BAB I
PENDAHULUAN
1.1. La
tar Belakang
Geografis Pulau Buton merupakan salah satu wilayah pada Sulawesi Tenggara
yang terdapat banyak bahasa dengan ciri dan dialek yang berbeda beda. Tak
banyak daerah di Indonesia memiliki bahasa lokal dengan jumlah yang banyak
untuk digunakan oleh masyarakat dalam satu pulau kecil. Kalau kita melihat
wilayahnya begitu luas dan jumlah penduduknya yang padat, masyarakat hanya
menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa daerah mereka. Kalau kita bandingkan
dengan luas wilayah Buton yang kira-kira 4.408 km² dengan jumlah penduduk
sekitar 500 ribu jiwa, tentu tak sebanding dengan Pulau Jawa dan pulau-pulau lain
dan bahasa. Buton tak hanya menyimpan banyak cerita tentang sejarah tetapi
oleh masyarakat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Setakat ini, etnis Buton
seorang profesor dari Korea, Chun Thai Yun meyakini adanya kekhasan yang
Pada masyarakat Buton terdapat beberapa bahasa populer yang digunakan oleh
saja yang terbentuk oleh perjalanan historis suatu masyarakat tersebut. Terdapat
banyak sekali aneka ragam bahasa yang diakui oleh penduduk setempat: Wolio,
Baru, Todanga, Wabula dan Cia-Cia (kesemua bahasa ini terdapat di pulau
Buton); Wasilomata, Muna, Siompu, Rahantari (di pulau Kabaena); dan Pulo
(Kapota), Pulo (Kaledupa), Pulo (Tomia), Pulo (Binongko), keempat bahasa yang
terakhir ini terdapat di kepulauan Tukangbesi. Ada juga bahasa yang terbentuk
karena historis seperti misalnya Bahasa Kalende yang lahir dari masyarakat yang
liar dimana masyarakat ini terkenal kritis dan suka membangkang atas kebijakan
kesultanan sehingga masyarakat ini selalu tinggal jauh dari kesultanan buton
namun tetap berada pada wilayah administratif kesultanan buton, bahasa ini masih
digunakan masyarakat Desa Wabou sebuah kampung kecil yang lokasinya berada
Keragaman bahasa ini bila dikaitkan dengan realitas sosial akan menimbulkan
buton namun tidak beragam dari sisi bahasa sehingga akan membentuk kelompok-
kesadaran diri yang ditemukan dalam individu modern. Identitas merupakan sifat
lebih mengacu kepada penampilan yang didasari pada suatu harapan terhadap
budaya.
Orang Buton memang tidak bisa dikatakan beragam karena muncul juga
ungkapan bahwa menyebut penduduk yang tinggal sepanjang pantai dekat Kota
Baubausebagai orang Pancana yang awalnya berasal dari penduduk Lakudo dan
Bombawanulu di bagian selatan pulau Muna yang menjadi hamba dari Murhum,
sehingga di dalam tradisi Wolio diyakini orang Pancana itu dibawa oleh raja
Murhum dari pulau Muna ketika ia menjadi raja di Buton (masa pemerintahan
Oleh karena latar belakang historisitas seperti itu, istilah orang Pancana, untuk
menyebut orang yang tinggal di sepanjang pantai dekat Kota Baubau, merupakan
istilah yang dilihat dari sudut pandang Orang Wolio, karena kata Pancana itu
secara harafiah berarti “daerah caplokan”. Orang Katobengke, yang juga tinggal
di sepanjang pantai dekat Keraton Wolio, juga sering disebut oleh Orang Wolio
Fokus dalam hal bahasa Wolio masyarakat Baubau bahwa, identitas Bahasa
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1) Garis keturunan
artikan bahwa Dalam Sejarah Linguistik, klasifikasi bahasa menurut hipotesis asal
Bahasa yang terkait genetik memiliki nenek moyang yang sama. Terminologi
deskripsi berasal dari yang dari pohon keluarga hubungan manusia. Link non-
genetik antara bahasa juga dapat dibentuk dengan menggunakan teknik linguistik
komparatif (Kristal, 2008: 209). Bahasa Wolio dari telaah keberagaman yang
bentuk identitas yang dibangun oleh masyarakat Buton sebagai alat pemersatu
sehingga mampu hidup rukun dan melihat keberagaman sebagai keaneka ragaman
masyarakat Buton, maka hasilnya dapat digunakan sebagai salah satu bentuk
keragaman baru yang dan dapat dugunakan untuk dalam ciri orang Buton.
bahasa yang dipakai atau dituturkan oleh masyarakat Cia-Cia yang dominan
Bahasa Wolio juga digunakan sebagai alat komunikasi antar masyarakat yang
digunakan oleh mayarakat Buton yang bermukin di daratan Muna dan bahasa
pada wilayah Buton bagian tengah dan sebagian pula digunakan oleh masyarakat
pada wilayah Buton bagian selatan dan Bahasa Pulo (Kapota), Pulo (Kaledupa),
Buton, selain bahasa Pancana (Muna), bahasa Cia-Cia, bahasa Moronene, bahasa
bahasa Wolio pada masa pemerintahan kerajaan Buton meliputi wilayah pusat
lainnya yang terdapat di kerajaan Buton adalah, bahasa Wolio memiliki sistem
aksara yang baku yang diadopsi dari aksara Arab dan aksara Jawi (Arab-Melayu).
Hal ini dapat disaksikan melalui berbagai peninggalan tertulis (naskah kuno) yang
almarhum Abdul Mulku Zahari di Kota Baubau Wolio Buton. Naskah-naskah kuno
menggunakan beberapa bahasa yaitu bahasa Melayu, Arab, Bugis, Belanda dan
Jepang.
Dari segi perkembangan kosa kata, meskipun belum ada hasil penelitian khusus
di bidang etnografi komunikasi , akan tetapi dapat dipastikan bahwa kosa kata
Bahasa Wolio pada warga Kota Baubau menjadi identitas warganya, dikarekan
Bahasa Wolio kini sudah tidak menjadi sebuah identitas setelah mengalami
perjalanan panjang dari kesultanan yang kemudian di Pada tahun 1960 Kesultanan
Buton dibubarkan.
Pada tahun 1960-an Buton hal ini menyebabkan proses marginalisasi dalam
politik dan sejarah Buton. Belum ada etnografi lengkap mengenai Daerah Buton
(tetapi lihat Schoorl 1985, 1986, 1987 dan Southon 1995) menjadi icon
24
pemersatu Masyarakat Buton. Penelitian ini akan dilakukan pada Kota Baubau
yang merupakan satu daerah yang muncul setelah Kesultanan Buton berakhir
yang kemudian berubah menjadi salah satu otonomi baru, sehingga Kota Baubau
menjadi salah satu lokasi yang cukup menarik dikarenakan Kota Baubau
merupakan daerah yang belum ada saat Kesultanan Buton dan kemudian Kota
Baubau menjadi kawasan Masyarakat Buton pada umumnya saat ini dan kawasan
para pendatang. Penelitian ini juga hendak menjelaskan dan menemukan diantara
jumlah Bahasa Buton yang cukup banyak sekitar 14 bahasa daerah (Fox 1995)
7
yang menjadi identitas Bahasa Buton pada masyarakat Kota Baubau yang
Baubau sebagai sebuah Kota menjadikan Bahasa Wolio cenderung terlupakan dan
Bahasa wolio tidak lagi menjadi bahasa yang wajib untuk di pahami oleh warga
Hal ini pula yang menyebabkan antara sesama Warga Baubau sering terjadi
konflik, asumsinya bahwa konflik yang terjadi pada Warga Baubau dikarenakan
tidak ada indentitas yang mempersatukan Warga Baubau salah satunya dari sisi
bahasa. Bahasa Wolio pada dasarnya merupakan bahasa utama dalam transaksi
komunikasi warganya, begitu pula denga Kota Baubau itu sendiri. Ada
marjinalisasi secara alamiah. Keadaan ini dapat kita lihat berdasarkan faktor-
mempengaruhi hal ini terlihat dari dua faktor penting yaitu faktor lingkungan atau
terlestarikan sehingga mereka memahami dengan baik Bahasa Wolio itu sendiri
akan tetapi bila kita lihat pada usia kelahiran minimal tahun 90-an keatas
8
mulai terkikis hal ini dikarenakan pada usia mereka Bahasa Wolio sudah jarang
paham akan bahasa komunikasi itu sangat tinggi. Hal ini pula yang memicu
konflik antar warga Baubau itu sendiri seperti konflik Bone-bone dan Tarafu atau
Kanakea dan Wameo padahal kalau kita melihat populasi warga dari lingkungan
yang sering konflik adalah warga wolio. Asumsinya bahwa dengan tidak
dipahaminya bahasa wolio sebagai sebuah identitas bahasa maka pada sisi budaya
tidak ada pemersatu bagi mereka yang sering melakukan kegiatan anarkis antar
lingkungan, hal ini dikarenakan mereka tidak saling memahami dan paham bahwa
mereka sama-sama warga wolio yang di ikat oleh bahasa yang sama.
atara puluhan tahun yang silam dan Kota Baubau beberapa tahun belakangan
sudah sangat berubah. Warga Kota Baubau kini sudah terbagi oleh populasi warga
yang heterogen, bahkan kalau dipetakan pada wilayah Kota Baubau dapat terlihat
heterogensi tersebut. Wilayah Kota Baubau di belah oleh lintasan sungai yang
membagi Kota Baubau menjadi dua wilayah yaitu Timur dan Barat. Pada wilayah
timur seperti kawasan Bone-bone, Wameo, Lipu, Kanakea dan wilayah lainnya
Jawa, Bugis dan lain-lain hanya kawasan Batu’lo yang mayoritasnya warga wolio.
Hal ini menjadi faktor bahasa wolio cenderung tidak dipahami dikarenakan sudah
9
bersaing dan bercampur dengan bahasa dan dialeg bahasa pendatang seperti
Maka dari latar belakang yang peneliti telah paparkan dan asumsi dasar yang
peneliti lakukan maka peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan yang berjudul
1.1. Ru
musan Masalah
Bahasa Wolio pada Warga Baubau dalam kaitannya terhadap pemersatu warga
Baubau. Budaya memang pada dasarnya menjadi alat pemersatu dan keragaman
bahasa sebagai keanekaragaman budaya, akan tetapi dalam Warga Baubau yang
memiliki banyak bahasa dan hampir digunakan semuanya pada wilayah wilayah
di daratan Kota Baubau dan seringnya terjadi konflik dan kelompok masyarakat
hal ini juga kaitannya dengan kecenderungan Bahasa Wolio sudah mulai jarang
digunakan sehingga ada kecenderungan adanya pomelik atas bahasa terhadap icon
Edward Sapir yang menyatakan bahwa susunan bahasa suatu budaya menentukan
berikut:
10
Kota Baubau ?
Bahasa Wolio?
1.2. Tu
juan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari
1.3. Ma
nfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Buton, yang secara tidak langsung menambah referensi kajian dialektologi dan
2. Praktis
11
terpisah oleh lautan. Bukti kekerabatan bahasa merupakan bukti kesamaan asal-
3. Metodologis
tertarik dalam kajian linguistik sehingga bisa dijadikan sebagai referensi peneliti
selanjutnya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari bahasa inggris “communication”. Istilah ini berasal dari bahas latin
communicatio bersumber pada kata “communis” yang berarti sama, dalam arti
sama makna. Jadi antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi harus
gagasan atau sikap (Schramm), saling berbagi unsur-unsur perilaku, atau modus
peserta (Merilland), pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada
tahap yaitu:
(Mulyana, 2005:62).
14
Definisi Harold D. Laswell, bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu
apa yang disampaikan (pesan), melalui saluran apa (media), kepada siapa
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan
“Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Proses ini
meliputi adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana ia
menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan
dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam
prosees komunikasi (Cangara, 2006:19).”
yaitu:
langsung antara satu orang atau lebih dengan yang lainnya, bisa juga dilakukan
berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai komunikator. Sadar artinya
dikomunikasikan.
17
dan lain-lain.
hanya ditentukan oleh satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak yang
saling bekerjasama.
komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Hal itu
Proses dalam ilmu komunikasi dibagi dua sudut pandang. Pertama, persektif
pertukaran pikiran dan perasaan dari seseorang pada orang lain dengan
melakukan komunikasi secara baik dan efektif kalau kondisi psikologisnya sedang
18
Proses komunikasi dalam perspektif ini terjadi pada diri komunikator dari
kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Proses “mengemas”
dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu
terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunkator.
“melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai
komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau
menjadi proses komunikasi secara primer dan sekunder, linear dan sirkular.
lainnya yang bukan bahasa dinamakan lambang nonverbal (non verbal symbol).
sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,
telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan sebagainya adalah
media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara
massa (surat kabar, televisi, radio, dan sebagainya), media nir-massa (telepon,
surat, megapon, dan sebagainya) dan media social (facebook, twitter, line, path,
komunikator kepada komunikan secara satu arah. Proses komunikasi ini bisa
yang informasi tersebut didominasi oleh elit politik dan rakyat hanya
Proses secara sirkular adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu
Proses komunikasi secara primer, pikiran dan atau perasaan seseorang baru
akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila
pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, informasi atau
karena gambar melebihi kial, isyarat dan warna dalam hal ”menerjemahkan”
untuk menembus dimensi ruang dan waktu. Maka, dalam menata lambang-
1. Media Massa (Mass Media), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang
2. Media Nir-Massa atau Media Non Massa, yakni tertuju kepada satu
(tiga) unsur yaitu: (1) Pengirim pesan (komunikator); (2) Penerima pesan
Hal ini terjadi antara seorang komunikan terhadap komunikator. Pesan itu bisa
berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Pesan dibagi 2 (dua) yaitu:
verbal simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang
22
kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal yang disengaja. Yaitu
usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain
secara lisan.
Bahasa dalam proses komunikasi sebagai lambing verbal adalah yang paling
seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi kalimat
yang mengandung arti. (Cangara, 2011:101). Oleh karena itu, hanya bahasa
baik yang konkret ataupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu dan
Lambang komunikasi verbal menjadi suatu unsur yang penting dalam pesan
banyak fungsi, namun terdapat sedikitnya tiga fungsi yang erat kaitannya dalam
tentang dunia di sekeliling kita; (2) untuk membina hubungan yang baik di antara
2. Pesan Non Verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Istilah non
diluar kata-kata yang terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus
apa (says what), dengan saluran apa (in which channel) kepada siapa (to whom),
organisai atau suatu Negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut
5. With What Effect (dampak atau efek). Dampak atau efek yang terjadi pada
Umpan balik dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Feedback adalah
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
tujuan bersama.
diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan
orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita
belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita
merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai;
anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar
kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita,
dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan
W.J. Humber (1966) menamai affective others, untuk orang lain yang
kelompoknya.
dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi
orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan
adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa
diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi
hiburan.
prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa
tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of
28
lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji,
perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual.
peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi
kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama.
pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka
material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan
kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti
bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai
para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi. Walaupun begitu, fungsi
komunikasi bisa dilihat juga sesuai dengan konteksnya. Misal pada komunikasi
yaitu: (1) Tatap muka (face-to-face); (2) Bermedia (Mediated); (3) Verbal
(verbal) yaitu lisan (oral), tulisan; (4) Non verbal (non-verbal) yaitu gerakan/
kemampuan dan sarana agar mendapat umpan balik (feedback) dari komunikan
sehingga maksud pesan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan efektif.
verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan (oral) dan tulisan
(written/ printed). Non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah
tertentu yang berkaitan dengan berbagai aspek dari sebuah proses. Menurut
tentang apa yang akan diucapkan atau ditulis. Kerap kali model-model teoritis,
antara manusia melalui aktivitas encoder yang dilakukan pengirim dan decoder
yang sama maksudnya dipahami oleh pengirim dan penerima. Edmondson dan
kode yang dikomunikasikan melalui suatu proses encoding suatu konsep yang
komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata. Sedangkan B. Aubrey Fisher
memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat, atau komponen yang penting dari
menjelaskan atau menerapkan teori, dengan kata lain, model adalah teori yang
model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori. Oleh
karena kita memilih unsur-unsur tertentu yang kita masukkan dalam model, suatu
berfungsi sebagai basis bagi teori yang lebih kompleks, alat untuk menjelaskan
2008:131).
Menurut Gorden Wiseman dan Larry Barker mengemukakan bahwa ada tiga
data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati, kedua, heuristik (menunjukkan
memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga yang kuantitatif
model:
3. Seberapa penting prediksi yang dibuat dari model tersebut bagi bidang
bidang tersebut?
Kita dapat menggolongkan model dengan berbagai cara. Model yang lebih
penting adalah model simbolik yang terdiri dari model matematik dan model
34
verbal; lalu model fisik yang terdiri dari model ikonik dan model analog. Model
verbal adalah model atau teori yang dinyatakan dengan kata-kata, meskipun
Model fisik secara garis besar terbagi dua, yakni model ikonik yang
adalah upaya penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan kuantitas model
yang linier namun terkenal itu misalnya, muncul model-model yang sirkuler.
lebih mutahir menambahkan unsur-unsur baru yang dalam model lama tidak
disebut. Misalnya lingkungan fisik, seperti dalam model Gudykunst dan Kim dan
Model Gerbner merupakan perluasan dari model Lasswell, model Westley dan
MacLean dari model Newcomb dan model DeFleur dari model Shannon dan
Model komunikasi yang paling utama terdiri atas 3 (tiga) yaitu model
Technology) dan Warren Weaver (seorang konsultan pada sebuah proyek di Sloan
sebagai proses linier atau satu arah. Pendekatan ini terdiri dari elemen-elemen
Fisiologis
Fisik
gangguan
gangguan
s
Psikologi
k
semanti
is
Fisiolog
Fisik
Model Linier ini berlangsung satu arah bahwa pesan dikirimkan oleh suatu
sumber melalui penerima melalui saluran. Sumber dari tersebut bisa berupa asal
36
ataupun pengirim pesan. Sedangkan pesan yang dikirim dapat berupa kata-kata,
suara, tindakan, atau gerak-gerik dalam sebuah interaksi. Komunikasi model linier
ini juga melibatkan gangguan (noise) yang merupakan hal yang tidak
dimaksudkan oleh sumber informasi. Ada 4 (empat) jenis gangguan pada model
Pada proses ini terdapat elemen penting lain, selain sumber, pesan, dan
penerima, yaitu umpan balik (feedback) yang merupakan tanggapan atas suatu
Wilbur Schramm (1954), yang menekankan pada proses komunikasi dua arah
Gangg
uan
Pesan
Gangg Gangg
uan uan
Pengirim Penerima
Saluran
Gangg
uan
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistim. Setiap
sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri
diprediksi. Kemudian, feedback atau umpan balik adalah: “Salah satu elemen
penting atau vital dalam komunikasi model interaksional. Menurut model ini juga,
Bahwa:
yang berbeda. Proses pengiriman dan penerimaan pesan yang ada pada
bertanggung jawab terhadap efek atau akibat yang dihasilkan dari proses
tidak, karena dalam model komunikasi ini suatu makna dapat dibangun
menerus mengirimkan dan menerima pesan, maka seseorang tersebut akan selalu
terikat dengan elemen komunikasi verbal maupun nonverbal. Menurut West &
antara dua individu yang sedang berkomunikasi tersebut. Proses komunikasi yang
aktif, sehingga akan muncul suatu pemahaman baru sebagai hasil dari interaksi
Jika dipandang dari sisi transaksional, terdapat kesamaan hal yang terjadi
dengan model interaksi dimana turut melibatkan arti penting dari umpan balik.
