Anda di halaman 1dari 10

2.

3 Pengaruh Perbedaan Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan

Biologi Tanah

2.3.1 Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Lahan Agroforestri


2.3.1.1 Sifat Fisik Lahan Agroforestri

Pola sistem pertanian seperti agroforestry yang kurang tepat dan dilakukan secara terus
menerus akan berdampak pada perubahan sifat fisik tanah, hal ini sejalan dengan Sari, 2023
menjelaskan bahwa penggunaan alat dan pola sistem pertanian yang tidak tepat dan terus
menerus dalam pengolahan tanah akan mengakibatkan perubahan sifat tanah yang
berpengaruh pada kondisi tanah. Sifat fisik tanah meliputi, tekstur, struktur, porositas,
konsistensi, warna tanah, batas horizon, drainase dan permeabillitas

Tekstur tanah dan struktur tanah

Tekstur dan struktur tanah adalah ciri fisik tanah yang sangat berhubungan. Tekstur tanah
merupakan perbandingan relatif antara pasir, liat, dan debu, seperti yang telah dijelaskan oleh
Naharuddin, 2020 bahwa tekstur tanah menunjukkan sifat partikel halus atau kasar, tekstur
yang lebih khas ditentukan dengan mempertimbangkan kandungan pasir, debu, dan liat yang
terkandung dalam tanah. Tanah yang memiliki tekstur pasir, berarti butiran butirannya
berukuran lebih besar, maka sehingga sulit menyerap dan menahan air dan unsur hara. Tanah
yang bertekstur liat, berarti lebih halus sehingga lebih mudah menyerap air dan mengikat
unsur hara yang tinggi tetapi sulit untuk melepas air. Struktur tanah merupakan gumpalan
atau butir-butir pasir, debu, atau liat yang membentuk struktur tanah terbentuk karena terjadi
ikatan satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik. Kedua faktor ini dijadikan
parameter kesuburan tanah, karena menentukan kemampuan tanah tersebut dalam
menyediakan unsur hara serta kemampuan dalam menahan air. Tekstur dan struktur
berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam permeabilitas, kemudahan pengolahan tanah,
daya menahan air dan hara serta berpengaruh pula terhadap perkembangan akar tanaman.
Tekstur dan struktur tanah agroforestry lebih baik dari lahan pertanian lain, hal ini didukung
oleh pernyataan Tolaka, 2023 bahwa salah satu penyebab tekstur dan struktur lahan
agroforestry lebih berkembang adalah salah satunya pengaruh bahan organik tanah
berlimpah dari tanaman penaung atau pohon-pohon tinggi komoditas utama yaitu kopi, pada
proses dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam asam organik yang merupakan
pelarut efektif bagi batuan dan mineral-mineral primer (pasir dan debu) sehingga lebih mudah
pecah menjadi ukuran yang lebih kecil seperti lempung dan hasil dari proses dekomposisi
bahan organik akan menjadi perekat oleh tekstur dan struktur tanah. Selain itu,jumlah dan
kerapatan akar lebih tinggi pada lahan agroforestry akan mempercepat penghancuran secara
fisika sehingga fraksi yang lebih halus akan cepat terbentuknya tekstur dan struktur tanahnya.

