Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR DAN STRATEGI PENCEGAHAN PEMARJINALAN

BAHASA SUWAWA DI PROVINSI GORONTALO



Fatmah AR. Umar
FKIP Unversitas Negeri Gorontalo
e-mail: faruung@gmail.com

Abstrak
Bahasa Suwawa merupakan bahasa daerah yang tertua “tiyombu” yang digunakan
oleh masyarakat etnis Suwawa di wilayah Suwawa dan Bone Pantai Provinsi Gorontalo
sejak zaman Purba (sekitar 300 SM). Bahasa Suwawa baik secara historis maupun yuridis
memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting. Akan tetapi, bahasa ini sudah
mulai dimarjinalkan atau termarjinalkan. Tulisan ini bertujuan medeskripsikan faktor dan
strategi pencegahan pemarjinalan bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo.Pendekatan yang
digu­nakan adalah kualitatif-deskriptif. Teknik pengumpulan data meliputi pengamatan
ber­peran serta, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian sebagai
berikut. Pertama, pemarjinalan bahasa Suwawa disebabkan oleh (1) faktor konseptual, (2)
faktor ope­ra­sional, (3) faktor sikap, dan (4) faktor sikap bahasa. Kedua, strategi pencegahan
pemar­jinalan bahasa Suwawa dapat dilakukan melalui (1) jalur pendidikan, (2) jalur
penelitian dan kegiatan ilmiah, dan (3) jalur pengabdian kepada masyarakat.

Kata kunci: faktor, strategi, pencegahan, pemarjinalan, bahasa Suwawa

FACTORS AND STRATEGIES TO PREVENT THE MARGINALIZATION OF


THE SUWAWA LANGUAGE IN GORONTALO PROVINCE

Abstract
The Suwawa language is the oldest local language or “tiyombu”used by the Suwawa
ethnic community in the areas of Suwawa and Bone Pantai in Gorontalo Province
since the ancient time (around 300 BC). The Suwawa language, both historically and
juridically, has a very important position and function. However, this language has
begun to be marginalized. This study aims to describe factors and strategies to prevent
the marginalization of the Suwawa language in Gorontalo Province. The study used the
qualitative descriptive approach. The data were collected through participant observations,
in-depth interviews, and documentation. The results of the study are as follows. First,
the marginalization of the Suwawa language of Suwawa is caused by: (1) conceptual,
(2) operational, (3) attitudinal, and (4) language-attitudinal factors. Second, strategies to
prevent the marginalization of the Suwawa languagecan be applied through: (1) education,
(2) research and scientific activities, and (3) community service.

Keywords: factors, strategies, prevention, marginalization, Suwawa language

PENDAHULUAN ada di Provinsi Gorontalo. Keberadaan


Dilihat dari aspek sejarah (historis), bahasa Suwawa bersamaan dengan ke-
bahasa Suwawa merupakan bahasa dae- beradaan Kerajaan Suwawa sejak zaman
rah tertua daripada bahasa Gorontalo, ba- Purba sekitar 300 SM (Wantogia dan Wan-
hasa Atinggola, dan bahasa Bulango yang togia, 1980:6-7). Itulah sebabnya bahasa

37
38

Suwawa dan Kerjaan Suwawa disebut antarsesama sebagaimana dilukiskan


Tiyombu(leluhur). Sehubungan dengan dalam ikrar berikut:
hal ini, Kaluku (dalam Daulima, 2006:9), Wallahi adeya tutu
mengemukakan: ‘demi Allah Yang Maha benar’
Masyarakat Gorontalo tumbuh ber- Tuwawa wagu Limbutu
samaan dengan terjadinya daratan ‘Suwawa dan Limboto’
Gorontalo. Semasih menjadi lautan Bi Tomita tutu
masyarakat itu terdapat di Bangio atau ‘hanya satu jua’
Pinogu atau Tuwawa dalam ketinggian Woluo o buku
1902 M. Masyarakat ini mempunyai ‘ada dalam buku (sejarah)’
raja secara turun temuruan sampai Mowali pusaka dotu
dengan raja XVIII. Setelah timbul ‘menjadi pusaka turun temurun’
daratan, maka … masyarakat ini Dagai dao mogotu
menyebar ke sepanjang pesisir Teluk ‘jaga jangan sampai putus’
Tomini. Ke sebelah Timur sampai Pomuluda no mohopu
ke Bolaang Mongondow, ke Selatan ‘mengakibatkan kemusnahan’
sampai ke Molibagu, Bolaang Uki, dan
sekitarnya, ke sebelah Barat sampai ke Ditinjau dari segi yuridis, bahasa (Su-
Atinggola dan sekitarnya termasuk wawa) memiliki kedudukan dan fungsi
Buol Toli-toli. Hal ini dibuktikan yang sangat kuat. Dasar yuridis yang
dengan bahasa yang hampir sama dimaksud dipaparkan berikut. Pertama,
dengan bahasa aslinya, yaitu bahasa UUD 1945 dan Amandemennya pasal 32
Tuwawa (Suwawa). Masyarakat yang ayat 2 (perubahan keempat), dijelaskan
menyebar ini membentuk daerah ker- “Negara menghormati dan memelihara
ajaan tersendiri sesuai dengan nama bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
daerahnya masing-masing. Namun, nasional”. Kedua, Keputusan Kongres
kesemuanya tetap berpegang pada Bahasa Indonesia VII tahun 1998 (Badan
satu falsafat hidup, yaitu U tuwawau Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
– Duluwo – Limo Lo Pohala,… Dengan Kemendikbud, 2011a:86-87), dijelaskan
demikian, asal mula tempat nenek “Pembinaan dan pengembangan bahasa
moyang kita adalah Tuwawa memi- daerah sebagai bagian kebudayaan In-
liki bukti yang kuat. Tuwawa berasal donesia yang hidup perlu dilaksanakan
dari kata “Totowaa”, yang artinya satu secara lebih terencana”.
badan yang terbujur dari Pinolosian Ketiga, UU Sisdiknas No. 20 Tahun
mengarah ke wilayah Barat sampai 2003 Bab VII Pasal 33 ayat 2:17, dijelaskan
ke gunung Boliohuto dan ke sebelah “ Bahasa daerah dapat digunakan seba-
Selatan sampai ke Boalemo dan seki- gai bahasa pengantar dalam tahap awal
tarnya. Itulah daerah/wilayah dari pendidikan apabila diperlukan dalam
kerajaan Tuwawa sampai saat itu. penyampaian pengetahuan/dan atau ke-
terampilan tertentu. Keempat, UU RI No.
Pendapat Kaluku, tampaknya iden- 24 Tahun 2009 tentang “Bendera, Bahasa,
tik dengan pendapat Daulima (2006:14), dan Lambang Negara, serta Lagu Kebang-
yaitu “Masyarakat Gorontalo baik yang saan” Bab III bagian ketiga pasal 42 ayat
tinggal di Kota Gorontalo maupun di 1 dijelaskan Pemerintah Daerah wajib
Kabupaten Gorontalo berasal dari satu mengembangkan, membina, dan melin-
keturunan yaitu dari Tuwawa atau Bangio dungi bahasa dan sastra daerah agar tetap
atau Pinogu”. Oleh karena itu, perlu dijalin memenuhi kedudukan dan fungsinya
dan dibina rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyaratakt sesuai

