Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

PERGESERAN PENGGUNAAN BAHASA MAKASSAR DALAM


LINGKUNGAN KELUARGA DI KAB. MAROS KEC. TANRALILI DESA.
TODDOPULIA

RISKA

1855041016

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022

1
2

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan proposal yang berjudul "
PERGESERAN PENGGUNAAN BAHASA MAKASSAR DALAM
LINGKUNGAN KELUARGA DI KAB. MAROS KEC. TANRALILI DESA.
TODDOPULIA." Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof.Dr.Johar amir ,M.Hum dan Aswati asri S.Pd., M.Pd selaku pembimbing
proposal yang telah membantu penulis dalam mengerjakan proposal ini.. Proposal
ini memberikan panduan dalam pembelajaran bahasa daerah Makassar. Oleh
sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan proposal penulis.
Penulis juga berharap semoga proposal ini mampu memberikan pengetahuan
tentang pentingnya penggunaan bahasa daerah Makassar dalam Masyarakat.

Makassar, 16 Februari 2022

Penulis
3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergeseran pemakaian bahasa berkaitan dengan fenomena
sosiolinguistik yang terjadi akibat adanya kontak bahasa, bilingualisme
dan juga faktor-faktor lain. Bahasa adalah system lambang bunyi arbitrer
yang digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi, berkomunikasi dan
beraktivitas sehari-hari. Sebagai sebuah system, bahasa dibentuk oleh
sejumblah komponen yang didalamnya terdapat sebuah pola dan kaidah
bahasa yang tetap. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang paling
penting dalam masyarakat. Oleh karna itu kedudukannya yang sangat
penting, bahasa tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia dan selalu
ada dalam setiap aktivitas dan kehidupannya. Dalam setiap kehidupan
bermasyarakat bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting
baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekolah, tempat kerja, dan
sebagainya.

Menurut Chaer dan Agustina (2014) fungsi utama bahasa adalah


sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Melalui kegiatan
berkomunikasi setiap penutur hendak menyampaikan tujuan atau maksud
tertentu kepada mitra tutur yang terlibat dalam Proses komunikasi yang
efektif dan efisien, sehingga pesan yang disampaiakan dapat dipahami
dengan jelas oleh mitra tutur yang terlibat dalam proses komunikasi,
proses komunikasi yang efektif dan efisien tidak akan terjadi dengan baik,
apabila bahasa yang digunakan oleh penutur tidak mampu dipahami oleh
mitra tutur. Dengan demikian, untuk mempermudah proses komunikasi,
bahasa yang digunakan oleh penutur harus bahasa yang mudah dipahami
oleh mitra tutur. Penggunaan bahasa dapat dijumpai dalam berbagai segi
kehidupan. Setiap pemakaian bahasa akan berbeda antara segi kehidupan
yang satu dengan segi kehidupan yang lainnya termasuk di dalamnya
bahasa yang digunakan dalam proses interaksi.
4

Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial dalam


masyarakat, bahasa berfubngsi sebagai alat bahasa untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, dan ide. Bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk
menyampaikan informasi tanpa bahasa akan sangat sulit untuk
menyampaikan informasi.

Pada umunya masyarakat dapat menguasai dua bahasa yakni


bahasa Indonesia dan bahasa ibu. Hal tersebut Merupakan fenomena
kebahasaan yang disebut dengan Bilingualisme, selain itu ada juga
masyarakat yang Multilingualisme yaitu menguasai lebih dari dua bahasa.
Bilingualisme dan Multilingualisme dapat menimbulkan terjadinya kontak
berbahasa antara kedua bahasa atau lebih. Kontak bahasa dapat
menimbulkan saling mempengaruhi bahasa yang berkontak. Selain itu,
kontak bahasa juga dapat menimbulkan fenomena kebahasaan seperti
pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa . dalam penelitian ini akan
difokuskan pada pergeseran bahasa.

Peergeseran bahasa adalah suatu fenomena sebuah bahasa


menggeser bahasa yang lain. Pergeseran bahasa (language shift)
menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau
sekelompok penutur yang bisa terjadi akibat perpindahan dari satu
masyarakat tutur kemasyarakat tutur yang lain sehingga terjadi pergeseran
bahasa. Apabila seseorang atau sekelompok orang penutur suatu bahasa
pindah ketempat lain yang menggunakan bahasa lain dan bercampur
dengan mereka, maka akan terjadi pergeseran bahasa.

Kajian mengenai pergesaran bahasa dalam masyarakat bilingual


maupun multilingual sudah pernah dilakukan oleh para peneliti. Sebagai
bahan kajian mengingat perkembangan bahasa dan pemakai bahasa yang
semakin hari semakin berkwmbang, juga pola pikir masyarakat pengguna
bahasa yang juga semakin menarik dilakukan penelitian tentang
pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa memang sering dikaitkan dengan
5

kedwibahasaan namun kedwibahasaan bukanlah satu-satunya kondisi bagi


penyebab munculnya pergeseran bahaa. Pergeseran bahasa pada umumnya
melalui alih generasi (intergenerasi), menyangkut lebih dari satu generasi.

Pergeseran bahasa berkaitan dengan penggunaan bahasa oleh


sekelompok penutur yang bisa terjadi akibat perpindahan dari satu
masyarakat tutur kemasyarakat tutur yang lain. Menurut Sumarsono
(2011:236) pergeseran bahasa ini jarang terjadi sejumblah besar
masyarakat menanggalkan bahasanya dan mengganti dengan bahasa yang
laindalam kurun hidupnya. Namun dalam berbagai kasus pergfeseran
biasanya selalu ada satu generasi yang lebih dulu dwibahasawan. Misalnya
bahasa ibu atau bahasa pertamanya adalah bahasa Makassar sedangkan
bahasa keduanya adalah bahasa Indonesia tetapi henerasi ini tidak
mengalihkan, menurunkan, mengajarkan bahasa Makassar atau bahasa
ibunya kepada generasi berikutnya (anak-anak mereka) melainkan
mewariskan bahasa keduanya (B2) yaitu bahasa Indonesia. Generasi kedua
ini (anak-anak mereka) mungkin saja masih memahami (secara pasif)
karna sering mendengar orang tuanya berbicara dalam bahasa itu.

Pergeseran bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau wilayah


yang memberi harapan atau kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik,
sehingga mengundang imigran/transmigran untuk mendatanginya.
Fishman (1972) telah menunjukkan terjadinya pergeseran bahasa para
imigran di Amerika. Keturunan ketiga atau keempat dari para imigran
tidak mengenal lagi bahasa ibunya, dan malah terjadi monolingual bahasa
ingris (dalam Chaer,2004:144).

Peristiwa pergeseran bahasa bisa saja terjadi diberbagai tempat dan


kapan saja di muka bumi ini mengingat zaman yang semakin canggih dan
modern arus globalisasi dan mobilitas penduduk yang sangat tinggi
menjadi pemicu pergeseran bahasa. Wilayah, daerah atau negara yang
6

sekiranya dipandang masyarakat memberikan harapan kehidupan sosial


ekonomi yang lebih baik banyak diserbu oleh para imigran.

Bahasa Makassar adalah bahasa yang digunakan Bahasa


Makassar (basa Mangkasaraʼ, Lontara: ᨅᨔ ᨆᨀᨔᨑ) adalah
sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia yang lazimnya
dituturkan oleh penduduk bersuku Makassar di sebagian wilayah Sulawesi
Selatan, Indonesia. Dalam rumpun bahasa Austronesia, bahasa Makassar
merupakan bagian dari dalam rumpun bahasa makasar
walaupun kosakata bahasa ini tergolong divergen jika dibandingkan
dengan kerabat-kerabat terdekatnya. Bahasa Makassar memiliki sekitar
1,87 juta penutur jati pada tahun 2010.

Terdapat 23 fonem dalam sistem fonologi bahasa Makassar.


Bahasa Makassar juga memiliki beberapa deret konsonan ganda
atau geminat. Sebagai bahasa aglutinatif, bahasa Makassar memiliki
beragam afiks yang masih produktif serta serangkaian klitik yang (antara
lain) memarkahi fungsi pronomina dan aspek. Argumen dalam bahasa
Makassar dimarkahi pada predikat dengan klitik pronomina yang lazimnya
mengikuti pola persekutuan ergatif-absolutif.

Seiring perkembangan zaman dengan semakin mudahnya akses


untuk migrasi atau perpindahan penduduk semakin banyak etnis Makassar
yang melakukan migrasi dengan tujuan dan harapan masing-masing.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengkaji


lebih lanjut tentang pergeseran bahasa Makassar dalam lingkungan
keluarga di kab.Maros kec.Tanralili desa, Toddopuluia. Dan tujuan
penelitian ini sangat penting dilakukan. Hal ini tampak bahwa kontak
bahasa antara bahasa pendatang dengan bahasa lain pada wilayah tersebut
memang tidak dapat dihindari. Seiring dengan semakin berkenmbangnya
zaman, pemikiran masyarakat semakin luas tentang bahasa sehingga dapat
7

menyebabkan adanya pemilihan bahasa yang berakibat pergeseran bahasa


pada bahasa Makassar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
permaslaahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pergeseran pemakaian bahasa Makassar lingkungan
keluarga di Kab.Maros Kec. Tanralili Desa.Toddopulia yang ditinjau
dari ranah keluarga ?
2. Bagaimana pergeseran pemakaian bahasa Makassar lingkungan
keluarga di Kab.Maros Kec. Tanralili Desa.Toddopulia berdasarkan
kelas sosial, usia dan jenis kelamin?
3. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa Makassar
lingkungan keluarga di Kab.Maros Kec. Tanralili Desa.Toddopulia?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam
bentuk penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan pemakaian bahasa Makassar lingkungan keluarga di
Kab.Maros Kec. Tanralili Desa.Toddopulia dari ranah keluarga.
2. Mendeskripsikan pergeseran pemakaian bahasa Makassar lingkungan
keluarga di Kab.Maros Kec. Tanralili Desa.Toddopulia berdasarkan
kelas sosial, usia dan jenis kelamin.
3. Mendeskripsikan Faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran
bahasa Makassar lingkungan keluarga di Kab.Maros Kec. Tanralili
Desa.Toddopulia?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini ada dua yaitu secara praktis dan
teoritis.
8

a. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
peneliti terkait pergrseran bahasa baik digunakan untuk diri sendiri
maupun masyarakat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian
lebih lanjut terkait pergeseran bahasa namun dengan kajian yang
lebih luas ataupun dengan metode yang berbeda serta juga dengan
aspek pengamatan yang berbeda.
3. Bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Hasil penelitian ini dapat memberi tambahan pengetahuan
mengenai pergeseran bahasa sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan dalam perkuliahan.
b. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
bagi ilmu linguistic dibidang sosiolinguistik khususnya dalam hal
pergeseran bahasa.
9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan

1.1 Tinjauan Pustaka

Kajian pergeseran bahasa pernah dilakukan oleh Sumarsono (2001)


mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
dalam skripsinya yang berjudul “Pergeseran Bahasa Wayang Kulit pada
Adegan Gara- gara”. Penelitian ini meneliti pergeseran bahasa yang
terjadi pada pagelaran wayang kulit oleh Dalang Suroto. Pada penelitian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pergeseran bahasa dalam
pagelaran wayang bukanlah sesuatu hal yang disengaja (sengaja digeser
oleh dalang), tetapi merupakan hasil dari inovasi dan improvisasi dari
dalang untuk mengadaptasikan pertunjukan wayang dengan tuntutan dan
tantangan jaman yang dapat dilihat pada pergeseran selera khalayak
penonton.

Penelitian ini menemukan bentuk-bentuk pergeseran bahasa pada


adegan wayang gara-gara pertama, pergeseran dalam penggunaan dan
pemilihan bahasa dalam adegannya. Kedua, pergeseran bahasa itu dapat
dilihat dari aspek diksi (pilihan kata) berikut aspek semantiknya (makna
kata yang dipilih denotative atau konotatif). Ketiga, pergeseran
posisional adegan gara-gara dalam struktur pertunjukan wayang.
Keempat, pergeseran tema adegan gara-gara. Penelitian ini hanya
membahas pergeseran bahasa dalam pewayangan saja tidak mencakup
pergeseran bahasa pada suatu masyarakat yang luas atau suatu kelompok
masyarakat sehingga pergeseran yang terjadi sangat sempit hanya pada
bahasa suatu pertunjukan.
Penelitian juga dilakukan oleh Efendi (2001) mahasiswa Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga dalam skripsinya
10

yang berjudul “Pemertahanan Bahasa Madura Oleh Etnis Madura di


Kelurahan Kenjeran Kecamatan Kenjeran Surabaya”. Penelitian ini
meneliti tentang pemertahanan bahasa Madura yang terjadi di Kelurahan
Kenjeran Surabaya. Penelitian ini menggunakan ranah-ranah dan juga
menggunakan data kuantitatif di dalamnya.

Temuan pada penelitian ini yaitu pemertahanan bahasa Madura


berbanding linear dengan usia lawan bicara responden. Dalam artian,
semakin lanjut usia lawan bicara responden, semakin tinggi pula
tingkat pemertahanan bahasa Madura. Usia merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pemertahanan suatu bahasa, baik itu dalam suatu
masyarakat atau secara individu. Diketahui bahwa pada saat berbicara
dengan kakek nenek disitulah tingkat pemertahanan bahasa Madura oleh
etnis Madura di kelurahan Kenjeran tertinggi pada ranah keluarga. Baru
kemudian apabila berbicara dengan orang tua, dan saudara. Pada ranah
ketetanggaan, tingkat pemertahanan bahasa tertinggi diketahui saat
responden berbicara dengan tetangga sesama etnis Madura. Meskipun
demikian bahasa Madura juga sering digunakan dengan sesama
tetangga nonMadura. Sedangkan pada ranah kekariban, hasil kajian
tidak jauh berbeda dengan ketetanggaan. Masyarakat etnis Madura lebih
sering menggunakan bahasa Madura bila berbicara dengan teman sesama
etnis Madura. Tapi mereka tak jarang menggunakan bahasa Madura bila
berbicara dengan teman nonMadura, namun prosentase pemakaiannya
kecil sekali.
Dari penelitian tersebut dikatakan bahwa etnis Madura mengaku
gengsi kalau menggunakan bahasa Madura karena masyararakat Madura
yang masih dianggap terbelakang dan sebagainya. Sehingga dari
pernyataan tersebut saya ingin meneliti pergeseran bahasa Madura yang
terjadi di Surabaya ini utamanya kelurahan Ujung yang banyak Etnis
Maduranya.
Penelitian tentang pemertahanan bahasa juga dilakukan oleh
Lakoro (2011) mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
11

Universitas Airlangga dalam skripsi yang berjudul “Pemertahanan Bahasa


Daerah Nusa Tenggara Timur pada Komunitas Mahasiswa Nusa Tenggara
Timur di Pare-Kediri”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian bahasa daerah


NTT berdasarkan kedekatan hubungan antara mahasiswa sesuku memakai
bahasa daerah dan antara mahasiswa beda suku sering memakai bahasa
pasar. Pada situasi nonformal memakai bahasa pasar dan dalam situasi
formal memakai bahasa Indonesia yang kadang diselipi bahasa pasar
untuk mencairkan suasana.
Ketika berbicara dengan mahasiswa sesuku bahasa daerah lebih
menonjol, sedangkan dengan mahasiswa yang beda suku bahasa pasar
selalu mewarnai perbincangan mereka dan dalam pemakaiannya mereka
tidak segan mengucapkan kata-kata pedas, umpatan dan sebagainya,
karena tali kekeluargaan mereka erat membuat mereka santai dalam
mengucapkannya tanpa ada yang merasa sakit hati selain itu dikarenakan
bahasanya yang tidak ada tingkatannya hanya dibedakan oleh intonasi.
1.2 Landasan Teori
Sosiolinguistik merupakan gabungan dari kata sosiologi dan
linguistik. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai
manusia dalam masyarakat dan mengenai lembaga-lembaga serta proses
sosial yang ada dalam masyarakat (Chaer dan Agustina, 1995:3).
Linguistik adalah ilmu bahasa atau bidang yang mengambil bahasa sebagai
objek kajiannya. Dengan demikian sosiolinguistik merupakan bidang ilmu
antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam masyarakat (Aslinda,
2007:6).

Kontak bahasa terjadi dalam masyarakat pemakai bahasa atau


terjadi dalam situasi kemasyarakatan tempat seseorang mempelajari unsur-
unsur sistem bahasa yang bukan bahasanya sendiri. Kontak bahasa
meliputi segala peristiwa persentuhan antara dua bahasa atau lebih yang
berakibat adanya perubahan unsur bahasa oleh penutur dalam konteks
12

sosialnya (Aslinda, 2007:25). Bilingualisme atau kedwibahasaan terjadi


karena adanya kontak bahasa. Kontak bahasa juga dapat menyebabkan
perubahan, pergeseran dan pemertahanan bahasa. Pengertian bilingualisme
memiliki sejarah yang cukup panjang banyak ahli mengemukakan
pendapat yang berbeda-beda mengenai bilingualisme. Bloomfield
mengatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan seorang penutur
untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Ini berarti seorang
dwibahasawan (bilingual) adalah seorang yang menguasai dua bahasa
dengan sama baiknya. Mackey (1962: 12) mengatakan dengan tegas
bahwa bilingualisme adalah praktik penggunaan bahasa secara bergantian,
dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain oleh seorang penutur.
Bilingualisme atau kedwibahasaan menyangkut hakikat bahasa
dalam kaitannya dengan penggunaannya dalam masyarakat tutur bilingual.
Mackey berpendapat bahwa bilingualisme bukan gejala bahasa, melainkan
sifat penggunaan bahasa yang dilakukan penutur bilingual secara berganti-
ganti. Mackey juga mengatakan kalau bahasa itu milik kelompok atau
milik bersama suatu masyarakat tutur, maka bilingualisme adalah milik
individu-individu para penutur. Berbeda dengan Mackey, Oksaar
berpendapat bahwa bilingualisme adalah bukan hanya milik individu tetapi
juga milik kelompok sebab bahasa itu penggunaannya tidak terbatas antara
individu dan individu saja, melainkan juga digunakan sebagai alat
komunikasi antar kelompok.

Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobilitas penutur, sebagai


akibat dari perpindahan penutur atau para penutur itu dapat menyebabkan
terjadinya pergeseran bahasa, seperti penutur yang tadinya menggunakan
bahasa ibu kemudian menjadi tidak menggunakannya lagi (Chaer dan
Agustina, 2004:134). Pergeseran bahasa (language shift) menyangkut
masalah penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok
penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat
tutur ke masyarakat tutur lain (Chaer dan Agustina, 2004:142).
Teori lain yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Fishman
13

tentang ranah-ranah (domain) penggunaan bahasa. Fishman menyatakan


bahwa ranah merupakan konstelasi antara lokasi, topik dan partisipan.
Sebuah ranah disebut ranah keluarga misalnya, kalau ada seorang penutur
berada di rumah sedang membicarakan masalah kehidupan sehari-hari
dengan anggota keluarganya.
Jumlah ranah dalam suatu masyarakat tidak dapat ditentukan secara
pasti. Fishman menyebut empat ranah, yaitu ranah keluarga, ketetanggaan,
kerja dan agama. Sebelum menyebut empat ranah tersebut, ia mengutip
sembilan ranah Schmid-Rohr, yaitu ranah keluarga, tempat bermain,
sekolah, gereja, sastra, pers, militer, pengadilan, dan administrasi
pemerintahan. Dia juga mengutip Fery yang hanya menyebut tiga ranah
saja, yaitu ranah rumah, sekolah dan gereja (Sumarsono, 1993:57).
Greenfield dalam penelitiannya pada masyarakat Puerto Rico
menemukan lima ranah, yaitu ranah keluarga, kekariban, agama,
pendidikan dan kerja. Parasher dalam penelitiannya menyebut tujuh
ranah, yaitu ranah keluarga, kekariban, ketetanggaan, transaksi,
pendidikan, pemerintahan dan kerja.
Satu lagi teori yang dipakai pada penelitian ini yaitu teori
Sumarsono mengenai faktor-faktor terjadinya pergeseran
bahasa.mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran
bahasa salah satunya migrasi atau perpindahan penduduk, perkembangan
ekonomi menurut Sumarsono juga bisa menjadi faktor pergeseran
bahasa dan juga faktor-faktor lain.
1.3 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang
dipilih dalam melaksanakan penelitian. Metode penelitian bahasa berkaitan
erat dengan tujuan mengumpulkan data dan mengkaji data, serta
mempelajari fenomena- fenomena kebahasaan (Djajasudarma, 1991:3).
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Metode ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
mendeskripsikan pergeseran penggunaan bahasa makassar dalam
14

lingkungan keluarga di kab. Maros kec.tanralili desa todopilia .


pada penelitian ini berupa kualitas untuk memberikan pergeseran bahasa
dan juga pengungkapan fakta pergeseran bahasa Makassar di lapangan
berikut faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor ekonomi,
migrasi, dan sekolah/ pendidikan.

B. Kerangka Pikir
Proses pergeseran bahasa yang ada di lingkungan keluarga akan
menjadi objek penelitian pada penelitian “pergeseran penggunaan bahasa
makassar dalam lingkungan keluarga di kab. Maros kec. Tanralili. Desa.
toddopulia”. Penelitian ini akan berfokus pada pergeseran penggunaan
bahasa makassar yang terjadi di lingkungan keluarga.
15

Pergeseran penggunaan
bahasa

Sosiolinguistik

bilingualisme
Kontak bahasa Mobolitas

Masyarakat dan keluarga di


kab. Maros kec. Tanralili
desa. toddopulia

Analisis

Hasil

Temuan
16

Bagan Kerangka Pikir

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini akan mendeskripsikan tuturan yang mengindikasikan
pergeseran penggunaan bahasa dalam lingkup keluarga. Penelitian
deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta
sebagaimana keadaan sebenarnya. Metode deskriptif merupakan metode
penelitian yang menganalisis suatu dokumen dan menjabarkan kembali
sehingga jenis penelitian deskriptif dilakukan terhadap informasi yang
didokumentasikan melalui rekaman, gambar, suara, dan tulisan.
Selama proses penelitian, peneliti tidak melakukan manipulasi atau
memberikan perlakuan-perlakuan teretentu terhadap objek penelitian,
semua kegiatan atau peristiwa tutur dalam interaksi antara keluarga dan
masyarakat yang diteliti berjalan seperti apa adanya. Sesuai dengan
permasalahan, tujuan penelitian ini untuk memperoleh deskripsi dan
penejelasan tentang tindak tutur komisif dan tindak tutur direktif pada
lingkungan keluaerga dan masyarakat yang ada di kab. Maros kec.
Tanralili desa. toddopulia.
B. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah tuturan antara keluarga dan
masyarakat yang melangsungkan interaksi antara satu sama lain.
2. Sumber Data
17

Sumber data dalam penelitian ini adalah keluarga dan


masyarakat.
C. Definisi Istilah
Dalam penelitian ini untuk memudahkan dan memberikan arah yang jelas
mengenai apa yang diukur, maka diberikan definisi variabel. Adapun
definisi variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penutur untuk
menyelesaikan kalimat yang diujarkan sesuai dengan konteksnya.
2. Tindak tutur adalah tindak bahasa yang berupa tuturan untuk
menyatukan suatu maksud dari pembicara untuk dipahami pendengar.
3. Tindak komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya dan bisa juga
berhubungan dengan masa yang akan datang.
4. Tindak Tutur Direktif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk
mendorong pendengar melakukan sesuatu.
D. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada keluarga dan masyarakat di kab.
Maros kec. Tanralili desa. toddopulia. Adapun subjek penelitiannya adalah
tuturan yang digunakan keluarga dan masyarakat dalam melakukan
interaksi.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengamatan
Dalam penelitian ini teknik pengamatan didahulukan karena
meninjau terelebih dahulu tuturan pada keluarga dan masyarakat di
kab. Maros kec. Tanralili desa. toddopulia. Teknik pengamatan ini
juga didukung dengan pencatatan tuturan yang dapat diamati secara
langsung. Teknik pengamatan digunakan untuk mendapatkan data
berupa segmen tutur yang diindikasikan mengandung pergeseran
penggunaan bahasa.
2. Teknik Perekaman
18

Teknik perekaman yang dimaksudkan yaitu merekam semua


tuturan maupun aktivitas yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat
saat proses interaksi berlangsung. Tuturan bisa di dengarkan berulang-
ulang untuk mendapatkan data yang maksimal. Alat untuk merekam
peristiwa tutur ini menggunakan telepon genggam. Alasan
digunakannya telepon genggam karena lebih mudah dalam memegang
saat proses perekaman.

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif untuk mengetahui tindak tutur yang digunaakan dalam
interaksi antara keluarga dan masyarakat sekitar, maka peneliti melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Transkripsi data, setelah penulis mendapat data tuturan keluarga dan
masyarakat di kab. Maros kec. Tanralili desa. toddopulia berdasar hasil
rekaman, maka selanjutnya memindahkan data tersebut dengan cara
menulis atau mengetik kembali semua hasil tuturan yang diujarkan.
2. Klasifikasi dilakukan ketika mengklasifikasi bentuk ujaran.
3. Tahap deskripsi, pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan segala
bentuk tindak tutur berdasarkan hasil data kualitataif.
G. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri yang berperan sebagai human instrument (perencana,
pengumpulan data, penafsir data, dan penganalisis data,). Pengetahuan dan
wawasan kebahasaan peneliti menjadi kunci pokok dalam keberhasilan
penelitan. Adapun instrumen pendukung dalam pengumpulan data adalah
telepon genggam.
19

Daftar pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Makassar
https://www.google.com/search?
q=faktor+yang+mempengaruhi+npergeseran+bahasa&oq=faktor+yang+m
empengaruhi+npergeseran+bahasa&aqs=chrome..69i57j0i13.17641j0j7&s
ourceid=chrome&ie=UTF-8
http://repository.unair.ac.id/14554/
https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/2742/Sayama-Malabar-Buku-
Sosiolinguistik.pdf
https://mediaindonesia.com/humaniora/431439/contoh-kata-
pengantar-untuk-tugas-makalah-karya-ilmiah-dan-laporan
20

Anda mungkin juga menyukai