Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Genetika Tanaman

FREKUENSI GEN

NAMA

: FATMAWATI

NIM

: G111 15 028

KELAS

: GENETIKA F

KELOMPOK

: 19

ASISTEN

: - USWAH TRIWULAN SYAH


- A. SRI UMMI KALSUM Y
- SITTI RAHMA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur populasi ditentukan oleh komposisi genotipe yang menyusunnya.
Komposisi genotipe dalam sebuah populasi dapat dilihat dengan kombinasi
genotipe-genotpe yang dimiliki oleh tiap individu didalam populasi tersebut, yang
digambarkan oleh frekuensi genotipe.
Sistem perkawinan antar individu akan menentukan struktur populasi.
Berdasarkan proses perkawinan dan kekuatan luar yang mempengaruhinya, maka
struktur populasi dapat berada dalam kesetimbangan atau tidak. Proses
perkawinan dan kekuatan luar dapat mengubah struktur populasi dari keadaan
tidak setimbang menjadi setimbang, atau sebaliknya. Meskipun dua faktor ini
dapat pula menjaga sebuah populasi tetap dalam kesetimbangan, atau tetap dalam
keadaan tidak setimbang. Keseluruhan proses yang terjadi dapat dilihat dari
struktur populasi dari generasi ke generasi selanjutnya.
Suatu

populasi

terdiri

atas

berinteraksi. Dalam suatu poulasi


tetap.

individu-individu

sejenis

yang

saling

menurut hukum Hardy-Weinberg adalah

Menurut hukum Hardy-Weinberg

jika

individu-individu

dalam

populasi melakukan atau mengadakan persilangan secara acak dan beberapa


asumsi terpenuhi, maka frekuensi alel dalam populasi akan tetap dalam
keseimbangan yang stabil, yaitu tidak berubah dari generasike generasi
berikutnya. Tiap gamet yang terbentuk akan sebanding dengan frekuensi masingmasing alelnya dan frekuensi tiap tipe zigot akan sama dengan hasil kali dari
frekuensi gamet-gametnya.
Genetika

populasi

memang

mengedepankan

studi

dalam

peristiwa

perkawinan dalam sebuah populasi. Meskipun hal-hal seperti kesetimbangan


Hardy-Weinberg; kekuatan luar seperti evolusi, seleksi alam, mutasi, dan
hanyutan genetik merupakan hal yang tidak terlepas dari ruang lingkup kajian
genetika populasi. Salah satu masalah yang dihadapi saat ini adalah hal-hal
tersebut sulit untuk dipelajari, terutama pemula dengan hanya melihat referensi
dan teori yang mendasarinya. Tantangan lainnya dalam mempelajari genetika

populasi ini adalah bahwa daur hidup suatu populasi tidak hanya berlangsung
dalam satu atau dua generasi, tapi bisa ratusan, ribuan bahkan jutaan generasi
untuk proses perkawinan.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan percobaan identifikasi
frekuensi gen, sehingga dapat diketahui bagaimana cara menguji hukum HardyWeinberg serta perhitungan frekuensi alel dan frekuensi genotipnya.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan hukum mendel
I dan hukum mendel II dan juga asas Hardy-Weinberg serta menghitung frekuensi
gen dengan melakukan pengambilan sampel.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi bagi mahasiswa
dan sebagai bahan acuan praktikum selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hukum Mendel
Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun
1822 di Cekoslovakia.

Pada

tahun

1842,

Mendel

mulai

mengadakan

penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini


menemukan

prinsip-prinsip

dasar

pewarisan

melalui

dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang.