LITERA, Volume 16, Nomor 1, April 2017


39

dengan perkembangan zaman dan agar bih banyak menggunakan istilah “Pemer-
tetap menjadi bagian dari kepercayaan tahanan” dan atau “Pergeseran”. Pertama,
budaya Indonesia”, sedangkan ayat 2 di- hasil penelitian Sumarsono (dalam Chaer
jelaskan “Pengembangan, pebinaan, dan dan Agustina, 2004:147) menunjukkan (1)
perlindungan sebagaimana dimaksud Penduduk desa Loloan yang berjumlah
pada ayat (1) dilakukan secara berta- sekitar tiga ribu orang tidak mengguna-
hap, sistematis, dan berkelanjutan oleh kan bahasa Bali, melainkan bahasa sejenis
pemerintah daerah di bawah koordinasi bahasa Melayu yang disebut bahasa
lembaga kebahasaan”. Melayu Loloan sebagai B1-nya, … , (2) di
Berdasarkan paparan tersebut di atas, tengah-tengah B2 yang dominan, yaitu
jelaslah bahwa bahasa Suwawa sangat bahasa Bali, mereka dapat bertahan untuk
penting untuk dilestarikan dan dipertahan- tetap menggunakan B1-nya, yaitu bahasa
kan keberadaannya sehingga tidak di- Loloan sejak abad ke-18 lalu ketika leluhur
marjinalkan atau termarjinalkan. Prasaja mereka yang mengaku berasal dari Bugis
(dalam Wahyudi, Ed. 2004:15), mengemu- dan Pontianak, (3) faktor mereka dapat
kakan “Marginal adalah sesuatu yang ke- bertahan dengan bahasa B1-nya, antara
cil jumlahnya dan dianggap tidak penting lain (i) wilayah pemukinaman mereka
serta tidak dilibatkan dalam perkembang- terkonsentrasi pada satu tempat yang se-
an dan peristiwa utama”. Wiryamartana cara geografis agak terpisah dari wilayah
(2004:66), mengatakan “Marginal dapat pemukiman masyarakat Bali, (ii) adanya
dipikirkan sebagai wilayah batas atau toleransi dari masyarakat mayoritas Bali
wilayah pinggir” menurut (1) tempat, (2) yang mau menggunakan bahasa Melayu
status sosial, (3) kekuasaan, (4) kekayaan, Loloan dalam berinteraksi dengan golong-
(5) kelompok etnis, dan (6) keterpelajaran. an minorotas Loloan, meskipun dalam
Lebih lanjut dikatakan, “Yang marginal interaksi itu kadang-kadang digunakan
berarti (1) yang ada di pinggiran, (2) ren- bahasa Bali, (iii) adanya loyalitas yang
dah status sosialnya, (3) tak berkuasa, (4) tinggi dari anggota masyarakat Loloan
miskin, (5) minoritas, dan (6) tak terpela- terhadap bahasa Melayu Loloan sebagai
jar. Dalam masyarakat ada kecenderung- konsekuensi kedudukan atau status ba-
an yang marginal itu “termarginalkan hasa ini menjadi lambang identitas dari
atau dimarginalkan menjadi yang tera- masyarakat Bali yang beragama Hindu,
baikan, dipandang rendah, tertindas, tak dan (v) adanya kesinambungan penga-
diperhatikan, dan sebagainya. lihan bahasa melayu Lolan dari generasi
Berdasarkan pengertian tentang mar- terdahulu ke generasi berikutnya.
gin dan marginal, maka kata pemarjinalan Kedua, hasil penelitian Unesco yang
bahasa (Suwawa) dapat diartikan sebagai dikutip Lauder (dalam Mbete, 2011:133)
upaya langsung atau sengaja dilakukan terhadap pewarisan bahasa daerah ke-
oleh seseorang atau sekelompok orang pada generasi muda memilukan. Dari 90
untuk meminggirkan, menepikan, dan bahasa minoritas yang disurvei di sejum-
menggeser bentuk, kedudukan, dan lah Negara, hanya 36% terwaris secara
fungsi bahasa Suwawa untuk digan- mulus, 64% tidak terwaris secara baik,
tikan dengan bahasa lain. Akibatnya 32% berfungsi, 68% bahasa minoritas itu
masyarakat Suwawa tanpa disadari sudah tidak berfungsi lagi. Ketiga, hasil peneli-
dihinggapi sifat dan sikap waternisasi tian Bagus, dkk, Gunarwan, dan Mbete
(kebarat-baratan). (dalam Gunarwan, 2011:137) menun-
Penelitian tentang pemarjinalan ba- jukkan ranah keluarga sebagai benteng
hasa daerah sudah banyak dilakukan oleh terakhir, khususnya di kota dan di desa-
para pakar. Namun penelitian mereka le- desa yang sudah tergolong maju, bahasa

Faktor dan Strategi Pencegahan Pemarjinalan Bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo


40

daerah tidak mendapat posisi dan fungsi Ketujuh, hasil penelitian Setyaning-
penting lagi karena sudah diambil alih sih (2014:27-36), menunjukan, faktor
oleh bahasa Indonesia. Di samping itu, penyebab menurunnya jumlah peng-
banyak ahli waris muda usia yang sudah guna bahasa Jawa oleh Masyarakat Jawa,
malu, tidak percaya, dan tidak mampu antara lain (1) faktor diglosik (dua bahasa
menggunakan bahasa daerah. Makin berdampingan) tetapi ada yang Ragam
kecil dan bahkan makin langkah pula Tinggi (T) dan ada pula yang ragam ren-
ahli-ahli budaya dan bahasa daerah yang dah (R), dan (2) faktor pendidikan.
mencintai dan mengembangkan bahasa,
sastra, dan budaya daerahnya. Keempat, METODE
hasil penelitian Arman tentang “Gagalnya Penelitian ini menggunakan jenis
Ranah Rumah Tangga menjadi Benteng penelitian kualitatif deskriptif-sing-
Terakhir Pemetahanan Bahasa Senatni kronis yang dikemukakan oleh Mahsun
di Kampung Waena dan Kampung Yoka (2005:84). Dalam hal ini peneliti melaku-
Kota Kayapura” (2013:56), menunjukkan kan pengamatan terhadap fenomena pe-
di dalam ranah rumah tangga masyaraat marjinalan bahasa Suwawa pada saat ini.
Yoka dan wena di Kota Jayapura orang- Data diperoleh melalui teknik pengamat-
orang tua dan anak-anak tidak aktif lagi an berperan serta, wawancara menda-
mempergunakan bahasa Sentani. lam, dan catatan serta dibantu dengan
Kelima, hasil pengamatan Gunarwan rekaman video (bandingkan Mulyana,
yang didukung oleh Fisman, Reyhner 2003:173, Sugiyono, 2009:145, dan Mah-
(dalam Gunarwan, 2011:137), menunjuk- sun, 2005:91).
kan sejumlah bahasa daerah sudah berada Data dan sumber data dalam pene-
pada taraf delapan, taraf yang rapuh litian ini, merujuk pada perspektif Ari-
dan mencemaskan. Di antara bahasa- kunto, (2002:25), yaitu (1) manusia berupa
bahasa daerah yang ada di Indonesia peneliti sendiri sebagai kunci utama, un-
hanya menyisahkan segelintir penutur sur keluarga (orang tua dan seluruh ang-
tua dan secara lingual tidak interaktif gota keluarga) dalam satu rumah tangga,
lagi antargnerasi. Banyak generasi muda generasi muda, pemangku adat, pendidik,
berpendidikan tinggi tidak mampu lagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pe-
berbicara dan berdialog dalam bahasa merintah, (2) situasi berupa situasi santai,
daerah dengan generasi tuanya dalam duka, jual beli di pasar, dan dalam rumah,
hal adat dan budaya lokal.Keenam, hasil (3) kejadian atau peristiwa, berupa keja-
penelitian Sailan (2014:191-200) terhadap dian/peristiwa kematian, acara keluarga,
pemertahanan bahasa Muna di Kabupaten pembelajaran, penyuluhan, kampanye,
Muna Sulawesi tenggara, menunjukkan, dan rapat, dan (4) penampilan atau
antara lain (1) pemertahanan orang tua perilaku berupa bahasa atau kata-kata,
menguat pada orang tua di pedesaan dan baik verbal maupun nonverbal. Dalam
sebaliknya melemah pada ranah keluarga menganalisi data, peneliti menggunakan
berpendidikan, keluarga dwisuku, kala- model analisis Miles dan Hubermas, yaitu
ngan elit, dan lingkungan sekolah, dan analisis sebelum ke lapangan, ketika di
(2) secara demografi tampak bahwa … lapangan, dan setelah dari lapangan.
penduduk usia 0-19 tahun mulai kurang
aktif berbahasa Muna, usia 20-49 tahu HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak peduli dengan penggunaan bahasa Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa
Muna, dan usia 50 tahun ke atas masih Suwawa
mampu berbahasa Muna secara aktif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
faktor penyebab pemarjinalan bahasa Su-

LITERA, Volume 16, Nomor 1, April 2017


41

wawa, meliputi faktor konseptual, faktor Berdasarkan keterangan informan hal de-
operasional, faktor sikap, dan faktor sikap mikian menunjukkan bahwa masyarakat
bahasa. Faktor pemarjinalan dari aspek Suwawa memiliki sikap santun dan ren-
konseptual terutama berkaitan dengan dah hati. Bahkan salah seorang informan,
(1) keterbatasan pengetahuan tentang mengatakan “Bukan orang Suwawa kalau
asal-usul, kedudukan dan fungsi bahasa tidak santun dalam bertindak tutur”. Hal
Suwawa(2) rumit dan uniknya bahasa ini tampak pada, antara lain penggunaan
Suwawa. pilihan kata yang santun/tawadlu, misal-
nya kata “ami” (kami) dalam kalimat
Faktor Pemarjinalan Bahasa Suwawa “Wagu doizinia ami domotombilu moloia”
dilihat dari Aspek Konseptual (kalau sudah diizinkan kami akan berbi-
Faktor pemarjinalan dari aspek kon- cara dan berkata), karena kerendahan hati
septual berdasarkan hasil penelitian, pilihan kata tersebut diperhalus dengan
meliputi (1) keterbatasan pengetahuan mengucapkan “wagu do izinia amigiyatea/
tentang asal-usul, kedudukan dan fungsi amigiyatotea domotombilu moloia”. Kata
bahasa Suwawa(2) rumit dan uniknya amigiyatea/amigiyatotea merupakan perwu-
bahasa Suwawa. Faktor penyebab point judan nilai-nilai budaya “tawadlu” atau
(1) dari 54 kepala keluarga kesemuanya merendahkan diri di hadapan pembesar,
(100%) menggunakan bahasa Suwawa, pemimpin, atau yang dituakan. Masalah-
tetapi setelah diwawancarai tentang nya, adalah peniruan penekanan intonasi
pengetahuan dan pemahaman mereka ter- sering dilakukan secara berlebihan oleh
hadap asal-usul, kedudukan, dan fungsi orang yang bukan etnis Suwawa. Misal-
bahasa Suawa, hanya 21 (38.89%) yang nya, ati a:ma … (kasiha…n …), (yi) nongonu
menjawab “ya”, sedangkan 33 (61.11%) yi:o:? (mengapa engka …u …). Peniruan
menjawab “tidak”. Dari 7 orang tokoh pengucapan yang berlebihan seperti ini
agama dan tokoh adat semuanya (100%) di samping membuat orang Suwawa
menjawab “ya”. Dari 28 unsur peme- tersinggung ada pula yang merasa malu
rintah Kecamatan dan desa yang ada di dan berkecil hati sehingga tidak mau lagi
wilayah Suwawa dan Bone Pantai hanya berbahasa Suwawa (terutama generasi
3 orang (10.71%) yang mejawab “ya”, se- muda yang berusia 20 tahun ke bawah).
dangkan 25 (89.29%) menjawab “tidak”. Di samping itu, dari 42 orang pemuda se-
Dari 11 orang pendidik, semuanya muanya (100%) tidak dapat membedakan
(100%) menjawab “tidak”. Dari 42 orang pengucapan dan penggunaan fonem dan
generasi muda semuanya (100%) men- huruf ‘nd’ dan ‘nt’. Misalnya, ‘nta mon-
jawab “tidak”. Dengan kata lain, dari 242 gonu yio?” (sedang apa engkau/Anda)?
informan hanya 31 orang (12.81%) yang diucapkan “nda mongonu yio”?, ‘binte’
mengetahui asal-usul, kedudukan, dan (jagung) diucapkan ‘binde’, ‘intea (tidak)’
fungsi bahasa Suwawa, sedangkan 211 diucapkan ‘indea’. Hal ini berbeda dengan
(87.19%) tidak mengetahui. Mereka dapat kata dindi (dinding), pengucapannya tetap
berbahasa Suwawa hanya karena secara dinding dan bukan dinti.
turun temurun dari leluhurnya menggu- Ketidaktahuan dan ketidakmampuan
nakan bahasa Suwawa dalam berinteraksi memahami kedudukan dan fungsi bahasa
sesamanya. Suwawa ini identik dengan hasil pene-
Penyebab (2) di samping kerumitan litian Wahab (2011:155), yakni “Secara
fonologi, morfologi, sintaksis, dan se- kuantitatif, generasi muda yang berasal
mantiknya, juga intonasi pengucapannya. dari keluarga pemilik asli bahasa, sastra,
Pengucapan bahasa Suwawa kedenga- dan aksara daerah tidak mampu melihat
rannya berirama atau berlagu (panjang). pentingnya fungsi dan kedudukan ba-

Faktor dan Strategi Pencegahan Pemarjinalan Bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo


42

hasa, sastra, dan aksara daerah. Generasi gal 1 – 2 orang (20-40%), yaitu bapak atau
muda usia 20 tahun ke bawah kurang atau ibu atau bapak dan ibu. Namun demikian,
tidak memedulikan penggunaan aksara di beberapa rumah tangga/keluarga pada
daerah secara reseptif maupun secara desa-desa tertentu masih ada sekisar 60-
produktif. 80%yang berbahasa Suwawa dalam ber-
Selajutnya, berdasarkan pengamatan interaksi sesama anggota keluaraganya.
dan wawancara dengan para guru serta Di lingkungan sekolah tinggal 20%, di
kepala sekolah di beberapa TK dan SD lingkungan masyarakat masih 79, 21%,
yang ada di Suwawa dan Bone Pantai dari di lingkungan pemerintah daerah tinggal
11 orang, semuanya (100) mengatakan 30%, dan di lingkungan tokoh adat dan
“Mau membelajarkan bahasa Suwawa tokoh agama masih 85%.
kepada anak didiknya”. Akan tetapi (1) Tingkat pemarjinalan bahasa Suwawa
guru itu sendiri tidak bisa berbahasa Su- demikian, jika dikaji dari postulat Fish-
wawa, (2) bahasa Suwawa belum masuk man (dalam Yadnya, 2011:171), masih
dalam kurikulum muatan lokal, dan (3) dapat dikategorikan ke taraf 7-1 dan be-
buku ajar/rujukan belum tersedia. Hal ini lum masuk pada taraf 8. Taraf 8 ditandai
identik dengan hasil penelitian Supardi dengan kebahasaan yang hanya sedikit
(2015:11) tentang “Problematika Pembe- sekali orang tua yang mampu berbahasa
lajaran Bahasa Ibu di Papua”. Hasil pe- ibu.Taraf 7 adalah situasi kebahasaan
nelitiannya menunjukkan, antara lain (1) yang … memiliki masih cukup banyak
sebahagian besar bahasa itu hanya didu- penutur, tetapi dari generasi tua (berusia
kung oleh jumlah penutur yang kurang lanjut) …. Taraf 6, masih terdapat penggu-
untuk dapat diselenggarakan PMB-BBI, naan bahasa ibu antargenerasi di rumah.
(2) sebagian besar belum diteliti sehingga Taraf 5, bahasa Suwawa masih hidup dan
sistem fonemnya belum diketahui, (3) be- digunakan dalam kelompok minoritas
lum ada secara lengkap pemetaan bahasa, dan bahkan di sekolah. Taraf 4, bahasa
vitalutas bahasa, dan pemetaan sekolah, minoritas diharuskan pada pendidikan
dan rancangan pembelajaran dan bahan sekolah dasar. Taraf 3, bahasa daerah
ajar masih sangat terbatas pada bahasa (Suwawa) digunakan di tempat kerja
ibu. oleh para pekerja dalam lingkungan kerja
Faktor ketidaktahuan masyarakat khusus. Taraf 2. bahasa daerah (Suwawa)
Suwawa pada bahasa Suwawa, tampak- digunakan dalam pemerintah setempat
nya berdampak padapertama, penamaan (lokal) dan media massa dari komunitas
nama-nama desa pemekaran yang ada minoritas. Taraf 1, bahasa daerah tersebut
di wilayah Suwawa dan Bone Pantai. digunakan dalam tataran pemerintahan
Hasilpenelitian menunjukkan, setelah yang lebih tinggi dan pendidikan tinggi.
dimekarkan sejak 25 Februari 2003 sampai
sekarang berjumlah 152 desa dan 4 kelu- Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa
rahan, hanya 34 (21.79%) desa yang meng- Suwawa dilihat dari Aspek Operasional
gunakan nama dalam bahasa Suwawa, Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa
84 (55.26%) menggunakan nama dalam Suwawa dilihat dari Aspek Lapangan
bahasa Gorontalo, dan 34 (21.79%) meng- Masalah lapangan (lokasi) pembinaan
gunakan nama dalam bahasa Indonesia. dan pengembangan bahasa Suwawa yang
Kedua, semakin merosotnya peng- ada di Suwawa dan Bone Pantai memang
gunaan bahasa Suwawa dalam berbagai masih banyak terpencil dan sulit dijang-
kalangan. Di lingkungan keluarga/rumah kau dengan kenderaan roda dua maupun
tanggarata-rata berjumlah 4-5 orang. Akan roda empat. Lokasi terpencil di daerah
tetapi, yang bisa berbahasa Suwawa ting- Suwawa, antara lain Tulabolo Barat,

LITERA, Volume 16, Nomor 1, April 2017


43

Tulabolo Timur, Pinogu, Pinogu Permai, Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa


Poduoma, dan Bangio. Suwawa dilihat dari Aspek Kebijakan
Berdasarkan pengamatan dan wawan-
Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa cara dengan 3 orang Camat (Suwawa, Su-
Suwawa dilihat dari Aspek Ketenagaan wawa Tengah, dan Suwawa Selatan), serta
Masalah ketenagaan yang membi- 2 orang Kades, yaitu Kades Bondawuna
nan dan mengembangkan bahasa di dan Kades Lompotoo), diperoleh infor-
Provinsi Gorontalo masih sangat terba- masi, mereka telah mengambil kebijakan,
tas. Di Provinsi Gorontalo sudah ada antara lain (1) mewajibkan seluruh aparat
Kantor Bahasa. Akan tetapi, di lembaga kecamatan dan desa menggunakan bahasa
tersebut tenaganya di samping sangat Suwawa setiap hari Jumat dalam berko-
terbatas juga rata-rata berasal dari luar munikasi antarsesama di lingkungan
daerah. Meskipun terdapat putra dan kerja (di kantor), (2) setiap rapat dengan
putri Gorontalo, namun mereka tidak bisa masyarakat, baik Camat maupun Kades
berbahasa Suwawa. Mereka justru lebih selalu menggunakan bahasa Suwawa
fasih berbahasa Inggeris atau berbahasa dalam berinteraksi, (3) menginstruksikan/
Indonesia daripada berbahasa Suwawa, mewajibkan pemangku adat mengguna-
apalagi bahasa Gorontalo, Atinggola dan kan bahasa Suwawa ketika menuturkan
bahasa Bulango. Demikian juga, tenaga tuja’I pada prosesi adat (perkawinan,
di PT masih sangat terbatas. penyambutan tamu, penobatan, dan pe-
makaman) di wilayah Suwawa, (4) men-
Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa ginstruksikan/mewajibkan tokoh agama
Suwawa dilihat dari Aspek Kelembagaan menggunakan bahasa Suwawa ketika
Masalah kelembagaan yang meru- melaksanakan memberikan ceramah dan
pakan penyebab pemarjinalan bahasa berhotbah di wilayah Suwawa, (5) meng-
Suwawa, berdasarkan pengamatan sebe- instruksikan/mewajibkan penggunaan
narnya sudah memadai. Lembaga yang bahasa Suwawa pada tulisan spanduk dan
dimaksud, yaitu (1) lembaga pendidikan gapura berupa slogan atau pengumumam
dan kebudayaan, (2) Lembaga Pemerintah di wilayah Suwawa.
daerah (Gubernur) sebagai penentu kebi- Beberapa kebijakan dimaksud tampak
jakan dan pemegang hak otonomi daerah dalam gambar berikut.
dalam memelihara dan melestarikan ba-
hasa dan budaya daerah, (3) Pemerintah
Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelu-
rahan, (4) /Kantor Bahasa Provinsi, Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang ada di FSB UNG, (5) Lembaga-
lembaga adat, Pusat Bahasa yang ada di
UNG, (6) Lembaga atau sanggar budaya
yang ada di Provinsi dan Kabupaten/
Kota Gorontalo, dan (7) Dinas Pariwisata.
Akan tetapi, lembaga-lembaga ini belum
terintegrasi dalam melaksanakan pembi-
naan dan pengembangan bahasa-bahasa DOTODUWONO ‘AKAN
daerah yang ada di Gorontalo termasuk DIUNDANG/DIPERSILAKAN’
bahasa Suwawa.

