Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH POROSITAS TANAH

MATA KULIAH PENGELOLAAN TANAH DAN AIR

pengaruh Perubahan Porositas Tanah dan Kekeringan terhadap ketersediaan air dan
produkstivitas lahan di Wilayah Majalengka, Jawa Barat

Disusun Oleh :
Kelompok 9

Muhammad Satria Diin 150510220061


Raisa Dwi Rachmawati 150510220066
Nindia Sucia Dinata 150510220075
Fachmi Akmal Mustafa 150510220082
Hasna Ghaida R 150510220077
M.Randy Dzaky F. 150510220116

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang sudah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyusun tugas mata kuliah Pengelolaan Tanah dan Air ini dengan
baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah diketahui, bahwasannya salah satu peran penting dalam
kegiatan yang berhubungan dengan tanah adalah harus memperhatikan porositas tanah karena akan
sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan untuk mengelola lahan, produktivitas suatu
tanaman, dan ketersediaan air
Maka dari itu, tugas ini kami buat untuk menjelaskan mengenai studi kasus yang terjadi di
indonesia yang berkaitan dengan porositas tanah dengan harapan makalah ini dapat meningkatkan
nilai pengetahuan kita terhadap tanah, khususnya pada bagian porositas tanah. Kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik serta saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen pengampu
mata kuliah Pengelolaan Tanah dan Air, dan juga kepada pihak yang sudah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Untuk perhatian dan waktunya, kami sampaikan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Istilah porositas tanah seringkali masih menjadi yang asing bagi sebagian orang, namun
sebagian besar orang ketika mendengar istilah tersebut pasti dapat langsung memahami bahwa
porositas tanah pastinya berhubungan dengan pori-pori tanah. Secara definisi, porositas tanah dapat
didefinisikan sebagai fraksi tanah yang mencakup total seluruh ruang pada tanah yang menjadi ruang
pori (Nimmo,2004; Ramesh dkk., 2019). Sedangkan pori tanah, diartikan bagian dari tanah yang
kosong dari bahan padat tanah dan biasanya berisikan udara serta air bergantung pada ukuran pori
tanah tersebut. Keberadaan pori tanah berbeda pada setiap tanah, hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti bahan organik,struktur, tekstur, pemadatan, serta oleh tanah.
Perubahan dalam porositas tanah adalah salah satu faktor utama yang berpengaruh pada
siklus hidrologi dan ketersediaan air. Porositas tanah merujuk pada kapasitas tanah untuk
menampung, mengalirkan, dan menyimpan air. Ketika terjadi perubahan porositas tanah,
kemampuan tanah untuk menahan air hujan dan menjaga tingkat air tanah dapat berkurang, yang
pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan ketersediaan air untuk berbagai keperluan.
Perubahan porositas tanah juga bisa disebabkan karena kondisi kekeringan.
Di indonesia banyak wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan, salah satunya di daerah
majalengka, Jawa barat. Kabupaten Majalengka, yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia,
adalah salah satu wilayah yang menghadapi tantangan serius terkait masalah lahan kering dan
kekeringan. Di wilayah ini, perubahan porositas tanah telah menjadi permasalahan utama yang
mengganggu ekosistem alam, pertanian, dan keberlanjutan lingkungan hidup. Perubahan ini
terutama dipicu oleh beberapa faktor yang berdampak buruk pada tanah dan ketersediaan air.
Majalengka, adalah salah satu wilayah yang sangat tergantung pada sumber daya air untuk
berbagai keperluan, termasuk pertanian, industri, dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
penduduk. Ketersediaan air yang memadai sangat penting bagi kelangsungan hidup dan
perkembangan wilayah ini. Namun, wilayah ini mengalami permasalahan serius terkait
perubahan porositas tanah dan kekeringan, yang dapat berdampak signifikan pada ketersediaan
air.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Apa Definisi dan Konsep Porositas Tanah dan bagaimana pengaruhnya terhadap
ketersediaan air / infiltrasi air?
- Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi Perubahan Porositas Tanah?
- Bagaimana dampak negatifnya Perubahan Porositas Tanah terhadap Ketersediaan Air?
- Upaya atau solusi apa yang dapat dilakukan untuk Pemulihan Porositas Tanah?