menghasilkan hukum Mendel I dan II. Mendel

percobaan

Penelitian Mendel

melakukan

monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan

yang

tujuan

persilangan
mengetahui

pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya (Karmana, 2008).
Persilangan ini untuk membuktikan hukum mendel I yang menyatakan
bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara
bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi. Mendel
melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat
beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga
merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen
secara bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang
lain juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1.
Berdasarkan penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak
adanya hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip
beserta perbandingannya. Persilangan

monohibrid

yang

menghasilkan

keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya


hukum Mendel I yang dikenal dengan nama

Hukum Pemisahan Gen yang

Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes). Sedangkan persilangan


dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 :
3 : 1 merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum
Pengelompokkan Gen secara Bebas (The Law Independent Assortment of
Genes) (Karmana, 2008).
Menurut Karmana (2008), hukum pewarisan mendel adalah hukum mengenai
pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel

dalam karyanya Percobaan mengenai Persilangan Tanaman. Hukum ini terdiri


dari dua bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari mendel, juga dikenal sebagai hukum
pertama mendel.
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari mendel,
juga dikenal sebagai hukum kedua mendel.
2.1.1 Hukum Mendel 1
Menurut Abdurahman (2008), hukum mendel merupakan hukum tentang
pewarisan sifat. Hukum mendel 1 dikenal dengan Segregation of Allelic Genes,
yang artinya hukum segresi atau hukum pemisahan secara bebas. Pada intinya
mengungkapkan bahwa dua alel yang mengatur sifat tertentu akan terpisah pada
dua gamet yang berbeda. Apabila dijabarkan, hukum ini mencakup beberapa hal
yaitu :
1. Variasi gen (alel yang berbeda) bertanggung jawab terhadap variasi sifat
yang diwariskan. Sebagai contoh, gen yang mengatur warna bunga
memiliki dua variasi, yakni gen warna ungu dan gen warna putih. Variasi
gen seperti inilah yang dinamakan alel. Kedua variasi gen tersebut
menempati lokus yang bersesuaian pada pasangan kromosom homolog.
2. Dua alel yang memiliki tanggung jawab terhadap suatu karakter akan
terpisah ketika gamet dihasilkan. Hal ini berhubungan dengan pemisahan
kromosom ketika terjadi peristiwa gematogenesis. Setiap gamet akan
menerima setengah kromosom, contohnya individu hasil persilangan yang
mengandung satu alel wara bunga (ungu atau putih) dari induknya.
3. Setiap karakter pada suatu organisme mewakili dua alel yang masingmasing berasal dari induknya. Contohnya individu hasil persilangan yang
kemungkinan akan menghasilkan bunga berwarna ungu dan bunga
berwarna putih akan mewariri satu alel alel warna ungu dan satu alel
warna putih.
Jika terdapat dua alel yang berbeda, salah satunya dapat bersifat dominan dan
yang lainnya bersifat resesif. Sebagai contoh hasil keturunan yang memiliki bunga

warna merah dan bunga wara putih banyak menghasilkan keturunan yang
memiliki bunga waarna merah. Hal tersebut menunjukan bahwa alel warna merah
dominan terhadap warna putih. Hukum 1 mendel dapat kita buktikan dengan car
melakukan penyilangan dengan satu sifat beda yang disebut monohibrid.
Monohibrid adalah persilangan yang menggunakan satu macam gen yang berbeda
atau menggunakan satu sifat beda (Abdurahman, 2008).
Menurut Abdurahman (2008), mendel melakukan percobaan dengan
mengawinkan tanaman ercis berbiji kuning dengan tanaman ercis berbiji hijau.
Perkawinan pada induk dinamakan parental (p). Hasil perbandingan anakanyang
diperoleh disebut dengan filial (F).
2.1.2 Hukum Mendel 11
Hukum II mendel merupakan hukum pengelompokan gen secara bebas, atau
disebut juga hukum pengelompokan gamet secara bebas pada fertilasi dalam
persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid). Hukum II mendel mengungkpkan
bahwa setiap pasang alel berpisah secara bebas pada setiap gamet. Hukum ini
berlaku ketika terjadi proses pembentukan gamet, gen sel-sel secara bebas akan
pergi ke kutub-kutub berbeda (Abdurahman, 2008).
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent
assortmen of genes atau hukum pengelompokan gen secara bebas dinyatakan
bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas
dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini
dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang
memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan
1 sifat beda, dan dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilakn
perbandingan 9:3:3:1. Fenotif adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu
individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata
(misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan
genetik dari suatu inidividu yang ada hubungannyadengan fenotif; biasanya
dinyatakan dengan simbol/tanda huruf ( Suryati,dkk. 2014).