Faktor dan Strategi Pencegahan Pemarjinalan Bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo


44

Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa


Suwawa dilihat dari Aspek Sikap
Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan para informan/
generasi muda yang berusia 20 tahun
ke bawah, pada umumnya masih memi-
liki sikap kognitif, afektif, dan konatif.
Lambert (dalam Chaer dan Agustina
(2004:150), mengemukakan sikap terdiri
atas sikap kognitif, sikap afektif, dan sikap
konatif. Sikap kognitif berhubungan de-
ngan pengetahuan mengenai alam sekitar
AIDO ITA MOMANGU NO LIPU dan gagasan yang biasanya merupa-
‘MARI KITA MEMBANGUN NEGERI’ kan kategori yang dipergunakan dalam
proses berpikir. Sikap afektif menyangkut
Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa masalah penilaian baik, suka atau tidak
Suwawa dilihat dari Aspek Sarana dan suka terhdap sesuatu keadaan, Sikap
Prasarana konatif mnyangkut perilaku atau per-
Berdasarkan hasil pengamatan dan buatan sebagai putusan akhir, kesiapan
wawancara dengan para informan (pen- rekatif terhdap suatu keadaan.
didik) di beberapa sekolah di wilayah Su- Berdasarkan hasil penelitian, menun-
wawa dan Bone Panatai, dari 11 informan jukkan sikap kognitif masyarakat Suwawa
semuanya (100%) mengatakan penyebab (Genarasi Muda) dari 42 informan, 37
pemarjinalan bahasa Suwawa, yakni (1) (88.09%) mengatakan kurang tertarik
kurikulum, (2) buku ajar, (3) kamus, (4) atau tidak termotivasi mempelajari dan
laboratorium/sanggar bahasa, (5) dana, menguasai bahasa Suwawa, sedangkan
dan (6) sarana dan prasarana lainnya. sisanya 5 (11.90%) mengatakan sangat
Masalah sarana dan prasarana juga tertarik. Hal ini disebabkan mereka tidak
menjadi penghambat dalam pembinaan mengenal dan tidak mendapatkan penge-
dan pengembangan bahasa dan sastra tahuan serta pemahaman, baik dari orang
sehingga pemarjinalan pun terjadi. Sa- tua, keluarga, sekolah, dan masyarakat
rana dan prasarana dimaksud masih ada sekitarnya mengenai asal-usul, kedudu-
lembaga-lembaga sebagaimana yang kan, dan fungsi bahasa Suwawa.
dipaparkan sebelumnya, tetapi sarana Sikap afektif masyarakat Suwawa
untuk pengembangan bahasa dan sastra (generasi muda) terhadap bahasa Su-
(khusunya bahasa dan sastra daerah) be- wawa, menunjukkan dari42 orang gene-
lum memadai. Sebagai contoh, jurusan rasi muda 27 (64.29%) mengatakan masih
bahasa dan sastra Indonesia membutuh- senang dan ingin berbahasa Suwawa,
kan lab bahasa. Akan tetapi sampai saat tetapi mereka tidak paham dan meskipun
ini lab itu hanya namanya ada tetapi sa- paham malu menggunakannya. Sikap
rana dan prasarana yang dibutuhkan sam- konatif masyarakat Suwawa (Generasi
pai saat ini belum tersedia. Di samping Muda) terhadap bahasa Suwawa dari
itu, dana penunjang untuk itu juga tidak 42 generasi muda 25 (59.52%) mengata-
tersedia. Dengan demikian, beberapa ke- kan siap untuk belajar bahasa Suwawa
giatan praktikum terpaksa harus dibiayai termasuk belajar bahasa Suwawa mela-
sendiri oleh mahasiswa dan dosen yang lui penuturan tujaqi pada prosesi adat
bersangkutan. perkawinan khususnya. Di samping itu,
dari 11 orang guru dan 1 orang kepala

LITERA, Volume 16, Nomor 1, April 2017


45

sekolah semuanya (100%), mengatakan sesuai harapan. Dari 242 informan 52


siap mengajarkannya di sekolah jika ada (21.49%) sudah kehilangan rasa bangga
kurikulum dan buku ajar. terhadap bahasa Suwawa. Hal ini dikare-
Sehubungan dengan ketiga sikap ter- nakan ketidaktahuan, keterlibatan dalam
sebut, hasil survey Unesco yang dikutip politik, berkedudukan sebagai pejabat,
Lauder (dalam Mbete, 2011:133) dari gengsi, dan malu. Sikap kesetiaan ba-
90 bahasa minoritas yang disurvei di hasa masyarakat Suwawa juga masih
sejumlah Negara, hanya 36% terwaris ditemukan, tetapi mencegah pengaruh
secara mulus, 64% tidak terwaris secara bahasa lainnya sulit dibendung. Sikap
baik, 32% berfungsi, 68% bahasa minori- kesadaran akan norma bahasa masih
tas itu tidak berfungsi lagi. Selanjutnya, dimiliki oleh masyarakat Suwawa secara
hasil penelitian Bagus, dkk, Gunarwan, dominan. Gambaran sikap kesadaran
dan Mbete (dalam Gunarwan, 2011:137) akan norma bahasa (awareness of the norm)
menunjukkan ranah keluarga sebagai masyarakat Suwawa identik dengan apa
benteng terakhir, khususnya di kota dan yang dikemukakan oleh Pateda (2005:53)
di desa-desa yang sudah tergolong maju, berikiut. Pateda membedakan pengung-
bahasa daerah tidak mendapat posisi dan kapan bahasa atau sikap berbahasa di
fungsi penting lagi karena sudah diambil desa dan di kota. Pengungkapan bahasa/
alih oleh bahasa Indonesia. sikap berbahasa di desa masih terdengar
tekanan nada dan pilihan kata yang penuh
Faktor Penyebab Pemarjinalan Bahasa kemesraan dan gotong royong serta keber-
Suwawa dilihat dari Aspek Sikap Bahasa samaan, tetapi di kota bahasa itu sudah
Berdasarkan pengamatan berperan dipengaruhi oleh dominasi rasio telah
serta, masyarakat Suwawa pada dasarnya menjadikan kebudayaan itu kering dan
masih memiliki sikap bahasa sebagai- kasar. Indvidualisme telah membuat per-
mana yang dikemukakan oleh Garvin hubungan secara manusiawi kehilangan
dan Mathiot (dalam Chaer dan Agus- kemesraan. Sebagai contoh, jika Anda da-
tina. 2004:152), yaitu kesetiaan bahasa tang ke suatu kota besar dan menanyakan
(language loyality), kebanggaan bahasa alamat seseorang, pasti jawabannya tidak
(language pride), dan kesadaran noram tahu lalu pergi meninggalkan Anda tanpa
bahasa (awareness of the norm).Kesetiaan tegur sapa dan dengan ekspresi penuh
bahasa (language loyality) yang mendo- kecurigaan dan ketakutan. Sebaliknya,
rong masyarakat suatu bahasa memper- jika Anda pergi ke suatu desa yang masih
tahankan bahasanya, dan apabila perlu ramah lingkungan dan jika Anda bertanya
mencegah adanya pengaruh bahasa lain, tentang alamat seseorang, pasti Anda
Kebanggaan bahasa (language pride) akan ditegur sapa dengan penuh hormat
yang mendorong orang mengembang- dan santun. Misalnya, Bapak/Ibu/Anda
kan bahasanya dan menggunakannya siapa dan dari mana? Kenal apa dengan
sebagai lambang identitas dan kesatuan dia (yang dicari)? Kalau pun orang terse-
masyarakat. Kesadaran akan norma baha- but tidak mengenal orang yang Anda cari,
sa (awareness of the norm) yang mendorong setidaknya orang tersebut (tempat Anda
orang menggunakan bahasanya dengan bertanya) akan mengajak Anda bersama-
cermat dan santun. sama menanyakan ke tetangganya dan
Ketiga sikap bahasa tersebut, berda- berusaha menemani Anda sampai ber-
sarkan penelitian masih ditemukan pada temu dengan orang yang Anda cari. Me-
masyarakat Suwawa meskipun tidak lagi nyenangkan, bukan?

