Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH


PDT1103

ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH

Oleh:
Dimas Helmi Kurniawan
A0B023020
Kelompok 5

Asisten praktikum:
Indah Fitriana Ramadanti

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusunan dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat
waktu tanpa adanya halangan yang berarti sesuai harapan.
Ucapan terima kasih saya panjatkan kepada Bapa Ir. Joko Maryanto , M. Si.
sebagai dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan laporan praktikum ini. terima
kasih kepada Kak Indah Fitriana Ramadanti dengan NIM A0B022013 selaku Asisten
Praktikum yang telah memberikan tugas ini dan membimbing kami sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami mengenai Ilmu Tanah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusunan sangat mengharapkan
kritik dan saran menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yanga membutuhkan.

Purwokerto, 25 November 2023

Penulis
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan unsur penting bagi kehidupan, baik bagi manusia maupun bagi
hewan dan tumbuhan. Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, media
akar tanaman, tempat penyimpanan air dan unsur hara, serta habitat berbagai
mikroorganisme. Tanah mempunyai sifat mengembang dan menyusut. Sifat ekspansif
terjadi pada saat tanah basah, dan sifat kontraktil terjadi pada saat tanah kering. Derajat
penyusutan tanah merupakan ukuran derajat penyusutan tanah dan ditentukan oleh
kandungan tanah itu sendiri. Derajat pelipatan tanah dapat digunakan untuk
menentukan metode pengelolaan tanah yang tepat. Misalnya, tanah yang sangat
keriput harus diberi mulsa untuk mengurangi keretakan tanah. Selain itu, derajat
pelipatan tanah juga dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air tanaman.
Misalnya, tanah yang lebih keriput perlu disiram lebih sering dibandingkan tanah yang
tidak terlalu keriput.
Ringannya berat tanah dan kandungan bahan organik dalam tanah mempengaruhi
derajat pelipatan tanah. Semakin tinggi kandungan liat maka semakin besar derajat
pelipatan tanah tersebut. Mengetahui derajat pelipatan tanah memudahkan dalam
menentukan kandungan bahan organik tanah. Bahan organik inilah yang nantinya
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Derajat pelipatan tanah
antara lain mempunyai akibat sebagai berikut: membuat tanah lebih mudah retak dan
terkikis, sehingga menyulitkan air untuk meresap ke dalam tanah, mengurangi
porositas tanah, dan meningkatkan aerasi tanah. Tanaman menjadi semakin miskin dan
kesulitan menyerap air dan unsur hara. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui
derajat lipatan pada lantai.
B. Tujuan

Agar mahasiswa dapat mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis
tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu tanah adalah ilmu yang mempelajari secara kimia, fisika, dan biologi
pembentukan dan dinamika berbagai komponen biotik dan abiotik tanah serta
interaksinya dalam sistem tanah. Berbagai bidang ilmu tanah sedang berkembang.
Contohnya adalah pedologi yang mempelajari proses pembentukan tanah, dan
taksonomi tanah yang mempelajari kelompok tanah, kimia tanah, mempelajari
dinamika dan interaksi kimia berbagai komponen tanah (Salam, 2020). Sifat fisik tanah
adalah sifat-sifat tanah yang berkaitan dengan kesuburan tanah dan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga sifat fisik tanah dapat digunakan sebagai
indikator terjadinya degradasi tanah pada lahan kering. Sifat fisik tanah seperti tekstur,
volume curah, permeabilitas air, dan porositas merupakan indikator kesuburan tanah.
Sifat fisik tanah mempengaruhi pertumbuhan akar dan kemampuan menyerap air dan
unsur hara sehingga mempengaruhi produksi tanaman. Oleh karena itu, tanah dengan
sifat kimia yang baik sekalipun tidak dapat mencapai produksi tanaman yang optimal
jika tidak dibarengi dengan sifat fisik yang baik (Hartanto et al., 2022).
Penyusutan tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan menyusut.
Perubahan jumlah tersebut dapat memberikan dampak signifikan pada berbagai aspek,
mulai dari pertanian hingga pembangunan infrastruktur. Menanggapi penurunan kadar
air, partikel-partikel tanah dapat bergerak saling mendekat sehingga mengurangi
volume tanah secara keseluruhan. Proses ini terlihat jelas pada tanah dengan
kandungan liat yang tinggi. Pada saat tanah mengering, dapat timbul retakan pada
permukaan tanah akibat berkurangnya volume (Nusalam, 2013)
Tekstur tanah dapat mempengaruhi besar kecilnya derajat kerut tanah. Tekstur
tanah yakni perbandingan relatif antara fraksi debu, liat dan pasir. Tekstur tanah dapat
diketahui dengan cara melihat persentase masing-masing partikel yang kemudian
dilakukan penetapan kelas tekstur. Kelas tekstur tanah dikelompokkan menjadi
beberapa tingkat, yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung
berdebu, debu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat
berpasir, liat berdebu, dan liat (Isra et al., 2019). Fraksi dalam tanah di bagi menjadi 3,
yaitu:
1. Pasir mempunyai ukuran 2,0-0,05 mm. Pasir memiliki karakteristik tekstur yang
sangat kasar, tidak dapat membentuk bola atau pita, dan tidak lekat. Pasir
dikelompokkan beberapa tingkatan,, yaitu pasir amat kasar (2,0-1,0 mm), pasir
kasar (1,0-0,5 mm), pasir sedang (0,5-0,25 mm), pasir halus (0,25-0,10), dan pasir
amat halus (0,10-0,05 mm) (Mochtar, 2017).
2. Debu mempunyai ukuran 0,05-0,002 mm. Debu memiliki karakteristik tekstur
sangat licin, dapat membentuk bola, dapat digulung, permukaan tanah mengkilat
dan lekat. Debu dikelompokkan menjadi beberapa tingkat, yaitu debu kasar (0,05-
0,02 mm), debu sedang (0,02-0,005 mm), dan debu halus (0,005-0,002 mm)
(Utomo, 2016).
3. Liat mempunyai ukuran < 0,002 mm. Liat memiliki karakteristik tekstur terasa
berat dan halus, dapat membentuk bola sempurna, dapat membentuk pita
sepanjang 2,5-7,5 cm yang tidak putus, dan sangat lekat. Liat dikelompokan
menjadi beberapa tingkat, yaitu liat halus (0,002-0,0005 mm) dan liat amat halus
(< 0,0005 mm).
Tanah yang banyak mengandung pasir mempunyai luas permukaan yang lebih
kecil sehingga sulit menyerap air dan menahan unsur hara. Tanah berpasir memiliki
butir-butir yang besar, mudah untuk diolah, dan disebut sebagai tanah ringan.
Sedangkan, tanah yang banyak mengandung liat mempunyai luas permukaan yang
lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi
Tanah berliat ini memiliki tekstur yang lebih halus, sulit untuk diolah, dan disebut
sebagai tanah berat (Hardjowigeno, 2015).
Selain tekstur, struktur tanah juga memperhatikan derajat kerut tanah. Struktur
tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-
partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat. Struktur
tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini
terjadi karena butir-butir pasir, debu, liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat
seperti liat dan faktor perekat lainnya adalah bahan organik. Gumpalan-gumpalan kecil
berupa struktur tanah mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan yang berbeda-beda.
Struktur tanah merupakan faktor penting dalam tubuh tanah dan memiliki proses
pembentukan yang kompleks dengan melibatkan bahan organik dan klei (Sukmawijaya
dan Sartohadi, 2019). Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap
kondisi drainase dan aerasi tanah, karena susunan antar-agregat tanah akan
menghasilkan ruang yang lebih besar dibandingkan susunan antar-partikel primer
(Meli et al., 2018).
Derajat kerut tanah juga dipengaruhi oleh faktor kondisi iklim, seperti curah
hujan dan suhu, juga mempengaruhi kadar air tanah dan derajat kerutannya. Praktik
irigasi dan penggunaan tanah juga memainkan peran dalam menentukan seberapa
sering dan seberapa intens tanah mengalami perubahan volume. Derajat kerut tanah
yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah. Dalam pertanian, perubahan volume
tanah dapat mengganggu akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, atau bahkan
merusaknya (Wardhani 2020).
III. METODE PENELITIAN

A. Alat Dan Bahan

Contoh tanah halus (<0,5 mm), botol semprot, air, cawan porselin, colet, cawan
dakhil, jangka sorong dan serbet/lap pembersih.

B. Prosedur Kerja

1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air
dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai
pasta tanah menjadi homogen.
2. Pasta tanah yang sudah homogeny tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah
diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal).
3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah terik matahari,
kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai
diameternya konstan (diameter akhir).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Jenis Pengamatan Ke
No. Tanah
0 1 2 3 4 5 6 7
Ø1 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,4 3,4 3,4

1. Entisol Ø2 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,4 3,4 3,4


X 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,4 3,4 3,4

Perhitungan:

Ø1+ Ø2
Rata-rata = 2
3,5+3,5 7,0
Ke-0 = = = 3,5
2 2
3,5+3,5 7,0
Ke-1 = 2
= 2
= 3,5
3,5+3,5 7,0
Ke-2 = 2
= 2 = 3,5
3,5+3,5 7,0
Ke-3 = 2
= 2
= 3,5
3,5+3,5 7,0
Ke-4 = 2
= 2
= 3,5
3,4+3,4 6,8
Ke-5 = 2
= 2 = 3,4
3,+3,4 6,8
Ke-6 = 2
= 2 = 3,4
3,4+3,4 6,8
Ke-7 = 2
= 2 = 3,4
𝒅𝒆𝒓𝒂𝒋𝒂𝒕 𝒂𝒘𝒂𝒍−𝒅𝒆𝒓𝒂𝒋𝒂𝒕 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓
Derajat kerut = 𝒅𝒆𝒓𝒂𝒋𝒂𝒕 𝒂𝒘𝒂𝒍
× 100%
3,5−3,4
= × 100%
3,5
0,1
= 3,5 × 100%

= 0, 285 × 100% = 2, 85%


B. Pembahasan

Tanah terganggu merupakan tanah yang memiliki distribusi ukuran partikel sama dengan
seperti di tempat asalnya, tetapi strukturnya telah cukup rusak atau hancur seluruhnya. Dengan
pengertian lain, tanah di lokasi tempat pengambilan sebagai material untuk konstruksi sebelum
dipindahkan merupakan tanah yang tidak terganggu dan mempunyai struktur yang unik dan
tersendiri, serta mengandung sejumlah air di dalamnya. Tanah terganggu, terutama digunakan
untuk uji klasifikasi dan uji pemadatan. Tanah terganggu dapat diperoleh dari operasi sekop
dan garpu, pemotongan dengan auger, dan percobaan penetrasi. Untuk mempertahankan kadar
air alamiahnya, maka contoh tanah harus diletakkan dalam kaleng kedap udara dan tidak
korosif (Wiharti,2013). Menurut Marwan (2013) Tanah terganggu adalah contoh tanah tidak
asli yang diambil di tempat aslinya tanpa adanya usaha-usaha yang dilakukan untuk
melindungi struktur asli dari tanah tersebut. Tanah tidak terganggu adalah suatu contoh tanah
yang masih menunjukkan sifat- sifat asli dari tanah aslinya yang tidak mengalami perubahan
dalam struktur dan kadar air (water content). Pada kondisi ini, tanah diambil dengan
menggunakan tabung (tube). Apabila pada saat pengambilan contoh tanah tidak
terganggu terjadi hambatan karena pada lokasi pengambilan tanah banyak batu, maka hal ini
dapat dilakukan dengan cara pengambilan sampel terganggu.
Suatu contoh tanah dikatakan tidak terganggu apabila contoh tanah itu dianggap masih
menunjukkan sifat-sifat asli tanah tersebut. Sifat asli ini meliputi struktur tanah, kadar air, dan
susunan kimia nya. Untuk mendapatkan contoh tanah ini cukup sulit dan memerlukan teknik
yang baik agar meminimalisir kerusakan. Pengambilan tanah ini bisa menggunakan ring
sampel lalu dibantu dengan kayu dan palu. Setelah ring terisi, sampel tanah dimasukkan ke
dalam plastik. Selain menggunakan ring sampel, contoh tanah tidak terganggu dapat diambil
menggunakan tabung contoh. Contoh tanah tidak terganggu digunakan untuk menetapkan
berat jenis isi, berat jenis partikel, porositas tanah, dan permeabilitas tanah.
Contoh tanah terganggu dapat diambil tanpa adanya usaha-usaha tertentu untuk
melindungi struktur asli tanah. Contoh tanah terganggu dapat digunakan untuk menetapkan
kadar air, tekstur tanah, warna tanah, dan konsistensi tanah. Pengambilan sampel tanah ini bisa
menggunakan tangan langsung atau menggunakan alat sekop lalu dimasukkan ke dalam plastik
klip yang sebelumnya telah diberi label. Tanah yang sudah dimasukkan ke dalam plastik kan
menjadi sampel tanah terganggu (Faridlah, 2016).
Bahan organik berfungsi untuk mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah
untuk meningkatkan stabilitas struktur tanah meningkatkan kemampuan tanah dalam
menyimpan air. Sedangkan, bahan anorganik secara garis besar terdiri dari 3 fraksi yaitu :
1. Pasir mempunyai ukuran 2,0-0,05 mm. Pasir memiliki karakteristik tekstur yang sangat
kasar, tidak dapat membentuk bola atau pita, dan tidak lekat. Pasir dikelompokkan
beberapa tingkatan,, yaitu pasir amat kasar (2,0-1,0 mm), pasir kasar (1,0-0,5 mm),
pasir sedang (0,5-0,25 mm), pasir halus (0,25-0,10), dan pasir amat halus (0,10-0,05
mm) (Mochtar, 2017)
2. Debu mempunyai ukuran 0,05-0,002 mm. Debu memiliki karakteristik tekstur sangat
licin, dapat membentuk bola, dapat digulung, permukaan tanah mengkilat dan lekat.
Debu dikelompokkan menjadi beberapa tingkat, yaitu debu kasar (0,05- 0,02 mm), debu
sedang (0,02-0,005 mm), dan debu halus (0,005-0,002 mm) (Utomo, 2016)
3. Liat mempunyai ukuran < 0,002 mm. Liat memiliki karakteristik tekstur terasa berat dan
halus, dapat membentuk bola sempurna, dapat membentuk pita sepanjang 2,5-7,5 cm
yang tidak putus, dan sangat lekat. Liat dikelompokan menjadi beberapa tingkat, yaitu
liat halus (0,002-0,0005 mm) dan liat amat halus (< 0,0005 mm)
Tanah yang banyak mengandung pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil
sehingga sulit menyerap air dan menahan unsur hara. Tanah berpasir memiliki butir-butir
yang besar, mudah untuk diolah, dan disebut sebagai tanah ringan. Sedangkan, tanah yang
banyak mengandung liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah berliat ini memiliki tekstur yang
lebih halus, sulit untuk diolah, dan disebut sebagai tanah berat (Hardjowigeno, 2015).
Faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah antara lain:
1. Kandungan liat

Tanah yang memiliki kandungan liat tinggi akan memiliki derajat kerut tanah yang
tinggi pula. Hal ini karena liat memiliki daya serap air yang tinggi sehingga dapat
menyerap banyak air dan mengembang. Ketika liat kering, maka akan terjadi
pengerutan yang besar.
2. Kandungan bahan organik
Tanah yang memiliki kandungan bahan organik tinggi akan memiliki derajat kerut
tanah yang rendah. Hal ini karena bahan organik dapat mengikat air dan menahan
tanah agar tidak mengerut.
3. Kandungan pasir

Tanah yang memiliki kandungan pasir tinggi akan memiliki derajat kerut tanah
yang rendah. Hal ini karena pasir memiliki daya serap air yang rendah sehingga
tidak dapat menyerap banyak air dan mengembang. Ketika pasir kering, maka
tidak terjadi pengerutan yang besar.
4. Cahaya matahari

Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah, maka akan semakin cepat
terjadi pengerukan tanah
5. Kandungan Air

Semakin tinggi kandungan air maka derajat kerut tanah semakin kecil (Utomo,
2016).
6. Tekstur tanah

Semakin halus kelas tekstur tanah, maka akan semakin mudah mengalami
kembang kerut atau tanah dalam keadaan tidak stabil atau bergerak (Badwi et al.,
2022).
Selain faktor diatas, montmorillonit juga berpengaruh dalam proses mengemban dan
mengerut tanah. Semakin tinggi kandungan montmorillonit, maka semakin besar potensi
mengembang dan mengerut tanah. Besar mengembang dan mengerutnya tanah dapat
dinyatakan dalam nilai COLE (Co efficient of Linear Extensibility). Jika COLE
< 0,09 menunjukkan bahwa tanah mengembang dan mengerut dengan nyata, berarti
kandungan montmorillonit tinggi. Sedangkan, jika nilai COLE > 0,03 menunjukkan bahwa
di dalam tanah mengandung montmorillonit sedikit (Hardjowigeno, 2015).

Menurut Kusuma, 2013 menjelaskan bahwa tanah liat merupakan tanah yang
memiliki banyak pori mikro atau tidak porus. Pori mikro pada tanah liat disebabkan karena
struktur tanahnya yang padat. Antara agregatagregat tanah sangat sedikit terdapat celah atau
ruang. Hal tersebut menyebabkan udara sangat terbatas dan air mudah terperangkap,
sehingga tanah liat sulit untuk meloloskan air atau dengan kata lain permeabilitasnya rendah.
Agregat pada tanah liat dapat terbentuk karena adanya bahan organik dalam tanah.
Pada pengamatan praktikum derajat kerut tanah kali ini, ditemukan data berdasarkan
pengamatan derajat kerut yang di jemur di bawah sinar matahari dan diamati 2 jam sekali.
Pada tanah entisol pengamatan pertama ditemukan data Q1 3,5 dan Q2 3,5 dengan rata rata
3,5 cm kerut tanah. Berdasarkan hasil penelitian milik (Situmorang, 2018) tanah entisol pada
pengamatan kedua ditemukan diameter kerut Q1 dan Q2 yaitu 3,5 dan 3,5 dengan rata rata 3,5
cm. Pada pengamatan ketiga Q1 dan Q2 masih sama dengan pengamatan kedua, yaitu 3,5 dan
3,5 cm dengan rata-rata 3,5 cm. Pada pengamatan keempat, yaitu siang hari tanah entisol
ditemukan derajat kerut Q1 dan Q2 3,4 dan 3,4 dengan rata rata 3,4. Pada pengamatan ke
lima, total rata rata pengkerutan turun menjadi 3,4 dengan diameter 1 dana 2 3,4 dan 3,4. Pada
pengamatan terakhir, yaitu pengamatan ke 7, tanah entisol masih tetap sama dengan
pengamatan ke 6, yaitu dengan Q1 dan Q2 3,4 dan 3,4 cm dengan rata-rata 3,4 cm. Jadi selama
7 kali pengamatan ditemukan data yaitu pengkerutan tanah pada tanah entisol jika dihitung
dengan presentase yaitu menurun sekitar 2, 86 % pada tanah entisol.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok saya tanah entisol ditemukan
data sebagai berikut. Pada tanah entisol pengamatan pertama ditemukan data Q1 3,5 dan Q2
3,5 dengan rata rata 3,5 cm kerut tanah. Tanah entisol pada pengamatan kedua ditemukan
diameter kerut Q1 dan Q2 yaitu 3,5 dan 3,5 dengan rata rata 3,5 cm. Pada pengamatan ketiga
Q1 dan Q2 masih sama dengan pengamatan kedua, yaitu 3,5 dan 3,5 cm dengan rata-rata 3,5
cm. Pada pengamatan keempat, yaitu siang hari tanah entisol ditemukan derajat kerut Q1 dan
Q2 3,5 dan 3,5 dengan rata rata 3,5. Pada pengamatan ke lima, total rata rata pengkerutan
turun menjadi 3,4 dengan diameter 1 dana 2 3,4 dan 3,4. Pada pengamatan terakhir, yaitu
pengamatan ke 7, tanah entisol masih tetap sama dengan pengamatan ke 6, yaitu dengan Q1
dan Q2 3,4 dan 3,4 cm dengan rata-rata 3,4 cm. Jadi selama 7 kali pengamatan ditemukan data
yaitu pengkerutan tanah pada tanah entisol menurun tidak signifikan, yaitu sebesar 0,1 cm,
dari 3,5 cm ke 3,4 cm. Jika dihitung dengan presentase yaitu menurun sekitar 2, 85 % pada
tanah entisol.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Derajat kerut tanah merupakan nilai yang menunjukkan kemampuan tanah dalam
mengembang dan mengerut yang diakibatkan oleh perubahan cuaca atau faktor alam yang
lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya derajat kerut tanah antara lain yaitu
kandungan liat tanah, kandungan bahan organik tanah, kandungan air tanah, dan penyinaran
matahari.

B. SARAN

Saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya setiap praktikan memperhatikan materi
yang disampaikan sebelum mulai melakukan praktikum agar ketika praktikum semuanya
sesuai prosedural yang telah dijelaskan sebelumnya dan agar hasil dari praktikum ini sesuai
dengan materi yang telah didapat.
DAFTAR PUSTAKA

Badwi, N., Hasriyanti, H., & Awaliah, A, I, R. 2022. Pemetaan Daerah Rawan Longsor
Wilayah DAS Tangtang dengan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Environmental
Science, 5(1): 40-53.

Faridlah., M. 2016. Studi Karakteristik Tanah Residual Vulkanik Berdasarkan Sifat Magnetik
dan Sifat Keteknikan Tanah. Jurnal Agroteknologi, 2(1): 20-25.

Harjadi, B., & Paimin, P. 2013. Teknik Identifikasi Daerah Yang Berpotensi Rawan Longsor
Pada Satuan Wilayah Daerah Aliran Sungai. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam, 10(2): 163-174.

Hartanto, N., Zulkarnain., Wicaksono, A. 2022. Analisis Beberapa Sifat Fisik Tanah Sebagai
Indikator Kerusakan Pada Lahan Kering. Jurnal Agroteknologi Tropika Lembab, 4(2):
107-112.

Isra, N., Lias, S. A., & Ahmad, A. 2019. Karakteristik Ukuran Butir dan Mineral Liat Tanah
pada Kejadian Longsor (Studi Kasus: Sub DAS Jeneberang). Jurnal Ecosolum, 8(2): 62-
73.

Kusuma, H., Izzati, M., & Saptiningsih, E. 2013. Pengaruh Penambahan Arang dan Abu
Sekam Dengan Proporsi Yang Berbeda Terhadap Permeabilitas dan Porotisitas Tanah
Liat Serta Pertumbuhan Kacang Hijau. Jurnal Anatomi Fisiologi. 21(1): 1-

Marwan, M., Munirwan, R. P., & Sundary, D. 2013. Hubungan Parameter Kuat Geser
Langsung Dengan Indeks Plastisitas Tanah Desa Neuheun Aceh Besar. Jurnal Teknik Sipil,
3(1): 47-56.

Meli, V., Sagiman, S., Gafur. 2018. Identifikasi Sifat Fisika Tanah Ultisols pada Dua Tipe
Penggunaan Lahan di Desa Betenung, Kecamatan Nanga Tayap, kabupaten Ketapang.
Perkebunan dan Lahan Tropika, 8 (2): 80-90.

Miranda, C. L., Zainabun, Z., & Arabia, T. 2021. Karakterisasi Sifat Fisika, Kimia dan
Mineralogi Inceptisol dengan Sifat Vertik di Desa Pawod Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian, 6(4): 656-663.

Nursalam., & Fallis, A. 2013. Studi Eksperimen Derajat Kepadatan Tanah Standart Proctor
Labolatorium terhadap Alat Tekan Pemadat Modifikasi Menggunakan Tanah Timbunan
Pilihan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9): 1689–1699.

Priyono, J., Yasin, I., Dahlan, M., & Bustan, B. 2019. Identifikasi Sifat, Ciri, dan Jenis
Tanah Utama di Pulau Lombok. Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan, 5(1): 19-24.
Sukmawijaya, A. dan J. Sartohadi. 2019. Kualitas Struktur Tanah di Setiap Bentuk Lahan di
DAS Kaliwungu. Majalah Geografi Indonesia, 33(2): 81-86.

Utomo, D, H. 2016. Morfologi Profil Tanah Vertisol di Kecamatan Kraton, Kabupaten


Pasuruan. Jurnal Pendidikan Geografi, 21(2): 112-119.

Utomo., I, M. 2016. Ilmu Tanah Dasar-Dasar dan Pengelolaan, Kencana, Jakarta. Wardhani,
W.K. Ika Rahmawati Suyanto, S. A. A. 2020. Pengaruh Derajat Kerut Tanah Terhadap
Pertumbuhan Tanaman dan Sistem Irigasi. Jurnal Environmental Science, 2(3): 1–8.

Wiharti, R, A. 2013. Studi Mengenai Kuat Geser Antara Geotekstil Dengan Lapisan Tanah
Gambut. Doctoral dissertation UAJY, 2(1): 23-2.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar ACC Acara 3 (1)


Lampiran 2 Lembar ACC Acara 3 (2)
Lampiran 3 Lembar ACC Acara 3 (3)
Lampiran 4 Lembar ACC Acara 3 (4)
Lampiran 5 Lembar ACC Acara 3 (5)
Lampiran 6 Dokumentasi Praktikum Lampiran 7 Dokumentasi Praktikum

Lampiran 8 Dokumentasi Praktikum Lampiran 9 Dokumentasi Praktikum

Lampiran 10 Dokumentasi Praktikum Lampiran 11 Dokumentasi Praktikum

Anda mungkin juga menyukai