Abstrak
Bahasa Suwawa merupakan bahasa daerah yang tertua “tiyombu” yang digunakan
oleh masyarakat etnis Suwawa di wilayah Suwawa dan Bone Pantai Provinsi Gorontalo
sejak zaman Purba (sekitar 300 SM). Bahasa Suwawa baik secara historis maupun yuridis
memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting. Akan tetapi, bahasa ini sudah
mulai dimarjinalkan atau termarjinalkan. Tulisan ini bertujuan medeskripsikan faktor dan
strategi pencegahan pemarjinalan bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo.Pendekatan yang
digunakan adalah kualitatif-deskriptif. Teknik pengumpulan data meliputi pengamatan
berperan serta, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian sebagai
berikut. Pertama, pemarjinalan bahasa Suwawa disebabkan oleh (1) faktor konseptual, (2)
faktor operasional, (3) faktor sikap, dan (4) faktor sikap bahasa. Kedua, strategi pencegahan
pemarjinalan bahasa Suwawa dapat dilakukan melalui (1) jalur pendidikan, (2) jalur
penelitian dan kegiatan ilmiah, dan (3) jalur pengabdian kepada masyarakat.
Abstract
The Suwawa language is the oldest local language or “tiyombu”used by the Suwawa
ethnic community in the areas of Suwawa and Bone Pantai in Gorontalo Province
since the ancient time (around 300 BC). The Suwawa language, both historically and
juridically, has a very important position and function. However, this language has
begun to be marginalized. This study aims to describe factors and strategies to prevent
the marginalization of the Suwawa language in Gorontalo Province. The study used the
qualitative descriptive approach. The data were collected through participant observations,
in-depth interviews, and documentation. The results of the study are as follows. First,
the marginalization of the Suwawa language of Suwawa is caused by: (1) conceptual,
(2) operational, (3) attitudinal, and (4) language-attitudinal factors. Second, strategies to
prevent the marginalization of the Suwawa languagecan be applied through: (1) education,
(2) research and scientific activities, and (3) community service.
37
38
dengan perkembangan zaman dan agar bih banyak menggunakan istilah “Pemer-
tetap menjadi bagian dari kepercayaan tahanan” dan atau “Pergeseran”. Pertama,
budaya Indonesia”, sedangkan ayat 2 di- hasil penelitian Sumarsono (dalam Chaer
jelaskan “Pengembangan, pebinaan, dan dan Agustina, 2004:147) menunjukkan (1)
perlindungan sebagaimana dimaksud Penduduk desa Loloan yang berjumlah
pada ayat (1) dilakukan secara berta- sekitar tiga ribu orang tidak mengguna-
hap, sistematis, dan berkelanjutan oleh kan bahasa Bali, melainkan bahasa sejenis
pemerintah daerah di bawah koordinasi bahasa Melayu yang disebut bahasa
lembaga kebahasaan”. Melayu Loloan sebagai B1-nya, … , (2) di
Berdasarkan paparan tersebut di atas, tengah-tengah B2 yang dominan, yaitu
jelaslah bahwa bahasa Suwawa sangat bahasa Bali, mereka dapat bertahan untuk
penting untuk dilestarikan dan dipertahan- tetap menggunakan B1-nya, yaitu bahasa
kan keberadaannya sehingga tidak di- Loloan sejak abad ke-18 lalu ketika leluhur
marjinalkan atau termarjinalkan. Prasaja mereka yang mengaku berasal dari Bugis
(dalam Wahyudi, Ed. 2004:15), mengemu- dan Pontianak, (3) faktor mereka dapat
kakan “Marginal adalah sesuatu yang ke- bertahan dengan bahasa B1-nya, antara
cil jumlahnya dan dianggap tidak penting lain (i) wilayah pemukinaman mereka
serta tidak dilibatkan dalam perkembang- terkonsentrasi pada satu tempat yang se-
