenalan Jenis Pupuk
Mengenal berbagai jenis pupuk berdasarkan sifat fisik dan kimia pupuk
k. Membuat Pupuk Campur
Mengetahui pembuatan pupuk campur
l. Deskripsi Profil Tanah
m. Menentukan profil tanah dan karakteristik setiap lapisan tanah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman yang
menyuplai kebutuhan air dan udara. Tanah yang mengalami kerusakan seperti
kekurangan unsur hara hingga tanah tandus merupakan masalah serius. Hal ini karena
secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai haraatau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S,
Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl) (Suastika et al, 2014).
Secara biologi, tanah berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman. Sedangkan secara integral, tanah mampu menunjang produktifitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri
perkebunan, maupun kehutanan. Tanah mempunyai berbagai permasalahan seperti
tingkat keasaman tinggi, dan kandungan BO yang rendah yang akan mempengaruhi atau
menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri (Danu, 2015)
Tanah dibutuhkan oleh banyak orang sedangkan tanah jumlahnya tidak bertambah
atau tetap, sehingga tanah yang tersedia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan yang
terus meningkat terutama kebutuhan akan tanah untuk membangun perumahan sebagai
tempat tinggal, untuk bercocok tanam atau pertanian, serta untuk membangun fasilitas
umum dalam rangka memenuhi tuntutan tehadap kemajuan di berbagai bidang
kehidupan. Untuk itu diperlukan campur tangan manusia dalam upaya pengolahan tanah
suspaya tanah yang ada tetap terjaga kelestariannya serta dibutuhkan pemahaman yang
cukup mendalam tentang tanah (Gusmara et al, 2016)

B. Kadar Lengas Tanah Kering Udara


Tanah merupakan salah satu media tanam tanaman, baik tanaman semusim maupun
tanaman tahunan untuk kemaslahatan manusai dan makhluk hidup lainnya. Tanah
mempunyai sifat yang terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh factor
iklim, bahan induk, topografi, organisme, dan waktu Air tanah adalah air yang
dikandung oleh tanah baik yang terikat secara kuat oleh permukaan partikel tanah
maupun air yang kurang dapat diikat dan mudah dibebaskan untuk kebutuhan tanaman.
Air yang terdapat di dalam tanah berasal dari berbagai sumber seperti hujan dan air
atmosfer lainnya (embun, salju, dan kabut), tetapi air yang jatuh ke tanah ini hanya
sedikit sekali berperan bagi tanaman jika tanah tidak mampu menahan air tersebut bagi
kebutuhan tanaman (Prima , 2014).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat
dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat
atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3
jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap
air) dan cairan; (b) air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai
lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang
berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2012).
Kemampuan tanah menahan air ini sangat tergantung kepada sifat fisik tanahnya,
terutama kedalaman tanah, tekstur, struktur, serta kandungan bahan organik. Kemampuan
tanah dalam menahan air yang dapat digunakan oleh tanaman dinamakan dengan
kapasitas menahan air tersedia oleh tanah. Faktor yang mempengaruhi kandungan lengas
atau kandungan air dalam tanah antara lain iklim, kandungan bahan organik, fraksi
lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun
anorganik (Andriyanti, 2012)

C. Kerapatan Massa Tanah (BV)


Kerapatan massa tanah (bulk density) adalah perbandingan antara berat tanah dengan
volume tanah termasuk ruang pori di dalam tanah yang perhitungan ruang tanah diduduki
butir padat dan pori. Berat volume dinyatakan dalam massa suatu kesatuan volume tanah
kering menyangkut benda padat dan pori yang terkandung di dalam tanah. Bulk density
banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti propositas, kekuatan, daya dukung,
kemampuan tanah menyimpan air, drainase, dll (Hanafiah, 2010).
Kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi
menurut jumlah ruang partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya
rata-rata 2,6 gram/𝑐𝑚3. Kandungan bahan organik didalam tanah sangat mempengaruhi
kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerpatan butirnya lebih kecil
daripada subsoil. Meskipun demikian kerapatan butir tanah tidak banyak berbeda. Jika
berbeda maka terdapat variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik
(majid, 2010).
Kerapatan tanah menunjukkan kepadatan tanah dan perbandingan antara berat tanah
kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Semakin padat suatu tanah
semakin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin sulit meneruskaan air atau ditembus
akar tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar 1,1 – 1,6 g/cc. Beberapa tanah
mempunyai bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya tanah andisol), bahkan ada yang
kurang dari 0,10 g/cc (misalnya tanah gambut).bulk density penting untuk menghitung
kebutuhan pupuk atau air untuk setiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per
hektar (hardjowigeno, 2015).

