Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA TANAH

Disusun Oleh:
Nama : Viramitha Tualeka

Stambuk : 09320220345

Kelas/Kelompok : C10/4 (Empat)

Asisten

(Annisa Nurul Faradillah)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan dan
udara, terbuat dari hasil pelapukan dan pengendapan yang membutuhkan waktu
lama. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan udara jarang
berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang
terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan
sinar matahari. Adanya tanah membentuk suatu permukaan di bumi sehingga
makhluk hidup dapat tinggal didalamnya.
Pengertian Tanah menurut pakar pertanian adalah medium alam tempat
tumbuhnya tumbuhan dan tanaman yang tersusun dari bahan-bahan padat, gas
dan cair. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu
menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas
dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan
demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat
memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif
berbagai golongan besar, partikel tanah terutama perbandingan relatif suatu
fraksi liat, debu dan pasir Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat
fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik
pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik
tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis
tanah tertentu dalam suatu peta tanah. Sehingga kegiatan praktikum ini penting
dilakukan agar dapat mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
tanah. Pembentukan tanah secara kimia terjadi oleh pengaruh oksigen,
karbondioksida, air mengandung asam atau alkali (Foth, 2014).
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Mengetahui pH tanah
1.2.2 Untuk mengetahui adanya SO4, Cl, dan NH4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tekstur Tanah


Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar,
partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan relatif suatu
fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas,
permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada
daerah geografis tertentu. Tesktur tanah menunjukkan komposisi partikel
penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi relatif antara
fraksi pasir (diameter 0,20 - 2,00 mm), debu (0,002 – 0,20 mm) dan liat
(diameter < 2,00 mm). Dalam pengklasifikasian tekstur tanah untuk menentukan
tekstur tanah terdapat sistem USDA dan sistem internasional (Hanafiah, 2013).
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila
kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.
Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu,
bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan
organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.
Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting ada
konsep sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Bila kota-kota besar
berkembang, tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna mendukung
jalan-jalan dan bangunan-bangunan.
Pada saat ini tanah lebih banyak lagi mendukung fungsi rekayasa,
termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan. Konsep tanah sebagai bahan
rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami
pelapukan atau regolit. Tanah memiliki sifat-sifat fisika berhubungan erat
dengan kelayakan pada banyak penggunaan (yang diharapkan dari) tanah.
Kekokohan dan kekuatan pendukung, drainase dan kapasitas penyimpanan air,
plastisitas, kemudian kemudahan ditembus akar, aerasi, dan penyimpanan hara
tanaman semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisika tanah. Oleh
karena itu, erat kaitannya bahwa jika seseorang berhadapan dengan tanah dia
harus mengetahui sampai berapa jauh dan dengan cara apa sifat-sifat
tersebutdapat diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu akan digunakan sebagai
medium untuk pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan struktural dalam
pembangunan (Foth, 2014).
Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah halus dipisahkan lebih
lanjut menjadi tiga fraksi utama yaitu pasir, debu dan lempung. Fraksi tanah
ialah sekelompok zarah tanah berukuran diantara batas-batas tertentu. Tanah
yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah
diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya
tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air karena adanya
keketatan, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah
berat (Koesuma S, 2018).
Kadar air tanah yang tinggi pada tanah akan menyebabkan tanah
mengembang, begitu pula apabila kadar air tanah menurun. Saat kadar ait tanah
menurun maka air yang terdapat di antara ruang lapisan akan keluar sehinga
ruangan yang semula berisi air akan ditempati udara. Karena itu, tanah akan
mengering dan retak-retak.
2.1.1 Hubungan tekstur tanah atau sifat fisik dengan sifat kimia dan sifat biologi
tanah.
Tanah secara umum mempunyai 2 (dua) sifat utama, yaitu sifat fisis
dan sifat mekanis. Sifat tersebut antara lain.
1. Sifat Fisis Tanah
Sifat fisis tanah yaitu sifat yang berhubungan dengan elemen
penyusunan massa tanah yang ada, misalnya volume tanah, kadar air,
dan berat tanah. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga)
bagian yaitu butiran padat (solid), bagian air (water), dan bagian udara
(air). Keberadaan materi air dan udara biasanya menempati pada
ruangan antara butiran/pori pada massa tanah tersebut.
2. Sifat Mekanis Tanah
Sifat mekanis tanah merupakan sifat perilaku yang ada dari
struktur massa tanah pada saat dikenai suatu gaya atau tekanan yang
dijelaskan secara teknis mekanis. Parameter untuk mengukur kekuatan
tanah terdiri dari kohesi, tegangan air pori negatif, bagian butiran, kuat
geser undrained (Aburizal et all, 2013).
Analisis sifat fisik tanah memerlukan contoh tanah yang sangat
berbeda tergantung dengan tujuannya. Ada beberapa jenis contoh
tanah, diantaranya adalah contoh tanah utuh (undisturbed soil sample),
agregat utuh (undisturbed soil aggregate), dan contoh tanah tidak utuh
(disturbed soil sample) yang peruntukan analisisnya berbeda.
a. Tanah Utuh
Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang biasanya
diambil dari lapisan tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu,
sehingga kondisinya akan hampir menyamai kondisi saat di
lapangan. Contoh tanah tersebut sering digunakan untuk penetapan
angka berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada
berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2 dan
permeabilitas.
b. Tanah Agregat Utuh
Contoh tanah agregat utuh yaitu tanah yang berupa
bongkahan alami yang kokoh dan tidak mudah pecah. Contohnya
seperti tanah yang keras. Tanah ini diperuntukkan bagi analisis
indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan
cangkul pada kedalaman 0-20 cm.
c. Tanah Terganggu
Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis
sifat-sifat kimia tanah. Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama
dengan keadaan di lapangan, karena sudah terganggu sejak masih
dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat dikemas
menggunakan kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi
label yang berisikan informasi tentang lokasi, tanggal
pengambilan, dan kedalaman tanah. Label ditempatkan di dalam
atau di luar kantong plastik. Dan jika label dimasukkan ke dalam
kantong plastik bersamaan dengan dimasukkannya contoh tanah,
maka label dalam ini perlu dibungkus dengan kantong plastik
kecil, agar informasi yang telah tercatat tidak hilang karena
terganggu oleh kelembapan air tanah (Suganda et all., 2017).
Penetapan sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium
memerlukan tiga macam contoh tanah yaitu :
1. Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample) untuk penetapan
bobot isi (bulk density), susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas
tanah.
2. Contoh Tanah Agregat Utuh (Undisturbed Soil Agregat) untuk
penetapan stabilitas agregat.
3. Contoh Tanah Biasa (Disturbed Soil Sample), untuk penetapan
kandungan air, tekstur angka Atterberg, dan sifat-sifat kimia.
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah)
dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena
tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang
dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat
montmorillonit yang tinggi. Sifat mengembang dan mengerut tanah
disebabkan oleh kandungan liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya
pengembangan dan pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE
(Coefficient of Linear Extendility) atau PVC (Potential Volume
Change = swell index = indeks pengembangan). Contoh tanah dengan
agregat untuh dinyatakan dengan COLE karena nilai COLE
menunjukkan besarnya pengembangan dari pengerutan tanah. Nilai
COLE juga merupakan perbandingan panjang contoh tanah lembab
dan tanah kering oven. Jadi nilai COLE juga menunjukkan mineral liat
dalam tanah.
Menurut Frenkel dan Shainberg (2016) nilai Coefflcient of
Linear Extensibility (COLE) sebagai parameter pengembangan dan
pengerutan tanah ditetapkan dengan menggunakan bongkah tanah
alami berukuran 50-200 mm serta dengan menggunakan pasta dari
tanah yang lolos saringan < 2 mm yang disebut COLErod. Pemberian
pHA cenderung menurunkan nilai COLE, baik nilai COLEclod
maupun COLErod dengan semakin meningkatnya dosis
yangdiberikan. Hal ini terjadi karena keberadaan pHA dapat menahan
kekuatan pengembangan tanah dengan cara menyemen partikel-
partikel liat.
Metode penelitian yang dilaksanakan dengan membuat variasi
ukuran diameter zeolit. Kandungan liat montmorillonit yang tinggi
menyebabkan tanah mengembang dan mengerut. Penyiapan sampel
zeolit dapat dilakukan dengan cara pengaturan ukuran butir zeolite,
yaitu setelah selesai pengayakan, kemudian dipindahkan sampel
zeolite tersebut ke cawan dengan ketentuan ukuran tertentu, butir
zeolit ukuran (1 – 2) mm merupakan butir yang lolos ayakan ukuran 2
mm, butir ukuran (0,5 – 1) mm merupakan butir yang lolos ukuran 1
mm, begitu seterusnya. Sehingga akan didapatkan ukuran diameter
zeolit yang homogen (Hardjowigeno, 2014).
Menurut saya, perbedaan antara tanah yang dioven dengan yang
dikeringanginkan terdapat pada kadar lengas tanahnya. Tanah yang
dioven pada suhu tertentu akan menyebabkan air menguap terus
menerus hingga kadar air dalam tanah tidak ada lagi. Sedangkan pada
tanah yang dikeringanginkan, kadar air pada tanah masih ada karena
tujuan dari penganginan adalah menyeimbangkannya dengan
kelengasan atmosfer. Sehingga hanya terjadi pengurangan kadar
airnya saja. Tekstur tanah penting kita ketahui oleh karena komposisi
ketiga fraksi dari butir–butir tanah akan menentukan sifat-sifat fisika
dan kimia tanah. Sebagai contoh, besarnya lapangan pertukaran ion -
ion di dalam tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah (Hakim, 2013).
Tekstur tanah dapat menentukan sifat-sifat fisik, biologi dan
kimia serta mineral tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas
kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa
melihat komposisi kimia, warna, berat, dan sifat lainnya.
Tekstur tanah berkaitan dengan sifat kimia yaitu penurunan
kadar air akan menyebabkan tanah kehilangan sifat kelekatan dan
kelenturan, menjadi gembur dan lunak serta menjadi keras dan kaku
pada saat kering dan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap
kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalam tanah, besar
aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian
maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi
perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien
dalam pemupukan.
Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk
menahan air dan juga reaksi kimia tanah. Tanah-tanah yang bertekstur
pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit untuk
menahan air maupun unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur
lempung mempunyai luas permukaan yang besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.
Analisis tanah merupakan salah satu pengamatan selintas untuk
mengetahui karakteristik tanah sebelum maupun setelah dilakukan
penelitian yang cukup maksimal (Sudinda T, 2021).
Tanah bertekstur halus cenderung lebih aktif dalam reaksi kimia
daripada tanah bertekstur kasar. Secara tidak langsung tekstur tanah juga
dapat mempengaruhi perkembangan perakaran. Tanah yang bertekstur
halus mempunyai ketersediaan air di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi
dan laju pergerakan air besarnya lapangan pertukaran ion - ion di dalam
tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah (perkolasi) kemampun
menyimpan air dan hara makanan bagi tanaman (Agustina H dkk, 2020)
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
1. Iklim
Iklim me rupakan cuaca pada jangka panjang minimal permusim
atau perperiode, dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada
suatu waktu berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan
dan maksimal semusim atau seperiode. Pengaruh curan hujan ialah
sebagai pelarut dan pengangkut maka air hujan akan mempengaruhi:
1. Komposisi kimiawi mineral penyusun tanah,
2. Kedalaman dan diferensiasi profil tanah,
3. Sifat fisik tanah.
2. Topografi/Relief
Relief merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu
daerah, termasuk di dalamnya adalah perbedaan kecuraman dan
bentuk lereng. Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak
selalu sama di semua tempat. Hal ini disebabkan karena sifat faktor-
faktor pembentuk tanah yang berbeda di setiap tempat. Lereng
biasanya terdiri dari bagian puncak (crest), bagian cembung, bagian
cekung, dan kaki lereng. Perbedaan topografi akan mempengaruhi
