NOVIYANTI
1855041019
NOVIYANTI
1855041019
-Noviyanti-
iii
PERSEMBAHAN
aen aukirG kupbtu meG ri ruay tau toaku sipmnk aiy aes simt apl doaGG
asera sumG
Tulisan ini saya persembahkan untuk kedua orang tua dan keluarga
saya yang selalu hadir menyemangati serta mendoakan dengan rasa cinta
iv
ABSTRAK
v
ABCTRACT
vi
KATA PENGANTAR
skripsi dengan judul “Penggunaan Sapaan Pada Teks Bacaan Bahasa Makassar”.
Skripsi ini diajukan dalam rangka menyelesaikan studi starata satu untuk
bapak Dr. Usman,. S.Pd., M.Pd, sebagai pembimbing II, Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada tim penguji, yaitu ibu Prof. Dr. Hj. Kembong
Daeng., M.Hum dan ibu Dr. Asia., S.S., M.Pd. Penulis juga sampaikan terima
kasih kepada:
Negeri Makassar.
2. Prof. Dr. Syukur Saud, M.Pd, sebagai Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra
3. Dr. Mayong, M.Pd, sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Dr. Sultan, S.Pd, M.Pd, sebagai Sekretaris Jurusan, Dr. Hajrah, S.S, M.Pd,
sebagai Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, dan Bapak/Ibu
Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Staf Tata Usaha Jurusan
Negeri Makassar.
vii
4. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah angkatan
2018 atas segala kebersamaan yang telah dibangun, ilmu yang telah dibagi
kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muh. Tahir dan Ibunda
Makassar, 03
Juli 2022
Penulis
NOVIYANTI
viii
KANA PAPPAKARIOLO
judul “ Penggunaan Sapaan Dalam Teks Bacaan Bahasa Makassar”. Anne skripsi
niajukangi ilalang rangka ampaklekbak studi strata sekre sollana akulle anggappa
sannak tinggina mange ri Dr. Hajrah, S.S., M.Pd. ia akjari pembimbing I, siagang
Dr. Usman, S.Pd., M.Pd. ia akjari pembimbing II. Pappalak tarima kasih poeng
kupabattu mange ri tim penguji, iamintu Prof. Dr. Hj. Kembong Daeng M.Hum
siagang Dr. Asia, S.S., M.Pd.Tuanngukirika appalak tarima kasih todong mange:
Negeri Makassaar
2. Prof. Dr. Syukur Saud, M.Pd, ia akjari Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra
3. Dr. Mayong, M.Pd, ia akjari Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Dr. Sultan, S.Pd, M.Pd, ia akjari Sekretaris Jurusan, Dr. Hajrah, S.S,
M.Pd, ia akjari Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, dan
Bapak/Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, siagang pole Staf
Tata Usaha Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan
ix
4. Agang-agang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah angkatan
dudu mange ri rua tau toa sannak nangainna, Manggeku Muh. Tahir
Mangkasarak, 03
Juli 2022
Tuanggukirik
NOVIYANTI
x
kn ppkriaolo
sukuru n mmuji meG ri krea alhu tal. aia aser rm siag hidy n tuaGukirik
aen akuelai npkelb kirisi siag judu “epgunaa spa dl et bca bhs mks”. aen kirisi
niajukGi aill rk apekb estudi sr eser soln akuel agp glr sjn epdidik.
tuaGukirik apbtu ephgaa siag ppl trim ksi sn tigin meG ri Dr. Hajrah, S.S.,
M.Pd. aia ajri epbibi eser. siag Dr. Usman, S.Pd., M.Pd. aia ajri epbibi rua. ppl
trim ksi poea kupbtu meg ri ti epGuji. aimitu Prof. Dr. Hj. Kembong Daeng
M.Hum siag Dr. Asia, S.S., M.Pd. tuaGukirik apl trim ksi todo meG.
1. Prof. Dr. H. Husain Syam, M.TP, ASEAN aia ajri erto auniepsit enegri
mks.
2. Prof. Dr. Syukur Saud, M.Pd, aia ajri edk pkut bhs d sr auniepsit enegri
mks.
3. Dr. Mayong, M.Pd, aia ajri ektua jurus bhs d st aidoensia. Dr. Sultan,
S.Pd, M.Pd, aia ajri esertri jurus. Dr. Hajrah, S.S, M.Pd, aia ajri ektua
rodi epdidik bhs d sr dear d bp/aibu does jurus bhs d sr aidoensia. siag
poel t tt aush
xi
4. jurus bhs d sr aidoensia pkut bhs d sr auniepsit enegri mks.
5. ag ag mhsiw epdidik bhs d sr dear akt 2018. psl yGes psm sm elb
nibGu pGiesG elbk nibeg slm aempo ri bko pkuliaG siag poel epGlm
aGjr.
aen ri ekesptG tuaGukirik apl trim ksi jai dudu meG ri rua tau toa sn
nGain. meGku Muh. Tahir siag amku Nurbaya aia tmtpu apl doaGG n aser sumG
ai ll apelbki aen kuliaku. tuaGukirik amins soln aen kirisia akuel amtu mtu meG ri
tau abcai.
NOVIYANTI
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….……………………... i
LEMBAR PENGESAHAN…...……………………………………………....... ii
MOTTO..………………………………………………………………………...iii
PERSEMBAHAN…………………………………………………………….… iv
ABSTRAK………………………………………………………………………. v
ABSTRACT…………………………………………………………….............. vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………...........xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………............... 4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………… 5
A. Kajian Teori……………………………………………………………… 8
1. Sosiolinguistik…………………………………………………….8
2. Kata Sapaan………………………………………………………10
3. Fungsi
Sapaan…………………………………………………….10
xiv
4. Bentuk Sapaan……………………………………………………12
5. Jenis Sapaan……………………………………………………...15
B. Kerangka Pikir………………………………………………………….. 16
18
C. Fokus Penelitian…………………………………………………….........18
D. Desain Penelitian…………………………………………………........... 18
E. Defenisi Istilah…………………………………………….......................19
G. Instrumen Penelitian……………………………………………………. 19
A. Hasil Penelitian…………………………………………………………. 21
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………... 36
B. Saran…………………………………………………………………….. 37
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 38
LAMPIRAN……………………………………………………………………..39
BAB I
PENDAHULUAN
berupa bahasa.
tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui
media tulis. Untuk dapat menerima atau memahami wacana tulis, maka si
merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama yang diperoleh anak dari
lingkungannya.
Sebagai salah satu alat komunikasi tertulis yaitu teks wacana, teks
yang terdapat dalam teks tersebut. Seperti itu juga dapat dikatakan salah
dalam teks tersebut untuk seseorang. Maka dari itu teks ini terdapat juga di
Dengan kata lain, dapat dikatakan sapaan adalah kata yang digunakan
untuk menyapa atau menyebut orang kedua atau yang diajak bicara.
Sistem sapaan digunakan sebagai pelengkap pada saat memanggil atau
menyebut seseorang.
dalam menyapa mitra tutur bervariasi. Dengan adanya kata sapaan, suatu
komunikasi atau tuturan agar dapat diketahui ditunjuk kepada siapa sapaan
tersebut.
Penggunaan kata sapaan yang tidak jelas atau kurang baik akan
Makassar khusunya kata sapaan yang ada di dalam teks bacaan serta ingin
mengetaui fungsi yang terdapat di dalam teks serta ingin mengetahui kata
sapaan yang baik dan benar dikarenakan peneliti bukan asli suku Makassar
maka dari itu peneliti ingin megetahui lebih mengenai kata sapaan.
Butung Makassar, yaitu Bu aji, Pak aji, Puang aji, Mas, Mbak, Cewek,
Cowok, Pak, Bu, Om, Tante, Brow, Sis, Cantik, Ganteng, Sayang, Nak,
Dek (b). Ragam kata sapaan para pedagang di pasar Butung Makassar
meliputi kata ganti, kata intim, dan istilah kekerabatan, dan (c). Faktor-
faktor yang melatar belakangi meliputi faktor kelas sosial, jenis kelamin,
etnisitas, dan usia”. Penelitian mengenai kata sapaan juga pernah diteliti
B. Rumusan Masalah
bahasa Makassar.
bahasa Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
bidang kebahasaan.
2. Manfaat Praktis
A. Tinjauan Pustaka
a. Sosiolinguistik
harinya, bahasa tidak dipandang sebagai sesuatu yang monoton akan tetapi
berikut: (1) kata ganti, seperti aku, kamu, dan ia, (2) nama diri, seperti
Rina dan Nita, (3) istilah kekerabatan, contonya Bunda dan Ayah, (4) gelar
dan pangkat, seperti Profesor dan Dosen, (5) bentuk pe + V (erbal) atau
kata pelaku, seperti penonton dan pendengar, (6) bentuk N (nominal) + ku,
seperti Ibuku dan Pamanku, (7) kata deiksis atau penunjuk, seperti sini,
dan situ, (8) kata benda lain, seperti Mbak dan bibi, serta (9) ciri zero atau
nol, yakni adanya suatu makna kata tanpa disertai bentuk kata tersebut”.
cara bervariasi memanggilnya secara nama maupun hal lain”. Kata sapaan
c. Fungsi Sapaan
masyarakat yang beraneka ragam (Chaer dan Agustin 2010: 62). Hal ini
sama dengan fungsi sapaan yaitu untuk menyapa, menegur, bahkan untuk
memulai suatu pembicaraan dengan lawan bicara atau mitra tutur baik
pemakaian sapaan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam memulai suatu
sebaya atau lebih muda. Kedua, sapaan nama kekerabatan yang digunakan
atau diperuntukan kepada seseorang yang usianya lebih tua serta dilatar
belakangi oleh status yang lebih tinggi sehingga sapaan ini akan
lawan tutur. Selain diatas, sapaan juga dapat dipakai untuk menjelaskan
tingkatan keakraban atau kedekatan antara penutur dan lawan tutur serta
penutur atau bisa dikatan sebagai teman sebaya, selain itu sapaan juga
membedakan tingkat pendidikan, dan kedekatan mitra tutur dan lawan
tutur.
merupakan sapaan untuk seseorang yang memiliki status sosial yang lebih
penutur yang sama sekali belum mengenal mitra tuturnya yang dapat
seorang ahli bernama Sugono (dalam Ridha dan Agustin, 2015: 271)
yakni sesuatu hal yang dapat disapa dengan menggunakan panggilan gelar,
misalnya Pak, Bu, Mbak, Dik, Ummi, Haji. Lain halnya yang dimaksud
dengan nama ialah kata untuk menyebut atau memanggil seorang penutur
berdasarkan namanya.