D. Kerapatan Butir Tanah (BJ)


Kerapatan butir tanah adalah berat tanah kering per satuan volumepartikel padatan
tanah. Kerapatan butir tanah menyatakan berat butir-butirpadat tanah yang
terkandung di dalam tanah. Menghitung kerapatan butir tanah, berarti
menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbanganhanya diberikan
untuk partikel yang solid. Kerapatan partikel tanah (PD) adalah properti tanah
yang penting untuk menghitung porositas tanah dan angka pori. Namun, banyak
studi mengasumsikan nilai konstan, biasanya 2.65Mg/m (Prima , 2014).
Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan
butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari
subsoil. Walau demikian kerapatan butir tanah tidak berbeda banyak pada tanah yang
berbeda, jika tidak, akan terdapat suatu variasi yang harus mempertimbangkan kandungan
tanah organik atau komposisi mineral. Kadar air mempengaruhi volume kepadatan tanah,
dimana untuk mengetahui volume kepadatan tanah dipengaruhi oleh tekstur dan
strukturtanah, sebab tanpa adanya pengaruh kadar untuk ditanami pada tanah minera
(Martin et al, 2016).
Dengan mengetahui kerapatan butir tanah (BJ tanah) maka dapatmengetahui
pula tingkat porositas pada tiap jenis tanah. Jika particle densitysuatu lahan rendah, maka
tanah tersebut kurang baik untuk dijadikan mediatanam, sebaliknya jika nilai particle
density tinggi, maka baik untuk dijadikansuatu media tanam bagi produktivitas tanaman.
Bahan organik memiliki beratyang lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang
lain dalam volumeyang sama, jumlah bahan organik dalam tanah jelas mempengaruhi
kerapatanbutir. Akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil
darisub soil (Hakim, 2016)

E. Tekstur Tanah
Tanah merupakan lapisan paling luar dari bumi yang melapisinya dengan berbagai
jenis dan ukuran yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tanah, yaitu Iklim, topografi, organisme hidup, waktu, dan bahan induk.
Tekstur tanah atau disebut besar butir tanah,adalah salah satu sifat tanah yang paling
sering di tetapkan. Tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut,
udara, pergerakan udara, pergerakan panas, berat volume tanah luas permukaan spesifik,
kemudahan tanah memadat, dan lainnya (Danu, 2015)
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi tanah,yaitu pasir (sand), debu (silt),
dan liat(clay). Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat
tahan terhadap proses pelapukan. Tanah pasir memiliki tekstur yang kasar. Terdapat
ruang pori-pori yang besar diantara butiran-butirannya sehingga kondisi tanah ini menjadi
struktur yang lepas dan gembur. Dengan kondisi yang seperti itu menjadikan tanah pasir
ini memiliki kemampuan yang rendah untuk dapat mengikat air. Fraksi debu biasanya
berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, dan pada saat pelapukannya
akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur
dibandingkan tanah bertekstur pasir (Fatmawati, 2014).
Fraksi Lempung mempunyai komposisi yang imbang antara fraksi kasar dan fraksi
halus, dan lempung sering dianggap sebagai tekstur yang optimal untuk pertanian. Hal ini
disebabkan oleh kapasitasnya menjerap hara pada umumnya lebih baik daripada pasir;
sementara drainase, aerasi dan kemudahannya diolah lebih baik daripada liat. Setiap
fraksi mempunyai ukuran diameter yang berbeda-beda, fraksi pasir memiliki ukuran
diameter yang paling besar diantara ketiga fraksi lain yaitu 2 – 0,05 mm, fraksi debu
dengan ukuran 0,05 – 0,002 mm dan fraksi liat dengan ukuran < 0,002 mm.
Setiap fraksi tanah memberikan pengaruh penting terhadap sifat tanah secara
keseluruhan. Liat dan bahan organik memegang peran penting dalam menahan air serta
menyediakan unsur hara bagi tumbuhan. Partikel yang halus juga berperan dalam perekat
partikel yang lebih kasar untuk membentuk sebuah struktur tanah. Selain itu,partikel
tanah yang lebih besar berperan dalam menyusun kerangka tubuh tanah, mempertahankan
permeabilitas tanah, meningkatkan aerasi tanah serat membuat tanah menjadi lebih tahan
terhadap gaya berat yang terjadi diatas permukaan tanah (Hanafiah, 2010)

F. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah merupakan sifat fisika yang menunjukkan daerah adhesi dan
kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkatan kelengasan. Sifatsifat yang
ditunjukkan pada konsistensi berupa keliatan (plasticity), keteguhan (friability), dan
kelekatan (stickness). Penentuan nilai konsistensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan angka Atterberg yaitu batas cair (BC), batas
lekat (BL), batas gulung (BG), dan batas berubah warna (BBW). Angka-angka atterberg
mempunyai hubungan antara kadar lengas (%) dengan konsistensi tanah, serta
pendekatan tambahan yaitu indeks plasisittas (plasticity index) dan jangka olah
(Soepraptohardjo, 2017).
Terdapat beberapa batas konsistensi diantaranya BC yang merupakan kandungan
lengas tanah ada saat tanah yang dapat mengalir tanpa adanya tekanan dibawah standar
getaran, BL adalah kandungan lengas pada saat tanah masih kering yang dibasahi secara
perlahan dan mulai mendekat pada logam. BG adalah kandungan lengas pada saat
keliatan tanah yang mudah terasa dan dapat dibentuk. BBW adalah kandungan lengas
tanah pada saat pasta mulai kering karena tanah masih ada air kapiler (Sutanto, 2010).
Jumlah air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman dengan nilai tertinggi BC dan
yang terendah adalah BBW. Agar tanah dapat ditumbuhi tanaman, harus mempunyai
kadar air yang terletak diantara kedua nilai batas tersebut. Diantara BL dan BG
merupakan kadar air dimana tanah mudah diolah (dicsngkul dan dibajak) sehingga
dinamakan jangka olah (JO). Antara BC dan BG merupakan kadar tanah dimana tanah
menunjukkan derajat keteguhan (DT) (Darmawijaya, 2014).

G. Reaksi Tanah (pH)


Dalam ilmu pertanian pengaruh terhadap pH tanah sangat memiliki peranan yang
sangat penting gunanya untuk menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap
oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam air. Derajat
pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. Dengan tanah yang sehat tanah mampu memiliki nilai pH netral. Tujuan dari
penelitian ini, yaitu untuk mengkaji bagaimana aspek-aspek seperti temperatur tanah dan
kelembaban tanah mampu mempengaruhi nilai pH tanah (Karamina,2017)
. Faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsure yang terkandung dalam tanah,
adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH mineral
tanah, air hujan, dan bahan induk. Bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi
bergantung jenis mineral penyusunnya dan derajat pelapukannya, sehingga tanah-tanah
muda yang baru terbentuk mempunyai pH yang selaras dengan bahan induknya. Tanah-
tanah berbahan induk batuan kapur karbonat ber pH di atas 8, sedangkan yang beragam
Na dapat mencapai pH 10 (Hanafiah, 2010).
pH tanah sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman, seperti ketersediaan
unsur hara, pembentukan bintil akar oleh bakteri rhizobiumyang berhubungan dengan
fiksasi N tanaman, juga aktifitas pertumbuhan perkembangan dan populasi rhizobium.
Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pH terhadap pembentukan bintil
akar, serapan hara N dan P, serta produksi tanaman pada beberapa varietas kedelaipada
tanah Inseptisoldi rumah kasa (Danu, 2015).

H. Bahan Organik Tanah


Bahan organik adalah semua bahan yang berasal dari mahluk hidup. Contohnya:
semua bahan yang berasal dari tumbuhan (daun, batang, akar, bunga dan buah) dan
semua bahan yang berasal dari hewan (kulit, bulu, daging, cangkang, telur, dan kotoran).
Berbeda dengan itu, bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau
humus (Stevenson, 2014).
Bahan organik tanah berperan penting bagi sifat fisika, kimia maupun biologi tanah .
Terhadap sifat fisik tanah, bahan organik berperan dalam proses pembentukan dan
mempertahankan kestabilan struktur tanah, berdrainase baik sehingga mudah melalukan
air, dan mampu memegang air banyak. Sebagai akibatnya tanah tidak mudah memadat
karena rusaknya struktur tanah. Penambahan bahan organik juga menambah ketersediaan
hara dalam tanah. Selain itu juga sebagai penyedia sumber energi bagi aktivitas
mikroorganisme sehingga meningkatkan kegiatan organisme, baik mikro maupun makro
di dalam tanah (Hanafiah, 2010).
Faktor - faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah kedalaman
tanah, iklim (curah hujan dan suhu), drainase, tekstur tanah dan vegetasi. Sebaran
vegetasi meliputi temperatur dan curah hujan. Akumulasi bahan organik rendah umum
terjadi pada wilayah yang memiliki curah hujan rendah dan temperatur dingin yang
menyebabkan rendahnya kegiatan mikroorganisme yang mengakibatkan lambatnya laju
dekomposisi. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan pada lapisan atas setebal 20 cm,
sehingga lapisan tanah makin ke bawah maka bahan organik yang dikandungnya akan
semakin kurang (Hakim, 2016).
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung
pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktorfaktor yang mempengaruhi laju
dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik
meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan
faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta
reaksi tanah, ketersediaan hara terutama ketersediaan N P, K dan S (Hanafiah, 2010).

I. N-total Tanah
Total nitrogen adalah ukuran dari semua bentuk nitrogen yang ditemukan dalam
suatu sampel.asam amonia dan protein secara alami terjadi berupa nitrogen organik.
perbandingan nitrogen total dalam asam amino bisa dilakukan dengan metode kjeldahl.
Metode kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada
asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel akan didestruksi
dengan asam sulfat dan dikatalis dengan katalisator yang sesuai sehingga dihasilkan
ammonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, ammonia yang terbentuk
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam larutan penyerapdan ditetapkan secara titrasi.
(Fatmawati, 2014).
Nitrogen dalam atsmosfer merupakan sumber gas bebas utama yang menepati 78%.
Dalam bentuk unsur lain tidak dapat digunakan oleh tanaman. Nitrogen harus dirubah ke
nitrat atau amonium melalui proses-proses tertentu agar dapat digunakan oleh tanaman.
Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tanaman terdiri dari meningkatnya
peningkatan nitrogen secara biologis atau penambahan nitrogen pupuk (Hardjowigeno,
2015).
Penetapan N total tanaman dan beberapa bahan kompleks yang mengandung N
sangat sulit. Bahan bahan yang membantu merubah N menjadi NH2 adalah garam-garam,
biasanya K2SO4 yang bertujuan untuk meningkatkan suhu. Selain itu beberapa
katalisator seperti selenium, air raksa atau tembaga digunakan untuk merangsang dan
mempercepat oksidasi bahan organik nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik
tanah, bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah, bahan organik kasar, N rendah, C/N
tinggi. (Askari, 2011).
Bahan organik merupakan sumber bahan N yang utama di dalam tanah. Selain N,
bahan organik menhandung unsur lain terutama C,P dan unsur mikro pengikatan oleh
mikroorganisme dan N udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah
kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman.
Pertambahan lain dari nitrogen tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di udara.
Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung
pada tempat dan iklim (Hakim, 2016).

J. Interpretasi KPK secara Kualitatif


Kapasitas pertukaran kation (KPK) dalam ilmu tanah diartikan sebagai kemampuan
tanah untuk menjerap dan menukar atau melepaskan kembali ke dalam larutan tanah. Di
dalam tanah, komponen yang mempunyai muatan adalah lempung dan bahan organik
tanah (senyawa organik). Kapasitas tukar kation tanah adalah jumlah muatan negatif
tanah baik yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) maupun koloid
organik (humus) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Kation yang tertukarkan
paling penting adalah Ca, Mg, K, Na, H, Al, yang relatif lebih rendah adalah NH dan Fe
dan dalam jumlah sedikit Mn, Cu, Zu (Brady, 2013)
Kapasitas pertukar kation (KPK) adalah kemampuan maksimum kompleks
pertukaran ion untuk menjerap kation, yang dinyatakan dalam matra miligram setara per
100 g tanah kering mutlak. Miligram setara (ms) adalah berat atom kation dibagi
valensinya, dengan matra mg (ms H= 1/1;ms Ca = 40,07/20,035). Nilai KPK sangat
bergantung pada kadar dan macam lempung seta kadar bahan organik dan senyawa-
senyawa organik penyusun bahan organik. Hubungan KPK dengan tekstur dan bahan
organik tanah, tanah yang bertekstur halus mempunyai KPK yang tinggi dan pada tanah
yang mempunyai bahan organik tinggi mempunyai KPK yang tinggi. (Notohadiprawiro,
2013).
Keberadaan bahan organik tanah sangat berpengaruh dalam mempertahankan
produktifitas tanah, kualitas tanah dan kelestarian melalui aktifitas mikroba tanah dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Bahan organik dapat meningkatkan
KPK dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30
sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KPK akibat penambahan
bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid
organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang
diberikan di dalam tanah. (Fatmawati, 2014).

K. Pengenalan Jenis Pupuk


Pupuk adalah semua bahan yang diberikan ke tanah atau tanaman dengan tujuan
untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah sehingga mampu menopang
kehidupan tanaman yang lebih baiK. Pemupukan berguna untuk menambah ketersediaan
hara dalam tanah. Permasalahan utama pada pemupukan selalu terkonsentrasi pemenuhan
hara N, P, dan K. Unsur ini sering kali mengalami defisiensi, sehingga perlu adanya
penambahan pupuk (pemupukan). Namun di dalam pemupukan tidak boleh mengabaikan
pupuk mikro (Rajiman, 2020).
Terdapat 4 macam pupuk organik, yaitu pupuk kandang, kompos cacing, pupuk
hijau, dan pupuk organik buatan. Pupuk organik adalah campuran kotoran dan sisa-sisa
pakan ternak. Kualitas kotoran hewan dapat diperbaiki melalui peningkatan kualitas
pakan. Pengomposan cacing adalah penggunaan cacing tanah untuk pengomposan sisa
tanaman. Cacing akan memakan sisa tanaman dan menghasilkan kotoran yang
mengandung unsur hara. Cacing juga akan mengubah bahan organik menjadi kompleks
biokimia dalam tubuhnya (Andriyanti, 2012)
Pupuk hijau hijau umumnya berupa tanaman sebagai penambah N dan unsur-unsur
lain. Pupuk hijau diberikan petani menjelang tanam atau saat pengolahan tanah.
Selanjutnya terdapat pupuk organik buatan yang terdiri dari pupuk nitrogen organik yang
diperkaya dengan produk sisa tanaman dan hewan, seperti oil cakes, pupuk ikan dan
darah kering dari rumah potong. Pupuk P organik yang mengandung tulang, pupuk k
organik diperkaya K yang dapat memanfaatkan debu mineral granit, teratai, kulit dan
tangkai pisang (Martin et al, 2016).

