Anda di halaman 1dari 24

1. Wujud penggunaan alih kode bahasa remaja.

Data 1

Waktu : Sore hari

Situasi :Tiga remaja (masing-masing berumur 11, 16 dan 22 tahun) sedang

menonton anak-anak yang sedang bermain. Pada situasi ini, ketiga

remaja tidak berkomunikasi satu sama lain, namun masing-masing

dari mereka berteriak memberi petunjuk pada anak-anak yang sedang

bermain. Jenis komunikasi ini adalah komunikasi dua arah yang

dilakukan ketiga remaja terhadap anak-anak yang sedang bermain.

Tuturan :

P1 : “Burui ceppa, Mira! di sanako sebagian! lari!”(1)

P2 : “ Oper-operko!” (2)

P1 : “lari! lari! lari!” (3)

P2 : “Oper-operi! Di sana! Maju tasedikit-sedikitko!”(4)

P3 : “Ao, diborongi. Punna nabarongiko lari makko ceppa.” (5)

P1 : ”Lari cepat! (6)

P3 : Sinta pajoge-na.” (7)

P1 :”Majuko lagi, Nur! tidak ji. janganko lempar ke sana!(8)

P2 : “Kurung Yuttu, bodoh” (9)

P3 :“ Ya, Larro mako, akbiring mako mae!”(10)

P1 : “Mira, mendekat! Yuttu, bodohnya Yuttu” (11)


Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 pada tuturan (1) burui ceppa mira!

Disanako sebagain! Lari! Kemudian menggunakan bahasa makassar pada tuturan (2)

oper-operko, selanjutnya beralih lagi menggunakan bahasa indonesia pada tuturan

(3) lari, lari, lari, dan pada tuturan (4) oper-operi! di sana! Maju sedikit-sedikit.

Selain itu pada tuturan (5) beralih menggunakan bahasa makassar Ao, diborongi,

punna naborongiko lari mako ceppa, kemudian beralih kebahasa Indonesia pada

tuturan (6) lari cepat, lalu beralih kebahasa makassar pada tuturan (7) sinta pajoge-

na, kemudian pada tuturan (8) beralih menggunakan bahasa Indonesia maju lagi,

Nur!, tidakji. Jangan lempar kesana, dan pada tuturan (10) beralih menggunakan

bahasa makassar ya, larro mako, akbiring mako mae, kemudian pada tuturan (11)

beralih ke bahasa Indonesia Mira mendekat, yuttu bodohnya.

Data 2

Waktu : Siang hari

Situasi : Seorang remaja perempuan sedang menghias telapak tangannya.

Dalam situasi ini, peneliti terlibat dengan melakukan sebuah

komunikasi dengan peserta tutur.

Tuturan :

P1 : “Awwa!”(12)

P2 : “Bentuk apakah?”(13)

P1 : “Tena kuissengi.”(14)
P2 :”Bentuk lumba-lumba, jangang-jangang , olo-olo?”(15)

P1 : “Apa dibilang jangang-jangang?”(16)

Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 pada tuturan (12) Awwa yang

menggunakan bahasa makassar kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia

pada tuturan (13) bentuk apakah?, kemudian beralih menggunakan bahasa makassar

pada tuturan (14) tena kuissengi, lalu beralih menggunakan bahasa Indonesia pada

tuturan (15) bentuk lumba-lumba, burung, dan ulat, dan tuturan (16) apa yang

dimaksud bentuk burung.

Data 3

Waktu : Sore hari

Situasi :Beberapa orang, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, sedang

duduk di halaman rumah salah seorang warga dan sedang menunggu

buah kelapa yang dipetik. Kemudian datang seorang warga lain hingga

terjadi sebuah komunikasi yang melibatkan empat peserta, yaitu tiga

perempuan yang tergolong dewasa, dan seorang laki-laki dewasa.

Tuturan :

P1 : “Niakmi I ambo, sareanga anjo kalukua Sakka. tayangma! Siapa batu

ambo, sibatu, atau ruang batu?”(16)

P2 : “Cukupkan dua. Cukupkan dua butir, nak Sakka!”(17)

P3 : “Biar di sana saja dikerja!”(18)

P1 : “Mungkin ingin dibentuk utuh oleh orang di sana untuk satu


butir.”(19)

P4 : “Antuengmi.”(20a)

: “Ini saja yang kau Ambil.”(20b)

: “Niak anjoeng sibatu.”(20c)

P1 : “Tidak usah yang itu, Ambo! Mungkin orang di sana tidak mau bentuk

seperti itu.)”(21)

P4 : “Allemo mae ceppa.”(22)

Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 pada tuturan (16) niakmi I ambo,

sareangan anjo kalukua Sakka! Tayangma ! siapa batu ambo, sibatu atau ruang

batu?, yang awalnya menggunakan bahasa makassar kemudian beralih menggunakan

bahasa Indonesia pada tuturan (17, 18 dan 19). (17) cukuplah dua, cukuplah dua

butir. (18) Biar disana saja dikerja! (19) mungkin ingin dibentuk utuh oleh orang

disana untuk satu butir. Selain itu pada tuturan (20a) beralih menggunakan bahasa

makassar Antuengmi, dan kalimat ketiga menggunakan bahasa makassar pada tuturan

(20c) niak anjoeng sibatu. Kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia pada

tuturan (21) tidak usah yang itu ambo! Mungkin orang disana tidak mau bentuk

seperti itu, dan pada tuturan (22) beralih menggunakan bahasa makassar Allemo mae

ceppa.
Data 4

Waktu : Sore hari

Situasi : Masyarakat sedang berkumpul dan berbincang-bincang di salah satu

rumah warga. Seorang remaja kemudian bertanya mengenai

penggunaan bahasa masyarakat. Dalam data ini, yang menjadi fokus

data adalah tuturan masyarakat dewasa, baik ketika berkomunikasi

dengan remaja maupun masyarakat dewasa lainnya.

Tuturan :

P1 : “ Janganki bertanya sama dia!”(23)

P2 : “Sembarang nanti natanyakanki.”(24)

P1 :” Banyak sekali na bilang itu, baru tidak jelas.”(25)

P3 : “Jadi, anjo riolo bahasa apa napake tawwa mangkasarak na

indonesia?” (Jadi, bahasa apa yang digunakan orang dulu, makassar

atau indonesia?”(26)

P1 : “Pake bahasa makassarji semua, baru-baruji itu pake bahasa

Indonesia.”(27)

P4 : “Memang dulu orang pake bahasa Makassar.”(28)

P3 : “Angngapa nakulle anjari mangkasarak?”(29)

P1 :“Karena kau semua anak-anak sekarang sudah pake bahasa Indonesia

semua. Kalau tidak salah yang pertama pake bahasa Indonesia I


Sanang”(30a)

“Inai tau biasa ammake bahasa Indonesia, Dalle? I anu kusakring I

Rabi.”(30b)

P5 :“Anakna mak Yuyun, Hj. Mardiana yang aseng angngisseng ji akbasa

Mangkasarak.”(Anaknya ibu Minne, Hj Mariama semuanya pintar bahasa

Makassar.)”(31)

P2 :”Anjo riolo anakku, I Akbar, I Linda, akbasa mangkasarak ngaseng

ji”(32)

P1 :“ Iya, terakhir mami baru pake bahasa Indonesia.”(33a)

“angngapa nakulle antama bahasa Indonesia di?”(33b)

P4 :”Dulu kita waktu masih mengajiki pake bahasa Makassar semuaji, kalau

sekarang anak-anak pake bahasa Indonesia semuami. Kecuali Minang, beda

Makassarnya.”(34)

P1 :“E, I Mussing. Kalau saya pake bahasa Makassarka, dia tetapji pake bahasa

Indonesia.”(35)

Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 dan P2 pada tuturan (23 dan 24) yang

menggunakan bahasa Indonesia kemudian beralih menggunakan bahasa makassar

pada tuturan (26) jadi, anjo riolo bahasa apa napake tawwa, mangkasarak na basa

Indonesia. Selain itu tuturan (27) beralih menggunakan bahasa Indonesia pake

bahasa makassarji semua baru-baruji itu pake bahasa Indonesia. Pada tuturan (28)
beralih menggunakan bahasa Indonesia dan kemudian beralih pada tuturan (29)

menggunakan bahasa makassar. Kemudian pada tuturan (30a) menggunakan bahasa

Indonesia, lalu beralih pada kalimat kedia dan ketiga menggunakan bahasa makassar

pada tuturan (30b dan 30c). dan pada tuturan (32) juga beralih menggunakan bahasa

makassar, yang kemudian pada tuturan (33, 34, 35) beralih menggunakan bahasa

Indonesia.

Data 5

Waktu : Sore hari

Situasi : Beberapa warga berkumpul dan berbincang di halaman salah

seorang warga. Dalam lingkup peristiwa komunikasi ini terdapat

anak-anak, remaja, maupun dewasa. Namun, yang menjadi fokus

dalam data adalah P1 dan P2 yang merupakan masyarkat kategori

remaja. Sedangkan P3 merupakan masyarkat dari luar lingkungan

desa Toddopulia.

Tuturan :

P1 : “Maumi tinggal ini. Maumi tinggal i Amel sekolah.”(36)

P2: :“Ayo! Bilangko pulangma, teman! Ayo pergi rumahna, Amel!”(37)

P1 : “Au… aklappoki.”(38a)

“Pulangmi Reza. Itu pulangmi Reza.”(38b)

: “Awwe, mba mae ammekang, na anak-anaka, takliwak-liwaki.” (38c)


P3 : “Tidak berubahpi manggamu.”(39)

P1 : “Kau iya?”(40)

P3 : “Belumpi juga.”(41)

Peristiwa alih kode hyang terjadi oleh P1 pada tuturan (36 dan 37)

menggunakan bahasa Indonesia, kemudian beralih kebahasa makassar pada tuturan

(38a dan 38c). selain itu beralih menggunakan bahasa Indonesia pada tuturan (39, 40

dan 41).

Data 6

Waktu :Sore hari

Situasi : Dua orang remaja sedang memetik buah gerseng. Dalam peristiwa

tutur ini, peneliti hanya menyimak dan mengamati tuturan kedua

remaja tersebut tanpa ikut terlibat dalam komunikasi.

Tuturan :

P1 : “Lihat lagi, tidak ada mi itu.(42)

P2 : “Itu e.”(43)

P1 : “Satu ji.”(44)

P2 : “Tidak kuliatki.”(45)

P1 : “Oh, jauhna.”(46a)

“Rassimi kantongku.”(46b)

P2 : “Ada kudapat, ada kudapat.”(47)

Peristiwa alih kode yang terjadi pada tuturan (42, 43, 44,45, 46a dan 47) yang
menggunakan bahasa Indonesia dan beralih menggunakan bahasa makassar pada

tuturan (46b).

Data 11

Waktu : Sore hari

Situasi : Beberapa remaja sedang bermain di halaman rumah salah seorang

masyarakat. Pada situasi ini, peneliti melakukan komunikasi pada

salah seorang remaja dan mencoba melakukan peralihan bahasa pada

remaja tersebut.

Tuturan :

P1 : “Amel, ayo main di rumah! Ada Psku. Psku.”(48)

P0 :“Niak kah ps nu?” (apakah kamu mempunyai ps?)”(49)

P1 : “Ada di rumah.”(50)

P0 : “Banyak?”(51)

P1 : “Satuji tapi banyak gamena di dalamna.”(52)

P0 : “Berapa?”(53)

P1 : “Seratus.”(54)

Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 pada tuturan (48) yang

menggunakan Indonesia kemudian beralih menggunakan bahasa makassar pada

tuturan (49).
2. Wujud penggunaan campur kode bahasa remaja

Data 1

Waktu : Sore hari

Situasi :Tiga remaja (masing-masing 11, 16, 22 tahun) sedang menonton

anak-anak yang sedang bermain. Pada situasi ini, ketiga remaja tidak

berkomunikasi satu sama lain, namun masing-masing dari mereka

berteriak memberi petunjuk pada anak-anak yang sedang bermain.

Jenis komunikasi ini adalah komunikasi dua arah yang dilakukan

ketiga remaja terhadap anak-anak yang sedang bermain.

Tuturan :

P1 : “Burui ceppa, Mira! Di sanako sebagian! Lari!”(1)

P2 : “ Oper-operko!” (2)

P1 : “Lari! Lari! Lari!” (3)

P2 : “Oper-operi! Di sanako! Maju tasedikit-sedikitko, maju sedikit- sedikit!”(4)

P3 : “Ao, diborongi. Punna nabarongiko lari makko ceppa.”.(5)

P1 : ”Lari cepat! (6)

P3 : Sinta pajoge-na.” (7)

P1 :”Majuko lagi, Nur! Tidak ji. Janganko lempar ke sana!(8)

P2 : “Kurung Yuttu, bodoh” (9)

P3 :“ Ya, Larro mako, akbiring mako mae!” (10)


P1 : “Mira, mendekat! Yuttu, bodohnya Yuttu” (11)

Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (1) hal ini terlihat adanya

beberapa morfem yang merupakan pengaruh bahasa dalam bahasa makassar, yaitu

morfem-I pada kata burui, morfem-ta pada kata tasedikit dan morfem-ko pada kata

disanako. Pada tuturan (4) adanya morfem-ko pada kata disanako, dan pada tuturan

(8) adanya morfem-ko pada kata majuko dan janganko.

Data 2

Waktu : Pagi hari

Situasi :Dua remaja terdiri dari remaja laki-laki (15 tahun ) dan remaja perempuan

(13 tahun) sedang duduk di bawah pohon kelapa sambil menghias tangan

mereka. Namun kemudian mereka menyadari bahwa di sekitar ada banyak

semut.

Tuturan :

P1 : ”Banyaknya semut. Aduh, Akbar, nagigitka semut”(12)

P2 :.” Belumpi selesai. Mira bodoh, jelek i hasilnya.”(13)

P1 : ”Na gigitki semut e. Pergiko ambil minyak tanah dulu. Banyak sekali

dibelakangku.”(14)

P2 : “Janganko bersandar, kah kau sandarko”(15)

P1 : “Dari mana ini semut e kah?”(16)

Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (12) adanya morfem-ka yang

merupakan sebuah kode dalam bahasa didalam bahasa makassar yang


mengartikan saya (nagigitka : saya digigit), selain itu adanya morfem-I pada kata

jeleki, pada tuturan (14) adanya morfem-ko yang merupakan kode dalam bahasa

makassar yang mengartikan kamu (pergiko : kamu pergi), dan pada tuturan (15)

adanya morfem-ko pada kata janganko dan sandarko.

Data 4

Waktu : Siang hari

Situasi : Ibu dan anak sedang duduk sambil berbincang-bincang di teras depan

rumahnya. Dalam data ini, yang menjadi fokus analisis peneliti adalah P2

yang merupakan seorang remaja yang sedang berkomunikasi dengan

ibunya.

Tuturan :

P1 :” Ira, tidak terbukai besok ka?”(17)

P2 :“ Apa?”(18)

P1 : “ Kantor kalau mauki membayar motor”(19)

P2 : “Kenapa?”(20)

P1 : “Kan sudahma bilang kalau harusko bawaki anunya”(21)

P2 : “Kenapa bisa besok tidak terbuka ka?”(22)

P1 : “Kah tanggal merah i, eh tidak sadarka pale kukira tanggal merah

i besok. Kamis depanpi pale.”(23)

Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (17) terdapat morfem-I pada kata
terbukai. Selain itu pada tuturan (19) terdapar morfem-ki merupakan sebuah kode

bahasa dalam bahasa makassar yang berarti kamu (mauki : kamu mau), kemudian

morfem-ko dan morfem-ki pada tuturan (21) terdapat pada kata harusko dan bawaki

dan terdapat morfem-I pada kata merah i.

Data 5

Waktu : Sore hari

Situasi :Beberapa orang, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, sedang

duduk di halaman rumah salah seorang warga dan sedang menunggu

buah kelapa yang dipetik. Kemudian datang seorang warga lain hingga

terjadi sebuah komunikasi yang melibatkan empat peserta, yaitu tiga

perempuan yang tergolong dewasa, dan seorang laki-laki dewasa.

Tuturan :

P1 : “Niakmi iambo, sareanga anjo kalukua Sakka!.” tayangma! Siapa batu

ambo, sibatu, atau ruang batu?”(24)

P2 : “Cukupkan dua.Cukupkan dua butir, nak Sakka!(25)

P3 : “Biar di sana saja dikerja! Mungkin ingin dikerja oleh orang-orng di sana.

Bawa ke sini!”(26)

P1 : “Mungkin ingin dibentuk utuh oleh orang di sana untuk satu

butir.”(27)

P4 : “Antuengmi.” (Di situ saja”(28a)

: “Ini saja yang kau Ambil.”(28b)


: “Niak anjoeng sibatu.”(28c)

P1 : “Tidak usah yang itu, Ambo! Mungkin orang di sana tidak mau bentuk

seperti itu.”(29)

P4 : “Allemo mae ceppa.”(30)

Peristiwa campur kode oleh P4 menggunakan bahasa makassar pada kalimat

pertama pada tuturan (28a), pada kalimat kedua dan ketiga menggunakan bahasa

indonesia pada tuturan (28b dan 28c).

Data 6

Waktu : Sore hari

Situasi : Masyarakat sedang berkumpul dan berbincang-bincang di salah satu

rumah warga. Seorang remaja kemudian bertanya mengenai

penggunaan bahasa masyarakat. Dalam data ini, yang menjadi fokus

data adalah tuturan masyarakat dewasa, baik ketika berkomunikasi

dengan remaja maupun masyarakat dewasa lainnya.

Tuturan :

P1 : “ Janganki bertanya sama dia!”(31)

P2 : “Sembarang nanti natanyakanki.”(32)

P1 :” Banyak sekali na bilang itu, baru tidak (33)

P3 : “Jadi, anjo riolo bahasa apa napake tawwa Mangkasarak na

indonesia?”(34)
P1 : “Pake bahasa makassarji semua, baru-baruji itu pake bahasa

Indonesia.”(35)

P4 : “Memang dulu orang pake bahasa Makassar.”(36)

P3 : “Angngapa nakulle anjari mangkasarak.”(37)

P1 :“Karena kau semua anak-anak sekarang sudah pake bahasa Indonesia

semua. Kalau tidak salah yang pertama pake bahasa Indonesia I

Sanang”(38a)

“Inai tau biasa ammake bahasa Indonesia, Dalle? I anu kusakring I

Rabi.”(38b)

P5 :“Anakna mak Yuyun, Hj. Mardiana yang aseng angngisseng ji akbasa

Mangkasarak.”(39)

P2 :”Anjo riolo anakku, I Akbar, I Linda, akbasa mangkasarak ngaseng

ji.”(40)

P1 :“ Iya, terakhir mami baru pake bahasa Indonesia.”(41a)

“angngapa nakulle antama bahasa Indonesia di?”(41b)

P4 :”Dulu kita waktu masih mengajiki pake bahasa Makassar semuaji, kalau

sekarang anak-anak pake bahasa Indonesia semuami. Kecuali Minang, beda

Makassarnya.”(42)

P1 :“E, I Mussing. Kalau saya pake bahasa Makassarka, dia tetapji pake bahasa

Indonesia.”(43)
Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (31) menggunakan morfem-ki yang

merupakan kode bahasa dalam bahasa makassar yang memiliki arti kamu (janganki

– kamu jangan) dan terdapat juga morfem-ki pada tuturan (32) natanyakanki. Selain

itu pada tuturan (35) terdapat morfem-ji pada kata makassarji dan baru-baruji.

Kemudian pada tuturan (38a) menggunakan bahasa Indonesia kemudian bercampur

bahasa kebahasa makassar pada tuturan (38b), pada tuturan (41a) menggunakan

bahasa Indonesia lalu bercampur dengan bahasa makassar pada tuturan kedua (41b).

kemudian pada tuturan (42) yang menggunakan morfem-ki dan morfem-ji pada kata

mengajiki dan semuaji. Lalu pada tuturan (43) menggunkan morfem-I dan morfem-

ji pada kata I mussing dan tetapji.

Data 7

Waktu : Sore hari

Situasi : Beberapa warga berkumpul dan berbincang di halaman salah

seorang warga. Dalam lingkup peristiwa komunikasi ini terdapat

anak-anak, remaja, maupun dewasa. Namun, yang menjadi fokus

dalam data adalah P1 dan P2 yang merupakan masyarkat kategori

remaja. Sedangkan P3 merupakan masyarkat dari luar lingkungan

desa Toddopulia.

Tuturan :

P1 : “Maumi tinggal ini. Maumi tinggal i Amel sekolah.”(44)

P2: :“Ayo! Bilangko pulangma, teman! Ayo pergi rumahna, Amel!”(45)


P1 : “Au… aklappoki.” (46a)

“Pulangmi Reza. Itu pulangmi Reza.”(46b)

: “Awwe, mba mae ammekang, na anak-anaka, takliwak-liwaki.”(46c)

P3 : “Tidak berubahpi manggamu.”(47)

P3 : “Belumpi juga.”(48)

Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (44) terdapat morfem-I pada kata I

Amel , kemudian pada tuturan (45) terdapat morfem-ko dan morfem-ma yang

merupakan kode bahasa dalam bahasa makassar yang memiliki arti kamu

(bilangko : kamu bilang) dan ( rumahna : rumah dia), selain itu pada tuturan

(46a) menggunakan bahasa makassar kemudian bercampur kebahasa indonesia

pada kalimat (46b) dan kemudian pada kalimat ketiga menggunakan bahasa

makassar (46a). dan pada tuturan (47) redapat morfem-pi (berbuahpi : belum

berbuah).

Data 8

Waktu : Pagi hari

Situasi : Beberapa wanita sedang mempersiapkan bahan untuk acara

membuat kue. Dalam peristiwa ini selain masyarakat remaja juga

ada beberapa anak-anak.

Tuturan :

P1 : “Na panggilka pergi makan jeruk di rumahnya, tapi bilangka tidak kutahu
dimana rumahmu. Dimanakah rumahmu?”(49)

P2 : “Jadi, bagaimanami?”(50)

P1 :“Sebenarnya yang mau nakasih itu adalah penjual ka. Tapi nabilang

janganmi kita karena penjual jaki, kasihmi saja I Mase. Nabilang kalau

adeknyamo saja dikasih.”(51a)

: “Tunggu dulu, nak!”(51b)

P2 : “ Akpalaki, anjoeng mange.” (Ternyata, ia minta di situ.)”(52)

P1 : “Tunggu dulu na, baruka masakanko. Baruka masakanko, tunggu

dulu!”(53a)

: “Angngapa na kulle jai lemo. Na tena nibalukang kucini?” (Kenapa

banyak jeruk, tapi belum ada yang terlihat dijual, ya?”(53b)

P2 : “ Tanyai bilang kasihka satu biji, masih kerja tambak I ga?”(54)

P1 : “Nakana, lekbaki nabalukang pangempanna. Nakana tenapa niissengi. Na

I Munding amballi. Akkanaka kuisseng tonjin kana lekbaki naballi mingka

tena kuissengi kana nai anu. Bellana antu pangngempanna. assikabellai.(55)

P2 : “Jauh betul ka”?(56)

P1 : “Seperti dari sini ke Maros kota.”(57)

Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (49) adanya morfem-na dan

morfem-ka yang merupakan kode bahasa dalam bahasa m,akassar yang artinya saya (

napanggilka : dia memanggil saya), dan morfem-ka pada kata bilangka (bilangka :

saya bilang), selain itu pada tuturan P2 adanya morfem-mi pada kata bagaimanami
(ini bagaimana) dan pada tuturan ( 51a) terdapat kata kita (anda) dan kata jaki (anda)

dan morfem-I pada kata I mase.

Data 9

Waktu :Sore hari

Situasi : Dua orang remaja sedang memetik buah gerseng. Dalam peristiwa

tutur ini, peneliti hanya menyimak dan mengamati tuturan kedua

remaja tersebut tanpa ikut terlibat dalam komunikasi.

Tuturan :

P1 : “Lihat lagi, tidak ada mi itu.”(58)

P2 : “Itu e.”(59)

P2 : “Tidak kuliatki.”(60)

P1 : “Oh, jauhna.”(61a)

“Rassimi kantongku.”(61b)

P2 : “Ada kudapat, ada kudapat.”(62)

Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (58) adanya morfem-mi yang

merupakan kode bahasa dalam bahasa makassar yang artinya sudah pada kalimat

tidak adami itu 9itu sudah tidak ada), pada tuturan (59) terdapat morfem-e pada kata

(itue : itu ), pada tuturan (60) terdapat morfem-ji yang artinya (hanya) (satuji : hanya

satu), selain itu [pada tuturan (67a) terdapat morfem-na yang artinya (sangat)

(jauhna : sangat jauh) dan kalimat kedua menggunakan bahasa makassar pada
kalimat rassimi kantongku (67b). kemudian pada tuturan (62) terdapat morfem-ku

yang artinya saya (kudapat : saya dapat).

Data 10

Waktu : Sore hari

Situasi : Seorang ibu bersama tetangga di kolong rumah salah satu warga

mendengar suara remaja yang menangis, kemudian ia bertanya

kepada anaknya yang lebih tua tentang apa yang terjadi pada

adiknya. Dalam data ini, yang menjadi fokus analisis adalah wujud

tuturan sang remaja ketika berkomunikasi dengan ibunya.

Tuturan :

P1 : “Pia, adekmu Pia. Siniko! Kenapa adekmu?”(63)

P2 : “Tidak mau. I mama pa bede ambilki, I mama pa beng.”(64)

P1 : “Teaji, I ammak pa bede.” (Dia tidak mau. Katanya harus mama)”(65)

P3 : “Anu naisseng kana niak najama ammakna.”(Dia tahu bahwa ibunya

sedang bekerja).(66)

P2 : “Tidak mau kalo saya ambilki. Mama pa.”(67)

Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (70) adanya morfem-mu yang

artinya kamu, dan morfem-ko yang artinya (kamu), selain itu pada tuturan (70) (I

mama pa) terdapat morfem-1 dan morfem-pa. kemudian peristiwa campur kode yaitu

dengan adanya pa dan teaji pada tutura (72), morfem-pa merupakan sebuah kode
bahasa dalam bahasa makassar yang berarti harus, sedangkan bede adalah kode

bahasa dalam bahasa makassar berarti menurut dan katanya.

Data 11

Waktu : Sore hari

Situasi : Beberapa remaja sedang bermain di halaman rumah salah seorang

masyarakat. Pada situasi ini, peneliti melakukan komunikasi pada

salah seorang remaja dan mencoba melakukan peralihan bahasa pada

remaja tersebut.

Tuturan :

P1 : “Amel, ayo main di rumah! Ada Psku. Psku.”(68)

P0 :“Niak kah ps nu?”(69)

P1 : “Ada di rumah.”(70)

P0 : “Banyak?”(71)

P1 : “Satuji tapi banyak gamena di dalamna.”(72)

P0 : “Berapa?”(73)

P1 : “Seratus.”(74)

Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (68) morfem-ku adalah kode

bahasa dalam bahasa makassar ku yang berarti saya. Selain itu pada tuturan (72)

adanya morfem-ji pada kata satuji yang berarti ( hanya satu) dan morfem-na yang

berarti (nya).
Data 12

Waktu : Sore hari

Situasi : Dua orang anak sedang bermain di bawah rumah warga, kemudian

seorang perempuan yang merupakan tetangga pemilik rumah melihat

dan bertanya pada kedua remaja tersebut. Tidak lama muncul pula sang

pemiliki rumah sehingga terjadi komunikasi pada mereka.

Tuturan :

P1 : “Banyak masak.”(82)(74)

P2 : “Apa nugappa?”(83)(75)

P3 : “Apa Acce?”(84)(76)

P4 : “Jambu.”(85)(77)

P3 : “Mana jambu?”(86)(78)

P4 : “Di anu rumahnu, rabbannu. Di rumahnu.”(87)(79)

P1 : “Ku ambilmi ini?”(88)(80)

P3 : “Ambilmi!”(89)(81)

P1 : “Ayo, ambil!”(90)(82)

P4 : “Janganmi de.”(91)(83)

Peristiwa campu kode oleh P4 pada tuturan (79) adanya morfem-nu yang
berarti (kamu)mdan pada tuturan (80) adanya morfem-ku yang berarti (saya) pada

kalimat Ku ambilmi ini . dan morfem-mi pada kata janganmi.

Data 12

Waktu : Sore hari

Situasi : Dua orang anak sedang bermain di bawah rumah warga, kemudian

seorang perempuan yang merupakan tetangga pemilik rumah melihat

dan bertanya pada kedua remaja tersebut. Tidak lama muncul pula sang

pemiliki rumah sehingga terjadi komunikasi pada mereka.

Tuturan :

P1 : “Banyak masak.”(82)

P2 : “Apa nugappa?” (Apa yang kau dapat?) (83)

P3 : “Apa Acce?”(84)

P4 : “Jambu.”(85)

P3 : “Mana jambu?”(86)

P4 : “Di anu rumahnu, rabbannu. Di rumahnu.”(87)

P1 : “Ku ambilmi ini?”(88)

P3 : “Ambilmi!”(89)

P1 : “Ayo, ambil!”(90)

P4 : “Janganmi de.”(91)

Anda mungkin juga menyukai