Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nabilah Shintia Sukaesih

NIM : 230210402019
Prodi/Kelas : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/ B

Bahasa Ibu di Hulu, Bahasa Indonesia Mengalir, Bahasa Asing di Hilir

Bahasa merupakan kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan


manusia lainnya. Melalui bahasa, manusia bisa berinteraksi dengan orang lain, membangun
hubungan sosial, dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dunia di sekitar kita.
Bahasa merupakan bagian integral dari budaya, yang dimana nilai-nilai, norma, tradisi, dan
sejarah suatu kelompok dapat dipertahankan dan diwariskan. Indonesia terkenal sebagai
negara yang memiliki beragam budaya dan bahasa. Bahasa yang hidup adalah bahasa yang
telah digunakan dan dipelihara oleh penuturnya. Bahasa ibu adalah bahasa yang digunakan
secara tradisional oleh suatu masyarakat di suatu daerah tertentu. Seperti misalnya, Bahasa
Jawa, bahasa Sunda, bahasa Ngaju, dan masih banyak lagi. Budaya dan Bahasa merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena setiap Bahasa yang ada mencerminkan budaya
itu sendiri.

Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia memiliki


718 bahasa daerah yang tersebar di seluruh provinsi. Data tersebut berdasarkan kajian dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah divalidasi di 2.560 daerah pengamatan
sejak 1991 hingga 2019. Namun, dari data kajian vitalitas, bahasa daerah di Indonesia
menunjukkan ada bahasa yang di kategorikan punah, berstatus kritis, dan mengalami
kemunduran. Hal tersebut disebabkan karena adanya pergeseran Bahasa. Pergeseran bahasa
terjadi karena adanya kontak antar bahasa, yang berarti suatu bahasa dapat menggeser bahasa
lain.

Misalnya, Bahasa Jawa di Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman merupakan salah


satu daerah pusat ekonomi dan pendidikan yang memiliki tingkat keragaman serta
pertumbuhan yang tinggi sehingga sangat rentan terjadi pergeseran bahasa. Sebagai
masayarakat Jawa yang menjunjung tinggi unggah-ungguh, masyarakat Sleman seharusnya
semakin terbiasa dan mahir berbahasa Jawa, mulai dari ngoko sampai krama. Akan tetapi,
bahasa Indonesia justru sering digunakan sebagai bahasa ibu dalam berkomunikasi di
lingkungan keluarga. Faktor penyebab pergeseran bahasa tersebut, antara lain yaitu tingkat
pendidikan keluarga, pemilihan bahasa yang lugas dan sopan dalam keluarga dan kurangnya
pembelajaran bahasa Jawa untuk keluarga. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam
komunikasi keluarga di Kabupaten Sleman didominasi oleh bahasa Indonesia nonformal yang
disertai dengan gejala alih kode dan campur kode.

Comtoh lainnya adalah Bahasa Betawi. Bahasa Betawi merupakan Bahasa daerah
yang digunakan oleh masyarakat Betawi di Jakarta. Namun, dengan perkembangan kota
Jakarta yang semakin pesat dan dominasi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan
pengantar komunikasi, penggunaan bahasa Betawi semakin tergeser. Banyak generasi muda
Betawi yang lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari,
baik di rumah maupun di luar rumah. Hal ini menyebabkan penurunan penggunaan bahasa
Betawi secara signifikan. Bahkan, banyak anak muda Betawi yang tidak mengerti atau tidak
bisa berbicara dalam bahasa Betawi.

Punahnya bahasa daerah atau Bahasa ibu memiliki dampak yang besar terhadap
identitas budaya yang ada di Masyarakat. Bahasa daerah merupakan salah satu ciri khas dan
identitas Masyarakat di suatu daerah yang mengandung tradisi dan kebudayaan. Dengan
hilangnya penggunaan bahasa daerah, generasi muda juga kehilangan pemahaman dan
pengetahuan tentang budaya dan tradisi mereka.

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional juga sangat penting untuk dipelajari oleh
semua kalangan Masyarakat. Karena mengingat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku
budaya dan latar belakang yang berbeda-beda, maka Bahasa Indonesia menjadi Bahasa
pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia menjadi salah satu alat komunikasi yang umum
digunakan di berbagai sektor kehidupan, termasuk pendidikan, pemerintahan, bisnis, dan
media massa. Oleh karena itu, pemahaman dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik juga
perlu diperhatikan agar dapat berkomunikasi dengan baik di tengah-tengah masyarakat
Indonesia.

Namun, seiring berkembangnya zaman, banyak anak muda yang lebih sering
menggunakan Bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari. Fenomena ini terutama terlihat
dalam penggunaan Bahasa Inggris, yang menjadi bahasa global dominan dalam berbagai
konteks, termasuk bisnis, teknologi, hiburan, dan media sosial. Hal ini memiliki beberapa
dampak signifikan pada budaya, identitas, dan pembelajaran bahasa di kalangan generasi
muda.
Kini, banyak remaja maupun masyarakat pada umumnya. Mereka lebih berbangga
diri dan merasa terpelajar ketika menggunakan bahasa asing (Inggris) dalam kehidupan
sehari-hari daripada menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Misalnya, remaja
lebih suka menggunakan istilah upload, babysitter, snack, production house, dan airport,
daripada menggunakan istilah mengunggah, pramusiwi, kudapan, rumah produksi, dan
bandar udara.

Tidak dapat dipungkiri Bahasa asing terutama Bahasa Inggris telah menjadi Bahasa
Internasional yang menjadi salah satu bahasa yang diutamakan dalam perputaran arus
globalisasi. Penguasaan bahasa asing memang diperlukan sebagai jembatan dalam proses
pemahaman ilmu teknologi. Namun, yang memprihatinkan bukan tentang banyaknya orang
yang belajar bahasa Inggris, bukan tentang seberapa terkenalnya bahasa asing tersebut, tetapi
tentang penggunaan bahasa asing yang semakin mendesak bahasa nasional atau daerah dalam
fungsi sebenarnya. Bahkan, banyak ditemui penggunaan bahasa yang salah kaprah. Semakin
lama, penggunaan Bahasa daerah maupun nasional terhambat, bahkan terhenti oleh pengaruh-
pengaruh bahasa asing yang cenderung negatif. Posisi Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional sudah mulai tergeser oleh bahasa asing khususnya bahasa Inggris.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa asing memang penting dalam konteks
bisnis internasional, komunikasi dengan orang-orang dari negara lain, dan akses terhadap
informasi global. Namun, penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara penggunaan
bahasa asing dan bahasa daerah atau Indonesia agar tidak terjadi dominasi bahasa asing yang
mengancam keberadaan bahasa daerah atau bahasa Indonesia itu sendiri. Penggunaan bahasa
daerah, nasional, dan asing akan jauh lebih baik apabila digunakan sesuai kondisi, waktu,
maupun tempat. Sebagai masyarakat Indonesia, sudah seharusnya mengutamakan bahasa
daerah yang diharapkan menjadi bahasa ibu, kemudian bahasa nasional sebagai penunjang
kegiatan bermasyarakat secara lebih luas. Setelah menguasai kedua Bahasa tersebut, barulah
kita dapat mempelajari lebih dalam tentang bahasa asing, sehingga keseimbangan antara tiga
bahasa dalam suatu negara tersebut dapat tercapai.
Daftar Pustaka

Bhakti, Wirayudha Pramana. 2020. Pergeseran Penggunaan Bahasa Jawa ke Bahasa


Indonesia dalam Komunikasi Keluarga di Sleman. Jurnal Skripta. 6(2)

Atmawati, Dwi. 2017. Menyelamatkan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kementerian


Pendidikan dan Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai