Anda di halaman 1dari 89

Analisis Bentuk Miniatur Patung Sultan Hasanuddin Di Tallo

Kota Makassar

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :
ANDI MUH. SYAHRUL SABRI
1O5410028410

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin no.259, tlp.(0411)866132, Fax.(0411)-860132

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Andi Muh. Syahrul Sabri

Stambuk : 10541 00284 10

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Judul : Analisis Bentuk Miniatur Patung Sultan Hasanuddin


Di Tallo Kota Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim

penguji adalah hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuatkan

oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar

Makassar, September 2015

Yang membuat pernyataan

Andi Muh. Syahrul Sabri


NIM: 105410028410
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin no.259, tlp.(0411)866132, Fax.(0411)-860132

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Andi Muh. Syahrul Sabri


Stambuk : 10541 00284 10
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya akan
menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan selalu melakukan konsultasi
dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi
ini.
4. Apabila perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 dilanggar maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, September 2015

Yang membuat perjanjian

Andi Muh. Syahrul Sabri


NIM:10541 00284 10
MOTTO dan PERSEMBAHAN

Tetap sabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan di


dunia ini

Karena sesungguhnya kesabaran merupakan harta


yang tak ternilai baik di dunia maupun di akhirat

Tuhan,
Mohon sehatkanlah ayah dan ibuku
Bahagiakanlah mereka dengan studiku yang lancer
Dan mendapatkan pekerjaan yang baik
Tuhan,
Indahkanlah kehidupan hari ini, esok, sampai masa
depanku yang panjang dan penuh berkah

vii
ABSTRAK

Andi Muhammad Syahrul Sabri 2015. Analisis Bentuk Miniatur Patung


Sultan Hasanuddin di Tallo Kota Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Dibimbing oleh Meisar Ashari dan Muh. Faisal.
Permasalahan penelitian tersebut yang berjudul Analisis bentuk miniatur patung
Sultan Hasanuddin di Tallo Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan konsep pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin, untuk
mendeskripsikan estetika bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin, serta untuk
mendeskripsikan eksistensi miniatur patung Sultan Hasanuddin. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan analisis kualitatif, yakni
menggambarkan atau memaparkan secara langsung hasil penelitian yang
diperoleh dilapangan apa adanya, sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk menganalisis bentuk miniatur patung
Sultan Hasanuddin di Tallo Kota Makassar yaitu, dengan teknik observasi
(pengamatan), teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini
dilihat dari analisis bentuk, adapun analis bentuk miniatur patung yaitu konsep
pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin perajin menuangkan karya realis
dengan menciptakan karya patung yang hanya menampilkan bagian badan, dari
dada, pinggang dan panggul secara mendetail, adapun estetika miniatur patung
tersebut yang di buat oleh perajin sangat memperhatikan struktur artikulasi hasil
kesatuan secara menyeluruh dari suatu hubungan yang saling terkait dari bagian
miniatur patung itu sendiri. Kemudian eksistensi miniatur patung tersebut perajin
harus memperhatikan keberlangsungan dari eksistensi miniatur patung tersebut
dengan memberikan kesan unik pada miniatur patung tersebut dan perajin harus
menambah desain yang baru agar dapat menjaga eksistensinya.

Kata kunci : Bentuk miniatur patung

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum, Wr.Wb.

Tiada rasa syukur yang terucap selain rasa syukur kehadirat Allah SWT.

yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayahnya pada semua umat

manusia, shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, yang telah membebaskan kita dari belenggu-belenggu dari

zaman jahiliyah.

Suka duka mewarnai proses-proses dalam menjalani penulisan skripsi ini.

Walaupun demikian, sebuah kata yang mampu membuat bertahan yakni semangat

sehingga segala tantangan mampu ditaklukan sampai akhir penyelesaian penulisan

skripsi ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada Program

Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Makassar dengan judul“Analis Bentuk Miniatur Patung Sultan

Hasanuddin Di Tallo Kota Makassar”.

Dengan penuh kerendahan hati tidak lupa penulis menyampaikan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. Andi Syukri Syamsuri M. Hum Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

ix
3. A. Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn. Ketua Program Studi Pendidikan Seni

Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. Muhammad Thahir, S.Pd. Sekretaris Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar.

5. Meisar Ashari, S.Pd.,M.Sn. Pembimbing I

6. Muh. Faisal, S.Pd.,M.Pd. Pembimbing II

7. Kedua orang tua yang dengan tulus dan penuh kasih sayang mendukung

langkah kemanjuan ananda.

8. Seluruh mahasiswa Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar yang

telah mendukung kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Program Studi Pendidikan Seni

Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar, Muh. Adnan Hidayat,

Wahyuni, Agraria, Asnidar, Suandi, Abdul Kadil Saenal dan yang tidak

sempat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaannya serta

saran dan sumbangsinya semoga persaudaraan kita tetap terajut untuk

selamanya.

10. Sahabat- sahabat saya Satriani, S.I.P, Rahman Hidayat, SE, Ardi Nur,

S.Pd, terima kasih telah memberikan saran dan sumbangsinya dalam

penyelesaian skripsi ini.

Segenap kemampuan, tenaga, dan daya fikir telah tercerahkan dalam

merampungkan penulisan ini untuk mencapai hasil yang maksimal. Naming

x
kesempurnaanya manusia adalah ketika ia melakukan kesalahan, oleh karena itu

penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat

dalam penulisan ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang

sempat membacanya.

Wahai Rab, terimalah segala usaha hamba engkaulah maha mendengar

dan maha mengetahui. Semoga Allah SWT. membalas dengan pahala yang

berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaiaan

tulisan ini.

Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat

Assalamu Alikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Oktober 2015

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ...................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...ix

DAFTAR ISI....................................................................................................... xii

DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................4

C. Tujuan Penelitian..............................................................................4

D. Manfaat Penelitian............................................................................5

xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ..................................6

A. Kajian Pustaka .................................................................................6

1. Pengertian Analisis ....................................................................6

2. Pengertian Bentuk .....................................................................10

3. Pengertian miniatur ...................................................................12

4. Patung .......................................................................................14

5. Pengertian konsep .....................................................................17

6. Pengertian estetika .....................................................................18

7. Pengertian eksistensi .................................................................22

8. Biografi Sultan Hasanuddin ......................................................23

B. Kerangka Pikir .................................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................................26

A. Jenis Penelitian.................................................................................26

B. Lokasi Penelitian ..............................................................................26

C. Variable dan Desain Penelitian ........................................................27

D. Definisi Operasional Variabel ..........................................................29

E. Objek Penelitian ...............................................................................30

F. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................30

G. Teknik Analisis Data .......................................................................31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………...33

A. Hasil Penelitian…………………………………………………….33

1. Konsep pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin di

xiii
Tallo Kota Makassar ..................................................................33

2. Estetika bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin di Tallo

Kota Makassar............................................................................36

3. Eksistensi miniatur patung Sultan Hasanuddin di Tallo

Kota Makassar............................................................................40

B. Pembahasan………………………………………………………...42

1. Konsep pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin……....43

2. Estetika bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin…...…..….47

3. Eksistensi miniatur patung Sultan Hasanuddin…………...…...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………......60


A. Kesimpulan………………………………………………………....60
B. Saran………………………………………………………………..62

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..63

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………….…………………………….65

RIWAYAT HIDUP……….……………………………………………………73

xiv
DAFTAR SKEMA

Skema Uraian Halaman

Skema 1. Kerangka Pikir ............................................................................25

Skema 2. Desain Penelitian .........................................................................28

Skema 3. Teknik Analisis Data.....................................................................32

Skema 4. Jadwal Penelitian………................................................................33

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Sultan Hasanuddin………………………………………….……..23

4.1 Cetakan (silicon Rubber)…………………..……………….……...44

4.2 Cornice (Semen Putih)……….…………………………………….45

4.3 Bentuk Miniatur patung Sultan Hasanuddin sebelum pewarnaa.....53

4.4 Bentuk Miniatur patung Sultan Hasanuddin setelah pewarnaan..…54

5.1 Alat dan bahan pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin…..64


5.2 Proses pencampuran cornice dengan air……………….………..…64

5.3 Cetakan diikat dengan tali……………………….………………....65

5.4 Proses pencetakan……………..…………………………………...65

5.5 Proses pengeringan selama 15 menit…….………………..……...66

5.6 Proses pembongkaran cetakan………..…..……………………….66

5.7 Proses penghalusan/pengamplasan patung……………….……….67


5.8 Proses pewarnaan miniatur………..……………………...………..67

5.9 Miniatur patung Sultan Hasanuddin.………………………………68

5.10 Melakukan wawancara dengan perajin.…………………………..68

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Uraian Halaman

A. Format Observasi………………...………………………………63

B. Data Informan……………...…………………………...,…........63

C. Dokumentasi…………………...………………………………...64

D. Format Wawancar………………………………………….……70

E. Riwayat Hidup…………………………………………………...71

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni merupakan aspek yang tidak dapat lepas dari kehidupan kita

sehari-hari. Seni tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat

secara alami. Kekayaan seni dapat kita nikmati dan rasakan disetiap aktivitas

kita. Beragam sentuhan karya tangan manusia mampu menghasilkan berbagai

macam dan ragam seni yang mampu menciptakan suasana berbeda.

Kebudayaan merupakan ungkapan dari kreativitas dan berbagai aspek

kehidupan manusia, baik yang bersifat batin maupun yang rohani (Sastriyo

Haryanto, 2006: 1). Dalam kehidupan perlu adanya keseimbangan antara

kebutuhan jasmani dan rohani. Kedua sifat tersebut diharapkan dapat

membentuk tatanan kehidupan yang harmonis.

Seni dan budaya adalah dua hal tidak jauh berbeda dan sangat

berkaitan erat satu sama lain. Keduanya menyajikan hal-hal yang

mengandung estetika dan nilai-nilai kehidupan dari setiap mahluk di muka

bumi ini.

Ada limpahan karya seni yang mengangkat nilai-nilai dan estetika dari

kebudayaan lokal atau adat istiadat khususnya di tanah Bugis Makassar yang

terkenal dengan kerajaan Besarnya yaitu Kerajaan Gowa. Icon Kerajaan

Gowa yang sampai saat ini masih diagung-agungkan oleh masyarakat asli

Bugis Makassar adalah Raja XVI yaitu Mangkubumi Kerajaan Gowa XVI I

1
2

Mallombassi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Manggepe

atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin. Beliau adalah tokoh

yang disegani oleh kawan dan lawan. Sultan Hasanuddin memiliki julukan

Ayam Jantan Dari Timur dikarenakan keperkasaan dan keberaniannya dalam

mengusir penjajah dari tanah Bugis Makassar.

Banyak cara masyarakat dalam mengapresiasikan karyanya,

salahsatunya yaitu dengan menciptakan kerajinan miniatur patung. Mereka

menciptakan karya seninya tanpa menghilangkan nilai budaya dan khas bugis

Makassar. Miniatur patung Sultan Hasanuddin merupakan bentuk kerajinan

tangan yang membutuhkan ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan

profesinalisme kerja dalam membuat miniatur patung Sultan Hasanuddin.

Dalam membuat miniatur patung Sultan Hasanuddin memerlakan

keterampilan dan kreativitas yang maksimal, sehingga semua hasil yang telah

diciptakan dapat menjadi nilai tambah dimata masyarakat.

Kerajinan miniatur patung Sultan Hasanuddin menjadi kebanggaan

sendiri yang merupakan patung pahlawan bagi kerajaan Gowa, yang masih

dikenang sampai sekarang. Proses pembuatan miniatur patung sultan

Hasanuddin bersifat tradisional, karena membuatnya dilakukan dengan

menggunakan peralatan yang sangat sederhana, apalagi pembuatan miniatur

patung Sultan Hasanuddin memerlukan keterampilam yang memadai,

sehingga si pengrajin banyak mengalami hambatan.