an dan peristiwa utama”. Wiryamartana cara geografis agak terpisah dari wilayah
(2004:66), mengatakan “Marginal dapat pemukiman masyarakat Bali, (ii) adanya
dipikirkan sebagai wilayah batas atau toleransi dari masyarakat mayoritas Bali
wilayah pinggir” menurut (1) tempat, (2) yang mau menggunakan bahasa Melayu
status sosial, (3) kekuasaan, (4) kekayaan, Loloan dalam berinteraksi dengan golong-
(5) kelompok etnis, dan (6) keterpelajaran. an minorotas Loloan, meskipun dalam
Lebih lanjut dikatakan, “Yang marginal interaksi itu kadang-kadang digunakan
berarti (1) yang ada di pinggiran, (2) ren- bahasa Bali, (iii) adanya loyalitas yang
dah status sosialnya, (3) tak berkuasa, (4) tinggi dari anggota masyarakat Loloan
miskin, (5) minoritas, dan (6) tak terpela- terhadap bahasa Melayu Loloan sebagai
jar. Dalam masyarakat ada kecenderung- konsekuensi kedudukan atau status ba-
an yang marginal itu “termarginalkan hasa ini menjadi lambang identitas dari
atau dimarginalkan menjadi yang tera- masyarakat Bali yang beragama Hindu,
baikan, dipandang rendah, tertindas, tak dan (v) adanya kesinambungan penga-
diperhatikan, dan sebagainya. lihan bahasa melayu Lolan dari generasi
Berdasarkan pengertian tentang mar- terdahulu ke generasi berikutnya.
gin dan marginal, maka kata pemarjinalan Kedua, hasil penelitian Unesco yang
bahasa (Suwawa) dapat diartikan sebagai dikutip Lauder (dalam Mbete, 2011:133)
upaya langsung atau sengaja dilakukan terhadap pewarisan bahasa daerah ke-
oleh seseorang atau sekelompok orang pada generasi muda memilukan. Dari 90
untuk meminggirkan, menepikan, dan bahasa minoritas yang disurvei di sejum-
menggeser bentuk, kedudukan, dan lah Negara, hanya 36% terwaris secara
fungsi bahasa Suwawa untuk digan- mulus, 64% tidak terwaris secara baik,
tikan dengan bahasa lain. Akibatnya 32% berfungsi, 68% bahasa minoritas itu
masyarakat Suwawa tanpa disadari sudah tidak berfungsi lagi. Ketiga, hasil peneli-
dihinggapi sifat dan sikap waternisasi tian Bagus, dkk, Gunarwan, dan Mbete
(kebarat-baratan). (dalam Gunarwan, 2011:137) menun-
Penelitian tentang pemarjinalan ba- jukkan ranah keluarga sebagai benteng
hasa daerah sudah banyak dilakukan oleh terakhir, khususnya di kota dan di desa-
para pakar. Namun penelitian mereka le- desa yang sudah tergolong maju, bahasa
daerah tidak mendapat posisi dan fungsi Ketujuh, hasil penelitian Setyaning-
penting lagi karena sudah diambil alih sih (2014:27-36), menunjukan, faktor
oleh bahasa Indonesia. Di samping itu, penyebab menurunnya jumlah peng-
banyak ahli waris muda usia yang sudah guna bahasa Jawa oleh Masyarakat Jawa,
malu, tidak percaya, dan tidak mampu antara lain (1) faktor diglosik (dua bahasa
menggunakan bahasa daerah. Makin berdampingan) tetapi ada yang Ragam
kecil dan bahkan makin langkah pula Tinggi (T) dan ada pula yang ragam ren-
ahli-ahli budaya dan bahasa daerah yang dah (R), dan (2) faktor pendidikan.
mencintai dan mengembangkan bahasa,
sastra, dan budaya daerahnya. Keempat, METODE
hasil penelitian Arman tentang “Gagalnya Penelitian ini menggunakan jenis
Ranah Rumah Tangga menjadi Benteng penelitian kualitatif deskriptif-sing-
Terakhir Pemetahanan Bahasa Senatni kronis yang dikemukakan oleh Mahsun
di Kampung Waena dan Kampung Yoka (2005:84). Dalam hal ini peneliti melaku-
Kota Kayapura” (2013:56), menunjukkan kan pengamatan terhadap fenomena pe-
di dalam ranah rumah tangga masyaraat marjinalan bahasa Suwawa pada saat ini.
Yoka dan wena di Kota Jayapura orang- Data diperoleh melalui teknik pengamat-
orang tua dan anak-anak tidak aktif lagi an berperan serta, wawancara menda-
mempergunakan bahasa Sentani. lam, dan catatan serta dibantu dengan
Kelima, hasil pengamatan Gunarwan rekaman video (bandingkan Mulyana,
yang didukung oleh Fisman, Reyhner 2003:173, Sugiyono, 2009:145, dan Mah-
(dalam Gunarwan, 2011:137), menunjuk- sun, 2005:91).
kan sejumlah bahasa daerah sudah berada Data dan sumber data dalam pene-
pada taraf delapan, taraf yang rapuh litian ini, merujuk pada perspektif Ari-
dan mencemaskan. Di antara bahasa- kunto, (2002:25), yaitu (1) manusia berupa
bahasa daerah yang ada di Indonesia peneliti sendiri sebagai kunci utama, un-
hanya menyisahkan segelintir penutur sur keluarga (orang tua dan seluruh ang-
tua dan secara lingual tidak interaktif gota keluarga) dalam satu rumah tangga,
lagi antargnerasi. Banyak generasi muda generasi muda, pemangku adat, pendidik,
berpendidikan tinggi tidak mampu lagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pe-
berbicara dan berdialog dalam bahasa merintah, (2) situasi berupa situasi santai,
daerah dengan generasi tuanya dalam duka, jual beli di pasar, dan dalam rumah,
hal adat dan budaya lokal.Keenam, hasil (3) kejadian atau peristiwa, berupa keja-
penelitian Sailan (2014:191-200) terhadap dian/peristiwa kematian, acara keluarga,
pemertahanan bahasa Muna di Kabupaten pembelajaran, penyuluhan, kampanye,
Muna Sulawesi tenggara, menunjukkan, dan rapat, dan (4) penampilan atau
antara lain (1) pemertahanan orang tua perilaku berupa bahasa atau kata-kata,
menguat pada orang tua di pedesaan dan baik verbal maupun nonverbal. Dalam
sebaliknya melemah pada ranah keluarga menganalisi data, peneliti menggunakan
berpendidikan, keluarga dwisuku, kala- model analisis Miles dan Hubermas, yaitu
ngan elit, dan lingkungan sekolah, dan analisis sebelum ke lapangan, ketika di
(2) secara demografi tampak bahwa … lapangan, dan setelah dari lapangan.
penduduk usia 0-19 tahun mulai kurang
aktif berbahasa Muna, usia 20-49 tahu HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak peduli dengan penggunaan bahasa Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa
Muna, dan usia 50 tahun ke atas masih Suwawa
mampu berbahasa Muna secara aktif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
faktor penyebab pemarjinalan bahasa Su-
wawa, meliputi faktor konseptual, faktor Berdasarkan keterangan informan hal de-
operasional, faktor sikap, dan faktor sikap mikian menunjukkan bahwa masyarakat
bahasa. Faktor pemarjinalan dari aspek Suwawa memiliki sikap santun dan ren-
konseptual terutama berkaitan dengan dah hati. Bahkan salah seorang informan,
(1) keterbatasan pengetahuan tentang mengatakan “Bukan orang Suwawa kalau
asal-usul, kedudukan dan fungsi bahasa tidak santun dalam bertindak tutur”. Hal
Suwawa(2) rumit dan uniknya bahasa ini tampak pada, antara lain penggunaan
Suwawa. pilihan kata yang santun/tawadlu, misal-
nya kata “ami” (kami) dalam kalimat
Faktor Pemarjinalan Bahasa Suwawa “Wagu doizinia ami domotombilu moloia”
dilihat dari Aspek Konseptual (kalau sudah diizinkan kami akan berbi-
Faktor pemarjinalan dari aspek kon- cara dan berkata), karena kerendahan hati
septual berdasarkan hasil penelitian, pilihan kata tersebut diperhalus dengan
meliputi (1) keterbatasan pengetahuan mengucapkan “wagu do izinia amigiyatea/
tentang asal-usul, kedudukan dan fungsi amigiyatotea domotombilu moloia”. Kata
bahasa Suwawa(2) rumit dan uniknya amigiyatea/amigiyatotea merupakan perwu-
bahasa Suwawa. Faktor penyebab point judan nilai-nilai budaya “tawadlu” atau
(1) dari 54 kepala keluarga kesemuanya merendahkan diri di hadapan pembesar,
(100%) menggunakan bahasa Suwawa, pemimpin, atau yang dituakan. Masalah-
tetapi setelah diwawancarai tentang nya, adalah peniruan penekanan intonasi
pengetahuan dan pemahaman mereka ter- sering dilakukan secara berlebihan oleh
hadap asal-usul, kedudukan, dan fungsi orang yang bukan etnis Suwawa. Misal-
bahasa Suawa, hanya 21 (38.89%) yang nya, ati a:ma … (kasiha…n …), (yi) nongonu
menjawab “ya”, sedangkan 33 (61.11%) yi:o:? (mengapa engka …u …). Peniruan
menjawab “tidak”. Dari 7 orang tokoh pengucapan yang berlebihan seperti ini
agama dan tokoh adat semuanya (100%) di samping membuat orang Suwawa
menjawab “ya”. Dari 28 unsur peme- tersinggung ada pula yang merasa malu
rintah Kecamatan dan desa yang ada di dan berkecil hati sehingga tidak mau lagi
wilayah Suwawa dan Bone Pantai hanya berbahasa Suwawa (terutama generasi
3 orang (10.71%) yang mejawab “ya”, se- muda yang berusia 20 tahun ke bawah).
dangkan 25 (89.29%) menjawab “tidak”. Di samping itu, dari 42 orang pemuda se-
Dari 11 orang pendidik, semuanya muanya (100%) tidak dapat membedakan
(100%) menjawab “tidak”. Dari 42 orang pengucapan dan penggunaan fonem dan
generasi muda semuanya (100%) men- huruf ‘nd’ dan ‘nt’. Misalnya, ‘nta mon-
jawab “tidak”. Dengan kata lain, dari 242 gonu yio?” (sedang apa engkau/Anda)?
informan hanya 31 orang (12.81%) yang diucapkan “nda mongonu yio”?, ‘binte’
mengetahui asal-usul, kedudukan, dan (jagung) diucapkan ‘binde’, ‘intea (tidak)’
fungsi bahasa Suwawa, sedangkan 211 diucapkan ‘indea’. Hal ini berbeda dengan
(87.19%) tidak mengetahui. Mereka dapat kata dindi (dinding), pengucapannya tetap
berbahasa Suwawa hanya karena secara dinding dan bukan dinti.
turun temurun dari leluhurnya menggu- Ketidaktahuan dan ketidakmampuan
nakan bahasa Suwawa dalam berinteraksi memahami kedudukan dan fungsi bahasa
sesamanya. Suwawa ini identik dengan hasil pene-
Penyebab (2) di samping kerumitan litian Wahab (2011:155), yakni “Secara
fonologi, morfologi, sintaksis, dan se- kuantitatif, generasi muda yang berasal
mantiknya, juga intonasi pengucapannya. dari keluarga pemilik asli bahasa, sastra,
Pengucapan bahasa Suwawa kedenga- dan aksara daerah tidak mampu melihat
rannya berirama atau berlagu (panjang). pentingnya fungsi dan kedudukan ba-
hasa, sastra, dan aksara daerah. Generasi gal 1 – 2 orang (20-40%), yaitu bapak atau
muda usia 20 tahun ke bawah kurang atau ibu atau bapak dan ibu. Namun demikian,
tidak memedulikan penggunaan aksara di beberapa rumah tangga/keluarga pada
daerah secara reseptif maupun secara desa-desa tertentu masih ada sekisar 60-
produktif. 80%yang berbahasa Suwawa dalam ber-
Selajutnya, berdasarkan pengamatan interaksi sesama anggota keluaraganya.
dan wawancara dengan para guru serta Di lingkungan sekolah tinggal 20%, di
kepala sekolah di beberapa TK dan SD lingkungan masyarakat masih 79, 21%,
yang ada di Suwawa dan Bone Pantai dari di lingkungan pemerintah daerah tinggal
11 orang, semuanya (100) mengatakan 30%, dan di lingkungan tokoh adat dan
“Mau membelajarkan bahasa Suwawa tokoh agama masih 85%.
kepada anak didiknya”. Akan tetapi (1) Tingkat pemarjinalan bahasa Suwawa
guru itu sendiri tidak bisa berbahasa Su- demikian, jika dikaji dari postulat Fish-
wawa, (2) bahasa Suwawa belum masuk man (dalam Yadnya, 2011:171), masih
dalam kurikulum muatan lokal, dan (3) dapat dikategorikan ke taraf 7-1 dan be-
buku ajar/rujukan belum tersedia. Hal ini lum masuk pada taraf 8. Taraf 8 ditandai
identik dengan hasil penelitian Supardi dengan kebahasaan yang hanya sedikit
(2015:11) tentang “Problematika Pembe- sekali orang tua yang mampu berbahasa
lajaran Bahasa Ibu di Papua”. Hasil pe- ibu.Taraf 7 adalah situasi kebahasaan
nelitiannya menunjukkan, antara lain (1) yang … memiliki masih cukup banyak
sebahagian besar bahasa itu hanya didu- penutur, tetapi dari generasi tua (berusia
kung oleh jumlah penutur yang kurang lanjut) …. Taraf 6, masih terdapat penggu-
untuk dapat diselenggarakan PMB-BBI, naan bahasa ibu antargenerasi di rumah.
(2) sebagian besar belum diteliti sehingga Taraf 5, bahasa Suwawa masih hidup dan
sistem fonemnya belum diketahui, (3) be- digunakan dalam kelompok minoritas
lum ada secara lengkap pemetaan bahasa, dan bahkan di sekolah. Taraf 4, bahasa
vitalutas bahasa, dan pemetaan sekolah, minoritas diharuskan pada pendidikan
dan rancangan pembelajaran dan bahan sekolah dasar. Taraf 3, bahasa daerah
ajar masih sangat terbatas pada bahasa (Suwawa) digunakan di tempat kerja
ibu. oleh para pekerja dalam lingkungan kerja
Faktor ketidaktahuan masyarakat khusus. Taraf 2. bahasa daerah (Suwawa)
Suwawa pada bahasa Suwawa, tampak- digunakan dalam pemerintah setempat
nya berdampak padapertama, penamaan (lokal) dan media massa dari komunitas
nama-nama desa pemekaran yang ada minoritas. Taraf 1, bahasa daerah tersebut
di wilayah Suwawa dan Bone Pantai. digunakan dalam tataran pemerintahan
Hasilpenelitian menunjukkan, setelah yang lebih tinggi dan pendidikan tinggi.
dimekarkan sejak 25 Februari 2003 sampai
sekarang berjumlah 152 desa dan 4 kelu- Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa
rahan, hanya 34 (21.79%) desa yang meng- Suwawa dilihat dari Aspek Operasional
gunakan nama dalam bahasa Suwawa, Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa
84 (55.26%) menggunakan nama dalam Suwawa dilihat dari Aspek Lapangan
bahasa Gorontalo, dan 34 (21.79%) meng- Masalah lapangan (lokasi) pembinaan
gunakan nama dalam bahasa Indonesia. dan pengembangan bahasa Suwawa yang
Kedua, semakin merosotnya peng- ada di Suwawa dan Bone Pantai memang
gunaan bahasa Suwawa dalam berbagai masih banyak terpencil dan sulit dijang-
kalangan. Di lingkungan keluarga/rumah kau dengan kenderaan roda dua maupun
tanggarata-rata berjumlah 4-5 orang. Akan roda empat. Lokasi terpencil di daerah
tetapi, yang bisa berbahasa Suwawa ting- Suwawa, antara lain Tulabolo Barat,
Jawa menjadi modal utama. Demikian dan Pmbinaan Pusat melalui Kantor Baha-
juga di lingkungan sekolah, peran guru sa Provinsi Gorontalo telah melatih salah
juga sangat penting untuk mengajarkan satu generasi muda yang berasal daerah
bahasa dan Budaya Jawa dengan metode terpencil, yaitu di Paguyaman Pantai
yag kreatif dan menarik bgi siswa. pada tahun 2012, (4) semua unsur terkait
bersatu padu melakukan pembinaan dan
Strategi Pencegahan Pemarjinalan Ba- pengembangan bahasa daerah (Suwawa)
hasa Suwawa dari Aspek Penelitian dalam berbagai kegiatan, antara lain
Berdasarkan pengamatan dan wawan- kampanye/penyuluhan Pemertahanan
cara, dengan informan berasal dari aka- Bahasa Suwawa di tingkat kecamatan
demisi dan pihak Kantor Bahasa Provinsi dan desa yang ada di daerah Suwawa dan
Gorontalo, strategi yang telah dan akan sekitarnya. Hal ini telah dilakukan oleh
dilakukan untuk mencegah pemarji- Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo dengan
nalan bahasa Suwawa, yakni (1)pihak melibatkan PT pada11 Agustus 2015 dan
akademisi UNG bekerja sama dengan Bina Desa Bahasa Suwawa, 14 Desember
Pengelola Kantor Bahasa Provinsi Goron- 2015 di Suwawa Timur, (5) melibatkan pe-
talo telah melakukan penelitian terhadap nutur asli bahasa Suwawa dalam kegiatan
kebahasaan dan kesastraan dalam bahasa pembinaan dan pengembangan bahasa
Suwawa, (2) memetakan hasil penelitian Suwawa, baik yang dilaksanakanoleh
tersebut dan menetukan hal/aspek yang Kantor Bahasa, Kemendikbud, Dinas
lebih urgenyang dibutuhkan oleh siswa Pariwisata, maupun oleh PT khususnya
dan guru, (3) dalam melakukan peneli- Prodi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia,
tian melibatkan masyarakat yang ada di (6) menambah tenaga penyuluh/Pembina
daerah sasaran, (4) setiap bulan Oktober bahasa di Kantor Bahasa Provinsi dengan
dijadikan sebagai moment pelestarian lebih mengutamakan orang yang memiliki
bahasa daerah yang ada di Gorontalo, motivasi dan dedikasi tinggi untuk mem-
berupa seminar, pelatihan, workshop, bina dan mengembangkan bahasa daerah
lomba, baik cipta dan baca puisi, menu- yang ada di Gorontalo termasuk bahasa
lis dan menyampaikan pidato/ceramah, Suwawa. Dalam hal ini Pateda (2005:143),
debat, memimpin rapat, menyusun dan mengatakan “Strategi pemertahanan ba-
memandu acara, dan bercerita (cerita hasa daerah dapat dilaksanakan dengan
rakyat) dengan menggunakan bahasa pendekatan secara sengaja dan ilmiah
Suwawa. dengan melibatkan (1) birokrat/pemerin-
tah, (2) pakar bahasa, (3) guru, (4) tokoh-
Strategi Pencegahan Pemarjinalan Ba- tokoh informal, misalnya tokoh pemuda,
hasa Suwawa dari Aspek Pengabdian tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
kepada Masyarakat tokoh adat.
Strategi yang telah dan akan dilaku- Selanjutnya, sesuai Keputusan Kong-
kan, yakni (1) sosialisasi dan pelatihan res Bahasa Indonesia VII tahun 1998
kepada guru tentang program (kuriku- (Badan Pengembangan dan Pembinaan
lum) dan materi ajar bahasa Suwawa, (2) Bahasa Kemendikbud, 2011a:86-87), di-
menggunakan sumber (informan) yang jelaskan “Pemerintah perlu memberikan
(i) paham dan menguasai sejarah tentang penghargaan kepada tokoh-tokoh yang
asal usul bahasa Suwawa, (ii) penutur asli telah berjasa besar dalam pembinaan
yang berumur di atas 50 tahun, dan (iii) dan pengembangan bahasa daerah”. Hal
penduduk asli Suwawa yang masih jarang ini telah dilakukan oleh Kantor Bahasa
melakukan kontak bahasa lainnya, (3) Provinsi Gorontalo, yaitu memberikan
pihak pengelola Kantor Pengembangan penghargaan kepada tokoh-tokoh sa-
trawan, budayawan, dan bahasawan asal didikan telah memproses, mengetik, dan
Gorontalo, masing-masing (1) Bapak menerbitkan surat tugas/rekomendasi
Risno Ahaya (Pegambus dan pelantun penelitian. Ucapan terima kasih disampai-
Pa:tungi) tahun 2013, (2) Anugerah H.B. kan pula kepada seluruh informan yang
Jassin” (sastrawan Indonesia) tahun 2015, telah sukarela membantu memberikan
(3) Kadis Kemendikbud Kota Goron- informasi dan keterangan serta data yang
talo (Pemerhati Bahasa Indonesia) tahun dibutuhkan oleh peneliti.
2015, (4) Alm. Prof. Dr. Mansoer Pateda
(Pelestari Bahasa dan budaya Gorontalo) DAFTAR PUSTAKA
tahun 2015, dan (5) Prof. Dr. Nani Tuloli Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Pene-
(Sastrawan Gorontalo) tahun 2015. litian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
PT Rineka Cipta
SIMPULAN Arman. 2013. Gagalnya Ranah Rumah
Berdasarkan paparan sebelumnya, tangga Menjadi Benteng Terakhir
dapatlah disimpulkan, (1) termarjinal Pemertahanan Bahasa sentani di Kam-
tidaknya bahasa Suwawa sangat ditentu- pung Waena dan kampung Yoka Kota
kan oleh (i) peran serta keluarga (orang Jayapura. Jurnal Telaga Bahasa, Vol. 1
tua) dalam mengintensifkan penggunaan (01): 56-71. Gorontalo: Kantor Bahasa
bahasa Suwawa (ii) keseriusan Peme- Provinsi Gorontalo Badan Pengem-
rintah Daerah dan Kemnedikas melalui bangan dan Pembinaan Bahasa Kem-
Kantor Bahasa dalam hal memfasilitasi etrian Pendidikan dan Kebudayaan
pembinaan dan pengembangan bahasa Badan Pengembangan dan Peminaan Ba-
daerah (Suwawa), (2) faktor penyebab hasa Kemendikbud. 2011a. Kumpulan
pemarjinaan bahasa Suwawa lebih banyak Putusan Kongres Bahasa Indonesia 1
berasal dari generasi muda dan guru, baik – IX Tahun 1983-2008. Jakarta: Badan
dari faktor konseptual, opersional, sikap, Pengembangan dan Pembinaan Ba-
maupun sikap bahasa. hasa Kemendikbud
Untuk mencegah penyebab pemarji- Badan Pengembangan dan Pembinaan
nalan bahasa Suwawa tersebut dapat di- Bahasa Kemetrian Pendidikan dan
lakukan dengan berbagai strategi. Strategi Kebudayaan. 2011b. Politik Bahasa.
yang dimaksud, baik melalui pendidikan Jakarta: Badan Pengembangan dan
di lingkungan keluarga, sekolah, maupun Pembinaan Bahasa Kemetrian Pen-
masyarakat, penelitian, dan pengabdian didikan dan Kebudayaan
kepada masyarakat dengan melibatkan Badan Pengembangan dan Pembinaan
seluruh unsur yang terkait. Bahasa Kemendikbud. 2011c. Undang-
undang RI No. 24 Tahun 2009 tentang
UCAPAN TERIMA KASIH Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara
Artikel ini disusun berdasarkan hasil serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Badan
penelitian yang dilaksanakan pada tahun Pengembangan dan Pembinaan Ba-
2015 dengan dukungan anggaran PNBP hasa Kemendikbud
UNG. Untuk itu, perlu disampaikan teri- Bawa, I Wayan. 2011. Perkukuh Budaya
ma kasih kepada Kaprodi Pendidikan Ba- Bangsa dengan Memantapkan Peran
hasa dan sastra Indonesia, Dekan Fakultas Bahasa Daerah. Dalam Maryani,
Sastra dan Budaya UNG, Ketua Lemlit Yeyen dan Sitanggang, S.R.H (Eds.),
UNG, dan Rektor UNG, yang telah me- Pemberdayaan Bahasa Indonesia Mem-
nyetujui dan merekomendasikan peneliti perkukuh Budaya Bangsa dalam Era
untuk melaksanakan penelitian. Di sam- Globalisasi: Risalah Kongres Bahasa
ping itu pula, seluruh staf tenaga kepen- Indonesia VIII (hlm 333-342). Jakarta: