BAB 1 PEMBUKAAN
A. latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, dengan bahasa dapat mengetahui
informasi yang kita butuhkan. Selainitu kita dapat menyampaikan ide dan gagasan kita melalui bahasa.
Oleh sebab itu, kita harus mampu menguasi bahasa dan elemen-elemnennya, seperti kosakata, struktur,
dan lain sebagainya. Bahasa muncul dan berkembang karena interaksi antar individu dalam suatu
masyarakat. Sehubungan dengan peran penting bahasa sebagai bagian dari komunikasi dalam kehidupan
manusia, Fromkin dan Rodman (1998:5) menyatakan secara singkat sifat bahasa manusia yaitu sebagai
suatu sistem arbitrardari simbol suara yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk berkomunikasi dan
mengenali satu sama lain.
Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang masuk ke dalam kelompok bahasa Melayik, termasuk
Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa Melayu Standar, Serawai, Banjar, Jakarta, Bacan,
dan Melayu Menado juga masuk dalam kelompok bahasa Melayik (Adelaar, 1992). Bahasa Minangkabau
dan bahasa-bahasa tersebut memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Buktinya, bahasa-bahasa tersebut
berasal dari protobahasa yang sama, yaitu Protobahasa Melayik (PM). Dapat dikatakan bahwa bahasa
Minangkabau dan bahasa Melayu merupakan dua bahasa yang berbeda, namun masih dalam satu rumpun
bahasa (berkerabat) sepeti halnya bahasa Jerman dan bahasa Belanda
Bahasa Minangkabau seperti bahasa pada umumnya, memiliki variasi.Variasi-variasi tersebut terlihat
dengan adanya beberapa dialek. Nadra (2006:89) dengan menggunakan metode dialektrometri
berdasarkan unsur distribusi leksikal menentukan tujuh dialek bahasa Minangkabau di Sumatera Barat.
Adanya variasi- variasi tersebut menandakan adanya perubahan dan perkembangan bahasa Minangkabau.
Perubahan yang terjadi bisa berupa pengurangan, penambahan, atau penggantian, baik dalam tataran
fonologis, leksikal, maupun sintaksis.
Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat dilihat dari perbedaan dialek yang
digunakan oleh kelompok masyarakat Minangkabau di berbagai wilayah. Wilayah Sumatera Barat adalah
wilayah tutur bahasa Minangkabau yang utama dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.
Sampai saat ini tercatat bahwa bahasa Minangkabau digunakan oleh masyarakat pada 19 kabupaten/kota
yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Barat. Luasnya sebaran tersebut menyebabkan bervariasinya
bahasa Minangkabau yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh penuturnya.
Bagi masyarakat Minangkabau, bahasa Minangkabau adalah salah satu media yang digunakan untuk
memperkenalkan kebudayaan lokal daerah Minangkabau kepada masyarakat luas. Bahasa Minangkabau
dan kebudayaan masyarakatnya ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Tumbuh
kembangnya bahasa Minangkabau terbentuk karena adanya konteks budaya, sementara kebudayaan
Minangkabau membutuhkan bahasa untuk menjaga kelestariannya. Hal tersebut senada dengan yang
diungkapkan Bonvillain (1997) bahwa bahasa tidaklah bersifat otonom dan hanya berfungsi sebagai alat
komunikasi saja. Bahasa Minangkabau, dalam hal ini memposisikan diri sebagai alat untuk
mengekspresikan dan menampilkan makna-makna budaya yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau.
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
C. Kesusastraan di Minangkabau
Sebuah perubahan akan dirasakan jika sesuatu itu telah berbeda dari yang sebelumnya. Perbedaan itu
tidak hanya terjadi dalam jumlah yang kecil, namun juga terjadi dalam skala besar. Sebuah perubahan
dapat berjalan secara lambat maupun cepat. Perubahan-perubahan tersebut dapat berbeda-beda
karena masyarakat itu merupakan masyarakat yang dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Leonard
dkk (2009:11), yang menyatakan bahwa masyarakat yang dinamis adalah masyarakat yang mengalami
perubahan yang cepat.Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan terkadang mendukung
dan menyetujui adanya fleksibilitas pada perubahan tersebut. Faktor-faktor tersebut membuat
perubahan-perubahan di dalam sebuah bentuk yang dipertahankan selama ini. Terkadang faktor-faktor
tersebut juga menolak terjadinya perubahan karena akan merusak suatu bentuk yang asli ke dalam
bentuk yang baru. Keberadaan budaya, bahasa dan sastra lisan Minangkabau tampaknya mulai
mengalami perubahan dari waktuke waktu. Perubahan ini menunjukkan adanya pengaruh yang
luarbiasa dari perkembangan zaman, bahkan sebagian besar perubahan tersebut tidak dapat dirasakan
lagi oleh para generasi muda yang hanya mewarisi sebuah bentuk perubahan baru di dalam kehidupan
mereka. Generasi muda seolah-olah dibutakan oleh peradaban baru dan membutakan peradaban lama
yangluar biasa yang belum mereka rasakan.
Ruang lingkup sastra Minangkabau tentu saja adalah karya sastra yang berada dalam ruang lingkup
wilayah Minangkabau. Kesusastraan Minangkabau adalah kesusastraan adat, yaitu gambaran perasaan
dan pikiran dalam tataran alur patut yang diungkapkan dengan bahasa Minangkabau yang diwariskan
secara oral atau kato-kato atau rundiang bakiah kato bamisa (rundingan berkias kata bermisal) dari
suatu generasi kegenarasi (Maryelliwati, 1995:29). Tradisi lisan sebagai kekayaan sastra budaya
Minangkabau merupakan salah satu bentuk ekspresi kebudayaan daerah yang sangat berharga, bukan
saja menyimpan nilai-nilai budaya dari suatu masyarakat tradisional, melainkan juga bisa menjadi akar
budaya dari suatu masyarakat baru. Dalam arti, tradisi lisan bisa menjadi sumber bagi suatu penciptaan
budaya baru (Esten, 1999:105.Menurut Amir dalam Gayatri (2006), menyebutkan bahwa mengingat
fungsinya dalam masyarakat, tradisi lisan Minangkabau dari segi keberadaannya dikelompokkan menjadi
tiga, pertama ragam tradisi lisan yang terancam punah karena perkembangan dari masyarakat hingga
kehilangan fungsi dan perannya. Kedua, ragam tradisi lisan yang bertahan dari kepunahan dengan jalan
melakukan penyesuaian dan perkembangan sehingga mendapat sambutan dari masyarakat-nya. Ketiga,
ragam tradisi lisan yang tidak mengalami perubahan sama sekali karena berkaitan dengan upacara adat,
seperti pantun adat dan pasambahan,yang biasa ditemukan dalam upacara perhelatan, kematian, dan
penyambutan tamu.