Anda di halaman 1dari 5

51

BERBAHASA: POTRET NASIONALISME GENERASI BANGSA

1
Sri Maryani, 2Erwin
1, 2
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Muhammadiyah
Mataram

ABSTRAK
Keheterogenan dalam kehidupan berbangsa adalah suatu keniscayaan yang harus diterima sebagai realitas
kekayaan budaya dan suku bangsa, serta mesti terpelihara dan terjaga oleh segenap masyarakat penggunanya.Oleh
karena itu, bahasa mesti dipahami sebagai salah satu kekayaan nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Setidaknya terdapat 700 bahasa daerah yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Dengan demikian, maka bahasa-
bahasa daerah tersebut menjadi ciri dan indentitas bagi para penuturnya. Selain bahasa-bahasa daerah tersebut,
kita juga mengenal bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara,
sebagaimana yang tertuang dalam butir ke- 3 ikrar sumpah pemuda dan tercantum di dalam pasal 36 BAB XV UUD
1945. Selain itu, kita juga dihadapkan dengan hadirnya bahasa-bahasa Asing sebagai bagian dari perkembangan
arus globalisasi yang luar biasa dahsyatnya. Kondisi ini menjadi embrio terjadinya kontak bahasa yang berujung
pada konsistensi dan kecenderungan berbahasa (sikap bahasa) yang berbeda-beda. Berangkat dari landasan
sebagaimana dideskripsikan di atas, maka dalam tulisan ini akan disajikan berbagai fenomenafaktual mengenai
ekistentesibahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara yang tercermin dalam berbagai aktifitas
sosial. Beberapa hal yang akan disajikan terkait kedudukan bahasa Indonesia yang dimaksud, diantaranya: (1)
Kecenderungan perilaku berbahasa;(2) pembelajaran bahasa Indonesia; dan (3) hasil Ujian Akhir Nasional (UAN);
antara kualitas berbahasa danbukti nasionalisme. Secara substansial tulisan ini bertujuan untuk merefleksi realitas
dan kemampuan berbahasa masyarakat Indonesia pada umumnya, guna menakar kualitas nasionalisme generasi
bangsa. Dengan demikian, tulisan ini diharapkan dapat menjadi ilustrasi bagi para pembaca untuk ikut berkontribusi;
(a) mengapresiasi penggunaan bahasa sesuai dengan konteksnya, dan (b) mendorong berbagai pihak terkait untuk
berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar Bahasa Indonesia.

Kata kunci: berbahasa, nasionalisme, generasi bangsa

I. Pengantar berbahasa/berkomunikasi secara benar


Bahasa memiliki peranan yang sangat berkaitan dengan aturan dan sistem dalam
penting dalam kehidupan bermasyarakat. berbahasa, seperti unsur gramatikal, EYD
Dengan bahasa, sesorang dapat maupun sistem tanda yang lain dalam
mengungkapkan pikirannya secara khas yang berbahasa.
memperlihatkan jiwa dan kepribadiannya. Ada fenomena menarik dalam dunia
Dengan bahasa pula seseorang mendapatkan pendidikan kita yang terkait dengan pengajaran
efek tertentu, baik efek praktis untuk menarik bahasa terutama bahasa Indonesia, yakni belum
perhatian dalam percakapan sehari-hari maupun tercapainya hasil yang memuaskan. Padahal
efek estetis dalam karya sastra, dan dengan pemerintah/stake holder sudah melakukan
bahasa seseorang dapat mencapai tujuannya berbagai macam upaya dalam menghasilkan
dalam segala bidang. Gaya berbahasa peserta didik yang berkualitas, seperti
seseorang, baik lisan maupun tulisan secara menyediakan Lembaga Pendidikan Tenaga
tidak langsung dapat mencerminkan kualitas diri Kependidikan (LPTK), penyempurnaan
orang tersebut. Istilah bahasa Indonesia yang kurikulum, pelatihan guru bahasa, PLPG dan
baik dan benar tentunya tidak bisa kita lain sebagainya. Namun capaian hasil
terjemahkan secara sempit, karena baik belum pembelajaran bahasa Indonesia masih berada
tentu benar dan benar belum tentu baik. di bawah standar, bahkan ironis nya, nilai
Kemampuan seseorang pelajaran bahasa Indonesia menjadi salah satu
berbahasa/berkomunikasi secara baik berkaitan nilai terendah dari sekian mata pelajaran yang di
dengan kemampuannya memahami kapan, ujikan pada ujian nasional. Hal ni sungguh
dimana, dan dengan siapa dia berkomunikasi, menjadi cambukan berat bagi para tenaga
sementara kemampuan seseorang pendidik seperti kita, apakan kita harus

Paedagoria, September 2015, ISSN 2086-6356 Vol. 12, No. 2


52

menyalahkan pemerintah, peserta didik, atau digunakan sesuai dengan konteks dan situasi
kita sebagai tenaga pendidik? Kenapa bahasa yang tepat.
Indonesia yang merupakan bahasa nasional dan Bahasa Indonesia kini menjadi alat
alat komunikasi sehari-hari bangsa ini justru interaksi verbal yang sangat diapresiasi oleh
menjadi mata pelajaran yang dapat generasi bangsa. Hampir di setiap aktifitas
“menyumbangkan” kegagalan bagi peserta didik sosial, baik pada situasi formal maupun tidak
kita? formal/santai bahasa Indonesia menjadi prioritas
Jika dilihat dari segi kompetensi, mungkin pilihan. Perilaku berbahasa semacam ini disatu
kita dapat mengelompokkan mana siswa yang sisi sangat menguntungkan bagi eksistensi
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
baik, yang sedang atau yang rendah. Tetapi, jika namun disisi lain mengancam eksistensi
dilihat dari segi “kepemilikan”, semua peserta bahasa-bahasa daerah yang menjadi bagian
didik harusnya merasa memiliki bahasa dari kekayaan nasional bangsa. Dominasi
Indonesia, mau menggunakannya dalam perilaku berbahasa Indonesia yang ditunjukkan
komunikasi sehari-hari dan juga bangga dengan oleh generasi bangsa saat ini tidak dapat
“kepemilikan” tersebut. Realitanya, banyak dari dipandang sebagai sikap yang wajar-wajar saja.
peserta didik kita yang merupakan generasi Sebab sikap tersebut ditunjukkan dengan motif-
muda penerus bangsa yang justru tidak mampu motif yang tidak mendasar, yaitu berbahasa
menentukan sikap terhadap penggunaan Indonesia karena mereka beranggapan;
bahasa, tidak tahu kapan konteks yang tepat (1)bahasa Indonesia adalah ciri/identitas orang
dalam memilih bahasa, dan hal ini menunjukkan kaya, (2) bahasa Indonesia adalah ciri/identitas
rendahnya rasa nasionalisme mereka. orang kota, (3) bahasa Indonesia adalah bahasa
orang yang berpendidikan tinggi, (4) bahasa
II. Pembahasan Indonesia dapat menyembunyikan latar
A. Kecenderungan Perilaku Berbahasa belakang sosial/identitas asli, dan seterusnya.
Salah satu identitas suatu bangsa Dengan kata lain, berbahasa Indonesia adalah
adalah bahasa yang digunakan oleh segenap upaya pencitraan positif terhadap diri
masyarakatnya. Indonesia sebagai negara penggunanya.
kepulauan dengan keanekaragaman suku Sementara itu, fenomena yang berbeda
bangsa yang begitu unik, sudah tentu akan telah diperlihatkan oleh generasi masa lalu yang
melahirkan identitas dan corak yang sangat kini masih juga diwarisi oleh komunitas
beragam. Bahasa adalah salah satu ciri unik pedalaman atau masyarakat pedesaan yang
dan khas yang dimiliki suatu bangsa, termasuk masih memiliki corak kehidupan yang primitif.
bangsa Indonesia. Setidaknya ada sekitar + 700 Bagi mereka, berbahasa Indonesia adalah
bahasa yang menjadi identitas dan corak bagi perilaku/sikap sosial berupa penggunaan
suku-suku bangsa yang kita kenal sebagai simbol-simbol verbal yang bermakna
bahasa daerah, dan tersebar di seantero bumi kesombongan, keangkuhan, kurangajar, dan
Indonesia, serta bahasa Indonesia sebagai tidak sopan. Memasuki era persaingan global,
identitas nasional yang berperan menyatukan kini generasi kita nampaknya memberikan
suku-suku bangsa. Dengan demikian dapat kita apresiasi yang luar biasa terhadap bahasa
pastikan, terdapat perbedaan sikap dan perilaku Inggris. Gejala perubahan sikap/prilaku
terhadap bahasa-bahasa tersebut. berbahasa yang diperlihatkan saat ini patut
Berbahasa adalah perilaku sosial yang dikahwatirkan, sebab fenomena seperti ini dapat
dapat kita amati perkembanganya dari waktu- mengancam eksistensi bahasa Indonesia
kewaktu. Telah nampak dihadapan kita, bahwa sebagai bahasa Nasional. Dengan kata lain,
ada peristiwa pergeseran perilaku/sikap bahasa Inggris dan bahasa Asing lainya dapat
berbahasa yang ditunjukan oleh generasi menggeser eksistensi bahasa Indonesia di
bangsa. Realitas berbahasa Indonesia adalah Nusantara.
wujud nyata dari terimplementasikanya ikrar Keadaan sebagaimana yang
sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Hal ini akan dideskripsikan di atas mengandung makna yang
bermakna positif, jika disikapi secara ambigu. Disatu sisi kita dapat merasakan
proporsional. Maksudnya, kewajiban berbahasa adanya perilaku/sikap positif terhadap bahasa
Indonesia tidak berarti menjauhi, meninggalkan, yang satu, namun disisi lain menunjukkan
bahkan melupakan bahasa-bahasa lainnya. prilaku/sikap negatif terhadap bahasa-bahasa
Namun mestinya, bahasa-bahasa tersebut yang lainya. Mestinya kita dapat berbahasa
secara proporsional, yaitu; berbahasa Indonesia

Paedagoria, September 2015, ISSN 2086-6356 Vol. 12, No. 2


53

untuk interaksi sosial antarsuku (suku yang dan pendekatan pembelajaran bahasa telah
berbeda), berbahasa daerah saat interaksi digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
intrasuku (sesama suku), dan berbahasa Asing Secara garis besar ada dua tekanan substansi
saat interaksi antarnegara (dengan orang yang pembelajaran bahasa pada umunya yang
berasal dari bangsa lain). Dengan demikian diadopsi kedalam pembelajaran bahasa
secara politis, Indonesia memiliki kedaulatan Indonesia, yaitu pembelajaran dengan fokus
berbahasa.Sabagaimana yang dikatakan oleh utamanya pada bentuk (form) bahasa dan
Holmes (1992: 369), bahwa bahasa kita pembelajaran dengan fungsi (fungtion) bahasa.
merupakan unsur sangat penting bagi suatu Apabila pada pembelajaran dengan penekanan
Negara dan bahasa harus dijadikan raja pada bentuk bahasa lebih difokuskan pada
kurikulum bagi generasi bangsa. penguasaan struktur (tata bahasa), maka pada
pembelajaran dengan penekan pada fungsi
B. Pembelajaran Bahasa Indonesia bahasa lebih difokuskan pada penguasaan
Bahasa Indonesia adalah salah satu penggunaan bahasa. Hymes (1971)
mata pelajaran yang dikehendaki oleh undang- menjelaskan bahwa terdapat kaidah-kaidah
undang, sebagaimana yang diamanahkan pada penggunaan bahasa yang tanpa itu kaidah-
pasal 36 BAB XV UUD 1945. Pembelajaran kaidah tata bahasa tidak akan ada gunanya.
bahasa apa pun, baik yang dilakukan oleh Degan demikian, mestinya
lembaga pendidikan formal, maupun nonformal pembelajaran bahasa Indonesia tidak sekedar
pada prinsipnya diperuntukan sebagai upaya memberikan pengetahun tentang bahasa
menguasai bahasa yang dipelajari itu agar dapat melainkan harus berorientasi pada peningkatan
digunakan sebagai sarana komunikasi. Ada tiga kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
hal pokok yang terkait dengan keberhasilan yang bermutu (berbahasa Indonesia yang baik,
pembelajaran suatu materi termasuk materi benar, dan tepat). Selain itu, haruslah diingat
bahasa Indonesia, yaitu masalah substansi, bahwa kewajiban berbahasa Indonesia
pendekatan, dan motivasi belajar. Masalah bukanlah sebuah tanggung jawab yang
substansi pembelajaran menyangkut isi/materi dilemparkan kepada guru bahasa Indonesia
pembelajaranyang disajikan itu sudah saja, tetapi merupakan amanah yang harus
memenuhi kategori untuk membuat pembelajar diembani oleh segenam komponen dan insan
dapat menggunakan bahasa Indonesia secara bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pada setiap
baik dan benar. momentum-mementum yang formal wajib bagi
Adapun masalah pendekatan, terkait kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai
dengan apakah metode yang digunakan dalam bentuk apresiasi terhadap bahasaoleh segenam
pembelajaran materi itu sudah relevan sehingga komponen dan insan bangsa Indonesia. Oleh
pembelajar dapat menangkap isi/kandungan karena itu, pada setiap momentum-mementum
materi pembelajarantersebut. Selanjutnya, yang formal wajib bagi kita menggunakan
motivasi belajar terkait dengan persoalan bahasa Indonesia sebagai bentuk apresiasi
psikologis untuk apa suatu materi pembelajaran terhadap bahasa nasional dan bahasa resmi
itu dikuasai. Adakah faktor-faktor emosional negara.
yang dapat mengikap pembelajaran sehingga
terdorong untuk mempelajari materi C. Hasil Ujian Akhir Nasional (UAN); Antara
pembelajaran tersebut. Faktor motivasi Kualitas Berbahasa dan Bukti
merupakan faktor yang sangat penting dan Nasionalisme
terintegrasi di setiap proses pembelajaran itu Ujian Nasional (UN) adalah peristiwa
berlangsung.Ketiga hal ini akan menjadi sorotan tahunan yang menggegerkan dunia pendidikan.
utama dalam menjawab persoalan mengapa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
pembelajaran bahasa Indonesia dalam dunia Indonesia Nomor 48 Tahun 2006 tentang Ujian
pendidikan kita belum membawa hasil yang Nasional (UN) pasal 3 mengamanahkan, bahwa
memuaskan bagi pencapain tujuan Ujian Nasoonal bertujuan menilai pencapaian
pembelajaran materi tersebut, yaitu agar peserta kompetensi lulusan secara nasional pada mata
didik dapat menggunakan bahasa Indonesia pelajaran tertentu dalam kelompok mata
baik lisan maupun tulisan secara baik dan pelajaran tertentu dalam kelompok mata
benar. pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kegiatan pembelajaran bahasa Pasal 4 berbunyi: Hasil UN digunakan sebagai
Indonesia kini telah berlangsung + 25 abad salah satu pertimbangan untuk: 1) pemetaan
lamanya (lihat Kelly, 1976). Berbagai metode mutu satuan dan/atau program pendidikan; 2)

Paedagoria, September 2015, ISSN 2086-6356 Vol. 12, No. 2


54

seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; 3) didik memiliki kemampuan: (1) berkomunikasi
penentuan kelulusanpeserta didik dari satuan secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
pendidikan; 4) akreditasi satuan pendidikan; dan yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2)
5) pembinaan dan pemberian bantuan kepada memahami bahasa Indonesiadan
satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan menggunakanya dengan tepat dan kreatif untuk
mutu pendidikan. Peraturan ini menjadi berbagai tujuan; dan (3) menggunakan bahasa
pegangan atau landasan bagi sekolah untuk Indonesiauntuk meningkatkan kemampuan
melaksanakan UN di sekolah dan intelektual, serta kematangan emosional dan
menindaklanjutinya. sosial. Apakah ini berarti telah terjadi kegagalan
Ujian Nasional (UN) adalah salah satu terhadap upaya pencapaian tujuan Mata
agenda nasional bangsa ini. Agenda bangsa Pelajaran Bahasa Indonesia? Jika iya, maka
Indonesia yang dihajadkan untuk melakukan benarkah generasi bangsa ini sedang
evaluasi terhadap pencapai kompetensi lulusan. mengalami kebangkrutan nasionalisme?
Beberapa tahun terakhir hasil UN mata Harus diakui, bahwa apa yang
pelajaran bahasa Indonesia berada pada diperlihatkan lewat UN adalah merupakan salah
peringkat bawah dibandingkan mata pelajaran satu indikator yang memalukan bagi bangsa ini,
lain (bahasa Inggris, IPA). Berdasarkan data sebuah fakta yang memprihatikan mengenai
dari Kemendikbud, sebagian besar kasus kualitas generasi bangsa yang telah gagal
ketidaklulusan siswa dalam ujian nasional (UN) membuktikan nasionalismenya sebagaimana
disebabkan jebloknya nilai pelajaran bahasa yang telah diikrarkan dalam butir ke-3 sumpah
Indonesia. Kemendikbud menemukan, rata-rata pemuda yang dilakukan pada 28 Oktober 1928.
mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi Makna tercederainya nasionalismedalam
momok bagi siswa. “Banyak siswa yang tidak konteks ini merupakan terjemahan terhadap
lulus UN dan harus mengulang karena salah hasil UN yang mendeskripsikan, bahwa masih
satu mata pelajaran tidak memenuhi syarat, banyak generasi bangsa ini yang belum mampu
terutama bahasa Indonesia,” kata Nuh (26/4). berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai
Rendahnya nilai (angka) bahasa dengan etika yang berlaku baik secara lisan
Indonesia terjadi pada setiap UN sebagaimana maupun tulis, serta masih ada yang belum dapat
yang kita dengar selama ini. Data yang memahami bahasa Indonesia dan
memperkuat bahwa mata pelajaran bahasa menggunakanya dengan tepat dan kreatif untuk
Indonesia menjadi momok dalam ujian nasional berbagai tujuan, sehingga tidak rerjadi
adalah data yang dilangsir oleh Mendikbud pada peningkatan kemampuan intelektual, serta
2011, bahwa sekitar 14 ribu dari 26 ribu siswa kematangan emosional dan sosial.
yang tidak lulus ujian nasional terganjal di mata
pelajaran bahasa Indonesia. Sebagai akademisi D. Penutup
(pengajar dan pemerhati) pembelajaran bahasa Nampak jelas, bahwa prilaku berbahasa
Indonesia kenyataan ini sungguh miris, terlebih yang diperlihatkan masyarakat Indonesiadari
lagi bila melihat pasal 4 nomor 3 peraturan waktu kewaktu mengalami pergeseran. Jika
menteri Pendidikan Nasional tentang UN di atas. pada masa lalu masyarakat Indonesia
Beberapa pertanyaan mendasarpun cenderung memperlihatkan sikap negatifnya
bermunculan terkait masalah ini, apa penyebab terhadap bahasa Indonesia, karena bahasa
rendahnya nilai UN bahasa Indonesia? Indonesia dianggap tabu(sebagai akibat dari
Rumusan tujuan pembelajaran, materi peradaban masyarakat yang masih primitif).Kini
pelajaran, kurikulum, kompetensi guru, alat sikap tersebut telah berubah menjadi sikap
ukur/tes, ataukah penyusunan tes? Terkait positif yang ditampakkan lewat interaksi sosial
rentetan pertanyaan itu, sejumlah jawaban sehari-hari yang didominasi oleh penggunaan
spekulatif pun bermunculan. Salah satu di bahasa Indonesia. Apresiasi terhadap
antaranya memberikan tangapan, bahwa penggunaan bahasa Indonesia dimasa kini
kesimpulan evaluasi mengenai hasil UN mata memang sungguh menggembirakan, namun kini
pelajaran bahasa Indonesia yang sangat rendah telah nampak bahwa pada masa-masa yang
tersebut disebabkan oleh lemahnya kemampuan akan datang apresiasi terhadap penggunaan
dalam membaca. Hal ini mengakibatkan peserta bahasa Indonesia akan tergeser atau
UN kehabisan waktu untuk mengerjakan soal. dihegemoni oleh penggunaan bahasa Inggris
Di dalam kurikulum, tujuan Mata (bahasa Asing lainya) sebagai akibar dari
Pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dampak eraglobalisai.
dengan kemampuan berbahasa adalah peserta

Paedagoria, September 2015, ISSN 2086-6356 Vol. 12, No. 2


55

Sementara itu, jika kita amati


pembelajaran bahasa Indonesia yang
berlangsung di lembaga pendidikan baik formal,
maupun non formal maka kita dapatkan adanya
fakta yang mengecewakan. Peserta didik
nampaknya memperlihatkan sikap optimisme
terhadap kemampuan berbahasa yang
dimilikinya, namun pada satu sisi kondisi ini
tidak berbanding lurus dengan motivasi dirinya
terhadap proses pembelajaran bahasa
Indonesia. Sebagai akabitnya, maka Ujian
Nasional (UN) telah mencatat sejarah buruk dan
mempersembahkan raport merah terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia. Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia menjadi momok bagi prestasi
dan indikator terpuruknya kualitas pendidikan.
Akhirnya perilaku berbahasa,
pembelajaran bahasa, serta kemampuan
berbahasa Indonesia kini telah menyandera
nasionalisme generasi bangsa. Catatan kelam
dunia pendidikan ini mudah-mudahan dapat
diakhiri. Oleh karena itu, untuk membebaskan
nasionalismegenerasi bangsa dari
penyanderaan kedaulatan berbahasa dapat
dilakukan dengan terus menumbuhkan sikap
positif terhadap penggunaan bahasa Indonesia,
serta terus meningkat kualitas pembelajaran
bahasa di lembaga-lembaga pendidikan.

III. Daftar Pustaka

Alisjahbana, Sutan Takdir.1981. Tata Bahasa


Baru Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Dian
Rakyat.
Bowden, Jhon, dkk. 2012. Bahasa, Sastra, dan
Pengajaranya. Singaraja: FPBS
Undiksha.
Holmes, Janet. 1992. An Introduction to
Sosiolinguistics. London: Langman.
Hyme, Dell.1972. On Comunicative
Competence. University of Pennsylvan
Press, Inc.
Setiawati, Lis. 2012. Evaluasi Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Siswa SMA tahun
2011. Makalah Semnas ke-II di
Singaraja-Bali.
Wardaugh, Ronald. 1998. An Introduction to
Sosiolinguistics. Oxford: Basil Blaekwell
Ltd.
Arbai.2013. Nilai Ujian Nasional Bahasa
Indonesia (online).
http://budisansblog.blogspot.com/2013/0
5/nilai-ujian-nasional-bahasa-
Indonesia.html. Diakses 02 September
2014

Paedagoria, September 2015, ISSN 2086-6356 Vol. 12, No. 2

Anda mungkin juga menyukai