Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TANAH
“Pengamatan Profil Tanah”

Oleh :

Nama : Muh. Alwis Arya Perkasa


Nim : D1D1 21 005
Kelas :B
Kelompok : IV

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

1
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan suatu hal yang terpenting di bumi ini bagi keberlanjutan
atau kelangsungan hidup semua mahkluk dibumi ini. Jika tanah tidak ada maka kita
tidak akan pernah mengetahui apa itu tanaman, dan jika tidak ada tanah maka kita
tidak akan pernah tau apa itu pertanian. Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi
dan bagian dari kerak bumi.
Tanah berasal dari suatu pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan
organisme yang membentuk tubuh unik yang melapisi batuan.proses pembentukan
tanah dikenal sebagai pedogenesis, proeses unik ini membentuk tanah sebagai tubuh
alami yang terdiri atas lapisan-lapisan atau biasa disebut sebagai horizon. Setiap
horizon pada tanah dapat menceritakan mengenai asal dan proses fisika, kimia dan
biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut, akan tetapi tanah disetiap tempat
memiliki perbedaan, perbedaan ini bukan karna pengaruh internal melainkan proses
alami lainnya yaitu eksternal. Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran.
Bahan tanah yang berukuran lebih dari 2 m disebut bahan kasar yaitu kerikil sampai
batu. Sedangkan bahan-bahan tanah yang lebih halus disebut pasir, debu dan
lempung. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan
perbandingan butir-butir pasir, debu dan lempung.
Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia
dan lingkungan yang meliputi pelapukan. Tanah berbeda dari batuan induknya karna
interaksi antara, hidrosfer, atmosfer, litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari
konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas, dan cair.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh mahluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi
bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa

2
tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral di permukaan
tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas
ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang
pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia
dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang
terbentuk dari meneral anorganik akar. Susunan horozan tanah tersebut biasa disebut
Profil Tanah.
Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh
tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah
sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain
dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentukan, juga terbentuk
karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah yang memiliki perkembangan
genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam
perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan
profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini yaitu:


1. Untuk mengetahui sifat morfologi tanah yang menyusun tubuh tanah
2. Untuk mengetahui perbedaan sifat morfologi tanah antar lapisan pada suatu
profil tanah.
3. Untuk mengetahui perbedaan sifat morfologi tanah pada penggunaan lahan
berbeda.
Manfaat dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara penetapan kelas
tekstur secara kualitatif , untuk mengetahui cara penetapan kelas tekstur dengan
hydrometer untuk mengetahui sebaran kelas tekstur tanah antara berbagai lapisan
tanah pada profil yang sama dan pada berbagai profil yang berbeda dengan berbagai
jenis penggunaan lahan dan kelerengan berbeda.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Profil tanah merupakan penampan vertikal tanah yan terdiri atas horizon-
horizon atau lapisan-lapisan tanah, yan dibedakan atas solum (horizon A dan B),
bahan induk (horizon C) dan batuan induk (R, sin katan dari rock). Pada tanah-tanah
yan ditumbuhi ve etasi lebat (misalnya hutan, padan rumput dan lain-lain) di atas
horizon A serin kali dijumpai horizon O. Solum tanah (horison A dan B).adalah ba
ian profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah proses pedogenik
(Rayes, 2016).
Tanah merupakan bahan alami yang sangat penting dalam suatu ekosistem.
Peranan tanah dalam kehidupan manusia amat menentukan. Petani yang
mengandalkan tanah untuk berproduksi membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
dapat memahami perilaku tanahnya. Berdasarkan pengalamannya petani dapat
mengetahui bagaimana sebaiknya mengelola tanah yang dimilikinya agar dapat
menghasilkan produksi yang setinggi mungkin. Seorang ahli dalam bidang rekayasa
perlu memahami sifat-sifat tanah di tempat ini akan membangun suatu bangunan,
apakah berupa gedung, jalan raya, instalasi pipa-pipa penyalur gas atau minyak dan
lain-lain. Pemahaman sifat-sifat tanah ini sangat menentukan umur bangunan yang
akan dibangun di lokasi tersebut (Rayes, 2017)
Mengapa kedudukan tanah begitu penting dalam menopang kehidupan? Ini
tidak lain karena seluruh makhluk hidup ternyata tersusun oleh anasir-anasir yang
sebagian besar berasal dari tanah. Anasir-anasir ini diserap oleh makhluk hidup
melalui Rantai Makanan dengan tanaman berada di garda terdepan. Tanaman melalui
akarnya menyerap anasir-anasir tanah yang disebut Unsur Hara dan kemudian
memanfaatkannya untuk menyimpan energi yang berasal dari matahari dalam bentuk
senyawa-senyawa kimia. Senyawa-senyawa kimia ini, di antaranya dalam bentuk
gula, protein, dan lemak, kemudian dimanfaatkan oleh hewan dan manusia melalui

4
rantai makanan. Selain memanfaatkan energi matahari yang sudah diubah dalam
bentuk senyawa kimia, hewan dan manusia juga memanfaatkan unsur hara penyusun
senyawa kimia tersebut, yang asal usulnya adalah dari dalam tanah. Dengan cara
seperti ini, kehidupan di atas tanah dapat berlangsung ribuan bahkan jutaan tahun,
dengan matahari sebagai Sumber Energi, tanaman sebagai penangkap dan penerus
energi sekaligus sebagai Produsen kemasan energi matahari dalam bentuk makanan
serta hewan dan manusia sebagai Konsumer. Akibatnya, hewan dan manusia sangat
tergantung pada tanaman, sedangkan tanaman sangat tergantung pada tanah (Kadir,
2020).
Pengamatan melalui profil tanah diperlukan untuk mendapatkan data sifat-
sifat morfologi tanah secara lengkap, karena sisi profil dapat terlihat dengan jelas.
Pada kondisi tertentu, pembuatan profil tidak bisa dilakukan, misal tanah tergenang
air atau muka air tanah dangkal, tekstur tanah terlalu kasar (pasir), gambut dalam
kondisi bukan gambut matang. Dalam kondisi demikian pengamatan tanah dapat
dilakukan melalui pemboran atau minipit pada bagian atas, yang kemudian
dilanjutkan dengan pemboran (Sukarman, et al., 2017).
Tanah merupakan suatu partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh
proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi tanah berbeda dari
bahan induknya karena interaksi biosfer ini adalah campuran dari konsistensi mineral
dan organik yang dalam keadan padat.pembentukan lapisan atau perkembangan
horizon dapat membangun tumbuh alam yang di sebut tanah.tetapi tanah di cirikan
oleh susunan horizon tertentu secara umum dapat dapat di sebut bahwa setiap profil
tanah terdiri dua atau lebih horizon utama dan dapat di bedakan berdasarkan warna
tanah dan tekstrunya (suwarno, 2013).
kandungan bahan organic tanah merupakan salah satu faktor yang beperan
dalam pembentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian hal ini di karenakan bahan
organic tanah dapat meningkatkan kesuburan kimia,fisika dan biologi tanah,bahan
organic tanah dilakukan berdasarkan jumlah. (Hardjominoto, 2014).

5
Sistem klasifikasi tanah yang digunakan untuk mengelompokkan tanah
berdasarkan kesamaan dan kemiripan sifat yang dimiliki yaitu sistem soil taxonomy
USDA dari kategori ordo hingga family sehingga sifat-sifat tanah yang penting untuk
pertanian atau engineering dapat diketahui secara lebih pasti dan terperinci. Tiap
tanah memiliki sifat yang khas, data mengenai morfologi dan klasifikasi tanah
khususnya inceptisol mutlak diperlukan sebab inceptisol merupakan tanah yang
belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lemah karena terdapat
dalam keseimbangan dengan lingkungan sehingga penggunaan inceptisol untuk
pertanian dan non pertanian beraneka ragam tergantung kondisi lingkungan tempat
inceptisol terbentuk (Rajamuddin & Sanusi, 2014).
Profil tanah dibuat dengan dimensi 1,5 m x 1 m dan kedalaman 1 m atau
sampai bertemu batuan induk untuk pengamatan morfologi tanah dan sampling untuk
analisis laboratorium. Pengamatan morfologi tanah antar dan di sekitar profil
dilakukan dengan bor belgi sampai kedalaman control section tercapai. Pengamatan
profil meliputi identifikasi batas-batas horison, kedalaman solum, kedalaman efektif,
ada tidaknya epipedon dan horison penciri. Penentuan karakteristik tanah pada setiap
horison meliputi warna, tekstur, struktur, konsistensi, kondisi perakaran dan sifat-sifat
lain yang terdapat dalam setiap horison (Widiatmakaa, et al., 2015).
Hasil proses pembentukan tanah dicerminkan dalam morfologi profil tanah
yang bersangkutan. Morfologi tanah adalah corak, sifat dan karakteristik profil tanah.
Profil tanah adalah penampang tegak tanah yang dibuat sedalam ±1,5 m atau sampai
bahan induk. Semua corak, sifat dan karakteristik yang harus diamati dari profil tanah
adalah meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi dan sifat-sifat lain seperti padas, air
tanah, glei, bahan organik, keadaan batuan dan kerikil. Pembentukan lapisan atau
perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang disebut tanah. Tiap tanah
dicirikan oleh susunan tertentu horizon. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap
profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama.Tiap horizon dapat dibedakan
berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya (Utomo, 2016).

6
Pembuatan profil tanah dilakukan dengan penggalian profil tanah dengan
panjang x lebar x dalam (150 cm x 100 cm x 150 cm) hingga sampai terdapat lapisan
bahan induk. Pengisian data profil tanah meliputi pengamatan terhadap keadaan
lingkungan lahan seperti cuaca, tinggi tempat, kelerengan, vegetasi, dan penggunaan
lahan serta pengamatan sifat-sifat morfologi tanah seperti susunan horizon, warna,
tekstur, struktur, konsistensi/plastisitas, karatan, perakaran, dan pH tanah di lapangan.
Batas lapisan tiap horizon ditandai atau diberi garis, masing-masing horizon diamati
dari atas sampai ke bahan induknya. Apabila telah diperoleh keterangan dari setiap
horizon, maka simbol horizonnya dapat ditentukan. Untuk keperluan analisis di
laboratorium, sampel-sampel tanah diambil pada setiap lapisan horizon (Ferdeanty, et
al., 2019).

7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1Tempat dan Waktu

Praktikum ini dillaksanakan pada hari Sabtu19 November 2022 pada pukul
08.00 sampai selesai. Yang berlokasi di lahan 3 Fakultas Pertanian Universitas Halu
Oleo, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi cangkul, sekop, patiba, parang, bor tanah, pisau
cutter, tali rafia, meteran kain, meteran roll , ring sampel, gunting, jarum pentul dan
alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu : Kertas label, kantung kresek,
pH lakmus, dan lakban.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:


1. Keadaan penampang harus profil harus masih bersifat alami, solum dibawah
lapisan atas atau lapisan oleh belum banyak terganggu oleh tenaga mekanis
luar.
2. Lakukan penggalian dengan alat cangkul, skop, patiba dengan ukuran
panjang, lebar yang ditelah ditentukan.
3. Sambil memperhatikan perbedaan warna, tekstur, konsisitensi, dapat ditarik
batas-batas lapisan sebagai tahap pertama (jika warna dan tekstur sama maka
perbedaan struktur, konsistensi dan kabdungan bahan kasar dapat digunakan
untuk menentukan batas lapisan selanjutnya).
4. Tiap lapisan/horizon diberi nomor/kode berturut-turut dari atas ke bawah
kemudian dilakukan deskripsi dengan mengukur kedalaman masing-masing

8
lapisan, menemukan warna, tekstur, struktur, pori, konsisitensi, karatan, pH,
serta kondisi perakaran.
5. Kemudian lakukan pengamatan penampang secara keseluruhan untuk
menentukan tingkat perkembangan tanah berdasarkanjumlah lapisan/horizon.
Tentukan pula kedalaman solum, top soil, sub soil, sub soil, kedalaman
efektif, dan kedalaman tanah.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Pengamatan Profil Tanah

Berdasarkan pengamatan data pada profil 01 sebagai berikut :


No. Profil : P-01

Unit lahan : 03

Hari/tanggal : 19 November 2022

pengamat : Novita Cahyani

Lokasi : Lahan percobaan 3 Fakultas Pertanian Universitas Halu


Oleo

Koordinat : 4֯0′53 LS dan 122֯31′31 LU

Tinggi m dpl : 29 m dpl

Lereng (%) : 0-3%

Landform :-

Bahan Induk :-

Bentuk relief :

Cuaca:

- Sekarang : Mendung
- Kemarin
: Hujan

Drainase :

10
- Permukaan

- Dalam

Bahaya erosi :-

Bahaya Banjir :-

Batuan Permukaan :-

Singkapan Bantuan :-

Jeluk Mempan :-

Penggunaan lahan : Lahan perkebunan

Vegetasi : Semak belukar

Klasifikasi tanah USDA (2010)

- Ordo :-
- Subgrup :-
Berdasarkan pengamatan data pada profil 02 sebagai berikut :
No. Profil : P-02

Unit lahan : 03

Hari/tanggal : 19 November 2022

pengamat : Muh. Alwis Arya Perkasa

Lokasi : Lahan percobaan 3 Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

Koordinat : -4.0157766666666666֯ L dan 122.52324333333333֯ B

Tinggi m dpl : 82 m dpl

11
Lereng (%) : 0-3 %

Cuaca:
- Sekarang : Mendung
- Kemarin : Hujan

Berdasarkan pengamatan data pada profil 01 sebagai berikut :


No. Profil : P-03
Unit lahan : 03

Hari/tanggal : 19 November 2022

Pengamat : Fitrahayu

Lokasi : Lahan percobaan 3 Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

Koordinat :

Tinggi m dpl :

Lereng (%) :

Cuaca:

- Sekarang : Mendung
- Kemarin
: Hujan

Vegetasi : Hutan

12
4.1.1. Tabel Karakteristik Internal Profil 1 : Vegetasi Semak Belukar
Uraian

Lapisa Dalam lapisan; tekstur; struktur (bentuk, ukuran, derajat);


Horizon konsistensi lembab dan basah; pori (makro, meso, mikro);
n
batas lapisan; topografi lapisan; perakaran; (kasar, sedang,
halus), Ph

0-12/28; lempung liat berdebu (Si Cl L); struktur (bentuknya


kubus bersudut (ab), ukurannya sangat halus (VF), derajatnya
lemah (1)); konsistensi lembabnya gembur (f) dan konsistensi
I A basahnya lekat (s) dan tidak plastis (Po); pori (makros sedikit
(sd), meso sedang (s), mikro banyak (b)); batas lapisan sangat
jelas (a); topografi lapisan lurus teratur (s); perakarannya kasar
banyak sampai 47 cm; pH 3.

12/28-21/34; liat berdebu (SiCl); struktur (bentuknya kubus


bersudut (ab), ukurannya halus (F), derajatnya lemah (1));
konsistensi lembabnya gembur (f) dan konsistensi basahnya
II AB agak lekat (ss) dan plastis (P); pori (makro sedang (sd), meso
banyak (b), mikro banyak (b)); batas lapisan jelas (b);
topografi lapisan berombak (w); perakarannya kasar banyak
sampai 47 cm; pH 4.

III B 21/34-76/86; liat berdebu (SiCl); struktur (bentuknya kubus


bersudut (ab), ukurannya sedang (M), derajatnya sedang (2));
konsistensi lembabnya teguh (t) dan konsistensi basahnya agak
lekat (ss) dan plastis (P); pori (makro sedang (sd), meso
banyak (b), mikro banyak (b)); batas lapisan jelas (b);
topografi lapisan berombak (w); perakarannya kasar banyak

13
sampai 47 cm; pH 4.

76/86-96; struktur (ukurannya kasar (C), derajatnya kuat (1));


IV C
konsistensi lembabnya gembur (f); batas lapisan jelas (b)

4.1.2. Tabel Karakteristik Internal Profil 2 : Vegetasi Alang-Alang

Uraian

Dalam lapisan; batas lapisan (bentuk)/


batas topografi; warna; tekstur; struktur

Lapisan Horison (taraf perkembangan, ukuran, bentuk);


kode struktur; pori (mikro, meso, makro);
ripening; konsistensi lembab dan basah;
karatan (jumlah, ukuran, bandingan, batas
bentuk); pH lapang; perakaran

Dalam lapisan 0-8/8-23 cm; bentuk batas


lapisan tidak teratur (i); warna 5YR 4/1
Dark Grey; tekstur liat berpasir (ClS);
struktur [taraf perkembangan kuat (3),
ukuran VC (sangat kasar), bentuk kubus
A membulat (sb)]; kode struktur 3 VC sb;
I
A1 pori [mikro sedikit (sd), meso banyak (b),
makro sedikit (sd)]; ripening matang (1);
konsistensi basah [tidak lekat (so) dan
plastisitas plastis (p)], konsistensi lembab
lepas (l); karatan (tidak ada); pH 5;
perakaran (kasar banyak sampai 8 cm).

II Dalam lapisan 23-41/41-54 cm; bentuk

14
batas lapisan tidak teratur (i); warna 2,5YR
6/6 Olive Yellow; tekstur liat (Cl); struktur
[taraf perkembangan sedang (2), ukuran M
(sedang), bentuk kubus bersudut (sb)];
kode struktur 2 M sb; pori [mikro sedikit
(sd), meso banyak (sd), makro sangat
B banyak (sd)]; ripening matang (1);

B1 konsistensi basah [tidak lekat (so) dan


plastisitasnya agak plastis (ps)], konsistensi
lembab lepas (l); karatan [jumlahnya
sedikit (sd), ukurannya sedang (s),
bandingannya baur (b), batasnya sedang
(s), bentuknya lidah (li)]; pH 5; perakaran
(tidak ada).

III C Dalam lapisan 91 cm; bentuk batas lapisan


berombak (w); warna 2,5Y 8/6 Yellow;
tekstur liat berdebu (SiCl); struktur [taraf
perkembangan sedang (2), ukuran M
(sedang), bentuk kubus bersudut (sb)];
kode struktur 2 M sb; pori [mikro sedikit
(sd), meso sedikit (sd), makro sedikit (sd)];
ripening matang (1); konsistensi basah
[lekat (s) dan plastisitasnya sangat plastis
(vp)], konsistensi lembab gembur (f);
karatan [jumlahnya banyak (ba), ukuran
besar (b), bandingan nyata (n), batas jelas
(j), bentuknya api (ap)]; pH 5; perakaran

15
(tidak ada).

4.1.3. Tabel Karakteristik Internal Profil 3 : Vegetasi Hutan

Lapisan Horizon Uraian

I Dalam lapisan 0-19/19-25. Warna 2,5 y 5/4 light olive


brown, tekstur liat, struktur (bentuk remah ukuran: sedang)
A konsistensi basa (keadaan agak lekat, tidak plastis), pori
meso sedikit, konsistensi lembab (keadaan gembur),
perakaran (kasar banyak), pH lapang 6,8.

II Dalam lapisan 25-76/76-87. Warna 2,5 y 6/6 olive yellow,


tekstur lempung berliat, struktur (bentuk kubus bersudut
ukuran: kasar) konsistensi basa (keadaan agak lekat, tidak
plastis), pori mikro banyak, konsistensi lembab (keadaan
B
sangat teguh), perakaran (kasar sedang), ph lapang 7.

III C Dalam lapisan 87-145/145-149. Warna 2,5 y 6/8 olive


yellow, tekstur lempung berliat, struktur (bentuk kubus
bersudut) konsistensi basa (keadaan agak lekat, sangat
plastis), pori makro sedang, konsistensi lembab (keadaan
sangat teguh), perakaran (halus sedikit), ph lapang 6.9

16
4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil tabel pengamatan diatas pada karakteristik eksternal profil 1


memiliki tinggi lokasi mdpl yaitu 29 m dpl, dengan cuaca mendung hujan, bentuk
relief datar, vegetasi semak belukar,ancaman banjir tidak ada, gejala erosi tidak ada,
dan Drainase tidak ada.
Berdasarkan karakteristik internal profil 1 pada lapisan I kedalaman lapisan 0-
12/-28, tekstur lempung liat berdebu (Si Cl L) Struktur berbentuk kubus bersudut
(ab), ukuran sangat halus (VF), derajat/taraf perkembangan lemah (1); konsistensi
lembab yaitu gembur (f), konsistensi basah lekat (s) dan tidak plastis (Po); pori makro
sedikit (Sd), meso sedang (S) dan mikro banyak (B); batas lapisan sangat jelas (a);
topografi lapisan lurus teratur (s); perakaran kasar banyak sampai 47 cm dengan pH
3.
Pada lapisan II kedalaman lapisan 12/28-21/34; tekstur liat berdebu (Si Cl );
Struktur berbentuk kubus bersudut (ab), ukuran halus (F), derajat/taraf perkembangan
lemah (1); konsistensi lembab yaitu gembur (f), konsistensi basah agak lekat (ss) dan
plastis (p); pori makro sedang (s), meso banyak (b) dan mikro banyak (b); batas
lapisan jelas (b); topografi lapisan berombak (w); perakaran kasar banyak sampai 47
cm dengan pH 4.
Pada lapisan III kedalaman lapisan 21/34-76/86; tekstur liat berdebu (Si Cl );
Struktur berbentuk kubus bersudut (ab), ukuran sedang (M), derajat/taraf
perkembangan sedang (2); konsistensi lembab yaitu teguh (t), konsistensi basah agak
lekat (ss) dan plastis (p); pori makro sedang (S), meso banyak (B) dan mikro banyak
(B); batas lapisan jelas (b); topografi lapisan berombak (w); perakaran kasar banyak
sampai 47 cm dengan pH 4.
Pada lapisan IV kedalaman lapisan 76/86-96; Struktur berukuran kasar (C),
derajat/taraf perkembangan kuat (3); konsistensi lembab yaitu gembur; batas lapisan
jelas (b).

17
Berdasarkan hasil pengamatan eksternal profil 2 yang berlokasi di lahan
percobaan 3 FP UHO berada pada ketinggian 82 m dpl dengan cuaca sehari sebelum
praktikum adalah hujan dan cuaca saat praktikum itu mendung, berlereng tunggal
dengan bentuk lereng yang datar pada vegetasi asli dominan alang-alang.
Berdasarkan pengamatan internal profil 2 lapisan I/horizon A A1 memiliki
kedalaman 0-23/23-41 cm, hue 5 YR (Yellow-Red) value 4 dan chroma 1 sehingga
penentuan warnanya pada buku Munsell Soil Color Chart adalah dark grey (abu-abu
gelap), bertekstur liat berpasir, strukturnya memiliki taraf perkembangan yang kuat,
ukurannya sangat kasar, bentuknya kubus membulat, kode strukturnya 3 VC sb,
memiliki pori mikro sedikit, meso banyak, makro sedikit, ripeningnya matang yaitu
teguh tidak melekat pada tangan dan tidak bisa dilewatkan melalui jari-jari, dalam
konsistensi basah tanahnya tidak lekat dan plastis, dalam konsistensi lembab tanahnya
lepas, tidak terdapat karatan, memiliki pH lapang 5, ukuran perakarannya kasar
(sampai 8 cm) dan jumlahnya banyak.
Lapisan II/ Horizon B B1 memiliki kedalaman lapisan 23-41/41-54 cm, hue
2,5YR (Yellow-Red) value 6 dan chroma 6 sehingga penentuan warnanya pada buku
Munsell Soil Color Chart adalah olive yellow (kuning zaitun), bertekstur liat,
strukturnya memiliki taraf perkembangan yang sedang, ukurannya sedang, bentuknya
kubus bersudut, kode strukturnya 2 M sb, memiliki pori mikro sedikit, meso banyak,
makro sangat banyak, ripeningnya matang yaitu teguh tidak melekat pada tangan dan
tidak bisa dilewatkan melalui jari-jari, dalam konsistensi basah tanahnya tidak lekat
dan agak plastis, dalam konsistensi lembab tanahnya lepas, jumlah karatannya sedikit,
ukurannya sedang, bandingannya baur, batasnya sedang, bentuknya lidah, memiliki
pH lapang 5, tidak terdapat perakaran.
Lapisan III/ Horizon C memiliki kedalaman lapisan 91 cm, hue 2,5Y (Yellow)
value 8 dan chroma 6 sehingga penentuan warnanya pada buku Munsell Soil Color
Chart adalah yellow (kuning), bertekstur liat berdebu, strukturnya memiliki taraf
perkembangan yang sedang, ukurannya sedang, bentuknya kubus bersudut, kode
strukturnya 2 M sb, memiliki pori mikro sedikit, meso sedikit, makro sedikit,
18
ripeningnya matang yaitu teguh tidak melekat pada tangan dan tidak bisa dilewatkan
melalui jari-jari, dalam konsistensi basah tanahnya lekat dan sangat plastis, dalam
konsistensi lembab tanahnya gembur, jumlah karatannya banyak, ukurannya besar,
bandingannya nyata, batasnya jelas, bentuknya api, memiliki pH lapang 5, tidak
terdapat perakaran.
Lapisan I horizon A Memiliki kedalaman 0-19/19-25cm warna 2,5 Y 5/4
(light olive brown) bertekstur liat, struktur remah dengan ukuran sedang konsistensi
dalam keadaan lembab(gembur) konsistensi dalam keadaan basah (agak lekat dan
tidak plaktis), pori meso, berjumlah sedikit. topografi bergelombang, kondisi
perakaran banyak, pH tanah 6,8.
Lapisan II horizon B Memiliki kedalaman 25-76 76-87 cm, warna 2,5 Y 6/6
(olive yellow) bertekstur debu berliat, struktur kubus bersudut berukuran kasar,
konsistensi dalam kedaan lembab (sangat tegguh) konsistensi dalam keadaan basah
(agak lekat dan plastis), poti mikro bejumlah banyak, tpografi brgrlombang dengan
kondisi perakaran sedang pH 7,0.
Lapisan III horizon C Memiliki kedalaman 87-145/245-249, wama 2.5 Y 6/8
(olive yellow) tekstur pasir berlempung, struktur berbentuk kubus membulat
konsistensi dalam keadaan lembab (sangat teguh), konsistensi tanah basah (sangat
lekat dan sangat plastis), pori makro berjumlah sedang. topografi bergelombang,
kondisi perakaran sedikit dengan pH 6,9.

19
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan
bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh
perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentukan, juga terbentuk karena
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah yang memiliki perkembangan
genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam
perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan
profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.

5.2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah mahasiswa perlu mengetahui alat-
alat yang digunakan untuk melakukan survey lahan dan teknik pengambilan sampel
tanah, dengan adanya kita melakukan praktikum kita bisa mengetahui warna-warna
tanah, horizon-horizon tanah, tekstur tanah, dan jenis-jenis tanah, serta lapisan-
lapisan tanah

20
DAFTAR PUSTAKA

Ferdeanty. et al. 2019. Karakteristik Morfologi dan Klasifikasi Tanah Andisol di


Lahan Kering Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian Universitas Syiah Kuala. 4(4).2-3
Hardjominoto, 2014, klasifikasi tanah, Gadja mada university press.yogyakarta
Kadir. A. S. 2020. Ilmu Tanah. Global Madani Press. Bandar Lampung 4-5
Rayes, 2016. Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Malang: Unit Penerbitan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya

Rayes, M. L. (2017). Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Malang: UB Press.

Rajamuddin, U. A., & Sanusi, I. ( 2014 ). "Karakteristik Morfologi dan Klasifikasi Tanah
Inceptisol pada Beberapa Sistem Lahan di Kabupaten Jeneponto District Of
South Sulawesi". J. agroland , 81-85.

Sukarman, Ritung S, Anda M, Suryani E. 2017. Pedoman Pengamatan Tanah di


Lapangan. Jakarta: IAARD Press
Suwarmo. 2013, susunan tanah berdasarkan lapisan.UNPAD Press.
Utomo, D. H. (2016). "Morfologi Profil Tanah Vertisol di Kecamatan Kraton, Kabupaten
Pasuruan". Jurnal Pendidikan Geografi , 47-57.

Widiatmakaa, Medirantob, A., & Widjajaa, H. (2015). Karakteristik, Klasifikasi Tanah, dan
Pertumbuhan Tanaman Jati (Tectona Grandis Lnn f.) Var. Unggul Nusantara
di Ciampea, Kabupaten Bogor. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan , 87-97.

21

Anda mungkin juga menyukai