Anda di halaman 1dari 104

EKSISTENSI SINRILIK KESOK-KESOK DALAM KEHIDUPAN

MASYARAKAT SUKU MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

Rahmat Hidayat

105331115016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rahmat Hidayat

Nim : 105331115016

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu pendidikan

Judul Skripsi : Eksistensi sinrilik kesok-kesok dalam kehidupan masyarakat suku


Makassar

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sansi
apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 06 Januari 2022

Pembuat Pernyataan

RAHMAT HIDAYAT
SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rahmat Hidayat

Nim : 105331115016

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Eksistensi sinrilik kesok-kesok dalam kehidupan masyarakat


suku Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi ini, saya


yang mengerjakannya sendiri dan tidak dikerjakan oleh siapapun.
2. Dalam peyususan proposal dan skripsi ini, saya melakukan konsultasi
dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan dalam penyusunan proposal
dan skripsi ini.
4. Apa bila saya melanggai perjanjian pada poin 1, 2, dan 3, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 06 Januari 2022

pembuat perjanjian

RAHMAT HIDAYAT
MOTTO

JIKA HARI INI ILMU PENGETAHUAN KITA SAMA DENGAN HARI


KEMARIN, ITU ADALAH KESIA-SIAN

BERGERAK TANPA RENCANA ITU KEBODOHAN

TERTAWA TANPA SEBAB ITU KEGILAAN

BERFIKIR AKAN KEHIDUPAN ITU MENYENANGKAN


ABSTRAK

RAHMAT HIDAYAT. 2021. “Eksistensi Sinrilik Kesok-kesok dalam Kehidupan

Masyarakat Suku Makassar”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan Dan Ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Makassar. Dibimbing oleh Dr. ST Suwadah Rimang., M.Hum. dan Dr. Asis

Nojeng., S.Pd., M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi sinrilik kesok-

kesok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah sosioligi sastra. Sumber data dalam

penelitian ini diperoleh lansung dari narasumber dan informan, serta berasal dari

buku-buku perpustakaan, skripsi, dan jurnal yang berkaitan dengan sinrilik kesok-

kesok. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian eksistensi sinrilik kesok-kesok dalam kehidupan suku

Makassar bahwa sinrilik kesok-kesok mampu tetap eksis sampai saat ini,

dibuktikan dengan seringnya sinrilik kesok-kesok dipertontonkan kepada

masyarakat serta membuka dialong mengenai sinrilik yang menambah

pemahaman masyarakat mengenai sinrilik kesok-kesok ini dan juga masyarakat

suku Makassar khususnya para kaum muda masih mengenal dan berantusias

mendatangi tempat pertunjukan sinrilik kesok-kesok pada acara kebudayaan baik

itu yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun yang diselenggarakan oleh

kelompok-kelompok kesenian suku Makassar.


KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM

Alhamdullillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesehatan yang tidak ternilai, kesempatan yang tidak terbatas dan kekuatan yang

selalu dilimpahkan dalam wujud rahmat, serta anugerah terindah sehingga penulis

mampu menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.

Tak lupa pula penulis haturkan salam dan shalawat kepada nabi junjungan

kita, pemberi rahmat bagi alam semesta, yaitu baginda Rasulullah Muhammad

Shallallahu Alaihi Wa salam sang revolusioner sejati yang telah membawa kita

keluar dari alam gelap gulita menuju ke alam yang terang benderang seperti saat

ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini keberhasilan

bukan semata-mata diraih oleh penulis. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini

penulis bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Dr. ST

Suwadah Rimang., M.Hum., dan Bapak Dr. Asis Nojeng., S.Pd., M.Pd selaku

pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang segenap

hati meluangkan waktu dan pikirannya untuk membantu memperbaiki kesalahah –

kesalahan yang penulis tidak ketahui. Tak lupa pula senantiasa memberikan

dukungan dan dorongan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua bapak dan ibu yang telah banyak membantu, baik secara moril

ataupun materi serta memberikan segala dukungan, motivasi dan do’a yang tidak
ada putus putusnya demi kesuksesan dan masa depan penulis yang lebih baik

kedepannya.

Penulis ucapkan Terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag

sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D.

selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Dr. Munirah, M. Pd. dan Dr. Muhammad Akhir, M.

Pd. selaku Ketua dan sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Akhir kata penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Penulis berharap Semoga

bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan hikmah dari

Tuhan Yang Maha Esa. Semoga Allah Subuhana Wa Ta’ ala yang senantiasa

meridai segala usaha kami Aamiin.

Makassar, 06 Januari 2022

RAHMAT HIDAYAT
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

SURAT PENGESAHAN ........................................................................ii

SURAT PERSETUJUAN .....................................................................iii

SURAT PERNYATAAN ..................................................................... ..v

SUTAR PERJANJIAN ....................................................................... ..vi

MOTTO ................................................................................................vii

ABSTRAK ...........................................................................................viii

KATA PENGANTAR ........................................................................ ..ix

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 01

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 07

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 07

D. Mamfaat Penelitian .............................................................................. 08

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Landasan Teori .................................................................................... 09

1. Sastra.............................................................................................. 09

a. Pengertian Sastra ..................................................................... 09

b. Karya Sastra ............................................................................. 10

c. Ciri-ciri Sastra.......................................................................... 11

d. Fungsi Sastra ............................................................................ 13

e. Manfaat Sastra ......................................................................... 15

f. Karya Sastra Makassar ............................................................ 16

17
2. Sinrilik............................................................................................ 18

a. Pengertian Sinrilik ................................................................... 18

b. Sinrilik Sebagai Tradisi Lisan ................................................. 22

c. Sinrilik Kesenian Makassar ..................................................... 24

d. Jenis-jenis Sinrilik.................................................................... 26

e. Funsi Sinrilik Kesok-kesok.......................................................28

B. Penelitian Relevan ............................................................................. 33

C. Kerangka Pikir .................................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian........................................................................... 39

B. Sumber Data ........................................................................................ 39

1. Data Primer .................................................................................... 39

2. Data Sekunder ................................................................................ 40

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 40

1. Observasi ....................................................................................... 40

2. Wawancara .................................................................................... 41

3. Dokumentasi .................................................................................. 41

D. Teknik Analisis Data ......................................................................... 40

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Eksistensi Sinrilik Kesok-kesok.........................................................43

1. Sinrilik Diera kerajaan Gowa......................................................43

2. Sinrilik Kontemporer...................................................................45

3. Wawancara Masyarakat Suku Makassar Menganai Sinrilik Kesok-

kesok............................................................................................52

18
B. Pembahasan.......................................................................................69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.........................................................................................76

B. Saran....................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78

19
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan merupakan ungkapan

kretivitas manusia yang memiliki nilai keluhuran dan keindahan. Kesenian

tradisional sebagai pertunjukan selalu dilestarikan oleh masyarakat

pendukungnya, sehingga kesenian tradisional itu tumbuh dan berkembang.

Kesenian dan keindahan telah menyusup jauh kedalam kehidupan masyarakat,

tanpa mengenal batar ruang dan waktu. Seni dalam bentuk aliran, ragam dan jenis

apapun, tidak lain adalah hasil aktivitas karya manusia yang dikonfigurasikan

melalui panduan tunggal antara kepuasan, mengagumi, menikmati, menghayati,

menjiwai dan menyatakan keunggulan serta kehebatan dalam pengkayaan seni

(Arifin, 2012:39). Aneka ragam Kebudayaan setiap daerah yang sangat menarik

dan unik, kebudayaan merupakan warisan leluhur dari generasi ke generasi yang

tumbuh dan berkembang bersama cara hidup sekelompok masyarakatnya. Salah

satu warisan kebudayaan adalah kesenian yang merupakan sarana pengekspresian

rasa dalam diri seseorang serta penyampaian pesan tertentu yang dapat dinikmati

oleh setiap masyarakatnya.

(Rahim. 2018: 21) kesenian daerah merupakan unsur yang menjadi bagian

hidup dalam masyarakat, perkembangan kesenian daerah yang tumbuh dalam

masyarakat selalu menarik untuk ditelusuri, disatu sisi dengan rentang waktu

tertentu kesenian daerah berada dalam kondisi dipertahankan atau terlupakan.

20
Tentu saja fenomena ini tidak terjadi begitu saja, ada beberapa aspek yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti pengaruh berkembang pesatnya

IPTEK, perubahan pola pikir masyarakat serta pengaruh gaya hidup masyarakat

luar. Maka dari itu, untuk menjaga kesenian daerah, perlu langkah-langkah

pengembangan dan pelestarian agar kesenian daerah tetap terjaga dan tidak

terlupakan, terlebih pada kesenian kesusastraan yang tumbuh ditengah-tengan

masyarakat.

Karya sastra merupakan ungkapan perasan manusia yang berupa suatu

pengalaman pribadi, pemikiran, ide, perasaan, keyakinan dalam bentuk gambaran

kehidupan. (Chamamah-Soeratno, 2002:3) mengatakan karya sastra yang

diciptakan tersebut dipakai sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan, pikiran,

gagasan, serta kepercayaan terdahulu. Oleh sebab itu melalui karya sastra dapat

mengambil pembelajaran melalui aspek kehidupan masyarakat yang selama ini

membentuk perilaku, nilai, pikiran, serta sikap mereka secara berkelanjutan.

Budianta dkk.(2008:7) melihat sastra sebagai suatu “seni bahasa”, yakni

cabang seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra menampilkan

gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah merupakan suatu kenyataan

sosial”. Karya sastra dianggap sebagai gambaran atau potret suatu kehidupan

mengenai konsi-kondisi sosial budaya masyarakat.

Sastra mencerminkan hidup dan kehidupan, pengarang sastra

mengekspresikan pengalaman dan pandangannya tentang hidup dan lingkungan

sosialnya sebagai bentuk reaksi sosial baik itu sastra yang tergolong dalam bentuk

tulisan maupun sastra lisan.

21
Berbagai etnis di Indonesia mempunyai tradisi lisan yang masih hidup dan

berkembang, serta masih diakrabi oleh masyarakat pemilik tradisi lisan tersebut.

Akan tetapi, tradisi lisan tersebut semakin lama semakin berkurang karena

berkurangnya masyarakat pendukungnya. Salah satu yang menyebabkan hal

tersebut adalah mobilitas, globalisasi, teknologi, dan juga modernitas. Jika

dikaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa kini, tradisi lisan

harus diakui mempunyai kekuatan dan sumber daya yang besar artinya, dan tidak

dapat dilepaskan baik dari wawasan nilai, konsep ideologis, maupun konsepsi

budaya yang tumbuh dalam masyarakat pendukungnya (Aminuddin, 1999:3).

Sastra lisan merupakan salah satu kesenian daerah yang menyampaikan

pesan tertentu secara turun temurun, pesan yang disampaikan melalui ucapan,

pidato, nyanyian, dan dapat berbentuk pantun, cerita rakyat, maupun nasihat yang

memungkinkan masyarakat dapat menyampaikan sastra lisan dari generasi ke

generasi. Sastra lisan merupakan segala bentuk wacana yang disampaikan secara

lisan dengan mengikuti cara atau adat istiadat yang telah terpola dalam

masyarakat (Dujjah, 2007:5).

Sebagai bagian dari kebudayaan sastra lisan sangat berkaitan dengan

budaya yang dimiliki oleh masyarakat dan juga merupakan cerminan dari

masyarakat itu sendiri. Sastra lisan hadir ditengah masyarakat yang masih

mempertahankan nilai-nilai aspek kehidupan. Rahmana (2003:5) mengatakan

bahwa masyarakat Indonesia lebih dulu mengenal sastra lisan, masyarakan yang

hidup pada masa sastra lisan di Indonesia dikenal dengan masyarakat praaksara.

Masyarakat Indonesia pada saat itu memiliki kecenderungan dengan alam

22
sekitarnya, apa yang mereka lihat, rasakan, dan mereka dengarkan, hal inilah yang

menimbukan hubungan yang cukup erat antara peristiwa alam dengan cerita

tutun-temurun yang terdapat dalam mitos, legenda, dongeng dan sastra lisan

lainnya.

Surutnya kecintaan generasi penerus pada sastra lisan karena sastra lisan

tersebut sudah dianggap tidak sesuai dipraktikan dalam dunia modern. Padahal

kalau melihat dari sejarah, sastra lisan merupakan tradisi yang sudah lama dikenal

oleh masyarakat Indonesia, sehingga usaha sadar akan memelihara dan

melestearikan sastra lisan seharusnya semakin besar. Rahim (2018:17)

mengatakan bahwa sebagai hasil budaya dimasa lampau yang ikut membentuk

peradaban nusantara, sastra lisan sudah mulai surut bersama ketidak sadaran

masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai luhur.

Sulawesi selatan terdiri dari beberapa suku, salah satunya suku Makassar

yang kaya akan seni dan budayanya tidak terkecuali kesusastraannya.

Kesusastraan Makassar dikenal tiga penyampaian pikiran dan perasaan, yaitu

dalam bentuk prosa, puisi, dan prosa lirik. Salah satu tradisi sastra lisan yang

berbentuk prosa lirik adalah tradisi sinrilik. Nasruddin (1998:1) Sinrilik adalah

cerita yang tersusun secara puitis berirama dan bercerita (dinyanyikan) oleh

seorang yang ahli yang disebut pasinrilik. Lazimnya sinrilik ini, diiringi alat

musik kesok-kesok atau kerek-kerek gallang. Sastra lisan sinrilik amat populer

dikalangan masyarakat, terutama mereka yang berlatar belakang bahasa dan

budaya Makassar

23
Sinrilik merupakan karya sastra lisan Makassar yang termasuk dalam prosa

lirik yang penyampainnya dengan cara dilagukan atau iramakan, ada yang

menggunakan alat musik (kesok-kesok) maupun tanpa alat musik dan umumnya,

diceritakan atau dinyanyikan oleh seorang pria yang ahli, biasa dinamakan

pasinrilik. Ada dua jenis ataupun cara dalam penyajian sinrilik, yakni dengan

diiringi alat musik, masyarakat Makassar biasa menyebunya sinrilik kesok-kesok

dan dilagukan atau diiramakan tanpa diiringi alat musik umum disebut sinrilik

bosi timurung.

Menurut Mangemba (Rahim, 2018:7) Sinrilik kesok-kesok adalah sinrilik

untuk hiburan, kesok-kesok merupakan alat musik tradisional yang digesek sejenis

rebab, tubuh kesok-kesok yang berfungsi sebagai resonator berbentuk seperti

jantung pisang yang berongga ditengahnya yang umumnya ditutupi dengan kulit

kambing dan memiliki dua buah senar, alat yang dipakai untuk menggesek kesok-

kesok menggunakan kayu serta senar dari ekor kuda mirip degan alat penggesek

pada biola.

Sinrilik kesok-kesok pada umumnya berisikan nyanyian kepahlawanan.

Penyampaian sinrilik yang dibawakan oleh pasinrilik selalu sesuai dengan cerita

yang dibawakan serta irama kesok-kesok yang dimainkan. Pada penyampaian

cerita yang berupa deskripsi dan narasi, suara pasinrilik terdengar biasa saja dan

cendrung monoton. Akan tetapi, jika cerita berada pada beberapa bagian yang

bersifat klimaks untuk menceritakan menganai peperangan terdengar lagu/nada

yang tinggi, cepat dan keras, serta bersemangat. Tetapi jika sedang membawakan

kisah-kisah keagamaan, gesekan dan temponya cenderung lebih lambat. Pada saat

24
pertunjukan sinrilik kesok-kesok ketika membawakan cerita kepahlawanan atau

perjuangan ketika sampai pada bagian klimaks serta pasinrilik berhasil

menghanyutkan emosi dan imajinasi pendengar/penonton dalam alunan sinrilik

kesok-kesok yang begitu bersemangat merekapun turut bersorak-sorak. Jadi

dengan diiringi menggunakan musik kesok-kesok dapat dikatakan sama dengan

backsound yang menjadi latar dari sebuah film. (Jamaluddin. 2018:43)

Sinrilik bosi timurung adalah sinrilik yang berisi dan dikaitkan dengan

kedukaan. Sinrilki bosi timurung ini pada umumnya melukiskan parasaan sedih.

