NAMA
NIM
: G111 15 011
KELAS / KELOMPOK
: E / 14
ASISTEN
: MAGFIRAH DJAMALUDDIN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman sebagai makhluk hidup memerlukan air yang berasal dari tanah sebagai
bahan untuk melakukan proses fotosintesis. Selain itu air penting dalam
pelapukan mineral dan bahan organik, yaitu reaksi yang menyiapkan hara larut
bagi pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar
tanaman dan penopang aktivitas mikroba yang ada dalam tanah. Air yang ada
dalam tanah tidak selalu menguntungkan bagi tanaman. Beberapa hal yang
merugikan dari air bagi tanaman antara lain mempercepat proses pemiskinan hara
dalam tanah akibat proses pencucian, mempercepat proses perubahan horizon
dalam tanah akibat terjadinya eluviasi dari lapisan tanah atas ke lapisan tanah
bawah, dan kondisi jenuh air menjadikan ruang pori secara keseluruhan terisi air
sehingga menghambat aliran udara ke dalam tanah (Hakim, dkk, 1986).
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan
di bawah permukaan tanah. sedangkan kadar air tanah adalah banyaknya air yang
terdapat dalam tanah yang diperoleh dengan menghitung banyaknya air yang
hilang pada waktu tanah diovenkan dan diperoleh berat kering yang tetap
(Pairunan, 1997). Berdasarkan uraian di atas maka dirasa perlu untuk melakukan
praktikum kadar air kapasitas pot dan lapang.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan menentukan
kadar air kapasitas lapang dan kapasitas pot yang terkandung dalam tanah
dam membandingkan kadar air pada kedua media.
Kegunaan dari percobaan ini adalah agar dapat diketahui tanaman yang
cocok untuk ditanam sesuai dengan kadar air kapasitas pot dan lapang yang ada
pada sampel tanah terganggu tersebut.
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air
terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 oC 110 oC untuk waktu tertentu. Air
yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam
tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara
yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang
bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air
tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air
jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal.
Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim,1986).
Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan
koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai
kebutuhan tanaman, terdiri dari :
a.
Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.
b.
Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori
tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih
besar dari gaya gravitasi.
c.
Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
d.
Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid,
2010).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang
dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik
layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan
pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik
layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu
persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena
dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada
volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan
beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau
hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron. Daya pengikat butir-butir tanah
Alfisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang
tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah Inceptisol dan Vertisol, karena itu
tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh tumbuhan (Hardjowigeno,
S, 1993).
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan
hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media
gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia,
hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi,
garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan
juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman
memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati (Buckman and
Brady, 1982).
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu
memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar
tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan
tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan
tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar
seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun
(Hakim,1986).
2.3 Perbedaan Kapasitas Pot dan Kapasitas Lapang
Terdapat perbedaan mendasar antara kapasitas pot dan kapasitas lapang, baik
dalam proses pencapaiannya maupun kadar air yang dicapai. Pada kapasitas
lapang, kadar air yang dicapai lebih rendah dari pada kapasitas pot. Ini terjadi
karena di lapangan air gravitasi bergerak ke lapisan bawah melalui kontak hidrolik
yang kontinyu sebagai akibat perbedaan potensial air, dari tinggi (dilapisan atas
yang dijenuhkan, potensial air = nol) ke lapisan bawahnya yang lebih kering
(potensial airnya negatif). Proses ini tidak terjadi pada tanah di dalam pot. Dari
tanah yang jenuh air di dalam pot, air gravitasi menetes keluar tanpa kontak
dengan lapisan tanah lain di luar pot. Akibatnya, kadar air pada kapasitas pot lebih
besar dari pada kadar air pada kapasitas lapang (Gusli, 2015).
III. METODOLOGI
3.1
Praktikum kadar air kapasitas pot dan kapasitas lapang dilaksanakan di Teaching
Farm, Fakultas Pertanian,Universitas Hasanuddin, Makassar yang dilaksanakan
pada hari Minggu, 8 November 2015 pukul 08.00-11.00 WITA. Kemudian mulai
dilaksanakan pengamatan pada hari Selasa,17 November 2015 pukul 11.00 WITA
sampai selesai.
3. 2 Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tiga buah pot tanaman
berkapasitas 5 L yang bagian dasarnya telah dilobangi sebagai lobang drainase,
drum air, timbangan digital, oven, pisau lapangan, cangkul.
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sampel tanah di
Tamalanrea, air, lembar plastik hitam (2 sampai 3 m2), pangkasan rumput.
3. 3 Prosedur Kerja
3.3.1.Kapasitas pot
a. Mengering-udarakan tanah lapisan satu, lalu ayak dengan saringan 2 mm.
b. Menimbang sebanyak 5 kg tanah lapisan atas yang telah diayak tersebut, lalu
masukkan kedalam tiga pot berkapasitas 5 L yang telah disiapkan.
c. Menyirami tanah yang berada di dalam ketiga pot tersebutdengan hati-hati
hingga menjadi jenuh air dan agak menggenang.
d. Meletakkan ketiga pot yang berisi tanah ini di atas alas yang telah disipakan
yang memungkinkan berlangsungnya drainase tambah hambatan. Bagian atas
e.
f.
g.
h.
i.
tanah ditutup dengan lembaran plastik hitam (tetapi tidak perlu diikat) unutk
menekan evaporasi.
Mendiamkan air menetes 24 jam kemudian.
Mengambil contoh tanah basah (kapasitas pot) sebanyak sekitar satu sendok
makan penuh dari bagian tengah pot pada kedalaman 1 sampai 5 cm. Tanah
pada kedalaman 0 sampai 1 cm singkirkan. Letakkan contoh tanah ini di atas
wadah aluminium yang telah disiapkan dan sebelumnya telah ditimbang
(diketahui beratnya). Timbang contoh tanah ini bersama wadahnya. Catat
beratnya pada lembbar data sebagai berat tanah basah pada kapasitas pot.
Memasukkan contoh tanah pada kapasitas pot ini ke dalam oven selama 24 jam
pada suhu 105C.
Mengeluarkan sampel tanah dari oven, langsung masukkan sampel tanah ini ke
dalam desikator. Diamkan selama beberapa jam di dalam desikator, lalu
timbang berat tanah kering oven bersama wadahnya. Catat datanya ke dalam
lembar data.
Mengitung kadar air pada kapasitas pot menggunakan rumus perhitungan kadar
air yang telah diajarkan.
i. Hitung kadar air pada kapasitas pot menggunakan rumus perhitungan kadar air
yang telah diajarkan.
20 %
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
2,45 %
7,21 %
1,89 %
13,79 %
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa kadar air pada
kapasitas pot lebih besar dari pada kadar air lapang pada keempat titik hal ini
sesuai dengan pendapat Siktus Gusli (2015) yang mengatakan bahwa terdapat
perbedaan mendasar antara kapasitas pot dan kapasitas lapang, baik dalam proses
pencapaiannya maupun kadar air yang dicapai. Pada kapasitas lapang, kadar air
yang dicapai lebih rendah dari pada kapasitas pot. Ini terjadi karena di lapangan
air gravitasi bergerak ke lapisan bawah melalui kontak hidrolik yang kontinyu
sebagai akibat perbedaan potensial air, dari tinggi (dilapisan atas yang dijenuhkan,
potensial air = nol) ke lapisan bawahnya yang lebih kering (potensial airnya
negatif). Proses ini tidak terjadi pada tanah di dalam pot. Dari tanah yang jenuh air
di dalam pot, air gravitasi menetes keluar tanpa kontak dengan lapisan tanah lain
di luar pot. Akibatnya, kadar air pada kapasitas pot lebih besar dari pada kadar air
pada kapasitas lapang.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum dapat diketahui kadar air pada kapasitas pot lebih tinggi di
banding kadar air pada kapasitas lapang dimana kadar air kapasitas pot sebesar
20% dan kadar air kapasitas lapang dengan rata-rata 6,33%.
5.2 Saran
Dalam praktikum penetapan kadar air kapasitas pot dan lapang tanah, perlu
adanya pembagian tugas yang diberikan kepada setiap praktikan. Sehingga pada
pelaksanaan praktikum itu bisa berjalan dengan baik dan semua praktikan bisa
mengetahui tujuan dari praktikum yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya
Angkasa.
Gusli, Siktus. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar:
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Hakim, et all. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Jakarta: Rajawali Pers.
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2003. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Hardjowigeno. S., 1993. Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
A. Kapasitas pot :
Dik :
Berat wadah (a)
= 7,5 gram
Berat tanah kering oven tanpa wadah (c-a)
= 8,5 gram
Berat tanah kering udara tanpa wadah (b-a)
= 10,2 gram
dit :
Nilai kadar air kapasitas pot (b-c) ?
Penyelesaian :
( ba )(ca)
(b c) =
x 100 %
(ca)
=
=
( 10,2 ) (8,5)
( 8,5)
1,7
8,5
= 20 %
x 100 %
x 100 %
B. Kapasitas lapang
1. Titik 1 (cawan 1)
Dik :
Berat wadah (a)
Berat tanah kering oven tanpa wadah (c-a)
Berat tanah kering udara tanpa wadah (b-a)
dit :
Nilai kadar air kapasitas lapang (b-c)?
Penyelesaian :
( ba )(ca)
(b c)
=
x 100 %
(ca)
=
=
( 33,4 )(32,6)
(32,6)
0,8
32,6
x 100 %
x 100 %
= 2,45 %
2. Titik 2 (cawan 2)
Dik :
Berat wadah (a)
Berat tanah kering oven tanpa wadah (c-a)
Berat tanah kering udara tanpa wadah (b-a)
dit :
Nilai kadar air kapasitas lapang (b-c)?
Penyelesaian :
( ba )(ca)
(b c)
=
x 100 %
(ca)
=
=
( 31,2 ) (29,1)
( 29,1)
2,1
29,1
= 7, 6 gram
= 32,6 gram
= 33,4 gram
= 7,5 gram
= 29,1 gram
= 31,2 gram
x 100 %
x 100 %
= 7,21 %
3. Titik 3 (cawan 3)
Dik :
Berat wadah (a)
Berat tanah kering oven tanpa wadah (c-a)
Berat tanah kering udara tanpa wadah (b-a)
dit :
Nilai kadar air kapasitas lapang (b-c) ?
= 8,5 gram
= 21,1 gram
= 21,5 gram
Penyelesaian :
(b c)
( ba )(ca)
(ca)
( 21,5 )(21,1)
(21,1)
0,4
21,1
x 100 %
x 100 %
x 100 %
= 1,89 %
4. Titik 4 (cawan 4)
Dik :
Berat wadah (a)
Berat tanah kering oven tanpa wadah (c-a)
Berat tanah kering udara tanpa wadah(b-a)
dit :
Nilai kadar air kapasitas lapang (b-c) ?
= 5,3 gram
= 26,1 gram
= 29,7 gram
Penyelesaian :
(b c)
( ba )(ca)
(ca)
( 29,7 )(26,1)
(26,1)
3,6
26,1
x 100 %
x 100 %
x 100 %
= 13,79 %
Data hasil pengukuran kapasitas pot
Pengukuran
Nilai bacaan
Kapasitas pot :
Berat wadah (g)
7,5 gram
17,7 gram
16 gram
20 %
Nilai bacaan
Pengukuran
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
7,6 gram
7,5 gram
8,5 gram
5,3 gram
41 gram
38,7 gram
30 gram
35 gram
40,2 gram
36,6 gram
29,6 gram
31, 4 gram
Kapasitas lapang :
Berat wadah (g)
Berat tanah basah (kap.pot)
bersama wadah
Berat tanah kering oven bersama
wadah (g)