Anda di halaman 1dari 26

TRADISI LISAN

Sejarah, Fungsi, dan Nilai


Anak Agung Ayu Rai Wahyuni

Seminar Badan Pengelola Perbatasan Propinsi NTT


Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Denpasar
Kupang, 09 Juli 2018
Pengertian Tradisi Lisan

 Pertama, tradisi lisan adalah pengetahuan dan adat istiadat


yang disampaikan turun-temurun secara lisan.
 Kedua, tradisi lisan adalah hasil karya seni dan hukum adat
yang berkelanjutan dalam proses budaya.
 Ketiga, tradisi lisan adalah berbagai bentuk karya sastra
tradisional yang disampaikan secara lisan dan hidup dalam
konteks estetika sejarah, struktur dan organisasi sosial,
filsafat, etika, serta nilai-nilai moral.
 Singkatnya, tradisi lisan adalah pengetahuan, adat istiadat,
karya seni, hukum adat, sastra tradisional; diturunkan secara
lisan; hidup dalam konteks estetika sejarah, struktur dan
organisasi sosial, filsafat, etika, nilai-nilai moral; dan
berkelanjutan dalam proses budaya yang dinamis (Banda,
2015: 23).
 Tradisi lisan adalah berbagai pengetahuan dan adat kebiasaan
yang secara turun-temurun disampaikan secara lisan,
mencakup tidak hanya cerita rakyat, mitos, dan legenda, tetapi
sistem kognitif masyarakat, sejarah, hukum, hukum adat,
practices, dan medication (Tol, 1995: 2; Hoed, 2008: 184). Oleh
UNESCO tradisi lisan dirumuskan sebagai berikut.
 Tradisi lisan itu adalah tradisi yang ditransmisi dalam waktu
dan ruang dengan ujaran dan tindakan. Dengan demikian
tradisi lisan mencakup: 1) kesusastraan lisan; 2) teknologi
tradisional; 3) pengetahuan folk di luar pusat-pusat istana dan
kota metropolitan; 4) unsur-unsur religi dan kepercayaan folk
(di luar batas formal agama-agama besar); 5) kesenian folk
diluar pusat-pusat istana dan kota metropolitan; 6) hukum adat.
Dalam pembagian ini, sastra lisan menjadi bagian dari tradisi
lisan (Hutomo, 1991).
Dalam Pedoman Kajian Tradisi Lisan (KTL) (2010), payung
penelitian tradisi lisan sebagaimana diungkapkan UNESCO
dirumuskan ke dalam lima topik besar.
 Sastra dan seni pertunjukkan.
 Religi, termasuk ritual dan upacara adat.
 Sejarah dan hukum adat.
 Kearifan Tradisional, Pengetahuan Tradisional, dan Sistem
Kognitif lainnya.
 Manusia dan Lingkungannya (maritim/kebaharian, pertanian,
dan hutan).
 NTT HANYA MENGENAL TRADISI LISAN
 TIDAK ADA TRADISI TULIS SELAIN ENDE
 AKSARA ENDE: LOTA (MARIA MATILDIS BANDA, 2005)
Genre Folklor (Jan Harold Bunvard)

Page 6
Tradisi Lisan Murni
 Bahasa Rakyat
bentuk bahasa rakyat yang masuk ke dalam folklor lisan
adalah dialek-dialek yang ada di setiap daerah, slang, cant,
argot, dll.
Fungsi bahasa rakyat adalah:
 Memberi dan memperkokoh identitas kelompok masyarakat
 Melindungi kelompok masyarakat pemilik folklor dari ancaman
masyarakat lain
 Memperkokoh kedudukan folknya pada jenjang lapisan
masyarakat
 Memperkokoh kepercayaan rakyat dari kelompok masyarakat

Page 7
 Selain bahasa Tetun, Timor Leste juga memiliki bahasa Mambai
di wilayah Lieu, Manafahi, Calosia, dan Bafesi. Bahasa Makasai
di Cairui, Midic, Maumic, Maunete, dan Baucau. Bahasa Bunak
di bagian barat wilayah Maliana yang mengenal pula bahasa
Kemak dan Mambai. Bahasa Tokodede di wilayah utara dan
barat Kota Dili dilingkari oleh bahasa Mambai, Kemak, dan
Tetun. Bahasa Galole di pesisir Timur wilayah Manatutu.
Bahasa Kaloleng yang hidup berdampingan dengan bahasa
Tetun. Bahasa Dagada di ujung timur Timur Leste yaitu
Lautem, Los Palos dan sekitarnya, dan daerah Fatalucu.
Bahasa Baiqueno di wilayah Pante Makasar Oequsi.
Masyarakat lokal Timur-Timur juga menggunakan bahasa
Portugis (bahasa resmi kenegaraan di samping Bahasa Tetun),
dan bahasa Indoesia (Sudiartha, dkk. 1991).

Page 8
 Ungkapan tradisional (Peribahasa)
Kalimat pendek yang disarikan dari pengalaman panjang.
kebijaksanaan orang banyak yang merupakan kecerdasan
seseorang.

Page 9
 Puisi Rakyat
Merupakan kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya,
biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang
berdasarkan mantra, berdasarkan panjang pendek suku kata,
lemah tekanan suara, atau berdasarkan irama.
Misalnya: parikan (pantun jawa), tembang, dll.
Fungsi jenis ini:
1) Sebagai alat kendali sosial
2) Untuk hiburan
3) Untuk memulai suatu permainan

Page 10
 Nyanyian rakyat
Terdiri atas kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan di
antara warga masyarakat tertentu, berbentuk tradisional, serta
memiliki banyak macam dan jenisnya.
Nyanyian rakyat sifatnya dapat berubah baik bentuk maupun
isinya dan beredar dalam suatu kehidupan masyarakat
tertentu.

Page 11
 Cerita rakyat

Page 12
 Indonesia apalagi NTT sangat kaya dengan bahasa ibu dengan
demikian kaya juga dengan berbagai tradisi lisan khususnya
kesastraan lisan yang penyampaiannya menggunakan bahasa
ibu yaitu bahasa Tetun atau bahasa lainnya di sana. Bahasa
pada hakekatnya adalah lisani (Ikram, 2008: 204) yang
digunakan untuk berbagai tradisi lisan, salah satu tradisi yang
mengekspresikan kebudayaan yang diturunkan leluhur.

Page 13
 Ritual Agraris
 Menjelang musim tanam misalnya, warga suku Kemak
melaksanakan ritual haaloha (memberi persembahan kepada
leluhur).
 Selain itu dikenal juga ritual braunosano (upacara
menghormati kerbau) agar kerbau terhindar dari penyakit.
Selanjutnya ritual lagurai (memohon ijin pada leluhur
penunggu tanah), aipara (sesaji untuk pemukul kerbau),
napabitu (ritual panen), tunsele (upacara membakar jagung),
gelosele (upacara gantung jagung) (Mubiarto, 1990:19-20).

Page 14
Foklore Sebagian Lisan

 Permainan dan hiburan


 Drama
 Tarian
 Upacara-Upacara dan Pesta Rakyat

Page 15
Folklor Bukan Lisan

Page 16
 SEMUA TRADISI LISAN DI NTT (TERMASUK DI WILAYAH
PERBATASAN) TERANCAM PUNAH.
 BAHASA LOKAL TERANCAM PUNAH
 RUMAH ADAT TERANCAM PUNAH
 TARIAN TERANCAM PUNAH
 TENUNAN TERANCAM PUNAH
 NYANYIAN TERANCAM PUNAH

Page 17
 Penyair asal asal Jerman Ernst Moritz Arndt mengatakan
bahwa "tak ada elemen terluhur yang dimiliki suatu bangsa
selain bahasa." Pandangan Moritz ini menjadi sebuah ironi bagi
bangsa-bangsa yang bahasanya tidak digunakan lagi baik
dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam tradisi dan ritual
adat.

Page 18
 Menurut catatan UNESCO dalam Atlas of The Words Language
in Danger of Disappearing, di Indonesia terdapat 640 bahasa
daerah (2001:40). Dari 640 bahasa daerah tersebut ada 154
bahasa daerah yang harus diperhatikan, 139 bahasa terancam
punah, 15 bahasa yang benar-benar telah mati.
 Bahasa yang terancam punah terdapat Kalimantan 1 bahasa,
Maluku 22 bahasa, Papua Barat dan Kepulauan Halmahera 67
bahasa,Sulawesi 36 bahasa, Sumatra 2 bahasa, Timor, Flores,
dan Bima 11 bahasa. Bahasa yang telah punah ada di Maluku
11 bahasa, dan masing-masing 1 bahasa di Papua Barat,
Kepulauan Halmahera, Sulawesi dan Sumatra.
 Dari 11 bahasa di Timor, Flores, dan Bima bahasa mana
sajakah yang terancam punah? Apakah bahasa Manggarai,
Ngada, Nagekeo, Ende, Lio, Sikka, Lamaholot, Dawan, Tetun,
beberapa bahasa di Sumba, Alor...dll (Banda, Pos Kupang 28
dan 29 Juni 2018)

Page 19
Menurut catatan Sugiono (Pusat Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa) vitalitas bahasa digolongkan ke dalam enam kelompok.
 Bahasa yang punah (extinct language) bahasa tanpa penutur lagi.
 Bahasa hampir punah (nearly extinct language) bahasa dengan
sebanyak-banyaknya 10 penutur yang semuanya generasi tua.
 Bahasa yang sangat terancam (seriusly endangered languages)
bahasa dengan jumlah penutur yang masih banyak tetapi anak-anak
mereka sudah tidak menggunakan bahasa itu lagi.
 Bahasa terancam (endangered languages) bahasa dengan penutur
anak-anak tetapi cenderung menurun.
 Bahasa yang potensial terancam (potentially endangered languages)
bahasa dengan banyak penutur anak-anak tetapi tidak memiliki status
resmi atau yang prestisius.
 Bahasa yang tidak terancam (not endangered languages) bahasa yang
memiliki transmisi ke generasi baru yang sangat bagus.

Page 20
 Sebagian besar bahasa-bahasa daerah di NTT kemungkinan
besar berada dalam kelompok bahasa yang sangat terancam
(seriusly endangered languages).

Page 21
Apa artinya bahasa lokal (bahasa daerah, bahasa ibu
terancam punah?)

 Sastra lisan menghilang.


 seni pertunjukkan tidak ditampilkan lagi.
 Religi, termasuk ritual dan upacara adat punah.
 Sejarah dan hukum adat tidak dipahami.
 Kearifan Tradisional, Pengetahuan Tradisional, dan Sistem
Kognitif lainnya tidak digunakan.
 Manusia dan Lingkungannya (maritim/kebaharian, pertanian,
dan hutan) tidak digunakan.

Page 22
Hal ini tentu saja perlu dikaji lebih jauh melalui research yang
terencana untuk menemukan alasan dan solusi teoritis dan
akademis dari fenomena:
 menurunnya perhatian dan minat penggunaan bahasa daerah
di kalangan orang muda dan anak-anak sebagai generasi
penerus.
 Pewarisan tradisi lisan terputus dan hilang
 Ancaman kehilangan identitas
 Mudah diguncang angin globalisasi dan postmoder

Page 23
RUMUSAN MASALAH

 Apa saja jenis dan hakikat tradisi lisan Timor sebagai kearifan
lokal?
 Apa saja fungsi dan nilai-nilai tradisi lisan Timor sebagai
kearifan lokal?
 Bagaimanakah fungsi dan nilai tradisi lisan Timor sebagai
kearifan lokal dalam upaya menyelesaikan konflik dan
membangun relasi kultural Indonesia – Timor Leste di daerah
perbatasan?.

Page 24
 *** Workshop ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
tentang hakikat, fungsi, dan nilai-nilai tradisi lisan sebagai
kearifan lokal (bahasa daerah, sastra rakyat, ungkapan-
ungkapan tradisional, bahasa adat, tarian tradisional, makanan
rakyat, rumah adat, tenunan tradisional, lingkungan alam dan
budaya dll).

 *** Kenyataan menunjukkan bahwa pemahaman akan


kesamaan tradisi lisan sebagai kearifan lokal berangsur-angsur
luntur.

 Pertanyaan diskusi: Apa kekuatan, peluang, kelemahan, dan


tantangan yang perlu digali untuk menemukan solusi dari
kenyataan tersebut?

Page 25
Thank You !!!

26

Anda mungkin juga menyukai