1.3 TUJUAN
- Mengetahui Definisi dan Konsep Porositas Tanah dan bagaimana pengaruhnya terhadap
ketersediaan air / infiltrasi air?
- Mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi Perubahan Porositas Tanah
- Mengetahui dampak negatif yang terjadi bila ada Perubahan Porositas Tanah terhadap
Ketersediaan air
- Mengetahui upaya atau solusi yang dapat dilakukan untuk Pemulihan Porositas Tanah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI DAN KONSEP POROSITAS TANAH DAN PENGARUHNYA


TERHADAP KETERSEDIAAN AIR / INFILTRASI AIR

Definisi dan Pengertian dari Porositas Tanah adalah ruang volume seluruh pori-pori makro
dan mikro dalam tanah yang dinyatakan dalam persentase volume tanah di lapangan. Dengan
kata lain porositas tanah adalah bagian dari volume tanah yang tidak ditempati oleh padatan
tanah.Porositas tanah ada karena bentuk dan ukuran agregat tanah yang tidak dapat saling
merapa merupakan dasar dari pori-pori tanah. Merupakan ruang antara agregat yang satu dengan
yang lain disebut pori-pori mikro dan makro tanah.
Menurut (Naharuddin dkk., 2020) menyatakan bahwa porositas tanah didefinisikan sebagai
ruang fungsional yang menghubungkan tubuh tanah dengan lingkungannya. Porositas adalah
volume seluruh pori dalam suatu volume tanah utuh yang dinyatakan dalam persen. Porositas
total merupakan indikator awal yang paling mudah untuk mengetahui struktur tanah baik atau
jelek. Porositas tanah akan tinggi jika kandungan bahan organik dalam tanah juga tinggi. Tanah
denganstruktur remah dan granular mempunyai porositas yang lebih tinggi dari pada
tanahdengan struktur pejal. Porositas tanah mencerminkan tingkat kemudahan tanah untuk
dilalui aliran air (permeabilitas) atau kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah
(perkolasi).
Sistem pori tanah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jumlah bahan organik, jenis
dan jumlah liat, kelembaban, pemadatan tanah dan manajemen tanah (Kutilek et al., 2006;
Wairiu and Lal, 2006; Chun et al., 2008; Churchman et al., 2010). Karakteristik pori
menggambarkan jumlah, ukuran, distribusi, kontinuitas dan stabilitas pori tanah (Kay, 1990).
Karakteristik pori tanah sangat berperan besar dalam menentukan pergerakan air dalam tanah
(Hillel, 1980; Kay, 1990) dan mempengaruhi kemampuan tanah dalam meretensi air (Elrick et
al., 2004). Sebagai suatu sistem, masing-masing karakter akan saling mempengaruhi satu
dengan lainnya. Setiap perubahan pada satu karakter akan mempengaruhi karakter yang lain.
Perubahan terhadap pori akan mengurangi jumlah, ukuran dan kuantinuitas pori (Wahyunie,
2009). Air menempati ruang pori di dalam tanah. Berdasarkan diameter ruangnya Jongerius
(1957) membagi pori tanah menyebabkan penghancuran dan pergerakan liat yang menyebabkan
tersumbatnya pori, ini merupakan fenomena yang dapat mengganggu kestabilan pori karena
mengurangi ukuran dan jumlah pori. Dengan demikian selain jumlah pori, karakter pori lain
yakni distribusi ukuran pori dan stabilitas pori merupakan karakter pori yang sangat penting
diamati.

2.2. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN POROSITAS


TANAH DI MAJALENGKA
2.2.1 Deforestasi
Deforestasi adalah kegiatan menebang hutan atau penggundulan hutan sehingga
lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nonhutan, seperti pertanian dan
perkebunan, peternakan, atau permukiman. Namun, Deforestasi dapat berdampak
signifikan terhadap porositas tanah dan ketersediaan air. Deforestasi dapat menyebabkan
pemadatan tanah, sehingga mengurangi porositas tanah. Hal ini karena penebangan pohon
dan tumbuh-tumbuhan lainnya dapat menyebabkan tanah menjadi lebih padat akibat
bertambahnya beban alat berat dan hilangnya bahan organik. Dan Erosi tanah juga
merupakan akibat lain dari penggundulan hutan yang dapat mengurangi porositas tanah.
Jika pepohonan ditebang, maka akan berkurang pula vegetasi yang mampu menahan
tanah, sehingga dapat menyebabkan erosi tanah. Hal ini dapat menyebabkan tanah
menjadi lebih padat dan tidak terlalu keropos. Deforestasi dapat mengurangi ketersediaan
air dengan mengurangi jumlah air yang disimpan di dalam tanah. Pepohonan dan
tumbuh-tumbuhan lainnya berperan penting dalam mengatur siklus air dengan cara
menyerap dan menyimpan air. Ketika pepohonan ditebang, maka semakin sedikit vegetasi
yang dapat menyerap dan menyimpan air, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya
ketersediaan air dan menyebabkan perubahan siklus hidrologi yang dapat mempengaruhi
ketersediaan air. Misalnya, ketika pohon ditebang, intersepsi curah hujan berkurang, yang
dapat menyebabkan peningkatan limpasan dan penurunan infiltrasi. Hal ini dapat
menyebabkan air hilang dari sistem lebih cepat, sehingga mengurangi jumlah air yang
tersedia untuk tanaman dan organisme lain.
2.2.2 Perubahan Tata guna lahan
Perubahan Tata Guna Lahan (TGL) merujuk pada transformasi lahan di suatu wilayah,
dimana penggunaan awalnya dapat berubah menjadi yang berbeda, seperti transformasi
lahan pertanian menjadi kawasan industri, lahan hutan yang berubah menjadi pemukiman,
atau perubahan dari lahan terbuka menjadi area komersial. Hal ini mencakup perubahan
dari satu jenis penggunaan lahan ke jenis penggunaan lainnya. Perubahan tata guna lahan
dapat mempengaruhi porositas tanah. Misalnya, alih fungsi lahan terbuka bervegetasi
menjadi lahan terbangun dapat meminimalkan kapasitas resapan air ke dalam tanah,
sehingga dapat mempengaruhi porositas tanah. Perubahan tata guna lahan juga dapat
mempengaruhi sifat biofisik tanah dan kapasitas infiltrasi. Penutupan lahan oleh vegetasi
yang mampu menahan erosi dapat mempengaruhi porositas tanah. Perubahan tata guna
lahan dapat mempengaruhi ketersediaan air. Unsur-unsur tanah seperti tekstur,
kelembaban, suhu tanah, dan porositas tanah dapat mempengaruhi ketersediaan air.
Perubahan tata guna lahan dapat mempengaruhi unsur-unsur tersebut, sehingga dapat
mempengaruhi ketersediaan air. Dan juga dapat mempengaruhi hidrologi daerah.
Misalnya, perubahan tata guna lahan dapat mempengaruhi aliran air permukaan dan air
tanah, sehingga dapat mempengaruhi ketersediaan air

2.2.3 Perubahan Iklim


Perubahan iklim dapat mempengaruhi porositas tanah. Misalnya, perubahan suhu dan
curah hujan dapat mempengaruhi sifat biofisik tanah dan kapasitas infiltrasi, sehingga
dapat mempengaruhi porositas tanah dan juga dapat mempengaruhi erosi tanah, yang
dapat mempengaruhi porositas tanah. Perubahan suhu dan curah hujan dapat
mempengaruhi vegetasi dan jenis tanah, yang dapat mempengaruhi erosi tanah.
Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi ketersediaan air. Perubahan suhu dan curah
hujan dapat mempengaruhi siklus air dan ketersediaan air di suatu daerah dan dapat
mempengaruhi kualitas air. Misalnya, perubahan suhu dapat mempengaruhi kadar klorin
pada air bersih, yang dapat mempengaruhi kualitas air.
2.2.4 Praktik Pertanian yang tidak berkelanjutan
Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan adalah praktik pertanian yang tidak
memperhatikan keseimbangan ekosistem dan lingkungan sekitar. seperti penggunaan
pupuk dan pestisida yang berlebihan, dapat mempengaruhi porositas tanah dan
ketersediaan air tanah.. Penggunaan air irigasi yang tidak efisien, seperti penggunaan
sistem irigasi yang tidak tepat atau penggunaan air irigasi yang berlebihan, dapat
mengurangi ketersediaan air tanah (Arpindra Surya et al., 2017). Praktik pertanian yang
tidak berkelanjutan dapat mempengaruhi porositas tanah. Misalnya, penggunaan pestisida
dan pupuk kimia secara berlebihan dapat merusak kualitas tanah dan mengurangi porositas
tanah dan juga dapat mempengaruhi erosi tanah, yang dapat mempengaruhi porositas
tanah. Penggunaan alat berat yang berlebihan dan pengolahan tanah yang tidak tepat dapat
mempercepat erosi tanah. mempengaruhi siklus air dan ketersediaan air di suatu daerah.
Misalnya, penggunaan irigasi yang tidak tepat dapat menyebabkan kekeringan atau banjir,
yang dapat mempengaruhi ketersediaan air

2.3. DAMPAK PERUBAHAN POROSITAS TANAH TERHADAP KETERSEDIAAN AIR

Perubahan porositas tanah dapat mempengaruhi ketersediaan air dan dapat terjadi
akibat deforestasi, perubahan tata guna lahan, dan praktik pertanian yang tidak
berkelanjutan. Ketika lahan pertanian menggantikan vegetasi alami, tanah bagian atas
terbuka dan dapat mengering. Keanekaragaman dan jumlah mikroorganisme yang
membantu menjaga kesuburan tanah dapat berkurang, dan nutrisi dapat tercuci. Tanah
dapat terbawa oleh angin atau terbawa oleh hujan. Deforestasi dapat menyebabkan erosi
dan menghanyutkan tanah ke sungai. Tanaman pertanian yang sering menggantikan pohon
tidak dapat menahan tanah, dan banyak tanaman ini, seperti kopi, kapas, minyak kelapa
sawit, kedelai, dan gandum, dapat menyebabkan erosi yang parah. Praktik pertanian yang
tidak berkelanjutan, seperti pengolahan tanah dan penggembalaan yang berlebihan, dapat
mempercepat degradasi tanah. Tanah yang terdegradasi dapat menyebabkan penurunan
kemampuan menahan air, yang dapat memperburuk banjir. Oleh karena itu, praktik
pertanian yang berkelanjutan dapat membantu mengurangi dampak erosi dan degradasi
tanah serta kehilangan lahan yang berharga akibat degradasi tanah dan kekeringan
a. Perubahan porositas tanah akibat deforestasi dapat mempengaruhi ketersediaan air dengan
beberapa cara, seperti Penurunan kemampuan menahan air Deforestasi dapat menyebabkan
tanah kehilangan kemampuan menahan air karena porositas tanah menurun akibat hilangnya
akar pohon dan bahan organik yang terkandung dalam hutan, Penurunan kualitas tanah
Deforestasi dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah karena hilangnya bahan organik
dan nutrisi yang terkandung dalam hutan, Peningkatan erosi Deforestasi dapat menyebabkan
peningkatan erosi dan hilangnya lapisan tanah yang subur, sehingga mengurangi kemampuan
tanah dalam menahan air.

b. Perubahan porositas tanah dapat mempengaruhi ketersediaan air dengan beberapa cara:
Penurunan kemampuan menahan air: Tanah dengan porositas yang kurang dari 30%
cenderung padat dan didominasi oleh pori-pori mikro yang kuat memegang air. Akibatnya,
akar tanaman sulit menyerap air. Sebaliknya, pada porositas yang lebih dari 70%, pori-pori
tanah didominasi oleh pori makro yang mudah meloloskan air akibat gaya gravitasi. Hal ini
dapat menyebabkan tanah kehilangan banyak air pada lapisan olah tanah, Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air. Semakin kasar tekstur
tanah, semakin tinggi kemampuan tanah meloloskan air. Sebaliknya, tanah dengan
kandungan partikel pasir yang lebih dari 80% akan sulit mengadsorbsi air. Perubahan
porositas tanah dapat mempengaruhi permeabilitas tanah, yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi ketersediaan air.

