Anda di halaman 1dari 3

NAMA :DALMIATI

NPM : 22101010016
UJIAN SEMESTER BAHASA INDONESIA.

Bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda, antara
satu bahasa dengan bahasa yang lain. Keunikan Bahasa setiap daerah yaitu menandakan identitas daerah
tertentu, sehingga dalam hal ini maka pentingnya dilakukan suatu kajian dengan jelas menunjukan
keunikan tersebut. Dikarenakan kebanyakan dalam menyebut bahasa yang satu dengan yang lain
merupakan bahasa yang berbeda atau hanya perbedaan variasi, dan masih terlihat belum jelas. Dimana
masing-masing daerah tidak ingin bahasanya disama-samakan dengan bahasa daerah yang lain (S, Susiati,
2019). Sehingga dalam hal ini perlu menjadi perhatian utama. Bahasa daerah merupakan kekayaan yang
luar biasa, sehingga tanpa kita sadari perlahan-lahan akan lenyap dan punah di negeri ini. Bahasa daerah
adalah seni dan budaya bahkan eksistensi bangsa itu sendiri yang diwariskan baik secara lisan maupun
tulisan, juga merupakan kekayaan terakhir sebuah bangsa sebagai bukti adanya peradaban. Menurut data
organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan PBB (Unesco: United Nations Education, Social and
Culture Organization), pada tahun 2014 disebutkan bahwa sebanyak 3000 dari 6000 bahasa di dunia
hampir punah, sebagian besar milik etnis minoritas (Republik, 24/9/14). Dalam hal ini menandakan bahwa
kondisi terancamnya Bahasa daerah mendorong badan unesco PBB menetapkan tanggal 21 Februari
sebagai bahasa daerah internasional.
Menurut data dari Ethnologue Languages of the world melaporkan bahwa untuk kawasan Asia
tenggara didapatkan 527 bahasa terancam hampir punah. Sedangkan di Indonesia menurut hasil penelitian
lembaga ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) bahwa dari 746 bahasa daerah yang ada di tanah air sebanyak
169 bahasa terancam punah dengan kondisi jumlah penutur yaitu di bawah 500 orang, sudah tua-tua serta
tidak ada generasi muda pengganti dan berada dilokasi terpencil. Menurut Direktur Unesco Sheldon
Shaeffer bahwa 96 persen dari Bahasa yang hampir punah (3000 bahasa) itu hanya digunakan oleh 4
persen populasi dunia. Sebagai Bahasa Ibu, Bahasa daerah yang sebagian merupakan fungsi bagi
masyarakat Indonesia menjadikan Bahasa daerah. Di samping itu juga berfungsi sebagai bahasa
mempererat keakraban serta untuk mengetahui sejarah dan bukti peninggalan nenek moyang dalam bentuk
perangkat bertutur, budaya, Bahasa pemersatu, serta intra etnis. Bagi anak sangatlah beruntung yang
membiasakan berbahasa daerah dalam aktivitas sehari-hari di rumah. Misalnya yang lahir dari keluarga
yaitu apabila kedua orang tuanya suku batak mandaling dan berbicara Bahasa batak mandaling dalam
keseharian, otomatisnya anaknya akan lancar, fasih dan paham aturan budaya, adat dan seni dalam suku
mandaling. Sebagai identitas, ciri khas, alat komunikasi, dan instrument selama berabat-berabat hingga
ribuan tahun lewat lisan dan tulisan, sehingga dalam hali ini bahasa daerah memegang peranan yang
sangat penting.
Begitu juga yang suku Jawa, Melayu, Aceh, karo dan suku-suku yang lain. Jadi, sangatlah untuk
dianjurkan bagi para orang tua untuk membiasakan anak-anaknya dapat berkomunikasi dengan Bahasa
daerah. Namun demikian, Janganlah pernah takut ataupun menjadi khawatir anak-anak akan gagap dalam
berbahasa Indonesia. Sehingga dari sejak kecil lebih dibiasakan dalam bahasa daerah, ini akan lambat laut
si anak akan cepat belajar. Pada saat anak tumbuh besar, dia tidak hanya dapat menguasai bahasa daerah
yang diterimanya dari rumah dan lingkungan sosial masyarakat, akan tetapi juga fasih menguasai bahasa
Indonesia yang dianggap sebagai bahasa nasional, yang diperoleh di bangku sekolah TK, SD, SMP, SMA
bahkan hingga perguruan tinggi. Dimana bahasa Indonesia dilingkungan sosial sekolah dan juga
masyarakat, terkadang sangat disayangkan. Misalnya kadangkala ada anak memiliki marga batak, tetapi
tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri. Begitu juga sebagian ada siswa atau mahasiswa mengaku
dirinya bersuku jawa tetapi sama sekali tidak bisa memahami apalagi menuturkan Bahasa jawa baik
kromo maupun ngoko. Begitu pula yang karo, aceh melayu dan lain-lain. Hal ini banyak dijumpai baik di
kota maupun desa. Namun sudah bisa diprediksi bagaimanakah generasi selanjutnya ketika si anak
menikah dan memiliki anak, otomatis anak keturunannya sehari-hari tidak berkomunikasi dengan Bahasa
daerah. Lambat laun Bahasa daerah pudar, terlupakan, adat istiadat dan budaya dianggap kuno dan
dipandang ketinggalan zaman. Tentu, kita tidak ingin hal itu terjadi. Maka, anak fasih dan lancar
berbahasa daerah dan budaya juga serta adat istiadatnya sangatlah dipengaruhi oleh lingkungan keluarga
(seperti contohnya Ayah, Ibu, serta anggota keluarga) dan lingkungan masyarakat. Penggunaan Bahasa
daerah sudah mulai luntur, yaitu apabila jarang sekali orang tua mengajarkan Bahasa daerah kepada anak-
anak. Tidak hanya pendidikan utama di rumah yang sudah tidak menggunakan Bahasa daerah, melainkan
di lingkunganpun mulai bergeser.
Dimana desa yang kemungkinan menjaga terlestarinya Bahasa daerah pun sekarang terjajah
dengan pembangunan-pembangunan yang mengarah pada “desa dan meng-kota-kan”. Lambat laun desa
pun berubah menjadi kota dengan cepatnya perkembangan. Dalam hal ini juga akan berpengaruh dalam
penggunaan Bahasa yang menjadi peran penting dalam komunikasi. Dan ini tentu mempengaruhi fungsi
Bahasa, fungsi edukatif, kultural, dan fungsi komunikasi. Oleh karena itu, masyarakat yang masih
memegang tradisi seperti di desa maupun suku-suku tertentu sangatlah terpaksa untuk mengikut menjadi
bagian dari perkembangan zaman yang semakin canggih dengan berbagai macam teknologinya. Di Eropa
pun juga, mereka yang sudah sangat canggih dari segala teknologinya telah jenuh dengan segala rutinitas
atau hiruk pikuk kesibukan. Mereka mencanangkan Slow City, dalam program kali ini ditekankan pada
menjaga dan mempertahankan kondisi budaya local dan memajukan kekhasan di dalam kotanya
(Widyaningsih, 2008), walaupun meskipun perubahan terus terjadi, dengan segala pencitraan, dan
kemenarikan dunia. Namun demikian apakah yang paling esensi masih untuk bisa didapatkan pada era
yang akan terus berkembang dan berubah ini? Dengan segala kecanggihannya, kepintaran, kebenaran,
apakah akankah kebaikan itu bahkan keindahan serta moral tetap juga terjaga, dan terlestarikan?
Sebagian besar sudah mulai yang meninggalkan. Jika sudah tahu muara akhirnya bakal kembali
pada saat yakni slow city seperti era eropa dan hal ini sebagian di Indonesia masih dijalankan. Lalu
apakah Indonesia meninggalkan budaya serta bahasa lokalnya dan apakah masih mungkinkah
menggunakan bahasa daerah untuk menjaga karakter generasi selanjutnya Juga masih menghendaki
menuju era serba teknologi.? Dikarenakan dalam hal ini telah muak dengan hiruk pikuk dan kesibukan
jenuh yang tiada henti. Saat ketika penutur yang lebih tua dari generasi millennial yang telah gugur, maka
tinggallah generasi millenial dan hingga generasi selanjutnya. Sehingga, apakah masih relevan
menggunakan bahasa daerah? Apakah akan efektif berbahasa daerah nantinya? Dimana satu wilayah
menjadikan sangatlah heterogen saat ini, apabila tidak dperkuatkan penjagaan terhadap ciri khasnya maka
juga akan semakin luntur pula budayanya, serta karakternya. Dapat ditinjau bahwa kehilangan arah bukan
lagi wacana, melainkan kenyataan. Oleh karena itu bahwa pembentukan karakter di tiap- tiap keluarga
juga perlu untuk dikuatkan. Karena pada dasarnya kita tidak bisa menjaga bahasa daerah secara masif
namun hanya melalui kesadaran pentingnya bahasa daerah sebagai salah satu faktornya. Di luar rumah
kebutuhan berkomunikasi kita tidak harus memaksa semua untuk menggunakan bahasa daerah, juga tidak
cukup diwakilkan satu bahasa saja. Melainkan bisa multibahasa, sehingga akan komunikasi bisa
terjalankan dengan baik yang sesuai kebutuhannya. Keluarga adalah penjaga bahasa daerah yang efektif,
dikarenakan sebagian besar keluarga masih dalam satu rumpun yang sama. Faktanya telah banyak
pernikahan beda suku, beda pulau bahkan beda Negara. Dari semua hal yang perlu ditekankan adalah
pesan ataupun makna yang terkandung di dalamnya. Makna atau pesan tersebut disampaikan sesuai
dengan zamannya dengan berbagai wujud, dan bentuk. Perwujud dan yang disesuaikan dengan minat
masyarakat sehingga pesan itu tersampaikan dengan baik. Dikarenakan bahwa makna tidak hanya
didapatkan setelah membaca ringkasan filosofi hidup orang Jawa. maka jika memahami dengan bahasa
yang berbeda dari bahasa dasarnya juga melainkan makna dipelajari melalui proses perjalanan, proses
kehidupan, sehingga hal itu yang diwakilkan oleh orang terdahulu dalam kata-kata bijak yang kita kenal
saat ini. Belajar dari dasar itu adalah dengan memakai bahasa tersebut dalam sehari-hari. Ini adalah
merupakan langkah pemula dalam memahami bahasa. Oleh karena itu, juga dapat memahami makna
perlu belajar dari yang dasar. Dan yang telebih rpenting adalah, setelah memahami makna seseorang
mampu memberi pemahaman pada orang lain. Seperti dia memberikan pemahaman kepada anak di usia
enam tahun. Dikarenakan mereka yang butuh pasti mencari sampai ke akar. Maka bahasa daerah sudah tak
lagi terdengar, tapi tetaplah akan ada dokumentasinya sehingga generasi selanjutnya dapat dipelajari dari
masa sebelumnya. Apabila nantinya bahasa daerah tinggal catatan sejarah, maka hal itu juga tetap sangat
penting. Oleh karena itu bahasa daerah tetaplah penting untuk kita di lestarikan.

Anda mungkin juga menyukai