SKRIPSI
RISKA
1855041016
MOTO
~Riska~
iii
iv
PERSEMBAHAN
1. Karya ini adalah persembahan sederhana untuk kedua orang tua tercinta.
pelitanya untukku. Ketika beban yang kupikul terasa sangat berat, mereka
Swt.
2. Untuk keluarga besarku, tanpa kalian dan dorongan serta dukungan dari
telah engkau berikan selama ini, akan bernilai ibadah disisi-Nya serta
4. Untuk teman dan sahabat saya yang selalu memberi motivasi dan bantuan
sangat baik.
iv
v
ABSTRAK
v
vi
ABSTRACT
vi
vii
KATA PENGANTAR
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pegeseran
Shalawat serta salam juga semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat, keluarga, serta umat yang
istiqamah di jalannya.
salah satu persyaratan guna menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah yaitu Dr. Hajrah, S.S.,M.Pd. yang telah
Ucapan teri kasih yang teristimewa penulis sampaikan kepada kedua orang
tua tercinta yakni Bapak Yaman Dg. Nyonri dan Ibu Sohora, seorang yang
senantiasa mendukung saya dalam hal apapun terutama pada awal kuliah
vii
viii
Langkah yang membawa anaknya pada tahap lkesuksesan dikemudian hari. Untuk
kakakku Rahmin, Raisman, dan Risma dan adikku Risda dan Risna terima kasih
atas semangat dan doanya yang tidak pernah putus untuk keberhasilanku, Penulis
juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
karna itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat
Riska
viii
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ii
MOTO..................................................................................................................iii
PERSEMBAHAN................................................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................v
ABSTRACT.........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................1
A. Rumusan Masalah ....................................................................................4
B. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
C. Manfaat Penelitian ....................................................................................4
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian teori................................................................................................6
1. Sosiolinguistik ..............................................................................6
2. Bahasa dan Usia ...........................................................................8
3. Penyusutan dalam Tutur................................................................10
4. Dwi bahasa dan Multi Bahasa.......................................................13
5. Alih kode.......................................................................................15
6. Campur Kode ................................................................................20
7. Pergeseran Bahasa ........................................................................23
8. Bahasa Makassar ..........................................................................29
B. Kerangka pikir ..........................................................................................31
BAB 111 METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .........................................................................................35
B. Desain Penelitian.......................................................................................35
C. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................35
D. Fokus Penelitian .......................................................................................35
E. Defenisi Penelitian ....................................................................................36
F. Data dan Sumber Data...............................................................................36
G. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................36
H. Teknik Analisis Sata..................................................................................37
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terjadi pada masyarakat pengguna lebih dari satu bahasa. Dalam makalah
penelitian Lukman dan Gusnawaty (2014) mengatakan bahwa saat ini masalah
dihadapi oleh bahasa daerah yaitu kedudukan dan fungsinya tidak lagi sesuai
terjadi saat ini sangat memprihatikan karna sudah tidak banyak lagi
remaja. Mereka bahkan sangat malu ketika ada salah satu dari mereka
saling sapa.
Tindakan masyarakat itu sendiri. Tindakan yang dilakukan oleh beberapa anggota
Sehingga terjadi fenomen a ini akan memiliki dampak negative akan tetapi juga
1
2
sosial atau kejadian sosial yang terlihat dilapangan, Fenomena sosial ini mampu
orang lain. Karna sebagai manausia kita adalah mahluk sosial yang tidak dapat
keluarga.
mulai terancam. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa remaja Desa
Indonesia.
3
masyarakat tergantikan oleh bahasa lain. Hal ini didukung oleh hasil
Makassar. Hal yang sama terjadi pada anak- anak, meskipun terkadang
masyarakat.
Bugis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis:
2. Manfaat Praktis:
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Sosiolinguistik
a. Pengertian Sosiolinguistik
(Hartarini, 2012)
masyarakat, mengaitkan dua bidang yang dapat dikaji secara terpisah yaitu
masyarakat.(Ulandari, 2019)
yang memakai bahasa itu. Sebagai objek, bahasa tidak dilihat atau didekati
masyarakat.
6
7
ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan antara para pengguna
b. Masalah-Masalah Sosiolinguistik
variasi dari satu bahasa yang berdampingan dan memiliki peran masing-
bahwa bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap berupa arus bunyi, yang mempunyai makna, dan menerangkan
atas dua bagian utama yaitu bentuk (arus ujaran) dan makna (isi).
dan kelompok dewasa. Tentu saja batas usia itu tidak bisa secara tepat
Satu hal yang membedakan dialek sosial jenis ini dengan lainnya,
adalah dialek sosial kelas buruh, atau dialeg regional. Pada dialeg sosial
tutur anak-anak yang dimiliki oleh seorang anak akan ditinggalkan jika
pemiliknya jika mereka menjadi (Suriati, 2017) tua yang relatif tetap
a. Tutur remaja
“kenakalan”.(Suriati, 2017)
bahasa “rahasia” yang hanya berlaku bagi kelompok mereka, atau jika
semua pemuda sudah tahu, bahasa ini tetap rahasia bagi kelompok anak-
anak dan orang tua. Berikut ini dibicarakan beberapa bentuk bahasa
maupun B1.
hanya suku pertamanya saja, suku yang lain dihilangkan dan diganti
dengan -sye. Kalau seluruh kata diganti dengan cara ini dan diucapkan
dengan cepat maka terdengar seperti bahasa Cina. Jika suku kata
sehingga sebelum ditambah –sye suku kata itu tetap tertutup. Misalnya:
sepeda tidak diambil se- saja melainkan sep- kemudian ditambah –sye,
menjadi sepsye.
bahasa rahasia ini ialah, dasarnya bisa bahasa Jawa atau bahasa
pemuda lagi (barang kali yang dulu muda kemudian menjadi dewasa),
model pembalikan itu divariasikan. Caranya: kata yang sudah dibalik itu
diubah.
fungtor ini tidak berarti tidak ada penyusutan yang lain, dalam bahasa
pula, bentuk penyusutan yang biasa disebut bahasa telegrafis ini bukan
penyusutan itu juga dilakukan oleh orang dewasa, yang mungkin juga
(1) Telegram
masih mampu memahami isi pesan yang ada dalam telegram itu, berita
yang kalau disampaikan lewat surat bisa memakan tempat satu halaman,
Dalam setiap bahasa selalu ada ragam baku dan ragam nonbaku,
salah satu ciri dari ragam baku itu adalah adanya kaidah yang pasti dan
seolah-olah tidak ada kaidah yang pasti sewaktu-waktu dan tiap saat
terbelenggu oleh watak konservatif itu, karena orang ingin dan besifat
inovatif selalu ada orang yang ingin secara sadar atau tidak melakukan
hal-hal yang lain yang berbeda dengan yang baku dan timbullah
menjadi “salah”.
Dalam bahasa Indonesia ragam baku ada kaidah bahwa kata kerja yang
ragam cakapan dan ragam nonbaku jika penutur ragam kreol Inggris
yang belajar bahasa Inggris baku suka menggunakan ragam baku, justru
orang tertawa.
adalah pengaruh dari bahasa ibu penutur yang bukan bahasa Inggris.
Nasib yang sama dialami pula lingua franca bahasa Indonesai yang
Dialek-dialek ini pada hakikatnya adalah kreol, dan kreol itu berasal
dari pijin.
Kita dapat mengatakan pijin adalah salah satu jenis lingua franca,
Pertama, variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya
ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat
2019)
penutur terdiri atas dua macam, yaitu verbal repertoire yang dimiliki
oleh setiap penutur secara individu dan verbal repertoire yang dimiliki
Hal itu berarti semakin luas verbal repertoire penutur dan masyarakat
dwibahasa itu sendiri memiliki kajian yang panjang. Lebih dari setengah
Tarigan). Hal ini berarti bahwa sebagian besar manusia di bumi ini
karena itu, bilingual atau dwibahasa adalah hal umum oleh sebagian
orang.
Bloomfield ini tidak disetujui karena itu berarti setiap bahasa dapat
berlainan.
komunikasi dua arah antara dua kelompok atau lebih yang punya
5. Alih kode
yang satu ke kode yang lain. Apabilah alih kode itu terjadi antar bahasa-
dalam suatu bahasa daerah atau antar beberapa ragam dan gaya yang
terdapat dalam satu dialek, alih kode seperti itu bersifat intern. Apa bila
yang terjadi antar bahasa asli dengan bahsa asing, maka disebut alih
berpendapat banyak raga pendapat mengenai beda alih kode dan campur
kode.namun yang jelas, kalau dalam alih kode setiap bahasa atau ragam
tertentu. Di dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar
pengunaan variasi bahasa lain atau bahasa basa lain dalam suatu
atau situasi lain atau karna adanya partisipan lain (2008: 9).
bahwa Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode
yang lain. Dengan catatan bahwa alih kode memiliki dua bahasa yang
perubahan konteks. Alih kode intern terjadi dalam satu bahasa nasional
dan alih kode ekstern terjadi dari bahasa nasional kedalam bahasa asing.
varian, alih raga, alih gaya, atau alih register.ciri-ciri alih kode
mengunakan dua bahasa (atau lebih) itu di tandai oleh (a) masing-
Dapat disimpulkan bahwa bentuk alih kode adalah alih varian, alih
raga, alih gaya, atau alih register. Alih kode secara bahasa dapat dilihat
dari alih bahasa dan alih ragam dalam dua konteks yang berbeda. Jadi
alih kode ditandai dengan satu bahasa di alihkan kedalam bahasa lain.
19
1) Penutur
2) Lawan tutur
Dua orang yang berasal daru dua etnik yang sama pada umunya
kemudian hadir orang ketiga dalam pembicaraan itu, dan orang itu
itu terjadi apabila baik faktor situasi, lawan bicara, topik dan faktor-
alih kode yang diungkapkan oleh suwito, namun ada sedikit perbedaan
yaitu faktor yang melatar belakangi rasa humor dan untuk sekadar
bergensi masuk pada fungsi bukan masuk pada faktor yang melatar
terjadinya alih kode adalah (1) situasi pembicara,(2) hadirnya 02. (3)
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengunaan alih kode pada
dalam penelitian ini lebih secara kebahasaan dan tidak terlepas dari
faktor yang melatar belakangi terjadinya sebagai suatu hasil dari proses
sosio- situasional. Jadi fungsi alih kode adalah (1) lebih persuasif,
6. Campur kode
timbal balik antara peran dan fungsi kebahasaan. Peran yang dikasud
berarti apa yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturanya. Ciri lain
yaitu pengunaan satuan bahsa dari satu bahasa kebahasa lain untuk
penyisipan suatu bahasa kedalam bahasa yang lain, ada satu bahsa
sebagai bahasa inti dan hanya terdapat dalam satu topik pembicaraan.
kebahasaan, berwujud (1) ksta kasar, (2) kata jadian, (3) perulangan atau
dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua tipe yaitu tipe yang berlatar belakang
(linguistictype). Kedua tipe itu saling tergantung dan jarang tumpang tindih
(overlap). Berikut alasan atau penyebab yang mendorong terjadinya campur kode antara
lain (a) identifikasi peranan, (b) identifikasi ragam, dan (c) keinginan untuk menjelaskan
dan menafsirkan. Dalam hal ini pun ketiganya saling bergantung dan jarang tumpang
tindih (overlap). Ukuran identifikasi peran adalah sisoal, registral, dan edukasional.
Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa dimana seorang penutur melakukan campur
kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status sosialnya. Keinginan untuk
menjelaskan dan menafsirkan nampak karena campur kode juga manandai sikap dan
hubungan terhadap orang lain, dan sikap dan hubungan orang lain terhadapnya.
kode, Suwito (1983: 78), menuliskan bahwa campur kode itu terjadi
24
bahasa dan fungsi bahasa. Artinya penutur yang memiliki latar belakang
(2008:136).
argumentatif, (2) lebih persuasif, (3) lebih komunikatif, (4) lebih singkat
7. Pergeseran Bahasa
2. Psikis, proses sosial dan budaya dan hubungan mereka dengan stabilitas atau
yang berlebihan.
Keturunan ketiga atau keempat dari para imigran itu sudah tidak
baru saja dating dan beberapa tahun setelah itu. Setelah beberapa lama,
Inggris, bahasa ibu atau bahasa leluhur telah mereka lupakan. Secara
27
diagram berikut.
Monolingual
Bilingual bawahan Bilingual setara
(B-ib)
(B-ib-B-in) (B-ib-B-in)
(B-in) (B-in-B-ib)
Utara.
hal ini bilingual ada dalam konteks penggunaan bahasa kedua yang
masih minoritas, AB dalam hal ini kedua bahasa sudah setara, dan
aB, dalam hal ini bahasa kedua sudah menjadi mayoritas. Menurut
sehingga terjadi kontak budaya yang berujung pada kontak bahasa pula
dengan penduduk asli yang memiliki bahasa yang berbeda. Keadaan itu
yang terjadi akan berujung pada dua hal, yakni apakah bahasa resepien
pada pelaku tutur yang berpindah dari satu tempat yang baru ketempat
29
1. Industrialisasi
industry.
tradisi).
2. Migrasi
ada sekitar 190 juta imigran internasional pada tahun 2005, sekitar 3%
negara penerusnya.
3. Politik
Politik (dari bahasa Yunani :politikos, yang berarti dari, untuk, atau
4. Pendidikan
formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap
5. Mobilitas sosial
6. Jumlah penutur
7. Konsentrasi pemukiman
8. Bahasa Makassar
persekutuan ergatif-absolutif.
dan Sa'dan (Toraja).
Selatan.
ragam-ragam ini secara umum tidak jauh berbeda. Penutur dialek Gowa
juga lazim digunakan oleh penutur dialek atau ragam bahasa lainnya
B. Kerangka Pikir
tujuan yang ingin dicapai, selain itu juga berfungsi sebagai peta konsep
lingkungan keluarga.
Kabupaten Maros. Dalam hal ini, ada dua bahasa yang terlihat dalam
pada temuan.
Sosiolinguistik
Penggunaan Bahasa
Makassar
Pergeseran Bahasa
Makassar
Analisis
Temuan
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian tentang riset atau data yang bersifat deskriptif serta cenderung
menyajikan data secara objektif atau sesuai dengan kenyataan yang ada
Maros.
B. Desain Penelitian
D. Fokus Penelitian
35
36
E. Definisi istilah
yang pertama dikenal oleh mereka adalah bahasa Makassar dan selajutnya bahasa
Indonesia.
1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari wujud penggunaan
2. Sumber data
Data penelitian ini yakni data simak dan wawancara yang diperoleh dari
1. Metode simak
karena cara yang digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan cara
a. Teknik simak libat cakap, dalam kegiatan menyadap seorang peneliti harus
b. Teknik simak bebas libat cakap, dalam teknik ini seorang peneliti tidak
pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati terhadap calon data
yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada diluar
dirinya.