c. Perubahan tata guna lahan dapat mempengaruhi ketersediaan air di suatu daerah. Beberapa
dampak perubahan tata guna lahan terhadap ketersediaan air adalah Penurunan ketersediaan
air Perubahan tata guna lahan dapat menyebabkan penurunan ketersediaan air di suatu
daerah. Sebagai contoh, penelitian di DAS Siak menunjukkan bahwa perubahan penggunaan
lahan selama periode 10 tahun (2002-2012) mempengaruhi ketersediaan air di daerah
tersebut, Kekeringan Perubahan tata guna lahan dapat menyebabkan kekeringan di suatu
daerah. Sebagai contoh, penelitian di DAS Bringin menunjukkan bahwa perubahan tata guna
lahan dapat mempengaruhi ketersediaan air di daerah tersebut dan menyebabkan kekeringan,
Krisis air Perubahan tata guna lahan dapat menyebabkan krisis air di suatu daerah. Sebagai
contoh, penelitian di DAS Bendung Air Manjunto menunjukkan bahwa perubahan tata guna
lahan dan tidak menentunya besaran debit di bendung dapat memicu kekhawatiran
masyarakat atas ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan

d. Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan dapat mempengaruhi porositas tanah dan
ketersediaan air. Beberapa dampak praktik pertanian yang tidak berkelanjutan terhadap
perubahan porositas tanah dan ketersediaan air adalah Penurunan kualitas tanah yaitu karena
Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, seperti penggunaan pupuk kimia yang berlebihan,
dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah dan menurunkan kemampuan tanah dalam
menahan air, Penurunan kandungan bahan organik karena Praktik pertanian yang intensif
atau penggunaan bahan kimia tertentu dapat menyebabkan penurunan kandungan bahan
organik dalam tanah. Bahan organik dapat membantu meningkatkan porositas tanah dan
kemampuan tanah dalam menahan air.

2.4. UPAYA ATAU SOLUSI PEMULIHAN POROSITAS TANAH


Perubahan porositas tanah dapat mempengaruhi ketersedian air dalam tanah, hal ini
dapat mempengaruhi produktivitas suatu pertanian. Oleh karena itu, diperlukan upaya
pemulihan porositas tanah agar ketersediaan air dalam tanah tercukupi. Upaya pemulihan
porositas tanah diantaranya :

2.4.1 Penambahan pupuk organik


Setyorini et al. (2006) menyatakan bahwa pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang
merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding pembenah tanah lainnya.
Selain pupuk kandang, pupuk kompos merupakan pupuk organik juga. Penambahan kompos
akan meningkatkan aktivitas mikroba yang bertanggung jawab atas perbaikan tanah. Menurut
Agusni dan Satriawan (2014) bahwa bahan organik bersifat porous yang nantinya jika
diberikan kedalam tanah akan meningkatan pori tanah dan menurunkan berat isi. Penurunan
berat isi akan mengakibatkan peningkatan jumlah ruang pori makro dan mikro.

2.4.2 Pemberian limbah organik


Sama seperti penambahan pupuk organik, pemberian pupuk organik berfungsi untuk
penambahan bahan organik dalam tanah. Bahan organik tanah berperan dalam
menggabungkan partikel tanah primer menjadi agregat sekunder yang kuat selama proses
pembentukan tanah.

2.4.3 Pembuatan terasering, drainase, dan pemakaian mulsa


Terasering merupakan tanggul tanah yang dibuat disesuaikan dengan kondisi tanah dan
kemiringan tanah guna mengatur aliran air permukaan. Terasering berfungsi untuk
mengendalikan pengikisan tanah, menahan run off agar tidak erosif, serta menahan dan
mengawetkan air hujan pada daerah-daerah dengan curah hujan rendah.
Drainase dilakukan untuk meningkatkan kondisi air tanah yang akan menghasilkan
peningkatan kelembaban tanah, mengurangi tingkat penguapan, dan pada gilirannya, akan
memperbaiki lingkungan pertumbuhan tanaman. Infiltrasi air memungkinkan air tersedia
dalam tanah untuk keperluan vegetasi dan juga dapat meningkatkan kondisi udara dalam
tanah.
Penggunaan mulsa disarankan sebagai cara untuk menjaga stabilitas tanah sementara
sebelum melakukan penanaman vegetasi. Pemakaian mulsa memberikan keuntungan
diantaranya, melindungi agregat tanah, meningkatkan agregasi dan porositas tanah,
meningkatkan kandungan bahan organik tanah