Porositas dan Konsistensi tanah

Porositas atau ruang pori tanah adalah volume seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah
utuh yang terdiri dari ruang antara agregat-agregat tanah. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Tolaka, 2023 bahwa porositas tanah adalah rasio volume semua pori dalam volume tanah,
yang dinyatakan dalam persentase. Porositas mencakup ruang antara pasir, debu, dan partikel
tanah liat serta ruang antara agregat tanah. Sedangkan konsistensi tanah adalah ketahanan
tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya
gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarrik menarik antar partikel dan air)
rmengacu pada seberapa baik tanah dapat dipadatkan atau dipecahkan. Penetapan konsistensi
tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan kering. Porositas tanah
pada lahan agroforestry umumnya adalah tinggi hal ini disebabkan oleh tekstur yang
didominasi oleh pasir dan debu serta bobot volume isi yang relatif rendah hingga tinggi.
Tingkat porositas tanah tergantung pada bobot isi, hal ini sejalan dengan Naharuddin, 2020
menjelaskan bahwa semakin besar bobot isi tanah, semakin rendah nilai porositas, sebaliknya
semakin rendah porositas tanah akan meningkatkan volume tanah yang tidak diisi dengan zat
padat (termasuk mineral dan bahan organik), yang disebut ruang pori. Ruang pori total terdiri
dari partikel pasir, debu, dan tanah liat dan agregat tanah. Jika distribusi ukuran pori tanah
terutama didominasi oleh makropori, biasanya tanah memiliki kapasitas menyimpan air yang
rendah.

Warna tanah dan batas horizon

Warna tanah pada lahan agroforestry menunjukan bahwa warna tanah dominan dengan warna
gelap, ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah tersebut yang
merupakan hasil dari dekomposisi sisa-sisa tanaman, seresah daun, ranting, dan bahan
organik lainnya. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Lubis, 2016 bahwa warna tanah pada tiap
tegakan tanaman baik pada tegakan hutan maupun pada tegakan tanaman serbaguna
menunjukan bahwa warna tanah dominan dengan warna gelap, ini dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah-tanah tersebut. Batas horizon merupakan
zone peralihan di antara dua horizon atau lapisan yang saling berhubungan. Biasanya tidak
membentuk garis yang jelas. Batas horizon dinyatakan dalam hubungannya dengan kejelasan
dan topografi.

Drainase dan permeabilitas

Drainase tanah alami merujuk pada frekuensi dan lamanya keadaan basah yang
mempengaruhi massa tanah seutuhnya seperti pengaruhnya dalam pembentukan tanah. Tanah
dengan drainase yang baik mampu menyerap dan membuang air berlebih dengan cepat.
Permeabilitas, di sisi lain, adalah kemampuan suatu tanah untuk memungkinkan air meresap
ke dalamnya. Ini berkaitan dengan ukuran dan tipe partikel tanah serta struktur tanah secara
keseluruhan. Drainase yang baik pada lahan agroforestri dapat dihasilkan melalui akar
tanaman, khususnya akar pohon, yang membantu membentuk jalur-jalur permeabel di dalam
tanah. Akar-akar ini memfasilitasi pergerakan air ke dalam tanah, mencegah terjadinya
genangan dan memberikan akses yang lebih baik ke air tanah bagi tanaman. Pohon-pohon
pada lahan agroforestri, selain menyumbang serasah daun, ranting, dan bahan organik
lainnya, juga berperan dalam menciptakan lapisan perlindungan di permukaan tanah. Lapisan
ini membantu mengurangi risiko erosi dan mempertahankan porositas tanah. Serasah dan
bahan organik yang dihasilkan oleh pohon dan tanaman penutup tanah juga berkontribusi
pada peningkatan kandungan bahan organik dalam tanah, meningkatkan struktur tanah, dan
secara positif memengaruhi permeabilitas. Permeabilitas tanah pada lahan agroforestri dapat
ditingkatkan melalui praktik-praktik manajemen tanah yang berkelanjutan. Pemulsaan tanah
dapat mencegah pembentukan lapisan keras di permukaan tanah yang dapat menghambat
penetrasi air. Pengomposan juga dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan aktivitas
mikroba dalam tanah, mendukung pembentukan agregat tanah yang mengoptimalkan
permeabilitas.Drainase yang baik pada lahan agroforestri dapat dihasilkan melalui akar
tanaman, khususnya akar pohon, yang membantu membentuk jalur-jalur permeabel di dalam
tanah. Akar-akar ini memfasilitasi pergerakan air ke dalam tanah, mencegah terjadinya
genangan dan memberikan akses yang lebih baik ke air tanah bagi tanaman. Seiring waktu,
akar-akar tanaman juga dapat menciptakan struktur tanah yang porus, meningkatkan daya
serap air dan meminimalkan risiko erosi hal ini sejalan dengan pernyataan Widiyanto, 2013
menjelaskan bahwa besarnya drainase suatu lansekap (bentang lahan) dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain kekasaran permukaan tanah, relief permukaan tanah yang
memungkinkan air tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga mendorong terjadinya
infiltrasi, tipe saluran yang terbentuk akibat aliran permukaan yang dapat memicu terjadinya
‘aliran cepat air tanah’ (quick flow). Pohon-pohon pada lahan agroforestri, selain
menyumbang serasah daun, ranting, dan bahan organik lainnya, juga berperan dalam
menciptakan lapisan perlindungan di permukaan tanah. Lapisan ini membantu mengurangi
risiko erosi dan mempertahankan porositas tanah. Serasah dan bahan organik yang dihasilkan
oleh pohon dan tanaman penutup tanah juga berkontribusi pada peningkatan kandungan
bahan organik dalam tanah, meningkatkan struktur tanah, dan secara positif memengaruhi
permeabilitas.

2.3.1.2 Sifat Kimia Lahan Agroforestri


Pada Sistem Agroforestri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat kimia tanah
dengan memperbaiki kualitas tanah dan mengoptimalkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
Hal ini di dukung oleh pernyataan Sadono.,et.al (2019) Sifat kimia tanah memiliki peran
penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sifat kimia tanah
dapat dipengaruhi oleh tipe penggunaan lahan dan jenis vegetasi di atasnya. Perbedaan
sifat kimia tanah dapat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman sehingga
menghasilkan variasi tingkat produktivitas. Sifat kimia tanah meliputi pH tanah (pH
H2O), C-organik (C-org), N-total(N-tot), P tersedia (P-avl), K-total (K-tot), dan kapasitas
pertukaran kation (KPK). Pengolahan tanah juga memiliki hubungan tidak langsung
dengan perubahan sifat kimia tanah. Dalam hal ini, pengolahan tanah dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga meningkatkan aerasi tanah. Aerasi tanah yang baik
dapat mempercepat aktivitas organisme tanah yang berperan penting dalam siklus
nutrisi. Proses ini juga akan berpengaruh dalam ketersediaan nutrisi tanah seperti nitrogen
dan phosphorus.

Selain faktor pengolahan tanah, variasi sifat kimia tanah pada sistem agroforestri
juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas pemupukan. Setiap jenis pupuk memiliki
kandungan hara yang berbeda sehingga pemupukan dapat berdampak terhadap
perubahan ketersediaan unsur hara. Hal ini didukung dengan pernyataan Van Groenigen, et
al., (2015) bahwa Jenis pupuk dengan kandungan nitrogen tinggi secara signifikan dapat
meningkatan kadar N tanah. Sebaliknya, apabila jenis pupuk memiliki kandungan
fosfat tinggi maka peningkatan nutrisi akan terjadi untuk unsur P. Dalam sistem
agroforestri, aktivitas pemupukan tidak hanya berpengaruh terhadap ketersediaan
unsur hara. Beberapa studi memaparkan bahwa jenis pupuk tertentu dapat berpengaruh
terhadap pH dan C organik. Jenis pupuk nitrogen secara signifikan dapat
menuruhkan pH karena kandungan C organik yang meningkat. Sebaliknya, pemberian
pupuk fosfor dapat meningkatkan pH tanah.
2.3.1.3 Sifat Biologi Lahan Agroforestri

Penerapan sistem agroforestri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat biologi tanah
karena dengan sistem ini kita jadi dapat menjalankan sistem pertanian berlanjut, dan tanaman
yang kita tanam lebih kebal terhadap masalah iklim serta sistem ini dapat memperbaiki
kondisi tanah dan mengelola sumber air agar tetap lestari dan baik. Pada sistem ini terdapat
banyak sekali varietas tanaman oleh karena itu dapat menghasilkan banyak seresah yang
berguna dalam menambah bahan organik. Karena banyak terdapat seresah itu sangat berguna
untuk menjaga suhu dan kelembapan tanah di sekitar tanaman. Menururt pendapat Pramono
et al 2016 meningkatnya kandungan bahan organik tanah sangat berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan karena bahan organik memiliki fungsi sebagai
menambah kesuburan tanah, meningkatkan ketersediaan air dan meningkatkan struktur tanah
yang berguna dalam mengurangi erosi.

Selain itu karna banyaknya varietas tanaman dan bahan organik yang banyak dan berkualitas.
Hal tersebut dapat meningkatkan aktivitas makroba tanah yang dimana menurut Kusnarta et
al 2021 makroba tanah memiliki fungsi sebagai membantu dalam proses dekomposisi bahan
organik, sirkulasi nutrisi, dan pembentukan struktur tanah yang baik. Dari hasil aktivitas
mikroba tanah akan menghasilkan pori pori yang dimana memiliki fungsi dalam aerasi,
permeabilitas dan sirkulasi udara.

2.3.2 Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Lahan Tegalan


2.3.2.1 Sifat Fisik Lahan Tegalan
Sifat fisik tanah ialah sifat tanah yang merupakan sifat asli dari kondisi tanah suatu lahan. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Delsiyanti, 2016 bahwa sifat fisik tanah merupakan sifat tanah
yang berhubungan dengan bentuk/kondisi tanah asli. Meliputi diantaranya adalah tekstur,
struktur, bobot isi tanah, porositas, stabilitas, konsistensi, warna maupun suhu tanah dan lain-
lain.

Tekstur tanah pada lahan tegalan berdasarkan pada kelerengannya 8-15% memiliki kriteria
cenderung berlempung dengan perbadingan antara pasir 43,5% , debu 33,6% dan liat 22,9%.
Iklim kering akan menyebabkan pelapukan batuan dalam tanah menjadi sangat lambat.
Keadaan ini dapat diperburuk dengan sifat resistensi dari bahan induk kuarsa sehingga air
sukar masuk kedalam tanah
Porositas tanah pada tegalan cenderung kurang baik berdasarkan kelerengannya, Porositas
tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, dimana bahan organik meningkatkan
porositas dan mempengaruhi ruang pori. Hal ini didukung oleh Widjajanto, 2016 bahwa
dekomposisi bahan organik mempengaruhi ruang pori yang ada diantara partikel tanah. Tanah
yang banyak mengandung bahan organik mempunyai sifat fisik yang baik, mempunyai
kemampuan menghisap air sampai beberapa kali berat keringnya dan juga memiliki porositas
yang tinggi (Radjamudin, 2016).

2.3.2.2 Sifat Kimia Lahan Tegalan


Lahan tegalan adalah jenis lahan pertanian yang umumnya ditemukan di daerah pegunungan
atau dataran tinggi yang relatif datar. Sifat kimia pada lahan tegalan dapat memengaruhi
pertumbuhan tanaman dan produktivitas pertanian secara signifikan. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Rosalina.,et al (2019) Bahwa Kehadiran jumlah jenis vegetasi maupun
keanekaragaman jenis pada suatu kawasan selain dipengaruhi dari kondisi fisik seperti
topografi juga bisa dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah. Adanya pengaruh beberapa vegetasi
yang tumbuh di suatu lahan maka perlu kajian lebih mendalam tentang kajian sifat kimia
tanah yang meliputi pH tanah, C-organik, Nitrogen (N-total),dan Fosfor (Ptersedia) pada
Tegalan dengan beberapa jenis vegetasi sehingga dapat memperoleh hasil seberapa besar
pengaruh vegetasi yang tumbuh terhadap sifat kimia tanahnya. Tumbuhnya vegetasi lain di
lahan tertentu tentunya akan mempengaruhi sifat kimia tanahnya. Sifat Kimia Tanah
Memiliki Peran yang Signifikan bagi Lahan Tegalan,yakni sebagai berikut :

1.pH Tanah

Tipe lahan tegalan sangat tergantung pada turunnya air hujan.Tegalan merupakan daerah yang
belum mengenal sistem irigasi atau daerah yang tidak memungkinkan dibangun saluran
irigasi. Permukaan tanah tegalan tidak selalu datar. Pada musim kemarau keadaan tanahnya
terlalu kering dengan curah hujan rendah sehingga tidak dapat ditanami.Besung (2013)
menjelaskan bahwa Lahan tegalan memiliki pH yang cenderung asam, sehingga berpengaruh
terhadap penyerapan mineral oleh hijauan.