mutual (Rohim,2009:219).
orang akan secara konstan berpartisipasi dalam aktivitas komunikasi. Setiap hal
Gangguan:
Semanatik
Fisik
Psikologis
Fisiologis
Pesan/
Umpan Balik
Komunikator Komunikator
Sumber berperan sebagai penyamai pesan atau pemilik informasi yang akan
disampaikan pada Penerima. pesan ini bisa berbentuk pesan verbal atau non-
verbal. contoh pesan verbal seperti informasi yang dikeluarkan dengan lisan dan
nn-verbal informasi yang berbentuk gambar, mimik wajah, bahasa tubuh dan lain-
2. Message (pesan)
Seperti yang sudah disebutkan pada point pertama bahwa pesan bisa
sedangkan non-verbal seperti gambar, mimik wajah, bahasa tubuh dan lain-lain
ditujukan kepada receiver media bisa berbentuk media yang menampilkan tulisan
seperti proyektor untuk presentasi. Telepon juga termasuk media atau channel
Selanjutnya ada media yang bersifat audio visual seperti televisi. Diantara media-
media yang sudah disebutkan, media audiovisual yaitu televisi dianggap sebagai
media yang paling efektif dalam menyampaikan pesa karena bersifat audiovisual
4. Noise (Gangguan)
komunikan. Bisa berbentuk suara yang bising, cuaca, suara hujan dll.
verbal atau non-verbal. Ada hal penting yang harus digaris bawahi dalam poin ini,
sendiri karena setiap orang tidak memiliki cara penafsiran pesan yang sama. Jadi,
isi pesannya bisa ditangkap dengan baik namun cara menyampaikannya nanti ke
6. Konteks
44
bersama teman kita menggunakan bahasa yang non-formal, lingkungan teman ini
yang disebut sebgai konteks. jika kita berbicara kontek organisasi kita harus
eksternal karena bidang ini membutuhkan disiplin ilmu lain, yakni sosiologi,
pada konteks sosial yang berbeda dan mengidentifikasi fungsi sosial dari bahasa
serta cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan sosial. Bahasa itu sendiri
merupakan sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunaan oleh para
Identitas terbagi menjadi dua, yaitu identitas personal dan identitas sosial.
skema yang berisi kumpulan keyakinan dan perasaan mengenai diri sendiri yang
identitas personal dipengaruhi oleh interaksi dengan orang lain. Identitas sosial
adalah pribadi yang terlibat dalam interaksi sosial (James, dalam Walgito,
2003:98). Dalam hal ini, seseorang tidak dilihat sebagai satu individu, tetapi
merupakan bagaian dari suatu kelompok sosial tertentu atau disebut juga
Konsep bahasa dan identitas ini berkaitan erat dengan sikap bahasa. Sikap
bahasa adalah tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka panjang,
menurut Garvin dan Mathiot, dalam Chaer (1995) ada tiga, yaitu kesetiaan bahasa
dari dua arah, yaitu penilaian terhadap diri sendiri dan penialain terhadap orang
lain. Penilaian identitas yang dilakukan terhadap diri erat kaitannya dengan
identitas personal. Bedanya, penilaian ini tidak hanya berlaku pada satu individu,
46
tetapi bisa juga pada satu kelompok tertentu. Seseorang atau kelompok akan
digunakan orang dewasa. Motif mereka 8melakukan itu bukan semata-mata agar
diri dari orang lain. Contoh lainnya adalah sikap kaum intelektual Indonesia pada
Pada masa itu, bahasa Belanda dianggap sebagai bahasa yang lebih baik oleh
Selain itu, ada pula penilaian identitas yang dilakukan orang lain terhadap satu
individu atau kelompok lainnya. Dari cara seseorang berbahasa, orang lain akan
dapat menilai siapa identitas orang tersebut, baik dari segi usia, jenis kelamin,
1. I don’t know, it’s jus’ stuff that really annoys me. And I jus’ like stare at
2. It was sort of just grass steps down and where I dare say it had been
flower beds and goodness-know-what. (Holmes, 1992:183).
Kutipan pertama Taglimonte bertaruh bahwa itu adalah ucapan dari seorang
oleh seorang wanita berusia 79 tahun. Penilaian ini sangat bergantung pada
budaya dan kebiasaan masyarakat bahasa setempat. Usia penutur dan bahasa
yang digunakan dapat dibedakan dari nada, kosa kata, pelafalan, dan struktur tata
Orang lain juga dapat menilai bahasa yang digunakan berdasarkan jenis
bahasa pada laki-laki dan perempuan tidak dapat dipisahkan dari perbedaan kelas
sosial mereka berasal (Holmes, 1993:168). Berikut ini merupakan hasil survey
yang dilakukan oleh Sydney Community tentang pelafalan glottal pada perempuan
dan laki-laki yang berasal dari kelas menengah dan kelas pekerja di masyarakat
Tyneside.
kelompok sosial mana pun yang ia masuki. Orang-orang seperti ini memiliki
motif untuk mempertahankan eksistensinya di tengah pergaulan. Hal ini bisa pula
terjadi karena orang tersebut merasa bisa diterima oleh kelompok mana pun tanpa
mengubahnya atau bisa juga karena faktor kebiasaan. Di sisi lain, ada orang yang
ingin melebur pada suatu kelompok sosial tertentu dalam pergaulan sehingga ia
memberikan dinamika dan warna pada masyarakat bahasa sehingga individu atau
kelompok yang satu dapat dibedakan dengan individu atau kelompok yang lain.
Perbedaan ini ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Perbedaan yang bersifat
vertikal yaitu membentuk strata dari atas ke bawah, biasanya terjadi karena ada
bisa terjadi secara horizontal. Tidak ada hirarki yang terbentuk, hanya sekedar
membedakan satu kelompok dengan kelompok yang lain secara sejajar, tidak ada
satu lebih tinggi di anatara yang lain. Perbedaan horizontal ini terjadi karena
tetapi juga dari bahasa Jawa Mataraman yang biasa digunakan di daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahasa ini memiliki keunikannya sendiri
jika dibandingkan dengan bahasa Jawa atau bahasa Bali yang posisinya
digunakan dalam bahasa Bima. (Dikutip dari Tesis Syamsinas Jafar dari
Universitas Mataram).
2.1.10. Bahasa Wolio
Masyarakat Buton terdiri dari berbagai macam etnis yang mendiami satu
wilayah dengan warisan budaya yang unik. Buton terkenal dengan peradabannya
yang tinggi terbukti dari banyaknya peninggalan budaya mereka yang masih
Di Buton terdapat daerah tingkat II atau region yang dikenal dengan nama
Kabupaten Buton Pada awalnya Kabupaten Buton dengan ibu Kota Baubau
Kesultanan Buton, yaitu meliputi sebagian wilayah pulau Buton, sebagian wilayah
50
pulau Muna, seluruh pulau Kabaena, sedikit bagian pulau Sulawesi, serta pulau-
1. Kabupaten Buton
2. Kota Bau-bau
3. Kabupaten Wakatobi
4. Kabupaten Bombana
Buton juga sangat kaya dengan warisan linguistik dan sampai saat ini terdapat
90 jenis penggunaan bahasa tradisional etnik yang berbeda-beda dari tiap suku
bahasa yang berbeda itu untuk menandakan asal usul suku dan tempat dominasi
merantau ke Maluku dan menetap disana menjadi masyarakat Ambon. Ibu Kota
Buton yaitu Baubau menduduki peringkat ke-8 sebagai Kota terbesar di Sulawesi
berdasarkan jumlah populasi tahun 2015 atau urutan ke-2 untuk Provinsi Sulawesi
Tenggara . Hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2012 berjumlah 122.339
jiwa. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2015 jumlah penduduk Kota Baubau
sebanyak 137.118 jiwa, dengan kepadatan sebesar 1.113 per km², dan
Penggunaan Bahasa Wolio sebagai bahasa resmi kerajaan Buton selain Bahasa
Melayu dan Bahasa Arab pada hakekatnya adalah untuk menunjukkan jati diri
51
Bangsa Buton dalam menggambarkan kepada masyarakat dunia pada masa itu
bahwa Kerajaan Buton tidak sedang dalam jajahan bangsa lain, atau tegasnya
Kerajaan Buton adalah kerajaan yang bebas dan merdeka. Bahasa Wolio dijadikan
dapat mempersatukan negerinya. Dengan demikian, maka tentu salah satu alasan
utama penetapan Bahasa Wolio sebagai bahasa resmi pada masa itu adalah lebih
Wolio termasuk salah satu kelompok bahasa yang terdapat di Kerajaan Buton,
memiliki sistem aksara sendiri yang diadopsi dari Aksara Arab dan Aksara Jawi.
