3 Pengaruh Perbedaan Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik, Kimia
dan Biologi Tanah Pola pengelolaan lahan akan mempengaruhi tanah pada lahan tersebut seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga perlu untuk memperhatikan penentuan jenis lahan seperti apa yang akan dikelola, contohnya seperti lahan agroforestry dan tegalan. Kedua jenis lahan tersebut akan mempengaruhi perubahan-perubahan akan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 2.3.1.1 Sifat Fisik Lahan Agroforestri Dan Lahan Tegalan Sifat fisik tanah meliputi, tekstur, struktur, porositas, konsistensi, warna tanah, batas horizon, drainase dan permeabillitas. Tekstur dan struktur tanah adalah ciri fisik tanah yang sangat berhubungan. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara pasir, liat, dan debu, seperti yang telah dijelaskan oleh Naharuddin, (2020) bahwa tekstur tanah menunjukkan sifat partikel halus atau kasar, tekstur yang lebih khas ditentukan dengan mempertimbangkan kandungan pasir, debu, dan liat yang terkandung dalam tanah. Struktur tanah merupakan gumpalan atau butir-butir pasir, debu, atau liat yang membentuk struktur tanah. Struktur tanah terbentuk karena terjadi ikatan satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik. Kedua faktor ini tekstur dan struktur dapat dijadikan parameter kesuburan tanah, karena menentukan kemampuan tanah tersebut dalam menyediakan unsur hara serta kemampuan dalam menahan air. Tekstur dan struktur tanah agroforestry berkategori baik hal ini didukung oleh pernyataan Tolaka, (2023) bahwa salah satu penyebab tekstur dan struktur lahan agroforestry lebih berkembang adalah salah satunya pengaruh bahan organik tanah berlimpah dari tanaman penaung atau pohon-pohon tinggi komoditas utama yaitu kopi, pada proses dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam asam organik yang merupakan pelarut efektif bagi batuan dan mineral-mineral primer (pasir dan debu) sehingga lebih mudah pecah menjadi ukuran yang lebih kecil seperti lempung dan hasil dari proses dekomposisi bahan organik akan menjadi perekat oleh tekstur dan struktur tanah. Selain itu,jumlah dan kerapatan akar lebih tinggi pada lahan agroforestry akan mempercepat penghancuran secara fisika sehingga fraksi yang lebih halus akan cepat terbentuknya tekstur dan struktur tanahnya. Porositas atau ruang pori tanah adalah volume seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah utuh yang terdiri dari ruang antara agregat-agregat tanah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tolaka, (2023) bahwa porositas tanah adalah rasio volume semua pori dalam volume tanah. Porositas mencakup ruang antara pasir, debu, dan partikel tanah liat serta ruang antara agregat tanah. Sedangkan konsistensi tanah adalah ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antar partikel dan air) rmengacu pada seberapa baik tanah dapat dipadatkan atau dipecahkan. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan kering. Porositas tanah pada lahan agroforestry umumnya adalah tinggi hal ini disebabkan oleh tekstur yang didominasi oleh pasir dan debu serta bobot volume isi yang relatif rendah hingga tinggi. Tingkat porositas tanah tergantung pada bobot isi, hal ini sejalan dengan Naharuddin, (2020) menjelaskan bahwa semakin besar bobot isi tanah, semakin rendah nilai porositas, sebaliknya semakin rendah porositas tanah akan meningkatkan volume tanah yang tidak diisi dengan zat padat (termasuk mineral dan bahan organik), yang disebut ruang pori. Ruang pori total terdiri darinp partikel pasir, debu, dan tanah liat dan agregat tanah. Jika distribusi ukuran pori tanah terutama didominasi oleh makropori, biasanya tanah memiliki kapasitas menyimpan air yang rendah. Warna tanah pada lahan agroforestry menunjukan bahwa warna tanah dominan dengan warna gelap, ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah tersebut yang merupakan hasil dari dekomposisi sisa-sisa tanaman, seresah daun, ranting, dan bahan organik lainnya. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Lubis, (2016) bahwa warna tanah pada tiap tegakan tanaman baik pada tegakan hutan maupun pada tegakan tanaman serbaguna menunjukan bahwa warna tanah dominan dengan warna gelap, ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah-tanah tersebut. Batas horizon merupakan zone peralihan di antara dua horizon atau lapisan yang saling berhubungan. Biasanya tidak membentuk garis yang jelas. Batas horizon dinyatakan dalam hubungannya dengan kejelasan dan topografi. Drainase tanah alami merujuk pada frekuensi dan lamanya keadaan basah yang mempengaruhi massa tanah seutuhnya seperti pengaruhnya dalam pembentukan tanah. Tanah dengan drainase yang baik mampu menyerap dan membuang air berlebih dengan cepat. Disisi lain, permeabilitas adalah kemampuan suatu tanah untuk memungkinkan air meresap ke dalamnya. Ini berkaitan dengan ukuran dan tipe partikel tanah serta struktur tanah secara keseluruhan. Drainase yang baik pada lahan agroforestri dapat dihasilkan melalui akar tanaman, khususnya akar pohon, yang membantu membentuk jalur-jalur permeabel di dalam tanah. Akar-akar ini memfasilitasi pergerakan air ke dalam tanah, mencegah terjadinya genangan dan memberikan akses yang lebih baik ke air tanah bagi tanaman. Pohon-pohon pada lahan agroforestri, selain menyumbang serasah daun, ranting, dan bahan organik lainnya, juga berperan dalam menciptakan lapisan perlindungan di permukaan tanah. Lapisan ini membantu mengurangi risiko erosi dan mempertahankan porositas tanah. Serasah dan bahan organik yang dihasilkan oleh pohon dan tanaman penutup tanah juga berkontribusi pada peningkatan kandungan bahan organik dalam tanah, meningkatkan struktur tanah, dan secara positif memengaruhi permeabilitas. Permeabilitas tanah pada lahan agroforestri dapat ditingkatkan melalui praktik- praktik manajemen tanah yang berkelanjutan. Pemulsaan tanah dapat mencegah pembentukan lapisan keras di permukaan tanah yang dapat menghambat penetrasi air. Pengomposan juga dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan aktivitas mikroba dalam tanah, mendukung pembentukan agregat tanah yang mengoptimalkan permeabilitas.Drainase yang baik pada lahan agroforestri dapat dihasilkan melalui akar tanaman, khususnya akar pohon, yang membantu membentuk jalur-jalur permeabel di dalam tanah. Akar-akar ini memfasilitasi pergerakan air ke dalam tanah, mencegah terjadinya genangan dan memberikan akses yang lebih baik ke air tanah bagi tanaman. Seiring waktu, akar-akar tanaman juga dapat menciptakan struktur tanah yang porus, meningkatkan daya serap air dan meminimalkan risiko erosi hal ini sejalan dengan pernyataan Widiyanto, 2013 menjelaskan bahwa besarnya drainase suatu lansekap (bentang lahan) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekasaran permukaan tanah, relief permukaan tanah yang memungkinkan air tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga mendorong terjadinya infiltrasi, tipe saluran yang terbentuk akibat aliran permukaan yang dapat memicu terjadinya ‘aliran cepat air tanah’ (quick flow). Pohon-pohon pada lahan agroforestri, selain menyumbang serasah daun, ranting, dan bahan organik lainnya, juga berperan dalam menciptakan lapisan perlindungan di permukaan tanah. Lapisan ini membantu mengurangi risiko erosi dan mempertahankan porositas tanah. Serasah dan bahan organik yang dihasilkan oleh pohon dan tanaman penutup tanah juga berkontribusi pada peningkatan kandungan bahan organik dalam tanah, meningkatkan struktur tanah, dan secara positif memengaruhi permeabilitas. Tekstur tanah pada lahan tegalan berdasarkan pada kelerengannya 8-15% memiliki kriteria cenderung berlempung dengan perbadingan antara pasir 43,5% , debu 33,6% dan liat 22,9%. Iklim kering akan menyebabkan pelapukan batuan dalam tanah menjadi sangat lambat. Keadaan ini dapat diperburuk dengan sifat resistensi dari bahan induk kuarsa sehingga air sukar masuk kedalam tanah porositas tanah pada tegalan cenderung kurang baik berdasarkan kelerengannya, Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, dimana bahan organik meningkatkan porositas dan mempengaruhi ruang pori. Hal ini didukung oleh Widjajanto, 2016 bahwa dekomposisi bahan organik mempengaruhi ruang pori yang ada diantara partikel tanah. Tanah yang banyak mengandung bahan organik mempunyai sifat fisik yang baik, mempunyai kemampuan menghisap air sampai beberapa kali berat keringnya dan juga memiliki porositas yang tinggi (Radjamudin, 2016). 