2. Kandungan nitrogen total tanah

Nitrogen tanah merupakan unsur esensial bagi tanaman selain Kaliun dan Phosphat.
Kadar N tanah biasanya sebagai indikator utama untuk menentukan dosis pemupukan
Nitrogen/Urea. Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif
tanaman.Berdasarkan Penelitian Soewandita,(2018) bahwa Dari grafis kadar N tanah,
secara umum lahan untuk Kebun Campuran dan Tegalan mempunyai kadar N tanah
berkisar batas sedang artinya tanah mempunyai ketersediaan yang cukup dalam
mendukung ketersediaan Nitogen tanah untuk pertumbuhan tanaman.

3.Kandungan Fosfor

Fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman. Ketersedian P organik bagi tanaman sangat bergantung pada aktivitas
mikroorganisme untuk memineralisasinya.Berdasarkan Penelitian Rosalina.,et al (2019)
Bahwa unsur P yang tersedia pada tanah tegalan paling rendah dibandingkan pada tanah
kebun dan sawah. Hal ini disebabkan karena pada tanah tegalan memiliki dataran yang
berupa hamparan padang rumput yang tidak mendapatkan penambahan P dari pupuk ataupun
bahan organik yang dapat mengaktifkan mikroorganisme pelarut P. Sedangkan tanah kebun
dan sawah mendapatkan penambahan P melalui pemberian pupuk organik dan anorganik.
Selain itu, tanah kebun mendapatkan penambahan bahan organik berupa daun yang jatuh.

2.3.2.3 Sifat Biologi Lahan Tegalan

Pada lahan tegalan, memiliki karakteristik fisik tanah yang berbeda dengan lahan
agroforestri. Kondisi tersebut dapat dilihat dari kandungan bahan organik yang dimiliki oleh
lahan tegalan cukup rendah. Kemudian permeabilitas tanah pada lahan tegalan dan bobot isi
tanah cenderung tinggi, tergantung seberapa dalam kelerengan lahan tegalan tersebut (Putri et
al.,2017). Pada lahan yang memiki kemiringan, air akan cenderung bergerak secara run off,
apabila bobot isi tinggi perkolasi akan berjalan lebih lambat dibandingkan infiltrasi.
Kandungan C-Organik dan kemampuan permeabilitas yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kelerengan lahan, dan tekstur tanah cenderung debu karena bahan organik yang
ada di dalamnya (Dewi et al., 2019)

2.3.3. Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Lahan Perkebunan


2.3.3.1 Sifat Fisik Lahan Perkebunan
Menurut Batubuaya et al. (2019), Tanah kebun memiliki rata-rata kandungan air tertinggi.
Kawasan pemukiman dan padang rumput mempunyai nilai sedang atau rendah pada kelas
permeabilitas sedang-rendah. Kapasitas penyerapan air tanah diukur dengan nilai kapasitas
infiltrasi. Pada agroforestri, proses ini lebih cepat dibandingkan pada kebun dan sawah.
Perbedaan sifat fisik tanah pada berbagai penggunaan lahan menentukan daya serap air
tanah. Kondisi penggunaan lahan yang mempengaruhi resapan air sebagian besar berkaitan
dengan faktor dan jenis vegetasi. Permeabilitas tanah kebun sedang. Faktor yang
mempengaruhi infiltrasi pada penggunaan lahan kebun adalah komposisi tanah berupa pasir
dan debu, vegetasi berupa tanaman campuran (pisang, kelapa, palawija, rumput), tanaman
berserat lunak berukuran besar dan besar. berupa semut dan cacing tanah serta kedalaman air
bawah tanah hanya sekitar 50 cm, kelembaban udara sedang dan permeabilitas sedang.