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data
memperoleh kesimpulan.
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data
diabaikan oleh peneliti agar hasilnya lebih fokus dan tidak melenceng
kesimpula
3. Penyajian data
pernyataan. Data dalam bentuk teks yang pada mulanya terpencar dan
39
a. Penarikan Kesimpulan
dilakukan.
I. Instrumen penelitian
dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini karena, peneliti
data. Selain itu, sebagai alat bantu penelitian, digunakan pula alat
J. Keabsahan data
A. Hasil Penelitian
Data 1
Tuturan :
P2 : “ Oper-operko!” (2)
“( oper-oper)”
cepat)”
“(lari cepat!)”
kesana)”.
Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 pada tuturan (1) burui ceppa
pada tuturan (3) lari, lari, lari, dan pada tuturan (4) oper-operi! di sana! Maju
sedikit-sedikit. Selain itu pada tuturan (5) beralih menggunakan bahasa Makassar
Ao, diborongi, punna naborongiko lari mako ceppa, kemudian beralih kebahasa
Indonesia pada tuturan (6) lari cepat, lalu beralih kebahasa Makassar pada tuturan
(7) sinta pajoge-na, kemudian pada tuturan (8) beralih menggunakan bahasa
Indonesia maju lagi, Nur!, tidakji. Jangan lempar kesana, dan pada tuturan (10)
beralih menggunakan bahasa Makassar ya, larro mako, akbiring mako mae,
42
kemudian pada tuturan (11) beralih ke bahasa Indonesia Mira mendekat, yuttu
bodohnya.
Data 2
Tuturan :
P1 : “Awwa!”(12)
P2 : “Bentuk apakah?”(13)
P1 : “Tena kuissengi.”(14)
Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 pada tuturan (12) Awwa yang
Makassar pada tuturan (14) tena kuissengi, lalu beralih menggunakan bahasa
Indonesia pada tuturan (15) bentuk lumba-lumba, burung, dan ulat, dan tuturan
Data 3
Tuturan :
“(Ambo sudah ada, memberikan kelapa itu sakka. Tunggu! Berapa butir
butir.”(19)
P4 : “Antuengmi.”(20a)
“(Disana saja)”
P1 : “Tidak usah yang itu, Ambo! Mungkin orang di sana tidak mau
44
Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 pada tuturan (16) niakmi I ambo,
sareangan anjo kalukua Sakka! Tayangma ! siapa batu ambo, sibatu atau ruang
menggunakan bahasa Indonesia pada tuturan (17, 18 dan 19). (17) cukuplah dua,
cukuplah dua butir. (18) Biar disana saja dikerja! (19) mungkin ingin dibentuk
utuh oleh orang disana untuk satu butir. Selain itu pada tuturan (20a) beralih
bahasa Makassar pada tuturan (20c) niak anjoeng sibatu. Kemudian beralih
menggunakan bahasa Indonesia pada tuturan (21) tidak usah yang itu ambo!
Mungkin orang disana tidak mau bentuk seperti itu, dan pada tuturan (22) beralih
Data 4
Tuturan :
indonesia?” (26)
“(jadi, bahasa apa yang digunakan orang dulu, bahasa makassar atau
indonesia)”
Indonesia.”(27)
bahasa Indonesia)”
Sanang”(30a)
Rabi.”(30b)
Perasaan Rabi.)”
Mangkasarak)”(31)
bahasa Makassar)”
ji”(32)
semua)”
P4 :”Dulu kita waktu masih mengajiki pake bahasa Makassar semuaji, kalau
beda Makassarnya.”(34)
P1 :“E, I Mussing. Kalau saya pake bahasa Makassarka, dia tetapji pake
47
bahasa Indonesia.”(35)
Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 dan P2 pada tuturan (23 dan 24)
Makassar pada tuturan (26) jadi, anjo riolo bahasa apa napake tawwa,
bahasa Indonesia pake bahasa Makassarji semua baru-baruji itu pake bahasa
pada tuturan (30a) menggunakan bahasa Indonesia, lalu beralih pada kalimat
kedia dan ketiga menggunakan bahasa Makassar pada tuturan (30b dan 30c). dan
pada tuturan (32) juga beralih menggunakan bahasa Makassar, yang kemudian
Data 5
desa Toddopulia.
48
Tuturan :
P1 : “Au… aklappoki.”(38a)
“(Yah, meletus)”.
(38c)
keterlaluan)”.
P1 : “Kau iya?”(40)
“(Kamu)”
P3 : “Belumpi juga.”(41)
“( Belum)”
Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 pada tuturan (36 dan 37)
tuturan (38a dan 38c). selain itu beralih menggunakan bahasa Indonesia pada
49
Data 6
Situasi : Dua orang remaja sedang memetik buah gerseng. Dalam peristiwa
Tuturan :
P2 : “Itu e.”(43)
“(itu disana)”.
P1 : “Satu ji.”(44)
“( Hanya satu)”.
P2 : “Tidak kuliatki.”(45)
P1 : “Oh, jauhna.”(46a)
“( Sangat jauh)”
“Rassimi kantongku.”(46b)
Peristiwa alih kode yang terjadi pada tuturan (42, 43, 44,45, 46a dan 47)
50
Data 11
Tuturan :
P1 : “Ada di rumah.”(50)
P0 : “Banyak?”(51)
P0 : “Berapa?”(53)
“(Ada berapa)”.
P1 : “Seratus.”(54)
Peristiwa alih kode yang terjadi oleh P1 pada tuturan (48) yang
tuturan (49).
51
Data 1
sedang bermain.
Tuturan :
P2 : “ Oper-operko!” (2)
“( oper-oper)”
cepat)”
“(lari cepat!)”
kesana)”.
Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (1) hal ini terlihat adanya
yaitu morfem/i/ pada kata burui, morfem/ta/ pada kata tasedikit dan morfem/ko/
pada kata disanako. Pada tuturan (4) adanya morfem/ko/ pada kata disanako, dan
pada tuturan (8) adanya morfem/ko/ pada kata majuko dan janganko.
Data 2
Situasi :Dua remaja terdiri dari remaja laki-laki (15 tahun) dan remaja
Tuturan :
P1 : ”Na gigitki semut e. Pergiko ambil minyak tanah dulu. Banyak sekali
dibelakangku.”(14)
“( Saya digigit semut, kamu pergi ambil minyak tanah, terlalu banyak
semut dibelakang)”
Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (12) adanya morfem/ka/ yang
mengartikan saya (nagigitka : saya digigit), selain itu adanya morfem/i/ pada kata
jeleki, pada tuturan (14) adanya morfem/ko/ yang merupakan kode dalam bahasa
Makassar yang mengartikan kamu (pergiko : kamu pergi), dan pada tuturan (15)
Data 3
depan rumahnya. Dalam data ini, yang menjadi fokus analisis peneliti
Tuturan :
P2 :“ Apa?”(18)
P2 : “Kenapa?”(20)
“( Besok adalah tanggal merah, saya tidak sadar bahwa besok adalah
tanggal merah, hari kamis yang akan mendatang saja kita berangkat)”
pada kata terbukai. Selain itu pada tuturan (19) terdapar morfem/ki/ merupakan
sebuah kode bahasa di dalam bahasa Makassar yang berarti kamu (mauki : kamu
mau), kemudian morfem/ko/ dan morfem/ki/ pada tuturan (21) terdapat pada kata
Data 4
Tuturan :
“(Ambo sudah ada, memberikan kelapa itu sakka. Tunggu! Berapa butir
butir.”(27)
P4 : “Antuengmi.”(28a)
“(Disana saja)”
P1 : “Tidak usah yang itu, Ambo! Mungkin orang di sana tidak mau
Indonesia pada tuturan (28b) ini saja yang kau ambil , lalu bercampur pada
Data 5
Tuturan :
indonesia?” (34)
“(jadi, bahasa apa yang digunakan orang dulu, bahasa makassar atau
indonesia)”
Indonesia.”(35)
bahasa Indonesia)”
Sanang”(38a)
Rabi.”(38b)
Perasaan Rabi.)”
Mangkasarak)”(39)
bahasa Makassar)”
ji”(40)
58
semua)”
P4 :”Dulu kita waktu masih mengajiki pake bahasa Makassar semuaji, kalau
beda Makassarnya.”(42)
P1 :“E, I Mussing. Kalau saya pake bahasa Makassarka, dia tetapji pake
bahasa Indonesia.”(43)
morfem/ki/ yang merupakan kode bahasa dalam bahasa Makassar yang memiliki
arti kamu (janganki – kamu jangan) dan terdapat juga morfem/ki/ pada tuturan
(32) natanyakanki. Selain itu pada tuturan (35) terdapat morfem/ji/ pada kata
pada tuturan (41a) menggunakan bahasa Indonesia lalu bercampur dengan bahasa
59
Makassar pada tuturan kedua (41b). kemudian pada tuturan (42) yang
menggunakan morfem/ki/ dan morfem/ji/ pada kata mengajiki dan semuaji. Lalu
pada tuturan (43) menggunkan morfem/i/ dan morfem-ji pada kata I mussing dan
tetapji.
Data 6
desa Toddopulia.
Tuturan :
P1 : “Au… aklappoki.”(46a)
“(Yah, meletus)”.
(46c)
keterlaluan)”.
P1 : “Kau iya?”(48)
“(Kamu)”
P3 : “Belumpi juga.”(49)
“( Belum)”
Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (44) terdapat morfem/i/ pada
kata I Amel , kemudian pada tuturan (45) terdapat morfem/ko/ dan morfem/ma/
yang merupakan kode bahasa dalam bahasa Makassar yang memiliki arti kamu
(bilangko : kamu bilang) dan ( rumahna : rumah dia), selain itu pada tuturan
pada kalimat (46b) dan kemudian pada kalimat ketiga menggunakan bahasa
Makassar (46a). dan pada tuturan (47) redapat morfem/pi/ (berbuahpi : belum
berbuah).