2.3.1.2 Sifat Kimia Lahan Agroforestri Dan Lahan Tegalan Sistem Agroforestri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat kimia tanah dengan memperbaiki kualitas tanah dan mengoptimalkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Hal ini di dukung oleh pernyataan Sadono et al, (2019) Sifat kimia tanah memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sifat kimia tanah dapat dipengaruhi oleh tipe penggunaan lahan dan jenis vegetasi di atasnya. Perbedaan sifat kimia tanah dapat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman sehingga menghasilkan variasi tingkat produktivitas. Sifat kimia tanah meliputi pH tanah (pH H2O), C-organik (C-org), N-total(N-tot), P tersedia (P-avl), K-total (K-tot), dan kapasitas pertukaran kation (KPK). Pengolahan tanah juga memiliki hubungan tidak langsung dengan perubahan sifat kimia tanah. Dalam hal ini, pengolahan tanah dapat memperbaiki struktur tanah sehingga meningkatkan aerasi tanah. Aerasi tanah yang baik dapat mempercepat aktivitas organisme tanah yang berperan penting dalam siklus nutrisi. Proses ini juga akan berpengaruh dalam ketersediaan nutrisi tanah seperti nitrogen dan phosphorus. Selain faktor pengolahan tanah, variasi sifat kimia tanah pada sistem agroforestri juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas pemupukan. Setiap jenis pupuk memiliki kandungan hara yang berbeda sehingga pemupukan dapat berdampak terhadap perubahan ketersediaan unsur hara. Hal ini didukung dengan pernyataan Van Groenigen, et al., (2015) bahwa Jenis pupuk dengan kandungan nitrogen tinggi secara signifikan dapat meningkatan kadar N tanah. Sebaliknya, apabila jenis pupuk memiliki kandungan fosfat tinggi maka peningkatan nutrisi akan terjadi untuk unsur P. Dalam sistem agroforestri, aktivitas pemupukan tidak hanya berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara. Beberapa studi memaparkan bahwa jenis pupuk tertentu dapat berpengaruh terhadap pH dan C organik. Jenis pupuk nitrogen secara signifikan dapat menuruhkan pH karena kandungan C organik yang meningkat. Sebaliknya, pemberian pupuk fosfor dapat meningkatkan pH tanah. Lahan tegalan adalah jenis lahan pertanian yang umumnya ditemukan di daerah pegunungan atau dataran tinggi yang relatif datar. Sifat kimia pada lahan tegalan dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas pertanian secara signifikan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Rosalina.,et al (2019) Bahwa Kehadiran jumlah jenis vegetasi maupun keanekaragaman jenis pada suatu kawasan selain dipengaruhi dari kondisi fisik seperti topografi juga bisa dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah. Adanya pengaruh beberapa vegetasi yang tumbuh di suatu lahan maka perlu kajian lebih mendalam tentang kajian sifat kimia tanah yang meliputi pH tanah, C-organik, Nitrogen (N-total),dan Fosfor (Ptersedia) pada Tegalan dengan beberapa jenis vegetasi sehingga dapat memperoleh hasil seberapa besar pengaruh vegetasi yang tumbuh terhadap sifat kimia tanahnya. Tumbuhnya vegetasi lain di lahan tertentu tentunya akan mempengaruhi sifat kimia tanahnya. Sifat kimia tanah memiliki peran yang signifikan bagi lahan tegalan,yakni sebagai berikut : 1.pH Tanah Tipe lahan tegalan sangat tergantung pada turunnya air hujan.Tegalan merupakan daerah yang belum mengenal sistem irigasi atau daerah yang tidak memungkinkan dibangun saluran irigasi. Permukaan tanah tegalan tidak selalu datar. Pada musim kemarau keadaan tanahnya terlalu kering dengan curah hujan rendah sehingga tidak dapat ditanami.Besung (2013) menjelaskan bahwa Lahan tegalan memiliki pH yang cenderung asam, sehingga berpengaruh terhadap penyerapan mineral oleh hijauan. 2. Kandungan nitrogen total tanah Nitrogen tanah merupakan unsur esensial bagi tanaman selain Kaliun dan Phosphat. Kadar N tanah biasanya sebagai indikator utama untuk menentukan dosis pemupukan Nitrogen/Urea. Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman.Berdasarkan Penelitian Soewandita,(2018) bahwa Dari grafis kadar N tanah, secara umum lahan untuk Kebun Campuran dan Tegalan mempunyai kadar N tanah berkisar batas sedang artinya tanah mempunyai ketersediaan yang cukup dalam mendukung ketersediaan Nitogen tanah untuk pertumbuhan tanaman. 3.Kandungan Fosfor Fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Ketersedian P organik bagi tanaman sangat bergantung pada aktivitas mikroorganisme untuk memineralisasinya.Berdasarkan Penelitian Rosalina.,et al (2019) Bahwa unsur P yang tersedia pada tanah tegalan paling rendah dibandingkan pada tanah kebun dan sawah. Hal ini disebabkan karena pada tanah tegalan memiliki dataran yang berupa hamparan padang rumput yang tidak mendapatkan penambahan P dari pupuk ataupun bahan organik yang dapat mengaktifkan mikroorganisme pelarut P. Sedangkan tanah kebun dan sawah mendapatkan penambahan P melalui pemberian pupuk organik dan anorganik. Selain itu, tanah kebun mendapatkan penambahan bahan organik berupa daun yang jatuh. Sifat Biologi Lahan Tegalan Lahan tegalan, memiliki karakteristik fisik tanah yang berbeda dengan lahan agroforestri. Kondisi tersebut dapat dilihat dari kandungan bahan organik yang dimiliki oleh lahan tegalan cukup rendah. Kemudian permeabilitas tanah pada lahan tegalan dan bobot isi tanah cenderung tinggi, tergantung seberapa dalam kelerengan lahan tegalan tersebut (Putri et al.,2017). Pada lahan yang memiki kemiringan, air akan cenderung bergerak secara run off, apabila bobot isi tinggi perkolasi akan berjalan lebih lambat dibandingkan infiltrasi. Kandungan C- Organik dan kemampuan permeabilitas yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelerengan lahan, dan tekstur tanah cenderung debu karena bahan organik yang ada di dalamnya (Dewi et al., 2019)
2.3.1.3 Sifat Biologi Lahan Agroforestri Dan Lahan Tegalan
Penerapan sistem agroforestri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat biologi tanah karena dengan sistem ini kita jadi dapat menjalankan sistem pertanian berlanjut, dan tanaman yang kita tanam lebih kebal terhadap masalah iklim serta sistem ini dapat memperbaiki kondisi tanah dan mengelola sumber air agar tetap lestari dan baik. Pada sistem ini terdapat banyak sekali varietas tanaman oleh karena itu dapat menghasilkan banyak seresah yang berguna dalam menambah bahan organik. Karena banyak terdapat seresah itu sangat berguna untuk menjaga suhu dan kelembapan tanah di sekitar tanaman. Menururt pendapat Pramono et al 2016 meningkatnya kandungan bahan organik tanah sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan karena bahan organik memiliki fungsi sebagai menambah kesuburan tanah, meningkatkan ketersediaan air dan meningkatkan struktur tanah yang berguna dalam mengurangi erosi. Selain itu karna banyaknya varietas tanaman dan bahan organik yang banyak dan berkualitas. Hal tersebut dapat meningkatkan aktivitas makroba tanah yang dimana menurut Kusnarta et al 2021 makroba tanah memiliki fungsi sebagai membantu dalam proses dekomposisi bahan organik, sirkulasi nutrisi, dan pembentukan struktur tanah yang baik. Dari hasil aktivitas mikroba tanah akan menghasilkan pori pori yang dimana memiliki fungsi dalam aerasi, permeabilitas dan sirkulasi udara. Lahan tegalan, memiliki karakteristik fisik tanah yang berbeda dengan lahan agroforestri. Kondisi tersebut dapat dilihat dari kandungan bahan organik yang dimiliki oleh lahan tegalan cukup rendah. Kemudian permeabilitas tanah pada lahan tegalan dan bobot isi tanah cenderung tinggi, tergantung seberapa dalam kelerengan lahan tegalan tersebut (Putri et al.,2017). Pada lahan yang memiki kemiringan, air akan cenderung bergerak secara run off, apabila bobot isi tinggi perkolasi akan berjalan lebih lambat dibandingkan infiltrasi. Kandungan C- Organik dan kemampuan permeabilitas yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelerengan lahan, dan tekstur tanah cenderung debu karena bahan organik yang ada di dalamnya (Dewi et al., 2019)