2.2 Hukum Hardy-Weinberg


Pada tahun 1908 G.H Hardy dan W. Weinberg menemukan dasar teoritis yang
ada hubungannya dengan frekuensi gen pada suatu populasi. Prinsip
ini

kemudian dikenal sebagai hukum Hardy-Weinberg yang berbunyi bahwa

frekuensi gen dominan dan gen resesif pada suatu populasi yang cukup besar tidak
akan berubah dari satu generasi ke generasi seterusnya jika perkawinan terjadi
secara acak, tidak ada seleksi, tidak ada migrasi, tidak ada mutasi dan tidak terjadi
genetik drift (Widianti, 2014).
Menurut Istamar (2007), pada tahun 1908, ahli Matematika Inggris G.H.
Hardy dan seorang ahli Fisika Jerman W. Weinberg secara terpisah
mengembangkan model matematika yang dapat menerangkan proses pewarisan
tanpa mengubah struktur genetika di dalam populasi. Hukum Hardy-Weinberg
menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel di dalam populasi akan tetap seperti
frekuensi awal, dengan beberapa persyaratan yaitu: populasi sangat besar, kawin
acak, tidak ada perubahan di dalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi
migrasi individu ke dalam dan ke luar populasi, dan tidak ada seleksi alam (semua
genotip mempunyai kesempatan yang sama dalam keberhasilan reproduksi).
Kondisi-kondisi yang menunjang Hukum Hardy-Weinberg sebagai berikut:
1.Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama
2.Perkawinan terjadi secara acak
3.Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.
4.Tidak terjadi migrasi
5. Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar
Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka frekuensi alel dan frekuensi
genotipe dalam suatu populasi akan konstan dan evolusi pun tidak akan terjadi.
Tetapi dalam kehidupan, syarat-syarat tersebut tidak mungkin terpenuhi sehingga
evolusi dapat terjadi. Suatu keseimbangan yang lengkap di dalam gene pool tidak
pernah dijumpai, perubahan secara evolusi adalah sifat sifat fundamental dari
kehidupan suatu populasi. Hukum ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi
tertentu yang stabil, frekuensi gen dan frekuensi genotif akan tetap konstan dari

satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang berbiak seksual, bila syarat
berikut dipenuhi.
Menurut Istamar (2007), beberapa faktor yang menyebabkan perubahan
keseimbangan hukum Hardy-Weinberg dalam populasi yaitu adanya hanyutan
genetik (genetik drift), arus gen (gene flow), mutasi, perkawinan tidak acak, dan
seleksi alam.
Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu
populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke
generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja
syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah
dan sedang mengalami evolusi (Istamar, 2007).
Hardy-Weinberg mengemukakan rumus untuk menghitung frekuensi alel dan
genotip dalam populasi. Jika di dalam populasi terdapat dua alel pada lokus
tunggal, alel dominan D dan alel resesif d, jika frekuensi alel dominan
dilambangkan dengan p, dan frekuensi alel resesif dilambangkan dengan q maka p
+ q = 1. Pada reproduksi seksual, frekuensi setiap macam gamet sama dengan
frekuensi alel dalam populasi. Jika gamet berpasangan secara acak, maka peluang
frekuensi homozigot DD = p2, peluang frekuensi homozigot dd = q2, dan peluang
heterozigot Dd = 2pq, maka p2 + 2pq + q2 = 1 (Istamar, 2007).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium 1 Agronomi, Jurusan Agronomi ,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum dilakukan pada
hari Selasa, 22 Maret 2016 pukul 16:00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, kalkulator. Adapun bahanbahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, kancing berbeda warna masingmasing sebanyak 200 buah, dan amplop cokelat.
3.3 Metode Praktikum
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan kancing merah dan kacing biru kedalam amplop cokelat masingmasing sebanyak 100 buah, lalu dikocok
3. Mengambil 2 buah kancing didalam amplop secara acak, kemudian pasangkan
4. Menghitung dengan pengulangan 60 kali, 80 kali, dan 100 kali
5. Mencatat genotip yang didapat dalam tabel.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel I : Hasil Pengambilan 60 Kali
Genotipe
AA
Aa
Jumlah
18
11
2
Rumus
p
2pq
Simbol
p2AA
2pqAa
Frekuensi
0,56
(Sumber : Data Setelah diolah, 2016)
Data hasil penyelesaian perhitungan :
2 ( AA ) + Aa
Frekuensi AA 2 Jumlah pengambilan

