Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA TANAH

Disusun Oleh :

NAMA : NUR FADILAH


STAMBUK : 09320220119
KELAS/KELOMPOK : C4/ 2 (DUA)

ASISTEN

(MURNIATI)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah gejala alam permukaan daratan, membentuk suatu
mintakat (zone) yang disebut pedosfer, tersusun atas massa galir (loose)
berupa pecahan dan lapukan batuan (rock) bercampur dengan bahan organik.
Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan, tanah bukan suatu ujud tedas
(distinct). Di dalam pedosfer terjadi tumpang-tindih (everlap) dan saling
tindak (interaction) antar litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Maka tanah
dapat disebut gejala lintas-batas antar berbagai gejala alam permukaan bumi.
Tanah merupakan campuran dari mineral, udara/gas, air, bahan organik, dan
berbagai macam organisme. Tahukah kamu kalau tanah dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu clay (tanah liat/lempung), silt (lumpur), dan sand (pasir).
Ilmu tanah adalah pengkajian terhadap tanah sebagai sumber daya alam.
Dalam ilmu ini di pelajari berbagai aspek tentang tanah, seperti pembentukan,
klasifikasi, pemetaan, berbagai karakteristik fisik, kimiawi, biologis,
kesuburannya, sekaligus mengenai pemanfaatan dan pengelolaannya. Tanah
adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang
membentuk kerak bumi) dan atmosfer tanah menjadi tempat tumbuh
tumbuhan dan mendukung kehidupan hewan dan manusia.
Ilmu tanah di bagi menjadi dua cabang utama: pedologi dan edafologi.
Pedologi mempelajari hubungan tanah dengan faktor – faktor
pembentukanya. Edafologi, atau ilmu kesuburan tanah, mempelajari suatu
hubungan tanah dengan suatu tanaman atau dengan kata lain ilmu yang
mempelajari tanah sebagai alat produksi pertanian. sehingga muncul pula
disiplin ilmu seperti fisika tanah, kimia tanah, dan biologi tanah (atau ekologi
tanah), serta ilmu konservasi tanah. Karena suatu tanah juga memiliki aspek
ketataruangan dan sipil, berkembang pula di siplin seperti mekanika tanah,
pemetaan suatu (kartografi), geodesi dan survai tanah – tanah , serta
pedometrika atau pedostatistika. (Akhdan kalis, 2015)
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Mengetahui pH Tanah
1.2.2 Mengetahui Adanya SO4, CL, dan NH4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanah


Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas
dan sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang
lain. Tanah merupakan sumber daya alam utama sebagai penunjang kehidupan
tanaman, hewan dan manusia dalam suatu ekosistem. Tanah memiliki peranan
utama sebagai sumber unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan
organisme yang hidup di dalam tanah. Secara langsung, kandungan unsur hara
di dalam tanah menentukan kualitas nutrisi tanaman (sebagai pakan dan
pangan) yang tumbuh di atasnya dan secara tidak langsung menentukan
kualitas nutrisi hewan ternak dan manusia sebagai pengkonsumsi tanaman
(sebagai pakan dan pangan). (Fauizek dkk 2018)
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk
yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah
pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup
maupun yang telah mati. Tanah merupakan hasil lapukan dari bahan padatan,
air dan udara yang menjadi sumberdaya alam utama bagi kehidupan manusia
dan suatu ekosistemnya (Juarti, 2016).
Sifat tanah bervariasi mulai dari sifat kimia, fisik dan biologi Tanah
memiliki sifat fisik yang berbedabeda mulai dari lahan basah seperti sawah
hingga lahan kering seperti hutan. Perbedaan dari karakteristik tanah tersebut
dapat diketahui dari sifat fisik tanah seperti tekstur, bahan organik, stabilitas
agregat, air tersedia, pergerakan air tanah, makrofauna tanah, dan suatu
makroporositas dan tanah (Jambak et all, 2017)
Ada lima faktor pokok yang mempengaruhi pembentukan tanah dan
menentukan rona tanah, yaitu bahan induk, iklim, organisme hidup, timbulan,
dan waktu. Dengan peningkatan intensitas penggunaan tanah, khusus dalam
bidang pertanian, manusia dapat dimasukkan sebagai faktor pembentuk tanah.
Dengan tindakannya mengolah tanah, mengirigasi, memupuk, mengubah
bentuk muka tanah (meratakan, menteras) dan mereklamasi, manusia dapat
mengubah atau mengganti proses tanah yang semula dikendalikan oleh faktor
faktor alam. (Fauizek dkk 2018)
Faktor pembentuk tanah merupakan suatu keadaan atau kakas
lingkungan yang membangkitkan proses pembentukan tanah. Proses yang
bekerja dengan berbagai reaksi menghasilkan sifat-sifat tanah. Karena
memiliki sifat maka tanah berperilaku dan dengan perilakunya tanah dapat
menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Suatu ujud yang dapat berfungsi dalam
kehidupan manusia dinamakan sumberdaya. Tanah merupakan sumberdaya.
Menurut Das (1995), dalam pengertian teknik secara umum, tanah
didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral
mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan
dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruangruang kosong di antara partikel
partikel padat tersebut.
Menurut Hardiyatmo (1992), tanah adalah ikatan antara butiran yang
relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida
yang mengendap-ngendap di antara partikel-partikel. Ruang di antara partikel-
partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya.
Menurut Bowles (1989) dalam tanah adalah campuran partikel-partikel
yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
a. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya
lebih besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm
sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).
b. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
c. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,
berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
d. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm.
Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang
disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara
sungai.
e. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002
mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah
yang kohesif.
f. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.
Menurut (Wesley,1973) menekankan bahwa dari sudut pandang
teknis,tanah-tanah itu dapat digolongkan kedalam macam pokok berikut ini :
a. Batu kerikil (Gravel)
b. Pasir (Sand)
c. Lanau (Silt)
d. Lempung Organik (Clay)
Tanah juga didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat
(butiran) mineral-mineral padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara
partikel - partikel padat tersebut.
Secara umum tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu tanah tak
berkohesif dan tanah berkohesif. Tanah tak kohesif adalah tanah yang berada
dalam keadaan basah akibat gaya tarik permukaan di dalam air, contohnya
adalah tanah berpasir. Tanah berkohesif adalah tanah apabila karakteristik
fisis yang selalu terdapat pembasahan dan pengeringan yang menyusun
butiran tanah bersatu sesamanya sehingga sesuatu gaya akan diperlakukan
untuk memisahkan dalam keadaan kering,
2.1.1 Profil Tanah
Dinding atau penampang vertikal dari tanah yang
memperlihatkan susunan horison dinamakan profil tanah, yang
merupakan suatu jendela untuk memahami tanah. Seperti juga tanah,
profil tanah berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Profil tanah
yang berkembang pada daerah panas dan kering mempunyai susunan
horison yang berbeda dengan profil tanah pada daerah tropis dan
lembab. Horison genetik utama yang terdapat di dalam tanah dan
dinamakan sebagai horison.

Gambar 2.1 Horison Tanah


Gambar 2.1 Susunan horison utama pada suatu profil tanah
Horison O merupakan horison yang mengandung kadar bahan organik
tinggi sedangkan fraksi mineralnya sangat sedikit. Ketebalan horison O
sangat tergantung kepada adanya akumulasi bahan organik di
permukaan tanah. Jika terjadi akumulasi bahan organik yang banyak
maka horison O akan tebal dan sebaliknya tipis jika akumulasi bahan
organik sedikit atau bisa saja tidak terdapat sama sekali horison O. Pada
horison ini terjadi aktivitas biologi yang tinggi.
Horison A adalah suatu horison mineral yang terdapat dibawah
Horison O. Horison A terbentuk akibat akumulasi bahan organik halus
yang telah melapuk dan bercampur dengan bahan mineral tanah.
Aktivitas biologi dapat diamati dengan jelas dan banyak dijumpai
perakaran.
Horison E (E = Eluviasi) adalah horison yang telah mengalami
pencucian dan kehilangan (eluviasi) liat, besi, alumunium dan bahan
organik sehingga horison berwarna pucat atau lebih terang bila
dibandingkan dengan horison diatas atau dibawahnya. Akibat
kehilangan liat, Fe, Al atau bahan organik, maka horison E didominasi
oleh pasir dan debu saja.
Horison B adalah horison bawah-permukaan yang mempunyai
sifat-sifat (salah satu atau lebih) berikut:
a. terjadinya iluviasi (penimbunan) liat, Fe, Al, humus, karbonat,
gipsum atau silika
b. terjadinya penimbuan seskuioksida (Fe2O3 dan Al2O3) akibat dari
pencucian Si
c. berwarna lebih merah
d. struktur tanah gumpal, gumpal bersudut, prismatik atau tiang
Horison C adalah horison bahan induk tanah yang terbentuk
akibat pelapukan batuan induk, mengandung banyak batuan tidak
padat, pecahan batuan. Diantara retakan dan sela-sela pecahan batuan
induk terdapat akar tanaman halus.
Batuan Induk (Rock) merupakan lapisan batuan keras yang tidak
dapat ditembus oleh akar tanaman dan sulit dipecahkan dengan cangkul
dan alat secara manual. (Buku Key to Soil Taxonomy USDA, 2020)
2.1.2 Horizonisasi
Horison adalah suatu lapisan tanah yang terletak hampir paralel
(sejajar) dengan permukaan tanah, mempunyai ketebalan minimal dan
dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur, konsistensi dan sifat
sifat lainnya yang dapat diamati di lapangan. Horizonisasi merupakan
suatu proses yang menyebabkan bahan induk terdiferensiasi menjadi
profil tanah dengan sejumlah horison.
Berdasarkan letaknya, horison penciri tanah dibagi dua yaitu
horison permukaan tanah bagian atas (epipedon) dan horison bawah 8
Dian Fiantis permukaan tanah. Sedangkan berdasarkan bahan
penyusunnya, horison tanah dibedakan atas horison organik tanah (O)
dan horison mineral tanah (yang terdiri dari horison A, B, C dan R).

2.2 Epipedon
Epipedon adalah suatu horizon yang terbentuk pada atau dekat
permukaan, dimana sebagian besar dari struktur batuannya telah
hancur/terlapuk. Horizon apa saja dapat menempati permukaan tanah yang
telah tersingkap karena erosi. Apabila tanah mencakup suatu tanah tertimbun
maka epipedon, jika ada, adalah pada permukaan tanah, dan epipedon dari
tanah tertimbun dianggap sebagai epipedon tertimbun, dan tidak digunakan
dalam memilih taksa, terkecuali kunci taksonomi secara spesifik menunjukkan
adanya horizon tertimbun, seperti terdapat dalam subgrup Thapto-Histic.
Suatu tanah dengan mantel cukup tebal sehingga memiliki tanah
tertimbun, tidak memiliki epipedon apabila tanah tersebut memiliki struktur
batuan sampai permukaan, atau memiliki horizon Ap setebal kurang dari 25
cm, yang di bagian bawahnya terdapat bahan tanah dengan struktur batuan.
Epipedon melanik (didefinisikan di bawah) adalah bersifat unik/khusus di
antara epipedon-epipedon yang ada. Epipedon ini biasanya terbentuk pada
deposit bahan semburan gunung api (tephra) dan dapat menerima deposit segar
dari abu volkan. Oleh karena itu, horizon ini boleh memiliki lapisan-lapisan di
dalam dan di atas epipedon (Buku Key to Soil Taxonomy USDA, 2020)
2.2.1 Epipedon Antropik
Terbentuk pada tanah yang mengalami ubahan dari manusia,
atau bahan terangkut manusia. Epipedon ini terbentuk pada suatu
tanah-tanah yang terdapat pada suatu daerah pemukiman dan pada
kenampakan mikro, atau yang letaknya yaitu lebih tinggi daripada
tanah di sekitarnya. Selain itu, epipedon ini juga terdapat di suatu area
terbuka yaitu akibat suatu penggalian. Sebagian besar epipedon
antropik mengandung artefak (sisa benda buatan manusia) yang tidak
berkaitan dengan praktek – praktek pertanian (kapur pertanian) dan
sampah – sampah buangan manusia (kaleng aluminium). Epipedon
ini memiliki kandungan – kandungan fosfor tinggi yang berasal dari
bahan yang ditambahkan manusia seperti sisa makanan (misalnya,
tulang-tulang), kompos, atau pupuk kandang, namun demikian
kandungan persisnya tidak diperlukan. Meskipun epipedon antropik
terbentuk pada permukaan tanah, epipedon tersebut bisa saja dalam
kondisi tertimbun. Pada epipedon ini mencakup horizon eluvial yang
berada pada atau dekat permukaan tanah, dan berlanjut ke dasar
horizon yang memenuhi semua kriteria yang disebutkan di bawah ini,
atau berlanjut sampai ke batas atas horizon illuvial diagnostik
pertama yang terletak di bawahnya (di definisikan di bawah, sebagai
horizon argillik, kandik, narik, atau spodik).
a. Karakteristik Yang Di Perlukan
1) Epipedon antropik terbentuk pada bahan ubahan manusia (human
altered material), atau bahan terangkut manusia (human
transported materials).
2) Epipedon-epipedon ini terbentuk pada tanah-tanah yang terdapat
pada Landform anthropogenik dan kenampakan mikro, atau yang
letaknya lebih tinggi daripada tanah-tanah disekitarnya, setebal
atau melebihi tebal eipedon antropik.
3) Epipedon ini juga terdapat di area terbuka akibat penggalian.
Sebagian besar epipedon antropik mengandung artifak (sisa
benda-benda buatan manusia) yang tidak berkaitan dengan
praktek pertanian (misalnya, kapur pertanian) dan sampah
buangan manusia (misalnya, kaleng aluminium).
4) Epipedon antropik dapat memiliki kandungan fo sfor tinggi yang
berasal dari bahan yang ditambahkan manusia seperti sisa
makanan (misalnya, tulang-tulang), kompos, atau pupuk
kandang, namun demikian kandungan persisnya tidak diperlukan.
Meskipun epipedon antropik terbentuk pada permukaan tanah,
epipedon tersebut bisa saja dalam kondisi tertimbun. Sebagian
besar epipedon antropik terdapat pada tanah kebun, tanah
gundukan bekas pemukiman manusia primitif dan wilayah
perkotaan, dan sebagian besar juga memenuhi definisi epipedon
(tanah) mineral diagnostik lain, atau horizon bawah permukaan.

2.3 Klasifikasi Tanah


Klasifikasi tanah adalah pengelompokan berbagai jenis tanah ke dalam
kelompok yang sesuai dengan karakteristiknya. Sistem klasifikasi ini
menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi
namun tidak ada yang benar-benar memberikan penjelasan yang tegas
mengenai kemungkinan pemakainya. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk
menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk
menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah
lainnya dalam bentuk berupa data dasar. seperti karakteristik pemadatan,
kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989 dalam Adha 2014).
2.3.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Proses Terbentuknya
Menurut ( Soepraptohardjo,1976 ) Indonesia adalah negara
kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-
beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia:
a. Tanah Humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan
daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
b. Tanah Pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian
yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki
butir kasar dan berkerikil
c. Tanah Aluvial / Endapan adalah tanah yang dibentuk dari lumpur
sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah
yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
d. Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di
pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah atau
dingin.
e. Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi, dan
letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi.
Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
f. Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya
akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut
dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan
Lampung.
g. Tanah mediteran adalah tanah yang sifatnya tidak subur yang
terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Contoh : Nusa Tenggara,
Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
h. Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk
bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan
tumbuhan rawa. Seperti di rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Proses penghancuran – penghancuran dalam pembentukan tanah
dari batuan terjadi secara fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain
berupa erosi akibat tiupan angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau
perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es dalam batuan sedangkan
proses kimiawi menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan
asalnya. Salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam
alkali, oksigen dan karbondioksida. Pelapukan kimiawi menghasilkan
pembentukan kelompok-kelompok partikel yang berukuran koloid
(<0,002 mm) yang dikenal sebagi mineral lempung.
Semua macam tanah secara umum terdiri dari tiga bahan, yaitu
butiran tanah - tanahnya sendiri, serta air dan udara – udara yang terdapat
dalam ruangan antara butir - butir tersebut. Ruangan ini disebut pori
(voids). Apabila tanah sudah benar - benar 9 kering maka tidak akan ada
air sama sekali dalam porinya, keadaan semacam ini jarang ditemukan
pada tanah – tanah yang masih dalam keadaan asli. Air hanya dapat
dihilangkan sama sekali dari tanah – tanah apabila kita ambil tindakan
khusus untuk maksud itu, misalnya dengan memanaskannya di dalam
suatu oven. Dalam ilmu mekanika tanah terdapat sebuah dua sistem
klasifikasi.
2.3.2 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Asalnya
Menurut (Dunn, 1980) berdasarkan asalnya, tanah
diklasifikasikan secara luas menjadi :
a. Tanah organik adalah campuran yang mengandung bagian-bagian
yang cukup berarti berasal dari lapukan dan sisa tanaman dan kadang-
kadang dari kumpulan kerangka dan kulit organisme.
b. Tanah anorganik adalah tanah yang berasal dari pelapukan –
pelapukan batuan secara kimia ataupun fisis.
2.3.3 Klasifikasi tanah berdasarkan ukuran batuan penyusun
Menurut (Bowles,1986) dalam bukunya mengklaifikasikan tanah
berdasarkan ukuran butiran penyusun atau jenis dari batuan tanah
tertentu menjadi :
a. Batuan dasar (bedrock)
Batuan pada tempat asalnya ,biasanya terbentang secara
meluas dalam arah horizontal dan arah vertical. Bahan ini umumnya
tertutup oleh tanah – tanah dengan berbagai kedalaman, jika terbuka
mungkin bagian luar menjadi lapuk.
b. Berangkal
Potongan bahan – bahan lebih kecil yang sudah telah terpisah
dari batuan – batuan dasar dan berukuran 250 mm smpai 300 mm
atau lebih dari 300 mm
c. Kerikil (gravel)
Istilah - istilah umum yang digunakan untuk potongan
potongan batuan – batuan yang berukuran maksimum 150 mm
sampai kurang dari 5 mm. Bisa berupa batu – batu pecah / split bila
terbuat dari pabrik , berupa kerikil alamiah bila digali dari deposit
yang terdapat secara alami , atau sebuah yang berupa kerikil ayakan
ayakan jika kerikil tersebut telah disaring hingga ukuran 3 mm
sampai 5 mm. Kerikil - krikil adalah bahan tak berkohesi, yaitu
kerikil – krikil tidak mempunyai suatu adhesi atau tarikan antar suau
partikel – partikel.
d. Pasir
Partikel – partikel mineral yang lebih kecil dari kerikil tetapi
lebih besar dari sekitar 0,05 sampai 0,075. Bisa berbentuk halus,
sedang, atau kasar tergantung pada ukuran partikel terbanyak.
e. Lanau
Partikel – partikel mineral yang ukurannya berkisar antara
maksimum 0,005 sampai 0,074 mm dan 0,002 sampai 0,006 mm.
f. Lempung
Partikel–partikel mineral yang ukurannya lebih kecil dari
ukuran lanau, sekitar ukuran 0,002 mm atau lebih kecil. Tanah
lempung mempunyai sifat plastisitas yang tinggi dan kohesif. Sifat
sifat tanah lempung sangat di pengaruhi oleh kadar air yang
terkandung.
2.3.4 Sistem Klasifikasi AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Officials Classification) berguna untuk
menentukan kualitas tanah dalam perencanaan timbunan jalan, subbase,
dan subgrade. Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah ke dalam 8
kelompok, A-1 sampai A-7 termasuk sub – sub kelompok. Tanah–tanah
dalam tiap kelompoknya dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang
dihitung dengan rumus–rumus empiris. Pengujian yang dilakukan adalah
analisis saringan dan batas–batas Atterberg. Sistem ini didasarkan pada
kriteria sebagai berikut :
a. Ukuran butir,dibagi menjadi kerikil, pasir, lanau, dan lempung.
Kerikil adalah bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75
dan tertahan pada ayakan diameter 2 mm. Pasir adalah bagian tanah
yang lolos ayakan dengan diameter 2 mm dan tertahan pada ayakan
diameter 0,0075 mm. Lanau & Lempung adalah bagian tanah yang
lolos ayakan dengan diameter 0,0075 mm.
b. Plastisitas, nama berlanau dipakai apabila bagian–bagian yang halus
dari tanah mempunyai indeks plastisitas (IP) sebesar 10 atau kurang.
Nama berlempung dipakai bila bagian–bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastisitas sebesar 11 atau lebih.
c. Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan dalam
contoh tanah yang akan diuji maka batuan–batuan tersebut harus
dikeluarkan terlebih dahulu, tetapi persentasi dari batuan yang
dikeluarkan tersebut harus dicatat.

2.4 Stabilisasi Tanah dan Daya Dukung Tanah


Sebagai salah satu hal penting dalam mendukung sebuah konstruksi
tetap aman, tanah sebagai penahan beban haruslah memiliki daya dukung yang
cukup untuk menahan beban dari konstruksi. Stabilisasi tanah adalah proses
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dengan menambahkan atau memodifikasi
struktur lapisan tanah agar dapat manaikkan daya dukung tanah,
mempertahankan kekuatan geser dan mengurangi terjadinya deformasi. Tanah
yang terdapat dilapangan mempunyai sifat - sifat yang tidak di inginkan seperti
sangat lunak, compressible, kembang susut yang besar sehingga diatas tanah
tersebut tidak dapat didirikan suatu konstruksi bangunan, maka untuk
memperbaiki sifat tanah tersebut agar dapat dipakai dengan baik sebagai
pendukung kostruksi diatasnya adalah dengan stabilisasi tanah. Stabilisasi
tanah dapat dilakukan dengan cara :
a. Menambah kerapatan tanah.
b. Menambah material yang tidak aktif, sehingga mempertinggi kohesi dan
tahanan geser yang timbul.
c. Menambah material yang dapat menyebabkan perubahan – perubahan
kimiawi dan fisis pada tanah tersebut.
d. Merendahkan muka air ( drainase ).
e. Mengganti tanah – tanah yang buruk.
Daya Dukung Tanah adalah kemampuan tanah memikul tekanan
maksimum yang diijinkan bekerja pada tanah dasar pondasi. Dalam analisis
daya dukung tanah yang dipelajari adalah kemampuan tanah dalam mendukung
beban pondasi yang bekerja diatasnya. Bila tanah mengalami pembebanan
seperti pondasi maka tanah akan mengalami penurunan, jika beban ditambah
maka penurunannya juga bertambah. Apabila terjadi kondisi pada beban tetap
pondasi mengalami penurunan yang sangat besar, menunjukkan bahwa
keruntuhan daya dukung telah terjadi. Daya dukung ultimit (qu) adalah beban
maksimum per satuan luas, pada kondisi ini tanah masih dapat mendukung
beban dengan tanpa mengalami keruntuhan.
2.4.1 Stabilasi Kimiawi
Menurut (Bowless,1993), dalam bukunya Sifat-Sifat Fisis dan
Geoteknis (Mekanika Tanah) stabilisasi tanah dalam realisasinya tediri
dari salah satu atau gabungan pekerjaan-pekerjaan berikut:
a. Mekanis, stabilisasi dengan berbagai macam alat mekanis seperti;
mesin gilas, benda-benda berat yang dijatuhkan ( pounder ),
peledakan dengan alat peledak, tekanan statis, pembekuan,
pemanasan, dan lain – lain.
b. Bahan pencampur / tambahan ( aditif ) seperti : kerikil untuk tanah
kohesif ( lempung ), lempung untuk tanah berbutir kasar, pencampur
kimiawi (semen portland, gamping, abu batu bara (produk samping
dari pembakaran batubara).
2.4.2 Stabilisasi Menggunakan Serat Plastik.
Perkuatan pada suatu tanah dengan menggunakan sebuah serat
plastik di dasarkan dengan suatu yang pada kekuatan geser antara plastik
dan partikel-partikel sebuah tanah. Serat sintetis tersebut merupakan
bahan – bahan yang mempunyai regangan putus lebih tinggi di
bandingkan dengan regangan runtuh tanah. Dengan demikian suatu
perkuatan bekerja dari regangan rendah sampai suatu regangan runtuh
tanah dan setelah regangan runtuh tanah dilampaui, perkuatan masih
mampu memberikan tegangan tarik, sehingga bisa mencegah keruntuhan
yang mendadak. Plastik yang tersusun dari bahanbahan berupa
polyprophylene (PP), polyethylene (PE) dan high-density polyethylene
(HDPE) mempunyai kekuatan yang cukup sebagai bahan campuran
untuk perkuatan tanah.
2.5 Asam
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat
lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat
menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam
baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima proton yang
dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida (HCL), yang berionasi
dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian
juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion
bikarbonat (HCO3 - ).1
Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan, contohnya adalah HCL.
Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan
ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat untuk melepaskan H+ , contohnya
adalah H2CO3. 1
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH
lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH 7. pH suatu larutan dapat
ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter. Menurut penjelasan
tersebut menjelaskan tentang keseimbangan asam basa serta berbagai macam
faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa.
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan
bersifat netral. Asam dan basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga
dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Sifat asam basa suatu larutan
juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.1
Asam dan basa adalah besarang yang sering digunakan untuk
pengolahan sesuatu zat, baik di industry maupun kehidupan sehari-hari, pada
industry kimia, keasaman merupakan variabel yang menentukan mulai dari
pengolahan bahan baku, menentukan kualitas produksi yang diharapkan
sampai pengendalian limbah industry agar dapat mencegah pencemaran pada
lingkungan. Pada bidang pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah
pertanian perlu diketahui. Untuk mengetahui dasar pengukuran derajat
keasaman akan diuraikan dahulu pengertian derajat keasaman itu sendiri.
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial
elektro kimia yang terjadi antaar larutan yang terdapat didalam elektroda gelas
(membran gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar
elektroda 4 gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya
relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial
elektro kimia dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan
elektroda pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi
hanya mengukur tegangan.
Asam dan basa adalah besarang yang sering digunakan untuk
pengolahan sesuatu zat, baik di industry maupun kehidupan sehari-hari, pada
industry kimia, keasaman merupakan variabel yang menentukan mulai dari
pengolahan bahan baku, menentukan kualitas produksi yang diharapkan
sampai pengendalian limbah industry agar dapat mencegah pencemaran pada
lingkungan. Pada bidang pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah
pertanian perlu diketahui. Untuk mengetahui dasar pengukuran derajat
keasaman akan diuraikan dahulu pengertian derajat keasaman itu sendiri.

2.6 Ph Tanah
pH adalah tingkat keasaman atau suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara
0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh,
jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7 sedangkan air laut dan
cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga disebut sebagai alkaline)
dengan nilai pH 7 sampai 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai
pH 7. Biasanya jika pH tanah semakin tinggi maka unsur hara semakin sulit
diserap tanaman, demikian juga sebaliknya jika terlalu rendah akar juga akan
kesulitan menyerap makanannya yang berada dalam tanah. Akar tanaman
akan mudah menyerap unsur hara atau pupuk yang diberikan jika pH.
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal
memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki
sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan
derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan
tertinggi. Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus
yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila
keasamannya rendah.
Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur
dengan pH meter yang berkerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas
suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda
pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah
pH berdasarkan dari “p”, lambing metematika dari negatif logaritma, dan “H”,
lambang kimia dari unsur Hidrogen.
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial
elektro kimia yang terjadi antaar larutan yang terdapat didalam elektroda gelas
(membran gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar
elektroda 4 gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya
relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial
elektro kimia dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan
elektroda pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi
hanya mengukur tegangan.

2.7 Basa
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai
contoh, ion bikarbonat (HCO3 - ), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung
dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat (H2CO3).1 Protein-
protein dalam tubuh juga berfungsi dengan sebagai basa karena ada beberapa
asam amino yang telah membangun protein. Larutan asam memiliki pH kurang
dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan suatu netral
memiliki pH 7 muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein
hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang lain
merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.1
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+.
Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang
khas adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air (H2O). Basa
lemah yang khas adalah HCO3- karena HCO3- berikatan dengan H+ secara jauh
lebih lemah daripada OH-. 1 Kebanyakan asam dan basa dalam cairan.

2.8 Iklim
Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan keairan tanah serta
berdaya pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi. Hujan dan angin dapat
menimbulkan degradasi tanah karena pelindian (hujan) dan erosi (hujan dan
angin). Energi pancar matahari menentukan suhu badan pembentuk tanah dan
tanah dan dengan demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral dan
dekomposisi serta humifikasi bahan organik. Semua proses fisik, kimia dan
biologi bergantung pada suhu. Air merupakan pelaku proses utama di alam,
menjalankan proses alihragam (transformation) dan alihtempat (translocation)
dalam tubuh tanah, pengayaan (enrichment) tubuh tanah dengan sedimentasi,
dan penyingkiran bahan dari tubuh tanah dengan erosi, perkolasi dan pelindian.
Curah hujan merupakan sumber air utama yang memasok air ke dalam
tanah. Suhu dan kelembaban udara menentukan laju evapotranspirasi dari
tanah. Maka imbangan antara curah hujan dan evaotranspirasi menentukan
neraca keairan tanah, dan ini pada gilirannya mengendalikan semua proses
yang melibatkan air. Neraca keairan tanah berkaitan dengan musim. Dalam
musim yang curah hujan (CH) melampaui evapotranspirasi (ET), air dalam
tubuh tanah bergerak ke bawah, menghasilkan perkolasi yang mengimbas
alihtempat zat ke bagian bawah tubuh tanah dan pelindian zat ke luar tubuh
tanah. Dalam musim yang CH lebih rendah daripada ET, gerakan air.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Gambar 1 Tabung Reaksi Gambar 2 Erlenmeyer Gambar 3 Gelas Piala

Gambar 4 Batang Pengaduk Gambar 5 Corong Gambar 6 Pipet Volume

Gambar 7 Bulp Gambar 8 Pipet Tetes Gambar 9 Spatula


Gambar 10 Kertas Saring Gambar 11 Gelas Ukur

3.2 Bahan
a. Indikator (Percobaan IV
b. Pereaksi Nessler
c. BaCl2
d. Aquadest
e. Ammonium Asetat 4,8
f. AgNO3
g. HCL

3.3 Cara Kerja


3.3.1 pH Tanah
Menyiapkan alat dan bahan yang di gunakan, selanjutnya
menentukan terlebih dahulu atau tingkat keasaman dari tanah dengan
cara, menimbang masing-masing 5 gram sampel tanah kedalam tiga
gelas piala 50 ml. Kemudian memberi tabel pada tiga gelas piala
(Aquadest, Amonium, Asetat, dan KCl). Selanjutnya menambahkan
Aquadest sebanyak 50 ml kedalam gelas piala. Dan diaduk hingga
homogen. Begitupun pada sampel selanjutnya yaitu Amonium Asetat
dan KCl. Setelah didiamkan selama 30 menit dan sesekali diaduk, maka
akan terbentuk dua bagian, bagian atas adalah tanah yang telah larut
oleh air dan bagian bawah tanah yang tidak larut oleh air. Setelah itu kita
melipat kertas saring, kertas saring dimasukan kedalam corong. Setelah
itu kita lanjut menyaring larutan yang telah didiamkan tadi
menggunakan kertas saring.
Hasil dari penyaringan biasanya disebut dengan filtrate dan yang
tertinggal di dalam kertas saring kita sebut residu. Filtrate inilah yang
kita gunakan untuk menentukan atau tingkat keasaman tanah, dan juga
melihat apakah di dalam tanah tersebut terdapat unsur Sulfat (SO4),
Klorida (Cl) dan Amoniak (NH4). Setelah memasukan filtrate
(Aquadest) kedalam tujuh tabung rekasi selanjutnya menambahkan
ketujuh indikator pada masing-masing tabung yang sudah terisi filtrate
Aquadest. Untuk menentukan atau tingkat keasaman tanah pada sampel
tersebut dan diamkan perubahan yang terjadi pada tabung reaksi.
3.3.2 Identifikasi SO4-2 dan Cl-
Menyiapkan alat dan bahan yang ingin digunakan. Kemudian
timbang 5 gram tanah yang ada di dalam gelas piala, dan tambahkan
ammonium asetat pH 4,8 sebanyak 10 ml menggunakan pipet volume ke
dalam tabung reaksi. Larutan ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan pula Na2CO3 sedikit demi sedikit hingga terjadi endapan yang
sempurna. Namun jika tetesan sudah mencapa >50 maka endapan yang
sempurna tidak terbentuk dan berarti SO42- tidak ada. Kemudian siapkan
2 buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 2 ml filrate.
Tabung pertama ditambahkan HCl dan BaCl2 dan tabung kedua di
tambahkan AgNO3. Setelah itu amatilah perubahan yang terjadi.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan


Tabel 4.1.1. pH Tanah
Filrate + Indikator Pengamatan
MV Ungu
MO Orange
MM Kuning
BTB Hijau
PP Tidak Berwarna
AL Merah
KT Kuning

Tabel 4.1.2. Identifikasi SO42- dan Cl-


Filrate + Senyawa Pengamatan
NaCO3 Tidak ada SO42-
HCl dan BaCl3 Tidak ada Cl-
AgNO3 Tidak ada perubahan

Tabel 4.1.3 Identifikasi NH4+


Filrate + Pelarut Pengamatan
Larutan berwarna kuning. NH4
Nesseler
tidak ada.

4.2 Reaksi
SO42- + BaCl BaSO4 + 2 Cl-
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-
Na4 + pereaksi nesseler
4.3 Perhitungan

Gambar Grafik

pH = pH + pH2
2 + 1,9
=
2
3,9
=
2
= 1,9

4.4 Pembahasan
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tanah merupakan salah satu media tumbuh tanaman, baik
tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk kemaslahatan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Tubuh tanah terdiri atas udara
20-30%, air 20-30%, bahan mineral 45%, dan bahan organik 5%.
Uji dan analisis tanah adalah sebuah aktivitas untuk mengetahui
informasi berupa sifat fisik, kimia maupun biologi tanah dan
berkaitan dengan ilmu geoteknik. Hubungannya terkait dengan
mekanika, teknik pondasi dan struktur bawah tanah.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Agar lebih memperhatikan kebersihan dalam Lab sebab ketika suatu
ruangan bersih maka kita juga akan lebih nyaman belajarnya.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Di harapkan agar kedepanya kaka – kaka Asisten bisa lebih ramah lagi
kepada semua praktikum sebab kiranya agar saat asistensi praktikum
tidak begitu tegang.
5.3 Ayat yang Berhubungan
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin
Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana.
Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami)
bagi orang-orang yang bersyukur. (QS Al-A’raf:58)
DAFTAR PUSTAKA

Akhdan Kalis, (2019), “Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah”


https://www.studocu.com/id/document/universitas-pembangunan-
nasional-veteran-jawa-timur/agriculture/laporan-praktikum-dasar-ilmu-
tanah/31870017. Di akses pada 5 November 2022.
Buku Key to Soil Taxonomy USDA, (2020), “Epipedon Antropik dalam Ilmu
Tanah” https://sitibecik.com/apa-itu-epipedon-antropik/. Di akses
pada 6 November 2022.
Fauziek dan Suhendra, (2018) “ Jenis dan Klasifikasi Tanah”,
http://repository.unissula.ac.id/21617/6/bab%201.pdf. Di akses pada 6
November 2022.
Juarti,(2016)“AnalisisIndeksKualitasTanah”http://journal.um.ac.id/index.php/pen
didikan-geografi/article/view/5907. Di akses pada 6 November 2022
Martch(2021),“MengukurpHTanahhttps://dinpertanpangan.demakkab.g
o.id/?p=2434. Di akses pada 6 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai