Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATAKULIAH MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA (MKI)


“PERKEMBANGAN PENGGUNAAN BAHASA SASAK DI KOTA BESAR”

Dosen Pengampu: Dr. Warsiman, M.Pd.

Oleh:

Aulia Nursafitri (NIM. 195110107111018)

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2020
Kata Pengantar

Puji syukur pada Allah SWT., yang telah memberikan kemudahan untuk
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Perkembangan Penggunaan Bahasa Sasak di
Kota Besar” ini dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk pemenuhan nilai
Ujian Akhir Semester mata kuliah Manusia dan Kebudayaan Indonesia yang diempu oleh
Bapak Dr. Warsiman, M.Pd. Ucapan terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan dan saran
yang telah di berikan, sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Dalam karya ilmiah ini, kami memaparkan bagaimana pentingnya melestarikan


budaya-budaya yang dimiliki setiap daerah di Indonesia. Karena budaya memiliki peran serta
untuk membangun bangsa Indonesia menjadi Negara yang lebuh maju dari segi
kebudayaanya. Sebuah anugerah yang luar biasa bagi bangsa yang memiliki keberagaman,
oleh karena itu di perlukan adanya kerja sama untuk melestarikan itu semua agar bangsa
Indonesia dapat menjadi Negara yang lebih baik kedepannya.

Penulis dengan penuh kesadaran, menyadar bahwa karya tulis ini sangat jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dari
pembaca sebagai pembelajaran dalam pembuatan karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata,
penulis mengucapkan mohon maaf bila ada kata-kata dalam penyampaian yang kurang
berkenan. Sekian, dan terima kasih.

Paok Motong, 24 Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
BAB I: PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan 4
D. Manfaat 4

BAB II: PEMBAHASAN 6

A. Bahasa Daerah 6

B. Kondisi Bahasa Daerah Saat Ini 7

C. Memudarnya Penggunaan Bahasa Sasak 9

D. Solusi 10

BAB III: PENUTUP 12

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki beragam budaya,
bahasa, suku, dan suguhan Alam yang tiada habisnya. Indonesia memiliki
keanekaragaman budaya yang biasa disebut dengan masyarakat multikultural. Pada
kondisi ini, dibutuhkan orang-orang yang mampu berkomunikasi antar budaya dan
mempunyai pengetahuan tentang perbandingan pola-pola budaya, serta komunikasi
lintas budaya.
Hal ini dikarenakan keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan
segmentasi kelompok, struktur yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering
terjadi konflik, integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok, yang
pada akhirnya dapat melemahkan gerak kehidupan masyarakat itu sendiri. Adapun
komunikasi lintas budaya maupun antar budaya yang beroperasi dalam masyarakat
multikultural mengandung lima unsur penting, yakni: pertemuan berbagai kultur
dalam waktu dan tempat tertentu; pengakuan terhadap multikulturalisme dan
pluralisme; serta perubahan perilaku individu.
Oleh karena itu, proses dan praktik komunikasi antar budaya maupun lintas
budaya sangat dibutuhkan yang berfungsi sebagai solusi atas permasalahan tersebut.
Proses dan praktik komunikasi yang efektif sangat ditentukan oleh tingkat
pengetahuan seseorang tentang jenis, derajat dan fungsi, bahkan makna perbedaan
antar budaya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan sosial budaya seseorang tentang
perbedaan varian pola-pola budaya, semakin besar pula peluang untuk dapat
berkomunikasi antar budaya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuan
tentang perbedaan varian pola-pola budaya, semakin kecil pula peluang untuk
berkomunikasi antar budaya.
Hal yang paling sederhana dan marak terjadi pada saat ini ialah, menurunnya
penggunaan bahasa daerah. Bahasa daerah memiliki peran penting dalam
esistensinya. Bahasa daerah tidakk dapat dilepaskan eksistensinya dari penutur

3
bahasa tersebut, karena semakin banyak jumlah penutur bahasanya maka bahasa
tersebut akan tetap bertahan.
Namun penggunaannya saat ini semakin menurun, terutama oleh orang-
orang yang tinggal di kota besar. Banyak dari mereka yang hanya menggunakan
logat daerahnya, namun tidak dengan kosa katanya. Sehingga banyak dari mereka
terkadang tidak mengetahui makna dari bahasanya sendiri saat mendengar bahasa itu.
Disisi lain, penggunaan bahasa daerah yang masih digunakan juga bahasa yang telah
mengalami asimilasi. Sehingga banyak kosa kata yang di campurkan dengan kosa
kata bahasa lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis merumuskan
permasalahan yang diangat untu penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor apa yang mempengaruhi terjadinya penurunan pengguaan bahasa Sasak di
perkotaan?
2. Bagaimana fenomena yang terjadi mengenai penurunan penggunaan bahasa
Sasak di kota oleh masyarakat Lombok?
3. Solusi apa yang dapat dilakukan untuk menghindari hilangnya bahasa Sasak?
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permasalah sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan penggunaan bahasa Sasak di
perkotaan.
2. Fenomena penurunan penggunaan bahasa Sasa di kota oleh masyarakat Lombok.
3. Solusi yang dilakukan untuk mengantisipasi hilangnya bahasa Sasak.
D. Manfaat
1. Peneliti
Bagi peneliti penelitian ini dapat menambah keilmuan (iptek) serta wawasan
kebahasaan dan dapat mengetahui perkembangan suatu bahasa. Melalui
penelitian ini pula peneliti dapat mengembangkan keahlian dalam bidang
penelitian.
2. Masyarakat (sasaran)
Masyarakat sasaran dapat mengetahui situasi dan kondisi pergeseran penuturan
bahasa Sasak. Memberikan penyegaran kebahasaan pada masyarakat agar dapat

4
mempertahankan budaya dan bahasa daerah masing-masing. Selain itu,
diharapkan bahasa Sasak tetap bisa memenuhi fungsinya sebagai pemerkaya
budaya daerah Lombok dan Bangsa Indonesia.
3. Pemerintah
Penelitian ini bagi pemerintah berfungsi untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi bahasa Sasak yang ada didaerah lain. Hal ini juga dapat
menjadi titik acuan yang harus diperhatikan untuk mencegah kepunahan bahasa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahasa Daerah
Bahasa daerah memiliki peran yang penting dalam eksistensinya
sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Bahasa daerah tidak bisa lepas dari
penutur bahasa tersebut, karena semakin banyak jumlah penutur yang
menggunakan bahasa daerah maka bahasa tersebut akan tetap bertahan.
Bahasa daerah pun memiliki fungsi penting bagi masyarakat penuturnya, yaitu
sebagai bahasa untuk berinteraksi, identitas etnik (ciri khas), pemersatu antar
individu yang terikat dalam suatu etnik tertentu, dan merupakan asset
kekayaan budaya suatu bangsa.
Fungsi bahasa daerah tersebut sama halnya dengan fungsi bahasa
Sasak. Bahasa Sasak merupakan salah satu bahasa yang ada di daerah
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sasak merupakan bahasa khas asli
Lombok yang diapit oleh 2 bahasa dari Bali, dan Sumbawa.
Eksistensi bahasa Sasak juga memiliki fungsi yang sama dengan
bahasa daerah yang lain yaitu bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi
dalam setiap aktifitas baik dilingkungan keluarga maupun pasar, bahasa Sasak
juga menjadi identitas dan ciri khas masyarkat Lombok. Jika seseorang
menggunakan bahasa Sasak, maka bisa dipastikan jika dia adalah orang
Lombok. Dengan demikian, bahasa Sasak telah menjadi identitas diri
masyarakat Lombok.
Bahasa Sasak juga menjadi pemersatu antar individu yang tergabung
dalam etnik Sasak, hal ini dapat dilihat dari situasi ketika masyarakat Lombok
sedang berada di daerah lain. Jika sesama anggota masyarakat etnik Sasak
menggunakan bahasanya maka akan terjalin suatu kondisi yang akrab. Bahasa
Sasak juga menjadi asset kekayaan budaya daerah Lombok.

6
Kekayaan yang dimiliki masyarakat Lombok dapat diukur dari
kebudayaan yang dimiliki. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah perlu
bekerja sama untuk menjaga dan melestarikan budaya yang dimiliki, terutama
Bahasa Sasak itu sendiri. Dengan demikian, bahasa Sasak dapat terus
memenuhi kedudukan dan ungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai
dengan perkembangan zaman, dan tetap menjadi kekayaan dari daerah
Lombok.

B. Kondisi Bahasa Daerah Saat Ini


Fenomena kepunahan bahasa daerah di Indonesia menjadi persoalan
yang cukup menarik perhatian, terutama pada saintifis. Berbagai upaya telah
dan sedang dilakukan dalam rangka melindungi bahasa-bahasa daerah yang
hampir mengalami kepunahan. Hal ini cukup lumrah terjadi pada Negara
Indonesia, karena Indonesia merupakan Negara yang memiliki bahasa daerah
terbanyak setelah Austronesia dan termasuk kedalam rumpun bahasa non-
Austronesia (Papuan).
Dalam Ethnologue : Language of The World (2005), dikemukakan
bahwa Indonesia memiliki setidaknya 742 bahasa, dan 737 diantaranya masih
hidup atau di gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan beberapa diantara
bahasa yang masih hidup itu, di perkirakan berada diambang kepunahan.
Penyebab kepunahan ini ialah berkurangnya jumlah penutur, karena
penutur aslinya hanya tinggal beberapa orang saja. Namun ada pula yang
disebabkan karena pengaruh bahasa daerah lain yang lebih dominan. Selain
itu, kondisi masyarakat Indonesia yang multietnik dengan bahasa dan
kebudayaannya masing-masing sudah tentu membuka peluang untuk
terjadinya kontak melalui komunikasi dan interaksi antaretnik yang berbeda
bahasa dan kebudayaan tersebut.
Kondisi masyarakat itulah yang menyebabkan terjadinya berbagai
fenomena kebahasaan yang sering terjai pada kelompok bahasa minoritas. Hal
tersebut memicu terjadinya pergeseran bahasa, yakni perubahan secara tetap

7
dalam pilijhan bahasa seseorang untuk keperluan sehari-hari terutama akibat
dari migrasi.
Jumlah penutur bahasa daerah di setiap daerah cukup berbeda,
beberapa daerah masih bertahan dengan penutur yang relatif besar namun ada
pula yang jumlah penuturnya sangan sedikit, dan menjadikannya bahasa
minoritas. Namun, hal tersbeut tidak selalu menjadi indicator
keminoritasannya karena ada pula bahasa yang jumlah penutur sedikit, tapi
loyalitas mereka terhadap bahasa sangat kuat. Sehingga hal tersebut dapat
menghindarinya dari ancaman kepunahan.
Namun pada kenyataannya, banyak dari masyarakat Lombok tidak
menggunakan bahasa Sasak dalam kehidupan sehari-harinya. Terlebih ketika
sedang berada di daerah lain. Bahasa Sasak mengalami hambatan
pemertahanannya didalam masyarakat penutur bahasa Sasak. Bahasa Sasak
memang masih di pergunakan, namun bahasa itu mengalami asimilasi
sehinggga banyak kosa kata yang di campurkan dengan kosa kata diluar
Bahasa Sasak itu sendiri.
Terdapat 2 fenomena yang terjadi di tengah masyarakat saat ini.
Pertama, beberapa orang cenderung menggunakan bahasa Sasak ketika sedang
berbincang dengan keluarganya. Karena bahasa itu menjadi bahasa pertama
atau alat komunikasi utama didalam keluarga tersebut. Kemudian yang kedua
berlaku sebaliknya, sebagian orang bahkan hanya menggunakan bahasa Sasak
jika di luar rumah. Saat bersama keluarga, mereka menggunakan bahasa
Indonesia untuk berkomunikasi karena didalam keluarga tersebut tidak
membiasakan penggunaan bahasa daerah.
Adanya perbedaan atau tingkatan dalam penggunaan bahasa Sasak
menjadi alasan tidak menggunakan bahasa Sasak itu di lingkungan keluarga.
Lain halnya jika sedang bersama teman sebaya, penggunaan bahasa Sasak
akan terasa lebih nyaman karena lebih fleksibel untuk urusan budaya
khususnya bahasa.

8
C. Memudarnya Penggunaan Bahasa Sasak
Diera modern seperti saat ini, perkembangan ilmu dan teknologi serta
persaingan antar Negara menjadi pengaruh mendasar terabaikannya bahasa
daerah. Bahasa Sasak yang seharusnya mengemban fungsi ideal, justru
perlahan mengalami pengurangan dan penurunan nilai. Hal ini berdampak
pada identitas budaya yang dimulai dari budaya etnik (Sasak), hingga krisis
budaya kebangsaan. (Darwis, 2011)
Chaer dan Agustina (142-143:2010) memberikan gambaran terjadinya
pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa terjadi bila seorang atau lebih keluar
dari daerahnya dan pergi kedaerah lain (menetap) maka orang tersebut akan
mengalami pergeseran bahasa pada dirinya. Hal ini terjadi karena faktor
adaptasi dengan masyarakat dimana orang tersebut akan menetap.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kepunahan bahasa
ialah pengaruh bahasa mayoritas. Sebuah bahasa daerah yang tidak bisa
bersaing dengan bahasa lain di daerahnya sendiri, akan mengalami
pergeseran. Mulai dari ranah tinggi (Agama, pendidikan, dan pekerjaan),
menuju ranah rendah (Keluarga, pergaulan). Jika bahasa itu terus terdesak,
maka hal ini bisa menjadikannya bahasa yang lemah dan pada akhirnya akan
punah. (Gunawan, 2006)
Selanjutnya adalah faktor dari kondisi masyarakat penuturnya yang
bilingual atau bahkan multilingual, dengan kata lain seseorang penutur bisa
menggunakan 2 bahasa atau lebih dalam keseharian. Situasi tersebut sering
membuat satu bahasa bercampur dengan bahasa yang lain, yang bisa bersifat
sementara atau permanen.
Beberapa satuan bahasa yang sering digunakan para penutur
merupakan campuran dari bahasa lain, sebagai contoh kasus pencampuran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dengan Bahasa Sasak :
“Ye ngumbe jek anak itu? Kayak ndak punya manner.”
Selain itu, era globalisasi turut menjadi perhatian dalam pergeseran
bahasa daerah saat ini. Era globalisasi telah mendorong penutur bahasa

9
berkomunikasi dan berinteraksi dengan penutur bahasa yang lain, baik dari
daerah lain di Indonesia, maupun Negara luar terutama yang berbahasa
Inggris. Dalam situasi seperti itu terlihat bagaimana pentingnya untuk sebuah
bahasa menjadi alat komunikasi secara internasional.
Kemudian, migrasi penduduk dari daerah asal baik karena pekerjaan,
pendidikan, dan lain sebagainya juga memiliki peranan penting dalam
pergeseran bahasa daerah ini. Alasan yang umum terjadi di lapangan ialah,
timbulnya perasaan gengsi jika menggunakan bahasa daerah maka statusnya
menjadi rendah.
Kurangnya penghargaan terhadap bahasa sendiri juga terjadi di banyak
tempat, dan cenderung terhadi pada generasi muda. Salah satu penyebabnya
ialah pandangan mereka bahwa bahasa daerah kurang bergengsi dibandingkan
bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau bahasa mayoritas lainnya.

D. Solusi
“Hilangnya bahasa daerah tidak perlu ditangisi karena merupakan hal
yang lumrah terjadi, seiring dengan tuntutan zaman. Kita harus menyadari jika
bahasa daerah itu penting, namun karena kondisi saat ini yang semakin global,
kita membutuhkan bahasa persatuan yang lebih cepat untuk berkomunikasi.
Sehingga tidak perlu ditangisi bila bahasa daerah semakin berkurang.” –
Wapres Jusuf Kalla, 2007
Penyataan Wakil Presiden tersebut tampaknya ingin menekankan akan
pentingnya persatuan dalam bangsa yang plural ini. Untuk itu, salah satu hal
yang dapat menjembatani komunikasi antaretnik yaitu adanya bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan sebagaimana yang terus diupayakan.
Saat ini hal paling mudah yang dapat dilakukan untuk melestarikan
Bahasa Sasak dan Bahasa daerah lainnya adalah dengan membiasakan diri
untuk berkomunikasi menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Dimulai dari saat berinteraksi dengan keluarga di rumah, lalu berlanjut
ke percakapan dengan teman sebaya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

10
teknologi pun dapat digunakan untuk menjadi media pelestarian bahasa,
misalnya dengan menulis cerita dalam Bahasa Sasak kemudian diunggah ke
internet untuk dipublikasikan. Melalui pemublikasian tersebut, Bahasa sasak
dapat lebih dikenal luas oleh masyarakat.
Di zaman modern ini, banyak orang memiliki semangat berkompetisi
yang tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk melestarikan bahasa daerah
yaitu dengan mengadakan kompetisi berbasis bahasa sasak. Hal ini diharapkan
dapat memicu rasa keingintahuan seseorang untuk mempelajari bahasa
tersebut lebih lanjut.

11
BAB III

PENUTUP

Kepunahan bahasa daerah merupakan fenomena yang perlu di perhatikan, dan


disikapi dengan serius. Berbagai factor dapat menjadi penyebab kepunahan,
sebagaimana telah disebutkan pada materi. Selain itu, kurangnya penghargaan
terhadap bahasa daerah, serta kurangnya intensitas pemakaian bahasa dapat menjadi
factor utama kepunahan bahasa daerah.
Persoalan kepunahan bahasa daerah tentu menjadi pengaruh dalam
pengambilan kebijakan pemerintah secara nasional yang menghargai keberagaman
dan turut memajukan bahasa daerah, untuk melestarikan asset bangsa. Jika kepunahan
itu tidak diatasi dengan baik, maka Negara ini akan kehilangan asset yang berharga
karena bahasa merupakan realitas budaya penutur sebuah bangsa. Selain itu,
punahnya sebuah bahasa daerah juga bisa menghilangkan semua nilai budaya yang
tersimpan dalam bahasa tersebut. Ada baiknya jika bahasa itu di dokumentasikan, dan
ditransimiskan kepada orang lain. Sehingga nilai budayanya dapat bermanfaat dan
digunakan untuk kepentingan bersama.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi fenomena kepunahan bahasa perlu
dilakukan berbagai upaya. Upaya tersebut tidak hanya harus dilakukan oleh
pemerintah saja, namun peran masyarakat juga penting untuk melestarikan bahasa
daerah itu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Asim. 2006. “Kasus-kasus Pergeseran Bahasa Daerah : Akibat Persaingan


dengan Bahasa Indonesia?” Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia,
Februari 2006, Tahun ke 24, Nomor. 1. Jakarta : Masyarakat Linguistik
Indonesia Bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia.
Tondi, Fanny Henry. 2009. “Kepunahan Bahasa-Bahasa Daerah : Faktor Penyebab
Dan Implikasi Etnolinguistik” Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 11.
Nomor 2. Jakarta Selatan.
Editor Ayobandung. 2020. Benarkah Bahasa Daerah Kini Menjadi Masalah? 
Ayobandung. Tersedia online dalam
https://ayobandung.com/read/2019/01/07/42916/benarkah-bahasa-daerah-kini-
menjadi-masalah/ diakses pada 20 Desember 2020.

Pambudi, Giri Wahyu.2017. Makalah Konsep Dasar Manusia dan Problematika


Kebudayaan. Cronyos. Tersedia online dalam
https://www.cronyos.com/makalah-konsep-dasar-manusia-dan-problematika-
kebudayaan/ diakses pada 20 Desember 2020.

Tumiran. 2020. Makalah Bahasa Daerah. Makalahterkini. Tersedia online dalam


http://makalahterkini.blogspot.com/2016/02/makalah-bahasa-daerah.html
diakses pada 20 Desember 2020

13

Anda mungkin juga menyukai