Tanah merupakan penyedia seluruh kebutuhan untuk menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanah yang subur bagi pengembangan pertanian adalah tanah yang memiliki kapasitas untuk memenuhi seluruh kebutuhan tanaman, yaitu mampu menyediakan seluruh unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup dan seimbang, memenuhi kebutuhan airnya, memasok gas-gas yang dibutuhkan serta memiliki fisik tanah yang cukup gembur untuk ditembus sistem perakaran tanaman namun tetap dapat menunjang tanaman berdiri kokoh (Rachman, 2019). Tanah merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam berbagai segi kehidupan manusia, hewan dan tanaman. Tanah yang baik dan subur adalah tanah yang mempunyai sifat kimia,fisika, dan biologi tanah yang baik. Pemahaman mengenai karakteristik tanah di perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan sebagai dasar dalam menentukan tindakan kultur teknis yang akan dilakukan dalam rangka menjamin kesinambungan dalam menghasilkan tanaman kelapa sawit (Pardosi, 2013). Salah satu sifat tanah yang menjadi penentu baik atau buruknya kualitas tanah adalah sifat fisik tanah. Sifat fisik adalah salah satu sifat tanah yang berkaitan dengan bentuk kondisi tanah asli, berupa bobot isi tanah, permeabilitas, porositas, struktur, tekstur, dan warna yang menjadi indikator kesuburan tanah. Peranan sifat fisik terutama terhadap ketersediaan air di dalam matriks tanah, mengatur sirkulasi udara di dalam tanah, mempegaruhi sifat reaktif koloid tanah dan mempengaruhi tumbuh kembang tanaman. Sifat fisik tanah mempengaruhi pertumbuhan akar dan kemampuannya dalam menyerap air dan unsur hara, sehingga mempengaruhi produksi tanaman. Oleh sebab itu, suatu tanah yang mempunyai sifat kimia yang baik tidak akan mencapai produksi tanaman yang optimal tanpa disertai dengan sifat fisik yang baik. Kaitannya dengan konservasi tanah dan air, sifat fisik tanah khusunya tekstur dan permeabilitas mempengaruhi laju erosi tanah. Adapun sifat fisik dari tanah, yaitu: a. Struktur Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase maupun aerasi tanah dikarenakan susunan antar agregat tanah menghasilkan ruang yang lebih besar daripada susunan antar partikel primer. Tanah yang berstruktur baik biasanya memiliki kondisi aerasi serta drainase yang baik sehingga memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi sekaligus mengabsorbsi air dan hara, sehingga pertumbuhan serta proses produksi menjadi lebih baik (Hanafiah, 2014). Struktur tanah remah, lempeng, serta granular adalah struktur tanah yang baik ketika meloloskan air sekaligus memiliki unsur hara yang mudah tersedia bagi tumbuhan. Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan dari kemantapan maupun ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. tingkat struktur tanah juga dipengaruhi oleh bahan organik, mikroorganisme, dan akar tanaman. Struktur tanah yang baik yaitu bentuknya membulat sehingga tidak bisa saling bersinggungan dengan rapat (Meli et al., 2018). b. Tekstur Tekstur tanah merupakan sifat tanah yang sukar untuk diperbaiki sehingga upaya perbaikan ditujukan bukan untuk meningkatkan komposisi liat, tetapi upaya perbaikan yang dapat menggantikan peranan koloid liat khusunya dalam mengadsorbi air dan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, seperti penggunaan pupuk organik khusunya yang memiliki C/N rasio yang tinggi. Komposisi fraksi tanah ini menentukan sifat tanah lainnya. Tekstur tanah meliputi lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, dan liat berpasir. Tekstur tanah menunjukkan komposisi fraksi tanah yang meliputi fraksi liat, debu dan pasir (Subroto, 2003). c. Kadar air Secara umum kadar air tersebut mampu meningkatkan hasil produksi, karena proses evaporasi yang tidak terhalang oleh tanaman di sekitarnya. Kapasitas lapang merupakan kadar air yang optimal bagi mikroorganisme dan tanaman. Kadar air tanah mencirikan banyaknya air yang ditahan di antara pori-pori tanah yang mengisi rongga di antara butir tanah. Semakin tinggi kadar air suatu tanah, maka kondisi tanah akan semakin basah dan sebaliknya (Bintoro et al., 2017). Kadar air tanah juga sangat berkaitan dengan porositas tanah, di mana porositas memiliki kemampuan tanah dalam menyerap air berkaitan dengan tingkat kepadatan tanah. Semakin padat tanah maka air akan semakin sulit untuk diserap, sehingga porositas tanah semakin kecil. Sedangkan jika tanah semakin mudah menyerap air, maka porositas tanah tersebut tergolong besar (Sandrawati et al., 2016). d. Permeabilitas Permeabilitas merupakan satuan kecepatan air melewati tubuh secara vertikal dengan satuan cm/jam, pelolosan air yang terlalu rendah mengakibatkan aliran permukaan menjadi besar, sehingga meningkatkan risiko terjadinya bencana erosi. Pelolosan air yang tinggi dapat mengakibatkan kemampuan tanah sebagai penyimpan air dan hara menjadi menurun (Khodijah & Soemarno, 2019). e. Bobot volume Bobot isi merupakan parameter yang dapat digunakan untuk menilai kepadatan suatu tanah. Semakin kecil bobot isi tanah maka semakin gembur tanah tersebut, sebaliknya. Bobot jenis umumnya diperlukan untuk konversiair dalam (persentase berat) ke dalam kandungan volume (persentase volume) dalam perhitungan porositas tanah. Bobot volume dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni bahan organik, kandungan air tanah, pengolahan tanah, pemadatan alat-alat pertanian, struktur, dan tekstur (Tamara et al., 2020). f. Porositas Porositas akan menentukan kemampuan tanah untuk meloloskan air serta kemampuan tanah untuk menyimpan air dan hara. Volume pori tanah berdasarkan peranannya ketika menahan air bisa dikategorikan menjadi dua macam, yakni pori makro dengan mikro. Ketersediaan air akan memengaruhi pertumbuhan serta perkembangan suatu tanaman (Masria et al.,2018). g. Warna tanah Konsistensi tanah diartikan sebagai bentuk kerja fisik akibat gaya adhesi dan kohesi tanah pada berbagai tingkat kelengasan. Bentuk kerja tersebut tercermin antara lain, ketahanan tanah terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi dan tarikan serta kecenderungan massa tanah untuk melekat satu dengan yang lain atau terhadap benda lain. Faktor utama yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah kondisi kelengasan tanah (kering, lembab, basah) dan tekstur tanah (terutama kandungan lempung) (Sutanto, 2005). h. Warna tanah Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah (Hanafiah, 2004).