Karakteristik sifat fisik tanah dapat dipengaruhi oleh bentuk vegetasi tanah. Pernyataan
tersebut didukung oleh pernyataan (Asdak, 2018), dimana vegetasi dapat membuat tanah
memiliki kondisi yang lebih gembur dan memperhalus agregat, tanah yang memiliki
kehalusan yang tinggi dapat menyebabkan bobot isi tanah berkurang dan porositasnya tinggi,
sehingga akan menghasilkan banyak makropori dan mikropori yang sangat mempengaruhi
kelembapan tanah. Sifat fisik tanah pada lahan agroforest, lahan Tegalan, dan lahan
Perkebunan tentunya akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga akan
menghasilkan sifat fisik tanah yang berbeda pula.

Menurut Rizal et al. (2022) Pada lahan perkebunan campuran didapatkan hasil fraksi pasir
86,51%, debu 3,85%, dan liat 9,62%. Dari ketiga persentase tersebut, fraksi pasir
mendominasi dan berdasarkan analisis segitiga struktur tergolong tanah berjenis pasir-
lempung. Tanah jenis lempung-pasir tampak kasar, agak lengket dan mudah pecah karena
dominasi fraksi pasir. Karena fraksi pasirnya yang tinggi, jenis tanah ini kurang cocok untuk
pertanian, namun dapat digunakan untuk penanaman pohon campuran, karena jenis tanah ini
mudah mengalirkan air.
2.3.3.2 Sifat Kimia Lahan Perkebunan
Sifat kimia tanah diartikan sebagai jumlah reaksi kimia yang terjadi antara mineral, air, bahan
organik, bahan anorganik, fosfor, nitrogen, kalium, udara dan bahan yang ditambahkan dalam
bentuk pupuk (Bakri et al., 2016). Sifat kimia tanah memiliki fungsi penting dalam
menunjang pertumbuhan dan perkembangan pada suatu tanaman. Tipe penggunaan lahan dan
jenis vegetasi di permukaan akan mempengaruhi sifat kimia tanah seperti bahan organik, pH
tanah, serta kandungan unsur hara. Perbedaan sifat kimia tanah akan berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan tanaman sehingga dapat menghasilkan variasi tingkat produktivitas.
(Sadono et al., 2019).
pH tanah pada lahan perkebunan akan mengalami peningkatan pH tanah di kedalaman 50 cm
dan 100 cm. Peningkatan nilai pH terjadi tidak signifikan dan masih tergolong pada kategori
sangat asam hal ini sesuai dengan hasil penelitian Suwondo 2017, yang menyatakan bahwa
lahan perkebunan mengalami peningkatan pH tanah namun masih tergolong sangat asam.
Peningkatan nilai pH tanah yang masih tergolong sangat asam diduga karena adanya proses
dekomposisi yang sedang berlajut pada lahan perkebunan. Rini et al 2014, menyatakan
bahwa proses dekomposisi yang sedang terjadi pada lahan perkebunan menghasilkan asam-
asam organik yang bersifat asam. Suwondo 2017, menerangkan bahwa aktifitas
mikroorganisme sangat dipengaruhi olah kondisi pH tanah. Pada tanah yang memiliki pH
asam maka aktifitas mikroormanismenya akan sangat rendah.

pada lahan perkebunan mengalami degradasi kandungan C-organik dan bahan organik tanah.
hal ini sesuai dengan hasil penelitian Suwondo 2017, yang menerangkan lahan yang di
manfaatkan sebagai perkebunan masih memiliki C-organik tergolong sangat tinggi.
Degradasi ini diduga terjadi karena adanya aktifitas dekomposisi oleh mikroorganisme tanah,
erosi dan subsiden yang terjadi akibat aktifitas pada lahan perkebunan. Kodisi lahan
perkebunan yang telah didrainase akan merubah kondisi lahan perkebunan yang semula
anaerob menjadi aerob. Hal ini mengakibatkan meningkatnya aktifitas mikroorganisme
perombak bahan organik tanah. Disamping itu sistem dranase pada lahan perkebunan juga
menyebabkan terjadinya erosi bahan organik tanah oleh aliran air. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Subandar 2015, yang menerangkan bahwa perubahan kondisi anaerob menjadi
aerob pada lahan perkebunan akan mendorong aktifitas mikroorganisme perombak bahan
organik tanah. Bintang et al 2017, menambahkan bahwa pembukaan saluran drainase pada
lahan perkebunan juga akan memenyebabkan terjadinya erosi bahan organik oleh aliran air
yang ada pada sekitar saluran drainase.

Defisiensi unsur hara pada lahan perkebunan, mengalami peningkatan N-total yang terjadi
diduga terjadi karena adanya perlakuan pemupukan N yang yang diberikan. Oksana et al
2013 mengatakan bahwa perlakuan pemupukan yang diberikan pada lahan perkebunan sangat
mempengaruhi ketersediaan kandungan N-total tanah. Turunnya nilai N-total tanah seiring
dengan pertambahan usia tanaman diduga kerena terjadinya degradasi bahan organik dan
perubahan pH tanah yang tidak signifikan dan masih tergolong sangat asam. Rendahnya
kandungan Na diduga karena kondisi lahan perkebunan yang selalu jenuh air dan hanya
berasal dari akumulasi bahan organik sehingga tidak adanya penambahan unsur mineral yang
merupakan sumber utama Na. Penurunan nilai Na yang terjadi akibat konversi lahan
perkebunan diduga karena tidak ada upaya pengembalian hara yang terpakai oleh tanaman.
Selain itu kondisi lahan pertanian yang dominan banyak air juga sangat berpengaruh
terhadapa pencucian hara tanah. Sembiring, 2016 dan subandar ,2015 mengatakan
pemanfaatan lahan perkebunan sebagai lahan pertanian tanpa upaya perbaikan hara tanah
dapat memperburuk kondisi ketersediaan hara dalam tanah.

2.3.3.3 Sifat Biologi Lahan Perkebunan


Lahan perkebunan adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan lahan usaha tani
untuk memproduksi tanaman pertanian. Biasanya pada lahan perkebunan memiliki ciri tanah
yang bersifat lembab karena memiliki rata- rata kandungan air yang tinggi yang
menyebabkan cocok untuk di tanami berbagai jenis tanaman. Pada lahan perkebunan sifat
biologi tanahnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan organic
tanah,aktivitas mikroorganisme dan populasi cacing tanah. Mikrob tanah memiliki peran
penting dalam dekomposisi bahan organik dan penyedia hara bagi pertumbuhan tanaman
(Usharani et al., 2019). Sehingga total populasi mikrob seringkali menjadi indeks kesuburan
tanah dan kesehatan lingkungan (Hermans et al., 2020). Populasi mikrob tanah akan
meningkat dengan kondisi ekologis yang mendukung. Kelimpahan mikrob sangat ditentukan
oleh kadar bahan organik tanah dan faktor lingkungan (pH, kelembaban tanah, vegetasi dan
suhu) (Sahara et al., 2019). Mikrob tanah selain memiliki peran sebagai dekomposer, juga
berperan penting dalam siklus N tanah dan mengatur nitrogen tersedia untuk tanaman
(Scarlett et al., 2021). Menurut (Sudhakaran et al., 2018) Aktivitas mikrob ini merupakan
factor utama untuk meningkatkan ketersediaan hara tanaman di dalam tanah melalui proses
dekomposisi bahan organik dan mineralisasi. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan
dalam mengukur sifat biologi pada lahan perkebunan seperti kandungan C-organik, N- total,
populasi cacing tanah, dan respirasi tanah

Anda mungkin juga menyukai