Faktor dan Strategi Pencegahan Pemarjinalan Bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo


46

Strategi Pencegahan Pemarjinalan Ba- dikumandangkan dan diputuskan dalam


hasa Suwawa Kongres Bahasa Indonesia VII tahun 1998
Strategi Pencegahan Pemarjinalan Ba- (Badan Pengembangan dan Pembinaan
hasa Suwawa dari Aspek Pendidikan Bahasa Kemendikbud, 2011a:86-87), yaitu
Strategi pencegahan pemarjinalan (1) penerbitan buku, surat kabar, dan ma-
bahasa Suwawa dapat dilakukan melalui jalah dalam bahasa daerah perlu digiatkan
pendidikan, baik di lingkungan keluarga, dan didorong, dan (2) pengembangan
lingkungan sekolah, maupun lingkungan bahan ajar bahasa daerah perlu dilakukan
masyarakat. Strategi yang telah dan akan dengan memanfaatkan sumber-sumber
dilakukan di ligkungan keluarga, ber- rujukan yang telah diterbitkan oleh Pusat
dasarkan pengamatan dan wawancara, Pembiaan dan Pengembangan Bahasa
yaitu (1) Ibu atau ayah (Ayah dan Ibu) se- dan/atau lembaga lain yang bersangkutan.
lalu menggunakan bahasa Suwawa dalam Hal senada juga dikemukakan oleh Bawa
berkomunikasi dengan seluruh anggota (2011:337), yakni untuk memantapkan
keluarga termasuk dengan anak-anak peran bahasa daerah dapat dilkukan
di rumah, (2) memperkenalkan tentang dengan memantapkan mutu pemakaian
asal-usul, kedudukan, dan fungsi bahasa bahasa daerah yang antara lain melalui
Suwawa kepada seluruh anggota keluarga pengajaran dan pemasyarakatan. Agar
terutama kepada anak-anak berusia 20 mutu pemakaiannya meningkat, selain
tahun ke bawah, (3) menghimpun warga melalui pengembangan kurikulum, juga
masyarakat etnis Suwawa dalam wadah disertai dengan pengembangan bahan
arisan keluarga yang dikenal dengan ajar, memanfaatkan metode yang tepat,
“Bu:gota wa:nama inogaluma no poganaa” pengembangan tenaga pengajar, dan
(ikatan dan anyaman/persatuan dan ke- mengembangkan sarana pendidikan
satuan yang disepakati bersama keluar- bahasa.
ga). Hal ini dibentuk pada 31 Agustus 2015. Sehubungan dengan strategi pencega-
Tujuannya yaitu (1) menghimpun dan han pemarjinalan bahasa, Mbeto (dalam
mempererat kembali hubungan silatur- Sutama, 2014:42), mengemukakan lima
rahim antarkeluarga, (2) membangun strategi pemertahanan bahasa-bahasa
kembali nilai-nilai budaya berupa soli- Nusantara, yakni (1) peningkatan disiplin
daritas antarsesama keluarga, dan (3) menggunakana bahasa daerah, nasional,
mengangkat serta melestarikan kembali dan internasional sesuai dengan ranah
penggunaan bahasa Suwawa terutama di pemakaian masing-masing, (2) pembena-
lingkungan keluarga. han pembelajaran bahasa daerah melalui
Strategi pencegahan pemarjinalan pengembangan kurikulum, bahan ajar,
bahasa Suwawa yang akan dilakukan model pembelajaran, dan peningkatan
berdasarkan permintaan pendidik di mutu guru, (3) kerja sama kelembagaan
lingkungan sekolah ketika diwawancarai, dan pemberayaan lembaga-lembaga tra-
yakni semua pihak yang terkait bersama- disional, (4) penerjemahan penulisan dan
sama (1) merumuskan kurikulum muatan teknologisasi khasanah budaya nusantara,
lokal tentang bahasa Suwawa, (2) menyu- dan (5) reorientasi kebahasaan dan kebu-
sun dan menerbitkan buku/materi ajar, (3) dayaan nasional. Di samping itu, demi upa-
menyusun dan menerbitkan kamus ba- ya penguatan jati diri bangsa ini, Setya-
hasa Suwawa, (4) menyusun dan mener- ningsih (2015:27), mengemukakan kerja
bitkan kamus istilah bahasa Suwawa, dan sama yang baik antara masyarakat dan
(5) mengadakan laboratorium/sanggar lembaga pendidikan menjadi hal yang
bahasa, serta (6) penyediaan alokasi dana perlu dijalin dengan baik. Dalam keluarga
yang memadai. Hal ini sebagaimana telah peran orang tua dalam penerapan bahasa

LITERA, Volume 16, Nomor 1, April 2017


47

Jawa menjadi modal utama. Demikian dan Pmbinaan Pusat melalui Kantor Baha-
juga di lingkungan sekolah, peran guru sa Provinsi Gorontalo telah melatih salah
juga sangat penting untuk mengajarkan satu generasi muda yang berasal daerah
bahasa dan Budaya Jawa dengan metode terpencil, yaitu di Paguyaman Pantai
yag kreatif dan menarik bgi siswa. pada tahun 2012, (4) semua unsur terkait
bersatu padu melakukan pembinaan dan
Strategi Pencegahan Pemarjinalan Ba- pengembangan bahasa daerah (Suwawa)
hasa Suwawa dari Aspek Penelitian dalam berbagai kegiatan, antara lain
Berdasarkan pengamatan dan wawan- kampanye/penyuluhan Pemertahanan
cara, dengan informan berasal dari aka- Bahasa Suwawa di tingkat kecamatan
demisi dan pihak Kantor Bahasa Provinsi dan desa yang ada di daerah Suwawa dan
Gorontalo, strategi yang telah dan akan sekitarnya. Hal ini telah dilakukan oleh
dilakukan untuk mencegah pemarji- Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo dengan
nalan bahasa Suwawa, yakni (1)pihak melibatkan PT pada11 Agustus 2015 dan
akademisi UNG bekerja sama dengan Bina Desa Bahasa Suwawa, 14 Desember
Pengelola Kantor Bahasa Provinsi Goron- 2015 di Suwawa Timur, (5) melibatkan pe-
talo telah melakukan penelitian terhadap nutur asli bahasa Suwawa dalam kegiatan
kebahasaan dan kesastraan dalam bahasa pembinaan dan pengembangan bahasa
Suwawa, (2) memetakan hasil penelitian Suwawa, baik yang dilaksanakanoleh
tersebut dan menetukan hal/aspek yang Kantor Bahasa, Kemendikbud, Dinas
lebih urgenyang dibutuhkan oleh siswa Pariwisata, maupun oleh PT khususnya
dan guru, (3) dalam melakukan peneli- Prodi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia,
tian melibatkan masyarakat yang ada di (6) menambah tenaga penyuluh/Pembina
daerah sasaran, (4) setiap bulan Oktober bahasa di Kantor Bahasa Provinsi dengan
dijadikan sebagai moment pelestarian lebih mengutamakan orang yang memiliki
bahasa daerah yang ada di Gorontalo, motivasi dan dedikasi tinggi untuk mem-
berupa seminar, pelatihan, workshop, bina dan mengembangkan bahasa daerah
lomba, baik cipta dan baca puisi, menu- yang ada di Gorontalo termasuk bahasa
lis dan menyampaikan pidato/ceramah, Suwawa. Dalam hal ini Pateda (2005:143),
debat, memimpin rapat, menyusun dan mengatakan “Strategi pemertahanan ba-
memandu acara, dan bercerita (cerita hasa daerah dapat dilaksanakan dengan
rakyat) dengan menggunakan bahasa pendekatan secara sengaja dan ilmiah
Suwawa. dengan melibatkan (1) birokrat/pemerin-
tah, (2) pakar bahasa, (3) guru, (4) tokoh-
Strategi Pencegahan Pemarjinalan Ba- tokoh informal, misalnya tokoh pemuda,
hasa Suwawa dari Aspek Pengabdian tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
kepada Masyarakat tokoh adat.
Strategi yang telah dan akan dilaku- Selanjutnya, sesuai Keputusan Kong-
kan, yakni (1) sosialisasi dan pelatihan res Bahasa Indonesia VII tahun 1998
kepada guru tentang program (kuriku- (Badan Pengembangan dan Pembinaan
lum) dan materi ajar bahasa Suwawa, (2) Bahasa Kemendikbud, 2011a:86-87), di-
menggunakan sumber (informan) yang jelaskan “Pemerintah perlu memberikan
(i) paham dan menguasai sejarah tentang penghargaan kepada tokoh-tokoh yang
asal usul bahasa Suwawa, (ii) penutur asli telah berjasa besar dalam pembinaan
yang berumur di atas 50 tahun, dan (iii) dan pengembangan bahasa daerah”. Hal
penduduk asli Suwawa yang masih jarang ini telah dilakukan oleh Kantor Bahasa
melakukan kontak bahasa lainnya, (3) Provinsi Gorontalo, yaitu memberikan
pihak pengelola Kantor Pengembangan penghargaan kepada tokoh-tokoh sa-

Faktor dan Strategi Pencegahan Pemarjinalan Bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo


48

trawan, budayawan, dan bahasawan asal didikan telah memproses, mengetik, dan
Gorontalo, masing-masing (1) Bapak menerbitkan surat tugas/rekomendasi
Risno Ahaya (Pegambus dan pelantun penelitian. Ucapan terima kasih disampai-
Pa:tungi) tahun 2013, (2) Anugerah H.B. kan pula kepada seluruh informan yang
Jassin” (sastrawan Indonesia) tahun 2015, telah sukarela membantu memberikan
(3) Kadis Kemendikbud Kota Goron- informasi dan keterangan serta data yang
talo (Pemerhati Bahasa Indonesia) tahun dibutuhkan oleh peneliti.
2015, (4) Alm. Prof. Dr. Mansoer Pateda
(Pelestari Bahasa dan budaya Gorontalo) DAFTAR PUSTAKA
tahun 2015, dan (5) Prof. Dr. Nani Tuloli Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Pene-
(Sastrawan Gorontalo) tahun 2015. litian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
PT Rineka Cipta
SIMPULAN Arman. 2013. Gagalnya Ranah Rumah
Berdasarkan paparan sebelumnya, tangga Menjadi Benteng Terakhir
dapatlah disimpulkan, (1) termarjinal Pemertahanan Bahasa sentani di Kam-
tidaknya bahasa Suwawa sangat ditentu- pung Waena dan kampung Yoka Kota
kan oleh (i) peran serta keluarga (orang Jayapura. Jurnal Telaga Bahasa, Vol. 1
tua) dalam mengintensifkan penggunaan (01): 56-71. Gorontalo: Kantor Bahasa
bahasa Suwawa (ii) keseriusan Peme- Provinsi Gorontalo Badan Pengem-
rintah Daerah dan Kemnedikas melalui bangan dan Pembinaan Bahasa Kem-
Kantor Bahasa dalam hal memfasilitasi etrian Pendidikan dan Kebudayaan
pembinaan dan pengembangan bahasa Badan Pengembangan dan Peminaan Ba-
daerah (Suwawa), (2) faktor penyebab hasa Kemendikbud. 2011a. Kumpulan
pemarjinaan bahasa Suwawa lebih banyak Putusan Kongres Bahasa Indonesia 1
berasal dari generasi muda dan guru, baik – IX Tahun 1983-2008. Jakarta: Badan
dari faktor konseptual, opersional, sikap, Pengembangan dan Pembinaan Ba-
maupun sikap bahasa. hasa Kemendikbud
Untuk mencegah penyebab pemarji- Badan Pengembangan dan Pembinaan
nalan bahasa Suwawa tersebut dapat di- Bahasa Kemetrian Pendidikan dan
lakukan dengan berbagai strategi. Strategi Kebudayaan. 2011b. Politik Bahasa.
yang dimaksud, baik melalui pendidikan Jakarta: Badan Pengembangan dan
di lingkungan keluarga, sekolah, maupun Pembinaan Bahasa Kemetrian Pen-
masyarakat, penelitian, dan pengabdian didikan dan Kebudayaan
kepada masyarakat dengan melibatkan Badan Pengembangan dan Pembinaan
seluruh unsur yang terkait. Bahasa Kemendikbud. 2011c. Undang-
undang RI No. 24 Tahun 2009 tentang
UCAPAN TERIMA KASIH Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara
Artikel ini disusun berdasarkan hasil serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Badan
penelitian yang dilaksanakan pada tahun Pengembangan dan Pembinaan Ba-
2015 dengan dukungan anggaran PNBP hasa Kemendikbud
UNG. Untuk itu, perlu disampaikan teri- Bawa, I Wayan. 2011. Perkukuh Budaya
ma kasih kepada Kaprodi Pendidikan Ba- Bangsa dengan Memantapkan Peran
hasa dan sastra Indonesia, Dekan Fakultas Bahasa Daerah. Dalam Maryani,
Sastra dan Budaya UNG, Ketua Lemlit Yeyen dan Sitanggang, S.R.H (Eds.),
UNG, dan Rektor UNG, yang telah me- Pemberdayaan Bahasa Indonesia Mem-
nyetujui dan merekomendasikan peneliti perkukuh Budaya Bangsa dalam Era
untuk melaksanakan penelitian. Di sam- Globalisasi: Risalah Kongres Bahasa
ping itu pula, seluruh staf tenaga kepen- Indonesia VIII (hlm 333-342). Jakarta:

LITERA, Volume 16, Nomor 1, April 2017


49

Badan Pengembangan dan Pembinaan Vol. 13. No.1:191-200, diakes 2 Maret


Bahasa Kemendikbud. 2017.
Chaer, Abdul dan Agustina Leonie. 2004. Setyaningsih, Nur Ramadhoni. 2015.
Sosiolinguistik: Perkenalan Awal Edisi Pengenalan Bahasa Jawa pada Anak
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta sebagai Bentuk Pemberdayaan Bahasa
Daulima, Farha. 2006. Terbentuknya Lokal dan Upaya Pengetahuan Jati
Kerajaan Limboto Gorontalo: Bahan Diri Bangsa. Jurnal Tutur: Cakrawala
Pembelajaran Muatan Lokal. Gorontalo: Kajian Bahasa-bahasa Nusantara, Vol.
Galeri Budaya Daerah LSM “Mbui 01 (01): 27-36. Bali: Asosiasi Peneliti
Bungale” Bahasa-bahasa Lokal (APBL)
Gunarwan, Asim. 2011. Pembalikan Per- Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuan-
geseran Bahasa Daerah untuk Mem- titaif Kualitatif dan R & D. Bandung:
perkukuh Budaya. Dalam Maryani, Alfabeta
Yeyen dan Sitanggang, S.R.H (Eds.), Supardi. 2015. Problematika Pembelajar-
Pemberdayaan Bahasa Indonesia Mem- an Bahasa Ibu di Papua. Jurnal Tu-
perkukuh Budaya Bangsa dalam Era tur: Cakrawala Kajian Bahasa-bahasa
Globalisasi:Risalah Kongres Bahasa Indo- Nusantara, Vol. 01 (01): 11-18. Bali:
nesia VIII (hlm 115-132). Jakarta:Badan Asosiasi Peneliti Bahasa-bahasa Lokal
Pengembangan dan Pembinaan Ba- (APBL).
hasa Kemendikbud. Sutama, I Made. 2015. Hari Berbahasa
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: daerah di Sekolah dalam Perspektif
Tahapan, Strategi, Metode, dan Teknik. Pemerolehan dan Pemertahanan Ba-
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada hasa. Jurnal Tutur: Cakrawala Kajian
Mbete, Aron Meko. 2011. Pemekaran Bahasa-bahasa Nusantara, Vol. 01 (01):
Fungsi Bahasa Daerah Demi Ketahan- 37-45. Bali: Asosiasi Peneliti Bahasa-
an Budaya Bangsa: Dalam Maryani bahasa Lokal (APBL)
Yeyen dan Sitanggang, S.R.H (Eds.), Tim Fokus Media. 2004. UUD 1945 dan
Pemberdayaan Bahasa Indonesia Mem- Amandemennya. Bandung: Fokus
perkukuh Budaya Bangsa dalam Era Media
Globalisasi:Risalah Kongres Bahasa Undang-Undang Sisdiknas (Sistem
Indonesia VIII (hlm 133-148). Jakarta: Pendidikan Nasional) 2003: UU RI
Badan Pengembangan dan Pembinaan No. 20 Th. 2003). 2006. Jakarta: Sinar
Bahasa Kemendikbud. Grafika
Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Pene- Wahab, Abdul. 2011. Masa Depan Ba-
litian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu hasa, Sastra, dan Aksara Daerah.
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Pemberdayaan Bahasa Indonesia Mem-
Bandung: PT Remaja Rosdakarya perkukuh Budaya Bangsa dalam Era
Peteda, Mansoer. 2005. Sosiolinguistik. Globalisasi:Risalah Kongres Bahasa Indo-
Gorontalo: Viladan nesia VIII. Dalam Maryani Yeyen dan
Redaksi Sinar Grafika. 2006. Undang- Sirear, S.R.H (Ed.). 2011. hlm 155-185.
undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Jakarta: Badan Pengembangan dan
Nasional) 2003 (UU RI No. 20 Th. Pembinaan Bahasa Kemendikbud.
2003). Jakarta: Sinar Grafika Wahyudi, Ibnu (Ed.). 2004. Menyoal Sastra
Sailan, Zailili. 2014. Pemertahanan Bahasa Marginal. Jakarta: Wedatama Widya
Muna di Kabupaten Muna Sulawesi Sastra.
Tenggara. Litera: Jurnal Penelitian Wantogia dan Wantogia. 1984. Sejarah
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya FBS Gorontalo: Asal Usul dan Terbentuknya
UNY, (Online), Http://journal.uny.ac.id, Kerajaan Suwawa, Limboto, dan Goron-

Faktor dan Strategi Pencegahan Pemarjinalan Bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo


50

talo. Gorontalo: Toko Buku “Tambibu- Persaingan Bahasa Nasional, Daerah,


lawa” dan Asing untuk Memperkukuh Ket-
Wiryamartana, I Kuntara. 2004. “Mem- ahanan Budaya. Pemberdayaan Bahasa
perimbangkan Sastra Marginal dari Indonesia Memperkukuh Budaya Bangsa
Kajian Penelitian”. Menyoal Sastra dalam Era Globalisasi:Risalah Kongres
Marginal. Dalam Wahyudi Ibnu. 2004. Bahasa Indonesia VIII. Dalam Maryani
hlm 66. Jakarta: Wedatama Widya Yeyen dan Sirear, S.R.H (Ed.). 2011.
Sastra hlm 171-185. Jakarta: Badan Pengem-
Yadnya, Ida Bagus Putra. 2011. Revitali- bangan dan Pembinaan Bahasa Ke-
sasi Bahasa Daerah (Bali) di Tengah mendikbud.

LITERA, Volume 16, Nomor 1, April 2017

Anda mungkin juga menyukai