3

Tekniknya dicetak menggunakan silicone rabber, hardener dan

master cetakan sehingga membentuk wujud manusia. dan “pewarnaannya”

menggunakan cat berwarna putih sebagai dasar. Setelah kering miniatur di

beri warna lain sesuai dengan keinginan. Pewarnaan ini dilakukan dengan

bahan pilox dan disemprot pada seluruh bagian miniatur sampai mendapatkan

hasil yang baik.

Bahan-bahan yang digunakan sangat mudah didapatkan sehingga

memungkinkan pengrajin membuat miniatur patung Sultan Hasanuddin

dalam waktu singkat. Penggunaan teknik cetak menggunakan semen pada

pembuatan miniatur patung merupakan sesuatu kreativitas yang menyatakan

kreativitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia

untuk menemukan alternatif jawaban/tindakan terhadap suatu masalah yang

penekanannya adalah pada originalitas, ketepatgunaan dan keragaman.

Fenomena kriya patung khususnya miniatur patung dengan teknik

mencetak yang berkembang di masyarakat karena keunikan karyanya baik

dalam bahan, teknik, bentuk, gaya, dan keindahan.

Atas dasar uraian tersebut, penulis tertarik mengabadikan salah satu

tokoh paling terkenal di tanah Bugis Makassar dengan mempelajari dan

memahami nilai-nilai budaya melalui karakteristik tokoh-tokoh adat melalui

seni miniatur patung. Dalam penelitian ini penulis ingin berperan aktif dalam

mengkaji media, teknik dan bentuk, pada miniatur patung Sultan Hasanuddin
4

sehingga dengan demikian penulis memberikan perhatian khusus pada

perkembangan seni kriya patung (miniatur patung).

Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis memberi judul

skripsi: “Analisis Bentuk Miniatur Patung Sultan Hasanuddin di Tallo Kota

Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dibatasi dan

dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimana konsep pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin di

Tallo Kota Makassar?

2. Bagaimana estetika bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin di

Tallo Kota Makassar?

3. Bagaimana eksistensi miniatur patung Sultan Hasanuddin di Tallo

Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan mengacu pada rumusan masalah yaitu

untuk mencari jawaban atau pemecahan terhadap masalah pokok yang

terdapat pada rumusan masalah. Adapaun tujuan penelitian, yaitu :


5

1. Untuk mendeskripsikan konsep pembuatan miniatur patung Sultan

Hasanuddin.

2. Untuk mendeskripsikan estetika bentuk miniatur patung Sultan

Hasanuddin.

3. Untuk mendeskripsikan eksistensi miniatur patung Sultan

Hasanuddin.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang dapat dipetik,

terutama bagi pihak yang berkaitan denga objek penelitian yaitu :

1. Dapat mengetahui konsep pembuatan miniatur patung Sultan

Hasanuddin di Tallo Makassar.

2. Dapat mengetahui estetika miniatur patung Sultan Hasanuddin di

Tallo Makassar.

3. Dapat memberikan informasi tentang eksistensi miniatur patung

Sultan Hasanuddin di Tallo Kota Makassar.

4. Dapat menambah pengetahuan bagi penulis terhadap masalah

dalam penelitian ini.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Pada dasarnya tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sasaran

penelitian secara teoritis. Landasan yang dimaksud ialah teori yang

merupakan kajian kepustakaan dari berbagai literatur yang relevan dengan

masalah yang akan diteliti oleh penulis.

1. Pengertian Analisis

Analisis merupakan sebuah proses yang sisitematis, yang

mempersyaratkan kedisiplinan serta keuletan . penganalisis, dalam hal ini

peneliti, perlu memiliki sikap yang tekun dan tidak cepat beputus asa,

memiliki kesabaran yang cukup tangguh untuk memperhatikan, merekam,

mencatat, mengelompokkan, dan memilah-milah data dengan teliti, serta

mencoba mencari kaitannya satu dengan yang lain dalam keseluruhan

fenomena yang diakuinya. Dalam cara kerjanya, penganalisis harus

menekankan pada upaya merduksi kerumitan data yang diperoleh dalam

setiap pendekatan yang digunakannya, dan mengarahkan pada interprestasi

yang mantap untuk memilih mana data yang mantap untuk memilih mana

data yang menjadi kasus dan mana data yang terkait dengan kasus.

Analisis merupakan suatu kegiatan reflektif, bertujuan untuk

bergerak dari data ke tahapan konseptual. Kegiatan ini sangat berguna bagi

6
7

penelusuran refleksi tersebut (dengan menggunakan catatan

lapangan/catatan harian yang terjadwal). Rekaman yang terkunci menjadi

gambar besar, tetapi juga memberi penganalisis senantiasa harus

membangun pemahamannya secara dialogis, mempertanyakan dan

mencari jawaban secara reflektif dari teori, konsep, fakta, dan realitas

dalam kaitannya secara timbal balik, dan dalam konteksnya secara

menyeluruh. Tujuan luas dari analisis adalah mencari makna dan

memahaminya.analisis bermula dengan meletakkan dan memperhitungkan

semua data dalam rangka memperoleh pemahaman yang menyeluruh. Data

kemudian di bagi ke dalam unik-unik kebermaknaan dengan cara

dikelompokkan atau dikategorisari, namun tetap berkaitan secara

menyeluruh perlu dipertahankan.

Dalam kegiatan analisis, data senantiasa perlu dikategorisasikan

baik dalam kaitannya dengan beberapa sistem yang disusun, misalnya,

kriteria yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian dan/atau kerangka

konseptual maupun “diinterogasi” melalui proses induktif yang

memunculkan kategori-kategori sebagai hasilnya. Peneliti juga perlu

memiliki pertimbangan yang jelas dan tersurat bagi kriteria yang

digunakannya dalam analisis, sehingga criteria tersebut dapat diterapkan

secara tetap dan tidak berubah-ubah.

Peralatan intelektual yang utama dalam melaksanakan analisis

adalah perbandingan. Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan ini

yaitu, mencari dan menemukan kesamaan-kesamaan dan/atau


8

perbedaan-perbedaan dengan cara melakukan upaya perbandingan dan

pengembangan kontras. Cara ini akan berguna dalam rangka membentuk

kategori, menegaskan batas-batas, menemukan ketidaktetapan, mencari

pola dan hubungan-hubungan, dan memberikan gambaran yang lebih besar

di balik rincian-rincian khusus. Analisis merupakan suatu kegiatan yang

bersifat eklektik. Peneliti harus bermain dengan data, dan kemudian ia

harus membenamkan diri dan menghayati data itu dengan seksama.

Keterlibatan kreatif seorang peneliti dalam hal ini menjadi persyaratan

penting, namun demikian semua upaya yang dilakukan itu harus ditulis

bagi pertanggungjawaban analisis.

Terdapat berbagai sarana visual untuk memilih dan menyusun data

ketika melaksanakan analisis, misalnya, sebuah matrik, peta pemikiran,

diagram jejaring, dan lain-lain; bagi suatu teks dapat juga dilakukan

dengan cara menandai, memberi pengkodean dengan warna (berkaitan

dengan kriteria), menambahkan catatan-catatan dan komentar, penyajian

grafis, kartu tik (catatan). Untuk melaksanakan analisis, peneliti dapat

mencoba sarana yang berbeda-beda. Pertimbangan penting untuk hal ini

yaitu penyajian yang berfariasi itu bertujuan memberi informasi atau

gambaran yang lebih jelas, mudah dipahami dan ringkas, tetapi dengan

muatan informasi yang padat. Proses seperti ini bersifat tentatife dan harus

dipersiapkan sejak awal, tanpa perlu jauh-jauh sebelumnya menguncinya

jadi sebuah kesimpulan.


9

Dalam banyak wilayah penelitian (yang mencakup kajian tentang

manusia, hasil penelitian perlu dinegosiasi antara peneliti dan pelaku yang

menjadi sasaran kajiannya. Negosiasi perlu dilakukan dalam rangkah

memperoleh makana yang dimiliki bersama dan masyarakat yang menjadi

sasaran kajian. Berkaitan dengan hal itu, disarankan agar peneliti tetap

berfikir skeptis dan waspada terhadap bukti-bukti yang terbatas. Jika bukti

tidak memadai, maka peneliti harus mengakuinya.

Penganalisis perlu mengembangkan strategi alternatif, misalnya

bekerja dengan dua cara; bergerak secara cepat dan imajinatif untuk

menciptakan wawasan di satu sisi, dan bekerja dengan hati-hati dan

metodologis guna merapatkan pembacaan dan refleksi pada sisi yang lain.

Suatu interprestasi berkembang atau bergerak dengan perlahan baik secara

visual maupun wacana. Berkaitan dengan hal ini, sangat penting bagi

seorang penganalisis untuk melihat kembali data mentah hasil penelitian

lapangan untuk meyakinkan bahwa sebuah “mata rantai bukti” dan

rangkaian pemahamannya jelas serta dapat dipertanggungjawabkan.

Hasil analisis menunjukkan beberapa jenis sistesis dan interprestasi

pada tahapan yang lebih tinggi. Walaupun banyak analisis mengambil

bagian di dalamnya, tujuan akhir analisis adalah memunculkan suatu

gambaran menyeluruh yang lebih luas, misalnya sebuah ringkasan yang

terpadu, deskripsi pola/tema, identifikasi struktur yang mendasar, konsep

atau teori baru, dan makna baru/alternatif. Analisis tidak pernah tuntas dan

benar-benar berakhir. Analisis merupakan suatu kegiatan yang melengkapi


10

suatu tahapan ketika pertanyaan atau butir khusus telah diarahkan. Dengan

demikian menjadi penting bagi peneliti untuk menyatakan ruang lingkup

atau batas-batas analisisnya. Analisis berakhir hanya sesudah data baru

tidak lagi menumbuhkan wawasan baru yang lebih dalam, (Rohidi, 2012 :

230-233).

Marshal dan Rossman dalam Rohidi, (2012 : 233) merinci prosedur

analitik secara khusus ke dalam tujuh tahapan, yaitu: (a) mengorganisasi

data, (b) masuk dan membenamkan diri dalam data, (c) mengembangkan

kategori dan tema, (d) mengkode data, (e) menawarkan interpretasi

melalui memo-memo analitik; (f) mencari pemahaman alternatif, dan (g)

menulis laporan atau format lainnya untuk menunjukkan kajiannya, setiap

tahapan analisis data memerlukan reduksi data, ketika tumpukan data yang

dikumpulkan disusun kedalam satuan-satuan data yang teratur, dan

interpretasi, ketika peneliti melekatkan makan dan pemahamannya pada

karya seni, tindakan-tindakan pelaku, dan peristiwa dalam kajiannya.

2. Pengertian Bentuk

Bentuk adalah struktur artikulasi sebuah hasil kesatuan yang

menyeluruh dari suatu hubungan yang saling terkait, istilah penyajian

sering didefinisikan cara menyajikan, proses dan penampilan.

Bentuk adalah merupakan totalitas dari pada karya seni itu sendiri.

Bentuk itu merupakan organisasi atau suatu kesatuan dari komposisi


11

dengan unsur pendukung karya lainnya. Ini dijelaskan lebih lanjut oleh

Dharsono, bahwa ada dua macam bentuk yaitu :

1. Bentuk Visual

Bentuk visual sifatnya “arsitektural” yaitu bentuk fisik

dari sebuah karya seni atau kesatuan dari unsur-unsur pen-

dukung karya seni tersebut.

2. Bentuk Khusus

Bentuk khusus yaitu bentuk yang tercipta karena adanya

hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh

fenomena bentuk fisik terhadap tanggapan kesadaran emosional,

atau yang disebut “arsitektonik, Darsono dalam Ashari (2014: 4)

Sementara itu menurut Situmorang, (2008: 34) Bentuk adalah

sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna. Ia dapat merujuk

pada penampilan eksternal yang dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh

manusia yang mendudukinya. Ia juga secara biasa tidak langsung merujuk

pada suatu kondisi khusus dimana sesuatu bertindak atau

memanifestasikan dirinya sendiri, misalnya ketika kita membicarakan

tentang air di dalam bentuk es atau uap.

Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai konkritisasi dari

sabject matter tersebut dan bentuk psikis sebuah karya merupakan susunan

dari kesan hasil tanggapan. Hasil tanggapan yang terorganisir dari

kekuatan proses imajinasi seorang penghayat itulah, maka akan terjadilah


12

sebuah bobot karya atau arti (ini) sebuah karya seni disebut juga makna,

(Dharsono, 2007 : 33)

3. Pengertian miniatur

Miniatur adalah suatu objek yang mana skala dari pada objek itu

sendiri diperkecil, tiruan objek yang lebih kecil dari benda yang ditirunya.

Atau bisa juga miniatur adalah karya seni berbentuk mini, bersifat estetis,

serta memiliki suatu fungsi selain dari aspek keindahan. (di akses pada 5

April 2015 di http://www.artikata.com/arti-340995-miniatur.htm,)

Miniatur adalah perwujudan fisik 3 dimensi sebuah

desain dalam skala kecil atau mini. Fungsinya adalah sebagai

media visualisasi sebuah desain. Sebagai alat untuk menjelaskan

sebuah rancangan. Dalam perkembangannya di dunia properti, maket

digunakan sebagai alat berpromosi. (di akses 5 April 2015,

http://www.arsitekturbergoyang.blogspot.com/2013/05/maket-

miniatur.html,)

Seni miniatur adalah seni khusus, bukan seni baru. Selama

berabad-abad telah dianggap sebagai bentuk seni. Seni miniatur paling

sering bekerja sangat rinci, indah dalam warna dengan kekuatan komposisi

yang biasa lebih dari bersaing dengan lukisan yang lebih besar. Sebuah

panduan komposisi membutuhkan, lembut dan lebih dari skala 1/6th dari

subjek yang sebenarnya. Sebuah miniatur biasanya melewati waktu selama


13

atau lebih lama untuk menghasilkan sebagai sebuah karya besar seni.

Sebuah miniatur halus dapat diperbesar berkali-kali dan masih akan terus

bersama-sama sebagai sebuah karya seni baik ukuran jauh lebih besar.

Kebanyakan seniman dapat bekerja besar, tetapi hanya sedikit memiliki

keterampilan dan disiplin untuk bekerja miniatur. Ada banyak perdebatan

tentang apakah ada teknik untuk dianggap sebagai teknik terbaik, lebih

akurat, atau paling benar. Teknik seperti stippling, penetasan dan

pointilisme kadang-kadang hanya ditemukan di bawah pembesaran.

Jawabannya adalah untuk mempelajari orang lain dari masa lalu dengan

teknik present. Whatever digunakan, maka harus ditangani dengan teliti

dan pengerjaan yang sempurna. Seni miniatur kadang-kadang

mengalahkan kepercayaan penonton seperti apa yang mungkin bagi

seniman untuk menciptakan sedemikian ruang kecil. Daya tarik manusia

dengan menciptakan dalam skala kecil telah dibuktikan dalam

banyak peradaban dunia. (di akses pada 5 April 2015 di

http://www.whithstar12.blogspot.com/2012/11/seni-miniatur.html).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian miniatur adalah tiruan suatu benda dengan ukuran yang lebih

diperkecil dari benda yang sebenarnya.


14

4. Patung

a. Pengertian Patung

Seni Patung merupakan karya seni rupa yang sudah lama

dikenal oleh masyarakat. Pematung pada zaman dahulu tidak dikenal

sebagai seniman, tetapi merupakan tugas religius. Namun, sekarang

zaman telah berubah dan semakin maju. Seni membuat karya patung

dari segi estetika sangat bernilai tinggi, Seniman patung membuat

karya seninya dengan berbagai macam, teknik dan bentuk sehingga

hasilnya sangat berpariasi. Patung termasuk karya seni rupa tiga di-

mensi karena dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

Patung merupakan karya seni rupa tiga dimensi artinya benda

yang memiliki isi. Seni patung disebut juga plastic art atau seni plas-

tik, juga diartikan sebagai seni bentuk, maksudnya bentuk-bentuk

yang memiliki keindahan. Patung sebagai seni plastik mempunyai

pengertian yang luas, karena tidak hanya bentuk manusia atau bi-

natang yang dibuat tetapi betuk apapun dapat dibuat.

b. Fungsi Patung

Pada zaman dahulu patung dibuat untuk kepentingan keaga-

maan, misalanya pada masa mesir kuno, orang membuat patung untuk

disembah. Pada zaman Hindu dan Budha, orang juga membuat patung

untuk menghormati dewa atau ornag yang dijadikan teladan.


15

Pada perkembangan selanjutnya patung banyak dibuat untuk

kepentingan monument, yaitu untuk memperingati peristiwa atau

kebesaran suatu bangsa, kelompok, dan perorangan. Sebagai contoh

yaitu tujuh patung pahlawan revolusi di Lubang Buaya, patung

proklamator Soekarno Hatta, dan patung pembebasan Irian Barat.

Dewasa ini patung tidak dibuat untuk dipuja-puja atau disem-

bah tetapi lebih bersifat sebagai hiasan. Patung-patung sekarang lebih

bebas dan berfariasi. Dalam menciptakan karya, pematung tidak teri-

kat untuk apa dan untuk siapa patung itu dibuat. Seni patung dicip-

takan untuk dinikmati nilai keindahan bentuknya.

Patung juga dapat difungsikan untuk menghiasi taman-taman

kota atau untuk melengkapi suatu bangunan. Bangunan yang di da-

lamnya sering terdapat patung misalnya bangunan keagamaaan,

bangunan kantor, dan bangunan gedung rakyat. Hubungan patung

dengan bangunan hendaknya berkesesuaian agar dapat tercapai ke-

harmonisan.

Secara umum fungsi seni patung tidak terlepas dari tujuan

diciptakannya patung tersebut. Berdasarkan tujuan pembuatannya

patung ada enam macam yaitu:

a) Patung religi, sebagai sarana untuk beribadah atau bermakna

religius.
16

b) Patung monument, untuk memperingati jasa sesorang,

kelompok, atau peristiwa bersejarah.

c) Patung arsitektur, patung yang ikut aktif berfungsi dalam

kontruksi bangunan.

d) Patung dekorasi, yaitu patung untuk menghiasi banguan atau

memperindah lingkungan (taman).

e) Patung seni, artinya patug yang diciptakan untuk dinikamti

keindahan bentuknya.

f) Patung kerajinan, yaitu patung hasil karya kerajinan,

(Setianingsih, dkk. (1994:116-117)

c. Jenis Karya Patung Realisme

Penampilan karya patung bemacam-macam jenisnya. Hal ini

dapat kita saksikan di rumah, di taman, atau di museum. Setianingsih,

dkk (1994 : 117) menjelaskan jenis karya patung realis dapat

dibedakan menjadi tiga jenis yaitu patung dada, patung torso, dan

patung lengkap

a) Patung Dada

Yang dimaksud dengan patung dada adalah penampilan

karya patung sebatas dada hingga ke atas atau bagian kepala.


17

b) Patung Torso

Torso disebut juga badan. Patung torso adalah penampilan

karya patung yang hanya menampilkan bagian badan, dari dada,

pinggang, dan panggul.

c) Patung Lengkap

Penampilan karya patung lengkap maksudnya terdiri atas


badang anggota badan bagian atas dan bagian bawah, serta
kepala.

5. Pengertian Konsep

Konsep merupakan suatu gambaran awal atau sebagai suatu

langkah awal yang mendasari suatu kegiatan atau aktivitas diri. Menurut

Kamus Bahasa Indonesia (2007 : 588), konsep adalah suatu gambaran

mental dari objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang

digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Oleh karena itu, setiap orang memiliki konsep yang berbeda-beda

dalam penggambaran baik itu terhadap suatu objek maupun suatu proses

perjalanan dan pengalaman hidup. Demikian dalam berkarya seni, setiap

orang juga memiliki konsep yang berbeda-beda dalam menerapkan dan

menciptakan suatu karya seni.

Dalam hal berkarya seni, pada hakikatnya berkarya seni merupakan

suatu proses pendewasaan diri dalam rangka membentuk suatu keutuhan

kerangka berfikir atau penjiwaan terhadap sesuatu hal-hal lain yang

senantiasa berubah-ubah sesuai dengan pola pikir dan perasaan atas apa
18

yang dialami dan yang terjadi disekitarnya.

Oleh karena itu, terciptanya suatu karya seni ada beberapa proses

pembentukan, yaitu :

a. Proses pembentukan yang berasal dari aktivitas jiwa

` Proses ini dimana penciptaan berasal dari penangkapan

perasaan terhadap suatu objek yang berinteraksi dengan melalui

cita dan rasa seni seseorang.

b. Proses ekspresi atau penuangan ide

Proses visualisasi ide yang memuat tentang kreativitas

dan imajinasi masing-masiang perupa atau pencipta seni.

Jadi, sebuah karya seni bukanlah semata-mata terbentuk tanpa ada

dasar ataupun tanpa jiwa. Namun, lebih kepada manifestasi dari

pengalaman empiris dan spiritual yang tertuang dalam suatu bentuk yang

disebut dengan karya seni. Oleh karena itu, konsep berkarya seni itu

merupakan suatu langkah awal dan penentu terciptanya suatu karya seni.

Dan merupakan suatu hal yang wajar bahwa setiap orang mempunyai

konsep seni yang berbeda-beda sesuai apa penjiwaan dan ide

masing-masing sehingga dapat melahirkan suatu gaya atau aliran yang

beragam pula. (diakses pada 24 agustus 2015 di

http://dzunsalam.blogspot.com/2013/05/pengertian-konsep-berkarya-seni

29.html).

6. Pengertian Estetika
19

Estetika berasal dari kata Yunani Aesthesis, yang berarti perasaan

atau sensitivitas. Itulah sebabnya maka estetika erat sekali hubungannya

dengan selera perasaan atau apa yang disebut dalam bahasa Jerman ges-

chmack atau taste dalam bahasa Inggris. Estetika timbul tatkala

pikiran para filsuf mulai terbuka dan mengkaji berbagai keterpesonaan

rasa. Estetika bersama dengan etika dan logika membentuk satu kesatuan

yang utuh dalam ilmu-ilmu normatif di dalam filsafat (Kartika, 2014

:17).

Estetika merupakan salah satu objek bahasa yang justru

berkembang dari filsafat. Estetika merupakan bagian dari filsafat yang

membahas seni dan keindahan. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, Estetika semakin didefinisikan.

Secara teori, estetika dianggap sebagai kajian terhadap nilai

emosional sensorik, beberapa menganggapnya sebagai penilaian terhadap

emosi dan perasaan. Estetika bentuk memiliki dasar tertentu, yang

disebut prinsip estetika seperti yang dikemukakan oleh Mondroe

Beardsle dalam Dharsono yang menjelaskan tiga ciri yang menjadi

sifat-sifat membuat baik (indah) dari benda-benda estetika pada

umumnya yaitu: kesatuan, karumitan, dan kesungguhan.

a) Kesatuan (Unity)

Cara membentuk kesatuan adalah dengan penerapan tema

desain. Ide yang dominan akan membantu kekuatan dalam desain


20

tersebut. Unsur-unsur rupa yang dipilih disusun dengan atau un-

tuk mendukung tema.

1) Tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang

utuh dan serasi

2) Keterpaduan dari yang paling sederhana sampai ke yang

rumit

3) Keterpaduan bentuk-bentuk geometris

b) Kerumitan (Complexity)

Adalah benda estetis atau karya seni yang bersangkutan tid-

ak sederhana sekali, melainkan kaya akan isi maupun unsur-

unsur yang saling berlawanan ataupun mengandung perbedaan-

perbedaan yang halus.

c) Kesungguhan (Intensity)

Adalah suatu benda estetis yang baik harus mempunyai suatu

kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sekedar sesuatu yang

kosong. Tidak menjadi masalah tentang kualitas apa yang

dikandungnya (misalnya suasana suram, atau gembira, sifat lem-

but atau kasar), asalkan merupakan sesuatu yang insentif atau

sungguh-sungguh.

Pencapaian keindahan bentuk ini didukung pula oleh

pemenuhan aspek-aspek yang meliputi fungsi seni seperti: Ed-

mund Burke Feldman dalam Meisar Ashari (2013: 93) menya-

takan fungsi seni terdiri atas tiga bagian, seperti fungsi personal
21

(personal function), fungsi sosial (social function), dan fungsi

fisik (phisical function).

1. Fungsi Personal (personal functions).

Gambar visual ditulis dengan didahului bahasa sebagai

alat komunikasi. Akan tetapi, seni melampaui komunikasi in-

formasi, tetapi juga mengungkapkan seluruh dimensi

kepribadian manusia, atau psikologis, keadaan tertentu. Seni

adalah lebih dari simbol standar dan tanda-tanda yang

digunakan karena pembentukan unsur-unsur, seperti: garis,

warna, tekstur, mengirim subliminal makna luar informasi dasar.

Keberadaan unsur-unsur ini memberikan maksud dan makna

kepada artis dan penonton.

2. Fungsi Sosial (social functions)

Seni melakukan fungsi sosial jika: (1) mempengaruhi

kelompok manusia; (2) hal ini dibuat untuk dapat dilihat atau

digunakan dalam situasi umum; (3) ini menggambarkan

aspek-aspek kehidupan bersama oleh semua sebagai lawan jenis

pengalaman pribadi

3. Fungsi Fisik (physical functions)

Seni dalam ikatan “fungsi fisik” merujuk pada benda-

benda yang dibuat untuk digunakan sebagai alat atau wadah.

Sebagai sebuah contoh, misalnya: pada perancang industri,

mereka menciptakan benda industri, yang dibuat dan dijual un-


22

tuk konsumen. Seni saling berhubungan dan bertanggung jawab

terhadap cakupan wilayah atau lingkungan, baik tampilannya

dan cara kerjanya. Selanjutnya di sini, seni berarti lebih daripada

menghiasi atau memperindah pada pengertian dasarnya .

7. Pengertian Eksistensi

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah

keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan

menurut Abidin Zaenal (2007:16) eksistensi adalah :

Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau

mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni

exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi

eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal

dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung

pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

Eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan.

Dimana keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada

atau tidak adanya kita. Istilah “ hukuman” merupakan istilah umum

dan konvensional yang mempunyai arti yang luas dan dapat

berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang

yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya sering digunakan dalam

bidang hukum, tetapi juga dalam istilah sehari-hari seperti di bidang

moral, agama dan lain sebagainya. (diakses pada 24 agustus 2015 di

http://digilib.unila.ac.id/4230/14/BAB%20II.pdf)
23

8. Biografi Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12

Januari 1631. Ia merupakan putra kedua dari Sultan Malikussaid,

Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah kerajaan Gowa,

ketika Belanda berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Gowa

merupakan kerajaan besar di wilayah Timur Indonesia yang menguasai

jalur perdagangan.

Gambar 1. Sultan Hasanuddin


(www.kidnesia.com500 x 567search by image)

Pada tahun 1666, di bawah pimpinan laksamana Cornelis

Speelman, kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil,

tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan

Hasanuddin naik tahta, ia berusaha menggabungkan kekuatan


24

kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian Timur untuk melawan

kompeni.

Pertempuran terus berlangsung, kompeni menambah pasukannya

hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah. Pada tanggal

18 November 1667 Sultan Hasanuddi bersedia mengadakan perdamain

Bongayya di Bungayya. Gowa merasa dirugikan, karena itu

Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan. Akhirnya pihak kompeni

meminta bantuan tentara ke Batavia. Pertempuran kembali pecah

diberbagai tempat. Sultan Hasanuddin memberikan perlawanan sengit.

Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan kompeni, hingga

akhirnya kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa, yaitu

benteng Somba Opu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin

kemudian mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan wafat pada tanggal

12 juni 1670 di Makassar, Sulawesi Selatan pada umur 39 tahun. Sultan

Hasanuddin mendapat gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden

RI No. 087/TK/Tahun 1973, (Nur Asiah, 2009: 122)

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan dasar atau konsep sebuah penelitian yang

tersusun secara sistematis dan mampu mengarahkan peneliti kepada tujuan

dari sebuah penelitian itu sendiri.


25

Setelah melihat beberapa konsep di atas yang telah diuraikan pada

tinjauan pustaka, maka dapatlah dibuatkan kerangka atau skema yang

dijadikan sebagai kerangka pikir sebagai berikut.

Bengkel seni tana-tallo’

Miniatur patung
Sultan Hasanuddin

Eksistensi miniatur
Konsep Pembuatan Estetika
patung Sultan
miniatur patung bentukminiatur
Hasanuddin
Sultan Hasanuddin patung Sultan
Hasanuddin

Hasil penelitian

Gambar 2. Kerangka Pikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk metode “deskriptif kualitatif”, yang artinya

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang

biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, yang mana

peneliti berperan sebagai instrumen kunci (Sugiyono,2008:15). Dalam arti

lain deskriptif kualitatif ialah berusaha mengungkapkan suatu atau memberi

gambaran secara objektif sesuatu dengan kenyataan sesungguhnya mengenai

analisis bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini terletak di salah satu rumah produksi “Bengkel seni Tanah

Tallo” yang beralamat di Jalan Sultan Abdullah Kompleks Perhubungan laut

No. 10 Makassar.

Jalan Sultan Abdullah Raya

Kompleks perumahan
Laut
Kuburan
Raja-Raja
Tallo
Benkel Seni Tana-Tallo

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

26
27

C. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah masalah yang diamati dalam satu penelitian karena

penelitian ini akan membahas analsis Seni Kerajinan bentuk miniatur

patung Sultan Hasanuddin. Dengan demikian variabel penelitian adalah

sebagai berikut :

a. Konsep pembuatan miniatur patun Sultan Hasanuddin

b. Estetika bentuk miniatur patun Sultan Hasanuddin

c. Eksisitensi miniatur patun Sultan Hasanuddin. Jadi, variabel ini

diharapkan dapat memberikan data tentang analisis kerajinan

bentuk miniatur patun Sultan Hasanuddin.

2. Desain Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi:

a. Melakukan kunjungan ke lokasi penelitian

b. Melakukan pengamatan terhadap miniatur patung yang dibuat

oleh pengrajin

c. Mengambil gambar/foto dokumentasi

d. Menghubungi pengrajin untuk melakukan wawancara tentang

miniatur patung yang memiliki nilai estetika bentuk

mengklasifikasikan data

e. Mengolah dan menganalisa data

f. Mendeskripsikan kembali kerajinan miniatur patung Sultan

Hasanuddin
28

g. Mengambil kesimpulan dari hasil penelitian.

Desain penelitian ini dirancang sesuai dengan tahapan pelaksanaan

sebagai berikut:

Analisis bentuk miniatur


patung Sultan Hasanuddin
di Tallo kota Makassar

Konsep pembuatan Estetika bentuk Eksistensi miniatur


miniatur patung Sultan miniatur patung patung Sultan
Hasanuddin di tallo Sultan Hasanuddin di Hasanuddin di Tallo kota
Kota Makassar Tallo kota Makassar Makassar

Teknik pengumpulan data

Penyajian data

Analisis data

Kesimpulan

Gambar 3. Skema Desain Penelitian

Desain penelitian dapat diterangkan sebagai berikut: Pertama-tama

penelitian membuat rancangan penelitian kemudian kelapangan dengan


29

mengadakan observasi langsung bagaimana analisis bentuk miniatur

patung Sultan Hasanuddin, Kemudian peneliti juga mengadakan

wawancara terhadap pengrajin mengenai hal-hal yang tidak ditemukan

atau hal yang dianggap membutuhkan penjelasan dari pengamatan yang

dilakukan.

Di samping itu peneliti juga mengumpulkan data dengan cara

pemotretan yang berkaitan dengan analisis bentuk miniatur patung Sultan

Hasanuddin. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka peneliti

memprotes, dan menganalisis data sampai pada kesimpulan.

D. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan Variabel penelitian, maka pendefenisian terhadap variabel

perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru. Adapun

defenisi operasional variabel tersebut adalah

1. Analisis bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin, maksudnya

adalah kajian yang dilaksanakan terhadap struktur artikulasi dari

sebuah hasil kesatuan yang menyeluru dan saling terkait dengan

unsur pendukung lainnyaguna dapat meneliti objek tiruan tersebut

secara mendalam.

2. Estetika bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin, maksudnya

adalah nilai emosional sensotik yang terdapat pada struktur

artikulasi sebuah hasil kesatuan yang menyeluruh dari sebuah

hubungan yang saling terkait atau penilaian perasaan yang tersaji

dari sebuah proses atau penampilan objek tiruan tersebut.


30

3. Eksistensi miniatur patung Sultan Hasanuddin, maksudnya adalah

penekanan dan aktualisasi akan keberadaan suatu objek tiruan atau

kerajinan miniatur patung Sultan Hasanuddin ditengah

keberanekaragaman kerajinan yang ada ditengah-tengah penikmat

seni.

E. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran atau permasalahan yang akan

diteliti. Objek dari penelitian ini yaitu pengrajin miniatur patung Sultan

Hasanuddin di Bengkel Sini Tanah-Tallo.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan

untuk memperoleh data primer tentang analisis Seni Kerajinan bentuk

miniatur patung Sultan Hasanuddin yang ada di Jalan Sultan Abdullah

Kecamatan Tallo Kota Makassar.

1. Teknik Observasi

Teknik dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung

terhadap objek. Penelitian mengamati langsung fenomena yang ada di

lapangan secara rinci kemudian akan diketahui beberapa fakta di

lapangan dan diperoleh data yang nantinya akan dikumpulkan untuk

dianalisis lebih lanjut. Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan

pengamatan terhadap objek penelitian seperti proses pemilihan dan


31

pengolahan bahan baku, alat atau sarana yang digunakan, dan proses

pembuatan miniature patung Sultan Hasanuddin sampai selesai.

Penelitian mencatat kegiatan yang dilakukan pengrajin yang ada di Jalan

Sultan Abdullah Tallo Makassar.

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara dilakukan peneliti untuk melakukan tanya

jawab secara langsung dengan pengrajin, mengenai variabel faktor

penunjang dan faktor pendukung serta menanyakan hal-hal yang kurang

jelas atau tidak sempat ditemukan pada saat pengamatan langsung dalam

proses pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin.

3. Teknik Dokumentasi

Metode ini dilakukan untuk memperoleh data dokumen berupa foto

mengenai analisis Seni Kerajinan miniatur Patung Sultan Hasanuddin.

Data ini merupakan data yang dapat menunjang dan berkaitan dengan

penelitian. Alasan pemilihan cara ini karena dianggap sebagai sebagai

slah stu cara untuk memperoleh data secara tepa, cepat dan efisien.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dianggap tepat dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif yaitu dengan menggunakan fakta (menguarikan data)

yang ada di lapangan, untuk memberikan gambaran tentang permasalahan


32

yang dibahas dalam penelitian serta dikembangkan berdasarkan teori yang

ada.

Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah

pengelolahan data. Yang dimaksud dengan pengolahan data pada penelitian

ini adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari

hasil penelitian (observasi, wawancara, dan dokumentasi) dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, memilih mana yang penting dan

akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

dirinya sendiri atau orang lain.

Pengumpulan Penyajian Data


data

Reduksi kata

Kesimpulan
Verifikasi

Gambar 4. Teknik Analisis Data (Modifikasi dari model Miles dan Huberman)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah

dilakukan di lapangan. Data tersebut meliputi:

1. Konsep pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin di Tallo Kota


Makassar.
Dalam segala aspek kehidupan manusia tidak lepas dengan yang

namanya konsep. Konsep merupakan acuan dalam melakukan atau

menciptakan sesuatu, terkhusus dalam bidang seni yang menuntut hasil

dengan cipta rasa dan nilai yang tidak biasa. Salah satu jenis karya yang

membutuhkan konsep yang matang adalah kerajinan tangan miniatur

patung Sultan Hasanuddin. Sebagai jenis kerajianan, miniatur patung

Sultan Hasanuddin ini sangatlah membutuhkan konsep yang sangat

matang, kreatifitas yang tinggi serta imajinasi yang luar biasa, dengan

tuntutan agar karya itu mempunyai nilai estetika, serta nilai jual kepada

penikmat seni. Banyak konsep yang bisa dijabarkan oleh pengrajin tetapi

yang akan jadi pertanyaan, apakah peran/konsep yang dijabarkan pengrajin

ini sampai pada penikmat seni khususnya dan khayalak ramai pada

umumnya.

Berbicara masalah konsep seni, khususnya pada pembuatan

miniatur patung sultan Hasanuddin itu tidak lepas dari kemampuan

33
34

pengrajin dan tren yang lagi laris dipasarkan. Kemampuan pengrajin dalam

menjabarkan konsep inilah yang nantinya akan menentukan maksimal atau

tidaknya karya yang dihasilkan sedangkan tren yang laris dipasarkan

mempengaruhi minat penikmat seni untuk datang dan melihat hasil karya

ciptaannya.

Pada pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin ini, pengrajin

menuangkan karya yang realis dan perwujudan karakter asli seorang tokoh

pejuang yaitu Sultan Hasanuddin dengan mengedapankan nilai

kebudayaan Makassar. Miniatur patung Sultan Hasanuddin ini dibuat

dengan detail atau realis dan terperinci sehingga miniatur patung Sultan

Hasanuddin tampak hidup dan terlihat elegant. Oleh karena itu terciptanya

miniatur patung Sultan Hasanuddin yang di buat oleh perajin ini ada

beberapa proses pembentukannya di antaranya:

a. Proses pembentukan yang berasal dari aktivitas jiwa

Proses ini dimana penciptaan berasal dari penangkapan

perasaan terhadap suatu objek yang berinteraksi dengan melalui

cita dan rasa seni seorang perajin miniatur patung Sultan

Hasanuddin, dimana seorang perajin dituntut untuk mampu

mengeksplore potensi yang ada dalam dirinya dengan segenap jiwa

dan rasanya sehingga perajin mampu menghasilkan karya nyata

yang dapat dinikmati secara lahiriah. Jiwa perajin akan mampu

menjadi tumpuan dasar dalam berkarya secara utuh. Dalam

membuat miniatur Patung Sultan Hasanuddin tersebut perajin


35

bukan hanya memiliki kemampuan atau skil dalam membuat

patung tetapi perajin juga memiliki proses pembentukan yang

berasal dari aktifitas jiwa sehingga memiliki konsep yang baik

dalam menciptakan miniatur patung Sultan Hasanuddin di Tallo

Kota Makassar tersebut.

b. Proses ekspresi atau penuangan ide

Proses visualisasi ide yang memuat tentang kreativitas dan

imajinasi masing-masiang perupa atau perajin miniatur patung

Sultan Hasanuddin, dalam tahap ini perajin betul-betul harus

mampu menjabarkan ide-ide dan ekspresi dengan sangat detail dan

komplit agar mampu menciptakan mahakarya yang berkarakter

sesuai dengan apa yang telah dikonsep sebelumnya. Banyak perajin

yang gagal dalam tahap ini dikarenakan kurangnya konsentrasi dan

pemahan akan sebuah ekspresi ataupun ide yang telah dikonsep

oleh si perajin itu sendiri, namun perajin atau pembuat miniatur

patung Sultan Hasanuddin yang ada di Tallo Kota Makassar

tersebut memiliki ide dan ekspresi yang kompleks dengan

menciptakan ide untuk membuat miniatur patung Sultan

Hasanuddin yang dimana Sultan Hasanuddin merupakan pejuang

atau pahlawan nasional yang terlahir dari suku Bugis Makassar

yang sampai sekarang masih dikenang atau diagung-agungkan oleh

Masyarakat.
36

2. Estetika bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin di Tallo Kota


Makassar.

Manusia telah diciptakan dengan kelengkapan lima pancaindera

yang membuat manusia mampu menelaah dan menerjemahkan nilai-nilai

dan segala bahasa di alam semesta ini. Salah satu nilai dan bahasa yang

mampu diterjemahkan oleh lima pancaindera kita adalah keindahan

(estetika). Jadi secara tidak langsung ketika kita ingin menciptakan suatu

karya dalam seni. Nilai keindahan (estetika) menjadi patokan dan

pertimbangan utama agar suatu karya mampu menunjukkan nilai

keindahan (estetika) kepada publik dan khayalak ramai. Nilai keindahan

(estetika) mampu menjadi tolak ukur keberhasilan pengrajin dalam

menciptakan suatu karya

Dalam pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin ini misalnya

pengrajin menjadikan estetika sebagai acuan menciptakan karyanya, agar

mampu membuat kesan hidup dan memperlihatkan sebuah patung yang

realis pada miniatur patung Sultan Hasanuddin, kuatnya ikatan antara

konsep dan nilai estetika menjadi perpaduan yang pas dalam menciptakan

karya sehingga pesan yang ada pada karya mampu tersampaikan kepada

penikmat seni atau publik.

Nilai estetika dalam miniatur patung Sultan Hasanuddin sangatlah

nampak jelas dengan hasil karya yang mendetail sehingga pemaparan

karakteristik tokoh pejuang Daeng Mattawang Karaeng Malombassi atau

sering disebut Sultan Hasanuddin mampu dijabarkan dengan baik. Adapun


37

ciri-ciri yang menjadi sifat dalam membuat miniatur Patung Sultan

Hasanuddin yang dimiliki oleh perajin tersebut antara lain :

a. Kesatuan

Karya miniatur patung Sultan Hasanudin yang dibuat oleh

perajin yang ada di Tallo Kota Makassar yang menjadi objek

penelitian ini tidak memiliki unsur kesatuan dalam pewarnaan karya

miniatur tersebut tidak terjalin secara baik satu sama lain karena

Warna dari miniatur patung tersebut menggunakan warna mentah

sehingga mengurangi nilai estetika namun secara keseluruhan miniatur

patung Sultan Hasanuddin memiliki kesatuan dari segi bentuk yakni

antara bentuk bagian dada dengan bagian wajah dan kepala.

Warna yang digunakan pada bagian


wajah miniatur tersebut tidak memiliki
gradasi gelap terang sehingga tidak
terlihat hidup dan realistis.

Warna pada baju yang terdapad pada


miniatur tersebut hanya menggunakan
warnah mentah sehingga mengurangi
nilai estetisnya.

Bustek yang terdapat dalam miniatur


patung tersebut terlalu tinggi sehingga
secara keseluruhan miniatur tersebut
terlihat tidak proporsi
38

b. Kerumitan

Dapat diamati bahwa karya miniatur patung Sultan Hasanuddin

memiliki bentuk yang realis. Dengan demikian karya tersebut

memiliki tingkat kerumitan dalam proses pengerjaannya mulai dari

pembuatan cetakan, proses pencetakan, sampai dengan proses

pewarnaannya selain itu juga perajin memerlukan teknik yang

mempuni dan juga kesabaran sehingga Unsur-unsur yang terdapat di

dalamnya dikreasikan secara total dan konsisten dan itu tidak terlalu

nampak dalam karya miniatur Sultan Hasanuddin di tallo Kota

Makassar.

Secara keseluruhan miniatur patung


Sultan Hasanuddin tersebut memiliki
bentuk yang baik, namun tidak memiliki
betuk realis yang tuntas karena miniatur
tersebut seharusnya masih bisa digarap
namun patung tersebut tidak di selesaikan
dengan sempurna sehingga mengurangi
nilai estetisnya.

c. Kesungguhan

Seperti yang tampak dalam bentuk miniatur patung tersebut,

dimana dalam perwujudannya memiliki nilai estetis yang mumpuni.

Maka dapat disimpulkan bahwa karya patung ini memiliki nilai


39

kesungguhan yang layak untuk diapresiasi. Karya ini memiliki

dimensi terhadap unsur-unsur rupa yang terdapat di dalamnya. Yakni

dimensi ruang pada karya miniatur patung Sultan Hasanuddin

sehingga karya nampak lebih hidup dan artistik.

Dapat dilihat pada gambar


disamping bahwa perajin
tersebut memiliki
kesungguhan dalam membut
miniatur patung tersebut

Sementara dalam pencapaian keindahan bentuk miniatur patung

Sultan Hasanuddin yang ada di Tallo Kota Makassar ini didukun oleh

aspek-aspek yang meliputi fungsi seni yang terdiri dari:

a. Fungsi personal yaitu pengrajin lebih cenderung melihat dari sisi

ekonomi, dengan membuat miniatur Patung Sultan Hasanuddin dengan

yang realis karena diminati pasar yang mengacu pada selera masyarakat

setempat.

b. Fungsi Sosial, miniatur patung Sultan Hasanuddin di buat oleh perajin

guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan para penikmat seni

yang datang di Kota Makassar sebagai cinderamata khas Makassar.

c. Fungsi fisik, karya ini dibuat untuk berbagai jenis kepentingan di

dalamnya, mulai dari kepentingan ekonomis, dimana miniatur patung

Sultan Hasanuddin ini diambil dari tokoh masyarakat makassar, dan

disukai oleh para wisatawan yang datang di makassar, oleh karena itu
40

perajin membuat karya ini dengan sungguh-sungguh dan lebih

memperhatikan nilai keindahannya.

3. Eksistensi miniatur patung Sultan Hasanuddin di Tallo Kota


Makassar.

Dalam berkarya, pengrajin harus mempertimbangkan jauh-jauh

sebelumnya, agar mampu menganalisis dan memperkirakan cara yang

tepat untuk mempertahankan keberadaan dan bagaimana mendapatkan

pengakuan dari publik tentang hasil karya yang kita ciptakan. Itulah yang

disebut sebagai eksistensi dari sebuah karya.

Banyak hal yang mempengaruhi pengrajin dan hasil kerajinannya

sehingga mampu mempertahankan eksistensinya ditengah maraknya

pengrajin dan hasil kerajinan yang mengikuti perkembangan zaman.

Beberapa faktor yang mampu mempengaruhi eksistensi miniatur patung

Sultan Hasanuddin antara lain biaya pembuatan, konsep dan estetika

miniatur yang ditawarkan pengrajin, serta pemasaran dan minat para

penikmat miniatur patung Sultan Hasanuddin itu sendiri. Pengrajin

miniatur patung Sultan Hasanuddin menghiasi dengan menggunakan

bahan yang tepat dan ekonomis tanpa mengurangi detail keindahan yang

melekat pada miniatur patung sebagai penjabaran dari karakter tokoh

tersebut.

Berikut ini adalah perolehan data dari penelitian yang saya lakukan

dilapangan dengan menggunakan teknik wawancara, dimana yang


41

menjadi narasumber adalah perajin miniatur patung Sultan Hasanuddin

itu sendiri.

Menurut bapak Aguslim/perajin (wawancara, 29 Mei 2015) pola

dasar yang khas dalam pembuatan patung ini berada pada teknik

pencetakannya, yaitu menggunakan media cetakan dari bahan silicon

rubber, bahan ini memudahkan hasil cetak yang lebih detail sesuai

master desain yang direkam sebelumnya. Bentuk miniatur patung Sultan

Hasanuddin yang dibuat berbentuk patung setengah badan tanpa lengan

atau sering disebut bentuk torso. Yang membedakan miniatur patung ini

jika dibandingkan dengan kerajinan lainnya ialah dari media cetakannya

yang menggunakan silicon rubber, selain itu bahan utama dalam

mencetak patung ini menggunakan bahan cornice, kelebihan dari bahan

cornice ialah daya keringnya yang cepat cukup membutuhkan waktu 15

menit. Yang membuat miniatur patung Sultan Hasanuddin tetap eksis

ialah permintaan miniatur patung yang masih tinggi sebagai oleh-oleh

dan sebagai souvenir dari kota Makassar serta biaya produksinya yang

relatif murah sehingga memungkinkan mendapatkan untung yang lebih

besar. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap perajin

miniatur patung Sultan Hasauddin untuk menjaga eksistensinya :

a. Penetapan harga jual yang murah, miniatur patung Sultan

Hasanuddin lebih murah jika dibandingkan didaerah lain atau

di toko-toko soupenir yang ada di Makassar, karena


42

pemasarannya langsung dilakukan oleh perajin dan tampa

perantara.

b. Kemampuan dalam promosi yang sesuai pasarnya, perajin

harus mampu untuk memasarkan karyanya kepada masyarakat

maupun wisatawan yang datang di Makassar agar keberadaan

patung ini tetap terjaga, dan pemasarannya harus mengacu atau

disesuaikan dengan minat masyarakat.

c. Produk harus memiliki keunikan, kerajinan miniatur patung

Sultan Hasanuddin harusnya memiliki keunikan dibandingkan

dengan miniatur atau patung yang lain agar para penikmat

atau masyarakat tertarik untuk memiliki dan membelinya.

d. Mengikuti pameran-pameran kerajinan tangan, agar perajin

dapat membandingkan karya-karya yang diminati pasar, dan

dapat menambah pengetahuan perajin untuk membuat karya

yang lebih menarik .

e. Membuat kemasan yang menarik sehingga mudah menarik

konsumen, seperti memberikan warna realistis, dan

memberikan gelap terang agar karya miniatur patung tersebut

lebih menarik dan menambah nilai estetisnya.

B. Pembahasan

Pada bagian ini peneliti menguraikan hasil penelitian yang telah

dilakukan di lapangan dengan mengaitkan teori-teori yang telah dikemukakan

terlebih dahulu berdasarkan kenyataan yang dihadapi atau ditemukan peneliti.


43

Ada tiga hal pokok yang akan dibahas peneliti yaitu konsep pembuatan,

estetika bentuk dan eksistensi miniatur patung Sultan Hasanuddin.

1. Konsep pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin

Perajin ingin mencoba mengangkat tentang sejarah kejayaan

masyarakat Makassar pada masa penjajahan kolonial Belanda dengan

menampilkan karakter pahlawan dalam wujud miniatur patung. Dalam

pembuatan perajin berusaha bagaimana agar tampilan dari miniatur

patung menjadi lebih hidup dan terlihat dinamis. Mulai dari pemilihan

alat yang tepat dan bahan yang berkualitas.

Perajin menuangkan karya realism dengan menciptakan karya

patung yang hanya menampilkan bagian badan, dari dada, pinggang, dan

panggul. Ini didukung dengan kemampuan perajin dalam memilih bahan

serta alat yang digunakan dalam proses membuat miniatur Sultan

Hasanuddin ini. Perajin menggunakan master cetakan yang terbuat dari

silicon rubber, namun peneliti melihat karya miniatur patung Sultan

Hasanuddin yang di buat oleh perajin tidak mampu membuat miniatur

patung dengan lekukan dan bentuk yang sangat detail sehingga miniatur

patung yang dihasilkan tidak tepat sasaran sesuai dengan konsep

sebelumya yaitu membuat miniatur patung Sultan Hasanuddin yang

mendetail, peneliti melihat itu pada bagian baju dalam miniatur patung

Sultan Hasanuddin yang tidak menampilkan lekukan kain pada patung

yang sebenarnya dan kerah baju yang tidak tinggi sebagaimana ciri

seorang pahlawan dalam hal ini Sultan hasanuddin, kemudian pada


44

bagian rambut miniatur patung Sultan Hasanuddin tersebut tidak

menampilkan lekukan-lekukan rambut yang mendetail melainkan rambut

hanya terlihat rata, dan proses pewarnaanya pula hanya menggunakan

warna mentah tampa ada percampuran warna sehingga mengurangi nilai

estetika miniatur patung tersebut. Namun jika dilihat secara keseluruhan

miniatur patung ini memiliki nilai estetika yang dapat menarik perhatian

bagi penikmatnya terlebih miniatur ini menggunakan bahan cornice

(semen putih), dimana bahan ini memiliki kelebihan dengan daya kering

yang cepat dan cornice memiliki warna putih yang bisa langsung

dijadikan warna dasar dalam proses pewarnaan nantinya. Dengan proses

pembuatan yang tidak begitu rumit perajin dapat mampu membuat

miniatur patung dengan hasil maksimal dengan alat dan bahan yang

tepat.

Masyarakat bugis Makassar yang terkenal keras, pantang

menyerah, memiliki keyakinan yang teguh dan gigih dalam berjuang.

Konsep ini menjadi nilai seni tersendiri bagi penikmat miniatur patung

Sultan Hasanuddin, karena dengan melihat karya ini saja penikmat sudah

dapat menangkap dan memahami makna yang terdapat pada miniatur

patung Sultan Hasanuddin.

Dengan pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin perajin

berharap mampu mengekspos kembali sejarah masyarakat bugis

Makassar yang kala itu dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Menjadikan

miniatur ini sebagai pajangan yang bernilai sejarah, menjadikannya


45

cerminan bagi generasi sekarang untuk mengenang sosok pahlawan

Sultan Hasanuddin, menjadikannya sebagai panutan dan mengambil serta

mengamalkan hal-hal positif yang dimiliki oleh Sultan Hasanuddin,

sehingga karakter dari orang bugis Makassar asli tidak hilang ditelan

zaman.

Dalam pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin perajin

betul-betul memperhatikan semua aspek yang akan ditonjolkan sehingga

mampu menyampaikan makna dari miniatur patung itu sendiri sehingga

mampu mendapat tempat dikalangan penikmat patung. Konsep

pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin yang dibuat oleh perajin

tercipta dengan beberapa proses pembentukannya sesuai dengan teori-

teori yang sudah ada sebelumnya, di antaranya:

a. Proses pembentukan yang berasal dari aktivitas jiwa yang diterapkan

dalam pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin ini namapak

pada perwujudan karakter suku makassar yang melekat pada diri

seorang putera daerah makassar (to Mangkasara). Karakter seorang

pemimpin (Karaeng) sangat kental dan sangat-sangat jelas nampak

pada karya miniatur patung Sultan Hasanuddin, perajin mampu

menuangkan aktifitas jiwanya yang memang merupakan memiliki

jiwa putra Makassar dengan membuat miniatur patung Sultan

Hasanuddin.

b. Proses ekspresi atau penuangan ide miniatur patung Sultan

Hasanuddin dapat kita lihat dari penokohan dan karakter yang dipilih
46

oleh perajin. Perajin memilih tokoh pejuang dan karakter budaya

dari suku Bugis Makassar karena perajin menganggap kurangnya

karya seni yang mampu menonjolkan ciri khas budaya dan adat dari

sebuah kota khususnya kota Makassar (Bugis Makassar). Tokoh

Sultan Hasanuddin ini dianggap mampu mewakili karakter orang

Bugis Makassar dengan segala kekayaan adatnya, maka dari itu

perajin tersebut membuat miniatur patung Sultan Hasanuddin.

Gambar 4.1 Cetakan (silicon Rubber)


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)

Gambar 4.2 Cornice (Semen Putih)


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)
47

2. Estetika bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin

Dalam membuat karya seni miniatur patung Sultan Hasanuddin

perajin sangat memperhatikan struktur artikulasi hasil kesatuan secara

menyeluruh dari suatu hubungan yang saling terkait dari bagian miniatur

patung itu sendiri. Perajin mampu menuangkan nilai-nilai

keindahan/estetika dalam miniatur patung ini dengan sangat kompleks.

Estetika miniatur patung Sultan Hasanuddin ini nampak jelas perpaduan

dari kesatuan, kerumitan dan kesungguhan dalam proses pembuatan

patung Sultan Hasanuddin.

a. Kesatuan merupakan unsur-unsur pokok yang memiliki

keteraturan namun dari karya miniatur Patung Sultan Hasanuddin

peneliti tidak melihat unsur kesatuan dan keteraturan dari segi

pewarnaan yang digunakan yaitu hanya menggunakan warna

mentah tampa melakukan pencampuran warna, kemudian dari

segi keseimbangan wajah miniatur tersebut tidak memiliki

kesatuan karena proporsi dari pipi kanan dengan kiri tidak

seimbang sehingga tidak menampilkan sebuah miniatur yang utuh

dan dapat mengurangi nilai estetisnya, namun jika dilihat secara

keseluruhan dari miniatur patung Sulatan Hasanuddin tersebut

perajin mampu menuangkan bahan dan karakter dengan baik

sesuai dengan pembentukannya yang telah dikonsep sebelumnya.

b. Kerumitan merupakan suatu hal yang tidak semua orang bisa

melakukannya begitu pula dalam proses pembuatan miniatur


48

patung Sultan Hasanuddin terdapat kesulitan pada proses

pembuatan cetakan dari silicon rubber dimana pembentukan

karakter tokoh yang menggunakan karya yang realis dan rapi

sehingga perajin mampu memunculkan karakter seperti yang telah

dikonsep sebelumnya dari sosok Sultan Hasanuddin dalam bentuk

miniatur patung. Hal ini terbilang sangat rumit dan perlu

ketelatenan dari perajin dalam proses pembuatannya, selain itu

kerumitan juga terdapat pada proses pencetakan patung yang

menggunakan cornice atau semen putih yang memiliki sifat yang

cepat kering, oleh karena itu dalam pengolahan semen putih harus

memiliki takaran yang cukup atau pas karena bahan cornice ini

cepat kering dan mengeras yang dapat mempersulit perajin dalam

mencetak miniatur tersebut, oleh karena itu perajin dituntut untuk

cepat dalam mencetak agar dapat menghasilkan cetakan patung

yang baik. Kerumitan yang sangat tinggi membuat hasil karya

miniatur patung Sultan Hasanuddin perlu diperhitungkan jika

dilihat dari estetika yang ditampilkan oleh perajin dalam

karyanya.

c. Kesungguhan perajin dalam pembuatan miniatur patung Sultan

Hasanuddin ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Dengan jenis karya

yang terbilang sangat rumit dan membutuhkan perpaduan yang tepat

menjadikan miniatur patung Sultan Hasanuddin membutuhkan tekat

dan keseriusan yang tidak setengah-setengah dari perajin. Mulai dari


49

konsep, psoses pembuatan sampai terciptanya miniatur patung

Sultan Hasanuddin ini memperlihatkan arti sebenarnya dari

kesungguhan berkarya.

Sementara dalam pencapaian keindahan bentuk miniatur patung

Sultan Hasanuddin yang ada di Tallo Kota Makassar ini didukung oleh

aspek-aspek yang meliputi fungsi seni yang terdiri dari:

1. Fungsi Personal (personal Function)

Bagi pengrajin karya miniatur patung Sultan Hasanuddin

tersebut memiliki fungsi ekonomis. Oleh kerena itu perajin membuat

miniatur patung Sultan Hasanuddin yang merupakan pahlawan bagi

masyarakat Makassar, karya patung ini diolah dengan mengacu

kepada selera masyarakat umum yang cendrung kepada hal-hal yang

realistis yang dapat dijadikan icon dan cendramata. Dengan

demikian perajin membuat karya miniatur patung Sultan Hasanuddin

karena karya ini diminati pasar dan para penikmat patung itu sendiri.

2. Fungsi Sosial (social function)

Tokoh yang dijadikan miniatur patung oleh pengrajin dalam

merealisasikan suatu karya adalah sosok pahlawan yang menjadi

ikon dalam masyarakat lokal dalam hal ini Sultan Hasanuddin yang

merupakan putra asli masyarakat makassar. Oleh karena itu sangat

nampak akan kepedulian nilai-nilai sosial budaya dari pengrajin itu

sendiri. Melalui karya semacam ini perajin bermaksud untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat atau penikmat seni itu sendiri


50

dengan menciptakan miniatur patung Sultan Hasanuddin dan

diharapkan agar kepedulian terhadap jiwa dan semangat masyarakat

masa lalu senantiasa hidup dalam jiwa masyarakat masa kini.

3. Fungsi Fisik (physical function)

Pada dasarnya karya ini dibuat untuk berbagai jenis

kepentingan di dalamnya, mulai dari kepentingan ekonomis, dimana

miniatur patung Sultan Hasanuddin ini diambil dari tokoh

masyarakat Bugis Makassar, dan disukai oleh para wisatawan yang

datang dimakassar dan juga para penikmat patung yang ada di

Makassar, itulah yang membuat perajin termotifasi untuk membuat

karya miniatur tersebut, selanjutnya karya ini juga dibuat karena

kepentingan budaya, perajin mengetahui bahwa Sultan Hasanuddin

merupakan tokoh dari Makassar yang dahulu dikenal seorang

pemimpin kerajaan Gowa Tallo dan sangat ditakuti lawan dan

disegani kawan sehingga perajin membuat miniatur tersebut agar

semua orang yang melihat patung ini dapat mengingat dan mengenal

seorang tokoh lokal tersebut dan tidak melupakan budaya. Oleh

karena itu, secara fisik karya ini berfungsi fisik dalam berbagai

aspeknya.

Perajin menyajikan karya miniatur patung Sultan Hasanuddin ini

dengan indah dan eksotis karena miniatur patung ini memiliki ciri khas

sendiri dari segi bentuk dan hasil cetakan yang utuh. Namun kesan hidup

pada miniatur patung Sultan Hasanuddin ini tidak terlihat secara


51

menyeluruh karena lekukan kain baju pada miniatur tersebut tidak

nampak dan bagian pewarnaan yang biasa-biasa saja karena hanya

menggunakan warna mentah namun secara keseluruhan dapat kita lihat

miniatur tersebut mampu mewakili karakter tokoh Sultan Hasanuddin.

Walaupun, perajin hanya menyajikan miniatur patung ini hanya

berbentuk torso atau patung setengah badan, perajin mampu menyajikan

karakter tokoh patung secara menyeluruh dan kompleks bagi penikmat

seni miniatur patung.

Pada proses pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin ini

perajin tidak mempertimbangkan lekukan dan bagian patung secara teliti

dan mendetail dapat kita lihat miniatur patung tersebut dari pakaian yang

digunakan yang tidak menampilkan lekukan kain. walaupun dari proses

mencetak karakter setangah badan dari tokoh Sultan Hasanudddin ini

perajin menggunakan perekam berbahan silicon rubber yang

memerlukan keuletan dan ketelitian yang sangat luar biasa dalam

membentuk karakter pada cetakan silicon rubber. Bahan yang digunakan

adalah semen putih atau cornice dengan air yang harus mendapatkan

takaran yang pas agar tidak terlalu cair dan terlalu keras sehingga dalam

proses pembentukan mendapatkan hasil maksimal menyerupai karakter

tokoh yang diinginkan. Nilai estetika atau keindahanpun akan mulai

nampak dari proses ini.

Penampilan dari hasil cetakan yang telah dibuat oleh perajin

miniatur patung Sultan Hasanuddin terlihat tidak terlalu indah, itu


52

terlihat dari warna-warna yang dituangkan perajin pada miniatur patung

Sultan Hasanuddin, dimana perajin hanya menggunakan warna-warna

kontraks atau warna mentah dan proses pewarnaan yang tersebut

sehingga konsep dari bentuk yang ditampilkan dapat mengurangi nilai

estetisnya, namun dari keseluruhan bentuk miniatur patung Sultan

Hasanuddin ini terlihat mampu menghasilkan konsep karakter tokoh

Sultan Hasanuddin sebagai pahlawan dan bangsawan masyarakat Bugis

Makassar. Penampilan yang begitu sederhana tidak memudarkan ciri

khas karakter masyarakat Bugis Makassar yang tersirat dari hasil karya

seni miniatur Patung Sultan Hasanuddin yang indah. Nilai estetika dan

budaya dalam miniatur patung ini ditonjolkan agar mampu menjadikan

miniatur patung Sultan Hasanuddin ini berbeda dengan hasil karya seni

lainnya. Ini tidak terlepas dari perajin itu sendiri yang memiliki latar

belakang sebagai penduduk asli suku Bugis Makassar. Adapun beberapa

bagian-bagian estetika bentuk dari miniatur patung Sultan Hasanuddin di

antaranya:

a. Passapu adalah sebuah bentuk ikat kepala tradisional bugis

Makassar dengan bentuk mirip gelambir ayam jantan dengan simbol

kejantanan serupa ayam jago yang tak kenal takut bila ketemu lawan,

passapu juga merupakan indikasi nilai-nilai kebenaran yang harus

dijunjung tinggi bagi seorang laki-laki petarun, inilah yang menjadi

ciri khas Sultan Hasanuddin yang samapai sekarang masih sering

digunakan oleh orang-orang dalam berbagai acara resmi dan juga


53

ritual yang ada dalam masyarakat Bugis Makassar, begitu pula

perajin miniatur patung Sultan Hassanuddin yang menampilkan atau

memberikan passapu dalam karya miniatur patung yang telah dibuat

sebagai ciri khas dari Sultan Hasanuddin, peneliti juga melihat

passapu yang digunakan Sultan Hasanuddin dalam miniatur patung

ini menampilkan sebagai passapu yang biasa digunakan oleh Sultan

Hasanuddin ketika beliau masih hidup, hanya saja saya melihat

penutup kepala (passapu) yang jatuh padahal passapu seorang

bangsawan harus tegak mencerminkan karakter yang tegak dan lurus

karena passapu seorang bangsawan Bugis Makassar adalah hal yang

mendasar dan mutlak untuk tegak, pembuat atau perajin miniatur

patung seharusnya lebih menampilkan karakter passapu yang biasa

digunakan sultan Hasanuddin yang tegak dan lebih menambah nilai

estetika miniatur tersebut.

b. Bagian rambut Sultan Hasanuddin terlihat menarik dengan karakter

yang memang dimiliki oleh Sultan Hasanuddin yaitu rambutnya

yang panjang dan lurus seperti yang sering kita lihat foto-foto Sultan

Hasanuddin baik di media cetak, internet maupun patungnya, begitu

pula pembuat miniatur patung Sultan Hasanuddin di Tallo yang saya

teliti yaitu dengan menampilkan rambut panjang dan lurus yang

diberikan dalam karya miniaturnya, namun dibalik keindahan itu

peneliti melihat masih ada kekurangan mengenai rambut Sultan

Hasanuddin dalam miniatur tersebut, dimana peneliti melihat rambut


54

Sultan Hasanuddin dalam miniatur ini masih perlu ditampilkan

lekukan-lekukan dengan karakter rambuat yang yang sebenarnya,

dan juga mengenai pewarnaan rambutnya yang terlalu hitam,

sebaiknya perajin memberikan sedikit warna yang cerah agar tidak

terlihat hitam pekat.

c. Espresi wajah dari Miniatur patung Sultan Hasanuddin terlihat

nampak sosok seorang pahlawan dari suku Bugis Makassar yang

berani dan tegas, sesuai dengan julukan yang diberikan oleh pihak

belanda bahwa Sultan Hasanuddin merupakan orang yang jujur,

tegas dan pantang menyerah peneliti melihat itu dalam karya

miniatur patung yang di buat oleh perajin yang menampilkan espresi

dari seorang pahlawan yang sangat tegas dan di takuti lawan itu

terlihat dari mata yang memandang dengan tegas, kumis yang lebat

dan alis yang tebal lebih menonjolkan seorang pahlawan yang

ditakuti lawan dan disegani kawan. Namun peneliti melihat wajah

Sultan Hasanuddin dari miniatur patung yang di buat oleh perajin

tidak proporsi, itu terlihat dari keseimbangan pipi kiri dan kanan

yang tidak nampak, sebaiknya peneliti harus lebih jeli melihat

keseimbangan antara pipi kanan dan pipi kiri karena wajah

merupakan salah satu penunjang agar miniatur patung Sultan

Hasanuddin memiliki nilai estetika dan keindahan.

d. Pakaian yang digunakan Sultan Hasanuddin dalam karya miniatur

patung tersebut, peneliti melihat tidak menampilkan sebagai pakaian


55

pahlawan dan bangsawan pada masa dahulu atau baju yang sering

digunakan oleh Sultan Hasanuddin, peneliti melihat dari kerah baju

miniatu patung Sultan Hasanuddin yang pendek dan tidak menutupi

semua bagian leher, karena sebagai seorang pahlawan dan

bangsawan itu harus memiliki ciri dalam berpakaian, seperti kerah

baju yang harus tinggi sampai menutupi semua leher dan itu tidak

nampak dalam miniatur patung Sultan Hasanuddin yang dibuat oleh

perajin, kemudian baju yang digunakan terlihat rata tidak

menampilkan karakter kaian yang di mana kain atau baju itu

memiliki lekukan-lekukan, oleh karena itu perajin seharusnya lebih

memperhatikan pakaian atau baju dalam miniatur ini untuk

menambah keindahannya.

e. Warna merupakan unsur yang sangat penting dalam seni, karena

warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai

kondisi sosial pengamatnya, dan warna juga dapat menambah

keindahan, begitu pula dengan miniatur patung Sultan Hasnuddin di

Tallo yang dibuat oleh perajin dengan memberikan warna pada karya

miniaturnya, tetapi peneliti melihat cara pemberian warna oleh

perajin dalam miniatur patung Sultan Hasanuddin perlu

dikembangkan dengan memahami percampuran warna agar lebih

menambah nilai estetiknya, karena peneliti melihat dalam miniatur

tersebut hanya menggunakan warna-warna mentah.


56

Secara keseluruhan bentuk miniatur Patung Sultan Hasanuddin

yang ada di Tallo Kota Makassar ini, memiliki nilai estetika di mata

peneliti karena miniatur tersebut tidak jauh berbeda dengan karakter

patung-patung lainnya yang ada di Makassar yaitu Sultan Hasanuddin.

Bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin tersebut merupakan suatu

totalitas perajin yang mampu menuangkan cita rasa, imajinasi dan

keahlian serta keuletan dalam berkarya miniatur patung.

Sultan Hasanuddin mampu menjadi icon kota Makassar sebagai

cendra mata khas Makassar.

Gambar 4.3 Bentuk Miniatur patung Sultan Hasanuddin sebelum pewarnaan


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)
57

Gambar 4.3 Bentuk Miniatur patung Sultan Hasanuddin setelah pewarnaan


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)

3. Eksistensi miniatur patung Sultan Hasanuddin

Dalam setiap karya haruslah mampu mempertahankan yang

namanya eksistensi demi menjaga keberlangsungan produksi karya,

begitupula dengan karya miniatur patung Sultan Hasanuddin yang ada di

daerah Tallo Makassar ini. Setelah beberapa tahun berkarya, perajin

miniatur patung Sultan Hasanudddin yang terletak di daerah Tallo

Makassar ini mampu mengurai dan mengkaji beberapa aspek yang dapat
58

mempengaruhi eksistensi dari miniatur patung Sultan Hasanuddin tersebut.

Beberapa hal yang mempengaruhi keberlangsungan dari eksistensi

miniatur patung Sultan Hasanuddin itu sendiri antara lain :

a. Perajin harus mampu memberikan kesan unik pada miniatur patung

Sultan Hasanuddin ini dengan tetap mempertahankan ciri khas dari

konsep pembuatan miniatur patung itu sendiri. Misalnya,

karakteristik tokoh sebagai pahlawan yang lahir dan besar di

lingkungan masyarakat bugis Makassar.

b. Perajin harus mampu mensiasati pasar agar produksi dan penjualan

berjalan searah dan tidak berbanding terbalik. Misalnya dengan

menetapkan harga jual miniatur patung Sultan Hasanuddin menjadi

lebih terjangkau tanpa mengurangi kualitas miniatur patung itu

sendiri.

c. Perajin harus lebih jeli dalam melakukan promosi barang ke

konsumen atau penikmat seni agar mampu menarik perhatian lebih

dan punya peluang/ nilai jual yang tinggi sehingga ini memberi

motivasi tersendiri bagi perajin agar bisa memproduksi karyanya

lebih lama.

d. Perajin harus mampu memberikan kesan pembeda antara miniatur

patung Sultan Hasanuddin dengan karya lainnya dengan melakukan

survey/studi banding dengan mengikuti berbagai pameran-pameran

kerajinan tangan lainnya.


59

e. Perajin harus menambah desain yang baru agar masyarakat tidak

bosan dengan hanya satu macam bentuk saja, karna dengan

menampilkan bentuk yang baru maka masyarakat dapat memilih

bentuk atau model yang sesuai dengan keinginannya, dengan itu

maka dapat menjuaga keberadaan miniatur patung itu sendiri.

Kita ketahuai kualitas dari suatu mahakarya akan menjadi titik ukur

dalam mempertahankan eksistensinya dalam dunia seni. Sekarang telah

banyak bermunculan seni kreasi baru dengan metode yang lebih simpel

dan bahan yang lebih mendukung. Kemampuan perajin adalah segala-

galanya, keuletan, ketekutan, ketelitian dan kesungguhannya yang mampu

membuat perajin mampu menyampaikan pesan dan rasa melalui karyanya

kepada para penikmat seni. Dalam hal ini perajin diharapkan mampu

berkreasi seimanitif mungkin agar dapat menciptakan peluang-peluang

dalam rapatnya persaingan produksi karya seni sehingga eksistensi tetap

ada.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah diuraikan hasil penelitian dan pembahasannya maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Pada proses pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin Perajin

menuangkan konsep realisme dengan menciptakan karya patung yang

hanya menampilkan bagian badan, dari dada, pinggang, dan panggul

secara mendetail mendekati bentuk asli dari karakter tokoh patung. Perajin

menggunakan master cetakan yang terbuat dari silicon rubber, dengan ini

perajin mampu membuat miniatur patung dengan lekukan dan bentuk yang

sangat dinamis dan mendetail. Dan bahan yang digunakan adalah cornice

(semen putih), di mana bahan ini memiliki kelebihan dengan daya kering

yang cepat dan cornice memiliki warna putih yang bisa langsung dijadikan

warna dasar dalam proses pewarnaan nantinya. Proses pembuatan yang

tidak begitu rumit perajin dapat mampu membuat miniatur patung dengan

hasil maksimal dengan alat dan bahan yang tepat dan efisien.

2. Pada dasarnya bentuk miniatur patung Sultan Hasanuddin ini merupakan

suatu totalitas perajin yang mampu menuangkan cita rasa, imajinasi dan

keahlian serta keuletan dalam berkarya. Miniatur patung Perajin

menyajikan karya miniatur patung Sultan Hasanuddin ini dengan sangat

indah dan eksotis karena miniatur patung ini memiliki ciri khas sendiri dari

segi bentuk dan hasil cetakan yang sangat detail. Kesan hidup pada

60
61

miniatur patung Sultan Hasanuddin ini sangat terasa karena mampu

mewakili karakter tokoh Sultan Hasanuddin. Pada proses pembuatan

miniatur patung Sultan Hasanuddin ini perajin sangat mempertimbangkan

lekukan dan bagian patung secara teliti dan mendetail agar nilai keindahan

dan citarasa dari patung itu dapat diekspose semaksimal mungkin.

3. Ada Beberapa hal yang mempengaruhi keberlangsungan dari eksistensi

miniatur patung Sultan Hasanuddin itu sendiri antara lain :

a. Perajin harus mampu memberikan kesan unik pada miniatur patung

Sultan Hasanuddin ini dengan tetap mempertahankan ciri khas dari

konsep pembuatan miniatur patung itu sendiri.

b. Perajin harus mampu mensiasati pasar agar produksi dan penjualan

berjalan searah dan tidak berbanding terbalik.

c. Perajin harus lebih jeli dalam melakukan promosi barang ke konsumen

atau penikmat seni agar mampu menarik perhatian lebih dan punya

peluang/ nilai jual yang tinggi sehingga ini memberi motivasi

tersendiri bagi perajin agar bisa memproduksi karyanya lebih lama.

d. Perajin harus mampu memberikan kesan pembeda antara miniatur

patung Sultan Hasanuddin dengan karya lainnya dengan melakukan

survey/studi banding dengan mengikuti berbagai pameran-pameran

kerajinan tangan lainnya.

e. Perajin harus menambah desain yang baru agar masyarakat tidak bosan

dengan hanya satu macam bentuk saja, karna dengan menampilkan

bentuk yang baru maka masyarakat dapat memilih bentuk atau model
62

yang sesuai dengan keinginannya, dengan itu maka dapat menjaga

keberadaan miniatur patung itu sendiri.

B. Saran

Miniatur patung Sultan Hasanuddin merupakan sesuatu hal yang sangat

berharga dalam suatau kelompok masyarakat, karena miniatur ini merupakan

hak cipta atau kreatifitas dari masyarakat bugis Makassar, olehnya itu penulis

menyarankan agar perajin mampu mempertahankan keberadaan miniatur

patung ini dengan menciptakan desain yang baru dan memasarkan melalui

media online agar para penikmat yang ingin membeli dapat dengan mudah

mendapatkannya dan juga dapat memilih sesuai dengan keinginan mereka,

penulis juga mengajak setiap masyarakat mempertahankan, menjaga,

melestarikan dan memelihara miniatur patung Sultan Hasanuddin tersebut

agar tetap ada sampai kapanpun, karena ini merupakan salah satu ciri khas

atau icon dari suku bugis Makassar.


63

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta: Persada.


Ashari, Meisar, 2013. “Estetika Ornament Makam Raja-Raja Bugis di Sulawesi
Selatan”, Tesis S2, Surakarta: Institut Seni Indonesia ISI.
Asiah, Nur. 2009. Pahlawan Nasional Indonesia. Jakarta: Mediantara Semesta.

Badudu, J.S & Sultan Mohammad Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Dharsono. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains.

Djelantik, A.A.M. 2012. Estetika Sebuah Pengantar. Jakarta: Masyarakat Seni


Pertunjukan Indonesia.

Haryanto, Satriyo.(2006). Bentuk dan Fungsi Benda Budaya di Daerah Jawa


Barat. Skripsi Pendidikan Seni Rupa UPI Bandung : 2006

Kartika, Soni Dharsono. 2014. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Mangembang, H.D. 2007. Sultan Hasanuddin Disegani Kawan dan Lawan.


Makassar: Pustaka Refleksi.

Miles Matthew B. Dan A Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif


diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta UI Press.

Pambudi, Aris Fajar. 2010. Target Games: Sebuah Pengembangan Konsep diri
Melaui Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Yogyakarta.

Poerwardarminta, WJ.S. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. 1994. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2012. Metode Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima
Nusantara.

Setianingsih, Dyah Purwani, dkk. 2000. Kerajinan Tangan & Kesenian. Jakarta:
Erlangga.

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Penddikan dan Pengembangan.


Jakarta: Kencana.
64

Situmorang. 2008. Bentuk Ruang Dan Tatanan. Jakarta: Francis D.K. ching

Sugiyanto. 2000. Kerajinan Tangan dan Kesenian. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2008.” Instrument Pengumpulan Data.” Jakarta: Gramedia


pustaka utama.

Syamsuri, Sukri. A. dkk., 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FKIP


Unismuh Makassar.

Sumber internet

(http://www.arsitekturbergoyang.blogspot.com/2013/05/maket-
miniatur.html,diakses 5 april 2015)
(http://www.artikata.com/arti-340995-miniatur.htm, diakses 5 april 2015)

(http://www.whithstar12.blogspot.com/2012/11/seni-miniatur.html, diakses 5
april 2015 )
(http://www.kidnesia.com500 x 567search by image

(http://dzunsalam.blogspot.com/2013/05/pengertian-konsep-berkarya-seni

29.html, diakses 24 september 2015)

( http://digilib.unila.ac.id/4230/14/BAB%20II.pdf)
65

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran A: Format Observasi
Lampiran B: Data Informan
Lampiran C: Dokumentasi
Lampiran D: Format Wawancar
Lampiran E: Riwayat Hidup
66

FORMAT OBSERVASI
No
Observasi Deskripsi Data
.
1. Konsep pembuatan …………………………………………………
miniatur patung Sultran …………………………………………………
Hasanuddin …………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………

2. Estetika bentuk miniatur …………………………………………………


patung Sultan …………………………………………………
Hasanuddin …………………………………………………

3. Eksistensi miniatur …………………………………………………


patung Sultan …………………………………………………
Hasanuddin …………………………………………………

DATA INFORMAN

No. Nama Alamat Pekerjaan

1. Aguslim Kec. Tallo kota Makassar Perajin/Pembuat


Miniatur Patung
Sultan Hasanuddin
67

Dokumentasi

Gambar 5.1 Alat dan bahan pembuatan miniatur patung Sultan Hasanuddin
(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)

Gambar 5.2 Proses pencampuran cornice dengan air


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)
68

Gambar 5.3 cetakan diikat dengan tali


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)

Gambar 5.4 proses pencetakan


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)
69

Gambar 5.5 proses pengeringan selama 15 menit


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)

Gambar 5.6 proses pembongkaran cetakan


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)
70

Gambar 5.7 proses penghalusan/pengamplasan patung


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)

Gambar 5.8 proses pewarnaan miniatur


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)
71

Gambar 5.9 Miniatur patung Sultan Hasanuddin


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)

Gambar 5.10 Melakukan wawancara dengan perajin


(dokumentasi: foto A.Muh.Syahrul Sabri, 03 Juli 2015)
72

FORMAT WAWANCARA

Wawancara ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data analisis

Seni Kerajinan bentuk miniatur patung di Tallo Kota Makassar. Karena data ini

sangat penting dan kami butuhkan, maka kami memohon kesediaan anda untuk

menjawab pertanyaan secara objektif, jujur dan sadar. Adapun rumusan

pertanyaan dasar yang diajukan oleh peneliti, adalah :

1. Menurut anda apa pola dasar yang menjadi khas dalam pembuatan

patun Sultan Hasanuddin?

2. Bagaimana bentuk miniatur Sultan Hasanuddin?

3. Apa yang membedakan miniature patung Sultan Hasanuddin dan

membuatnya lebih menonjol dibandingkan dengan kerajinan yang lain.

Di lihat dan dinilai dari segi estetikanya?

4. Apa yang membuat patung Sultan Hasanuddin mampu eksis

dibandingkan kerajinan yang lain

5. Menurut anda apa yang harus dilakukan setiap perajin miniatur patung

Sultan Hasanuddin untuk menjaga eksistensinya.


73

RIWAYAT HIDUP

ANDI MUH. SYAHRUL SABRI, lahir pada

tanggal 22 September 1992 di. Sinjai. Anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan

Ayahanda Abd. Samad dan Ibunda Hj. Andi

Husnih, jenjang pendidikan formal yang di tempuh,

Sekolah Dasar di SD NEGERI 97 Arabika

Kabupaten Sinjai. tamat pada tahun 2004, kemudian Penulis melanjutkan

Pendidikan di SMPN 2 Sinjai Barat tamat pada tahun 2007. Kemudian

melanjutkan Pendidikan di SMAN 1 sinjai Barat tamat pada tahun 2010.

kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah

Makassar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni

Rupa.

Di akhir studinya penulis menyusun skripsi dengan judul Studi Tentang

“Analisis Bentuk Miniatur Patung Sultan Hasanuddin di Tallo Kota

Makassar”

Anda mungkin juga menyukai