Data 7
Tuturan :
P1 : “Na panggilka pergi makan jeruk di rumahnya, tapi bilangka tidak kutahu
P2 : “Jadi, bagaimanami?”(50)
P1 :“Sebenarnya yang mau nakasih itu adalah penjual ka. Tapi nabilang
janganmi kita karena penjual jaki, kasihmi saja I Mase. Nabilang kalau
“( sebenarnya yang mau dia kasih adalah penjual. Tapi dia berkata tidak
usah karna dia adalah pedagang, berikan saja kepasa Mase, dia bilang
dulu!”(53a)
“( Tunggu sebentar ya, saya baru memasak, saya baru masakan kamu,
tunggu sebentar!)”.
” (Kenapa banyak jeruk, tapi belum ada yang terlihat dijual, ya?)”
62
“( Beritahu dia berikan saya satu butir, dia masih kerja kolam?)”.
assikabellai.(55)
“( Dia berkata, dia sudah menjual tambaknya, dia juga berkata dia belum
tahu. Lalu Munding berkata, saya tau bahwa dia sudah membeli tambak
tapi saya tidak tahu tambak siapa yang ia beli. Tambaknya sangat jauh,
saling berjauhan.)”.
Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (49) adanya morfem/na/ dan
morfem/ka/ yang merupakan kode bahasa dalam bahasa Makassar yang artinya
saya ( napanggilka : dia memanggil saya), dan morfem/ka/ pada kata bilangka
(bilangka : saya bilang), selain itu pada tuturan P2 adanya morfem/mi/ pada kata
bagaimanami (ini bagaimana) dan pada tuturan ( 51a) terdapat kata kita (anda)
Data 8
Situasi : Dua orang remaja sedang memetik buah gerseng. Dalam peristiwa
63
Tuturan :
P2 : “Itu e.”(59)
“(itu disana)”.
P1 : “Satu ji.”(60)
“( Hanya satu)”.
P2 : “Tidak kuliatki.”(61)
P1 : “Oh, jauhna.”(62a)
“( Sangat jauh)”
“Rassimi kantongku.”(62b)
Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (58) adanya morfem/mi/ yang
merupakan kode bahasa dalam bahasa Makassar yang artinya sudah pada kalimat
tidak adami itu itu sudah tidak ada), pada tuturan (59) terdapat morfem/e/ pada
kata (itue : itu ), selain itu [pada tuturan (61a) terdapat morfem/na/ yang artinya
(sangat) (jauhna : sangat jauh) dan kalimat kedua menggunakan bahasa Makassar
pada kalimat rassimi kantongku (61b). kemudian pada tuturan (62) terdapat
64
Data 9
bertanya kepada anaknya yang lebih tua tentang apa yang terjadi
ibunya.
Tuturan :
ibunya)’.
“( Dia tidak amu kalau saya yang mengambilnya, katanya harus ibu)”.
Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (64) adanya morfem/mu/ yang
65
artinya kamu, dan morfem/ko/ yang artinya (kamu), selain itu pada tuturan (65) (I
mama pa) terdapat morfem/i/ dan morfem/pa/. kemudian peristiwa campur kode
yaitu dengan adanya pa dan teaji pada tuturan (66), morfem-pa merupakan sebuah
kode bahasa dalam bahasa Makassar yang berarti harus, sedangkan bede adalah
Data 10
Tuturan :
P1 : “Ada di rumah.”(71)
P0 : “Banyak?”(72)
P0 : “Berapa?”(74)
“(Ada berapa)”.
P1 : “Seratus.”(75)
66
Peristiwa campur kode oleh P1 pada tuturan (69) morfem/ku/ adalah kode
bahasa dalam bahasa Makassar ku yang berarti saya. Selain itu pada tuturan (73)
adanya morfem/ji/ pada kata satuji yang berarti ( hanya satu) dan morfem/na/
Data 11
rumah melihat dan bertanya pada kedua remaja tersebut. Tidak lama
mereka.
Tuturan :
P1 : “Banyak masak.”(76)
P2 : “Apa nugappa?”(77)
P3 : “Apa Acce?”(78)
P4 : “Jambu.”(79)
P3 : “Mana jambu?”(80)
P3 : “Ambilmi!”(83)
67
“( silahkan diambil)”.
P1 : “Ayo, ambil!”(84)
P4 : “Janganmi de.”(85)
“( Tidak usah)”.
Peristiwa campu kode oleh P4 pada tuturan (81) adanya morfem/nu/ yang
berarti (kamu)mdan pada tuturan (82) adanya morfem/ku/ yang berarti (saya) pada
B. Pembahasan
aktif, namun adiknya, Ali (lahir tahun 1985), menggunakan bahasa percampuran
Makassar- Indonesia, sedangkan adiknya yang lain, Lewi (lahir tahun 1990) sudah
yang lahir di tahun 1982, pergeseran bahasa Makassar terhadap dirinya dan adik-
Desa Toddopulia juga merupakan sebuah proses panjang. Hal ini senada dengan
beberapa generasi.
Berdasakan dua belas data yang telah dianalisis dapat dikemukakan bahwa
Tanralili Kabupaten Maros saat ini ada dua yaitu bahasa Makassar dan bahasa
mereka dapatkan di luar lingkungan tersebut dan dulunya hanya digunakan di luar
kampung tersebut.
Dalam penelitian ini analisis wujud penggunaan alih kode dan campur kode
wujud penggunaan bahasa yang digunakan oleh remaja Desa Toddopulia dalam
bahasa yang paling banyak digunakan oleh remaja Desa Toddopulia adalah
bahasa Indonesia. Kemudian bahasa yang kedua adalah bahasa Makassar. Wujud
wujud penggunaan bahasa remaja. Hal tersebut terlihat dengan adanya interferensi
69
atau pengaruh bahasa daerah seperti morfem ta- (misal, tasedikit) dalam
tuturannya. Selain itu ditemukan juga peristiwa alih kode dan campur kode. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Chaer (2011) bahwa kontak bahasa menyebabkan
bahasa.
bahasa Indonesia dan bahasa Makassar secara bergantian, 70% penguasaan bahasa
secara dominan ketika berkomunikasi dengan orang dewasa atau pun remaja
pergeseran bahasa Makassar oleh bahasa Indonesia. Dalam hal ini, jika
Chaer, 2011), dilihat dari penggunaan bahasa secara aktif pergeseran bahasa telah
sampai pada tahap kelima (B), yaitu bahasa Makassar tidak lagi digunakan dalam
Faktor peralihan yang pertama yaitu, hubungan perkawinan, salah satu faktor
pergeseran yang diungkapkan oleh Sumarsono dan Partana (2004) adalah jumlah
70
Yang berbahasa Makassar awalnya, seperti yang diungkapkan Masati, salah satu
“ …Hanya saya Hj. Mina dan Hj Ida disini orang yang berbahasa Indonesia.
Semua bermula dari saya, Hj Rama, Haj Side polei pak tau Ralla. Orang Ralla
bersama dengan ibu Biba. Mereka adalah orang dewasa.” (H. Sarrang, 57 tahun,
18 mei 2022)
Faktor yang kedua yaitu, perilaku terhadap bahasa. Fishman (dalam Garcia,
bahasa adalah perilaku terhadap bahasa. Menurut Lambert dalam Chaer (2011:
150), sikap terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan
menyangkut penilaian dan rasa suka atau tidak suka, sedangkan konatif
terdengar lebih lembut dibandingkan dengan bahasa Makassar. Oleh karena itu,
banyak orang tua yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia ketika
Faktor yang ketiga yaitu, Pendidikan yang menjadi kewajiban setiap warga
digunakan di sekolah adalah bahasa Indonesia dan dari situlah mereka mampu
luar yang menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, anak-anak hasil hubungan
perkawinan antara masyakat Desa Toddopulia dengan orang luar yang berbahasa
Mange assikola akbahasa Indonesia tongi agangna. Jadi jari lancaraki akbahasa
Faktor yang kelima yaitu, pemilihan bahasa oleh orang tua terhadap anak.
demikian bahasa yang pertama kali digunakan oleh sang anak adalah bahasa
Indonesia.
banyak yang keluar daerah seperti, ke Kalimantan, Timika, morowali, dll. Dalam
hal ini, bahasa Indonesia akan menjadi sarana pilihan untuk melakukan
komunikasi. Oleh karena itu, ketika mereka kembali ke Desa Toddopulia untuk
bahasa Indonesia.
Dari berbagai faktor di atas, dapat terlihat bahwa masalah pergeseran bahasa
merupakan hal yang sangat rentan terjadi, terutama dalam masyarakat dengan
berbagai bahasa yang bedampingan. Oleh karena itu, kesadaran bagi pengguna
bahasa itu sendiri adalah faktor penting dalam rangka pemertahanan bahasa. Sikap
dan rasa bangga terhadap bahasa yang digunakan merupakan cara untuk membuat
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebab kan pergeseran
bahasa, namun di sisi lain, pendidikan juga dapat menjadi sarana pembelajaran
bahasa daerah. Oleh karena itu, pihak pendidik perlu menanamkan rasa bangga
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam analisis data dan pembahasan yang telah
lingkungan Desa Toddopulia, ada dua bahasa yang tampak yaitu bahasa Indonesia
dan bahasa Makassar. Namun, bahasa yang paling sering digunakan adalah bahasa
Indonesia. Hal ini karena secara aktif bahasa yang digunakan oleh remaja adalah
beberapa menguasai bahasa Makassar secara pasif dan yang lain sudah tidak
B. Saran
66
67
saran:
menggunakan bahasa daerah yang baik dan benar. Dengan demikian, bahasa
Daftar Pustaka
Priyono, S. D. (2004). Penggunaan bahasa jawa oleh kernet bus kota Surakarta
(studi kasus masyarakat tutur bahasa jawa di Surakarta).
LAMPIRAN
70
Lampiran 1
Identitas Informan
1. Nama : Suwandi
Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
J. Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
J. Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
4. Nama : Pati
J. Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
71
5. Nama : Ambo
J. Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
6. Nama : Sangkala
J. Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
7. Nama : Darmawati
J. Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
8. Nama : Mira
J. Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : pelajar
Agama : Islam
9. Nama : Mirda
J. Kelamin: Perempuan
72
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
J. Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : Pejar
Agama : Islam
J. Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
J. Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
J. Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
73
J. Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
J. Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
J. Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
J. Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
J. Kelamin: Laki-laki
74
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
J. Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
75
Lampiran 2
Tuturan
1. Percakapan 1
P2 : “ Oper-operko!”
P1 :”Lari cepat!
P3 : “Sinta pajoge-na.”
P3 :“ Ya, Laro mako, akbiring mako mae!” (Sekarang lari, kamu mendekat!)
Peserta :
2. Percakapan 2
P1 : ”Na gigitki semut e. Pergiko ambil minyak tanah dulu. Banyak sekali
dibelakangku.”
Peseerta:
3. Percakapan 3
P1 : “Awwa!”
P0 : “Bentuk apakah?”
Peserta :
P2 : peneliti
4. Percakapan 4
P2 :“ Apa?
P2 : “Kenapa?”
Peserta :
5. Percakapan 5
butir.”
P1 : “Tidak usah yang itu, Ambo! Mungkin orang di sana tidak mau
78
dipetik.
Peserta :
6. Percakapan 6
atau Indonesia?”
Indonesia.”
semua. Kalau tidak salah yang pertama pake bahasa Indonesia I Sanang
bahasa Makassar.)
Makassar.)
P4 :”Dulu kita waktu masih mengajiki pake bahasa Makassar semuaji, kalau
beda Makassarnya.”
P1 : “E, I Mussing. Kalau saya pake bahasa Makassarka, dia tetapji pake
bahasa Indonesia.
Peserta ;
7. Percakapan 7
P1 : “Kau iya?”
P3 : “Belumpi juga.”
warga.
Peserta :
8. Percakapan 8
P2 : “Jadi, bagaimanami”?
P1 :“Sebenarnya yang mau nakasih itu adalah penjual ka. Tapi nabilang
janganmi kita karena penjual jaki, kasihmi saja I Mase. Nabilang kalau
dulu!”
telah membeli sebuah tambak, tapi saya tidak tahu tambak siapa yang ia
Peserta :
9. Percakapan 9
P2 : “Itu e.”
P1 : “Satu ji.”
P2 : “Tidak kuliatki.”
P1 : “Oh, jauhna.”
“rassimi kantongku.”
Peserta :
10. Percakapan 10
sedang bekerja).
tetangga.
Peserta :
11. Percakapan 11
P1 : “Ada di rumah.”
P0 : “Banyak?”
P0 : “Berapa?”
P1 : “Seratus.”
Peserta :
P0 : Peneliti
12. Percakapan 12
P1 : “Banyak masak.”
P3 : “Apa Acce?”
P4 : “Jambu.”
P3 : “Mana jambu?”
P3 : “Ambilmi!”
84
P1 : “Ayo, ambil!”(86) P4
: “Janganmi de.
Situasi : Dua orang remaja bermain di kolong rumah salah satu warga,
Peserta :
Lampiran 3
Informan
1. Nama : Risna
Pekerjaan : Pelajar
Hasil wawancara:
Pertanyaan 1:
Jawab:
Pertanyaan 2:
“Tau toangta iyya kabahasa apai?” (Bagaimana dengan bahasa Orang tua
Anda?”
Jawab:
Pertanyaan 3:
86
Jawab :
Indonesiayya.
2. Nama : Abbas
Pekerjaan : Pak RT
Hasil wawancara:
Pertanyaan 1:
“Tojeng anjo kana taung 90an pi na antamak Bahasa Indonesia Mange anne
kampung ini?)
Jawab :
“iya cocoki .”
Pertanyaan 2:
Inai tau pakarammula ammakae bahasa Indonesia ?” (Siapa yang pertama kali
Jawab:
87
“tena kuissengi kana inai tau ka anjo bahasa Indonesiayya napake ngaseng
Pertanyaan 3
Jawab :
naagangiki akcarita.”
Pertanyaan 4
bahasa Indonesia?”
Jawab :
mangkasarakta.
Pertanyaan 5:
“wattunna akparammula anjo antamaka bahasa Indonesia jai inji tau ammake
masuk apakah masih banyak orang yang memakai bahasa makassar atau sudah
Jawab:
88
“jai inji tau ammake bahasa mangkasarak anjo tonji anak-anaka punna mangei
assikola punna moterekmi nangai mi napaccampuru bahasayya jari anjo katte tau
Pertanyaan 6:
Jawab:
appilajarak.”
Pernyataan 7 :
Jawab:
3. Nama : Sohora
Pekerjaan : IRT
Jawab :
bahasa Indonesia.
Lampiran 4
Gambar 4. Bapak dan Anak yang Sedang Berbincang (Dokumentasi 15 Mei 2022
)
92
Gambar 5. Remaja yang Sedang Sibuk Bermain Game (Dokentasi 15 Mei 2022)
Gambar 10. Remaja yang sedang berkumpul dengan temannya setalah pulang
sekolah. (Dokumentasi 25 Mei 2022)
95
Lampiran 5
96
97
98
99
100
101
102