Adress in American Englis yang dikutip oleh Irmayanti (2004:5) karya
antara penutur dan 19 lawan tutur secara rasional. Brown dan Ford
memakai kata sapaan gelar diikuti dengan nama terakhir atau nama yang
tidak simetris yang muncul apabila terjadi perbedaa usia dan status sosial.
lengkap sapaan. Bentuk singkat bisa berasal dari kata ganti, nama diri,
kedua yaitu pemakaian sapaan lengkap yakni bentuk sapaan yang tidak
situasi yang resmi atau pada situasi situasi yang formal, seperti contoh,
Puang Haji, contoh lainnya lely tetap menjadi lely tidak boleh disingkat
Mas Adi merupakan kombinasi dari sapaan nama kekerabatan dan sapaan
nama diri.
Dalam berinteraksi dan berkomunikasi dikenal dengan adanya
berinteraksi secara lisan erat kaitannya dengan kata ganti orang yaitu
penggunaan sapaan.
ditujukan terhadap seseorang yang lebih muda atau sebaya, orang yang
lebih tua. Selain itu, dapat dilihat juga adanya hubungan kedekatan dan
status sosial penutur maupun mitra tuturnya. Dari hal itulah akan muncul
tiingkatan pada masyarakat umum sehingga kata dan kalimat sapaan yang
pada setiap penggunaannya, misalnya sapaan pak, bu, mbak, dek, nama
sosial dan lain-lain sebagainya sesuai dengan situasi dan kondisi lawan
bentuk. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Chaer dan Agustina
(2010: 61) bahwa wujud bahasa itu sangat bervariasi karena penutur
e. Jenis-Jenis Sapaan
disampaikan, bagaimana latar tempat dan waktu pada saat penuturan, topik
kakek, nenek, saudara, abang, ananda, paman, bibi, adik, dsb. Sebagai
4. Gelar dan pangkat, yaitu dokter, suster, guru, kolonel, dan jendral.
tumanngasseng.
bangsaku, dsb.
sarikbattangku.
kamae.
9. Ciri zero atau nol, misalnya orang yang berkata: “Mau ke mana?”
Tiadanya suatu bentuk, tetapi maknanya ada itu disebut ciri zero
(Kridalaksana, 1982:14).
diantaranya:
pagi profesor.
komae
lawan biacara yang juga tidak bersifat formal, sapaan ini dilakukan
saja. Contohnya: Hai, kok makin kurus saja, gak makan ya?
yang memuat kata sapaan. Data ini di analisis dengan pisau bedah,
bentuk dan makna kata sapaa tersebut, setelah itu dilakukan analisis dan
Kata Sapaan
Pengumpulan Data
Analisis
Hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
C. Fokus Penelitian
D. Desain Penelitian
E. Definisi Istilah
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, agar tidak
1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada berupa kata atau
Tau Toana.
G. Instrumen Penelitian
1. Teknik Baca
2. Teknik Catat
dalam teks sastra lisan disertai dengan penjelasan dari peneliti tentang
teks.
penelitian.
BAB IV
bahasa Makassar secara rinci. Sapaan dalam beberapa teks dibagi dalam bentuk
(variasi) dan fungsi. Adapun bentuk dan fungsi sapaan yang digunakan dalam teks
bahasa Makassar.
A. Hasil Penelitian
terjadi, biasanya diibangun oleh penggunaan kata sapaan yang tepat. Hal
a. Nama Diri
suatu percakapan. Sapaan ini dibentuk berdasarkan nama diri orang yang
disapa atau lawan bicara. Nama diri adalah nama yang dipakai untuk
Nama diri yang dipakai dalam kalimat (1) Fintu dalam teks olok-
olok tompo dipakai untuk menyebut tokoh Fintu dalam cerita. Kalimat (2)
Tuvi dalam teks olok-olok tompo dipakai untuk menyebut tokoh Tuvi
dalam cerita.
I Basse Awu
Nama diri yang dipakai dalam kalimat (3) I Basse Awu dalam teks
Pau-Pauna Jayalangkara
Nama diri yang dipakai dalam kalimat (6) Dedha dalam teks dedha
na limang batu lame kayu dipakai untuk menyebut nama tokoh Dedha.
Tu dorakayya ri tautoana
Nama diri yang di pakai dalam kalimat (7) Pak Ahmak dalam teks
Ahmak.
b. Istilah Kekerabatan
I Basse Awu
Pau-Pauna Jayalangkara
dipakai untuk menyebut mitra tutur yang tidak berkerabat dengan penutur.
Sapaan Ammak dan Tetta yang artinya Ibu dan Bapak. Kata
bapak adalah sebutan untuk orang tua kandung laki-laki. Kata ibu adalah
c. Gelar
ditambahkan nama orang, nama tambahan sesudah nikah atau setelah tua
Pau-Pauna Jayalangkara
Olok-Olok Tompo
I Basse Awu
persona kedua.
persona kedua.