Menurut Matthes (Rahim, 2018:7) sinrilik sejenis puisi dan dapat disamakan

dengan syair dalam bahasa melayu. Akan tetapi dari beberapa penelitian terhadap

sinrilik disimpulkan bahwa sinrilik tidak sama dengan puisi ataupun syair karena

tidak ditemukan pola persajakan maupun bait. Penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa sinrilik adalah sejenis prosa dan tergolong dalam prosa lirik atau prosa

berirama Pada dewasa ini sinrilik sudah sangat jarang dilakukan dan terdengar

maupun dipertontonkan dalam kehidupan masyarakat suku Makassar, sesekali

muncul pada saat pagelaran atau pementasan seni budaya tertentu saja, bahkan

pasinrilik (orang yang membawakan sinrilik) semakin berkurang jumlahnya,

sangat kurang masyarakat yang berminat ataupun tertarik untuk mempelajari

sinrilik, padahal setiap orang dapat mempelajar sinrilik, baik dia berprofesi

sebagai petani, nelayan, ataupun guru dan lain sebagainya. Mirisnya lagi, sebagai

generasi penerus yang berkewajiban untuk mempertahankan dan melestarikan

kebudayaan yang diwariskan oleh generasi sebelumnya bahkan tak tahu apa itu

sinrilik.

25
Beberapa pertimbangan, penulis mengangkat Judul penelitian ini

berdasarkan persolan keberadan sinrilik kesok-kesok itu sendiri, apakan dalam

kehidupan masyarakat suku Makassar masih eksis sampai saat ini?, akankah

kesenian tradisional makassar khususnya sinrilik kesok-kesok mampun bersaing di

tengah persaingan industri kesenian moderen seperti sekarang ini?, mengingat

sinrilik kesok-kesok merupakan seni pertunjukan tradisional yang memiliki fungsi

yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat suku Makassar antaralain:

sebagai hiburan, sarana pengetahuan/pendidikan, keindahan kata-kata, moral, dan

religius, sehingga seni pertunjukan tersebut banyak yang mendapatkan dukungan

untuk terus eksis. Namun, apa bila saat perannya tergeser oleh seni pertunjukan

lainnya, maka seni pertunjukan tradisional itupun bisa terancam keberadaanya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik mengangkat penelitian

ini dengan judul “Eksistensi sinrilik kesok-kesok dalam kehidupan masyarakat

suku Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini yang

menjadi permasalahan adalah:

1. Bagaimana eksistensi kesenian sastra lisan sinrilik kesok-kesok?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan eksistensi sinrilik kesok-kesok

26
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya khasanah pustaka sastra dan budaya Indonesia khisusnya

Sulawesi Selatan agar nantinya digunakan sebagai sumber penelitian

sastra dan budaya.

b. Memperkenalkan salah satu kesenian sastra lisan Makassar untuk

meningkatkan apresiasi, pemahaman, dan penghayatan terhadap

kesenian sastra lisan Makassar.

c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan penerapan

ilmu pendidikan khususnya kesusastraan dan kebudayaan.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan kita

tentang pemahaman terhadap budaya kesenian sastra lisan sinrilik

kesok-kesok.

b. Penelitian ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca dan

khususnya bagi penulis.

27
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sastra

a. Pengertian Sastra

Beberapa pengrtian sastra menurut para ahli:

Sastra (Sansekerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa

Sansekerta. Sastra yang berarti teks yang mengandung “intruksi” atau

“ajaran” dan tra yang berarti “alat” atau “sarana”. Sastra adalah hasil

kegiatan kreatif manusia dalam menggungkapkan penghayatan dengan

menggunakan bahasa (Dibia, 2018: 4). Jika diamati dari pengertian

tersebut ada dua pernyataan yang menjelaskan istilah sastra. Pertama,

mengungkapkan perasaan. Kedua, suatu kegiatan kreatif.

b. Karya sastra

Karya sastra merupakan suatu hasil karangan ciptaan manusia yang

berupa pengalaman, ide, perasaan, pikiran, dan keyakinan yang dapat

membangkitkan pesona pada rasa dengan alat bahasa baik itu dalam

bentuk tulisan maupun lisan.

Karya sastra adalah untaian perasaan dan realitas sosial (semua

aspek kehidupan manusia) yang telah tersusun baik dan indah dalam

bentuk benda konkret (Sangidu, 2007: 38). karya sastra tidak hanya

berbentuk benda konkret seperti tulisan, tetapi dapat juga berwujud

28
tuturan (speech) yang telah tersusun dengan rapi dan sistematis yang

dituturkan (diceritakan) oleh tukang cerita atau yang terkenal dengan

sebutan sastra lisan (Haslinda, 2019: 23)

Sumarjo dan Saini KM (Haslinda 2018: 24) mengajukkan sepuluh

syarat karya sastra dapat disebut karya sastra bermutu, yaitu sebagai

berikut : (1) karya sastra adalah suatu usaha merekam isi jiwa

sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa; (2) sastra adalah

komunikasi; (3) sastra adalah sebuah keteraturan. Karya sastra sendiri

memiliki peraturan dalam dirinya; (4) sastra adalah penghiburan; (5)

sastra sebuah intrgritas; (6) karya sastra yang bermutu merupakan suatu

penemuan; (7) karya sastra yang bermutu merupakan ekspresi

sastrawannya; (8) karya sastra yang bermutu merupakan sebuah karya

yang pekat; (9) karya sastra yang mermutu merupakan penafsiran

kehidupan; dan (10) karya sastra yang bermutu merupakan pembaruan.

Karya yang bernilai sastra, baik itu tulisan maupun lisan, selalu

akan menimbulkan keharuan rasa pagi penikmatnya, yang dimaksud

dengan keharuan rasa ialah, rasa indah, kagum, benci, cinta, sayang, rasa

simpati, dan sebagainya. Setiap ciptaan yang baik bahasa dan isinya

pastilah akan dapat menggetarkan jiwa penikmatnya.

c. Ciri-ciri Sastra

Berdasarkan garis besarnya, sastra bererti bahasa yang indah atau

berkata-kata yang baik, dan gaya penyajiannya yang menarik, sehingga

sehingga berkesan dihati pembacanya atau penikmatnya. Namun sering

29
kali kita tidak mengetahui apa saja ciri-ciri sastra itu sehingga dapat

membedakan tulisan karya sastra dan yang bukan karya sastra. Menurut

Siswanto (2008: 72-81) membedakan ciri-ciri karya sastra atas dua hal,

yaitu ciri umum karya sastra dan ciri karya sastra yang baik. Ciri-ciri

umum karya sastra tersebut adalah : (1) sebuah karya dapat dikatakan

sebagai calon karya sastra apabila bila ada niat dari sastrawan untuk

menciptakan karya sastra. (2) karya sastra adalah hasil proses kreatif. (3)

karya sastra diciptakan bukan semata-mata untuk tujuan praktis dan

pragmatis. (4) bentuk dan gaya karya sastra khas. khas yang dimaksud

ialah bentuk dan gayanya berbeda dengan bentuk dan gaya yang dimiliki

nonsastra. (5) bahasa yang digunakan karya sastra khas. Gaya bahasa

dalam karya sastra selalu diusahakan dengan cara lain, yang berbeda

dengan gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. (6) karya

sastra memiliki logika tersendiri. (7) karya sastra merupakan dunia

rekaan. Karya sastra tidak semata-mata berdasarkan khayalan dari

pengarang saja melainkan gabungan antara khayalan dan kenyataan yang

disampaikn oleh pengarang. (8) karya sastra mempunyai nilai kedekatan

tersendiri. (9) karya sastra adalah sebuah nama yang diberikan

masyarakan kepada hasil tertentu.

Lain halnya dengan pandangan Haslinda (2019:27) yang

menyebutkan ciri-ciri karya sastra yang baik mencakup tiga aspek, yaitu

norma estetika, norma sastra, dan norma moral. Norma estetika pertama,

karya itu mampu menghidupkan atau memperbaharui pengetahuan

30
pembaca, menuntunnya melihat sebagai kenyataan kehidupan, dan

memberikan orientasi baru terhadap apa yang dimiliki. Kedua, karya

sastra itu mampu membangkitkan apresiasi pembaca untuk berpikir dan

berbuat lebih banyak dan lebih baik bagi penyempurnaan kehidupan.

Ketiga, karya sastra itu mampu memperhatikan peristiwa kebudayaa,

sosial, atau politik masa lalu dalam kaitannya dalam peristiwa masa kini

dan masa datang. Norma sastra. Pertama, karya itu merefleksi kebenaran

kehidupan manusia. Artinya karya itu membekali pembaca pengetahuan

dan apresiasi yang mendalam tentang hakikat manusia dan kemanusiaan

serta memperkaya wawasnnya mengenai arti hidup dan kehidupan ini.

Kedua, karya itu mempunyai daya hidup tinggi yang senantiasa menarik

bila di baca kapan saja, karya itu menyuguhkan kenikmatan, kesenangan,

dan keindahan karena struktunya yang tesusun epik dan selaras. Norma

moral. Karya sastra disebut memiliki norma moral apa bila karya tersebut

menyajikan hal mendukung dan menghargai nilai-nilai kehidupan yang

berlaku. Nilai keagamaan yang disajikan misalnya harus mampu

memperkukuh kepercayaan pembaca terhadap agama yang dinutnya.

d. Fungsi Sastra

Menurut Emzil dan Rohman (2015: 8) fungsi dapat di definisikan

sebagai kedududkan yang memiliki unsur-unsur di dalam sebuah struktur.

Jdi fungsi itu melekat pada unsur yang berbeda dalam sebuah kelompok

yang dinamakan dengan struktur.

31
Menurut Haslinda (2019 : 31-32) mengemukakan fungsi sastra

sebagai berikut:

1. Fungsi Rekteatif

Sastra adalah hiburan. Bagi beberapa orang, membaca sastra

merupakan hiburan tersendiri. Dengan membaca kisah sastra, barangkali

pembaca akan fokus pada konflik yang terjadi didalamnya, dan untuk

sesaat melukapan konflik yang terjadi di dunia nyata. Dengan membaca

kisah sastra, pembaca akan tersenyum sendiri menikmati keindahan kisah

cinta yang tersaji.

2. Fungsi Dedikatif

Sastra adalah pendidikan. Dengan membaca karya sastra pembaca

mungkin akan mendapatkan ilmu-ilmu baru dalam karya sastra. Karena

sejatinya karya sastra membahas tentang berbagai aspek kehidupan, yang

bisa membaut pembacanya merasakan hal-hal yang sulit sulut dirsakan

secara nyata. Misalnya, kita menjadi tahu sejarah indonesia, berkat

membaca karya-karya sastra.

3. Fungsi Estetis

Sastra adalah keindahan. Jangan lupakan gemulai tarian kata yang

berjejer indah didadam karya sastra. Sastra harus memiliki keindahan

tersendiri. Tidak harus rumit dan sulit dimengerti, tetapi keindahan harus

tetap ada.

4. Fungsi Moralitas

32
Sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi. Dengan

fungsi tersebut, sastra dijadikan sebagai sarana pembangun moral atau

karakter mulia pada pembacanya.

5. Fungsi Religius

Sebagai bangsa yang dibuat berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, tentu aspek agama tidak hilang dari karya sastra.

Karya sastra khususnya yang tergolong dalam sastra lisan

mengandung pesan positif yang dapat dijadikan sebagai sarana

pendidikan dan juga sebagai media pengetahuan sejarah-sejarah yang

tedapat dalam kehidupan masa lampau yang perlu diketahui bagi generasi

muda.

e. Manfaat Sastra

Menurut Lazar (Haslinda, 2019:37), beberapa manfaat yang

diperoleh dari sastra, antara lain yaitu:

1. Memberikan Motivasi.

Sastra dapat memberikan motivasi kepada pembaca atau

penikmatnya. Apabila suatu karya sastra dipilih secara cermat dan

hati-hati, pembaca akan merasakan bahwa apa yang mereka pelajari

adalah suatu yang relevan dan bermanfaat bagi kehidupan.

2. Memberi Akses kepada Latar Belakang Budaya

Sastra dapat membantu atau memberikan gambaran pemahaman

mengenai budaya masyarakat yang menjadi latar dalam karya sastra

yang sedang dinikmatinya. namun menurut Haslinda (2019: 39) hal

33
ini cukup rumit, mengingat dalam memahami hubungan antar

budaya, sastra tidak menyampaikannya dengan sederhana, karena

beberapa karya sastra seperti novel, cerpen, atau puisi dapat di klaim

sebagai dokimentasi yang murni dari budaya masyarakat. Sementara

kebenaran dalam sastra itu sesungguhnya tidaklah mutlak.

3. Memberi Akses pada Pemerolehan Bahasa

Bahasa semakin berkembang dan tetap terus berkembang setiap

zamannya. Sastra menyediakan sebuah cara yang tepat untuk

memperoleh bahasa-bahasa atau kosa kata yang baru dan mudah

untuk diingat. Dalam hal ini bererti ada kaitan-kaitan antara sastra

dan bahasa, sehingga saling memberikan manfaat.

4. Mengembangkan Kemampuan Interpretatif

Sastra adalah sumber untuk mengembangkankemampuan

seseorang dalam memahami makna dan membuat interpretatif.

Sastra dapat membuat penikmatnya hanyut dalam asumsi-asumsi

karya sastra ketika berusaha memahami maknanya.

5. Mendidik

Sastra memiliki berbagai manfaat edukasi. didalam karya sastra

terdapat pembelajaran yang dapat membantu menstimulisasikan

imajinasi, mengembangkan kemampuan kritis, dan meningkatkan

perhatian emosional.

34
f. Karya Sastra Makassar

Karya sastra juga berkembang di daerah dan diungkapkan

menggunakan bahasa daerah. Sastra daerah juga mempunyai kedudukan

ditengah masyarakat serta telah tumbuh dan menjadi identitas dari suatu

aktivitas masyarakat. Karya sastra daerah umumnya melukiskan situasi

dan kehidupan sosial masyarakat. Peristiwa-peristiwa, ide, serta nilai-

nilai didalamnya melalui tokoh-tokoh dari dalam cerita. Hakim

(Hamriani, 2012:3) sastra daerah merupakan warisan budaya yang sarat

dangan nilai-nilai budaya serta memiliki beberpa fungsi yaitu menilai

budaya daerah, mengekspresikan pengalaman kemanusian, dan

menumbuhkan solidaritas.

Suku Makassar adalah nama melayu untuk sebuah etnis yang

mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Suku Makassar adalah salah

satu etnis di Indonesia yang kaya akan kesusastraannya. Menurut Basang

(1997:14) kesusastraan Makassar terbagi menjadi tiga, yaitu puisi, prosa,

dan bahasa berirama. Puisi Makassar mencakup doangang, paruntuk

kana, kelong, pakkio bunting, dondo, aru, dan rapang. Prosa mencakup

rupama, pau-pau, dan patturioloang. Sedangkan bahasa berirama yaitu

sinrilik dan royong.

Kesusastraan Makassar umumnya berbentuk sastra lisan, walupun

beberapa sastra lisan Makassar sudah ditulis atau dibukukan tetapi pada

penyampaiannya tetap dilisankan dan sebagian besar masih tersebar

secara lisan. Sastra lisan Makassar merupakan sebuah tuturan verba yang

35
juga memiliki cici-ciri umum seperti karya sastra lisan pada umumnya,

yang meliputi puisi, prosa lirik, dan nyanyian. Kesusastraan Makassar

merupakan sekumpulan karya sastra lisan yang memang

penyampaiannya dengan cara dilisankan dan memuat hal-hal yang

berbentuk kebudayaan, keagamaan, sejarah, dan sosial masyarakat.

2. Sinrilik

Zainal arifin (Jamaluddin 2018:2) kesenian adalah salah satu unsur

yang selalu melekat pada segala bentuk kebudayaan. Keberadaan kesenian

sangat terkait dengan kebutuhan manusia untuk memenuhi kepuasan akan

unsur keindahan. Kesenian tradisional yang ada di Indonesia memproduksi

nilai-nilai dan estetika. Seni tradisional tumbuh dan berkembang sejak masa

lampau serta mengikuti kemajuan zaman. Pemberian predikat sinrilik sebagai

seni tradisional sangat tepat dan wajar, mengingat kehadirannya merupakan

warisan dari abad ke abad dan tetap mendapatkan tempat pada masyarakat

suku Makassar. Suatu realitas yang sangat membanggakan, sinrilik mampu

menembus zaman dalam sebuah perjalanan waktu yang sangat panjang dan

sampai hadir diera modern saat ini. Tak dapat dipungkiri bahwa bertahannya

sinrilik ditegah gelombang perubahan yang kian pesat adalah hasil kerja keras

yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran mendalam, serta kreativitas yang

tinggi dari orang-orang yang peduli akan pelestarian kebudayaan.

a. Pengertian Sinrilik

Karya sastra Makassar baik dalam bentuk tulisan maupun lisan

memiliki peran dan arti tersendiri bagi kehidupan masyarkat suku

36
Makassar. Dari sekian banyak karya sastra yang dimiki oleh masyarakat

suku Makassar salah satunya yaitu sastra lisan atau seni tutur sinrilik yang

masih ada dan cukup diminati hingga saat ini. Menurut Nasrudin

(1998:248) Sinrilik merupakan karya sastra Makassar berbentuk prosa

lirik, penyampainnya dengan cara dilagukan secara berirama baik

menggunakan alat musik yaitu kesok-kesok (sejenis rebab) ataupun tanpa

alat musik. Sinrilik merupakan suatu tradisi bercerita, salah satu

kebiasaan masyarakat suku Makassar dalam meriwayatkan sesuatu,

namun disampaikan dengan cara bernada dan diiringi alat musik, seolah

terdengar seperti orang yang sedang bernyanyi, namun sebernarnya

bercerita.