jenis tanah yang terbentuk. pada daerah lereng infiltras sedangkan
pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan
air lebih banyak untuk proses genesis tanah.
3. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan
organik bagi tanah. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu
untuk menahan air. Tumbuhan yang membusuk nanti akan melepaskan
asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali
seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil (tanah) ke
permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-
lubang yang telah dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara,
meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil.
Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa sangat membantu
proses pembusukan bahan organik menjadi humus dan mempercepat
pula (Hanafiah, 2013).
4. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah
(dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus
menerus maka tanah tanah yang semakin tua juga akan semakin kurus.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan
induk tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa
dan tanah tua. Tanah muda hasil pembentukan horizon C dan horizon
A (Dramawijaya, 2013)
Tanah dewasa yaitu hasil pembentukan horizon B yang masih
muda (Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil pencucian yang
terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan
masam. Perlu diketahui bahwa tingkat perkembangan tanah tidak
setara dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan tanah
berhubungan erat dengan perkembangan horizon – horizon pada tanah,
sedangkan tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat
pelapukan mineral dalam tanah (Hardjowigeno, 2014).
5. Bahan Induk
Beberapa pengaruh bahan induk terhadap sifat-sifat tanah dapat
disebutkan seperti tekstur bahan induk mempunyai pengaruh langsung
terhadap tekstur tanah muda. Berubahnya bahan penyusun didalam
tanah dari bahan penyusun batuan merupakan pelapukan. Contoh
proses pelapukan adalah hancurnya batuan secara fisik, sedangkan
contoh untuk peristiwa perkembangan tanah adalah terbentuknya
horison tanah, latosolisas. Bahan induk pasir menghasilkan tanah
muda yang barpasir juga sedangkan bahan induk dengan tekstur halus
membentuk tanah dengan bahan organik yang lebih tinggi dari pada
bahan induk yang bertekstur kasar. Selain itu, jika tekstur bahan induk
terlalu halus (lempung terlalu tinggi) maka permeabilitas tanah
menjadi sangat lambat.
Dari kelima faktor tersebut yang bebas pengaruhnya adalah
iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah kering yang sering
diketahui itu dinamakan dengan istilah asing weathering. Secara garis
besar proses pembentukan tanah dibagi dalam dua tahap, yaitu proses
pelapukan dan proses perkembangan tanah (Darmawijaya, 2013).
Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun didalam
tanah dari bahan penyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan
tanah adalah terbentuknya lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat, dan
kemampuan yang khas dari masing – masing jenis tanah. Contoh
proses pelapukan adalah hancurnya batuan secara fisik, sedangkan
contoh untuk peristiwa perkembangan tanah adalah terbentuknya
horison tanah, latosolisasi (Darmawijaya, 2013).
Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun didalam
tanah dari bahan penyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan
tanah adalah terbentuknya lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat, dan
kemampuan yang khas dari masing – masing jenis tanah. Contoh
proses pelapukan adalah hancurnya batuan secara fisik, sedangkan
contoh untuk peristiwa perkembangan tanah adalah terbentuknya
horison tanah, latosolisasi (Yamali F, 2016).
Tanah itu terdiri dari berbagai ukuran dan fraksi. Fraksi utama
tanah (pasir, debu, liat ) yag mempunyai ukuran diameter dibawah 2
mm dan dinyatakan dalam persen biasanya disebut tekstur. Penetapan
tekstur dengan cara merasa tanah dengan (memijit tanah diantara ibu
jari dan telunjuk tangan) didasarkan atau baik tidaknya pembentukan
bola, adanya rasa kasar dan licin diantara daya tahan terhadap tekanan
dan kelekatan massa tanah dengan waktu telunjuk dan ibu jari
direnggangkan. Dari rasa kasar atau licin, gejala gulungan dan
kelekatan, dapatlah ditentukan kelas teksturnya seperti pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.1 Penetapan kelas tekstur menurut perasaan dilapangan
No Kelas tekstur Kriteria
1. Pasir Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan
gulungan serta tidak melekat
2. Pasir Rasa kasar sangat jelas, membetuk bola yang
berlempun mudah sekali hancur serta sedikit sekali melekat
3. Lempung Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak
berpasir keras, mudah hancur serta melekat
4. Lempung Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola
teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan
mengkilat serta melekat
5. Debu Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat
sedikit digulung dengan permukaan mengkilat
serta agak melekat
6. Lempung Rasa agak kasar, membentuk bols gak teguh
berliat (kering), membentuk gulungn jika dipijit
gulungan mudah hncur serta melekatnya sedang
7. Lempung liat Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak
berpasir teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit,
gulungan mudah hancur serta melekat
8. Lempung Liat Rasa jelas licin, membentuk bola teguh gulungan
berdebu mengkilat serta melekat
9. Liat berpasir Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam
keadaan kerig, sukar dipijit, mudah digulung serta
melekat sekali
10. Liat berdebu Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan
kering, sukar dipijit, mudah digulung serta
melekat sekali
11. Liat Rasa berat, membentuk bola baik sertz melekat
sekali
12. Liat berat Rasa berat sekali, membentuk bola baik serta
melekat sekali

Gambar 2.1 Segitiga tekstur tanah


2.2 Pengertian Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil yang terdiri dari butir-butir


tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat

menjadi terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-

oksida besi, dan lain-lain.

Rasa kasar dan licin diantara daya tahan terhadap tekanan dan kelekatan

massa tanah dengan waktu telunjuk dan ibu jari direnggangkan.Gumpalan-

gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan

(ketahanan) yang berbeda-beda. Tanah yang terbentuk di daerah yang dengan

curah hujan tinggi umumnya ditemukan struktur remah atau granular di tanah

lapisan atas (top soil) yaitu di horison A dan struktur gumpal di horison B atau

tanah lapisan bawah (sub soil).

Dalam pencatatan dilapang diperhatikan:


1. Bentuk, dinyatakan sebagai tipe struktur
2. Ukuran, dinyatakan sebagai kelas struktur
3. Jelas tidaknya, dipandang sebagai taraf perkembangan struktur .
Tipe-tipe utama struktur adalah sebagai berikut
a. Keping (platy) merupakan keping-keping umumnya terletak horizontal
b. Prismatik (prismatic), seperti prisma dengan ujung-ujung yang
membulat
c. Tiang (columnar) seperti prisma dengan ujung-ujung membulat
d. Gumpal bersudut (angular bloky), dibatasi oleh bidang-bidang
bersudut tajam.
e. Gempal (sub-angular blocky), dibatasi oleh bidang-bidang rata dan
bidang-bidang membulat.
f. Butir (Granular) terdiri dari agregat-agregat kecil yang kuat atau lunak,
bersudut atau membulat
g. Remah (crumb), terdiri dari agregat-agregat kecil berpori, umumnya
lunak, bentuk tak tentu.
A. Tanpa Struktur
a. Lepas : butir-butir berdiri, misalnya pasir pantai
b. Pejal (masivve) : Massa tanah terikat serba sama tanpa agregat, misalnya
padas semen.

B. Kelas Struktur

Struktur tanah adalah susunan komposisi partikel tanah dari

lapisan terbawah hingga permukaan. Partikel ini terdiri dari pasir, debu,

batuan kerikil, batuan padat serta tanah liat dan terbentuk secara alami.

Struktur tanah menggambarkan susunan atau agregasi gumpal tanah

menjadi bentuk-bentuk tertentu. Kondisi struktur berhubungan dengan

tingkat kegemburan atau keremahan tanah. Selain berdasarkan derajat

kekuatan agregatnya, berdasarkan bentuknya atau sering disebut tipe

dan kelas struktur (Wulandari R dkk, 2020).


Kelas struktur adalah menyatakan ukuran dari butir struktur tunggal.
Gambar 2.2 Contoh tipe struktur tanah

2.3 Pengertian Konsistensi tanah


Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi
butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan
mengubah bentuk.
Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan,
pembajakan, dan penggaruan. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik
umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan
konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan
kering.
Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi
kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar
kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah
pada kondisi kadar air tanah kering. Pada kondisi basah, konsistensi tanah
dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat kelekatan. Tingkatan
plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan
tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat,
lekat, dan sangat lekat.
Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat
kegemburan sampai dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi tanah lembab
dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan
ekstrim teguh (Hardjowigeno, 2014).
Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan
konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul. Pada kondisi
kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah.
Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi:
lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras.
Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan
dengan meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur,
maka tanah dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak
untuk kondisi kering.
Apabila gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut maka
tanah dinyatakan berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau keras untuk
kondisi kering. Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada
jari, yaitu kategori: melekat atau tidak melekat.
Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah tidaknya membentuk bulatan,
yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan; dan
kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).
tanah dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk
kondisi kering.
Konsentrasi tanah dinyatakan dengan bagaimana tanah tersebut mudah
hancur atau tidaknya. Konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat
plastisitas dan tingkat kelekatan. Mudah tidaknya membentuk bulatan dapat
menjadi acuan menentukan konsistensi tanah. Tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah.
Secara lebih rinci cara penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan
sebagai berikut.
2.3.1 Konsistensi Basah
Konsistensi dalam keadaan basah dibedakan kelekatan dan
plastisitasnya.
A. Tingkat kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi
antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
1. Tidak lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan
atau benda lain.
2. Agak lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan
atau benda lain.
3. Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda
lain.
4. Sangat lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada
jari tangan atau benda lain.
B. Tingkat plastisitas yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk
gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
A. Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk
gulungan tanah.
B. Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk
gulungan tanah kurang dari 1 cm.
C. Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah
lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak
gulungan tersebut.
D. Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk
gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar
untuk merusak gulungan tersebut.
2.3.2 Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi
dibagi 6 kategori sebagai berikut:
A. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau
antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
B. Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali
hancur bila diremas.
C. Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat
meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
D. Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan
agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan
gumpalan tanah.
E. Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan
diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat
menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
F. Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan
dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan
berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar
dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
2.3.3 Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering
udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:
A. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah- pisah
atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur
pasir.
B. Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila
diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan
sedikit saja akan mudah hancur.
C. Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur
jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan
jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
D. Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan
gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau
makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
E. Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang
lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk
hancur.
F. Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dapat
dibedakan dan dicirikan dengan diperlukannya sebuah tekanan yang
sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu
(pemukul).

2.4 pH Tanah
Ketersediaan unsur hara bagi tanaman sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satu diantaranya adalah pH tanah. Tiap-tiap tanaman untuk
pertumbuhannya yang optimum pastinya akan membutuhkan pH tanah yang
berbeda-beda pula, demikian pula dengan organisme-organisme tanah yang
lainnya. Pada umumnya pH optimum untuk pertumbuhan tanaman dan
ketersediaan unsur hara didalam tanah adalah pH sekitar 6,5. Cara-cara ini
umumnya dipakai untuk menguji tanah yang ada di lapangan. pH tanah adalah
suatu ukuran dari aktifitas ion hidrogen dalam suatu larutan air tanah dan
dipakai sebagai ukuran kemasaman tanah (Fauzia A dkk, 2019).
Cara penetapan pH tanah dibagi kedalam dua golongan yakni cara
kalorimetri dan elektrometri. Dengan cara kolorometri menggunakan warna atau
petunjuk asam basa yang perubahan warnanya berhubungan erat dengan
aktifitas ion hidrogen. Cara-cara ini umumnya dipakai untuk menguji tanah di
lapangan. Cara elektrometri yaitu menggunakan alat pH meter yang sudah
dilengkapi dengan elektroda dan biasanya cara ini sering digunakan
dilaboratorium.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran pH
dengan elektrometris yaitu:
A. Perbandingan air dengan tanah
B. Kandungan garam dalam tanah
C. Keseimbangan CO2 udara dengan CO2 tanah
Perbandingan air dan tanah biasanya dipakai 2,5 : 1. Semakin tinggi
perbandingan ini, semakin tinggi pH tanah dan sebaliknya. Jika
perbandingan ini terlalu rendah, kontak antara larutan tanah dengan
elektroda tidak sempurna dan akibatnya pengukuran itu kurang teliti. Selain
dari air digunakan juga pearut KCl, dari hasil pengukuran ini disebut pH
KCl. Umumnya pH KCl lebih rendah dari pH H2O.

2.5 Bahan Organik Tanah


Bahan organik tanah adalah semua fraksi bukan mineral yang ditemukan
sebagai komponen penyusun tanah. Bahan organik ini biasanya merupakan
timbunan dari sisa tumbuhan, binatang dan jasad mikro, baik yang telah
mengalami perombakan sebagian atau seluruhnya. Disamping itu bahan yang
lebih tahan terhadap perombakan selanjutnya diubah oleh jasad mikro dari
bahan aslinya melalui penyusunan kembali menjadi bahan berwarna coklat atau
hitam dan bersifat koloidal yang dikenal sebagai humus.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Gambar 3.1 Rak Tabung Gambar 3.2 Corong


Gambar 3.3 Gelas piala Gambar 3.4 Erlenmeyer

Gambar 3.5 Gelas Ukur Gambar 3.6 Pipet tetes

Gambar 3.7 Kertas saring Gambar 3.8 Batang pengaduk


Gambar 3.9 Pipet volume Gambar 3.10 Tabung Reaksi

Gambar 3.11 Bulb

3.2 Bahan
1. Indikator ( Percobaan IV )
2. Pereaksi Nessler
3. BaCl2 ( Barium Klorida )
4. Aquadest
5. Ammonium Asetat pH 4,8
6. AgNO3
7. KCl
8. HCl
9. Sampel tanah

3.3 Cara Kerja


1. pH Tanah
Pertama-tama kami menimbang 5gram tanah, kemudian kami
memasukkannya ke dalam gelas piala. Setelah itu kami menambahkan 50
mL air, kemudian kami mengocok dan mendiamkan selama 20-30 menit
sambal sesekali diaduk. Selanjutnya kami menyaring dan filternya
digunakan untuk menentukan pH.
2. Identifikasi SO42-dan Cl-
Pertama-tama kami melakukan prosedur yang sama dengan prosedur
penentuan pH tanah, namun kami mengganti air dengan ammonium asetat
pH 4,8. Kemudian kami mengambil 20 mL filter, jika berwarna kami
menghilangkannya dengan arang aktif. 10 ml larutan ini kami masukkan ke
dalam tabung reaksi dan menambahkan NaCO3 sampai terjadi endapan
sempurna, (Jika > 50 tetes tidak terbentuk endapan sempurna, berarti SO42-
tidak ada. Kemudian kami menyiapkan 2 buah tabung reaksi dan masing-
masing diisi dengan 2 mL filtrate. Kemudian pada tabung pertama kami
menambahkan HCl dan BaCl2, dan pada tabung kedua kami menambahkan
AgNO3. Setelah itu kami mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data pengamatan


a. pH Tanah
Tabel 4.1 Data Pengamatan
No Indikator Pengamatan (warna)
1 MV Violet
2 MO Orange
3 MM Kuning
4 BTB Biru
5 PP Tidak Berwarna
6 AI Merah Muda
7 KT Kuning
a)

b. Identifikasi SO42-dan Cl-, dan NH4+


Tabel 4.2 Data Pengamatan

No. Pengamatan

1 Filtrat + Na2CO3 Tidak ada SO42


4.2
2 Filtrat + HCl dan BaCl2 Tidak ada Cl-

3 Filtrat + AgNO3 Tidak ada Cl-

4 Filtrat + pereaksi Nessler Tidak ada NH4+


Reaksi
So4- + BaCl2 → Ba2 So4 + 2 Cl
Sulfat Barium klorida Barium sulfat klorida
Cl- + AgNo3 → AgCl + No3
Ammonium Perak nitrat Perak klorida Nitrat
klorida
NH4+ + Hgl2 → NH4I + Hg2+

4.3 Grafik
4.4 Perhitungan
pOH1= 7,6
pOH2= 8,2
pOH 1+ pOH 2
pOH =
2
7,6+8,2
= = 7,9
2
pH =14− pOH
pH =14−7,9=6,1

4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pH tanah yang telah kita lakukan adalah
terjadinya perubahan warna saat ditambahkan 7 indikator, dimana indikator
metil violet berubah warna menjadi violet, metil orange berubah warna menjadi
orange, metil merah berubah warna menjadi merah. Brontygmul biru menjadi
warna biru, phenol phytalen tidak memiliki perubahan warna, alizarin menjadi
warna merah dan kuning titan berubah warna menajadi kuning. Jadi tanah yang
baik adalah tanah yang dimana memiliki pH netral. Dan pada percobaan ini
didapat pH tanah 6,1 dan pada percobaan ini tidak terdapat SO 42-, Cl-, NH4+.
Pada percobaan identifikasi AgNo3, larutan tersebut dimana telah ada So4 dan
BaCl2 luratan tersebut tidak memiliki perubahan warna ataupun endapan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada perocbaan yg telah di lakukan mengenai analisa tanah. Analisa tanah
adalah aktivitas menganalisis sampel tanah untuk mengetahui kondisidan
karasteristik tanah, seperti nutrient, kontaminasi, komposisi, kesamaan dan
sebagainya. Analisis tanah menentukan tingkat kecocokan tanah terhadap
aktivitas pertanian dan jenis tanaman yang ditanam.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk laboratorium
Kami berharap untuk ruangan nya di tambah kipas agar tidak
kepanasan lagi. Dan ditambah fasiltas toilet di luar ruang asisten agar tidak
mengganggu asisten di ruangannya jika para praktikan ingin ke toilet.
5.2.2 Saran untuk asisten
Kami berharap kakak asisten tetap selalu dapat membimbing kami
dalam menyelesaikan laporan dengan baik dan selesai dalam jangka
waktu yang ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Aburizal, d. (2013). Penuntun Praktikum Ilmu tanah Umum. Fakultas Pertanian, IPB.
Dramawijaya. (2013). Materi Pokok Dasar-Dasar Ilmu Tanah, 1-6. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Foth, D. H. (2014). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Hanafiah, K. A. (2013). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.
Hardjowigeno, S. (2014). Ilmu Tanah. Jakarta: MediyatamaSarana Perkasa.
Suganda, d. (2017). Masalah tata tanah-tata lingkungan di Indonesia. Jurusan
Geografi FIPIA. Universitas Indonesia.l’
Koesuma, s. (2018). Analisa cekungan air tanah dalam di bagian barat kabupaten
grobogan, jawa tengah. Indonesian journal of applied physics, 8(1).
Sudinda, t. W. (2021). Analisis kestabilan lereng pada lokasi tambang batubara tanah
laut kalimantan selatan. Jurnal alami : jurnal teknologi reduksi risiko
bencana, 4(2).
Agustina, h., & dewi, v. A. K. (2020). Analisa erosi metode usle pada lahan sawit
kabupaten muara enim. Jurnal teknik pertanian lampung (journal of
agricultural engineering), 9(3).
Yamali, f. R. (2016). Analisa energi alat pemadat tanah lempung dilapangan. Jurnal
civronlit unbari, 1(1).
Wulandari, r. A., sukron, m., & efendi, r. (2020). Analisa hukum peralihan hak tanah
ulayat kaum yang belum didaftarkan di kabupaten dharmasraya. Jch
(jurnal cendekia hukum), 6(1).
Fauzi, a., sukobar, s., wahyudi, d. I., & moeljono, r. A. T. (2019). Analisa stabilitas
lereng dan alternatif penanganannya studi kasus proyek pekerjaan kanal
utama row 80 kawasan industri jiipe-gresik. Jurnal aplikasi teknik sipil,
17(2).

Anda mungkin juga menyukai