Bahasa Wolio menjadi salah satu bahasa resmi di lingkungan Kerajaan Buton,
selain Bahasa Melayu dan Bahasa Arab. Dalam tradisi tulisan (naskah kuno),
Kato, dan Fukami eds. 1991). Pada masa lalu, Bahasa Wolio dipakai Orang Wolio
harian. Kini, Bahasa Wolio dipakai orang Wolio, terutamanya di bekas istana
buah dengan 4 daripadanya ditulis dalam huruf Latin. Isinya berkaitan hukum,
upacara adat dan Islam. Keempat-empat manuskrip itu diperkirakan dibuat pada
abad ke-19 dan ke-20. Seterusnya, 67 buah daripada 71 buah manuskrip Wolio
ditulis dalam Jawi Wolio. Dalam Bahasa Wolio, Jawi Wolio disebut sebagai “
buri Wolio ”. Jumlah dan jenis huruf Arab yang digunakan untuk “ buri Wolio ”
banyak kesamaan dengan huruf Arab yang digunakan untuk Jawi umum, yaitu
terdiri dari 36 huruf (Lihat Rajah 4). Namun, ada sedikit perbedaan dalam jumlah
dan jenis huruf Arab untuk “buri Wolio ” berdasarkan zaman pembuatannya,
sehinggakan mulai saat ini hal tersebut masih lagi menjadi persoalan yang harus
dikaji dengan lebih lanjut. Dalam bahasa Wolio, ada lima vokal tunggal ( simple
vowel ), yaitu a, i, u, e dan o. Untuk vokal a, i dan u, digunakan tanda vokal yang
Selain itu, terdapat juga manuskrip yang lain yang ditulis dalam Jawi Wolio,
yaitu “kabanti”. Kabanti adalah syair yang biasanya dinyanyikan dalam Bahasa
Wolio. Pada abad ke-18, terdapat banyak penyair kabanti di Kesultanan Buton
Pada zaman dulu Pulau Buton berada di bawah kekuasaan Kesultanan Wolio-
Buton. Daerah Kesultanan ini meliputi Pulau Muna, Tukang Besi, Selayar,
distrik tradisional yang biasa dipimpin masing-masing oleh seorang bonto atau
bobato. Di bawahnya terdiri dari desa-desa yang biasanya dipimpin oleh seorang
53
Kepala Desa dibantu oleh sebuah dewan tradisional. Pada zaman dulu golongan
bangsawan pembantu Raja disebut walaka, dan rakyat disebut maradika.
aturan kehidupan sosial berpedoman kepada hukum Islam, begitu juga dalam hal
menyerahkan sejumlah mas kawin kepada pihak wanita sesuai derajat sosial pihak
dengan saudara sepupu satu kali. Setelah menikah keluarga baru tersebut
Nenek moyang Suku Buton berasa dari imigran yang datang dari Johor sekitar
hingga tahun 1960 dimana sultan terakhir meninggal dunia. Sepeninggalan sultan
Dalam Kerajaan Buton diterapkan pula sistem kasta yang hanya diterapkan
pada sistem pemerintahan dan ritual keagamaan saja. Berikut sistem kasta
Kerajaan Buton:
2. Walaka, (elit penguasa) yaitu keturunan menurut garis bapak dari Kerajaan
seperti Mentri dan juga Dewan. Mereka pula yang menunjuk siapa yang
5. Analalaki dan Limbo. Mereka adalah golongan kaomu dan walaka yang
sekarang dapat ditemui lebih dari tiga puluhan bahasa dengan berbagai macam
dialek. Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya
Arab seiring masuknya Ajaran Islam di Kerajaan Buton pada abad ke-15 M,
tingginya pengaruh Islam dalam Kesultanan Buton. Disamping itu Bahasa Buton
Masuknya pengaruh Hindu ke Buton oleh Bangsa Majapahit pada abad ke-13
dan Islam yang dibawah pada abad 15, Masyarakat Buton mengenal dan memiliki
55
seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Misalnya
Ode Maryam yang dipercaya dapat menjaga mereka dalam mengarungi lautan
Banda yang terkenal ganas. Disamping itu, Masyarakat Buton juga mnegenal
Kinamboro.
Masuknya Islam di Buton pada abad ke-15, yang di bawah oleh Ulama dari
Patani juga telah meletakkan dasar-dasar Ilmu Fikih kepada Kesultanan dan
Masyarakat Buton. Ilmu Fikih merupakan ilmu Islam yang mempelajari hukum
dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban umat terhadap Allah dan sesama
manusia sehingga Masyarakat Buton dapat hidup sesuai dengan kaidah Islam.
Dan Pada Abad ke-16 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam dan Tasawuf di Buton,
Orang Buton terkenal pula dengan peradabannya yang tinggi dan hingga saat
Istana Malige yang merupakan rumah adat tradisional Buton yang berdiri kokoh
setinggi empat tingkat tanpa menggunakan sebatang paku pun, mata uang
tangga, membuat barang-barang dari tanah liat, menenun dan menyimpan uang
yang telah dikumpulkan oleh kaum laki-laki. Sejak dulu, Orang Buton juga sangat
pula dalam mempelajari bahasa asing, oleh karena itu saat ini mulai terlihat hasil-
menikah, pasangan akan tinggal di rumah keluarga wanita sampai sang suami
anggup mendirikan rumah sendiri. Tanggup jawab membesarkan anak ada di bahu
ayah dan ibu. Rumah tempat tinggal Orang Wolio didirikan di atas sebidang tanah
dengan menggunakan papah yang kuat, dengan sedikit jendela dan langit-langit
kesadaran kolektif,
pribadi masyarakat. Hal ini erat hubungannya dengan keberadaan tradisi sebagai
tradisi yang ada dalam masyarakat Buton adalah kangkilo. Merupakan modal
keharmonisan hidup. Kearifan tradisi yang meliputi kesucian ritual dan kesucian
Selain itu juga terdapat ritual-ritual dan pesta Adat yang dilakukan masyarakat
berada di Pulau Makasar (liwuto) kepada Allah SWT, atas keluasan rejeki
4. Mataa yaitu ritual adat yang digelar Masyarakat Buton etnik Ciacia di
Desa Laporo yeng merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas
6. Karia yaitu pesta adat Masyarakat Buton yang berada di Kaledupa untuk
dan spiritual.
58
7. Posuo (pingit) yaitu pesta adat Masyarakat Buton yang ditujukan pada
kaum wanita yang memasuki usia remaja sekaligus menyiapkan diri untuk
berumah tangga.
adalah “imigran” yang datang dari wilayah Johor sekitar abad ke-15 Masehi yang
istana itu telah melekat erat pada orang-orang yang mendiami wilayah tersebut.
Mereka juga memiliki mata uang yang disebut uang Kampua yang terbuat dari
kain tenun. Merupakan satu-satunya mata uang yang pernah beredar di Indonesia.
Karakter dari suku Buton adalah pelau, hampir sama dengan suku-suku yang
pelosok dunia Melayu dengan menggunakan perahu berukuran kecil yang hanya
dapat menampung lima orang, hingga perahu besar yang dapat memuat barang
sekitar 150 ton. Sebagian besar orang-orang Buton bermata pencaharian sebagai
pelaut dan nelayan. Perairan di wilayah pulau Buton dan di daerah Mina diberkati
Usaha-usaha lain dalam memenuhi kebutuhan hidup dari orang Buton juga
berasa dari kegiatan pertanian dan perkebunan. Sejumlah kearifan dari tradisi
59
yang ada dalam masyarakat Buton adalah kangkilo yang merupakan modal sosial
mereka. Kearifan itu telah membentuk karakter dari prilaku masyarakat orang
Buton yang sesuai dengan nilai, etika, dan juga moral yang telah tertanam sejak
Secara umum, orang Buton adalah masyarakat yang berada wilayah kekuasaan
2. Istana Malige, yang merupakan rumah adat tradisional Buton yang berdiri
orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
dan psikologi. Dari keempat disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin
Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang
budaya.
Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat dulu
bebrapa pendapat atau defenisi komunikasi antar budaya yang diikutif oleh Ilya
para ahli:
nilai.
berbeda kebudayaan.
yang berbeda.
61
juga dapat diutarakan bahwa komunikasi antar budaya adalah proses pengalihan
pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepad orang lain yang
keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan mengahasilkan
efek tertentu. Komunikasi antar budaya adalah setiap proses pembagian informasi,
gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya.
Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui
bahasa tubuh, gaya atau penampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya
yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaika secara lisan atau tertulis
atau metode lainnya yang dilakuka oleh dua orang yang berbeda latar balakang
budayanya.
Bahasa bisa berupa verbal dan nonverbal, sebagai bentuk pesan yang
c. Orang lain juga memberikan arti pada symbol yang dihasilkan tadi.
Istilah "Bahasa menunjukkan bangsa" artinya bahasa dapat menjadi ciri atau
orang lain. Tetapi memahami bahasa di sini tidak berarti harus memahami semua
Tanda dan simbol merupakan alat dan materi yang digunakan dalam interaksi.
makhluk yang unik, yang membedakannya dari makhluk hidup lainnya. Tetapi
biasanya dianggap enteng saja oleh manusia itu sendiri, kecuali ketika mereka
dan kemampuannya dalam menggunakan suara dan tanda sebagai pengganti dari
Dalam pengertian yang paling mendasar, bahasa adalah suatu system symbol
yang telah diatur, disepakati bersama dan dipelajari, yang digunakan untuk
Secara verbal, yakni secara vocal bahasa memiliki peranan dan fungsi yang
memainkan peranan penting pula dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini
63
seringkali tidak disadari. Baik secara sadar maupun tidak sadar, dengan maksud
maupun tidak dengan maksud tertentu, kita mengirimkan dan menerima pesan
nonverbal tersebut. Pesan atau perilaku yang nonverbal ini menyatakan pada kita
Misalnya apa orang yang menyatakan pesan itu serius, bercanda, mengancam dan
lain-lain.
dipakai oleh anggota dalam sebuah komunitas atau budaya dapat diterima akal
Penemu tradisi penelitian ini adalah seorang antropolog Dell Hymes. Hymes
mengusulkan bahwa linguistik formal saja tidak cukup untuk membongkar semua
pemahaman bahasa secara lengkap karena hal ini mengabaikan variable yang
Hymes, budaya berkomunikasi memiliki cara yang berbeda, tetapi semua bentuk
untuk memenuhi syarat sebagai komunikasi, selama hal itu diterangkan oleh
percakapan sangat berbeda satu sama lain dan ini mempersulitgeneralisasi. Untuk
6. Speech act atau serangkaian perilaku spesifik yang diambil sebagai sebuah
7. Komponen speech act atau apa yang dianggap menjadi elemen dari sebuah
tindakan komikatif
65
komunikatif diputuskan
menuntaskan.
Kumpulan konsep ini tidak lebih daripada sebuah daftar kategori yang
dianggap tepat dalam semua peristiwa tersebut dan mungkin memiliki aturan yang
berbedauntuk cara berkomunikasi. Disis lain, mereka mungkin memiliki tipe dan
yang kaitannya dengan identitas bahasa dalam atau sebagai alat bersatunya warga
Baubaudalam kajian bahasa Wolio yaitu Teori Relativitas linguistik. Berikut ini
merupakan teori yang berkaitan dengan teori Relativitas Linguistic yang menjadi
relativitas linguistik masuk dalam salah satu tradisi semiotik dimana di jelaskan
untuk membagi dunia menurut peta kebahasaan. Beberapa bahasa tidak memiliki
keterangan waktu sehingga keterangan tentang masa lampau, masa sekarang dan
pada terbentuknya sebuah makna. Apabila kita amati, kehidupan kita saat ini tidak
pernah terlepas dari makna, persepsi, atau pemahaman terhadap apapun yang kita
lihat. Sekarang kita lihat benda-benda yang ada di sekeliling kita. Sering sekali
kita tanpa memikirkan bentuk dan wujud benda tersebut kita sudah bisa
mengetahui apa nama dari benda itu. Ketika kita mengendarai sepeda motor atau
mobil di jalan raya, maka kita bisa memaknai setiap bentuk tanda lalu lintas yang
bertebaran di jalan raya, seperti traffic light misalnya, atau tanda “Dilarang
Parkir” dan lain sebagainya. Pernahkah terlintas dalam benak kita sebuah
pertanyaan “mengapa tanda ini dimaknai begini? Mengapa simbol itu dimaknai
sedemikian rupa”. Kajian keilmuan yang meneliti mengenai simbol atau tanda dan
Semiotik.
Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori
di luar tanda-tanda itu sendiri. (Littlejohn, 2009 : 53). Semiotik bertujuan untuk
pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai
ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat
di mana simbol tersebut diciptakan. Kode kultural yang menjadi salah satu faktor
konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk
sebuah tanda. Sebagai salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik
dasarkan pada penelitian Edward Sapir dan anak didiknya, Benjamin Lee Whorf,
bahwa ada perbedaan sintaksis bahasa antar kelompok bahasa. Hipotesis Whorf
menentukan perilaku dan kebiasaan berfikir dalam budaya tersebut. Dalam kata-
kata Sapir :
68
“Manusia tidak hanya hidup dalam dunia obyek dan dunia aktivitas
sosial yang biasa dipahami saja, namun berada dalam kekuasaan bahasa
Hipotesis ini menyatakan bahwa proses pemikiran kita dan cara kita
sebagian besar hidupnya untuk meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku.
bahwa sebagian kata benda, suku Hopi memahami waktu sebagai sebuah jalan
atau proses. Jadi, bahasa suku Hopi tidak akan mengartikan musim panas sebagai
musim panas. Namun suku Hopi akan mengartikan waktu sebagai sebuah sesuatu
yang tidak ada tetapi selalu bergerak dan berakumulasi. Sebaliknya, dalam bahasa
waktu-lampau, kini, dan masa depan untuk menunjukan lokasi atau tempat dalam
analogi ruang. Namun, kata kerja suku Hopi tidak memiliki keterangan waktu
murid Sapir, menolak pandangan klasik mengenai hubungan bahasa dan berpikir
yang mengatakan bahwa bahasa dan berpikir merupakan dua hal yang berdiri
yang sama. Dengan demikian semua bahasa itu merupakan cara-cara pernyataan
pikiran yang sejajar dan saling dapat diterjemahkan satu sama lain. Sama halnya
dengan Von Humboldt dan Sapir, Whorf juga menyatakan bahwa bahasa
dirinya sendiri. Sebagai contoh, whorf yang bekas anggota pemadam kebakaran
Bahasa bagi Whorf pemandu realitas sosial. Walaupun bahasa biasanya tidak
diminati oleh ilmuan sosial, bahasa secara kuat mengkondisikan pikiran individu
tentang sebuah masalah dan proses sosial. Individu tidak hidup dalam dunia
objektif, tidak hanya dalam dunia kegiatan sosial seperti yang biasa dipahaminya,
tetapi sangat ditentukan oleh bahasa tertentu yang menjadi medium pernyataan
bagi masyarakatnya. Tidak ada dua bahasa yang cukup sama untuk mewakili
realitas yang sama. Dunia tempat tinggal berbagai masyarakat dinilai oleh Whorf
sebagai dunia yang sama akan tetapi dengan karakteristik yang berbeda. Singkat
70
kata, dapat disimpulkan bahwa pandangan manusia tentang dunia dibentuk oleh
bahasa sehingga karena bahasa berbeda maka pandangan tentang dunia pun
berbeda. Secara selektif individu menyaring sensori yang masuk seperti yang
perbedaan sensori pula. Dari uraian di atas dapat saya simpulkan bahwabahasa
dan pikiran tidak bisa dipisahkan satu sama lain.karena yang menentukan jalan
pikiran seseorang adalah tata bahasa bukan kata-kata.oleh karena itu , bahasa
antara yang satu dengan yang laintetapi juga sebagai pedoman ke arah kenyataan
dengan cara yang berbeda pula.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain sebagai
berikut.
bahasa sebagai fokus penelitian dan identitas, akan tetapi yang menjadi kebaruan
dalam penelitian ini peneliti mencoba melihat bagaimana bahasa daerah mampu
masyarakat modern.
kebersatuan warganya.
Topik penelitian ini bertolak dari Tradisi Semiotika yang menjadi salah satu
kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik
benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.
relatifitas linguistic dimana teori ini melihat bahwa proses pemikiran kita dan cara
kita memandang dunia di bentuk oleh tatanan bahasa Menurut hipotesis itu,
bahasa-bahasa yang berbeda “membedah” alam ini dengan cara yang berbeda,
Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir penelitian ini yang telah di uraikan
Tradisi semiotika
Identitas
bahasa Wolio Relatifitas Linguistik
Sapir-Whorf
Icon pemersatu (Stephan Littlejohn hal 449)
BAB III
METODE PENELITIAN
bahasa Wolio disisi lain masyarakat Kota BauBau sudah mengalami pembauran
3.2.1 Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Baubau yang terbagi oleh
berikut:
1. Tokoh Adat
2. Tokoh Masyarakat
3. Budayawan Wolio
4. Camat
5. Lurah
Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan dua cara yang pertama
Patton (1990) purposive sampling menekankan pada penentuan objek yang kaya
akan informasi dan objek dapat menjawab pertanyaan penelitian. Sedangkan pada
kalangan masyarakat seperti tokoh adat, tokoh masyarakat dan budayawan wolio
masyarakat memiliki banyak pilihan informan sehingga tidak dapat di pilih seperti
Jenis data penelitian terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data
bilangan dan angka-angka statistik yang digunakan hanya untuk kebutuhan data
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran dan penelahaan
studi-studi dokumen yang terdapat di lokasi penelitian dan yang ada hubungannya
lain meliputi, bahan pustaka, dan dokumentasi serta bahan laporan berupa arsip,
76
laporan tertulis, foto dan bahan cetakan yang ada pada berbagai lembaga dan
instansi.
Data primer adalah data empirik diperoleh secara langsung dari informan
mendalam secara langsung terhadap informan. Selain itu, data primer juga
kualitatif, yang terdiri dari 5 (lima) teknik pengumpulan data melalui teknik
karena: (1) Data primer berupa wawancara sering bersifat formal (“garing”,
normatif). Lebih parah lagi: mengatakan yang tidak dilakukan; (2) Akan diperoleh
data yang lebih bernuansa yang akan berguna untuk penulisan; (4)
Mengkonfirmasi data (data saat interview sering berbeda dengan data saat
narasumber kita bersama orang lain, atau narasumber kita sedang berinteraksi).
Cara melakukan shadowing yaitu: (1) memetakan semua narasumber yang sudah
yang memiliki kepribadian terbuka); (2) memilih events (peristiwa) yakni saat
langsung dan keterlibatan peneliti pada setiap kegiatan yang dilakukan antara para
sehari-hari dan hal lainya yang kaitannya dengan penggunaan bahasa wolio.
perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, dan sebagainya; untuk hal itu
dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang.
longgar, santai dan mungkin juga dapat diulang untuk memperoleh data tambahan
atau untuk mengetahui mengetahui persoalan lain sampai perolehan data dirasa
dalam catatan lapangan dan direkam melalui tape recorder, agar hal-hal yang
kurang jelas atau memerlukan uraian secara mendalam dapat ditanyakan lagi
kepada informan.
FGD sebagai suatu proses pengumpulan data dan informasi mengenai suatu
nilai dan orientasi para partisipan terhadap isu-isu yang sedang diteliti. Sementara,
pada sisi lain, di antara para partisipan sendiri juga dapat saling bertanya serta
didiskusikan.
Alasan FGD digunakan sebagai salah satu metode dalam pengumpulan data,
dan dua di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, FGD merupakan teknik
penilaian, pengalaman, dan reaksi para narasumber atas isu-isu penelitian melalui
Secara umum, tujuan utama dari penggunaan FGD adalah untuk menjaring
data kualitatif berkaitan dengan identitas bahasa Wolio sebagai icon pemersatu
Secara khusus, tujuan FGD dalam pengumpulan data penelitian ini adalah,
terhadap proses, bentuk, terhadap identitas bahasa wolio sebagi icon pemersatu
79
tingkat relevansi tinggi terhadap identitas bahasa Wolio yang kaitannya dengan
konflik yang sering terjadi. Ketiga, menggali informasi (data kualitatif) berkaitan
media dan review dokumen. FGD dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua)
Teknik ini digunakan dalam penelitian studi kasus guna mencari justifikasi
atau pembenaran dari data yang diperoleh melalui wawancara, sehingga studi
teknik pengumpulan data. Studi dokumen dimulai dari mencari dan menemukan
akses untuk memperoleh dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian, lalu
Studi dokumen terletak pada kemampuan membuka hal yang selama ini
tertutup atau ditutup-tutupi, dapat berlaku untuk penelitian dengan waktu yang
hal-hal yang tidak bisa digali melalui wawancara, dan biayanya relatif rendah.
Sedangkan kelemahan studi ini adalah; data yang diperoleh terbatas pada perilaku
verbal saja sedangkan yang nonverbal tidak terlihat, boleh jadi dokumen yang
tersedia jauh dari lengkap, ketiadaan format standar sebuah dokumen yang layak
dokumen yang erat kaitannya dengan proses, bentuk, komunikasi antar budaya
80
3.5. Definisi Konseptualisasi
1. Identitas adalah cerminan diri yang berasal dari budaya, etnis dan proses
sosialisasi. Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri kita
sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita dan pendefinisian diri
sikap.
2. Bahasa Wolio adalah bahasa daerah yang ada di pulau Buton. Bahasa ini
kesultanan Buton dan bahasa Wolio kini menjadi bahasa yang banyak di
secara sosial.
politik.
observasi; (2) panduan pertanyaan wawancara; dan (3) Voice Recorder. Instrumen
Analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Menjawab
melalui tahapan teknik analisis interaktif Miles & Huberman yang terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan
data kasar yang muncul dari catatan di lapangan (field note). Kemudian
2. Penyajian data sebagai alur penting kedua dari analisis data penelitian
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis
pada data kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif, tetapi
82
penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,
dengan demikian dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan
yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang
mungkin berguna.
Penyajian Data
Pengumpulan Data
Kesimpulan-Kesimpulan Penarikan/Verifikasi
Reduksi Data
BAB IV
Topografis
Kondisi geografis Kota Baubau antara lain dapat digambarkan dari letak
tanah.
Tenggara yang berupa wilayah kepulauan. Kota Baubau berada di Pulau Buton dengan
posisi koordinat 5021’ - 5030’ Lintang Selatan dan diantara 122030’ – 122045’
Bujur Timur. Dari sisi letaksecara nasional, Kota Baubau merupakan Kota yang
area) antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia
Tengah dan Kabupaten Buton Selatan), Kota Baubau berperan sebagai daerah
akumulator hasil produksi dan distributor kebutuhan daerah tersebut. Kota Baubau
yang berada pada Selat Baubau dan merupakan mulut Tenggara dari wilayah Laut
Teluk Bone berada pada pergeseran titik episentrum ekonomi kelautan kawasan
Letak Kota Baubau juga berdekatan dengan ALKI 2 dan ALKI 3.. Jalur ALKI
akses ke pasar internasional, terutama ke Asia Pasifik (gambar 4.1).
Baubau
Secara fisik, Kota Baubau terletak pada Selat Buton dan dikelilingi oleh
Selatan; dan
dan Sukanayo;
4.1.1.2. Luas Wilayah
Wilayah daratan Kota Baubau sebagian besar terdapat di daratan Pulau Buton
yang memanjang di Selat Buton dan terdapat 1 (satu) pulau yaitu Pulau Makassar
Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Baubau adalah seluas 221 Km² atau
22.110 hektar, namun berdasarkan hasil digitasi atas peta rupabumi Bakosurtanal
luas wilayah adalah 293.10 Km² atau 29.310,99 hektar. Untuk lebih jelasnya luas
Tabel 4.1.
Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Baubau
LUAS (km2 ) DEVIASI DEVIASI
LUAS (km )2 LUAS LUAS
KECAMATAN (Digitasi Peta
NO % %
(Data BPS) RTRW) (km 2 ) (%)
Kondisi topografi wilayah Kota Baubau relatif bervariasi mulai dari topografi yang
8% adalah kawasan yang berada dibagian Utara dan Barat wilayah Kota Baubau,
2) Daerah Agak Datar; terdapat di bagian utara dan tenggara pusat Kota
Kecamatan Betoambari.
4.1.1.4. Morfologi
rendah disepanjang pinggir pantai dan Daerah Aliran Sungai, dengan limitasi
perkembangan berupa kondisi bentang alam yang relatif berbukit dan tandus
4.1.1.5. Geomorfologi
Kota Baubau dikelilingi oleh daerah belakang (hinterland) berupa dataran yang
termasuk dalam kelas kelerengan agak curam yaitu berkisar antara 15–40% dan
kelerengan sebagian tempat diatas 40% serta beberapa bagian wilayah dengan
hutan.
4.1.1.6. Hidrologi
Kota Baubau memiliki dua sungai yang besar yaitu Sungai Baubau yang
dan membelah ibuKota Baubau dan bermuara di Selat Buton. Sungai tersebut
umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, irigasi
dan kebutuhan rumah tangga. Yang kedua adalah Sungai Bungi yang merupakan
yang berasal dari Mata Air Wakonti dan Mata Air Wamembe. Kondisi hidrologi
yang teramati meliputi air permukaan dan air tanah yang terdapat dalam wilayah
Kota Baubau.
Air Permukaan, Sumber air permukaan di Kota Baubau berasal dari aliran
air Sungai Baubau yang melintas dalam wilayah Kota Baubau membagi
sungai ini bermuara di Selat Buton. Di samping itu juga terdapat sumber
air bersih PDAM yang menggunakan sumber air baku dari Sungai Bungi
Air Tanah Dalam, Selain air permukaan, sumber air yang dapat
Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari
mata air Wakonti dan mata air Wamembe berupa mata air yang berasal
dari mata air dengan debit terbatas. Beberapa sumber air mengalir
sepanjang tahun walaupun dengan debit yang terbatas, sedangkan mata air
Bungi, mata air Koba mempunyai kapasitas debit yang cukup baik begitu
4.1.1.7. Geologi
Secara topografis fisiografis, Kota Baubau terletak pada bagian Barat Daya
dari Pulau Buton, dimana dikontrol oleh pola struktur tektonik yang berarah
Timur Laut – Tenggara dan sebagian kecil menunjukkan arah pergerakan Barat
Kota Baubau yang berada di Pulau Buton Bagian Selatan memiliki karakteristik
yang kompleks. Hal ini dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi
akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan
diwilayah Kota Baubau pada umumnya antara lain : Batuan Molasa Celebes
besar wilayah Kecamatan Sorawolio; dan Batuan Ultra Basa (Ub) yang hanya
bahan galian. Dari aspek bencana geologi kemungkinan relatif kecil, begitu pula
92
Pelabuhan Baubau berada di bagian Barat Pulau Buton sehingga terlindungi dari
pengaruh gelombang Laut Banda. Walaupun demikian, dibeberapa pesisir yang terkena
arus gelombang laut musim Barat memperlihatkan abrasi jangka panjang yang
cukup signifikan antara jumlah penduduk siang dan malam karena besarnya
jumlah penduduk komuter dari beberapa daerah disekitarnya. Dari hasil pendataan
BPS jumlah penduduk tetap non komuter di Kota Baubau dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2010
– 2014), rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,51% yaitu dari 136.991
selama kurun waktu 2010-2014 dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini :
93
151,485
145,427
142,576
139,717
136,991
4.1.2.2. Sebaran dan Kepadatan Penduduk
penduduk pada suatu daerah dengan luas lahan yang tersedia setiap kilometer
dengan tingkat kepadatan penduduk yang terus menerus meningkat dari tahun ke
tahun.
penduduk migrasi, dimana terdapat migrasi masuk yang lebih besar dari pada
migrasi keluar atau dengan kata lain penduduk yang datang lebih banyak
dibanding dengan penduduk yang keluar Kota Baubau. Aktivitas ekonomi yang
ada di Kota Baubau menjadikan daya tarik (Full Factors) bagi sebagaian orang
94
Tabel. 4.2
Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Kota Baubau Tahun 2014
Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan
Wilayah
(km2) (Jiwa/km2)
Betoambari 27,89 18.023 646
Murhum 4,9 21.311 4.349
Batupoaro 1,55 28.648 18.482
Wolio 17,33 41.948 2.420
Kokalukuna 9,44 18.512 1.961
Sorawolio 83,25 7.853 94
Bungi 47,71 7.848 164
Lea-lea 28,93 7.342 253
Kota Baubau 221 151.485 685
SULTRA 38.14 2.230.569 58
Sumber:BPS, Baubau dalam angka 2015, diolah
tingkat kepadatan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2000 kepadatan penduduk Kota Baubau sebesar 480 orang per km2 kemudian
tahun 2010 sebesar 620 orang per km2 selanjutnya pada tahun 2014 meningkat
hingga 685 orang per km2. Kecamatan Batupoaro memiliki kepadatan paling
terkecil yaitu 94 orang / km².
Pada tahun 2014 dari 151.485 jiwa penduduk, tercatat 32.348 Kepala Keluarga
95
atau rata-rata satu keluarga terdiri dari 4,7 jiwa. Perbandingan penduduk
perempuan dengan penduduk laki-laki atau rasio jenis kelamin penduduk tahun
2014 sebesar 97,5 yang berarti dari setiap 100 orang penduduk perempuan
terdapat 98 orang laki-laki. Perkembangan sex ratio dapat dilihat pada tabel 4.3.
4.1.2.4. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
menunjukkan bahwa sekitar 63,34% atau 92.110 jiwa termasuk usia produktif,
sedangkan sekitar 36,66% atau sebanyak 53.317 jiwa merupakan penduduk non
sebesar 2.229 jiwa dan jumlah penduduk terkecil berada pada kelompok umur 70
75 +
70 – 74
65 – 69
60 – 64
55 – 59
50 – 54
45 – 49
40 – 44
35 – 39
30 – 34
25 – 29
20 – 24
15 – 19
10 – 14
5 –9
0 –4
-10000 -8000 -6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000 8000 10000
Implikasi lain yang perlu disikapi dari piramida penduduk ini adalah tingginya
jumlah penduduk pada kelompok umur 10-49 tahun lebih besar dari jumlah
penduduk usia 50 tahun keatas dan usia 5 tahun kebawah, yang berarti bahwa
Kota Baubau satu dekade ke depan akan memperoleh Bonus Demografi, yaitu
tumbuh luar biasa pesat. Siklus ini hanya akan datang sekali dalam sekian ratus
atau bahkan sekian ribu tahun bagi sebuah bangsa. Bonus Demografi akan terjadi
pada 2020-2030. Tanda-tanda bonus demografi sudah muncul. Sejak dua tahun
silam, tingkat kelahiran di Kota Baubau khususnya dan Indonesia pada umumnya
1. baharuddin
4. Camat Wolio
5. Camat Batupoaro
6. Camat Murhum
7. warga bonebone
8. warga baadia
9. warga Tarafu
Kota Baubau.
Baubau merupakan karya ilmiah peneliti yang dilakukan dengan metode kualitatif
fungsi Bahasa Wolio sebagai identitas Masyarakat Buton di Kota Baubau, Bahasa
Wolio menjadi identitas serta peran pemerintah dan tokoh adat dalam menjadikan
Peneliti dalam mencari data dan informasi tentang topik yang di harapkan
dapat mejawab seluruh rumusan masalah secara utuh maka peneliti menggunakan
98
“Bahasa Wolio itu adalah bahasa yang digunakan oleh orang Wolio yang
banyak itu orang Wolio sekitaran Kota Baubau. Saya juga orang Wolio
asli yang masih keturunan kerajaan bila di urut silsilah keluarga. Akan
tetapi sudah jarang bahasa Wolio itu digunakan hanya sesekali saja.
Kalau di Tanya identitas Bahasa Wolio sebagai identitas pemersatu saya
kira saya tidak mengerti tapi sekitaran wilayah ini sering kacau saya kira
Bahasa Wolio bukan pemersatu karena yang kacau itu mayoritas orang
Wolio semua”. (Wawancara 30 Februari 2017).
faktor sehingga Bahasa Wolio itu sendiri sudh tidak dipahami lagi sebagai sebuah
identitas, hal ini sesuai dengan faktor-faktor yang melatar belakangi dilakukannya
penelitian ini. Sesuai juga dengan wawancara yang dilakukan dengan La Huse
luas pergaulannya bisa juga dikarenakan Bahasa Wolio sudah tidak lagi
diperkenalkan dan digunakan, akan tetapi dari yang diungkapkan oleh La Huse
belum mampu menjadi tolak ukur informasi yang mutlak tentang identitas Bahasa
Tarafu, beliau seorang warga yang lahir di Baadia yaitu wilayah yang berada pada
lingkungan keraton yang peneliti anggap paham tentang Bahasa Wolio itu sendiri
cenderung melihat bahwa Bahasa Wolio sudah tidak lagi digunakan secara aktiv
terjadi di wilayah mereka yang dari pemahamannya seringnya konflik itu berarti
Akan tetapi dari yang peneliti lihat dalam tahapan observasi parsitipatif
memperlihatkan bahwa:
“Sebenarnya Bahasa Wolio itu masih sering digunakan oleh warga Baubau
itu sendiri, akan tetapi memang penggunaanya tidak bersifat utuh hanya
muncul seketika dalam perbincangan sehari-hari mereka. Biasanya muncul
ketika bertemu orang yang seketika tanpa disengaja baik itu
sanak saudara ataupun rekan pergaulan seperti misalnya minaka yapai
yang artinya dari mana, ada juga piamo kaawa artinya kapan tiba atau hal-
hal lainnya menggunakan Bahasa Wolio namun
hal ini hanya bersifat sementara saja”
100
Wolio hanya dipahami sebagai bahasa kiasan, tolak ukurnya bahwa dengan apa
yang peneliti lihat dalam keseharian warga Kota Baubau sejauh yang peneliti lihat
lakukan mempelihatkan Bahasa Wolio tidak dipahami dan tidak dimengerti posisi
dan fungsi Bahasa Wolio itu sendiri. Wawancara pula dilakukan dengan salah satu
warga lainnya.
Seperti yang diuangkapkan Ibu Wa Ode Eba, beliau merupakan warga Wameo
yang kesehariannya merupakan penjual Tuli-tuli sekitaran Pos dua. Ibu ini
direkomendasikan oleh warga sebab beliau sempat menjadi salah satu informan
dari mahasiswa Sastra Inggris salah satu universitas di Makassar dimana Bahasa
“Beberapa bulan yang lalu saya juga sempat di wawancarai salah satu
mahasiswa yang meneliti Bahasa Wolio juga, kalau saya di Tanya
bagaimana pendapat kami atau sikap kami dan pogau wolio yi bawoona
Baubau syi, fungsi Bahasa Wolio tidak terlihat cukup membantu
dikarenakan manga mia yi weesi sadhia apobusubusu padahal podopodo
yingkita miana Wolio. Tapi Bahasa Wolio sangat kami hargai terutama
saya sendiri kalau saya ketemu orang Wolio saya selalu Tanya pake
Bahasa Wolio tapi kadang juga saya jengkel karena ane taabhakia pogau
Wolio manga pakeaka bahasa Indonesia handamphu kasombona”.
(Wawancara 2 Maret 2017).
Dari wawancara yang dilakukan dengan ibu ini memberikan informasi yang
baru mengenai fungsi Bahasa Wolio itu sendiri, dari wawancara yang dilakukan
terlihat ibu ini sesekali menggunakan Bahasa Wolio dalam menjawab pertanyaan
peneliti seperti ketika peneliti menanyai mengenai fungsi Bahasa Wolio itu sendri
sempat terucap kata pogau wolio yi bawoona Baubau syi yang artinya Bahasa
101
Wolio di atas tanah Baubau, ada juga ketika peneliti bertanya Bahasa Wolio
sebagai identitas warga Baubau beliau mengatakan manga mia yi weesi sadhia
apobusubusu yang artinya orang disini sering tawuran hampir sama dengan
terjadi hal ini ketika Bahasa Wolio bukan lagi pemersatu masyarakatnya. Dari
dari tidak dipahaminya Bahasa Wolio sebagai identitas pemersatu warga Baubau.
Hal yang serupa sama ketika peneliti mengikuti informan tanpa sepengetahuan
bahwa.
ovservasi parsitipatif serta teknik shawoding yang peneliti lakukan. Bahkan yang
fungsi Bahasa Wolio itu sendiri sebagai identitas pemersatu dan peran pemerintah
serta para Tokoh Adat dalam menjadikan Bahasa Wolio sebagai identitas
pemersatu.
mata pelajaran wajib setiap jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar
hingga tingkat menengah atas melalui mata pelajaran muatan lokal
(MULOK) akan tetapi dengan perkembangan zaman serta terjadinya
percampuran budaya dengan warga lainnya khususnya warga pendatang
menjadikan Bahasa Wolio itu hanya menjadi konsumsi meja belajar saja
tidak lagi menjadi alat komunikasi seperti yang diharapkan para
pemangku adat dan pemerintah pada khsususnya. Hal ini kami memahami
bahwa dalam berkomunikasi Bahasa Wolio mungkin saja sudah tidak
mewakili keterbukaan masyarakat dalam berinteraksi dan Bahasa Wolio
tidak menjadikan warga penggunannya cukup percaya diri sehingga
Bahasa Wolio banyak digunakan di ruang-ruang yang bersifat privat”.
(Wawancara Camat Murhum 07 Maret 2017).
Dari wawancara dengan Camat Murhum di dapatkan informasi baru yaitu saat
ini Bahasa Wolio hanya digunakan pada ruang-ruang privat. Ruang privat berarti
ruang yang lebih kecil dari skala interaksi komunikasi masyarakatnya, hal ini
sesuai dengan yang di uangkapkan salah satu Tokoh masyarakat yang merupakan
informan peneliti.
Hal yang di uangkapkan oleh bapak La Patu ntewo, beliau seorang Tokoh
masyarakat yang dipilih oleh peneliti setelah mendapat rekomendasi oleh warga
mempuni dalam menjawab pertanyaan peneliti. Hal ini dikarenakan beliau adalah
mantan asistem tiga kabupaten Buton yang saat itu dipimpin oleh bupati Sjafei
Kahar, saat ini juga beliau menjabat sebagai Ketua Yayasan Universitas
Muhamadiyah Buton (UMB) dan wakil ketua KONI Kata Baubau menyatakan
bahwa:
“Benar apa yang dikatakan pak Camat, bahwa Bahasa Wolio memang
kebanyakan menjadi konsumsi privat saja oleh warga Wolio. Semisal pada
ruang diskusi politik biasanya orang akan menggunakan Bahasa Wolio
untuk menunjukan dirinya sebagai orang Wolio, ada juga digunakan
biasanya pada negosiasi-negosiasi tertentu biasanya Bahasa Wolio
digunakan sebagai alat mempermudah negosiasi dikarenakan karekter
orang Wolio yang sikap kekerabatannya masih tinggi biasanya ketika
103
bahwa Bahasa Wolio berada pada ruang-ruang yang privat saja. Dari wawancara
dengan penggunaan Bahasa Wolio dan ruang negosiasi dikaitkan dengan Bahasa
keterbukaan tentang fungsi Bahasa Wolio dan Bahasa Wolio dalam identitas
pemersatu masyarakatnya. Hal lain pula coba peneliti lakukan dengan melakukan
observasi partisipatif untuk membuktikan apa yang dikatana para informan diatas.
peneliti ikut dalam acara tersebut untuk melihat bagaimana dan pada waktu kapan
“dalam kegiatan tersebut baru terasa peneliti berada pada lingkunga orang
Wolio, sebab baru pada kegiatan ini peneliti menyaksikan dan mendengar
Bahasa Wolio itu digunakan oleh peserta Kande-kandea. Bahasa Wolio
digunakan saat Bupati melakukan pidatonya, Bahasa Wolio digunakan
saat susunan kegiatan, Bahasa Wolio digunakan saat orang berbisik
diantara kerumunan peserta terutama ketika berada pada deretan terdepan
kursi rombongan Bupati”.
Dari observasi yang peneliti lakukan terlihat kesamaan apa yang dikatakan
informan dan fakta dilapangan menunjukan memang benar hanya pada ruangan-
ruangan yang bersifat privat seperti pada acara tertentu saja dan ruang-ruang
104
diskusi privat saja. Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, peneliti
“apa yang dikatakan pak Camat Murhum itu benar adanya, dan juga
dikatakan orang tua kita bapak La Patu ntewo itu sudah betul. Sebenarnya
kita selaku pemerintah tidak dapat berbuat banyak tentang bagaimana
Bahasa Wolio itu sendri dalam posisi pada lingkungan sosial masyarakat.
Kami susah melakukan yang kami lakukan dengan tetap mengawal
Bahasa Wolio menjadi mata pelajaran yang wajib melalui muatan local
(MULUK) disekolah-sekolah. Hal ini dengan harapan Bahasa Wolio tetap
dipahami dan di gunakanan oleh warga Baubaau dan tidak punah.
Selebihnya lingkungan yang membentuk itu semua, akan tetapi setiap
kegiatan dan promosi daerah Bahasa Wolio selalu dijadikan icon dalam
promosinya”.(Wawancara 09 Maret 2017)
sebelumnya tentang peran pemerintah serta fungsi Bahasa Wolio itu sendiri dan
membenarkan apa yang disampaikan bapak La Patu ntewo. Hal yang baru yang
disampaikan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah seperti ajang promosi
informasi yang di dapat dari Camat Batupoaro maka peneliti mencoba melakukan
membuktikan Bahasa Wolio digunakan dalam ajang promosi maka unit yang
peneliti harus lakukan adalah baliho pemerintah daerah yang tersebar disekitaran
Kota Baubau. Ataupun kantor-kantor pemerintahan dan unit kantor yang menjadi
sampel observasi peneliti adalah kantor Pusat komando Polisi Pamong Praja yang
fungsi Bahasa Wolio sebagai sebuah identitas dan peran pemerintah dalam
melestarikan Bahasa Wolio itu sendiri. Hal yang belum terliha adalah bagaimana
melawan VOC dan perang saudara dengan kerajaan Tidore. Hal ini sesuai dengan
apa yang diceriatan oleh bapak Baharuddin itu sendiri, yang menyatakan bahwa:
“banyak cerita tentang Bahasa Wolio itu, sejak dulu kesultanan sudah
memutuskan Bahasa Wolio sebagai bahasa resmi kesultanan, dimana
Bahasa Wolio digunakan dalam transaksi jual beli, rapat kesultanan dan
kegiatan resmi kenegaraan. Kalau kita mau lihat identitas Bahasa Wolio
sebagai icon pemersatu masyarakat, maka dulu sudah ditetapkan identitas
itu yaitu Kabhanti. Jadi ceritanya dulu kalau orang Wolio bertemu atau
berpapasan maka mereka akan saling bersahutan Kabhanti sehingga
terbentuk identitas yang sama kalau orang Wolio pasti tau Kabhanti.
Kabhanti itu adalah Syair indah tentang keimanan, tentang kehidupan dan
lainnya. Akan tetapi sejalan perkembangan zaman Kabhanti sudah tidak
106
Bapak Baharuddin mengungkapkan hal yang baru mengenai Bahasa Wolio itu
masyarakat Wolio saat itu. Dalam menggali informasi yang lebih mendalam
peneliti meyakini hal ini harus saling berketerkaitan dengan informan yang
dikatakan oleh bapak Al Mujadi Mulku bahwa, Bahasa Wolio sampai kapanmu
akan tetap menjadi sebuah identitas pemersatu Masyarakat Buton, hanya saja
identitas tersebut sudah bergeser pada kondisi tertentu saja. Dalam wawancara
peneliti dapat berhipotesis bahwa permasalahan konflik yang sering terjadi antara
identitas Bahasa Wolio yang mulai memudar. Untuk membuktikan apa yang
pengajar Aksara Wolio yang telah lama berkecimbung dalam dunia kebudayaan
Wolio. Beliau salah satu informan dalam salah satu acara di stasiun TVRI yang
mengungkapkan bahwa:
“ sudah banyak peneliti yang menggali tentang Bahasa Wolo itu sendiri,
baru kali ini saya diwawancarai mengenai identitas Bahasa Wolio
sebagai pemersatu masyarakat. Apalagi studinya komunikasi, sangat baru
sekali saya dengar penelitian komunikasi yang membahas ke linguistikan.
Saya sangat tetarik, menurut saya apa yang kita masksud sebagai
identitas orang Wolio itu memang tidak terlepas dari pengaruh bahasa
karena bahasa mampu membentuk fikiran yang sama antara sesame
lingkungannya, itu adalah teorinya akan tetapi fakta lapangan sekarang
khususnya Bahasa Wolio ada sedikit pergeseran makna Bahasa Wolio.
Saat ini sudah tidak banyak lagi orang berkomunikasi dengan Bahasa
Wolio, hanya kondisi tertentu saja dan hanya terucap sesekali. Tapi kalau
orang-orang tua atau Mancuana selalu menggunakan Bahasa Wolio.
Masalahnya sekarang kita susah untuk melihat identitas mereka, dan
apakah bahasa masih menjadi identitasnya. Karena saat ini kita sudah
108
susah membedakan antara sesama orang Wolio, fakta saat ini kita sebagai
orang Wolio sudah terpengaruh dengan akses orang lain. Saat ini kita
sudah susah membedakan antara orang Ambon dan orang Wolio,
sekarang orang Wolio tapi aksen bicaranya adalah aksen Ambon
sehingga bahasa Wolio juga sudah jarang digunakan karena saat ini lebih
percaya diri pake aksen Ambon dibandingkan aksen Wolio atau Bahasa
Wolio. Dari pandangan saya saat ini sesama orang Baubau akan saling
memahami bila menggunakan aksen Ambon”. (Wawancara 12 Maret
2017).
Yang disampaikan oleh bapak L.M. Anshari Idris mengungkapkan sesuatu hal
yang baru bagi penelitian ini, ada sebuah fenomena yang di dapat bahwa dalam
Bahasa Wolio terpengaruhi oleh akses daerah lain. Sesuatu yang di katakan oleh
Bahasa Wolio dalam hal pemersatu masyarakatnya. Untuk melihat fenomena yang
dalam pembuktiannya yaitu teknik observasi parsitipatif. Hal ini untuk melihat
tersendiri.
penggunaan aksen Ambon, hal ini dari yang peneliti konfirmasi sebagian
dari mereka orang Wolio asli dan mereka tidak memahami Bahasa Wolio
secara utuh namun lebih menyenangi menggunakan aksen Ambon karena
dianggap lebih percaya diri dalam pergaulan”.(Observasi 14 Maret 2017).
informan sebelumnya ada kesamaan dari fakta lapangannya. Hal ini adalah
masyarakat lokal. Akan tetapi tidak bersifat keseluruhan hanya beberapa tempat
saja dan lingkungan yang sangat kental aksen Bahasa Ambonnya. Untuk
memperjelas personal diatas yang di dapat dari hasil penelitian dan observasi
parsitipatif yang dilakukan penleiti maka untuk memperjelas hal ini peneliti
beliau seorang Sopir di terminal angkutan kota dalam provinsi kelahiran Kaubula
dan menetap di Pos 2. Beliau merupakan orang Wolio asli yang tidak memiliki
“Memang kalau orang tidak tau pasti mereka bilang saya ini orang
Ambon asli. Karena memang dalam keseharian sata menggunakan gaya
bicara orang Ambon apalagi kalau sudah diterminal. Tidak tau kenapa
tapi nyaman saja pakai gaya bicara orang Ambon. Ini berawal dari
kecenderungan bergaul dengan orang Ambon sesaat saya menjadi Sopir,
karena banyak orang ambon sesama profesi disana dan terbawa-bawa
gaya bahasa mereka. Saya juga sebenarnya tau Bahasa Wolio tapi malah
saya yang terpengaruh, asik saja bahasanya, lebih gampang dan menarik
dalam berbicara. Dan ini bukan Cuma saya banyak juga orang lain yang
sudah pakai gaya bahasa Ambon. Identitas kita ya orang Baubau tapi
sekarang kalau orang Baubau tidak pintar gaya bahasa Ambon berarti
bukan orang Baubau (sembari tertawa)”. (Wawancara 15 Maret 2017)
Dari yang peneliti lihat memang yang disampaikan oleh bapak Syaifuddin tadi
Baubau. Untuk lebih melihat kebaruan dan klarifikasi atas apa yang didapat dalam
menuju terminal. Teknik ini disebut teknik Shadowing yaitu mengikuti atau
ke terminal dari Pos 2 menuju Terminal angkutan kota di Plaza Kota Baubau.