Berdasarkan isi dan cara penyajiaannya, sinrilik dibagi atas dua

macam, yaitu sinrilik kesok-kesok dan sinrilik bosi timurung. Meskipun

masih banyak orang yang meminati seni pertunjukan sinrilik untuk di

tonton. Namun, orang yang dapat melagukannya atau melantunkan

sinrilik sudah sangat terbatas jumlahnya. Hal ini sangat memprihatikan,

mengingat sinrilik bukan hanya sebatas tontonan semata melainkan

sebagai sarana penyampain pesan bernafaskan islam dan sarat akan nilai-

nilai sosial yang menjadi kearifan suku Makassar.

Nasruddin (1998:248) Dalam penuturan bahasa Makassar,

Pasinrilik umumnya merupakan sebutan bagi orang yang melagukan

sinrilik. Seorang pasinrilik harus memahami betul dengan narasi yang

akan disampaikannya, bahkan sudah menghafal di luar kepala. Pasinrilik

37
juga harus mempunyai keterampilan berimprovisasi, mampu memainkan

tinggi rendahnya suara atau intonasi yang dikeluarkannya. Sinrilik tidak

di tuangkan dalam bentuk tulisan dan hanya tersimpan dalam ingatan

beberapa ahli (pasinrilik), maka tidaklah heran kalau pasinrilik yang satu

menambahkan sedikit, sedangkan yang lain menguranginya, sementara

yang lain mengubah sedikit ceritanya dari waktu ke waktu. Karena itulah,

sangatlah wajar jika pasinrilik yang satu dengan yang lainnya berbeda

pada segi-seginya yang khusus.

Sinrilik selain digunakan pada lingkungan kerajaan, juga

digunakan oleh masyarakat pada hajatan-hajatan, misalnya pada pesta

pernikahan, acara sunatan, pada saat membangun rumah, setelah panen

dan sebagainya. Biasanya sinrilik dibawakan selama semalam suntuk

dengan materi sinrilik berupa legenda-legenda atau cerita-cerita yang

berkembang di masyarakat. Biasanya dimulai dari pukul tujuh malam

sesudah salat isya, sampai pada pukul tiga atau empat subuh. Pasinrilik

berada di tengah-tengah penonton kemudian membawakan cerita.

Penonton yang sedang mendengarkan cerita tidak diatur secara formal,

oleh karenanya penonton boleh berbaring, duduk, maupun berdiri ketika

mendengarkan sinrilik. Pasinrilik pada zaman dahulu hanya

menggunakan bahasa Makassar ketika membawakan sinrilik, namun pada

saat sekarang ini sinrilik dapat dibawakan dengan bantuan bahasa

Indonesia sebagai terjemahan dari kalimat-kalimat yang berbahasa

38
Makassar, agar semua pendengar dapat mengerti pesan yang disampaikan

oleh pasinrilik

Menjadi seorang pasinrilik tidak hanya mengandalkan suara

ataupun kecekatan dalam memainkan alat musik kesok-kesok. Terdapat

beberapa syarat menjadi seorang pasinrilik menurut Jamaluddin (2018:

14-15), antara lain:

1). Seorang pasinrilik harus pandai berbicara. Pasinrilik tidak

hanya fokus pada naskah yang mereka bawakan, namun mereka harus

pandai membangun suasana tuturan spontan seolah mengalihkan

perhatian pendengar, juga ketika pasinrilik tiba-tiba lupa dengan materi

yang mereka bawakan.

2). Seorang pasinrilik harus memiliki wawasan yang luas.

Pasinrilik tidak hanya harus menguasai materi seputar naskah standar di

dalam sinrilik, namun mereka juga harus siap ketika dipersilahkan untuk

mengomentari naskah-naskah standar tersebut ataupun ketika diberikan

sebuah tema untuk ber-sinrilik.

3). Seorang pasinrilik harus netral. Dalam membawakan sinrilik,

seorang pasinrilik tidak boleh berpihak kepada siapapun, terutama dalam

urusan politik. Kecuali jika pasinrilik dipesan secara khusus oleh pihak

yang bersangkutan, namun jika saat acara umum pasinrilik tidak

diperbolehkan memihak siapapun.

4). Seorang pasinrilik harus menyampaikan kebenaran. Pasinrilik

tidak boleh menyembunyikan kebenaran hanya karena ingin mendapat

39
simpati dari pendengar. Pasinrilik dituntut untuk selalu menyampaikan

kebenaran walaupun pahit.

5). Seorang pasinrilik harus pandai memainkan alat musik kesok-

kesok. Saat sekarang ini hampir tidak ada lagi tokoh sinrilik, yang tersisa

hanyalah pelaku-pelaku sinrilik. Hal ini terjadi karena tidak banyak yang

dapat memenuhi semua syarat untuk menjadi seorang pasinrilik,

terkadang ada yang hanya pandai bermain musik tetapi tidak pandai

bertutur, begitupun sebaliknya.

Sinrilik dapat pula dikatakan sebagai seni yang dinamis serta

ceritanya dapat terus dikembangkan. Pada saat sinrilik dimainkan tak

jarang seorang pasinrilik tidak mengikuti secara keseluruhan yang tertulis

dalam teks cerita namun lebih mengedepankan gaya bahasa dan cara

berceritanya sendiri, sehingga dapat menghidari kebekuan bentuk cerita.

b. Sinrilik Sebagai Tradisi Lisan

Kesenian daerah salah satunya yaitu sinrilik, merupakan kesenian

daerah yang masih kita jumpai saat ini. Walaupun penikmat ataupun

peminat sinrilk sudah berkurang dari waktu ke waktu. Banyak faktor yang

membuat itu terjadi salah satunya adanya sentuhan kesenian-kesenian

moderen yang telah berkembang pesat dalam masyarakat

I Gde widja (Riska Jamaluddin 2018:16) dalam tradisi lisan ada

beberapa unsur penting yang harus diperhatikan yaitu:

40
1. Tradisi lisan menyangkut pesan-pesan yang berupa pernyataan-

pernyataan lisan yang diucapkan, dinyanyikan atau

disampaikan lewat musik (alat bunyi-bunyian).

2. Tradisi ini berasal dari generasi sebelum generasi sekarang,

paling sedikit satu generasi sebelumnya.

Menurut Jamaluddin (2018:17) Sinrilik merupakan cerita dalam

bentuk nyanyian yang biasanya diiringi oleh alat musik kesok-kesok atau

sejenis rebab. Sinrililkdiperkirakan telah ada sekitar abad 19 atau abad

20. Tidak ditemukan secara detail mengenai tahun lahirnya sinrilik. Hal

ini berarti bahwa sinrilikmengandung unsur yang penting diperhatikan

dalam tradisi lisan.

I Gde widja (Jamaluddin 2018:18-19) tradisi lisan dapat di bedakan

dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Tradisi lisan yang berupa “petuah-petuah” yang sebenarnya

merupakan rumusan kalimat yang dianggap punya arti khusus

bagi kelompok, yang biasanya bersifat berulang-ulang untuk

menegaskan satu pandangan kelompok yang diharapkan jadi

pegangan bagi generasi-generasi berikutnya. Contoh sinrilik

yang berupa petuah-petuah yaitu terdapat dalam sinrilik Tuanta

Salamaka Syekh Yusuf.

2. Tradisi lisan yang berupa “kisah” tentang kejadian-kejadian di

sekitar kehidupan kelompok, baik sebagai kisah perseorangan

41
atau sebagai kelompok. Contoh sinrilik yang berupa kisah

yaitu I Maddi Daeng Rimakka

3. Tradisi lisan yang berupa “ceritera kepahlawanan”, berisi

bermacam-macam gambaran tentang tindakan-tindakan

kepahlawanan yang mengagumkan bagi kelompok pemiliknya

yang biasanya berpusat pada tokoh-tokoh tertentu dari

kelompok itu (biasanya tokoh-tokoh pimpinan masyarakat).

Terdapat beberapa contoh sinrilik yang berupa cerita

kepahlawanan, beberapa di antaranya yaitu sinrilik I

Mallombassi Daeng Mattawang.

4. Tradisi lisan yang berupa “dongeng” yang umumnya bersifat

fiksi belaka.Tradisi lisan sering dihubungkan dengan apa yang

biasa disebut folklor, karena folklor juga menyangkut tradisi

dalam kelompok masyarakat atau komunitas tertentu.

Pewarisan serta penyebarannya juga melalui cara lisan atau

tutur kata. Hanya saja, menurut Danandjaja, tradisi lisan jauh

lebih sempit ruang lingkupnya dari pada folklor. Menurut

Danandjaja, folklor di samping mencakup tradisi lisan, juga

melingkupi apa yang disebut dengan bahasa rakyat

(folkspeech), di mana termasuk di dalamnya aspek-aspek

bahasa seperti logat, julukan, pangkat tradisional, titel

kebangsawanan dan lain-lain. Folklor juga meliputi ungkapan-

ungkapan tradisional seperti teka-teki, puisi rakyat seperti

42
gurindam dan syair. Bahkan juga nyanyian, tarian serta

arsitektur rakyat termasuk ke dalam folklor. Dengan demikian,

tradisi lisan hanya bagian dari folklor.

c. Sinrilik Kesenian Daerah Makassar

Sirajuddin Bantang (Jamaluddin 2018:19) kebudayaan berbicara

melalui setiap ekspresi yang disampaikan oleh masyarakat sebagai pelaku

dan pewarisnya. Sinrilik adalah suatu bentuk kesenian tutur yang sangat

populer di kalangan masyarakat Makassar. Sinrilik sebagai kombinasi

seni dan sastra adalah sebuah wujud perekaman peristiwa kebudayaan

Makassar. Bukan hanya sebagai sarana hiburan atau pertunjukan rakyat,

narasi yang terdapat dalam sinrilik senantiasa menggambarkan kekayaan

budi bahasa masyarakat Makassar dalam meriwayatkan sebuah peristiwa.

sinrilik adalah sebuah bentuk seni sastra yang sangat diminati dan

digemari oleh masyarakat, khususnya masyarakat Bugis-Makassar.

sinrilik dahulunya berada dalam lingkungan istana, pasinrilik merupakan

salah satu seniman yang sangat dihargai pada zaman dahulu, karena dapat

dikatakan bahwa meskipun pasinrilik tidak termasuk dalam struktur

kerajaan, namun pasinrilik turut campur tangan dalam pengambilan

kebijakan oleh sang raja. sinrilik pada zaman dahulu berfungsi sebagai

jembatan informasi antara raja dan rakyatnya. Sinrilik juga ditampilkan

pada pesta-pesta keramaian seperti, pesta pernikahan, khitanan, upacara

tujuh belasan, dan keramaian lainnya, Abdul Asis (Jamaluddin, 2018:20).

43
Jamaluddin (2018:21) Seiring berkembangnya zaman, sinrilik

dikemas dengan istilah kontemporer, oleh karenanya sinrilik sering

berfungsi sebagai pengantar cerita, MC (Master of Ceremony), serta

pengisi materi-materi keagamaan pada acara-acara tertentu. pasinrilik

juga tidak jarang diundang untuk mengisi acara pada stasiun televisi lokal

dan juga radio.Adanya perbedaan atau pergeseran fungsi sinrilik, tidak

mengurangi penghargaan masyarakat terhadap pasinrilik. Walaupun

sinrilik pada saat ini lebih sering ditampilkan di lingkungan masyarakat

biasa, namun masyarakat masih sangat menghargai kesenian tradisional

tersebut. sinrilik dapat dianggap sebagai sebuah manifestasi berfikir bagi

masyarakat Makassar, juga sebagai sebuah etnis yang pada masa lampau

pernah mempunyai masa kejayaan yang memuncak, sehingga mampu

menghidupkan nilai-nilai budaya yang tinggi dan etika yang kuat hingga

saat ini. Hal tersebut masih melekat dalam alur cerita sinrilik, serta dapat

merespon bagi siapa saja yang mendengar.

d. Jenis-jenis Sinrilik

Aburaerah Arif dan Zaenuddin Hakim (Jamaluddin 2018:33)

Secara umum, sinrilik mempunyai dua jenis, yaitu sinrilik bosi timurung

dan sinrilik kesok-kesok. Sinrilik bosi timurung adalah sinrilik yang isinya

pendek-pendek, mengandung unsur-unsur kesedihan dan kerinduan,

menggunakan cara penyampaian isi cerita tanpa dialog dan pasinrilik

berada di dalam cerita tersebut. Jenis sinrilik seperti ini tidak

menggunakan alat musik. Sedangkan sinrilik kesok-kesok adalah sinrilik

44
yang isinya panjang-panjang, mengandung unsur-unsur kepahlawanan,

tanggung jawab yang tinggi dan cinta kasih kepada sesama manusia.

Sinrilik jenis seperti ini menggunakan cara penyampaian isi cerita disertai

dengan dialog, sedangkan pasinrilik berada di luar cerita. Jenis sinrilik

inilah yang memakai alat musik yang disebut dengan kesok-kesok.

1. Sinrilik Bosi Timurung

Sinrilik bosi timurung memiliki beberapa naskah standar. Sinrilik

bosi timurung menggambarkan tentang rasa rindu, rasa pilu, karena nasib

malang menimpa seseorang, seperti karena ditinggalkan kekasih atau

meninggalnya seorang keluarga. Oleh sebab itu jika jenis sinrilik ini

dibawakan tidaklah memakai alat musik, penyampaiannya dilakukan

pada tempat dan saat-saat tertentu saja seperti di tempat sunyi atau pada

malam hari ketika orang di sekeliling kita sedang tidur nyenyak. Tujuan

dinyanyikan sinrilik jenis ini yaitu untuk menghibur hati orang-orang

yang sedang melamun duka. Orang yang membawakan sinrilik ini tidak

sembarangan, tetapi hanya terbatas pada orang-orang tua tertentu saja,

Asis. Dkk (2007:445)

2. Sinrilik Kesok-kesok

Sinrilik kesok-kesok adalah sinrilik yang cara penyajiannya

diiringi dengan alat musik tradisional yaitu kesok-kesok yang merupakan

alat musik gesek sejenis dengan rebab. Alat musik tersebut berbahan baku

kayu, kulit kambing, dua buah senar, dan ekor kuda. tubuh kesok-kesok

yang berfungsi sebagai resonator berbentuk seperti jantung pisang yang

45
berongga ditengahnya yang ditutupi dengan kulit kambing dan memiliki

dua buah senar, alat yang dipakai untuk menggesek kesok-kesok

menggunakan kayu serta senar dari ekor kuda mirip degan alat penggesek

pada biola, dan posisi pemainnya duduk bersila saat membawakan

sinrilik, Asis. Dkk (2007:446)

Rahim (2018:17) Isi dari sinrilik kesok-kesok umumnya

menggambarkan tentang sejarah, perjuangan seorang tokoh dan kisah-

kisah kepahlawanan. Kisah umum diantaranya, kisah tuanta salamaka

Syekh Yusuf, kappala tallung batua, Daeng Camummu, I Tolok Daeng

Manggasing, Datu Museng dan Maipa Daepati dan lain sebagainya.

Biasanya sinrilik ini dibawakan atau disajikan semalam suntuk dari jam 8

sampai menjelang pagi, tetapi dalam rana seni pementasan atau dalam

kondisi pertunjukan di atas panggung pasinrilik hanya menyampaikan

cerita secara garis besarnya saja tetapi tidak menghilangkan nilai-nilai

yang terdapat dalam cerita mengingat durasi waktu dalam sebuah

pementasan.

e. Fungsi Sinrilik Kesok-kesok

1. Fungsi Rekteatif

Salah satu fungsi karya sastra adalah hiburan. Bagi beberapa

orang ,membaca sastra merupakan hiburan tersendiri. Dengan

membaca kisah sastra barangkali penbaca akan fokus pada konflik

yang terjadi didalamnya, dan untuk sesaat melupakan konflik yang

terjadi di dunia nyata. Dengan membaca kisah sastra, pembaca akan

46
tersenyum sendiri menikmati keindahan kisah cinta yang tersaji.

(Haslinda, 2019 : 31-32)

Sebagai bentuk karya tentunya Sinrilik dapat menjadi hiburan

tersendiri bagi penikmatnya, terlebih ketika sinrilik dipentaskan depan

halayak dengan iringan kesok-kesok (alat musik pengiring sinrilik)

kemudian disebut sinrilik kesok-kesok, dan dengan syair-syair sinrilik

yang seringkali pasinrilik (orang yang memainkan sinrilik) lantunkan,

ada hal yang unik terjadi ketika peneliti sedang meyaksikan salah satu

pertunjukan sinrilik kesok-kesok, sering kali ketika menyaksikan suatu

pentunjukan kesenian, biasanya para seniman di atas panggung asik

dengan kesenian yang mereka mainkan tanpa melibatkan penonton

dan penonton hanya diam terpukau tanpa interaksi, berbeda ketika saat

pertunjukan sinrilik, pasinrilik seringkali mengajak para penonton

berinteraksi degannya, sehingga para penontonpun ikut andil dalam

pertunjukan, dengan teriakan-teriankan yeng mengundang gelak tawa,

candaan yang dilemparkan pasinrilik kepada penonton kemudian

penonton membalasnya itu membuat suasana menjadi seru dan

mengasikkan, penonton tidak hanya duduk lalu diam terpukau dengan

skil sang seniman tetapi juga dapat berinteraksi dengan seniman

secara lansung yang sedang menampilkan suatu kesenian, hal ini

kemudian yang menjadi hiburan tersendiri bagi penikmat sinrilik ini

2. Fungsi Dedikatif

47
Sastra merupakan sarana pendidikan. membaca karya sastra

pembaca mungkin akan mendapatkan ilmu-ilmu baru dalam karya

sastra. Karena sejatinya karya sastra membahas tentang berbagai

aspek kehidupan. (Haslinda, 2019 : 31-32)

Sinrilik bukan subuah cerita dongeng belaka melainkan

mengandung isi yang dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa

kejadian masa lampau yang kemudian diceritakan dari turun temurun.

Selain sebagai hiburan bagi masyarakat, sinrilik kesok-kesok juga

berfungsi sebagai sarana pendidikan, khususnya pengetahuan akan

sejarah masa lampau, menceritakan tentang kejadian-kejadian, baik itu

kisah percintaan, kepahlawanan, peperangan serta konflik-konflik

sosial dimasa lampau. Seperti sinrilik Sinrilik Kappalak Tallumbatua,

Sinrilik Kappalak Talumbatua menceritakan tentang perjalanan dan

perjuangan Karaeng Tunisombaya dan Andi Patunru dalam mengatasi

masalah kerajaan Gowa.

Selain mengandung sejarah pada masa lampau, teks sinrilik

dapat dijadikan sebagai media pendidikan dalam bidang sastra daerah,

pada lingkup pendidikan sekolah, sinrilik dapat dimasukan dalam

mata pelajaran muatan lokal, dengan ini para siswa-siswi dapat

mengenal serta mempelajari apa saja yang terkandung dalam sirilik,

dengan hal ini sekolah-sekolah mengambil peran dalam pelestarian

sastra daerah atau kebudayaan daerah.

48
3. Fungsi Estetis

Sastra mengandung keindahan. Sastra harus memiliki

keindahan tersendiri. Tidak harus rumit dan sulit dimengerti, tetapi

keindahan harus tetap ada. (Haslinda, 2019 : 31-32)

Keindahan irama yang ciptakan saat melantukan sinrilik

dengan cerita-cerita kejadian sosial dimasa lampau, kisah cinta,

perjuangan dan lain-lain, dibawakan dengan cara nyanyian khas

dengan iringan alat musik gesek yang bernama kesok-kesok

menimbulkan rasa kagum dalam dari, tak tergambarkan lagi

bagaimana keindahannya pada saat sinrilik dilantunkan, dan pada saat

sekarang ini masyarakat suku Makassar sangat berantusias ketika

mengatahui adanya pertunjukan sinrilik, bukan karena tanpa sebab,

selain masyarakat suku Makassar sudah jarang menemukan

pertunjukan sinrilik, kerindu akan merdunya tuturan sinrilik serta

iringan kesok-kesok membuat masyarakat para kaum tua merindukan

masa-masa lampau mereka ketika dulu masih sering menyaksikan

pertunjukan sinrilik atau pada saat orang tua meraka dulu

melantunkan sinrilik. Keindahan dalam sirilik tardapat pada cara

penyajiannya yang unik, dipadukan dengan alat musik yang bernama

Kesok-kesok maka terjalin kombinasi antara seni musik dan sastra

yang membuat para pendengarnya hanyut dalam alunan musik dan isi

cerita yang disajikan.

49
4. Fungsi Moralitas

Sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi dengan

fungsi tersebut, sastra dijadikan sebagai sarana pembangun moral

karakter mulia pada pembacanya. (Haslinda, 2019 : 31-32)

Sepenggal arti isi dari sinrilik yang mengandung moralitas dari

sinrilik kappala tallumbatua:

“tinggallah saja engkau di tanah Sidenreng, nanti akan kujamin

hidup mu dan engkau boleh memilih sederajad mu di

Sidenreng. Engkau tidak akan susah dan menderita lagi.

Pilihlah wanita yang engkau senangi. Mudah-mudahan ada

keterunan mu di tanah Sidenrengyang akan dilantik menjadi

raja Datu Muda di Sidenreng. Kelak anak mu yang menginjak

tanah gowa. Ibarat intan cintaku pada mu, zambrud

kulebangngannu, bagaikan emas kusimpan anak dalam hati.”

(Rahim, 2018:38)

Berdasarkan kutipan tersebut moralitas rasa kemanusian ketika

Andi Patunru meminta bantuan ditanah Sidenreng, Raja sidenreng

menginginkan Andi Patunru untuk tinggal saja ditanah Sidenreng

dengan jaminan hidup yang layak. Hal tersebut menandakan

kerendahan hati dan kepedulian seorang raja Sidenreng terhadap Andi

Patunru yang mengalami berbagai persoalan.

“berkatalah Karaengta di Mamampang, “musuh yang manakah

gerangan yang besarnya sama dengan tanah Gowa? Pada hari ini,

50
bahkan sekarang ini juga aku berjanji dengan sesungguhnya akan

mematahkan gagang tombak musuh ditengah medan laga, akan

memecahkan sarung keris musuh digelanggang peperangan.”

(Rahman, 2018:41)

Pada kutipan diatas mencerminkan sikap kesetiaan seorang

Karaeng Mamampang yang teguh dan taat kepada Tonisombaya untuk

menjadi garda terdepan menghancurkan musuh, apa bila nantinya

benteng yang telah dibuat itu diserang oleh musuh baik itu sama

besarnya dengan kerajaan Gowa ataupun lebih besar dari kerajaan

Gowa.

5. Fungsi Religius

Sebagai bangsa yang dibuat berdasarkan kepercayaan kepada

tuhan yang Maha Esa, tentu aspek agama tidak hilang dari karya

sastra. (Haslinda, 2019 : 31-32)

Sinrilik bukan hanya hiburan semata, tetapi sinrilik juga dapat

menjadi sebuah media dakwah, selain naskah-naskah sinrilik yang

bernuansa islami seperti sinrilik Tuantasalamaka Syekh Yusuf yang

sudah umum terdengar ditelinga masyarakat suku Makassar, peneliti

mendapatkan tulisan oleh Riska Jamaluddin yang menjelaskan bahwa

almarhum Sirajuddin bantang sering kali membawakan sinrilik

didalam mesjid layaknya seorang da’i yang sedang memberikan

ceramah kepada jamaah mesjid, beliau mema kai baju kokoh, sarung

dan songkok lalu duduk bersila menghadap ke jamaah dengan

51
memangku kesok-kesok. Ini kemudian menjadi bukti bahwa sinrilik

dapat dijadikan sebuah media dalam berdakwah, bukan sekedar

kesenian penghibur semata

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Disertasi oleh: Asis Nojeng, 2018. “Kajian Nilai Syair Royong dan

Relevansinya Dengan Pembelajaran Muatan Lokal”. Program

Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar.

Tujuan disertasi ini, mendeskripsikan makna royong yang

berkaitan dengan penggunaannya dalam masyarakat Makassar.

2. Skipsi oleh: Abd. Rahman Rahim, 2018. “Nilai-nilai Sosial Dalam Sinrilik

Kappalak Tallumbatua”. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tujuan penelitian ini, mendeskripsikan apa saja nilai-nilai sosial

yang terkandung dalam teks sinrilik kappalak tallumbatua dalam

kehidupan masyarakat suku makassar

3. Skipsi oleh: Riskawati Jamaluddin, 2018. ”Sinrilik Prespektif Al-qur’an di

Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”. Fakultas Ushuluddin, Filsafat

dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persoalan

pandangan al-qur’an tentang sinrilik yang berada di kecamatan Somba

Opu kabupaten Gowa

52
4. Skripsi oleh: Nurfitrah Rahmadahi, 2018. “Analisis Nilai Moral dalam

Sinrilik Kappalak Tallumbatua”. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai moral

yang terkandung dalam Sinrilik Kappalak Tallumbatua dan untuk

mendeskripsikan moral tokoh utama dalam menghadapi kehidupan yang

terkandung dalam Sinrilik Kappalak Tallumbatua.

Pengumpulan data dalam penelitian ini teknik baca dan teknik

catat. Penelitian ini dilakukan dengan membaca, mengidentifikasi,

mengklasifikasi, menganalisis, dan menarik kesimpulan dalam Sinrilik

Kappalak Tallumbatua

5. Skripsi oleh : Idawati Garim, Taufik dan Sakinah Fitri, 2018. “Restorasi

Sinrilik Melalui Pembelajaran Literasi/Ekposisi Mahasiswa Pendidikan

Bahasa Indonesia Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri

Makassar”

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

kualitatif. Analisis kualitatif dapat digolongkan ke dalam metode

deskriptif yang penerapannya bersifat menuturkan, memaparkan,

memberikan, menganalisis, dan menafsirkan.

6. Skipsi oleh: Inriati Lewa (2015) berjudul “Sinrilik Kappalak Tallumbatua:

suntingan teks, nilai-nilai, fungsi, dan resepsinya”. Penelitian ini merujuk

pada naskah sinrilik kappalak tallumbatua bahasa Makassar.

53
Beberapa penelitian di atas tidak ada yang membahas tentang

”Eksistensi Sinrilik kesok-kesok Dalam kehidupan Masyarakat Suku

Makassar”. Dengan demikian penelitian ini jelas berbeda dengan

penelitian-penelitian sebelumnya.

C. Kerangka Pikir

Karya sastra merupakan suatu hasil karangan ciptaan manusia yang berupa

pengalaman, ide, perasaan, pikiran, dan keyakinan yang dapat membangkitkan

pesona pada rasa dengan alat bahasa baik itu dalam bentuk tulisan maupun

lisan.

Melalui sastra, kita dapat mengambil pembelajaran melalui aspek

kehidupan masyarakat yang selama ini membentuk perilaku, nilai, pikiran,

serta sikap mereka secara berkelanjutan.

(Chamamah-Soeratno, 2002:3) mengatakan karya sastra yang diciptakan

tersebut dipakai sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan, pikiran,

gagasan, serta kepercayaan terdahulu.

Beberapa etnis di Indonesia mempunyai sastra lisan yang masih hidup dan

berkembang, serta masih diakrabi oleh masyarakat pemiliknya.

Sastra lisan merupakan salah satu kesenian daerah yang menyampaikan

pesan tertentu secara turun temurun, pesan yang disampaikan melalui ucapan,

pidato, nyanyian, dan dapat berbentuk pantun, cerita rakyat, maupun nasihat

yang memungkinkan masyarakat dapat menyampaikan sastra lisan dari

generasi ke generasi.

54
Daerah Sulewasi Selatan khususnya masyarakat suku Makassar memiliki

beberapa sastra lisan yang diwarisi turun temurun dan masih bertahan hingga

saat ini yaitu sinrilik.

Sinrilik adalah karya sastra Makassar berbentuk prosa lirik,

penyampainnya dengan cara dilagukan secara berirama baik menggunakan

alat musik yaitu kesok-kesok (sejenis rebab) ataupun tanpa alat musik.

Berdasarkan isi dan cara penyajiaannya, sinrilik dibagi atas dua macam, yaitu

sinrilik kesok-kesok dan sinrilik bosi timurung.

Sinrilik kesok-kesok adalah sinrilik yang cara penyajiannya diiringi dengan

alat musik tradisional yaitu kesok-kesok yang merupakan alat musik gesek

sejenis dengan rebab.

Eksistensi atau keberadaan sinrilik kesok-kesok bukan tanpa alasan

ataupun tercipta begitu saja, melainkan ada faktor-faktor yang mandasari

mengenai terciptanya sinrilik kesok-kesok, begitu juga dengan keberadaannya

yang masih dipertahankan sampai saat. Untuk memperjelas kerangka pikir

dari penelitian ini akan ditampilkan dalam bentuk gambar. Berikut bagan

kerangka pikir.

55
Sastra

Sastra Lisan

Sinrilik

Eksistensi

Analisis

Temuan

56
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penyususunan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif. Basrowi dan Suwandi (2008: 1) mengemukakan Penelitian kualitatif

adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Data kualitatif

menyediakan kedalaman dan kerincian melalui pengutipan secara lansung dan

deskripsi yang diteliti tentang situasi program, kejadian, orang, interaksi, dan

perilaku yang diamati.

Penelitian dilakukan dari suatu masalah yang dirumuskan mengenai

Bagaimana latar belakang munculnya kesenian sastra lisan sinrilik kesok-kesok

dalam kehidupan masyarakat suku Makassar, Bagaimana perkembangan

kesenian sastra lisan sinrilik kesok-kesok diera modern saat ini, Bagaimana upaya

para pasinrilik yang masih mempertahankan sinrilik kesok-kesok sampai saat ini

untuk melestarikan kesenian sastra lisan sinrik kesok-keso.

B. Sumber Data

Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi dua yaitu :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh lansung dari informan atau objek

yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah beberapa pasinrilik

57
kesok-kesok (orang yang membawakan sinrilik kesok-keso), dan masyarakat

suku Makassar.

2. Data Skunder

Data skunder yaitu data yang terlebih dahulu dikumpulkan lalu dilaporkan

oleh seseorang ataupun instansi diluar dari penulis sendiri. Data skunder ini

diperoleh dari instansi-instansi, perpustakaan, skripsi, dokumentasi, jurnal,

dan laporan-laporan lainnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data penelitian yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara lansung (Basrowi dan Suwandi,

2008: 93). Metode observasi digunakan untuk mendapatkan gambaran umum

tentang kesenian sinrilik kesok-kesok. Disamping itu observasi merupakan

langkah yang baik untuk berinteraksi dengan orang-orang atau masyarakat

yang berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti akan melihat secara lansung

pentunjukan sinrilik kesok-kesok kemudian peneliti mencatat peristiwa-

peristiwa yang terjadi dilapangan dengan melihat hal-hal yang ada dalam

setiap pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Adapun yang menjadi obyek

pengamatan ialah pasinrilik dan masyarakat yang menyaksikan pertunjukan

sinrilik kesok-kesok

58
2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan, dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan

langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Cholid Narbuko

dan Abu Ahmadi (2001: 70). Wawancara ini akan dilakukan oleh peniliti

dengan pihak-pihak yang memiliki kaitan atau memiliki pengetahuan tentang

kesenian sinrilik kesok-kesok seperti tokoh-tokoh seniman sinrilik kesok-

kesok dan beberapa masyarakat bersuku Makassar

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pendokumentasian, pengabadian suatu peristiwa

penting (film, gambar, tulisan, dan sebagainya) Maleong (2001: 127).

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data baik itu bersifat teoritik

maupun faktual yang ada hubungannya dengan sinrilik kesok-kesok.

Dokumentasi ini juga bertujuan untuk memperoleh data tertulis maupun tidak

tertulis. Data tertulis diambil dari media cetak sedangkan data yang tidak

tertulis diperoleh dari pengambilan gambar atau foto dan video ketika

pertunjuakan sinrilik kesok-kesok dilaksanakan.

D. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan penulis untuk menganalisi data yang diperoleh

yaitu, pertama teknik catat, dengan mencatat peristiwa-peristiwa, tingkah laku

dan gambaran umum mengenai objek penelitian dari hasil observasi.

59
Kedua, teknik rekam atau pengambilan gambar, dengan menggunakan teknik

tersebut memudahkan penulis untuk memperoleh data yang dibutuhkan dari hasil

wawancara dan dokumentasi

1. Mendeskripsikan data hasil observasi

Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi berupa kejadian-

kejadian ataupun fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan ataupun

pada saat pentunjukan sinrilik kesok-kesok berlansung selanjutnya penulis

memindahkan data dalam bentuk deskripsi tentang fenomena dilapangan.

2. Mendeskripsikan hasil wawancara

Peneliti akan mewawancari pihak-pihak yang berkaitan atau memiliki

pemahaman dan mengalaman tentang sinrilik kesok-kesok untuk

mendapatkan informasi, kemudian menyaring dan menulis atau menyalin

data yang dibutuhkan.

3. Menganalisis data

Setelah data penelitian yang valid sudah terkumpul yang diperoleh dari

hasil observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai eksistensi dan

peran sinrili kesok-kesok dalam kehidupan masyarakat suku makassar

kemudian penulis melakukan analisis. Analisis berarti menguraikan atau

menjelaskan data untuk mendapatkan suatu penertian.

4. Menyimpulkan

Untuk tahap akhir, hasil analisis akan menghasilkan kesimpilan

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

60
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Eksistensi Sinrilik Kesok-Kesok

1. Sinrilik diera kerajaan Gowa

Mengenai hasil wawancara untuk mengetahi seperti apa sinrilik pada

jaman dulu, peneliti mewawancarai seorang penutur sinrilik kesok-kesok

atau pasinrilik yang bernama Syarifuddin Dg Tutu atau sering dipanggil

bapak Tutu berumur 66 tahun, beliau merupakan seorang maestro sinrilik

kesok-kesok yang masih aktif mempertunjukan sinrilik kesok-kesok ini.

“Dulu pada zaman pemerintahan raja Gowa yang ke-10,beliau itu

kalau mau menyampaikan kebijakan maka dipanggillah pasinrilik,

untuk menyampaikan cerita, dan di sela-sela cerita itu disampaikan

pesan-pesan dari raja kepada rakyatnya, sebaliknya aspirasi rakyat

yang ingin disampaikan kerpada raja Gowa itupun melalui pasinrilik,

disitulah pasinrilik bagaimana kepiawainnya, kecerdasannya

menyampaikan dan mengolah pesan itu sampai larut ditengah cerita

tanpa merusak alur cerita itu sendiri” (Syarifuddin Dg Tutu,

wawancara, 66 tahun, Gowa, 25 juli 2021 ).

Sebagai bagian dari kebudayaan sinrilik tentunya berkaitan dengan

budaya yang dimiliki oleh masyarakat suku Makassar dan juga

merupakan cerminan dari masyarakat itu sendiri, selain dari fungsi

sinrilik sebagai hiburan sinrilik, pada era jaman kerajaan Gowa berfungsi

sebagai perantara pesan antara raja dan masyarakat begitu pula

61
sebaliknya jika masyarakat ingin menyampaikan aspirasi maka

pasinriliklah sebagai perantaranya.

Berdasarkan hasil wawancara kepada Syarifunddin Dg Tutu, beliau

menjelaskan bahwa pasinrilik dizaman sekitar pemerintahan raja Gowa

yang ke-10, pasinrilik itu walaupun tidak masuk dalam struktur

pemerintahan tetapi pasinrilik memiliki peranan penting dalam

menginformasikan sebuah berita, bisa dikatakan bahwa duhulu sinrilik

berfungsi sebagai media informasi, tentunya sebagai media informasi

tidaklah sembarang orang yang mendapat kepercayaan sebagai pasinrilik,

apalagi sebagai media informasi kerajaan, haruslah seorang yang dapat

dipercaya, orang yang jujur, tidak memutar balikkan informasi yang

dipercayakan kepada dirinya.

Selain sebagai hiburan bagi masyarakat suku Makassar, sinrilik

juga berperan penting dalam hal penyampaian informasi pada zaman

kerajaan Gowa, ini dibuktikan dengan kepercayaan raja kepada seorang

pasinrilik untuk menyampaikan pesan-pesannya dengan cara yang unik

dan menghibur, tentunya sebagai pasinrilik diperlukan kecerdasan dalam

berbahasa, mengolah kata dan terciptalah pesan-pesan dengan kata-kata

yang indah.

”Jadi sinrilik itu dulunya memang adalah hiburan tetapi disela-sela

hiburannya itu ada pesan-pesan moral disampaikan kepada

masyarakat dan sinrilik pada jaman dahulu itu dimainkan mulai jam

07:00 malam atau ba’da isya sampai jam 04:00 dini hari, kalaupun

62
ceritanya tidak selesai disambung besok malamnya jadi audiensnya

itu atau penontonnya itu, santai duduk-duduk, ada yang tidur-tiduran

dan sebagainya, mendengarkan sampai tertidur pulas” ( Syarifuddin

Dg Tutu, Wawancara, 66 tahun, Gowa, 25 juli 2021 ).

Melihat dari hasil wawancara sinrilik sebagai hiburan dan media

informasi bagi masyarakat suku Makassar sama lampau, dikatakan

sinrilik memiliki durasi menyajian yang cukup lama, mulai dari selepas

isya sampai menjelang subuh, kalaupun ceritanya tidak selesai

disambung besok malamnya. Berdasarkan data tersebut berarti

masyarakat pada jaman dulu memiliki cukup waktu luang serta antusias

tinggi mendengarkan cerita dan petuah-petuah yang di tuturkan oleh

pasinrilik, walaupun dengan durasi yang panjang , berbeda dengan durasi

penyajian sinrilik dimasa modern saat ini, durasi sinrilik pada saat ini

sekitar kurang lebih lima belas menit, hal ini membuktikan bahwa sinrilik

dalam segi penyajian dan fungsi, sinrilik mengalami perubahan dan telah

berbaur mengikuti perkembangan jaman, mengikuti keinginan dan kodisi

masyarakat penikmatnya.

2. Sinrilik Kontemporer

Melalui wawancara kepada penutur sinrilik kesok-kesok yaitu

Syarifuddin Dg Tutu, beliau juga menjelaskan hasil pembaharuan sinrilik

kemudian diberi istilah sinrilik kontemporer.

”Jadi sinrilik sekarang itu, tetap menjadi hiburan, tetap sebagai

penyampai pesan moral, pesan-pesan kebajikan, juga sinrilik

63
terkadang saya jadikan MC (Master Of Ceremony), kergantung

bagaimana susunan acaranya, tanpa meninggalkan etika sinrilik itu

sendiri, sinrilik bisa dikembangkan sepanjang tidak keluar dari

etikanya, pasinrilik dulu pada umumnya itu pake bahasa Makassar,

pake bahasa Makassar membawakan ceritanya, cuman sekarang ini,

saya berfikir, kalau saya mempertahankan tetap pake bahasa

Makassar, saya berfikir orang luar Makassar bahkan orang

Makassar itu sendiri sudah banyak tidak mengerti bahasanya

sendiri, jadi saya pake bahasa Indonesia, campur-campur, supaya

orang yang dari luar makassar itu bisa mengerti apa yang kita

sampaikan, apalagi saya bertindak sebagai MC, itu jelas pakai

bahasa Indonesia secata umum, jadi untuk membawakan cerita-

cerita legenda atau sejarah masa lalu itu, yang biasa dibawakan

semalam suntuk, saya ringkaskan, saya ambil inti sarinya, paling

lama saya lakukan itu paling lima belas menit” (Syarifuddin Dg

Tutu, wawancara, 66 tahun, Gowa, 25 juli 2021 ).

Hasil wawancara tersebut menggambarkan bahwa Sinrilik

kontemporer yang dikemas ke dalam bentuk mudah untuk dijangkau

pemaknaannya dan tidak terpaku pada naskah-naskah standar. Bahkan

tempat pertunjukan sinrilik yang dahulu hanya di lakukan lansung di

depan khalayak, sekarang sudah merambat masuk pada media

komunikasi mobern, seperti radio, dan televisi bahkan saat ini sinrilik

telah dapat diakses melalui situs-situs internet dari youtube dan lainnya,

64
namun pertunjukan sinrilik kesok-kesok secara lansung masih menjadi

pilihan utama bagi para penutur sinrilik

Sinrilik kontemporer merupakan sinrilik yang dikemas ke dalam

bentuk yang mudah terjangkau maknanya oleh masyarakat dan tidak

terpaku pada naskah-naskah standar. Tempat pertunjukan sinrilik pun

telah masuk kepada media komunikasi modern, seperti radio, dan

televisi, bahkan saat ini sinrilik telah dapat diakses melalui situs internet

atau youtube.

Hasil pengamatan tentang perkembangan dan perubahan sinrilik

kesok-kesok antara sinrilik jaman dulu dengan sinrilik jaman modern atau

disebut sinrilik kontemporer.

Durasi pertunjukan sinrilik. sinrilik pada zaman dahulu, normalnya

dimainkan semalaman suntuk, dimulai dari setelah salat isya sampai pada

azan subuh dikumandangkan, jika sinrilik belum selesai, maka akan

dilanjutkan pada malam selanjutnya. Sedangkan sinrilik kontemporer

durasi yang digunakan sangat singkat, kisaran durasinya 10-15 menit,

sesuai dengan permintaan.

Penggunaan bahasa sinrilik, sinrilik pada zaman dahulu

menggunakan bahasa Makassar, sesuai dengan tuntunan membawakan

sinrilik yang sebanarnya, namun pada sinrilik kontemporer bahasa yang

digunakan dicampur adukan dengan bahasa Indonesia, terkadang melihat

dari kemampuan bahasa penonton atau pendengar. Jika misalnya sinrilik

di tampilkan diluar daerah suku Makassar atau pasinrilik melihat

65
dominan penontonnya tidak mengerti bahasa Makassar maka penyajian

bahasa sinrilik menggunakan sedikit bahasa Indonesia, namun tetap

menggunakan bahasa makassar, baik pada saat pembuka maupun isi dari

sinrilik tersebut, setelah itu di terjemahkan atau dijelaskan menggunakan

bahasa Indonesia.

Pola pertunjukan sinrilik. Sinrilik pada jaman dulu merupakan

pertunjukan solo. seorang pasinrilik merupakan satu-satunya hiburan

atau kesenian yang tampil. Namun sinrilik kontemporer, sinrilik dapat

dikolaborasikan dengan kesenian lainnya seperti pengiring tarian, pengisi

suara atau musik dalam pertunjukan teater, narator dalam pertunjukan

teater, bahkan menjadi MC (Master of Ceremony) dalam acara-acara

kesenian maupun kegiatan yang menginginkan bentuk berbeda dari

biasanya, maka dipanggillah pasinrik untuk menjadi pemandu acara.

Materi yang disampaikan. Sinrilik mempunyai naskah-naskah

standar yang menjadi patokan ketika membawakan sinrilik, misalnya

sinrilik Tuanta Salamaka Syekh Yusuf, sinrilik kappalak tallumbatuwa,

sinrilik I Manakkuk cakdi-cakdi, sinrilik I Tolok daeng Magassing, dan

sebagainya. Sedangkan materi pada sinrilik kontemporer disesuaikan

dengan permintaan masyarakat. Misalnya seorang pasinrilik diundang

pada kegiatan yang diselenggarakan oleh pecinta alam, maka materi yang

disuguhkan oleh pasinrilik adalah fakta-fakta tentang kerusakan alam di

darat maupun laut, kemudian diakhiri dengan himbauan untuk betul-betul

menjaga alam. Begitupun ketika diundang oleh penyelenggara politik,

66
maka bisa saja yang lebih dulu dibongkar adalah fakta-fakta tentang

calon pemimpin yang melupakan janji setelah menduduki kursi jabatan

dan kemudian diakhiri dengan himbauan agar berpolitik dengan jujur dan

adil, serta tidak lupa dengan janji-janji yang diberikan oleh masyarakat.

Suatu kebudayaan sangat penting bagi masyarakat karena

kebudayaan merupakan cerminan masyarakat itu sendiri, pelestarian

budaya sangatlah penting dilakukan, tanpa kita sadari pengaruh teknologi

dan budaya lua,r lambat laun menggorogoti masuk mempengaruhi

kehidupan masyarakat, begitu juga dengan sinrilik kesok-kesok ini, jika

tidak mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, maka kita hanya akan

mendengarkan cerita tanpa melihat langsung sinrilik kesok-kesok

tersebut, pertumbuhan teknologi yang kian pesatnya tidak bisa kita

hindari, maka dari itu perlu inovasi mengikuti setiap perkembangan

zaman tanpa merusak nilai-nilai sinrilik itu sendiri, tanpa inovasi maka

sinrilik kesok-kesok akan tenggelam dalam perkembangan zaman,

terlupakan dan tinggal cerita.

Sinrilik kontemporer merupakan sebuah pembaharuan terhadap

bentuk penyajian sinrilik, tidak terpaku pada naskah-naskah standar saja

yang begitu cukup panjang dan penggunaan bahasa cukup rumit untuk

dimengerti pada generasi zaman saat ini, sebagaimana kita ketahuai bahwa

bahasa, baik itu bahasa indonesia ataupun bahasa daerah selalu

berkembang, dan mengalami perubahan tiap generasi , sinrilik

kontemporer ini tidak hanya terpaku memakai bahasa Makassar saja,

67
namun juga memakai selingan bahasa Indonesia juga, ini dikarenakan

tidak semua penonton atau orang-orang yang hadir diacara tersebut paham

dengan bahasa Makassar, maka dari itu seringkali para pasinrilik

menggunakan bahasa Indonesia agar semua orang yang menyaksikan

pertunjukan sinrilik paham dengan cerita atau pesan yang disampaikan

oleh pasinrilik.

Pada naskah-naskah standar sinrilik dan durasi penyajian sinrilik

pada zaman dulu, seperti yang dikatakan oleh Syarifuddin Dg Tutu atau

sering dipanggil bapak Tutu, bahwa sinrilik zaman dulu dibawaakan

semalam suntuk, mulai dari selepas shalat isya sampai menjelang subuh.

Penyajian sinrilik zaman dulu bisa dikatakan begitu panjang, dan

jika durasi penyajian sinrilik seperti ini masih dipertahankan pada masa

sekarang, maka semakin berkuranglah orang-orang yang ingin

menyaksikan sinrilik karena terlalu lama serta keesokan harinya orang-

orang ingin beraktifitas dan mengerjakan pekerjaan mereka walaupun

membawakan sinrilik bisa dimana saja, di pelataran rumah, lapangan

bahkan disawah pun bisa, tetapi zaman sekarang tak ada lagi yang seperti

itu, orang-orang memiliki kesibukannya masing-masing, bersyukurlah

para pasinrilik ataupun para pegiat kesenian melakukan pembaharuan,

sehingga dengan penyajian yang mengambil benang merah dari isi cerita

yang dibawakan kita dapat memahami secara jelas dengan durasi waktu

cukup singkat.

68
Pada umumya, sinrilik merupakan suatu kesenian dengan pola

pertunjukan solo, dalam suatu acara kesenian maupun suatu bentuk

pertunjukan, sinrilik satu-satunya hiburan yang dipertontonkan, namun

sekarang sinrilik kemudian dapat dikolaborasikan dengan berbagai bentuk

kesenian lainnya seperti perpaduan antara gendang Makassar dan sinrilik,

nyanyian-nyayian Makassar dengan diiringi sinrilik keso-kesok, paduan

antara sinrilik kesok-kesok dan pertunjukan teater, bahkan sinrilik kesok-

kesok pernah dilakukan kolaborasi antara gendang Makassar dan seni

lukis, serta dapat digunakan sebagai MC dalam acara-acara kesenian, acara

adat Makassar seperti acara prosesi pernikahan, bahkan dalam acara resmi

pejabat pemerintahan, hal ini menunjukkan bahwa sinrilik dapat berbaur

dengan kesenian Makassar lainnya tanpa merusak etika sinrilik itu sendiri,

dengan adanya pembaharuan sinrilik dengan mengkolaborasi dengan jenis

kesenian Makassar lainnya membuat pembawaan sinrilik tidak monoton,

bahkan dengan adanya pertunjukan kolaborasi sinrilik ini penonton

semakin terpukau menyaksikan pertunjuakan kolaborasi sinrilik dengan

beberapa jenis kesenian Makassar lainnya yang begitu luar biasa serta

membuat penonton kagum dengan pertunjukan tersebut.

Analisis terhadap sinrilik zaman dulu dan sinrilik kontemporer,

mengalami begitu banyak perubahan dari segi penyajiannya, sinrilik yang

kemudian berbaur mengikuti perkembangan zaman sebagai bentuk

gerakan penyempuarnaan serta pelestarian budaya Makassar terkhsusnya

sinrilik kesok-kesok yang dahulunya mengikuti naskah-naskah standar

69
atau cerita standar yang cukup panjang kemudian dipersingkat ceritanya

tanpa mengurangi inti dari cerita tersebut, kemudian dari segi penampilan

pertunjukan, dahulunya dilakukan didepan khalayak, bertatap lansung,

sekarang sudah merambat dalam dunia media teknologi, pengembangan

dan inovasi ini sangatlah penting dilakukan, karena masyarakat sekarang

ini, sangatlah tergantung pada media teknologi, dunia hiburan sudah

berpindah dalam genggaman setiap orang, dengan masuknya sinrilik

kesok-kesok dalam media teknologi maka semakin luas pula gerak untuk

menyebarkan dan pengenalkaan tentang sinrilik kesok-kosok ini pada

masyarakat pengguna internet atau sosial media .

3. Wawancara Masyarakat Suku Makassar Mengenai Sinrilik Kesok-kesok

Daftar hasil wawancara berikut ini ditujukkan dalam rangka

mengetahui data penelitian tentang tanggapan masyarakat suku makassar

mengenai sinrilik keso-kesok, hasil wawancara ini dijadikan sebagai data

untuk analisis terhadap penelitian. Adapun yang menjadi kriteria sebagai

informan sebagai berikut : (1) informan bertempat tinggal didaerah

Makassar dan Gowa. (2) bersuku Makassar

Hasil wawancara masyarakat suku Makassar, Menurut Amrullah

berumur 24 tahun yang beralamat di Paotere, sebagai mahasiswa

mengemukakan bahwa sinrilik kesok-kesok mulai jarang dipentaskan,

perlu adanya suatu tindakan pelestarian budaya sinrilik kesok-kesok

karena menurut informan sinrilik kesok-kesok ini merupakan warisan

70
budaya suku Makassar yang sudah menjadi tanggung jawab bagi

Masyarakat Makassar untuk menjaga dan melestarikannya.

Melihat dari tanggapan diatas, informan pernah menyaksikan

sinrilik kesok-kesok, namun sudah jarang melihatnya lagi. Berdasarkan

pendapat informan, peneliti kemudian beranggapan bahwa, informan ini

tidak mendapatkan kabar mengenai pertunjukan sinrilik kesok-kesok,

padahal pertunjukan sinrilik kesok-kesok masih sering dipentaskan oleh

masyarakat penggiat seni maupun pemerintah, atau penyebar luasan

informasi mengenai pertunjukan sinrilik kesok-kesok tidak menyebar luas

kemasyarakat

Menurut Sirajuddin sebagai masyarakat suku Makassar berumur 29

tahun yang beralamat di Toddopuli bekerja sebagai wiraswasta

mengemukakan bahwa ia pernah menyaksikan langsung pertunjukan

sinrilik-kesok-kesok, pada saat menyaksikan sinrilik kesok-kesok ia

merasa senang dapat menyaksikan langsung pertunjukan ini, karena

menurutnya, pertunjukan sinrilik kesok-kesok sudah jarang dipentaskan

atau ditemui pertunjukan seperti ini, informan berpendapat keadaan

sinrilik kesok-kesok ini sudah memprihatinkan serta sangat perlu adanya

pelestarian terhadap sinrilik kesok-kesok ini.

Menurut Nurmatiwi M, umur 19 Tahun alamat Jl.Kesaruan IV. No.

53, pekerjaan sebagai mahasiswa berpendapat bahwa sinrilik kesok-kesok

itu keren namun keberadaan sinrilik kesok-kesok saat ini sangat kurang

71
dimunculkan, informan juga berpendapat jika sinrilik kesok-kesok

mendapat perhatian lebih oleh pemerintah dan para seniman Makassar,

maka keberadaan sinrilik kesok-kesok mampu eksis ditengah persaingan

kesenian modern dan pengaruh budaya luar.

Menurut Informan bernama Awaluddin umur 25 tahun alamat

Tidung, bekerja sebagai pedagang, belum pernah menyaksikan langsung

pertunjukan sinrilik kesok-kesok, tapi pernah melihatnya di media sosial

yaitu youtube, informan berpendapat bahwa sinrilik kesok-kesok ini

sangat menarik karena menceritakan mengenai sejarah masyarakat suku

Makassar pada masa lampau, menurutnya sinrilik kesok-kesok ini sangat

perlu untuk terus dilestarikan karena sinrilik kesok-kesok ini merupakan

aset budaya Makassar yang harus terus diperhatikan keberadaannya.

Informan bernama Rajab umur 22 tahun alamat Mannuruki Raya

bekerja sebagai montir mengatakan bahwa ia tahu tentang sinrilik kesok-

kesok ini tetapi belum pernah menyaksikan langsung pertunjukan sinrilik

kesok-kesok ini. Informan berpendapat mengenai keberadaan sinrilik

kesok-kesok ini bahwa sinrilik kesok-kesok mulai perlahan terlupakan,

sinrilik kesok-kesok ini perlu dilestarikan karena sinrilik kesok-kesok

merupakan ciri khas budaya Makassar.

Informan bernama Satria berumur 19 tahun alamat Pulau Balang

Lompo bekerja sebagai karyawan swasta mengatakan ia belum pernah

menyaksikan dan tidak tahu apa itu sinrilik kesok-kesok, informan

mengatakan sinrilik kesok-kesok ini perlu di pertontonkan bukan hanya

72
kegiatan seni yang berada di kota-kota seperti Makassar tatapi juga harus

masuk ke daerah atau kampung-kampung agar masyarkat lebih menganal

sinrilik kesok-kesok ini.

Informan bernama Anugrah umur 18 tahun alamat Muhammad

Tahir sebagai mahasiswa, mengatakan ia belum pernah melihat dan tidak

tahu tentang sinrilik kesok-kesok. Menurut informan sinrilik kesok-kesok

ini harus terus dimunculkan dan diperlihatkan pada masyarakat agar

masyarakat tahu dan tidak melupakan budayanya sendiri.

Informan bernama Melania Laukum umur 21 tahun beralamat di Jl.

Anggrek, sebagai mahasiswa mengatakan ia belum pernah menyaksikan

pertunjukan sinrilik kesok-kesok dan tidak tau apa itu sinrilik kesok-

kesok. Informan mengatakan perlu penyebarluasan pertunjukan sinrilik

kesok-kesok agar masyarakat tahu tentang sinrilik kesok-kesok ini.

Mengenai eksistensi sinrilik kesok-kesok Muh. Edi Khamsir umur

25 tahun bertempat tinggal di Jene’ponto mengatakan bahwa pernah

beberapa kali menyaksikan pertunjukan sinrilik kesok-kesok, informan

juga berpendapat bahwa pertunjukan sinrilik kesok-kesok ini dan

pelestarian budaya sinrilik harus tetap dilakukan karena diera sekarang

ini, sudah tidak banyak lagi peminat dan pelakon sinrilik kosok-kesok.

Informan bernama Fatma umur 26 tahun, alamat sudiang, bekerja

sebagai wiraswasta ini mengatakan, ia belum pernah menyaksikan secara

langsung pertunjukan sinrilik kesok-kesok ini serta tidak tahu apa itu

sinrilik kesok-kesok.

73
Informan berpendapat, sinrilik kesok-kesok harus dipertontonkan

agar masyarakat tahu bahwa sinrilik kesok-kesok ini masih ada dan

dipertahankan.

Informan bernama Zukwansah umur 18 tahun beralamat di

Takalar, sebagai Pelajar mengatakan, tidak tahu dan belum pernah

menyaksikan sinrilik kesok-kesok. Menurut informan sinrilik kesok-kesok

perlu dikembangkan lagi, disebarluaskan lagi agar banyak orang yang

tahu tentang sinrilik kesok-kesok ini.

Informan bernama Adi umur 21 tahun beralamat di Muh. Tahir No.

20 Makassar, sebagai mahasiswa mengatakan ia belum pernah

menyaksikan sinrilik kesok-kesok dan tidak tau seperti apa rupa sinrilik

kesok-kesok tersebut, informan berpendapat perluasan akan pertunjukan

sinrilik kesok-kesok perlu dilakukan agar masyarakat suku Makassar

tidak melupakan budaya keseniannya sendiri.

Informan bernama Cindy Dewi Wulan Febriani umur 19 tahun

beralamat di Cilallang Raya mengatakan bahwa ia belum pernah

menyaksikan pertunjukan sinrilik kesok-kesok dan tidak tahu apa itu

sinrilik kesok-kesok.

Informan bernama Bahariddin umur 21 tahun beralamat di Urip

Sumoharjo, sebagai mahasiswa tidak tahu apa itu sinrilik dan tidak

pernah menyaksikan pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Informan

berpendapat bahwa sinrilik kesok-kesok perlu diperhatikan karena yang

74
namanya budaya harus tetap dilestarikan, jangan sampai masyarakat

melupakan budayanya sendiri.

Menurut Informan bernama Nas umur 21 tahun alamat Jl.

Mannuruki pekerjaan wiraswasta, ia pernah menyaksikan sinrilik kesok-

kesok namun menurutnya sinrilik kesok-kesok ini jarang selali

diperlihatkan, menurut pendapat informan, sinrilik kesok-kesok perlu

dilestarikan dan diperkenalkan ke generasi muda bahwa sinrilik kesok-

kesok ini merupakan kesenian tradisional yang menarik dan jangan

sampai lerlupakan.

Informan bernama Rahmayanti umur 18 tahun beralamat di

Samata, sebagai mahasiswa mengatakan ia tahu dan pernah menyaksikan

pertunjukan sinrilik kesok-kesok, menurutnya sinrilik kesok-kesok ini

sangat membanggakan karena masih mampu bertahan sampai saat ini.

Menurun informan mengenai eksistensi sinrilik kesok-kesok, ia

mengatakan sinrilik kesok-kesok masih terus dilestarikan oleh para

pemerhati budaya dan para seniman sinrilik kesok-kesok.

Menurut informan bernama Nurhikmah umur 19 alamat Jl. Andi

Tonro, sebagai mahasiswa mengatakan ia masih sering menyaksikan

pertunjukan sinrilik kesok-kesok, menurutnya sinrilik kesok-kesok

sangatlah asik dan menyenangkan karena hanya masyarakat suku

Makassar yang melakukan kesenian tersebut, pendapat dari informan

mengenai keberadaan sinrilik kesok-kesok saat ini informan mengatakan

sinrilik kesok-kesok masih eksis keberadaannya sampai saat ini karena

75
masih banyak yang melestarikannya, keberadaan serta pertunjukan

sinrilik kesok-kesok harus tetap dipertahankan dan terjaga karena sinrilik

kesok-kesok ini merupakan kebudayaan suku Makassar.

Informan bernama Burhan umur 26 tahun beralamat di kota Maros,

sebagai mahasiswa mengatakan sinrilik kesok-kesok merupakan salah

satu kesenian yang dimiliki suku makassar, ia sering kali menyaksikan

pertunjukan sinrilik kesok-kesok ini, informan mengatakan ia sangat

kagum ketika menyaksikan pertunjukan sinrilik karena sangat menghibur

dan unik. Menurutnya, selama pelakon sinrilik kesok-kesok masih ada

dan tetap tampil disetiap panggung-penggung kesenian, sinrilk kesok-

kesok akan tetap lestari dan tetap eksis keberadaannya. Menurut informan

sinrilik kesok-kesok harus tetap muncul untuk dipentaskan karena sinrilik

merupakan kebudayaan atau tradisi suku Makassar.

Informasn bernama Revan Arjuna umur 24 tahun beralamat di

Samata, sebagai mahasiswa mengatakan ia pernah menyaksikan langsung

pertunjukan sinrilik kesok-kesok, ia mengatakan pertunjukan sinrilik

kesok-kesok itu sangat mengagumkan dan keren.

Mengenai pelestarian sinrilik kesok-kesok informan berpendapat

bahwa perhatian kaum muda dan pemerintah terhadap sinrilik kesok-

kesok itu masih kurang, sinrilik kesok-kesok ini harus tetap ada, jangan

sampai kita kehilangan budaya sinrilik ini karena sinrilik kesok-kesok

merupakan salah satu peninggalan budaya yang memang sudah

seharusnya dilestarikan.

76
Wawancara kepada salah satu masyarakat suku Makassar yang

bernama Wira umur 22 tahun beralamat di Pallangga mengatakan bahwa

ia tidak tahu apa itu sinrilik kesok-kesok dan tidak pernah menyaksikan

langsung pertunjukan silrilik kesok-kesok. Informan berpendapat bahwa

sinrilik kesok-kesok ini sangat perlu di ekspos dan diperkenalkan kepada

masyarakat agar budaya ini dikenal dan tetap dilestarikan dari generasi

ke generasi. Informan mengatakan bahwa sinrilik kesok-kesok ini perlu

dan sangat wajib dijaga pelestariannya karena merupakan budaya turun

temurun jadi harus dipertahankan keberadaannya.

Informan bernama Fajar Indira Hardil umur 22 tahun beralamat di

Toddopuli, sebagai mahasiswa ia sering menyaksikan langsung

pertunjukan sinrilik kesok-kesok ini.

Informan mengatakan ketika menyaksikan pertunjukan sinrilik

kesok-kesok, ia merasa senang dan bangga masih dapat menyaksikan

pertunjukan langsung sinrilik kesok-kesok ini. Mengenai keberadaan

sinrilik kesok-kesok pada saat ini Informan mengatakan bahwa sinrilik

kesok-kesok masih terjaga dan terus dipentaskan pada acara ataupun

kegiatan kebudayaan. Menurut informan pelestarian sinrilik kesok-kesok

harus tetap tergaja karena sinrilik merupakan budaya kita, budaya suku

Makassar.

Menurut informan bernama Wahyu Putra Permana usia 24 tahun

beralamat di Bumi Pallangga Mas 1 Blok C6 No. 04, sebagai mahasiswa

mengatakan, ia masih sering menyaksikan pertunjukan kebudayaan

77
khusunya sinrilik kesok-kesok ini. Menurutnya penyajian sinrilik kesok-

kesok ini sangat menarik dan menghibur bagi masyarakat.

Pendapat informan mengenai keberadaan sinrilik kesok-kesok

sekarang ini, informan mengatakan sinrilik kesok-kesok sangat kurang

mendapat perhatiannya oleh generasi muda dan kurangnya penerus

generasi muda sebagai seniman sinrilik kesok-kesok, agar tetap terjaga

keberadaannya, kita harus terus mempertahankan keberadaan sinrilik

kesok-kesok ini karena sinrilik merupakan budaya daerah kita, sebagai

masyarakat suku Makassar kita perlu memperhatikannya.

Menurut wawancara kepada salah satu masyarakat suku Makassar

yang bernama Zamzam Nurhani Je’ne umur 19 tahun beralamat di

komp. SMP Negeri 1 Pallangga, sebagai mahasiswa, informan

mengatakan ia masih sering melihat pertunjukan sinrilik kesok-kesok

dibeberapa pagelaran seni budaya Makassar.

Informan mengatakan sangat bahagia dan menyenangkan saat

menyaksikan pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Menurutnya keberadaan

sinrilik kesok-kesok di era modern saat ini masih terjaga dan masih sangat

menghibur bagi masyarakat suku Makassar, menurut informan sinrilik

masih dapat bertahan ditengah persaingan kesenian modern karena sudah

menjadi bagian dari tradisi suku Makassar dan masih tetap

dipertontonkan kepada masyarakat.

Informan bernama Nurul Sultiana Ningsi umur 20 tahun beralamat

di Jl. Poros Malino, sebagai mahasiswa mengatakan ia masih sering

78
mendengar kabar dan menyaksikan langsung pertunjukan sinrilik kesok-

kesok. Menurutnya sinrilik kesok-kesok itu bagus dan sangat berirama,

sinrilik kesok-kesok itu sangat merdu dan berirama serta mengeluarkan

bunyi yang khas. Menurutnya sinrilik kesok-kesok ini perlu untuk

dikembangkan dan dipertontonkan disetiap daerah-daerah suku Makassar

agar masyarakat tidak melupakan dan mengetahui bahwa sinrilik kesok-

kesok masih ada dan terjaga keberadaannya.

Informan bernama Nadia Rava Zaliyanty umur 15 tahun beralamat

di Boka, sebagai pelajar ia mengatakan bahwa tidak pernah melihat

langsung pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Informan mengatakan tentang

keberadaan sinrilik saat ini sangat jarang terdengar dan jarang di

dipertontonkan. Menurutnya sinrilik kesok-kesok harus tetap muncul dan

terjaga keberadaannya karena merupakan kebudayaan suku Makassar.

Hasil wawancara kepada salah satu masyarakat suku Makassar

bernama Irwan umur 20 tahun beralamat di Jl. Jipang Raya, bekerja

sebagai karyawan swasta mengatakan sering menyaksikan pertunjukan

langsung sinrilik kesok-kesok.

Informan mengatakan sangat bangga ketikan menyaksikan

pertunjakan sinrilik kesok-kesok karena merupakan kesenian khas

Makassar. Informan mengatakan keberadaan sinrilik kesok-kesok saat ini

masih terjaga dan terus dimunculkan pada setiap acara kegiatan

pentunjukan kebudayaan tradisional Makassar.

79
Informan bernama Zaki Baridwan umur 17 tahun beralamat di Jl.

Andi Tonro Makassar Griya Pena Mas, sebagai siswa mengatakan bahwa

ia tahu tentang sinrilik kesok-kesok ini namun belum pernah melihat

secara langsung pertunjukannya. Menurut informan ia tidak pernah

mendapatkan informasi mengenai pertunjukan tradisional khususnya

pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Informan juga berpendapat bahwa

sinrilik kesok-kesok perlu di lestarikan dan disebar luaskan lagi mengenai

pertunjukan sinrilik kesok-kesok agar anak-anak sekarang bisa lebih

menganal kebudayaan Makassar karena banyak pelajar yang tidak tau

apa itu sinrilik kesok-kesok.

Hasil wawancara salah satu masyarakat suku makassar bernama

Khadijah umur 20 tahun beralamat di Boka, sebagai mahasiswa

mengatakan ia tahu tentang sinrilik kesok-kesok ini pernah melihat

dimedia sosial namum belum pernah menyaksikan secara langsung

pertunjukannya. Informan mengatakan ia bangga dan senang saat tahu

dan melihat pertunjukan sinrilik kesok-kesok walaupun hanya melihatnya

lewat media sosial. Menurut informan keberadaan sinrilik kesok-kesok ini

sudah jarang dimunculkan dan dipertontonkan secara langsung,

menurutnya sinrilik kesok-kesok ini perlu dipertahankan supaya budaya

kita, budaya suku Makassar tetap bertahan.

Informan bernama Fransiska Tryany Senjaya umur 21 tahun

beralamat di Jl. H. Gassing Dg Tiro, sebagai Mahasiswa pernah

menyaksikan langsung pertunjukan Sinrilik kesok-kesok. Menurutnya

80
pertujukan sinrilik kesok-kesok itu menyenangkan dan sakral. Pendapat

informan mengenai keberadaan sinrilik kesok-kesok saat ini sudah jarang

ditemukan. Menurutnya jika ingin melestarikan budaya khususnya

sinrilik kesok-kesok perlu perhatian lebih pemerintah, dan membuka

pelatihan sinrilik kesok-kesok secara terbuka dan gratis kepada anak-anak

muda Makassar agar selalu melestarikan kebudayaannya sendiri.

Informan bernama Asraf Juanda umur 19 tahun alamat Mannuruki,

sebagai pelajar mengataka ia tidak tahu apa itu sinrilik kesok-kesok serta

tidak pernah melihat pertunjukannya, menurutnya sinrilik kesok-kesok ini

perlu dimunculkan dan penyebarannya terus diperluas agar kita sebagai

pelajar mengetahui dan tidak melupakan kebudayaan kita.

Menurut informan bernama Indar Dewa P umur 18 tahun beralamat

di Jl. ST Alauddin 3, sebagai pelajar mengatakan pernah menyaksikan

pertunjukan sinrilik kesok-kesok, menurutnya keberadaan sinrilik kesok-

kesok saat ini sangat bagus karena sudah berkembang sampai sekarang,

serta pertunjukan sinrilik kesok-kesok ini masih diminati oleh masyarakat

suku Makassar. Menurut informan sinrilik kesok-kesok ini harus tetap

dimunculkan karena sinrilik kesok-kesok ini merupakan kebudayaan yang

bagus.

Informan bernama Raid Rafly umur 18 tahuan beralamat di Jl.

Sultan Alauddin 2, sebagai mahasiswa mengatakan, ia pernah namun

jarang menyaksikan pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Pendapat informan

menganai keberadaan sinrilik kesok-kesok saat ini, jarang dipertontonkan

81
dan informasi mengenai pertunjukan sinrilik kesoik-kesok tidak meluas

kemasyarakat sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu tentang

adanya pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Pendapat informan mengenai

pelestarian dan keberadaan sinrilik kesok-kesok hasrus mendapatkan

perhatian lebih dan harus diperkenalkan lebih luas lagi kepada

masyarakat suku Makassar.

Hasil wawancara salah satu masyarakat suku Makassar bernama

Hamriani Jufri umur 20 tahun beralamat di Jl. Talasalapang, sebagai

mahasiswa mengatakan tahu tentang sinrilik kesok-kesok ini dan sudah

beberapa kali menyaksikan pertunjukan langsung sinrilik kesok-kesok,

menurut informan penyajian pertunjukan sinrilik kesok-kesok ini sangat

menarik dan unik tetapi dari segi bahasa agak sulit dipahami.

Informan berpendapat bahwa keberadaan sinrilik kesok-kesok saat

ini mulai tertelah oleh perkembangan teknologi, terutama kurangnya

minat para generasi sekarang untuk mempelajari sinrilik kesok-kesok

serta informan mengatakan bahwan keberadaan sinrilik kesok-kesok ini

ditengah persaingan seni modern sudah mulai tidak mampu bersaing,

karena banyaknya alat musik modern yang sangat menarik minat remaja

perihal musik. Informan juga mengatakan sinrilik kesok-kesok ini perlu di

inovasikan agar sinrilik kesok-kesok ini mampu bersaing ditengah arus

globalisasi, sinrilik kesok-kesok ini harus diperhatikan dan perlu

dikembangkan karena sinrilik ini merupakan warisan budaya leluhur

suku Makassar.

82
Informan bernama Muhammad Wirawan Djakaria umur 25 tahun

beralamat di BTN Taborong Permai pekerjaan Honorer mengatakan ia

tahu dan pernah melihat secara langsung pertunjukan sinrilik kesok-

kesok, menurut informan ia sangat bangga dan senang menyaksikan

pertunjukan sinrilik kesok-kesok karena pertunjukan yang seperti ini

sudah jarang di munculkan dan juga semakin berkurangnya generasi

penerus untuk mempertahankan keberadaan sinrilik kesok-kesok ini.

Informan berpendapat bahwa sinrilik kesok-kesok perlu usaha lebih bagi

para pelaku kesenian sinrilik kesok-kesok dan pemerintah agar kesenian

ini tidak tenggelam oleh budaya luar, informan juga mengatakan sinrilik

kesok-kesok ini harus dipertahankan keberadaannya karena sinrilik kesok-

kesok merupakan warisan budaya dari leluhur suku Makassar yang

sudah seharusnya kita menjaganya.

Informan bernama Sriyani berumur 20 tahun beralamat di

kompleks Mangasa Permai, sebagai mahasiswa mengatakan ia tahu

tentang keberadaan sinrilik kesok-kesok ini namun belum pernah

menyaksikan pertunjukan sinrilik kesok-kesok secara langsung, informan

berpendapat bahwa perihal keberadaan sinrilik kesok-kesok ini kurang

diminati oleh anak-anak muda sekarang untuk dipelajari karena sudah

terberdayakan oleh teknologi yang semakin maju, informan juga

mengatakan sinrilik kesok-kesok harus di pertahankan karena merupakan

titipan dari leluhur terdahulu serta menjadi bukti keberadaan alat musik

tradisional yang harus dipertahankan diera jaman sekarang.

83
Hasil wawancara lapangan salah satu masyarakat suku Makassar

bernama Husalfi umur 24 tahun beralamat di Jl. Karaeng Makkawari,

sebagai mahasiswa mengatakan tahu dan pernah menyaksikan

pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Menurut informan sinrilik kesok-kesok

ini dari segi pertunjukan sangat menarik dan unik serta menghibur.

Informan berpendapat sinrilik kesok-kesok saat ini masih eksis dan

digemari oleh masyarakat, tetapi pelaku atau seniman sinrilik kesok-

kesok sebagai genenasi penerus untuk mempertahankan sinrilik kesok-

kesok sudah tidak bermunculan lagi, atau bisa dikatakan sinrilik kesok-

kesok ini sangat sedikit memiliki generasi penerus.

Menurut informan bernama Alvian umur 19 tahun beralamat di

Alauddin 3 lorong 2 mengatakan ia tahu dan pernah menyaksikan

pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Informan mengatakan pertunjukan

sinrilik kesok-kesok sangat menyenangkan untuk dipertontonkan karena

melalui cerita-cerita yang disajikan kita dapat mengetahui sejarah

masyarakat suku Makassar pada masa lampau. Informan juga

berpendapat tentang keadaan sinrilik kesok-kesok di jaman sekarang ini,

informan mengatakan bahwa saat ini sinrilik kesok-kesok menjadi sangat

langka karena kurangnya minat para seniman muda yang ingin

mempelajari sinrilik.

Menurun informan bernama Sudirman umur 25 tahun beralamat di

Jl. Landak Baru bekerja sebagai wiraswasta mengatakan ia tahu dan

pernah menyaksikan langsung pertunjukan sinrilik kesok-kesok. Pada saat

84
pertunjukan sinrilik kesok-kesok berlansung ia merasa bangga dapat

menyaksikan pertunjukan kesenian ini, karena sekarang ini pertunjukan

sinrilik kesok-kesok sudah jarang didapati.

Keadaan dan keberadaan sinrilik kesok-kesok saat ini, informan

mengatakan bahwa sinrilik kesok-kesok saat ini masih terjaga

keberadaannya, namun yang menjadi masalah kurang minat anak muda

sekarang untuk mengetahui ataupun mempelajari sinrilik kesok-kesok

karena mereka lebih tertarik kehal-hal modern, menurut informan sinrilik

kesok-kesok mampu bertahan keberadaannya dimasa yang akan datang

jika membagun minat dan kemauan generasi muda untuk mempelajari

sinrilik kesok-kesok.

Berpatokan dari data hasil wawancara lapangan yang mayoritas

para kaum muda dari empat puluh informan masyarakat suku Makassar,

hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa sebanyak dua puluh orang

mengetahui dan pernah menyaksikan secara lansung pertunjukan sinrilik

kesok-kesok ini, sebanyak empat orang dari mereka mengetahui namun

belum pernah manyaksikan langsung pertunjukan sinrilik kesok-kesok,

mereka hanya pernah mendengar kata sinrilik, menyaksikannya di media

sosial, dan mengetahuinya dari sekolah, kemudian sebanyak tiga belas

orang tidak mengetahui dan tidak pernah menyaksikan lansung

pertunjukan sinrilik kesok-kesok, sebanyak tiga orang tidak tahu seperti

apa rupa yang disebuat sinrilik kesok-kesok itu tapi ketika peneliti

menunjukkan gambar pertunjukan sinrilik kesok-kesok mereka mengaku

85
pernah menyaksikan langsung pertunjukan kesenian yang ditunjukan

peneliti.. Melihat dari persoalan ini, peneliti memikirkan antara dua hal.

Pertama, kurang tersebar luasnya informasi ketika diselenggarakannya

pertunjukan kesenian daerah khususnya sinrilik kesok-kesok sehingga

mereka tidak mengetahui bahwa ditempat tersebut terselenggara

pertunjukan kesenian tradisional. Kedua, kurang minatnya generasi muda

untuk menyaksikan pertunjukan kesenian lokal. padahal pertunjukan

kesenian tradisional sering diselenggarakan, .

Selain mewawancarai masyarakat suku Makassar, peneliti juga

mendatangi acara pertunjukan sinrilik kesok-kesok. mencari-cari

informasi mengenai pertunjukan kesenian tradisional yang didalamnya

terdapat pertunjukan sinrilik kesok-kesok.

Setelah peneliti mencari-cari dan mendapatkan informasi tentang

pertunjukan Sinrilik Kesok-kesok dan mendatangi acara tersebut, ternyata

pertunjukan sinrilik kesok-kesok beberapa tahun sekarang ini masih

selalu digelar, walaupun wilayah sulawesi selatan masih dilanda virus

corona yang mengharuskan pembatasan kegiatan masyarakat dengan

tetap menggunakan protokol kesehatan walaupun beberapa kegiatan

pertunjukan kesenian tradisional tidak mendapat izin karena

ditakutnyanya penyebaran virus corona semakin menyebar tetapi ada

beberapa kegiatan kesenian yang mendapatkan izin dengan syarat

pembatasan pengunjung dan tetap melaksanakan protokol kesehatan, hal

ini membuktikan bahwa sinrilik kesok-kesok masih selalu di

86
pertontonkan depan khalayak walaupun di saat-saat wabah virus corona

ini melanda Indonesia khususnya Sulawesi Selatan, pertunjukan kesenian

yang pastinya mengundang berkumpulnya masyarakat seringkali tidak

mendapatkan izin untuk mengadakan kegiatan pertunjukan kesenian dan

budaya, ini menunjukkan bahwa sinrilik kesok-kesok masih mendapat

tempat dihati dan selalu di nantikan oleh masyarakat Makassar.

B. Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai eksistensi sinrilik kesok-

kesok membahas tentang eksistensi sinrilik kesok-kesok saat ini.

Kriteria eksistensi sinrilik kesok-kesok sebagai penunjang bukti apakah

sinrilik kesok-kesok masih eksis atau telah terlupakan oleh masyarakat suku

Makassar. Pertama, Banyaknya masyarakat suku Makassar yang masih

mengenal sinrilik kesok-kesok. Kedua, pertunjukan sinrilik kesok-kesok masih

diminati oleh masyarakat. Ketiga, acara pertunjukan sinrilik kesok-kesok selalu

dimunculkan atau dipertontonkan kepada masyarakat. Keempat, masih adanya

pelaku sinrilik kesok-kesok dan regenerasi sinrilik kesok-kesok.

Sinrilik kesok-kesok diera modern saat ini mengalami perubahan dari pola

pertunjukan dan bahan tutur. Seiring perkembangan zaman, sinrilik telah

dikemas dalam penyajian yang mudah dijangkau dari segi pemaknaan agar

masyarakat luas dapat mengerti apa pesan ataupun cerita yang dituturkan oleh

pasinrilik pengembangan ini disebut dengan istilah sinrilik kontemporer.

Menurut pemahaman para pasinrilik, Sinrilik pada masa lampau berperan

sebagai media informasi dipemerintahan kerajaan Gowa. Menurut cerita,

87
sinrilik ini muncul pada masa kepemimpinan raja Gowa yang ke-10, pasinrilik

memiliki tugas sebagai penyampai pesan-pesan masyarakat, dengan tugas itu

pasinrilik mendapatkan kepercayaan dari raja yang dituntut untuk memiliki

keterampilan berbahasa guna menyampaikan pesan yang menghibur dan dapat

dipahami oleh masyarakat.

Seiring perkembangan zaman, perubahan gaya hidup Masyarakat,

pesatnya pertumbuhan teknologi dan informasi, memaksakan masyarakat

mengikuti arus perkembangan global serta secara tidak sadar masyarkat telah

menerima budaya-budaya luar dan lambat laun perlahan meninggalkan

budayanya sendiri lalu terlupakan.

Hal yang menjadi kekhawatiran para pelaku budaya jangan sampai kita

melupakan kebudayaan kita, khususnya pada lingkup kesenian daerah yang

kemudian tergeser kalah eksis dengan kesenian modern, jika para pelaku

kesenian tidak melakukan trobosan baru, tidak melakukan inovasi terhadap

kesenian daerah, menolak mengikuti perubahan masyarakat maka yang terjadi

hanya tinggal cerita dan tak akan pernah terlihat lagi.

Budaya sinrilik membuka lembaran baru untuk melakukan inovasi,

berbaur dengan gaya hidup masyarakat modern, maka lahirlah istilah sinrilik

kontemporer, memudahkan masyarakat untuk paham dan mudah mengerti akan

sinrilik budaya Makassar, sinrilik yang dulunya memiliki kisah atau cerita

dengan durasi yang panjang, dan selalu berpatokan pada naskah-naskah

standar, sinrilik kini telah berkembang sesuai permintaan masyarakat,

penggunaan bahasa Makassar yang terkadang sulit untuk dimengerti, menurut

88
pasinrilik Syarifuddin Dg Tutu kini dengan adanya sinrilik kontemporer

dengan kemasan sederhana tanpa mengesampingkan etika sinrilik, para

pendengar dapat mudah mengarti tentang apa pesan yang disampaikan oleh

pasinrilik, dan juga menganai tempat pertunjukan sinrilik sudah masuk pada

media komunikasi modern seperti radio, televisi, bahkan sinrilik saat ini dapat

diakses melalui situs-situs internet dan media sosial, hal ini dilakukan agar

masyarakaat paham dan tak melupakan, akan pelestarian kesenian budaya yang

mereka miliki.

Sinrilik kesok-kesok Makassar, menurut pengamatan sang maestro sinrilik

kesok-kesok Syarifuddin Dg tutu bahwa sinrilik kini ada pada ambang

kepunahan, karena para penutur sinrilik semakin berkurang, sudah tidak ada

lagi generasi penutur sinrilik yang muncul untuk melestarikan budaya sinrilik

Makassar ini, padahal sinrilik ini merupakan kesenian Makassar yang amat

tradisional dan diakui menjadi warisan budaya nasional. Kita dapat mengetahui

sejarah-sejarah masa lampau serta kegigihan perjuangan leluhur suku makassar

melalui media sinrilik kesok-kesok.

Sinrilik saat ini walaupun para pasinrilik sudah berkurang namun sinrilik

masih diminati oleh masyarakat suku Makassar, dari hasil penelitian lapangan

mulai dari wawancara pasinrilik dan masyarakat makassar sampai meyaksikan

lansung pertunjukan sinrilik kesok-kesok, masyarkat suku Makassar sangat

berantusias ketika mengetahui akan ada pertunjukan kesenian khususnya

sinrilik kesok-kesok, hal ini membuktikan bahwa eksistensi sinrilik kesok-kesok

masih terjaga sampai saat ini dan mendapatkan tempat dihati masyarakat suku

89
Makassar, hanya terkadang penyebaran informasi akan acara pagelaran seni

tidak begitu luas tersebar.

Sinrilik sebagai karya sastra tentunya memiliki fungsi bagi para

penikmatnya, selain sebagai hiburan bagi masyarakat diwaktu senggang,

sinrilik berfungsi sebagai media pendidikan khususnya dalam bidang sejarah,

menyampaikan tentang sejarah, menceritakan kejadian-kejadian ataupun

konflik-konflik sosial, peperangan dan kepahlawanan masyarakat suku

Makassar pada masa lampau.

Karya sastra tidak lepas dari bentuk keindahan, sama halnya dengan

sinrilik ini, keindahan pada sinrilik terletak pada cara penyajiannya yang

bercerita dengan nada bertutur seperti nyanyian kemudian diringi oleh alat

musik tradisional kesok-kesok. Keselarasan antara tuturan pasinrilik dengan

alat musik kesok-kesok yang dikunakan, menciptakan keindahan penyajian

khas suku Makassar.

Pertujukan sinrilik kesok-kesok, bukan hanya menyajikan cerita sejarah

masa lampau tapi juga ditengah cerita sejarah itu, pasinrilik menyampaikan

pesan moral dari cerita tersebut menyangkut gotong royong, persatuan,

kemanusiaan, kesetiaan serta tanggung jawab.

Masyarakat suku Makassar memiliki kepercayaan tinggi kepada Tuhan

yang Maha Esa, sebagai masyarakat yang beragama tentunya sinrilik sebagai

karya sastra tutur, sinrilik masuk dalam segala aspek kehidupan masyarakat

suku Makassar, tanpa terkecuali dalam persoalan keagamaan, sinrilik

menyampaikan pesan-pesan aspek kehidupan bukan hanya persoalan duniawi

90
tetapi juga dalam aspek dunia akhirat, sinrilik dapat menjadi media dakwah

karena pada dasarnya sinrilik itu bercerita, manyampaikan pesan-pesan

kebajikan, seperti yang dilakukan oleh almarhum Siradjuddin Bantang,

menjadikan sinrilik sebagai media dakwa.

Berdasarkan dari sudut pandang peneliti, dari berbagai hasil analisis

penelitian bahwa jika sesuatu kesenian itu tak dikenal lagi ataupun sudah pudar

diingatan masyarakat maka lambat laun kesenian itu akan menghilang, tidak

nampak lagi, tidak akan ditemui lagi pertunjukan-pertunjukan kesenian

tersebut, begitu halnya berkitan dengan sinrilik kesok-kesok ini, jika sinrilik ini

sudah tak eksis lagi ditengah masyarakat, tidak ada lagi regenerasi pasinrilik

yang memainkan sinrilik kesok-kesok ini, hilanglah salah satu yang merupakan

aset budaya, khususnya aset budaya suku makassar, jika ini terjadi maka

generasi-generasi masyarakat suku Makassar tak mengenal ataupun tidak tahu

bahwa sebagai masyarakat suku Makassar memilik sebuah kesenian yang unik,

memiliki kesenian yang sarat akan makna kehidupan serta didalamnya terdapat

sejarah-sejarah leluhur suku Makassar. Maka dari itu sinrilik sangat perlu

dipertahankan keberadaannya.

Hal yang perlu kita jaga yaitu jangan sampai generasi selanjutnya mereka

hanya mendapatkan cerita-cerita keberadaan sinrilik tanpa melihat langsung

pertunjukan sinrilik kesok-kesok, mungkin banyak hasil karya tulis yang

membahas mengenai sinrilik kesok-kesok namun yang menjadi inti dari sinrilik

ini adalah pasinrilik itu sendiri, tulisan tetap hanyalah tulisan, sinrilik hanya

91
akan menjadi sebuah cerpen atau novel tanpa adanya pertunjukan langsung dari

pasinrilik.

Upaya pelestarian sinrilik kesok-kesok yang dilakukan oleh haeruddin Dg

Nassa sebagai seniman sinrilik kesok-kesok pada halaman youtube (Meditatif

Films., 2020), selain terus memainkan ataupun mempertontonkan sinrilik untuk

masyarakat, Haeruddin Dg Nassa juga membuat alat musik kesok-kesok

sebagai pengiring sinrilik itu sendiri.

Haeruddin Dg Nassa mengatakan “jadi itu yang dikatakan sinrilik, mau mi

punah, maka dari itu saya merasa terpanggil untuk membuat alatnya, supaya

anak-anak mau belajar sinrilik, sehingga sinrilik itu tidak punah”

Upaya Nurhadi, S.Pd., M.Pd. selaku kepala sekolah SMK Negeri 2 Gowa

sebagai bentuk pelestarian sinrilik kesok-kesok memasukkan pembelajaran

sinrilik kesok-kesok kedalam ekstrakulikuler sekolah dan memanggil pasinrilik

untuk memperkenalkan dan mengajarkan sinrilik kesok-kesok untuk para siswa,

sehingga para siswa lebih mengenal dan tahu memainkan sinrilik kesok-kesok “

sinrilik tidak masuk kedalam kurikulum, tetapi sesuai dengan visi dan misi

SMK Negeri 2 Gowa adalah melestarikan dan mengembangkan budaya

bangsa, maka sinrilik diajarkan diluar kurikulum yaitu pada saat

ekstrakulikuler dengan cara mengundang guru tamu untuk mengajarkan

sinrilik kepada siswa-siswi SMK Negeri 2 Gowa” (Wawancara, Meditatif

Films., 2020)

Regenerasi pasinrilik harus terus bermunculan, minimal setiap generasi

ada pasinrilik untuk melanjutkan menjaga keberadaan sinrilik ini , jika

92
regenerasi terputus maka kita tinggal menunggu waktu untuk sinrilik

menghilang dari ingatan dan masyarakat suku Makassar kehilangan salah satu

budayanya yang begitu berharga.

Hasil penemuan penelitian bahwa peneliti menemukan bahwa sinrilik

kesok-kesok mampu tetap eksis sampai saat ini, dibuktikan dengan seringnya

sinrilik kesok-kesok dipertontonkan kepada masyarakat serta membuka dialong

mengenai sinrilik yang menambah pemahaman masyarakat mengenai sinrilik

kesok-kesok ini dan juga masyarakat suku Makassar khususnya para kaum

muda masih mengenal dan berantusias mendatangi tempat pertunjukan sinrilik

kesok-kesok pada acara kebudayaan baik itu yang diselenggarakan oleh

pemerintah maupun yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok kesenian

suku Makassar.

Berdasarkan kriteria eksistensi sinrilik kesok-kesok, peneliti menemukan

hasil antara lain

1. Munculnya istilah sinrilik kontemporer sebagai bentuk pembaharuan

terhadap sinrilik.

2. Masyarakat suku Makassar, banyak yang tahu serta mengenal akan

keberadaan sinrilik kesok-kesok.

3. Pertunjukan sinrilik kesok-kesok sering digelar atau dipertontonkan secara

langsung untuk masyarakat.

4. Masyarakat masih meminati pertunjukan sinrilik kesok-kesok.

5. Regenerasi pelaku sinrilik kesok-kesok sampai sekarang masih ada dan

aktif memainkan sinrilik kesok-kesok untuk masyarakat.

93
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan serta hasil penelitian yang terdapat pada BAB IV

maka peneliti menyimpulkan bahwa eksistensi sinrilik kesok-kesok pada saat

ini terbilang masih terjaga dan diminati oleh masyarakat suku Makassar,

tergambarkan dari seringnya muncul pertunjukan Sinrilik kesok-kesok ini, dan

tetap menarik untuk dipertontonkan ditengah persaingan kesenian modern saat

ini. Serta para masyarakat suku Makassar masih banyak tahu jelas mengenai

apa itu sinrilik kesok-kesok. Tetapi pada saat ini kabar duka menyelimuti dunia

kesenian Makassar, seorang maestro sinrilik kesok-kesok Syarifuddin Dg Tutu

meninggal dunia pada hari selasa, tanggal 3 Agustus 2021 di usia 66 tahun,

menjadi kekawatiran akankah tahun-tahun kedepannya, apakah kita masih bisa

menyaksikan sinrilik kesok-kesok secara lansung?.

Kurangnya penutur sinrilik kesok-kesok menjadi kekawatiran, walaupun

sekarang Arif Dg Rate sebagai pasinrilik termuda saat ini masih sering tampil

untuk membawakan sinrilik kesok-kesok, namun kurangnya penutur sinrilik ini,

mengakibatkan sempitnyanya menjangkau untuk terus memperkenalkan

kegenerasi muda akan perihal sinrilik kesok-kesok, semoga saja di tahun-tahun

berikutnya muncul lagi seorang penutur sinrilik, agar tetap terjaga budaya

kesenian suku Makassar ini. Bukan tanpa sebab sinrilik kesok-kesok harus tetap

terjaga keberadaannya, banyak sekali nilai-nilai positif yang terkandung dalam

setiap kaliamat isi sinrilik, menggambarkan melalui cerita tentang kejadian-

94
kejadian masalampau, sekarang, serta kesantunan-kesantunan dalam

bermasyarakat.

2. Saran

Secara garis besar, penelitian ini sebagai langkah untuk lebih mengetahui

serta memahami salah satu kesenian Makassar atau sastra tutur ini yaitu sinrilik

kesok-kesok yang tidak akan kira temui di daerah manapun kecuali Sulawesi

Selatan, khususnya daerah bersuku Makassar.

Penulis sadar akan luasnya pembahasan mengenai sinrilik kesok-kesok,

namun hanya sebagian kecil yang mampu penulis kumpulkan dalam penelitian

ini, mudah-mudahan dimasa yang akan datang, bagi mereka yang berminat

untuk meneliti sinrilik kesok-kesok mampu memperluas dan mengembangkan

dalam penelitian yang lebih sempurna, khususnya pembahasan mengenai

eksistensi sinrilik kesok-kesok. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa

memberikan kesehatan kepada hamba-Nya dan menerima usaha ini sebagai

sebuah amal ibadah yang diterima disisi-Nya, Amin

95
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1999. “Kajian Tradisi Lisan dan Pembentukan Wacana kebudayaan”.


Makalah Seminar Intenasional Tra bdisi Lisan III. Jakarta.
Arifin, Zainal. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makassar: Anugerah Mandiri.
Asis, Abdul., dkk. 2007. Glosarium Sulawesi Selatan. Makassar: Balai Pelestarian
Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar.
Basang, Djiro. 1997. Taman Sastra Makassar. Ujung Pandang: Surya Agung.
Basrowi dan Suwandi. 2008. ”Memahami Penelitian Kualitatif”. Jakarta : Rineka
Cipta.
Budianta, Melani, dkk. 2008. “Membaca Sastra”. Magelang : IndonesiaTera.
Chamamah-Soenarto. 2002. Sastra : teori dan metode. Yogyakarta: Elmatera.
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. 2001. “Metode Penelitian” Jakarta PT. Bumi
Aksara.
Dewarti, Arman. 2020. “Sinrilik-Dokumenter Arman Dewarti”.
https://youtu.be/NV8n7X5Ze68
Dibia, I Ketut, 2018. “Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia”. Depok : PT
Rajagrafindo Persada.
Emzil dan Saiful Rohman. 2015. “ Teori dan Peangajaran Sastra. Bandung: PT. Raja
Grafindo Persada.
Garim.Idawati.dkk.2018. “Restorasi Sinrilik Melalui Pembelajaran Literasi Eksposis
Mahasiswa pendidikan Bahasa Indonesia “. Skripsi fakultas Bahasa Indonesia.
Universitas Negeri Makassar.
Hadi, Abdul. 2008. “Hermeneutika Sastra Barat dan Timur”. Jakarta. Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional
Hamriani. 2012. “Nilai-nilai Pendidikan dan Karakter dalam Kelong Panggajarak”.
Skipsi. Makassar: Fakultas Ilmu budaya Universitas Hasanuddin
Haslinda. 2019. “Kajian Apresiasi Prosa Fiksi Berbasis Kearifan Lokal Makassar”.
LPP Unismuh Makassar. Cet 2
Idawati, Garim. Taufik dan Sakinah Fitri, 2018. “Restorasi Sinrilik Melalui
Pembelajaran Literasi/Ekposisi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar”

96
Inriati Lewa (2015) berjudul “Sinrilik Kappalak Tallumbatua: suntingan teks, nilai-
nilai, fungsi, dan resepsinya”. Penelitian ini merujuk pada naskah sinrilik
kappalak tallumbatua bahasa Makassar.
Jamaluddin, Riska. 2018. “Sinrilik Perspektif Al-Quran di Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa” skipsi fakultas Ushuluddin filsafat dan politik. UIN Alauddin
Makassar.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid XV;
Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 2004.
Maleong, Lexy J,. 2001. “Metodologi Penelitian Kualitatif” Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Monoharto, Goenawan. dkk. Seni Tradisional Sulawesi Selatan. Cet. I; Makassar:
Lamacca Press, 2003.
Nasruddin. 1998. ”Bunga Rampai Hasil penelitian bahasa dan sastra III”. Ujung
Pandang : Balai Penelitian Bahasa.
Nojeng, Asis. 2018. “Kajian Nilai Syair Royong dan Relevansinya dengan
pembelajaran muatan lokal”, Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Makassar.
Rahmadani, Nurfitrah. 2018. “Analisis Nilai Moral dalam Sinrilik Kappalak
Tallumbatua”. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Makassar.
Rahim, Abd Rahman. 2018. Nilai-Nilai Sosial Dalam Sinrilik Kappalak Tallumbatua.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universita Muhammadiyah Makassar

Ramadani.Nurfitrah.2018. ”Analisi Nilai Moral dalam Sinrilik Kappak


Tallumbatua”. Skripsi fakultas Bahasa Indonesia. Universitas Negeri Makassar.
Ratna.Kutha.Nyoman. 2010.”Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya. Denpasar.
Sangidu. 2007. “Metode Penelitian Sastra, Pendekatan Teori, Metode dan Kiat”.
Yogyakarta: UGM.
Siswanto, Wahyudi. 2008. “Pengantar Teori Sastra”. Jakarta: PT. Grasindo.
Syarifuddin Dg Tutu (66 tahun), Pasinrilik, wawancara, Gowa 25 Juli 2021
Wahyudi, Ibnu. 2008. “Pengantar Memahami Sastra”. Magelang : IndonesiaTera

97
LAMPIRAN

98
99
RIWAYAT HIDUP

Rahmat Hidayat lahir pada tanggal 18 Mei 1997 di

Kabupaten Pangkaje’ne dan Kepulauan, Kecamatan

Bungoro. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara buah kasih dari pasangan Ahmad Latif dan

Rahmatia. Penulis lulus Sekolah Dasar Negeri Tinakin

pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Banggai dan lulus pada tahun 2013.

Terakhir, penulis lulus SMA Negeri 1 Liukang Tupabbiring pada tahun 2016.

Tahun 2016 penulis aktif sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Serta penulis Masuk pada salah satu lembaga kesenian internal kampus dibawah

naungan Prodi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu lembaga Bengkel

Seni BASSI dan aktif juga pada kegiatan-kegiatan kesenian dan sastra baik itu

dalam kampus maupun diluar kampus

100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111

Anda mungkin juga menyukai