L. Pembuatan Pupuk Campur


Pupuk anorganik merupakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman baik
tingkat tinggi atau rendah. Istilah pupuk umumnya berhubungan denagn pupuk buatan,
yang tidak hanya berisi unsur hara tanaman dalam bentuk unsur nitrogen, tetapi juga
dapat berbentuk campuran yang memberikan bentuk-bentuk ion dari unsur hara yang
dapat di absorpsi oleh tanaman. Untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara normal
diperlukan minimal 16 unsur di dalamnya dan harus ada 3 unsur mutlak, yaitu nitrogen,
fosfor, dan kalium (Adhikari, 2014).
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, baik yang
mikro maupun makro, upaya pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk
organik maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk ke dalam tanaman dalam jumlah
yang rasional dan berguna dapat meningkatkan hasil panen. Pengaruh penambahan pupuk
terhadap tanah adalah untuk menciptakan suatu kadar zat hara yang tinggi, serta dapat
meningkatkan produksi dan kualitas hasil tanaman (Sarief, 2011).
Pupuk campur dibuat dengan mencampurkan secara mekanis dua atau tiga macam
pupuk tunggal atau pupuk majemuk tidak komplit, untuk memperoleh pupuk yang
mengandung kebih dari satu unsur hara pupuk. Dalam pembuatan pupuk campur ini,
perlu diketahui grade dan ratio pupuk. Grade pupuk yakni prosentase terendah kadar hara
dalam pupuk, terutama kandungan N-P2O5K2O. Sedangkan ratio pupuk adalah nisbah
prosentase kandungan N-P2O5K2O. Jadi jika ada pupuk majemuk dengan grade 10-10-
15, ini berarti bahwa pupuk tersebut mengandung 10% N, 10% P2O5 dan 15% K2O,
sedangkan ratio pupuk tersebut adalah 2 : 2 : 3 (Gunawan, 2017).

M. Deskripsi Profil Tanah


Tanah adalah kumpulan benda laami di permukaan bumi yang setempat-setempat
dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan tanah, mengandung
gejala-gejala kehidupan dan menoopang atau mampu menopang pertumbuhan tanaman di
lapangan. Tanah meliputi horizon-horizon tanah yang terletak di atas bahan batuan dan
terbentuk sebagai hasil interaksi sepanjnag waktu dari iklim, makhluk hidup (organisme),
bahan induk dan relief (topografi). Pada umunya, tanah kea rah bawah beralih ke batuan
yang kukuh (amat keras) atau ke bahan tanah (yang tidak kukuh) yang tidak mengandung
akar tanaman, hewan atau tanda-tanda kegiatan biologi lainnya (Setyawati, 2016)
Dinding / penampang vertikal dari tanah yang memperlihatkan susunan horison
dinamakan profil tanah, yang merupakan suatu jendela untuk memahami tanah. Seperti
juga tanah, profil tanah berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Profil tanah yang
berkembang pada daerah panas dan kering mempunyai susunan horison yang berbeda
dengan profil tanah pada daerah tropis dan lembab. Horison genetik utama yang terdapat
di dalam tanah dan dinamakan sebagai horison O, A, E, B, C dan R (Munawar, 2011)
Secara umum profil tanah terdiri dari dua horizon utama, yaitu Horizon A dan
Horizon B, yang duduk di atas batuan induk (Horizon C). Di bawah batuan induk
biasanya terdapat Horizon R, yang merupakan batuan masif yang belum melapuk, yang
merupakan tempat asal usul bahan induk tanah. Tanah yang telah berkembang lanjut
memiliki seluruh horizon tersebut, sedangkan tanah muda yang belum berkembang
memiliki horizon yang sangat terbatas, misalnya hanya Horizon A dan Horizon R saja.
Karena Horizon C berkembang dari Horizon R, dan horizon-horizon di atasnya
berkembang dari Horizon C, maka ada keterkaitan sifat antara berbagai horizon di dalam
sebuah pedon. Dengan demikian, kedudukan bahan induk tanah menjadi faktor yang
sangat penting terkait dengan berbagai sifat tanah yang berkembang (Gusmara et al,
2016)

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Kadar Lengas Tanah Kering Udara


1. Metode : Gravimetri
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Botol timbang
2) Timbangan
3) Oven
4) Eksikator
b. Bahan
1) Tanah Ø 2,0 mm (tanah halus)
2) Tanah Ø 0,5 mm
3) Tanah gumpalan
3. Cara Kerja
a. Mengambil botol timbang tertutup, beri label, lalu ditimbang (misal =α gram)
b. Mengisi botol timbang tersebut dengan contoh tanah Ø 2,0 mm kira – kira sepertiga
volume botol timbang
c. Menimbang botol + tanah ( dengan tutupnya) (misal b gram). Oven botol tersebut
dengan tutup sedikit dibuka pada suhu 105°- 110°C selama minimum 4 jam
d. Mengeluarkan botol dari oven, tutup serapat mungkin dan biarkan dingin di dalam
eksikator (15 menit)
e. Menimbang botol dengan keadaan tertutup rapat (misal c gram )
f. Melakukan langkah yang sama untuk tanah Ø 0,5 mm dan tanah gumpalan, masing –
masing 2 ulangan.

B. Kerapatan Massa Tanah (BV)


1. Metode : Lilin
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Cawan pemanas lilin
2) Lampu spritus
3) Penumpu kaki tiga
4) Gelas ukur
b. Bahan
Contoh tanah gumpal kering udara
3) Cara Kerja
a. Mengambil sebongkah contoh tanah sedemikian rupa sehingga dapat masuk kedalam
gelas ukur dengan longgar. Bersihkan permukaannya dari butir-butir tanah yang
menempel secara hati-hati dengan kuas. Ikat dengan benang sehingga dapat
digantung. Timbang bongkah tanah ini (misal a gram).
b. Mencairkan lilin dalam cawan panas, ukur suhunya dengan termometer. Celupkan
bongkah tanahpada lilin yang mencair dengan suhu tepat 600C (lilin dapat meresap
masuk kedalam pori-pori tanah jika suhunya lebih tinggi. Pastikan lilin benar-benar
menutupi permukaan bongkah. Setelah dingin timbanglah bongkah tanah berlilin
tersebut (misalnya b gram).
c. Mengisi gelas ukur dengan air sampai volume tertentu (misal p ml) dan tenggelamkan
bongkah tanah berlilin kegelas ukur (volume air akan naik). Catat volume air dalam
gelas ukur setelah dimasukki bongkah tanah berlilin (misal q ml).

C. Kerapatan Butir Tanah (BJ)


1. Metode : Gravimetri
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Piknometer
2) Kawat pengaduk halus
3) Termometer.
b. Bahan
Contoh tanah kering udara ∅ 2 mm
3. Cara Kerja
a. Menimbang piknometer kosong bersumbat (misal a gram). Isilah dengan air sampai
diatas leher, pasang sumbatnya hingga air dapat mengisi pipa kapiler sampai penuh.
b. Membersihkan dan keringkan piknometer dari air, isilah piknometer tersebut dengan
tanah kira-kira 5 gram (kira-kira ¾ cm jika volume piknometer 50 ml dan 1 cm jika
volume piknometer 25 ml), pasang sumbatnya dan timbang (misal c gram).
c. Menambahkan air kedalam piknometer sampai separuh volume, aduk dengan kawat
supaya gelembung udara keluar (bantu dengan menggoyang-goyang piknometer).
Pasang sumbatnya dan biarkan semalam.

D. Tekstur Tanah
1. Metode : Hidrometer
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Hidrometer
2) Tabung sedimentasi
3) Erlenmeyer
4) Pengaduk
b. Bahan
1) Contoh tanah ∅ 2 mm
2) Sodium Metaphosphat: Larutkan 40 g menjadi 1 liter dengan menambahkan
aquades, atau
3) NaOH 2-4 M: Larutkan 80 g mejadi 1 liter dengan menambahkan aquades,
diperoleh NaOH 2 M.
3. Cara Kerja
a. Menimbang sampel tanah sebanyak 50 g (kering mutlak) untuk tanah lempungan
dan 100 g untuk tanah pasiran, masukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Menambahkan aquades sampai 2/3 erlenmeyer dan 10 mL bahan kimia pendispersi,
kemudian aduk dengan pengaduk dan ukur pH 10 – 11 (seandainya pH belum
tercapai tambahkan bahan kimia pendispersi dengan menggunakan pipet).
c. Menggojok selama 15 menit dengan menggunakan mesin penggojok, kemudian
pindahkan suspensi tanah tersebut kedalam tabung sedimentasi sampai bersih
dengan menggunakan botol semprot.
d. Menambahkan aquades menjadi volume 1130 mL (jika yang digunakan 50 g tanah)
atau menjadi volume 1205 mL (jika yang digunakan 100 g tanah).
e. Menutup mulut tabung dan gojok dengan cara membalik-balikkan tabung (sebanyak
15 kali). Catat waktunya saat pengojokkan dihentikan.
f. Memasukkan secara hati-hati hidrometer dan baca hidrometer setelah 40 detik
penggojokkan dihentikan serta catat suhu suspensi. Lakukan 2 kali ulangan dan hasil
rata-ratanya untuk menentukan (Lempung + Debu) gram.
g. Mengulangi langkah 5 dan 6 tetapi pembacaan hidrometer dilakukan setelah 120
menit dan catat suhu suspensi. Lakukan 2 kali ulangan dan hasil rata-ratanya untuk
menentukan (Lempung) gram.
h. Mencuci dan bersihkan semua alat yang digunakan.

E. Konsistensi Tanah
1. Metode : Atterberg
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Casagrande,
2) Cawan penguap Ø 12 cm
3) Colet
4) Botol pemancar air
5) Botol
b. Bahan
Contoh tanah kering udara 0,5 mm
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan casagrande dengan buah sekrup pengatur dan dengan bagian ekor colet
yang tinggi jatuh cawan = 1 cm
b. Mengambil tanah 100 gram dalam cawan penguap. Dengan menggunakan colet tanah
dicampur dengan air yang dirtambahkan sedikit demi sedikit dengan botol pemancar
air sehingga diperoleh suatu pasta yang homogeny.
c. Meletakkan sebagian pasta tanah diatas cawan alat casagrande dan permukaan
diratakan dengan colet sampai tebal pasta kira-kira 1 cm. Kemudian dengan colet
pasta tanah dipegang sepanjang sumbu diametric cawan. Waktu membelah pasta,
colet dipegang sedemikian rupa sehiungga pada setiap kedudukannya selalu tegak
lurus
d. Memutar alat casagrande pada pemutarannya sehingga cawan terketuk-ketuk
sebanyak dua kali setiap detik. Banyak ketukan untuk menutup kembali sebagian alur
sepanjang 1 cm dihitung. Kemudian diulangi langkah ke-3. Cawan diketuk-ketukkan
lagi dan bnayak ketukan untuk menutup alurnya kembali dihitung seperti tadi.
Pekerjaan ini diulangi sampai setiap kali diperoleh banyaknya ketukan yang tetap.

F. Reaksi Tanah (pH)


1. Metode : pH meter/ pH stick
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) pH meter/ pH stick
2) 2 buah cepuk Ph
b. Bahan
Contoh tanah kering udara halus ∅ 2 mm
3. Cara Kerja
a. Timbang contoh tanah sebanyak 5 gram (buat 2 ulangan) dan masukkan kedalam
cepuk pH, kemudian tambahkan air sebanyak 12,5 ml.
b. aduk secara merata dan diamkan selama 30 menit. Kemudian ukur pH dengan pH
meter/stick.
c. Ulangi langkah tersebut dengan menggunakan pelarut KCl.
G. Bahan Organik Tanah
1. Metode : Walkley dan Black
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Labu takar 50 ml
2) Pipet 10 ml
3) Gelas ukur 10 ml
4) Labu elemeyer 50 ml
5) Buret.
b. Bahan
1) Contoh tanah kering udara 0,5 mm
2) K2Cr2O7 1 N, H2SO4 pekat, Fe2SO4 1N, H3PO4 85%
3) Indicator difemilamin
3. Cara Kerja
a. Menimbang contoh tanah kering udara 1 g dan masukkan ke labu takar 50 ml.
Tambahkan 10 ml K2Cr2O7 1N dengan pipet volume.
b. Menambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur (lewat dinding kaca)
c. Menggojog dengan gerakan mendatar dan memutar. Warna harus tetap merah jingga,
apabila warna berubah menjadi hijau tambahkan 10ml K2Cr2O7 1N dan 10ml
H2SO4 pekat (catat volume penambahan ini). Biarkan selama 30 menit agar larutan
menjadi dingin. Tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml Indikator difenilamin,
kemudian tambahkan air hingga 50 ml.
d. Menyumbat labu takar dengan sumbat karet atau plastik. Gojog dengan dibolak balik
sampai homogen dan biarkan mengendap. Ambil 5 ml larutan yang jernih dengan
pipet dan tambahkan 15 ml air. Titrasi dengan Fe2SO4 1N hingga warna kehijauan.
e. Mengulangi langkah tersebut untuk keperluan blanko (cukup satu kelompok)

H. N-total Tanah
1. Metode : Kjeldahl
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Alat detruksi,
2) Alat destilasi,
3) Gelas arloji Ө8 cm,
4) Labu kjeldahl 250 ml,
5) Buret 50 ml,
6) Erlenmeyer 150 ml,
7) Gelas ukur 100 ml
b. Bahan
1) Contoh tanah kering udara 0,5 mm
2) H2SO4 pekat, H2SO4 0,1 N
3) campuran katalisator ( serbuk K2SO4 dan CuSO4 dengan perbandingan berat
20:1)
4) indikator-methyl red
3. Cara Kerja
a. Destruksi ( Melepaskan ikatan yang mengandung N)
1) Menimbang contoh tanah kering udara sekitar 1 g dengan alas gelas arloji bersih.
Masukan ke dalam labu kjeldahl dan tambahkan 6 ml H2SO4 pekat. Tambahkan
campuran katalisator serbuk K2SO4 dalam CuSO4 sebanyak1-2 sendok kecil.
2) Menggojog sampai merata dan panaskan dengan hati-hati sampai asapnya hilang
dan warna larutan berubah menjadi putih kehijauan/tak bewarna (pemanasan
dilakukan di dalam lemari asam), kemudian dinginkan.
b. Destilasi
1) Setelah larutan dingin, menambahkan air 25-50 ml air, kemudian tuang ke dalam
labu destilasi. Masukan dengan cara dituangkan berulang-ulang dab dibantu
dengan air (usahakan agar butir tanah tidak ikut masuk).
2) Mengambil erlenmeyer 150 ml dan isi dengan 10 ml H2SO4 0,1 N. Beri dua tetes
indikator methyl red hingga warana menjadi merah.
3) Menempatkan erlenmeyer tersebut kebawah alat pendingin destilasi hingga ujung
pendingin alat tersebut tercelup dibwah permukaan asam.\
4) Menambahkan secara hati-hati 20 ml NaOH pekat ( dengan gelas ukur ) melalui
dinding labu destilasi. Langkah ini harus dijalankan sesaat sebelum destilasi
dimulai.
5) Mulailah destilasi dan jaga agar larutan didalam erlenmeyer tetap bewarna
merah. Jika warna larutan berubah/hilang segera tambahkan H2SO4 0,1 N
dengan jumlah yang diketahui. Destilasi berlangsung sekitar 30 menit (dilihat
mulai larutan itu mendidih)
6) Setelah destilasi selesai, erlenmeyer diambil (api baru boleh dipadamkan jika
erlenmeyer sudah diambil).
7) Membilas dengan air suling ujung atas bawah alat pendingin (air juga dimasukan
kedalam erlenmeyer)

I. Interpretasi KPK secara Kualitatif


1. Metode : Daya jerap muatan positif dan negatif
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Tabung reaksi 8 buah
2) Corong Ø 8 cm
3) Kertas saring
b. Bahan
1) Contoh tanah ∅ 2 mm
2) Contoh tanah Ø 0,5 mm
3) Tanah Regosol
4) Tanah Grumusol,
5) Tanah Latosol.
3. Cara Kerja
a. Mengambil tabung reaksi, masing-masing diisi dengan tanah Ø 0,5mm dan Ø 2 mm
dan tambahkan larutan gentian violet setinggi 5 ml dari alas tabung ke dalam masing-
masing tabung.
b. Mengocok selama 2 menit, kemudian saring dengan kertas saring, filtratnya
ditampung dalam tabung reaksi lainnya. Perhatikan warna filtratnya dan bandingkan
dengan control (larutan gentian violet tanpa tanah).
c. Mengulangi langkah di atas dengan larutan eosin red (perhatikan perubahan warna
suspensi pada larutan gentian violet dan eosin red)
d. Membandingkan intensitas warna filtrate antar jenis tanah. Semakin pudar warna
filtrate menunjukkan semakin banyak muatan tanahnya.

J. Pengenalan Jenis Pupuk


1. Metode : -
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Timbangan analitis
2) Oven
3) Tabung reaksi
4) Gelas ukur
5) Pengaduk
6) Botol timbang
7) Kantong plastic
8) Label
9) pH stick
b. Bahan
1) Beberapa jenis pupuk
2) Aquadest,
3. Cara Kerja : -

K. Pembuatan Pupuk Campur


1. Metode : -
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Timbangan analitis
2) Kantong plastik
3) Label
b. Bahan
1) Beberapa jenis pupuk
2) Pasir,
3. Cara Kerja
a. Menimbang beberapa jenis pupuk yang akan dicampur sesuai
dengan perbandingan dari hasil perhitungan, kemudian tambahkan fillernya.
b. Mencampurkan sampai homogen, kemudian masukkan kedalam kantong plastik
yang telah diberi label.
c. Setelah satu bulan amati perubahan-perubahan yang terjadi.

L. Deskripsi Profil Tanah


1. Metode : -
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Klinometer untuk mengukur kemiringan tanah
2) Altimeter untuk mengukur ketinggian tanah
3) Kompas
4) Munsell soil chart untuk analisis warna tanah
5) pH stick, Pisau, Cangkul, Meteran, Pipet karet, cepuk plastik
b. Bahan
1) Bahan kimia (Chemicalia kit)
2) Aquadest
3) Bor list
4) HCl 10% untuk analisis Ca dalam tanah
5) H2O2 3% untuk analisis Mn dalam tanah
6) H2O2 10% untuk analisis bahan organik dalam tanah
7) Aquadest dan KCl untuk analisis pH aktual dan potensial dalam tanah
3. Cara Kerja
a. Membuat profil tanah atau keprasan lereng yang sudah ada di lapangan, kemudian
dibersihkan permukaan keprasan.
b. Menentukan batas lapisan profil tanah
c. Mendeskripsi tiap lapisan, baik sifat fisik dan kimia tanah di lapangan sesuai dengan
bor list.
d. Mengamati morfologi tanah.
e. Mengisi bor list

Anda mungkin juga menyukai