Tu Dorakayya ri Tautoana
Olok-Olok Tompo
Tu Dorakayya ri Tautoana
Sapaan pada kalimat (16) dan (18) terdapat kata sapaan yaitu
Anne yang artinya ini. Pada kalimat (17) dan (19) terdapat kata sapaan
yaitu Anjo yang artinya itu. Pada kalimat (20) terdapat kata sapaan yaitu
f. Bentuk N(ominal) + ku
Pau-Pauna Jayalangkara
Tu Dorakayya ri Tautoana
dengan Ammakku yang artinya Ibuku merupakan sapaan dari kata Bapak
dan Ibu yang ditambah dengan kata ku yang merupakan bentuk ringkas
penutur atau bisa dikatan sebagai teman sebaya, selain itu sapaan juga
tutur.
Bentuk sapaan ini terjadi karena adanya fungsi yang berbeda dari
menyapa kerabat satu sama lain. Kerabat yang dimaksud di sini adalah
ayah, ibu, anak, kakak, paman, bibi, kakek, dan nenek, serta bentuk-
bentuk sapaan lain yang disesuaikan dengan diri dan tujuan sapaan itu
Misalnya : Datok
angganre.
berbicara dengan orang yang lebih tua seperti kepada ibu, maka
sosial seseorang.
yang tinggi.
identitas.
B. Pembahasan
perlu dihadapi secara biasa saja. Pernyataan tersebut biasa dikenal dengan
1983 :19).
Makassar pada sapaan nama diri yaitu sapaan yang menyebut nama diri
yaitu sapaan kepada ibu dalam bahasa Makassar adalah ammak merupakan
sapaan anak kepada ibunya atau orang tua perempuan. Terdapat juga
bentuk sapaan gelar yaitu Paradana Mentria yang artinya Perdana Mentri
Selanjutnya adalah sapaan yang berbentu kata ganti yaitu katte dan
sedangkan kata katte merupakan bentuk sapaan kata ganti persona orang
dalam bahasa Makassar yaitu anne, anjo dan anrinni yang artinya ini itu,
dan disini merupakan kata yang menunjukkan suatu tempat atau
keberadaan seseorang.
antara penutur dan lawan tutur. Sejalan dengan hal diatas, Rahardi (2004:
ibu tidak selalu digunakan untuk menyapa orang tua dari penyapa. Seperti
Fungsi sapaan dari hasil penelitian ini yang pertama yaitu untuk
Datok yang merupakan sapaan kepada orang yang lebih tua dan tidak
menyebutkan nama diri. Kedua yaitu panggilan yang cukup sopan dan
hormat, yaitu iya ammak merupakan sapaan cukup sopan untuk menyapa
orang tua atau keluarga. Ketiga yaitu untuk menunjukkan status sosial
A. Kesimpulan
kata sapaan. 7 kata sapaan dengan nama diri yaitu Fintu, Tufi, I Basse
bentuk sapaan yang menyebut nama diri ketika menyapa. 4 kata sapaan
berbentuk kata ganti yaitu Kau, Nakke, dan Katte merupakan kata ganti
baik kata ganti persona tunggal dan kata ganti persona kedua. 5 kata
sapaan yang merupakan kata-kata deiksi atau penunjuk yaitu Anne, Anjo
dan Anrinni. 3 kata sapaan yang merupakan sapaan bentuk N(ominal) + ku
2. Begitu pula dengan fungsi sapaan terdapat fungsi sapaan yaitu fungsi
kedua sebagai panggilan yang cukup sopan dan hormat, ketiga yaitu untuk
identitas.
B. Saran
bentuk sapaan yang telah ada. Selain itu, mereka harus memperbaiki
Anton M. Moeliono. 1989. “Diksi dan Pilihan Kata” dalam Kembara Bahasa
Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta: Gramedia.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 19.33 PM, 12-Des-2017. Kata Sapaan dalam Bahasa Indonesia.
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id.
Basang, Djirong dan Salmah Djirong. 1997. Taman Sastra Makassar.
Ujung Pandang: CV Surya Agung.
Herisetyanti, T., & Suharyati, H.2019. Ragam Bahasa dalam Komponen Tutur.
Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana. Vol 25(2)
Jakkobson (Riegel dkk, 2009 dalam Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No. 2,
Oktober 2014:141-153)
Kartomiharjo, Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta:
Depdikbud.
Kridalaksana, 1984. Fungsi Bahasa Dan Sikap Bahasa. Jakarta: Penerbit
Nusa Indah.
Kridalaksana, 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nazir, Yuniar Nuri. 2015. Analisis Kesalahan Pemakaian Bahasa Dalam Karya
Ilmiah.Mataram: FKIP-Unram.
Parawansa, Paturungi dkk. 1992. Sastra Sinrilik Makassar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
LAMPIRAN
Olok-olok Tampo
Risekre romang sannak soppong na, niak attallasa ruang kayu olok-olok.
Anjo sekreya arengna Fintu sannak Annabana siagang sannak bajikna. Anjo
maraenga.
akboya kanre-kanreang Maraeng! " kananna i Tufi. " Oiye paeng " akbokomi
lampanna i Fintu.
nakana Catya anak miongnga. "akkulleak angganre liserek toh? Kau olok-olok
teako lussaki ka tala Kukanre jako! " nakanna lapung jangang. I Fintu takmuriji na
teako pakammai anjo! " nakana kaluara. "huh! Passang tommi!" nakana Tuvi
nampa aklampa. Tena piranggallo, Tuvi na Fintu akjarimi olok. Anjo ruayya
Tena pirangminggu allalo, anjo ruayya assulukmi bantu ri olok na. Tena
sassalana kalenna.
Binatang- Binatang Sombong
Disuatu hutan yang lebat, terdapat hewan yang hidup di dalam kayu, yang
satu bernama Fintu yang sangat jinak dan sangat baik, yang satunya lagi bernama
Tuvi yang sangat sombong dan suka meremehkan binatang yang lain.
Pada suatu hari, saat Fintu mencari makanan ia bertemu Tuvi “Oe, bisakah
aku minta sedikit makananmu?” kata Fintu. “Oi, Fintu! Ini makananku kamu
pergi cari sendiri makanan lain!” kata Tufi. “Oh iya” Fintu pun pergi.
Futha burung yang sangat lincah membagi undangan pada malam hari dan ia
anjing! Aku bisa makan sampai aku kenyang!” kata Catya anak kucing “ aku bisa
makan sekarang? Kamu binatang jangan gelisah aku tidak akan memakanmu!”
kata sang burung. Fintu kaget denga napa yang di katakana teman-temannya.
Secara tiba-tiba, Tuvi berkata “ Ah, ini adalah pekerjaan yang kecil!
Lihatlah nanti aku akan buat perbuatan besar dari pada ini!”. “ Tuvi kamu jangan
begitu!” kata kaluara. “huh! Biarkan saja” kata Tuvi yang hendak pergi. Tidak
cukup beberapa ahri Tufi dan Fintu jadi binatang yang dua itu hidup menjadi
Tidak cukup beberapa minggu kedua binatang itu keluar secara tiba-tiba,
jidat tuvi itupun berwarna hitam dan Fintu itu terang warnanya dan Tuvi sudah
I Basse Awu
ammumba ballasak katallassanna anjo tau loloa. Sikontuna pakeang bajikna, nialle
apa numinasai kuerang battu ri lampaku. Mabbali kanami ruaya anak awona
sakri kuburuna anronna. Tasallaoai nalamungi anjo tangke kayua, na jarimi sekre
pokok kayu lompo. Taena allo nasakkai I Basse Awu mange ri kuburuna anronna
naminasaia.
anjo anakna karaengnga kullei anggappa julu tinrona. Ruaya sarikbattang awona I
Basse Awu anggappa tongi pabburitta. I Basse Awu niak todong minasana erok
bulaeng na salaka”. Natabangkami battu rate ri pokok kayua silawara baju gakga
rikodi bulaeng siagang sapatu sannak gakgana. Naiaya tommi anjo bayua siagang
Taena tau manna mamo anjo anak karaengnga taena naerok akkarena
punna tasigangi anjo tanniassengnga. Pakammami pole ri allo maka ruana na allo
maka tallunna.
ammantang. Namingka anjo I Basse Awu sannak lacciri larinna, nakajarianna anjo
I Basse Awu
Pada zaman dulu terdapat sebuah cerita hidup seseorang. ibunya sudah
meninggal. Pada saat itu ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi denga satu
orang perempuan yang memiliki dua anak dengan seperti itu ia mulai dengan
hidup yang baru bersama orang itu dengan baju bagusnya ia ambil semua dan
orang itu harus kerja keras untuk mencari rejeki sampai tengah malam. Bukan
ranjang tempat tidurnya jadilah ia selalu tidur di tempat masak. Itulah cerita yang
Pada suatu hari bapaknya ingin pergi ke tempat lain. Ia bertanya ke semua
anaknya berkata “ saudara apa yang kau harapkan saat aku pergi anak keduanya
berkata “ aku berharap ingin dibawakan mutiara dengan permata” akan tetapi I
Basse Awu hanya ingin batang kayu. Setelah itu, ayahnya pulang dan dibawakan
sebatang kayu, iapun kaget dan ia tanam. Tidak lama batang kayu yang ia tanam
sudah menjadi satu pohon besar. I Basse Awu pergi ke kuburan ibunya dan duduk
di bawah pohon kayu itu. Suatu waktu, selalu datang burung-burung putih, jika
Pada suatu waktu orang besar itu membuat acara besar ia memanggil
orang-orang baik, tidak lama itu ia mendapatkan mimpi. Saudara I Basse Awu
pun juga sama. I Basse Awu ingin pergi ke acara itu, dan orang tuanya berkata
“kamu ingin pergi, kau sangat jelek, kamu juga tidak mempunyai baju dan sepatu
yang bagus”. Di depan orang tuanya ia berkata aku ingin menumpahkan satu
mangkok kacang di dalam, kamu bisa pergi ketika kamu bisa memasukkan kacang
itu dan ia simpan di dalam mangkok. Akan tetapi orang tuanya tetap bersih keras,
ia selalu datang memastikan dua mangkok kacang itu. Dengan begitu I Basse Awu
I Basse Awu sangat sakit hati, dan pergi ke kuburan ibunya dan di situlah
ia berkata “oh pohon kecilku baikkanlah diriku, turunkanlah aku sedikit emas. Ia
kaget sudah banyak di atas pohon kayu celana baju dengan emas yang sangat
bagus. Itulah baju dan sepatu yang dipakai I Basse Awu pergi ke acara besar itu.
Biar begitu, jika anak tidak ingin bermain yang ia tau atau yang ia tidak tau.
dan I Basse Awu sangat cepat lari, jadi anak itu tidak kuat untuk mengejarnya.
ke teman dan berkata “ saya ingin menikah bersama perempuan yang cocok
dengan sepatu ini dikakinya”. Jika yang cocok sepatu ini seorang laki-laki maka
akan kujadikan saudara akan tetapi jika perempuan akan kujadikan pengantin
perempuan.
Ketika anak itu pulang ke rumahnya dan memastikan bahwa itu I Basse
Awu. Ia memastikan bahwa sepatu itu kaki I Basse Awu. Ia kaget karena sangat
cocok di kakinya, dibawahlah I Basse Awu ke rumah besar dan hidup di dalam
karaenga “Taena salanna, naiajia anak cilaka antu anaknu, teak naturungang,
cilaka, taena tanibunona antu anaknu, la niapai anak karrasaka, anak cilakaya.”
siagang anronna.” Apaji na nisuro kiokmo paradana mantria siagang tau jaia.
na nakalawing naaklampa. Kira-kira lalangang tuju allo tuju banngi. Na anjo leang
ammakna.
Jayalangkara itu orang yang lurus hatinya dan rejeki seperti isi tanah. Ibunya
makan dan minum di Allah Taala ia berharao diberikan. Ia kaget anaknya ingin
dibunuh. Apa salah anakku. Raja pun berkata “ tidak ada salahnya, anak celaka itu
anakmu, tidak nurut, celaka, jika anakmu tidak dibunuh, mau di apakan anak yang
Setelah itu ibu Jayalangkara berkata ke raja “jika anakku dibunuh lebih
baik aku ikut dibunh karena aku akan tinggal dengan rasa sakit tidak ada apa-
apanya kedepan jika diriku dibunuh”. Setelah didengar apa yang dikatakan, raja
pun berpikir “jika begitu lebih baik dibuang bersama ibunya” dipanggillah
perdana mentri bersama orang banyak. Pergilah kira-kira 3 hari 3 malam. Perdana
mentri berkata “ E, Tuan Putri, di sini saja aku simpan kamu bersama
Jayalangkara di bawah pohon kayu besar” perdana mentri pun pulang bersama
orang banyajk, beberapa hari kemudian sampailah di kampung dan mencari raja
dan berkata “telah datang perdana mentri, datang menyelesaikan suruhan raha”
raja berkata “selamatlah hidup ini dari mara bahaya di saya dan kalian”.
bersama ibunya tinggal di dalam hutan lebat ditinggalkan oleh perdana mentri. Di
dalam hatinya ia berkata “ ini tempat duduk ku sudah banyak yang tau disini”.
malam. Gua batu itu sangat bersih di dalamnya bersama tanahnya. Hatinya pun
berkata “ di sini saja lebih baik untuk tinggal, kita tidak akan bertemu orang yang
Tidak bertemu aku meninggalkan tempat dudukku dan dibuang perdana mentri.
Ibu Jayalangkara sesak napas ketika jalan. Anaknya ditidurkan di ujung batu dan
Jayalangkara menangis, karena tidak ada air susu ibunya. Ibunya berkata “
anakku, aku harus bagaimana nak, tidak ada air susuku karena sudah 2 hari belum
ada makanan yang mengisi perutku dan juga belum ada air minum yang turun ke
menangis. Di bawalah anaknya untuk mencari air di gua. Setelah itu ia berdoa
kepada Allah Taala di dalam gua batu besar. Anaknya di bawa ke ujung batu besar
itu untuk ditidurkan. Diangkatlah tangannya dan menangis di hadapan Allah dan
berkata ya Allah hanya engkau maha pengasih, hanya kau yang maha pemurah.
Datanglah rasa kasihan Allah Taala dihatinya dengan sabar karena begitulah
Jayalangkara dan air itupun diminum hausnya hilang dan sudah kenyang
meminum air itu. Itulah yang ia makan dan itu juga yang ia minum. Jayakangkara
Tidak lama kemudian ia sudah besar, sudah bisa lari-lari, pintar bermain-
main. Sudah keluar masuk di gua untuk bermain. Pada suatu hari ia keluar dari
gua untuk bermain-main ia bertemu anak macan dan main bersama. Itulah
kegiatan setiap harinya. Ketika sudah bermain dia masuk ke ibunya membawa
batang-batang kayu. Jika pagi hari ia datang semua. Anak binatang sama
na lekba assuluk akboya kayu nasabak sarringngi bosia attantua tena kayu akkulle
lani kanrea akbiringmi lakbusuk, lame kayu mami niak limang batu anne lagi na
Sikalinna lekbamo na pikkirik na saremi anne i deha pun tu toayya kanre niaka
lalang ballakna.
tau toayya, lekbanamo anjo sekre mami na bolik anne tu toayya. Ri waktunna na
lampamo anne pun tau toa appasangmi mange ri dedha angkana “ punna lanu
kanrei anne lamea alle pue lima, nasabak ganna’ jako antu punna nu pue lima”
Na punna na puei anne lamea akjari lima ammotereki poeng akjari limang batu
lanrei akbage-bage dallek mange ri paranta rupa tau, nasabak niak antu balasanna
jaiangang pole, siagang niakki empo ri sunggua. Anjo barang-barangta tenaja antu
butuna.
ialah pergi mencari kayu. Ia tinggal bersama ibunya, adiknya dan kakeknya.
Dedha ini pada saat umur 3 tahun bapaknya sudah meninggal, oleh karena itu
sekarang ini ia rajin membantu ibunya sehingga ia bisa makan setiap hari bersama
Sudah seminggu ini hujan turun itulah yang menyebabkan ia tidak keluar
mencari kayu dikarenakan hujan yang deras tentu tidak bisa mengumpulkan kayu
Ibu Dedha berkata ke Dedha “oh anak ini yang aku lihat makanan di
pinggir itu, hanya ubi kayu ini saja sudah tidak cukup jika kita makan semua”
Dedha pun berkata “ biarkan saja ibu, ibu saja dengana dik dan kakek yang
makan”.
Setelah itu, ada seseorang yang mengetuk pintu rumah Dedha. Ketika
dibuka ada seorang tua yang meminta-minta, ia sangat basah disebabkan oleh
hujan. Orang tua itupun berkata “ sudah beberapa hari saya terkena air hujan, aku
sangat dingin dengan sangat lapar. Apakah aku bisa memnita sedikit makanan?”
Dedha sangat sakit melihat orang tua itu dan sangat merasa kasihan ia pun
berfikir ia juga tidak mempunyai banyak makanan. Setelah dipikirkan Dedha pun
“oo ibu berikan itu ubi kayu kepada orang tua itu yang di depan aku sangat
kasihan melihatnya”. Ibunya pun berkata “oh iya nak tunggu saja aku
memasaknya dulu”.
Ketika masak ubi kayu tersebut iapun membawakan ubi kayu itu ke orang
tua itu. Setelah itu satu yang ia sissikan. Ketika hendak pergi orang tua itu
berpesan ke Dedha “ jika kamu ingin memakan ubi kayu ini belah limalah,
dikarenakan itu cukup jika kamu belah lima”. Orang tua itu sudah pergi dan
Dedha pun membelah lima ubi tersebut akan tetapi ubi tersebut kembali menjadi
Jika sudah di belah akan tetapu kembali menjadi utuh, itu adalah karunia
yang datang ke Dedha, ia tidak akan kelaparan dan ia membagikan ubi tersebut ke
samping rumah Dedha dan membagikan kepada orang yang tidak berada.
Pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini adalah kita jangan takut
membagikan rejeki kepada orang lain, karena akan ada balasan yang lebih baik
jika kita bersungguh-sungguh. Itu barang tidak akan rusak jika dibagi-bagi ke
Tu Dorakayya ri Tautoana
assikola sanggenna tammak tommi ri sikola tinggia, akbaine tommi anak karaeng.
tau toanu?”Appiwalimi anjo lapong tau angkana, ”Tau toaku mate ngasengmi rua-
rua.”Anne lapong anak tinggi sikalimi pangkakna ri pammarenta kalumanyang
tommi nasabak jaimi barang-barangnna. Niak oto cakdina, niak oto lompona, jai
kamponga siagang tumalompona anjo kamponga.Na anjo tau toana ia rua nakkuk
battuang angkana kalauki ri butta Jawa lamangei sicinik anakna. Battuna anjoeng
pambantuna, ”Iyek anrinni.”Nakana seng tau toana, ”Pauang sai bedeng I lalang
pambantuna, ”Pauangi anjo taua I pantarak angkana tenamo nakke manggeku tena
”Lekbakmi kupauang, mingka nakana anjo Pak Ahamak sallomi matena ammakna
kammaya tompa pole manggena.” Nakana seng anjo lapong tau toa, ”Manna mo
anakna pilak allo pilak allo pilak naung tommi pakbarang-barangna, garring-
Kammami anjo pakbalasakna karaenga Allahu Taala ri tau dorakaya ri tau taona
hari ia tinggal di kampung itu dan mempunyai satu anak laki-laki. Pada saat
perguruan tinggi, iapun mempunyai istri seorang anak raden. Pada suatu hari
istrinya berkata “ di mana orang tuamu tinggal?” iapun menjawab “orang tuaku
dua-duanya sudah meninggal”. Ini anak pangkatnya sudah tinggi ri peemrintah
dan mempunyai barang-barang bagus. Kedua orang tuanya pun sangat rindu,
dikarenakan sudah beberapa hari, bertahun-tahun tidak melihat anaknya dan tidak
berkata “ saya rasa di sini ia tinggal yang bernama pak Ahmak?” pembantu
berkata “iya di sini”. Orang tuanya berkata “bilang pada dia ada ibunya dan
orang tuanya bahwa pak Ahmak berkata “ kamu bilang ke orang tua itu yang di
depan bahwa saya sudah tidak punya ayah dan sudah tidak punya ibu, mereka
bahwa pak Ahmak bapaknya dan ibunya sudah lama meninggal” orang tua itupun
berkata “ biar begitu, buka saja pintumu baru kita bertemu”, iapun masuk
memberitahukan “orang tua itu yang di depan ingin bertemu”. “mereka tidak
berhak masuk, dikarenakan saya sudah tidak punya ayah dan ibu”.
Sudah 2 atau 3 kali orang tua itu disuruh untuk pergi. Akan tetapi orang
tua itu tetap di depan pintu dan mereka disiapkan anjing besar penjaga kampung
tersebut. Pak Ahmak malu terhadap istrinya karena ia sudah berkata bahwa sudah
Dilepaskan lah anjing besar itu penjaga kampung. Kuasa Allah Taala,
barang-barangnya sudah tidak ada, sering sakit, dan istrinya di ambil. Begitulah
balasan Allah Taala orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
Korpus Data
assibuntuluk I Tuvi
kanreang maraeng!"
(Pada suatu hari, waktu Fintu pergi mencari makanan, Ia bertemu dengan
Tuvi “ Oe, Fintu!! Ini kue milikku!, kamu pergi cari kue lain saja!)
(2) Ingka tena nisanna-sannai. Nakana Tuvi “Ah, pangaukkang cakdi ji anne!
(Secara tiba-tiba, Tuvi berkata “ Ah, ini adalah pekerjan yang kecil!
Lihatlah nanti aku akan buat perbuatan besar dari pada ini!”.Tuvi, Kamu
(“Saudara apa yang kau harapkan kedatanganku pada saat aku pergi”
Mukakdang.”
(6) Nakana anne tau toayya “allo-alloma na tabak bosi. Sannak dingingku
(Orang tua itupun berkata “sudah beberapa hari saya terkena air hujan,
aku sangat dingin dengan sangat lapar. Apakah aku bisa meminta sedikit
Ahmak?”
pembantu “saya rasa disini lah ia tinggal yang Bernama Pak Ahmak?”).
(8) Niakmo sekre wattu, anjo manggena eroki aklampa mange ri borik
tujuh hari tujuh malam dan itu gua sangat bersih dan di dalam rata dan
jalan di gua berdua keluarga “lebih baik disini saja kita tinggal, aku tidak
pallu rolong”
( Dedha pergi ke ibunya dan berkata “oo ibu berikan saja itu ubi pada
orang tua itu aku sangat kasihan melihatnya” ibunya berkata ke Dedha
saya rasa di sini ku rasa tinggal itu yang bernama Pak Ahmak?” pembantu
pun berkata “iya di sini”. Orang tua itu berkata “bilang padanya yang di
( Sudah berapa hari datanglah Ia di kampung dan terus pergi ke Raja dan
Sudah itu raja berkata “selamatlah kau masih hidup sampai di kampung
nakana Catya anak meongga. "akkulleak angganre liserek toh? Kau olok-
olok ka lussaki ka tala Kukanre jako! " nakanna lapong jangang. I Fintu
kong-kong! Aku bisa makan sampai aku kenyang” kata Catya anak
kucing. “ aku bisa makan sampai aku kenyang kan? Kalian binatang
semua jangan gelisah aku tidak akan memakanmu!” kata burung. Fintu
anne”.
atan-Nu makparisika”
mengangkat tangan nya dan berdoa “Tuhan kamu yang mengasihi, kamu
(16) Anne ammakna i dedha nakana mange ri dedha “ oh anak, anne kucinik
lani kanrea akbiringmi lakbusuk, lame kayu mami niak limang batu anne
datokku angganre”.
( ini ibunya Dedha berkata ke Dedha “oh anak, saya lihat ini makanan
sudah hampir habis, sisa 5 ini ubi kayu dan tidak cukup untuk dimakan
bersama” Dedha berkata “biarkan saja ibu, ibu saja dan adek bersama
(17) Nakana seng tau toana, ”Pauang sai bedeng I lalang angkana niaki
ngasemmi matena.”
(orang tuanya berkata “bilang padanya yang di dalam ada ibunya dengan
orang tua itu bahwa Pak Ahmak berkata “ katakana kepada orang yang
(18) "akkulleak angganre liserek toh? Kau olok-olok teako ka lussaki ka tala
lompoanggang na anne.!"
(saya bisa memakan biji? Binatang jangan gelisah aku tidak akan
pekerjaan kecil! Lihatlah nanti aku akan membuat pesta yang besar dari
pada ini!”)
(19) I Basse Awu niak todong minasana erok aklampa mange ri gaukka,
(I Basse Awu ingin pergi ke acara, akan tetapi ibu tirinya berkata “kamu
sangat jelek, tidak mempunyai baju dan sepatu yang bagus, tapi kamu
(selamatlah kampung dari mara bahaya di saya dan di kalian semua dan
ibunya, tinggal di dalam hutan dan lari dari perdana mentri. Di dalam
(disini lah dia tinggal itu yang bernama Pak Ahamak? Pembantunya
(E, anakku, aku harus bagaimana anak, air susuku sudah tidak ada sudah
12 hari tidak ada makanan yang mengisi perutku, sama dengan air minum
(23) Anne ammakna i dedha nakana mange ri dedhan “ oh anak anne kucinik
lani kanrea akbiringmi lakbusuk, lame kayu mami niak limang batu anne
datokku angganre”.
( ini ibu Dedha berkata ke Dedha “ oh ini anak yang aku lihat dan sudah
sedikit, hanya lima biji ubi kayu yang bisa ia makan, hanya lima biji ubi
kayu dan sudah tidak cukup jika kita makan bersama” Dedhapun berkata
“ biarkan saja ibu, ibu saja yang makan bersama adik dan kakekku)
(24) Nakana seng tau toana, ”Pauang sai bedeng I lalang angkana niaki
ngasemmi matena.”
(orang tuanya berkata “bilang padanya yang di dalam ada ibunya dengan
orang tua itu bahwa Pak Ahmak berkata “ katakana kepada orang yang