2 ( 18 ) +31
2 60

36+ 31
120

0,56
2 ( AA ) + Aa
Frekuensi aa 2 Jumlah pengambilan

2 ( 11 ) +31
2 60

22+31
120

0,44

aa
31
q2
q2aa
0,44

Total
60
0,99

Tabel II : Hasil Pengambilan 80 Kali


Genotipe

AA

Aa

aa

Total

Jumlah

14

46

20

80

Rumus

p2

2pq

q2

Simbol

p2AA

2pqAa

q2aa

Frekuensi

0,46

0,53

0,99

(Sumber : Data Setelah diolah, 2016)


Data hasil penyelesaian perhitungan :
2 ( AA ) + Aa
Frekuensi AA 2 Jumlah pengambilan

2 ( 14 )+ 46
2 80

28+ 46
160

74
160

0,46

Frekuensi aa

2 ( AA ) + Aa
2 Jumlah pengambilan

2 ( 20 ) + 46
2 80

40+46
180

86
180

0,53

Tabel III : Hasil Pengambilan 100 Kali


Genotipe

AA

Aa

aa

Total

Jumlah

25

50

25

100

Rumus

p2

2pq

q2

Simbol

p2AA

2pqAa

q2aa

0,5

0,5

Frekuensi

(Sumber : Data Setelah diolah, 2016)


Data hasil penyelesaian perhitungan :
2 ( AA ) + Aa
Frekuensi AA 2 Jumlah pengambilan

2 ( 25 ) +50
2 100

50+50
200

100
200

0,5

Frekuensi aa

2 ( AA ) + Aa
2 Jumlah pengambilan

2 ( 25 ) +50
2 100

5+50
200

10 0
200

0,5

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum frekuensi gen maka dapat
dikesimpulan bahwa:
1. Perbedaan hukum Mendel I dan II yaitu hukum Mendel I menyatakan dalam
pembentukan sel gamet pasangan alel akan memisah secara bebas, sedangkan
hukum Mendel II menyatakan bahwa setiap gen dapat berpasangan secara
bebas dengan gen lain.
2.

Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuendi


genotipe dalam suatu populasi atan tetap konstan, yakni berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali terdapat
pengaruh-pengaruh tertu yang mengganggu kesetimbangann tersebut.

3. Cara menghitung frekuesnsi gen yaitu dengan rumus p2 + 2pq + q2 = 1.


5.2 Saran
Praktikum kemarin sudah berjalan dengan baik tetapi mungkin sebaiknya pada
jalannya acara praktikum sebaiknya asistem memberikan pengawasan secara
penuh terhadap praktikan sehingga tidak terjadi manipulasi data dan hasil yang
diperoleh adalah benar-benar dari praktikum yang dilakukan pada saat itu. Karena

hal ini sangat berpengaruh pada hasil perhitungan yang akan dibandingkan dengan
teori yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. PT. Grafindo
Media Pratama. Jakarta
Dr. Istamar, M.Pd. 2007. Buku Paket Biologi Jilid 3A. Erlangga. Jakarta
Karmana.2008. Buku Paket Biologi Jilid 3A. PT. Grafindo Media Pratama. Jakarta
Suryati, dkk. 2014. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Universitas Bengkulu.
Bengkulu
Widianti, Tuti dan Noor Aini H. 2014. Buku Ajar Genetika. Jurusan Biologi
FMIPA UNNES. Semarang

Anda mungkin juga menyukai