Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Dasar-dasar Ilmu Tanah

PROFIL TANAH

NAMA : NASMA

NIM : G041171014

KELAS : G

KELOMPOK : 71

ASISTEN : MONA AYU SANTI

DEPERTEMEN ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah sangat penting bagi kehidupan, tidak ada tanah maka tidak ada akan ada
kehidupan. Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
organik. Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh mahluk hidup.
Ilmu tanah adalah semua pembahasan mengenai tanah yang natural. Ilmu tanah
terbagi 2 cabang yaitu pedologi (pedon) dan endophologi (endophos). Pedologi
adalah mempelajari tentang tanah sebagai benda alam, sedangkan endophologi
adalah mempelajari tentang tanah sebagai tempat tumbuh tanaman.
Tanah berasal berasal dari batuan, mineral, dan bahan organik. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk menjadi bahan
induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa
tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganismedengan bahab mineral dipermukaan
tanah, pembentukan struktur tanah,pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian
atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali
lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang yang berbeda
sifat fisik dan kimianya, lapisan inilah yang disebut sebagai horozon tanah.
Horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelapukan tanah yaitu iklim, mahluk hidup, sifat bahan induk,
topografi, dan waktu.
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
menujukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan
induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh
bahan induk sebagaii bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan
yang berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan
genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam
perkembangan profil tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah
pengamatan tentang profil tanah sebagai langkah awal pengamatan dan peneliian
tentang tanah.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah sebuah pengamatan tentang
profil tanah dengan turun ke lapangan secara langsung untuk mengamati lapisan-
lapisan dan horizon pada tanah.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pengamatan profil tanah yaitu untuk mengamati langsung di
lapangan mengenai profil tanah, karakteristik fisik tanah dan lapisan-lapisan
tanah.
Adapun kegunaan dari pengamatan ini yaitu agar kita dapat mengetahui
dan membedakan tiap-tiap lapisan tanah dengan melihat langsung di lapangan
serta mengetahui karakteristik masing-masing lapisan pada profil tanah tersebut.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah


Profil tanah merupakan vertikal tanah yang membentuk horizon-horizon (lapisan-
lapisan) yang berbeda-beda yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-
C-R baik secara morfologi seperti ketebalan dan warnanya, maupun karakteristik
fisik, kimiawi, dan biologis. Faktor-faktor lingkungan yang bekerja terhadap
bahan induk asalnya maupun bahan-bahan yang eksternalnya baik berupa bahan
organik sisa-sisa biota yang hidup diatasnya dan mineral non bahan induk yang
berasal dari letusan gunung api, atau yang terbawa oleh aliran air. Susunan
horizon-horizon tanah dalam lapisan permukaan bumi mempunyai ketebalan 100-
120cm disebut sebagai profil tanah (Hanafiah, 2014).
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas
hingga bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horizon-horizon
O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum
tanah, horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan
tanah bawah (Hanafiah, 2014).
Dalam manajemen tanah, di Amerika Serikat dikenal suatu konsep yang
disebut pedon-polipedon. Dalam konsep ini suatu bentang lahan, kadangkala
dalam luasan yang kecil saja terdapat berbagai jenis tanah yang baik karakter
maupun cirinya dapat bervariasi. Sereal tanah yang mempunyai karakter dan ciri
yang relatif homogen disebut pedon. Satu pedon mempunyai areal seluas 1–10 m2
tergantung variabilitas tanahnya. Suatu kawasan yang mempunyai banyak pedon
yang berbeda disebut polipedon (pengganti istilan individu tanah), sehingga suatu
bentang lahan merupakan kumpulan dari satu atau beberapa polipedon berbeda
(Hanafiah, 2014).
Darmawijaya (1990) mengemukakan bahwa pohon adalah tubuh tanah asli
berdimensi-tiga berupa profil tanah yang memperlihatkan semua horizon tanah
yang ada dan saling keterkaitannya pada luasan 1-10 m2 dengan batas bahwa
berupa profil tanah yang berupa bidang permukaan yang kabur antara tanah dan
non tanah.
Topsoil merupakan lapisan tanah atas yang mengandung bahan organik,
berwarna gelap dan subur yang memiliki ketebalan sampai 25 cm. Lapisan topsoil
yang tipis menyebabkan kemampuan menyerap dan menyimpan air pada tanah
subsoil yang padat. Lapisan subsoil yang padat dapat menyebabkan pergerakan air
didalam tanah sangat lamat sehingga air sulit masuk kedalam lapisan dibawahnya.
Tanah yang mempunyai berat isi tinggi akan sulit meneruskan air atau
sukar ditembus akar tanaman, sebaliknya tanah dengan berat isi rendah, akar
tanaman lebih mudah berkembang. Sifat dan karakteristik topsoil dan subsoil
seperti berat isi, kadar air, porositas, permeabilitas, dan tekstur dapat memberikan
pengaruh terhadap laju infiltrasi. Tanah sawah didominasi oleh tekstur liat. Hal ini
menyebabkan adanya genangan air pada saat musim penghujan dan rekahan pada
musim kemarau. Salah satu yang dimiliki tanah liat adalah kadar kembang dan
susut yang tinggi yang menyebabkan terdapatnya rekahan pada lahan Haryatmo
1999 dalam (Sani, 2017).
2.2 Sifat Fisik dan Kimia Tanah
2.2.1 Sifat Fisik
Sifat-sifat fisika tanah terdiri dari beberapa sifat yaitu batas-batas horizon, warna
tanah, tekstur, struktur, drainase tanah dan bulk density. Pertama batas-batas
horizon dengan horizon lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau
baur. Dalam pengamatan tanah dilapangan ketajaman peralihan horizon-horizon
ini dibedakan kedalam beberapa tingkat yaitu nyata, jelas, dan baur. Di sampping
itu, bentuk topografi dari batas horizon tersebut dapat rata, berombak, tidak teratur
atau terputus. Kemudian yang kedua warna tanah merupakan petunjuk beberapa
sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberpa faktor yang terdapat
dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Setelah itu kemudian tekstur tanah terdiri
dari butir-butir tanah berbabagai ukuran. Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2
mm sampai lebih kecil dari pedon disebut fragmen batuan atau bahan kasar.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2 mm).
Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka
dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Kemudian sifat
berikutnya yaitu struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir butir tanah.
Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu
sama lain oleh suatu perekat sepertri bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-
lain. Kemudian sifat berikutnya adalah konsistensi menunjukkan kekuatan daya
kohesi butir-butir tanah atau daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-
butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap
gaya yang akan mengubah bentuk. Selanjutnya drainase tanah dimana tanah
ditemukan baik di daerah yang tergenang air maupun daerah-daerah yang kering
yang tidak pernah tergenang air. Mudah tidaknya air hilang dari tanah
menentukan klas dainase tanah tersebut. Tanah yang tektur baik (granule, remah)
mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih muda tersedia dan mudah
diolah. Kemudian yang terakhir bulk density atau kerapatan isi atau bobot isi
menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah
termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan
tanah. Makin padat suatu tanah semakin tinggi bulk density, yang berarti makin
sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman (Hardjowigeno, 2015).
2.2.2 Sifat Kimia
Sifat-sifat kimia tanah meliputi beberapa sifat reaksi tanah (pH tanah),
koloid,kapsitas tukar kation, dan pertukaran anion. Pertama reaksi tanah
menunjukkan sifat keasaman tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen di dalam tanah semakin
masam. Kemudian sifat selanjutnya yaitu koloid tanah. Koloid tanah adalah bahan
mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus sehingga mempunyai luas
permukaan yang saangat tinggi persatuan berat. Kemudian kapasitas tukar kation
adalah ion bermuatan positif. Dimana tanah kation-kation tersebut terlarut di
dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Di samping pertukaran
kation sering ditemukan pula pertukaran anoin walaupun dalam jumlah yang
lebih sedikit. Kation-kation yang terdapat dalam kompleks dalam jerapan koloid
tersebut dapat dibedakan menjadi kation-kation asam. Dimana unsur-unsur hara
esensial adalah unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, dan fungsinya
dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak dalam
jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal
(Hardjowigeno, 2015).
2.3 Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Faktor utama yang berperan dalam proses pembentukan tanah adalah batuan
induk, iklim, dan tumbuhan. Pada tanah yang telah dibudidayakan untuk
pertanian, manusia juga merupakan faktor pembentuk tanah. Semua faktor
tersebut akan berpengaruh dan berinteraksi dalam kurun waktu yang sangat
panjang (Sutanto, 2005).
Tanah tersusun dari lima faktor utama yaitu pertama iklim dimana iklim
merupakan cuaca pada jangka panjang, minimal permusim atau per periode atau
pertahun, dan seterusnya, sedangkan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu
berjangka pendek, misalnya harian, mingguan, bulanan, dan maksimal semusim
atau seperiode. Di antara komponen iklim, yang paling berperan adalah curah
hujan dan temperatur. Pengaruh curah hujan hujan pada pembentukan iklim yaitu
dimana sebagai pelarut dan pengankut, maka air hujan akan memengaruhi
komposisi kimiawi mineral-mineral penyusun tanah, kedalaman dan diferensiasi
profil tanah, dan sifat fisik tanah. Curah hujan berkorelasi erat dengan
penbentukan bahan organik tanah, karena air merupakan komponen utama maka
kurangnya curah hujan akan menghambat proses pertumbuhan dan
perkembangan. Oleh karena itu, pada tanah-tanah daerah arid umumnya dicirikan
oleh rendahnya kadar bahan organik tanah (BOT) dan N, serta aktivitas mikrobia
heterotrofik (penggunaan biomassa sebagai sumber energi dan nutrisinya),
sebaliknya pada tanah-tanah daerah humid, bahkan pada kawasan rawa-rawa akan
terbentuk tanah gambur yang ketebalannya dapat lebih dari dua meter akibat
terhanbatnya mineralisasi dalam proses dekomposisi biomassa (humifikasi lebih
dominan). Sedangkan pada pengaruh temperatur dimana mencerminkan energi
panas matahari yang sampai ke suatu wilayah, sehingga berfungsi sebagai pemicu
proses fisik dalam pembentuk liat dari mineral-mineral pembentuk bahan induk
tanah, dengan mekanisme identik proses pelapukan batuan yang telah diuraikan di
atas (Hanafiah, 2014).
2.4 Batas-batas Horizon
Tanah terdiri atas horizon-horizon yang terletak di atas batuan induk yang
terbentuk dari interaksi berbagai faktor pembentuk tanah seperti iklim, organisme,
bahan induk dan relief yang terjadi sepanjang waktu. Proses yang berbeda dalam
pembentukan tanah akan menghasilkan tanah yang berbeda pula (Rajamuddin,
2014).
Horizon O merupakan lapisan paling atas dan disebut juga lapisan humus
karena kaya akan mineral dan organik yang berasal dari pembusukan daun,
tanaman dan bahan lainnya oleh dekomposer. Lapisan ini sangat tipis dan hanya
beberapa sentimeter saja. Biasanya berwarna hitam. Horizon A disebut juga
lapisan top soil. Lapisan ini merupakan lapisan tanah bagian atas, memiliki
ketebalan 30-35cm. Warna tanah pada lapisan ini cenderung gelap kehitaman
hingga coklat tua. Horizon B disebut juga lapisan subsoil. Warnanya mulai merah
kekuningan. Horzon ini merupakan akar tanaman terbawah. Horizon C merupakan
lapisan induk yang telah melapuk/regolith. Dan yang terakhir adalah horizon
R/bedrock. Lapisan ini merupakan lapisan paling bawah (Pandutamaet, 2003).
Horizon O, ditemukan pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu.
Merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Horizon
A, terletak di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahn
mineral. Merupakan horizon eluviasi yaitu horizon yang mengalami pencucian.
Horizon B, berasal dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan
organik). Horizon C merupakan bahan induk, sedikit terlapuk. Horizon D, atau R,
merupakan keras yang belum lapuk (Hardjowigeno, 1987).
Perlu dijelaskan bahwa tanah tidak selalu mempunyai susunan horizon
seoerti tersebut. Horizon O hanya terdapat pada tanah hutan yang belum
digunakan untuk usaha pertanian. Banyak tanah yang tidah mempunyai horizon
A2 karena tidak terjadi proses pencucian dalam pembentukan tanah trsebut. Di
samping itu ada pula tanah yang hanya mempunyai horizon A dan C saja karena
proses pembentukan tanahnya baru pada tingkat permulaan (Hardjowigeno,
1987).
BAB III. METODOLOGI
3.1 Kondisi Umum Wilayah
Kondisi umum wilayah tempat pengamatan yaitu lereng kelas I datar (KLHK),
bahan induk batuan, bentuk wilayah dataran, dan dengan permeabilitas baik.
Sebelah utara : pemukiman penduduk
Sebelah timur : perkebunan masyarakat
Sebelah selatan : perkebunan masyarakat
Sebelah barat : perkebunan masyarakat
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian profil tanah ini dilakukan di EKSFARM Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin, kecamatan tamalanrea dengan koordinat 5 °7’50” LS dan 119°
29’1”BS pada hari sabtu dan minggu, tanggal 08-09 September 2018.
3.3 Alat dan Bahan
Pada pengamatan profil tanah ini alat yang digunakan adalah cangkul, linggis,
pisau lapangan/cutter, sekop kecil, ring sampel, plastik sampel, lakban hitam,
karet, label, parang/sabit, meteran bar, dan papan. Adapun bahannya yaitu sampel
tanah, buku munsell dan DIP.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Penggalian Profil
Untuk membuat penampang profil, maka langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Membuat lubang besar berbentuk segi empat dengan ukuran 2 x 1,5 m,
supaya kita dapat lebih mudah duduk atau berdiri didalamnya dan
pengamatan dapat dilakukan dengan baik.
b. Menumpuk tanah yang telah digali di sisi samping atas lubang, usahakan
agar tidak terlalu dekat dengan lubang.
c. Melakukan pengamatan disisi lubang yang terpapar sinar matahari, agar
warna tanah terlihat dengan jelas.
d. Mengetahui tekstur tanah dengan dengan melakukan teknik pilin.
3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah Utuh
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengambil sampel tanah utuh adalah
sebagai berikut:
a. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian
meletakkan ring sampel tegak lurus pada permukaan tanah.
b. Menekan ring sampel sampai ¾ bagian ring masuk ke dalam tanah
dengan menggunakan papan dan dipukul dengan batu.
c. Menggalih tanah untuk mengambil ring sampel dengan menggunakan
parang dan linggis.
d. Memotong kelebihan tanah yang ada pada ring sampel.
e. Memasukkan ring sampel ke dalam plastik cetik.
2.4.3 Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengambil sampel tanah terganggu
adalah sebagai berikut:
a. Mengambil tanah dengan menggunakan sekop atau pisau sesuai lapisn
yang akan diambil.
b. Memasukkan tanah ke dalam plastik cetik.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Fragmen Kasar
Konsiste Pori
Kedala Batas Bentuk
Lapis Horis nsi
man Konkresi Horis Strukt
an on Ex:Keri Kerikil/
(cm) on ur
ng Batu Makro
Fe Mn
Mikro
Kerikil Granul
A +
1 1-38 A Keras - sedikit - ar
da +
(kecil) (bulat)
Kerikil Granul
A +
2 39-60 A Keras - sedikit - ar
da +
(kecil) (bulat)

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan profi tanah, kenampakan profil tanah mengalami
erosi yang ringan karena memiliki topografi yang datar. Tekstur tanah pada pada
tanah yang di amati lumayan keras, terbukti pada saat pengambilan tanah utuh
harus di ulang berkali kali karena tekstur tanahnya yang lumayan keras. Pada
profil tanah yang digali hanya memiliki satu horizon saja yaitu horizon A, dan dua
lapisan.
Profil tanah yang kami amati terdapat dua 2 lapisan dan 1 jenis horizon
yang sama dimana lapisan satu memiliki kedalaman 1-38 cm dan lapisan kedua
memiliki kedalaman 39-60 cm sedangkan setiap lapisan memiliki masing-masing
horizon A. Tekstur tanahnya keras, mengandung besi, dan memiliki sedikit kerikil
serta memiliki bentuk struktu granular/bulat. Profil tanah ini juga memiliki sedikit
pori. Sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2015) bahwa tanah dengan
struktur granuler dan remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah bentuknya
membulat, sehingga tidak rapat, sedangkan pada lapisan tanah 1 dan 2
konsistensinya kering teguh sehingga memiliki sifat padat dan kurang tepat jika
digunakan untuk mengolah lahan pertanian.
BAB V. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa tsetiap lapisan
tanah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, mulai dari tekstur, warna dan
sebagainya. Setiap lapisan tanah itu memiliki horizon-horizon yang berbeda,
tergantung dari bahan induknya. Pada praktikum kali ini, takstur tanah lapisan 1
dan lapisan 2 hampir sama yaitu liat berpasir.
4.2 Saran
Untuk praktikum profil tanah sebaiknya menggunakan profil tanah alami
untuk lebih mengefisienkan waktu dan tenaga. Sebaiknya untuk referensi laporan
praktikum bisa menggunakan referensi dibawah 5 tahun karena sangat sulit
menemukan buku ataupun jurnal yang sesuai dengan laporan yang bereferensi di
atas 5 tahun dan tidak menggunakan terlalu banyak referensi karena praktikan
kesulitan untuk mencari referensi yang sesuai dengan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Hanfiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT RajaGrafindo


Perasada.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Medyatama Sarana.
Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Jakarta: CV. Akademika Pressindo.
Pandutama. 2003. Buku Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jawa Timur:
JurusanTanah Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Rajamuddin, U.A, Idham.S. 2014. Karakteristik Morfologi dan Klasifikasi Tanah
Pada Beberapa Sistem Lahan di Kabupatan Jeneponto Sulawesi
Selatan.
Sani, A.R.N, Widiyanto, Iva.D.L. 2017. Hubungan ketebalan topsoil dan
karakteristik lapisan tanah dengan laju infiltrasi.
Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: PT. Kanisius.
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Profil Tanah

Anda mungkin juga menyukai