2.4.4 Menanam tanaman legume dan sistem agrosilvopasoral


Untuk memulihkan kesuburan tanah, diperlukan kombinasi berbagai jenis aktivitas yang
dapat meningkatkan produktivitas lahan, seperti memasukkan tanaman legume yang mampu
mengikat nitrogen dari udara. Hal ini dapat meningkatkan unsur hara tanah, dan porositas
tanah yang memudahkan terjadinya infiltrasi, sehingga memperbaiki sistem hidrologi. Sistem
agrosilvopasoral adalah salah satu sistem yang dapat digunakan untuk mengatasi dampak alih
fungsi lahan dan juga mengatasi permasalahan ketersediaan pangan, agrosilvopasoral
jugmerupakan bagian dari agroforestri. Menurut Arifin et al. (2009), agroforestri pada skala
lanskap merupakan praktik sistem kombinasi berbagai macam kegiatan dan penggunaannya
secara kompleks untuk pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan, permukiman hingga
kegiatan jasa wisata, seperti agrowisata dan ekowisata pada unit ekologis daerah aliran
sungai.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Porositas Tanah adalah ruang volume seluruh pori-pori makro dan mikro dalam tanah yang
dinyatakan dalam persentase volume tanah di lapangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
porositas tanah adalah deforestasi, perubahan tata guna lahan dan juga praktik pertanian yang
tidak berkelanjutan yang mana hal tersebut dapat mengurangi ketersediaan air di dalam tanah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan porositas tanah adalah; pemberian pupuk
organik; pemberian limbah organik; pembuatan terasering dan drainase; dan juga penanaman
tanaman legum
DAFTAR PUSTAKA

Agusni, M. dan Satriwan, H. 2014. Pengaruh olah tanah dan pemberian pupuk kandang
terhadap sifat fisika tanah dan produksi tanaman jagung. Lentera 14(11):1-6.

Arpindra Surya, J., Nuraini, Y., Tanah, J., Pertanian, F., & Brawijaya, U. (2017). Kajian
Porositas Tanah Pada Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organik Di Perkebunan
Kopi Robusta. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, 4(1), 463–471.
http://jtsl.ub.ac.id

Ayu, I. W., Prijono, S., & Soemarno, S. (2013). Evaluasi ketersediaan air tanah lahan
kering di kecamatan Unter Iwes, Sumbawa Besar. Indonesian Journal of
Environment and Sustainable Development, 4(1).

Kusuma, M. N., & Yulfiah. (2018). Hubungan Porositas Dengan Sifat Fisik Tanah Pada
Infiltration Gallery. Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Terapan VI 2018
Institut Teknologi Adhi TamaSurabaya, 43–50.

Mantja, K., Jaya, A. M., Kaimudin, BDR, M. F., & Nasaruddin. (2017).
PENGEMBANGAN USAHA TANI TERINTEGRASI
(AGROSILVOPASTURA) DI DESA BENTENG GAJAH. 113.

Maria, R., Lestiana, H., & Mulyono, A. (2012). UPAYA KONSERVASI TANAH DAN
AIR DENGAN AGROFORESTRI DI SUBANG SELATAN. 174.

Pattimahu, D. V. (2004). RESTORASI LAHAN KRITIS PASCA TAMBANG SESUAI


KAIDAH EKOLOGI . 9-12.

Setyorini et al. (2006) menyatakan bahwa pupuk organik yang berasal dari pupuk
kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding pembenah
tanah lainnya. Kadar hara yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah
dan sangat bervariasi sebagai bahan pembenah tanah.

Syamsiyah, K. N., & Wicaksono, K. S. (2023). EVALUASI RETENSI HARA PADA


LAHAN PADI DI KABUPATEN PAMEKASAN. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan, 10(1), 182.

Wigena, P., Nurida, N., Setyorini, D., Husnain, Husen, E., & Erna suryani. (2013).
TEKNOLOGI PEMUPUKAN DAN PEMULIHAN LAHAN TERDEGRADASI.
Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai