Anda di halaman 1dari 86

AKULTURASI BAHASA MAKASSAR DIALEK KONJO DAN DIALEK SELAYAR

( STUDI HISTORIS KONJO DI TANADOANG KABUPATEN KEPULAUAN


SELAYAR )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh gelar


sarjana pendidikan pada jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar

RAHMAYANTI.B
10538 2360 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JULI, 2016
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Berangkat dengan penuh keyakinan Dan berjalan dengan penuh keikhlsan


Karna sesungguhnya dibalik kesukaran akan aadah sebuah keringanan”

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudaraku, saudaraku dan sahabatku,

Yang telah menjadi motivasi

yang tiada hentinya memberikan dukungan dan doanya buat saya.

atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

viii
ABSTRAK

Rahmayanti.B, 2015. “Akulturasi Bahasa Makassar Dialek Konjo dan Dialek


Selayar( Studi Historis Konjo di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar)”.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. dibimbing oleh Dr. H. Andi Sukri Syamsuri,, M.Hum dan Muhammad
Akhir, S.Pd., M.Pd

Jenis Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif


kualitatif dengan dengan cara penentuan sampel melalui teknik Purposive
Sampling dengan memilih beberapa informan yang memiliki kriteria yang telah
ditentukan oleh peneliti yakni yang mengetahui tentang Akulturasi Bahasa
Makassar Dialek Konjo dan Dialek Selayar di Tanadoang Kabupaten Kepulauan
Selayar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui proses
terbentuknya akulturasi antara bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar
dan Untuk mengetahui bagaimana bentuk terjadinya akulturasi bahasa Makassar
dialek Konjo dan dialek Selayar.
Hasil penelitian menunjukkan Lahir dan berkembangnya dialek konjo di
Tanadoang Kabupaten Kepulaun Selayar dilatarbelakangi oleh beberapa fakto-
faktor pemicu dan beberapa proses sosial yang dilalui sehingga menyebabkan
terjadinya akulturasi yaitu adanya interaksi sosial dan adanya perkawinan yang
telah banyak terjadi antara masyarakat selayar dengan masyarakat Bulukumba
pada umumnya dan beberapa peristiwa-peristiwa masa lalu.
Kata Kunci: Akulturasi, Bahasa/Dialek.

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT., atas Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Akulturasi Bahasa

Makassar Dialek Konjo dan Dialek Selayar( Studi Historis Konjo di Tanadoang

Kabupaten Kepulauan Selayar)” ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang

diharapkan, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan

dalam bentuk bimbingan, saran, maupun dorongan moril dari berbagai pihak.

Oleh karna itu, selayaknya apabila dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak

yang telah membantu penulis diantaranya:

Yang teristimewa kepada Ayahanda Burhanuddin, Ibunda Darmawati,

serta saudara saya tercinta (Andi Anugrah Putra) yang telah memberikan

dorongan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih atas kasih

sayang yang kalian berikan selama ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya, penulis sampaikan kepada Dr. Irwan Akib, M.Pd sebagai Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum

sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

x
Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. H. Nursalam, M.Si dan

Muhammad Akhir, S.Pd, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Dan Sekretaris Jurusan

Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar, Dr. H. Andi Sukri Syamsuri,, M.Hum dan Muhammad

Akhir, S.Pd., M.Pd sebagai pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, Segenap dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi FKIP

Universitas Muhammadiyah Makassar atas bekal ilmu yang telah diberikan

kepada penulis sejak pertama menjadi mahasiswa, serta rekan-rekan mahasiswa

Jurusan Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 terutama kelas C atas

kebersamaannya menjalani hari-hari perkuliahan, semoga menjadi kenangan yang

terindah dan tak terlupakan serta selama ini banyak memberikan bantuan dan

motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun masih penulis harapkan guna

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan semua pihak yang membutuhkannya.

Amiin Ya Rabbal Alamin.

Makassar, agustus 2016

Rahmayanti.B

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................iii

KARTU KONTROL PEMBIMBING 1 ........................................................iv

KARTU KONTROL PEMBIMBING 2 ........................................................v

SURAT PERNYATAAN ..............................................................................vi

SURAT PERJANJIAN .................................................................................vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................viii

ABSTRAK ....................................................................................................ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................x

DAFTAR ISI..................................................................................................xii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori ..............................................................................8

1. Konsep Akulturasi................................................................8

xii
2. Pengertian Akulturasi...........................................................9

3. Proses Akulturasi .................................................................10

4. Bentuk-Bentuk Akulturasi ...................................................10

5. Bahasa ..................................................................................11

6. Bahasa Konjo dan Bahasa Selayar.......................................13

7. Teori Kontak Budaya. ..........................................................14

B. Kerangka Pikir ..........................................................................15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .........................................................................18

B. Lokus Penelitian .......................................................................19

C. Informan Penelitian...................................................................19

D. Fokus Penelitian........................................................................20

E. Instrumen Penelitian .................................................................21

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian.............................................22

G. Tekhnik Pengumpulan Data......................................................23

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data. .....................................26

I. Teknik Keabsahan Data. ...........................................................29

BAB IV GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian ...................................................32

B. Deskripsi Bahasa Kabupaten Kepulauan Selayar ....................33

BAB V PERKEMBANGAN BAHASA MAKASSAR DIALEK KONJO DI

TANADOANG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR. ...35

xiii
BAB VI BENTUK AKULTURASI DIALEK KONJO DAN DIALEK SELAYAR
DI TANADOANG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR........48
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................52

B. Saran ........................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................54

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................97

xiv
DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Pikir. ........................................................................................ 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah wahana untuk menyampaikan maksud, pikiran, dan

tertulis.Komunikasi bahasa merupakan perasaan; bahasa adalah alat komunikasi

baik secara lisan maupun secara komunikasi maksud, pikiran, dan perasaan

antaramanusia dengan sesamanya.

Hidup bersama kelompok manusia lainnya perlu saling komunikasi. Tanpa

komunikasi, sekelompok manusia tidak ubahnya onggokan batu-batuan saja dan

tidak akan ada sesuatu pun yang tercipta. Oleh karena itu, hidup bersama perlu

saling bertukar pikiran memecahkan persoalan, saling memberi dorongan

semangat, saling mengingatkan, saling menyampaikan informasi dan lain -lain.

Komunikasi yang baik akan memperlancar proses integrasi perkembangan

bersama; sebaliknya komunikasi tidak lagi sempurna apabila penyampaian

ungkapan tidak dimengerti atau disalah tafsirkan lawan bicara.

Garis-garis Besar Haluan Negara menggaris bawahi beberapa hal, antara

lain (1) pembinaan bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mewajibkan

penggunaanya secara baik dan benar, (2) pembinaan bahasa daerah (BD)

dilaksanakan dalam rangka pengembangan bahasa Indonesia \ untuk memperkaya

perbendaharaan bahasa Indonesia serta khasanah kebudayaan Nasional sebagai

salah satu sarana identitas Nasional. Bahasa-bahasa daerah merupakan salah satu

unsur kebudayaan nasional yang dilindungi dan dijamin oleh Undang-undang.

Sebagai bahasa daerah, dia berfungsi sebagai :

1
2

(1) lambang kebanggaan daerah;

(2) lambang identitas daerah; dan

(3) alat penghubung didalam keluarga dan masyarakat daerah.

Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, dia berfungsi

sebagai (1) pendukung bahasa Nasional, (2) bahasa pengantar di Sekolah Dasar di

daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa

Indonesia dan (3) pendukung kebudayaan daerah.

Sejalan dengan pokok-pokok pikiran di atas, bahasa-bahasa daerah

merupakan bagian dari kebudayaan daerah yang berfungsi sebagai bahasa

pergaulan di daerahnya masing-masing yang dipandang sebagai unsur kebudayaan

Nasional. Oleh karena itu, pembinaan bahasa daerah sangat diperlukan karena

dapat:

(1) memperkaya bahasa Indonesia

(2) mengenal corak dan struktur masyarakat Indonesia

(3) dengan mengenal beberapa aspek bahasa daerah, misalnya kesamaan tema,

gaya bahasa, dan ragam kesusasteraannya lewat karya sastra. Bahasa daerah

merupakan unsur budaya Nasional sehingga diberi peluang untuk hidup

berdampingan dengan bahasa Indonesia, misalnya : bahasa daerah Madura, Jawa,

Bugis, Makassar.

Sulawesi Selatan memiliki empat etnis yang menempati wilayahnya

masing-masing. Yaitu etnis Mandar yang menempati wilayah Sulawesi Barat,

etnis Bugis yang menempati wilayah terbanyak di daerah Sulawesi Selatan yaitu

Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Sidrap, dan Pinrang. Etnis Toraja yang
3

menempati wilayah Tana Toraja, sebagian Enrekang, sebagaian Polmas. Etnis

Makassar menempati wilayah Gowa, Jeneponto, Takalar, Bantaeng,

sebagianbesar Bulukumba (KONJO) .

Salah satu bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan adalah bahasa

daerah Konjo yang merupakan bagian dari unsur kebudayaan nasional yangperlu

dipelihara dan dikembangkan sebagai asset budaya daerah dan nasional.Bahasa

Selayar, yang meskipun belum ada penelitian yang valid mengenai halter sebut,

tetapi secara sosial dapat dikatakan bahwa masyarakat Selayar mengakui bahasa

yang mereka gunakan adalah bahasa Selayar.

Sehubungan dengan pendapat di atas, bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan

khususnya Bahasa Makassar, ada dua pendapat, yaitu :

(1) Persepsi yang menyetujui bahwa bahasa Makassar terdiri dari 5 dialekyaitu

dialek Lakiung , dialek Turatea, dialek Bantaeng, dialek Konjo,dan dialek

Selayar.

(2) Persepsi yang menganggap bahwa dialek Konjo dan dialek Selayar bukan lagi

bahasa Makassar melainkan sudah merupakan bahasa tersendiri.

Pengelompokan bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan menurut peta

bahasa yang dikeluarkan oleh “The Australia Academy of the Humanitas”

menunjukkan pengelompokan yang lebih ditekankan pada situasi geografis.

Pengelompokan tersebut adalah :

(1) Bugis, terdiri dari : Luwu, Wajo, Palakka, Enna?, Soppeng, Sidenreng,

Pare-pare dan Sawitto.

(2) Makassar terdiri dari: Lakiung,Turatea, Bantaeng,Konjo dan Selayar


4

(3) Mandar terdiri dari: Balangnipa, Majene, Botteng, Tappalang.

(4) Saqdan Toraja terdiri dari: Rongkong, Makki, Mamasa, Mappa Pama,

Kesuq, Rantepao, Makale, Sillanan, Gandang Batu dan Sangalla.

(5) Mamuju

(6) Masserenpulu terdiri dari : Endekang, Duri, dan Maiwa.

(7) Seko

(8) Pitu Ulunna Salu

Pengelompokan itu belum dapat memberikan informasi yang jelas dan

tuntas mengenai tingkat atau derajat kekerabatan antara bahasa tersebut, karena

penelitian tentang perbandingan bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan

khususnya Bahasa Makassar dan Bahasa Selayar hampir belum pernah diteliti.

Khusus untuk itu penelitian ini akan memerikan dua bahasa yakni Bahasa

Makassar (BM) dan Bahasa Selayar (BS), kedua bahasa ini sangat menarik

perhatian peneliti. Oleh karena itu, peneliti perlu melihat hubungan kedua bahasa

tersebut dari pendekatan linguistic bandingan histories.

Bahasa Konjo dan bahasa Selayar mempunyai hubungan kekerabatan yang

sangat erat. Terbukti dari prosentase kata kerabat yang telah dihitung yakni 74 %

dari 300 gloss yang diperhitungkan. Bahasa konjo dan bahasa Selayar merupakan

bahasa tunggal sekitar 2 (dua) abad yang lalu. Bahasa Konjo dan bahasa Selayar

diperkirakan mulai berpisah dari satu bahasa proto kira-kira 200 tahun lalu.

Bahasa Selayar mempunyai hubungan dengan bahasa Konjo pesisir yang

banyak di pakai diKecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba Provinsi

Sulawesi Selatan. Hubungan kekerabatan antara bahasa Konjo dan bahasa Selayar
5

terbentuk karena antara Kabupaten Bulukumba tepatnya dipelabuhan Bira yang

mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Konjo merupakan daerah pelayaran

atau penyebarangan antara Kabupaten Selayar. Secara biologis, mereka yang

mengaku sebagai orang selayar adalah keturunan kaum berdarah campuran suku ,

mereka adalah hasil persilangan antar etnis di masa lalu.

Menurut Raden Arief Nugroho (2010 : 65) Dalam kajian mengenai

akulturasi bahasa, fenomena konvergensi dan divergensi akan muncul dalam

framework konteks berbahasa antar etnis. Sebagai etnis mayoritas, masyarakat

Konjo dihadapkan pada situasi dimana etnis Konjo memiliki social power

terhadap bahasa-bahasa lain dan social power tersebut dapat terwujud dalam

penggunaan bahasa konjo di Tanadoang Kepulauan Selayar.

Untuk dapat menghasilkan sebuah akulturasi yang baik maka perlu adanya

proses sosial. Proses sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia yang ditandai

oleh dinamika komunikasi. Bahasa Konjo kemudian semakin berkembang karna

masyarakat selayar telah menggunakan bahasa Konjo sebagai bahasa komunikasi

sehari-hari mereka. Selain itu telah banyak perkawinan antara orang Bulukumba

(etnis Konjo) dengan orang Selayar yang kemudian disis lain setelah menikah

mereka menetap di Kepulauan Selayar.

Dari akulturasi yang telah terjadi, penulis melihat perlu adanya kejelasan

proses akulturasi tersebut untuk dapat memahami dan mengetahui apa saja yang

terjadi? Dan melalui apa saja? Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk

mengangkat judul skripsi: “Akulturasi Bahasa Makassar Dialek Konjo dan


6

Dialek Selayar (Studi Historis Konjo Di Tanadoang Kabupaten Kepulauan

Selayar)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah pokok

penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana proses bahasa Makassar dialek Konjo bisa lahir dan

berkembang di Kabupaten Kepulauan Selayar ?

2. Bagaimana bentuk akulturasi bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek

Selayar di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui proses terbentuknya akulturasi antara bahasa

Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk terjadinya akulturasi bahasa

Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dalam penelitian selanjutnya dalam studi historisakulturasi bahasa Konjo

di Tanadoang yang dapat memberikan kontribusi pada aspek bahasa itu

sendiri.
7

b. Manfaat Praktis

Dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberi positif baik para

teoritis, praktisi untuk lebih mengoptimalkan nilai-nilai yang terdapat

dalam satu kebudayaan khususnya akulturasi bahasa yang merupakan

unsur terpenting dalam suatu kebudayaan masyarakat.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Konsep Akulturasi
Konsep akulturasi secara luas berkaitan dengan perubahan sikap dan

budaya antara dua budaya yang berbeda. Fokusnya adalah pada kelompok

individu dan bagaimana minoritas atau kelompok omigran berhubungan dengan

masyarakat yang menjadi dominan di daerah itu atau tuan rumah. Identitas etnik

dapat dianggap aspek akulturasi di mana ini dapat diperhatikan pada individu

dan bagaimana ia berhubungan dengan kelompoknya sendiri sebagai

subkelompok masyarakat yang lebih luas.

Menurut Koentjaraningrat, seperti yang dikutip oleh Nur Amanah Dkk

mengemukakan bahwa, “Proses akulturasi timbul apabila suatu kelompok manusia

dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing yang

berbeda, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah

menjadi kebudayaan sendiri. Jadi, akulturasi artinya menerima, mengelola

kebudayaan asing dan mengombinasikannya dengan kebudayaan asli pribumi tanpa

merusak atau menghilangkan unsurunsur keaslian budaya pribumi.”( Nur Amanah

DKK, : 6).

Akulturasi adalah konsep yang kompleks dan di sini terdapat dua model

pada akulturasi yaitu model linear dan model dua dimensi. Model linear

didasarkan pada asumsi bahwa identitas etnis yang kuat tidak mungkin berada

8
antara mereaka yang terlibat dalam masyarakat utama dan akulturasi yang pasti

disertai dengan melemahnya identitas etnis.

Model dua dimensi menunjukkan bahwa baik hal yang berhubungan

dengan budaya tradisional atau etnis dan hubungan dengan budaya baru atau

dominan memainkan peran penting dalam proses akulturasi.

2. Pengertian Akulturasi

Akulturasi merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa latin yaitu

acculturate yang mempunyai arti tumbuh dan berkembang bersama-sama. Secara

umum akulturasi adalah suatu proses sosial yang muncul saat terjadi penyatuan

dua budaya yang berbeda menjadi budaya baru tanpa menghilangkan

karasteristik asli dari masing-masing budaya tersebut.

Hal ini bisa terjadi jika terdapat suatu budaya asing yang masuk dan

dapat diterima dengan baik oleh masyarakat tanpa menghilangkan budaya

aslinya. Misalnya saja kebudayaan masyarakat bali yang menyatu dengan

kebudayaan hindu tanpa menghilangkan unsur kebudayaan bali itu sendiri dan

saat ini di sebut dengan kebudayaan hindu bali.

Pengertian akulturasi menurut koentjaraningrat adalah suatu proses sosial

yang terjadi jika terdapat kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu

dihadapkan dengan kebudayaan asing yang berbeda.

Hubungan antar budaya menjadi salah satu pusat studi antropologi dan

melahirkan teori akulturasi (acculturation atau culture contact). Menurut Dwi

Wahyudiarto ( 2005: 37 ) istilah akulturasi mempunyai berbagai arti di antara

9
para sarjana antropologi, tetapi semua sepaham bahwa konsep itu mengenai

proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu

kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu

kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan

asing itu lambat launditerima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

3. Proses Akulturasi

Proses akulturasi berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal

itu disebabkan karena adanya unsur-unsur kebudayaan asing yang diserap

(diterima) secara selekrif, dan ada unsur budaya asing yang tidak diterima atau

ditolak sehingga proses perubahan kebudayaan melalui mekanisme akulturasi

masih memperhatikan adanya unsur-unsur komunikasi antara dua kelompok

masyarakat yang berbeda kebudayaan

4. Bentuk-bentuk akulturasi

Menurut para antropolog, percampuran terjadi dalam berbagai bentuk

sebagai berikut.

a. Subtitusi

Unsur budaya lama diganti dengan unsur budaya baru yang lebih

memberikan nilai lebih bagi para penggunanya.

b. Sinkretisme

10
11

Unsur-unsur budaya lama yang berfungsi padu dengan unsur-unsur budaya

yang baru sehingga membentuk sistem baru. Perpaduan ini sering terjadi

dalam sistem sistem keagamaan.

c. Penambahan (Addition)

Unsur budaya lama yang masih berfungsi ditambah unsur budaya baru

sehingga memberikan nilai lebih.

d. Penggantian (Deculturation)

Unsur budaya lama hilang karena diganti oleh unsur baru.

e. Originasi

Masuknya unsur budaya baru yang sebelumnya tidak dikenal menimbulkan

perubahan besar dalam kehidupan masyarakatnya.

f. Penolakan

Akibat adanya proses perubahan sosial budaya yang begitu cepat

menimbulkan dampak negatif berupa penolakan dari sebagian anggota

masyarakat yang tidak siap dan tidak setuju terhadap proses percampuran

tersebut.

5. Bahasa

Bahasa (dari bahasa Sanskerta, bhāṣā) adalah kemampuan yang dimiliki

manusia untuk dipergunakan bertutur dengan manusia lainnya dengan tanda,

misalnya kata dan gerakan.Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan

linguistik. Perkiraan jumlah dari bahasa-bahasa di dunia beragam antara 6.000-

7.000 bahasa.Namun, perkiraan tepatnya bergantung kepada suatu perubahan

sembarang antara perbedaan bahasa, dan dialek.


12

Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula

manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mere-ka, mempelajari dan

mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan

dengan orang-orang lain.(Musayyedah :2014 : 353)

Bahasa merupakan alat untk berkomunikasi antara yang satu dan

lainnnya. Amelia (2012) menjelaskan “Bahasa adalah system lambing bunyi

yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok social untuk

bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Dengan berbahasa

seseorang akan mengerti apa yang disampaikan atau diperintahkan oleh orang

lain, perbedaan bahasa yang ada di seluruh dunia diakibatkan oleh manusia itu

sendiri yang menjadikan bahasa sebagai 5 kebutuhan dalam berkomunikasi

dalam kelompok tertentu. Keraf ( 1980 ) mengutarakan fungsi dan peranan

bahasa sebagai berikut:

1. Bahasa sebagai alat untuk berekspresi diri untuk menarik perhatian orang lain

untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi, untuk mengungkapkan

cita rasa seni dan sebagainya.

2. Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi

3. Bahasa sebaai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, untuk

bersosialisasi

4. Bahasa sebagai alat untuk mengadakan control sosial, untuk mempengaruhi

tingkah laku dan tindak tanduk orang-orang lain.

Selanjutnya bahwa, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi harus dibina

dan dikembangkan karena :


13

1. Komunikasi yang jelas merupakan hal yang berarti dalam hampir setiap usaha

manusia, baik secara bersama-sama maupun secara perorangan; manusia

makin bersandar diri, makain mampu berefleksi diri, berdaya kritik,

berkebabasan diri, dan mencapai ilmu pengetahuan yang makin tinggi;

2. Komunikasi adalah landasan setiap usaha.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

penelitianini, baik yang dilakukan oleh pakar bahasa dalam negeri maupun

luar negeri. Parapakar tersebut, antara lain, Palengkahu dan kawan-kawan

(1974) pernahmelaksanakan penelitian kebahasaan di Sulawesi Selatan

dengan judul PetaBahasa Sulawesi Selatan. Hasil penelitian tersebut selain

menentukan batas-batasdialek bahasa Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja,

juga menetapkan dialek-dialeksulawesi selatan atas dua buah, yakni, (1)

Konjo, dan (2) Selayar. Kemudian, empat tahun berikutnya.

Penentuan kedua dialek bahasa tersebut dari kedua penelitiandi atas

memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan yang menonjoladalah

tidak ditemukannya alat ukur pengelompokan yang dipakai, sepertipersepsi

masyarakat terhadap bahasaranya, pemahaman timbal balik,leksikostatistik,

ataukah alat-alat ukur yang lain.

6. Bahasa Konjo dan Bahasa Selayar

Bahasa Konjo, juga disebut sebagai Basa Konjo adalah bahasa yang

dituturkan oleh suku Kajang, penduduk Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa ini

dimasukkan ke dalam suatu rumpun bahasa Makassar yang sendirinya

merupakan bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-
14

Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia dimana penggunaan bahasanya 80%

hampir sama dengan bahasa Makassar walaupun kadang dengan pengucapan

yang agak berbeda.

Bahasa ini mempunyai abjadnya sendiri, yang disebut Lontara, namun

sekarang banyak juga ditulis dengan menggunakan huruf Latin.

Huruf Lontara berasal dari huruf Brahmi kuno dari India.Seperti banyak

turunan dari huruf ini, masing-masing konsonan mengandung huruf hidup "a"

yang tidak ditandai.Huruf-huruf hidup lainnya diberikan tanda baca di atas, di

bawah, atau di sebelah kiri atau kanan dari setiap konsonan.

Bahasa Selayar saat ini masih diperdebatkan apakah berupa bahasa

ataudialek. Pada prinsipnya bahasa Selayar memiliki beberapa persamaan

denganbahasa Konjo (bulukumba). Perbedaannya terletak pada beberapa kosa

kata yang memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia tapi dalam bahasa

Konjo maupun bahasa Selayar penyebutannya berbeda. Jumlah pemakai bahasa

Selayar cukup banyak, yaitu meliputi beberapa kecamatan yang ada di

Kabupaten Selayar.

7. Teori Kontak Budaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1989, istilah asimilasi

diartikan sebagai penyerapan yang terjadi oleh seorang individu atau

sekelompok masyarakat terhadap beberapa sifat tertentu dari kebudayaan

kelompok lain sebagai akibat dari kontak atau interaksi dari kedua kelompok

kebudayaan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa asimilasi sama dengan kontak

budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan dan melebur menjadi satu sehingga
15

menghasilkan adanya kontak kebudayaan baru atau sebuah akulturasi yang

menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru dan tidak menyelamatkan

kebudayaan aslinya.

Pada awal kontak antar budaya maka yang terjadi adalah proses peniruan

karasteristik dari isi suatu unsur kebudayaan tertentu. Secara teoritis teori

ekologi kebudayaan tetap berdasarkan konsep asimilasi. Pada asimilasi terjadi

proses pertemuan unsur-unsur kebudayaan tersebut. Perbedaan antara unsur-

unsur asing dengan yang asli masih nampak. Kadang-kadang asimilasi yang

terjadi itu bersifat bilateral, karena perubahan kebudayaan itu terjadi pada

masyarakat yang mengadakan kontak sebagai hasil hubungan tersebut.

E. Kerangka Pikir

Bahasa merupakan alat untk berkomunikasi antara yang satu dan lainnnya.

Amelia (2012) menjelaskan “Bahasa adalah system lambing bunyi yang arbitrer

yang digunakan oleh para anggota kelompok social untuk bekerjasama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Dengan berbahasa seseorang akan

mengerti apa yang disampaikan atau diperintahkan oleh orang lain, perbedaan

bahasa yang ada di seluruh dunia diakibatkan oleh manusia itu sendiri yang

menjadikan bahasa sebagai 5 kebutuhan dalam berkomunikasi dalam kelompok

tertentu.

Bahasa Konjo, juga disebut sebagai Basa Konjo adalah bahasa yang

dituturkan oleh suku Kajang, penduduk Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa ini

dimasukkan ke dalam suatu rumpun bahasa Makassar yang sendirinya merupakan

bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan. Bahasa selayar mempunyai


16

kemiripan dialek dengan bahasa konjo yang digunakan oleh sebagian penduduk

kabupaten Bulukumba.

Bahasa Selayar atau dalam istilah lokalnya Bahasa Silajaraadalah bahasa

ibu yang digunakan oleh penduduk asli pulau Selayar dan pulau-pulau lainnya

yang masih masuk dalam lingkup Kabupaten Kepulauan Selayar


17

Bagan Kerangka Pikir

Tanadoang

Bahasa Konjo Bahasa Selayar

Akulturasi

Proses Akulturasi

Dampak Akulturasi

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dan pengkajian dalam penulisan skripsi ini menggunakan

metode penelitiankualitatif dengan menggunakan deskriptif kualitatif yang

bertujuan menggambarkan, melukiskan, secara sistematis, factual, dan akurat

mengenai fakta-fakta.

Menurut Sartono Kartodirdjo, seperti yang dikutip oleh Helius

Sjamsuddin, metode adalah bagaimana orang memperoleh pengetahuan (Helius

Sjamsuddin, 1994 : 3 ). Menurut Nana Sudjana, metode penelitian deskriptif lebih

menekankan kepada strategi , proses dan pendekatan dalam memilih jenis,

karateristik serta dimensi ruang dan waktu dari data yang diperlukan.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam

jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif bisa

mendeskripsikan satu variable atau lebih dari satu variabel penelitian. Penelitian

deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat – sifat suatu individu,

gejala lain dalam masyarakat. (Koentjaraningrat, 1990 :29 ). Tujuan dari

penelitian ini adalah mengungkap fakta keadaan, fenomena, variabel dan keadaan

yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.

Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang

bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang

terjadi di dalam masyarakat, pertentangan dua/lebih, hubungan antar variabel,

perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi dan lain-lain.

18
19

B. Lokus Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah Tanadoang, secara administratif daerah

Tanadoang terletak Kabupaten Kepulauan Selayar dan masih termasuk rumpun

Sulawesi Selatan. Peneliti terjun langsung untuk melakukan penelitian tentang

akulturasi dan keakraban antara Bahasa Konjo dan Bahasa Selayar. Penelitian ini

akan dilaksanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan.

C. Informan Penelitian

Hal-hal yang menjadi sasaran penelitian ini adalah Bagaimana Proses

Akulturasi dan keakrabatan antara Bahasa konjo dan bahasa Selayar. Untuk

mengetahui ini peneliti mengambil informasi dari beberapa responden yang di

ambil sebagai sampel dengan teknik purposive sampling.

Teknik pengambilan sampel dipilih secara purposive sampling. Yaitu

memilih orang yang di anggap mempunyai pengetahuan terhadap obyek yang

diteliti seperti tokoh-tokoh adat atau budayawan Kabupaten Selayar sehingga

mampu membuka jalan untuk meneliti lebih mendalam dan lebih jauh tentang

Keakrabatan antara Bahasa Konjo Dan Bahasa Selayar serta bagaiamana Bahasa

konjo dapat berkembang di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar.

Informan yang dipakai dalam penelitian inilah adalah informan non kunci

yaitu orang yang dianggap mempunyai pengetahuan tentang permasalahan objek

yang akan diteliti. Jumlah informan penelitian yang ditetapkan dalam penelitian

ini adalah sebanyak 6 orang termasuk diantaranya para pemangku adat

Kabupaten kepulauan selayar serta pihak lain yang terkait.


20

D. Fokus Penelitian

Spradley dalam Sugiyono (2013 :286) menyatakan bahwa fokus

merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.

Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian

yang sedang dilakukan. Fokus penelitian adalah garis besar dari penelitian

sehingga analisa hasil penelitian akan lebih terarah.

Dalam memastikan fokus penelitian, anda mesti menyertakan syarat-syarat

sebagai berikut :

1) Logis; lebih ditekankan terhadap penelitian yang akan anda lakukan terkait

dengan hasil observasi, bahwa rumusan masalah harus masukakal dengan

latar belakang yang anda temukan melalui hasil observasi.

2) Rasional; dalam menentukan rancangan penelitian, selain rumusan masalah

yang terkait dengan latar belakang masalah, rancangan penelitian juga harus

memiliki nilai rasional dalam menentukan tujuan dari teori yang digunakan,

sehingga fokus penelitian dapat disesuaikan dengan keterbatasan dan

kemampuan peneliti.

3) Propaganda; dalam hal ini, sangat tidak etis jika mahasiswa melakukan

propaganda terhadap rancangan penelitiannya. Karena perlu diketahui bahwa

propaganda merupakan suatu tujuan untuk mempengaruhi pendapat dengan

memberikan informasi tidak secara objektif atau hasil pengamatan yang

mengada-ada.

Adapun menurut Spradley dalam (Prastowo, 2014 :137) mengemukakan

bahwa ada 4 alternatif untuk menetapkan fokus penelitian, yaitu sebagai berikut :
21

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh peneliti.

2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain

3. Menetapkan fokus yang memiliki sifat temuan untuk mengembangkan

Iptek.

4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-

teori yang ada.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi fokus penelitian atau

titk perhatian dalam penelitian ini adalah proses akulturasi dan keakraban antara

Bahasa Konjo dan Bahasa Selayar di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah olehnya.

Dalam penelitian deskriptif kualitatif, yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument

juga harus “divalidasi”.Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode

penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan

peneliti objek penelitian baik secara akademik maupun logiknya (sugiono, 2009

:305 ).

Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan focus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,


22

menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan

atas temuannya (sugiono, 2009 : 306 ).

Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

a) Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus

dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi

penelitian.

b) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan anekaragam data sekaligus.

c) Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen

berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi

kecuali manusia.

d) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperoleh.

e) Hanya manusia sebagai instrumen penelitian dapat mengambil keputusan

dan kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan

menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan,

perubahan, perbaikan dan perlakuan (sugiono, 2009 : 308).

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif adalah yaitu data yang tidak berupa angka-angka,

melainkan diuraikan dalam bentuk kalimat. Adapun data kualitatif meliputi :

a) Data tentang gambaran umum mengenai objek penelitian


23

b) Data lain yang tidak berupa angka.

Adapun jenis-jenis dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini dibagi menjadi dua macam yaitu sumber data primer dan sember data

sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan data yang

diperoleh dari informan yaitu orang yang berpengaruh dalam proses perolehan

data atau bisa disebut Key Member yang memegang kunci sumber data penelitian

ini. Penetapan informan ini dilakukan dengan mengambil orang yang telah terpilih

betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel atau

memilih sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Hal tersebut dinamakan teknik purposive sampling yaitu sampel yang

dipilih dengan cermat hingga relevan dengan sistem penelitian. Peneliti akan

berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil;wakil dari segala lapisan populasi

sehingga dapat dianggap cukup representatif.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai

cara. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang

alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi berperasenta dan wawancara mendalam.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan

(field Research). Dalam penelitian lapanganini penulis menggunakan teknik yaiyu

antara lain :

1. Pengamatan/observasi langsung
24

Yaitu cara pengumpulan data yaitu dengan cara melakukan pencatatan

secara cermat dan sistematik. Observasi harus dilakukan secara teliti dan

sistematis untu mendapatkan hasil yang bisa diandalkan, dan peneliti harus

mempunyai latar belakang atau pengetahuan yang lebih luas tentang objek

penelitian mempunyai dasar teori dan sikap objektif. Observasi dalam

penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang bagaimana

pola akulturasi antara Bahasa Konjo dan Bahasa selayar di daerah Tanadoang

Kabupaten Kepulauan selayar.

Observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti ini direalisasikan

sengan cara mencatat berupa informasi yang berhubungan dengan permasalah

yang dibahas terkait dengan judul penelitian yang diangkat oleh peneliti.

Dengan observasi langsung, peneliti dapat memahami konteks data dalam

berbagai situsai, maksudnya dapat memperoleh pandangan secara

menyeluruh. Untuk itu peneliti dapat melakukan pengamatan secara langsung

dalam mendapatkan bukti yang terkait dengan objek penelitian.

2. Wawancara Mendalam (Dept Interview)

Yaitu tanya jawab dengan behadapan muka untuk mendapatkan

keterangan secara lisan dari seorang informan. Dengan teknik wawancara ini

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari informan

melalui tanya jawab. Wawancara dilakukan secara mendlam artinya sustu

wawancara tidak menyimpang dari pedoman wawancara dan fokus

permasalahan dalam penelitian ini. Tanpa wawancaraa, peneliti akan

kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya langsung.


25

Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak berstruktur, arah

pertanyaan lebih terbuka, tetap fokus, sehingga diperoleh informasi yang kaya

dan pembicraan tidak kaku. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh data secara luas dan menyeluruh sesuai dengan kondisi saat ini.

3. Dokumentasi

Yaitu proses melihat kembali sumber-sumber data dari dokumen yang

ada dan dapat digunakan untuk memperluas data-data yang telah ditemukan.

Dokumentasi ini yakni merupakan sumber data yang sering digunakan dalam

penelitian kualitatif. Terutama apabila sasaran kajian dari penelitian ini

mengarah pada peristiwa yang terjadi dimasa lampau yang sangat berkaitan

dengan peristiwa masa kini yang sedang diteliti. Teknik dokumentasi telah

lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumentasi sebagai sumber data yang dapat digunakan untuk menguji,

menafsirkan, bahkan meramalkan sesuatu hal atau peristiwa.Adapun sumber

data dokumentasi yang diperoleh dari lapangan biasanya berupa buku, arsip,

majalah bahkan dokumen perusahaan atau dokumen resmi yang berhubungan

dengan fokus penelitian.

Dokumentasi yang digunakan peneliti adalah arsip data penelitian dari

beberapa keterangan lisan dari narasumber yang direkam oleh peneliti. Kalau

perlu perekaman ini tidak harus diberitahukan terlebih dahulu agar tercipta

keaslian dari penelitian yang dibuat. Alat yang digunakan dalam teknik

dokumentasi ini ini antara lain kamera digital atau handycamp yang
26

digunakan untuk mengambil gambar atau hasil foto dan video jika dibutuhkan

oleh peneliti.

Hasil dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder

yang melengkapi atau mendukung hasil wawancara dan pengamatan

dilapangan. Data hasil dokumentasi juga dapat digunakan sebagai sumber

data yang digunakan untuk mengingat kembali selu-beluk gambaran lokasi

jika kita lupa ketika sampai di rumah.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data-data adalah tahap yang paling penting

dan menetukan dalam suatu penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya diolah

dan dianalisa dengan tujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih

muda dibaca dan diinterpretasikan. Selain itu diterjunkan dan dimanfaatkan agar

dapat dipakai untuk menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini berlandaskan pada pengolahan dan analisa

induktif.peneliti berusaha merumuskan pernytaan atau abstraksi teoritis lebih

umum mendasarkan peristiwa. Salah satu ciri penting induksi analisis adalah

tekanan pada kasus negatif yang menyangkut proposisi yang dibangun peneliti.

Analisis ini dialkukan berdasarkan data yang diperoleh dari observasi, wawancara

dan dokumentasi kemudian ditarik dan disusun kesimpulan.

Teknik pengolahan dan analisis data-data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

a) Triangulasi
27

Terdiri dari, triangulasi teknik, dilakukan dengan cara menanykan

hal yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu wawancara, dan observasi.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama

dengan sumber yang berbeda dalam hal ini adalah masyarakat setempat

dengan latarbelakang yang berbeda. Triangulasi waktu yaitu pengumpulan

data dilakukan dalam waktu yang berbeda, dalam hal ini peneliti melakukan

pada hari yang berbeda.

b) Reduksi dan mensuplay data

Reduksi dilakukan untuk mensortir data apa saja yang perlu untuk

diolah yang kemudian data tersebut disuplay sebagai hasil pengolahan data.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana

yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Miles dan Huberman dalam (sugiyono, 2013 : 247) analisis

dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan

selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Teknik analisis data

yang digunakan adalah kualitatif. Dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahap

penelitian sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis

data yaitu reduksi data/data reduction, penyajian data/data display dan


28

penarikan kesimpulan/conculsions/verification. Menurut Miles dan

Huberman, terdapat 3 teknik analisis data kualitatif yaitu reduksi data,

penyahian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung secara

terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan sebelum data bener-

benar terkumpul.

1. Reduksi Data

Merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi

data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data

sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak

perlu diartikan sebagai kuantitafi data. Data yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dicatat

dan diteliti. Kemudian segera dilakukan analisis data melalui reduksi

data.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan diberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya kembali bila diperlukan.

2. Penayajian Data

Merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Penyajian data adalah kegiatan seketika sekumpulan data/informasi

disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan

kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif

(berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.


29

Mendisplay data akan meudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah merupakan salah satu dari teknik

analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang

dapat digunakan untuk mengambil rindakan. Penarikan kesimpulan dan

verifikasi ini merupakan penimpulan dari temuan penelitian untuk

dijadikan suatu kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan dirubah kembali bila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian

kembali dilapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibe. Oleh karena itu

kesimpulan harus diverivikasi selama penelitian berlangsung.

I. Teknik Keabsahan Data

Banyak hasil penelitian kualitatif yang diragukan kebenarannya karena

bebrapa hal. Demi terjaminnya keakuratan data dan hasil penelitian yang

memenuhi standar hasil penelitian ilmiah maka peneliti harus melakukan

keabsahan data. Pengabsahan data dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan

demi kesasihan dan keandalan serta tingkat kepercayaan data yang telah

terkumpul. Teknikkeabsahan data adalah dengan menggunakan teknik tiangulasi.


30

Hal ini merupakan salah satu pemeriksahan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006 : 330 ).

Melalui teknik pemeriksaan ini penulis menggunakan teknik triangulasi

sumer dan triangulasi teknik serta triangulasi waktu. Triangulasi dalam pengujian

kredibilitasi ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui bebrapa sumber. sebagai

contoh untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan

seseorang, maka pengumpulan dan penyajian data yang telah diperoleh

dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ketasan yang menugasi, dan keteman

kerja yang merupakan kelompok kerjasama.

Data dari ketiga sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan seperti

dalam penelitian kuantitaif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana

pandangan yang sama, yang berbeda dan yang mana yang spesifik dari tiga

sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga

menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan

tiga sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
31

Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, Lalu dicek dengan

observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian

kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti

melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau

yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin

semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat

narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang

lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian

kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakakukan pengecekan

dengan cara wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi

yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan

secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

Menurut bugin (2003 :204) proses triangulasi dilakukan terus-menerus

sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data, sampai suatu saat

peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan, dan tidak ada lagi yang

perlu dikonfirmasi kepada informan, uji keabsahan melalui triangulasi ini

dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan

data/informasi tidak dapat dilakukan dengan alat uji statistik, begitu pula

materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat sehingga substansi

kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif. Oleh karena itu, sesuatu


32

yang dianggap benar apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak

atau kebenaran stake holder.

Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, menurut sugiyono

(2013 : 276). Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data. Selain itu, membercheck yang diperoleh akan digunakan dalam

penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau

informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tanda

tangan sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan membercheck.


33

BAB IV

GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu kabupaten yang

ada di provinsi Sulawesi Selatan yang letaknya diujung selatan pulau

sulawesi dan memanjang ke utara. Ibu kota Kabupaten Kepulaun Selayar

adalah Kota Benteng. Kabupaten ini memiliki luas sebesar 10.503,69 km²

(wilayah daratan dan lautan) dan berpenduduk sebesar 123.283 jiwa.

Kabupaten kepulauan selayar terdiri dari 12 kecamatan diantaranya 6

kecamatan yang meliputi daerah wilayah daratan dan 6 kecamatan meliputi

daerah wilayah kepulauan.

Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Selayar berada pada

koordinat (letak astronomi) 5°42’ - 7°35’ LS dan 120°15’- 122°30’ bujur

timur yang berbatasan dengan :

1. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Bulukumba dan Teluk

Bone.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan provinsi NTT

3. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Flores dan Selat Makassar.

4. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Flores (provinsi NTT).

Penduduk di kabupaten Selayar rata-rata bekerjasebagai petani dan

peladang, namun sebagaian juga dari mereka bekerja sebagai nelayan. Tapi

apabila Musim Barat mereka tidak melaut. Tingkat pendidikan mereka cukup

tinggi. Kebanyakan orang tua yang memiliki kemauan agar anakanak mereka

32
34

mempunyai penghidupan yang layak, mereka mengirimkan anak-anak

mereka ke Makassar untuk sekolah sampai ke jenjang yang tinggi. (Selayar

dalam Angka, 2005).

B. Deskripsi Bahasa Kabupaten Kepulauan Selayar

Bahasa Selayar adalah bahasa utama yang digunakan oleh

masayarakat kabupaten kepulauan selayar. Bahasa Selayar saat ini masih

diperdebatkan apakah berupa bahasa atau dialek. Pada prinsipnya bahasa

Selayar masih termasuk dalam rumpun bahasa Makassar. Perbedaannya

terletak pada beberapa kosa kata yang memiliki arti yang sama dalam bahasa

Indonesia tapi dalam bahasa Makassar maupun bahasa Selayar

penyebutannya berbeda.

Jumlah pemakai bahasa Selayar cukup banyak, yaitu meliputi

beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Selayar termasuk didaerah

tanadoang atau daerah daratan yang terdiri dari 6 kecamatan. Diselayar

sendiri penggunaan bahasa oleh masyarakat luas kabupaten kepulauan selayar

terdiri dari dua dialek utama yaitu dialek konjo dan dialek selayar.
35

BAB V

PERKEMBANGAN BAHASA MAKASSAR DIALEK KONJO DI

TANADOANG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR.

Dalam kajian mengenai akulturasi bahasa, fenomena konvergensi dan

divergensi akan muncul dalam framework konteks berbahasa antar etnis.

Sebagai etnis mayoritas masyrakat konjo dihadapkan pada situasi dimana

etnis konjo memiliki social power terhadap bahasa-bahasa lain dan social

power tersebut dalam penggunaan bahasa Makassar dialek Konjo di

Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar. Bahasa Makassar dialek Selayar

dan dialek Konjo pesisir yang banyak dipakai dikecamatan Ujung Loe

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Hubungan kekerabatan

antara bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar terbentuk karena

mempunyai beberapa faktor-faktor pendukung dan alasan latarbelakang

sehingga antara bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar dapat

terbentuk suatu akulturasi yang kemudian kedua dialek tersebut dapat lahir

dan berkembang di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Burhanuddin

selaku tokoh adat di salah satu daerah Kabupaten Kepulauan Selayar

mengungkapkan bahwa:

“Ya memang ada beberapa faktor penunjang yang

melatarbelakangi sehingga diselayar ini bisa terjadi

penggabungan dialek antara dialek Konjo dan dialek selayar,

35
36

dimana seperti yang kita ketahui bersama bahwa antara

Kabupaten Kepulauan Selayar dan Kecamatan Ujung Loe

tepatnnya di daerah Bira kan terdapat sebuah pelabuhan yang

merupakan daerah penyebrangan dan pelayaran yang biasa

ditempati oleh orang-orang untuk menyebrang ke Selayar,

karena itu pasti akan terjadi kontak atau interaksi sesama

disana yaitu antara orang selayar dan orang-orang sekitar

daerah Bira yang menggunakan dialek Konjo tersebut”( hasil

wawancara pada hari kamis 30 juni 2016).

Dari pendapat bapak Burhanuddin, beliau mengatakan bahwa bahasa

Makassar dialek konjo dapat lahir dan berkembang di Tanadoang Kabupaten

Kepulauan Selayar adalah karena dikecamatan Ujung Loe tepatnya di Daerha

bira terdapat sebuah pelabuhan yang mayoritas penduduknya menggunakan

dialek Konjo merupakan daerah pelayaran atau penyebrangan antara

Kabupaten Kepulauan Selayar dengan Bira.

Bapak Nur Hasli sebagai salah satu pegawai atau pakar kebudayaan

dikabupaten kepulauan selayar yang bekerja dikantor kebudayaan dan

parawisata Kabupaten Kepulauan Selayar mengungkapkan bahwa:

“dialek Konjo itu bisa ada atau digunakan di Kabupaten

Selayar karna beberapa sebab seperti adanya keturunan dari

satu suku antar etnis dimasa lalu. Kemudian beberapa dari

mereka yang memiliki keturunan yang sama (keturunan suku

konjo)kemudian terpisah karna beberapa faktor yang kemudian


37

salah satu diantara mereka kemudian menetap diselayar”

(hasil wawancara pada hari kamis tanggal 30 juni 2016).

Dari hasil wawancara peneliti dengan pegawai kantor kebudayaan dan

parawisata Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dikatakan bahwa akulturasi

antara Bahasa Makassar dialek Konjo dan Dialek Selayar disebabkan oleh

faktor biologi, mereka yang mengaku sebagai orang Selayar adalah keturunan

kaum berdarah campuran suku yang sama yaitu suku konjo yang mana

mereka adalah hasil persilangan antar etnis di masa lalu.

Pendapat lain juga disampaikan oleh bapak Abdul Rahim yang

merupakan tokoh adat dan tetua-tetua yang banyak mengetahui tentang

peristiwa-peristiwa dan informasi yang terkait dengan Selayar. Beliau

menyatakan bahwa:

“iya memang ada percampuran dialek antara Selayar dengan

Konjo yang dipake oleh masyarakat Ujung Loe, selain terkait

karna kedua dialek tersebut merupakan satu kesamaan atau

kesatuan bahasa yang sama yaitu bahasa makassar juga

dilandasi oleh satu faktor yang sepengetahuan saya bahwa pada

dahulu kala Selayar dan Bira itu tidak terpisah, kedua daerah

ini antara Selayar dan Bira ini bersambung tidak dipisahkan

oleh laut dan sebagainya. Tapi karena beberapa faktor alam

yang terjadi sehingga kedua daerah ini kemudian menjadi

terpisah oleh lautan. Itulah faktor yang mendasari sehingga ada

kesamaan antara dialek Selayar dan dialek Konjo yang dipakai


38

di Selayar” ( hasil wawancara pada hari sabtu tanggal 2 juli

2016 ).

Kemuadian peneliti mewawancarai bapak massiarang, beliau

mengungkapkan bahwa:

“seperti yang saya ketahui dan sesuai cerita dari orang-orang

terdahulu kita itu mereka mengatakan bahwa mengapa dialek di

Selayar bisa sama dengan dialek yang ada di Bira (bulukmba)

dan kemudian melesatri dan semakin berkembang menjadi

bahasa yang dipakai oleh masayarakat Selayar sebagai bahasa

sehari-hari mereka yang sebelumnya selayar memiliki dialek

sendiri tetapi karna pada akhirnya semakin banyak terjadi

interaksi sosial antara masyarkat Selayar dan masyarakat bira

yang mayoritas menggunakan dialek konjo dan kemudian juga

semakin banyak juga terjadi perinikahan antara orang Selayar

dan orang Bulukmba/Bira yang kemudian setelah menikah

kemudian mereka memilih menetap di selayar”

( hasil wawancara pada hari senin tanggal 11 juli 2016).

Dari hasil wawancara tersebut dapat dapat di ambil kesimpulan bahwa

berkembangnya dialek Konjo di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar

adalah di dasari oleh adanya interaksi sosial yang berlangsung secara terus-

menerus antara masyarakat Selayar dengan Masayarakat Bira/Bulukumba

yang mayoritas menggunakan dilaek Konjo. Di sisi lain juga didasari oleh

adanya faktor dari sisi pernikahan yang telah banyak terjadi antara
39

Masyarakat Selayar dengan Masyarakat bira yang pada akhirnya terjalin

interaksi yang sangat kuat di antara mereka, hal ini juga menjadi pemicu

terbentuknya akulturasi antara dua budaya asing dalam hal ini dalam hal

dialek ataupun bahasa.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diberikan kesimpulan

bahwanya akulturasi antara bahasa Makassar dialek Konjo dan Dialek Selayar

terjadi karena ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya

akulturasi tersebut, bukan hanya karena antara dialek Konjo dan Dialek

Selayar termasuk dalam satu rumpun bahasa yang sama yaitu bahasa

makassar akan tetapi dilandasi oleh beberapa faktor penyebab dan beberapa

peristiwa pada masa lampau.

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala terjadi

penyatuan dua budaya yang berbeda yang melebur menjadi satu tanpa

menghilangkan unsur atau karasteristik budaya asli itu sendiri. Kebudayaan

asing itu lambat laun akan diterima dan diolah kedalam kebudayaannya

sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu

sendiri. Contohnya dalam hal ini yaitu akulturasi bahasa Makassar dialek

Konjo dan dialek Selayar di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar.

Untuk dapat menghasilkan sebuah akulturasi yang baik maka perlu

adanya proses sosial. Proses sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia

yang ditandai oleh dinamika komunikasi.

Sehubungan dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa suatu

akulturasi itu dapat terjadi apabila terjadi kontak antara dua budaya yang
40

berbeda yang kemudian suatu budaya asing yang masuk dan kemudian dapat

diterima dengan baik oleh masyarakat tanpa menghilangkan budaya asli dari

masyarakat yang menerima unsur kebudayaan asing ini. Kontak budaya ini

akan berlangsung ketika terjadi kontak sosial yang bisa saja terjadi antara

individu, sebagian masyarakat dan bahkan seluruh lapisan masyarakat.

Proses akulturasi ini terkadang sulit terjadi namu n terkadang pula

sangat muda terjadi bahkan terkadang masayrakat tanpa mereka sadari bahwa

mereka telah menyerap kebudayaan asing.

Dalam hal akulturasi bahasa/dialek ini maka telah timbul pula sebuah

percampuran atau perpaduan bahasa atau dialek yang berbeda. Akulturasi

bahasa/dialek dalam hal ini diwujudkan dalam dengan adanya percampuran

aksen dua bahasa/dialek yang berbeda kedalam satu model bahasa/dialek

percakapan. Dalam hal ini yaitu bahasa Makassar dengan dialek Konjo dan

dialek Selayar.

a. Dialek Konjo

Dialek Konjo adalah salah satu dialek yang dimasukkan kedalam

rumpun bahasa Makassar di Sulawesi Selatan. Penutur dialek ini pertama kali

oleh suku Kajang. Selanjutnya dialek Konjo banyak di pakai diKecamatan

Ujung Loe Kabupaten Bulukumba terutama daerah Bira Provinsi Sulawesi

Selatan

Dialek ini mempunyai abjad tersendiri, yang disebut sengan Lontara,

namun sekarang banyak juga ditulis dengan huruf latin.


41

b. Dialek Selayar

Dialek Selayar adalah dialek utama yang digunakan di Kepulauan

Selayar. Bahasa Selayar masuk dalam rumpun Bahasa Makassar dengan

dialek Konjo. Dalam Bahasa Selayar, juga ditemukan banyak serapan dari

bahasa asing, misalnya dari Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Bahasa Cina,

Bahasa Portugis, dll.

Dialek selayar mempunyai hubungan kekerabatan dengan dialek

konjo yang banyak dipakai oleh masyarakat di kecamatan Ujung Loe

terutama daerah Bira Kabupaten Bulukumba.

Adapun informan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Pakar kebudayaan/pegawai kantor kebudayaan : 2 orang

2. Tokoh adat dan tetua-tetua adat : 3 orang

3. Masyarakat umum : 1 orang

Jumlah : 6 orang

Bahasa Makassar, juga disebut basa Mangkasara adalah bahasa yang

dituturkan oleh suku Makassar, penduduk Sulawesi Selatan. Bahasa ini

mempunyai abjadnya sendiri, yang disebutdengan Lontara, namun sekarang

banyak juga ditulis dengan menggunakan huruf latin.

Kabupaten Selayar merupakan salah satu wilayah tutur Bahasa

Makassar yang oleh Friberg disebut dialek Selayar (dalam Grimes dan

Grimes, 1987: 31)2. Selain itu, di sebagian wilayah ini juga ditemukan

penutur bahasa Konjo yang merupakan sub keluarga Makassar. Wilayah tutur
42

bahasa Konjo di Kabupaten Selayar, yaitu daerah yang berbatasan langsung

dengan Kabupaten Bulukumba yang menuturkan dialek Konjo Pesisir

(Grimes dan Grimes, 1987: 28).Hal menarik yang ditemukan adalah

masyarakat didaerah ini cenderung menggunakan satu bahasa daerah dalam

dua dialek yaitu bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar.

Mengenai hal tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa telah terjadi

sebuah proses sosial yang menimbulkan adanya akulturasi dimana terdapat

dua kebudayaan yang berbeda atau dua kebudayaan asing yang berpadu

menjadi satu yang masing-masing mempertahankan karasteristik keasliannya,

dalah hal ini akulturasi bahasa yaitu akulturasi Bahasa Makassar dalam segi

dialek yaitu dialek Konjo dan Dialek Selayar.

Akulturasi adalah sebuah proses dimana dalam hal ini terdapat atau

tersirat suatu pengaruh timbal balik dimana unsur-unsur dua budaya berbaur

dan bergabung menjadi satu. Telah dihipotesiskan bahwa salah satu syarat

berlangsungnya suatu akulturasi adalah adanya beberapa kesetaraan budaya

relatif yang harus dimiliki antara budaya yang memberi dan budaya yang

menerima dalam hal ini yaitu antara dialek Konjo sebagai pemberi dan dialek

Selayar sebagai penerima.

Selanjutnya mengenai akulturasi antara dua budaya tentunya tidak

akan langsung terjadi atau tercipta begitu saja tanpa melalui sebuah proses.

Biasanya proses akulturasi terjadi dalam kurung waktu yang lama. Sehingga

antara satu kebudayaan dan kebudayaan lainnya saling memiliki pengaruh

yang kuat.kemudian proses akulturasi dapat terjadi apabila ada persenyawaan.


43

Maksudnya harus ada penerimaan kebudayaan luar tanpa penolakan. Untuk

dapat menghasilkan sebuah akulturasi yang baik maka perlu adanya proses

sosial. Proses sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia yang ditandai oleh

dinamika komunikasi.

Dari pemikiran diatas, jelaslah bahwa dalam permasalahan akulturasi

ini mengandung atau menjalani beberapa proses yaitu yang disebut dengan

proses sosial yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan

sehingga pada akhirnya terciptalah sebuah akulturasi antara dua kebudayaan

yang berbeda, dalam hal ini yaitu antara dialek Konjo dan dialek Selayar.

Namun demikian bukanlah hal yang mudah atau berlangsung begitu

saja untuk mencapai sebuah akulturasi. Dalam proses untuk mencapai sebuah

akulturasi akan terdapat beberapa faktor penunjang yang akan mendukung

dan menopang terjadinya akulturasi. Faktor-faktor tersebut merupakan pintu

masuk sebuah akulturasi.

Dalam hal ini faktor-faktor penunjang terjadinya akulturasi akan ada

beberapa bentuk faktor yang menjadi penunjang baik dalam bentuk peristiwa,

atau melalui suatu perantara letak wilayah dan sebagainya. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh bapak Abdul Rahim sebagai tokoh adat dan

tetua-tetua adat kabupaten Selayar bahwa :

“jika lahirnya bahasa Makassar dialek Konjo di Tanadoang

Kabupaten kepulaun Selayar dilandasi oleh satu faktor yang berkaitan dengan

peristiwa masa lampau yaitu yang dimasa lampau itu antara Tanadoang

Kabupaten Kepulauan Selayar dan daerah bira yang merupakan salah satu
44

daerah dikabupaten bulukumba sebagai salah satu penutur dialek Konjo

merupakan satu daerah yang satu atau dengan kata lain tidak ada pemisah

antara Selayar dan Bira, yang sekarang ini sudah dipisahkan oleh lautan luas”.

Dari pernyataan diatas dapat diliat dan disimpulkan bahwa memang

suatu akulturasi tersebut tidak dapat berlangsung begitu saja tanpa melalui

suatu proses dan beberapa faktor penunjang yang mendorong terjadinya

akulturasi budaya dalam hal ini yaitu akulturasi antara dialek Konjo Dan

dialek Selayar.

Pendapat lain yang berkaitan dengan permasalahan mengenai faktor

yang menjadi penunjang lahir dan berkembangnya bahasa Makassar dialek

Konjo di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar sebagaimana yang

dikemukakan oleh Bapak burhanuddin selaku tokoh adat di Kabupaten

Kepulauan Selayar mejelaskan bahwa:

“yang menjadi dasar penopang lahirnya dialek Konjo di Kabupaten

Kepulauan Selayar ini salah satunya adalah didasari oleh karna di daerah bira

yang masyarakatnya merupakan penutur asli Dialek Konjo merupakan daerah

penyebrangan dan pelayaran yang menghubungkan antara Bira dan

Kabupaten Kepulauan Selayar. Maka dalam hal ini akan terjadi interaksi

sosial antara masyrakat Selayar dan Masyarakat Bira ( Bulukumba ) diarea

Pelabuhan tersebut ketika masyarkat akan melakukan penyebrangan”.Dan

juga banyak faktor lain yang melatarbelakanginya adalah juga tidak terlepas

dari pengaruh letak daerah tersebut yang dekat dengan Kabupaten

Bulukumba. Selain itu,banyak terjadi perkawinan antara orang Selayar dan


45

orang Bira (Bulukumba), kemudian mereka menetap di Kabupaten Kepulauan

Selayar yang kemudian diantara mereka akan terjalin sebuah komunikasi.

Untuk dapat menghasilkan sebuah akulturasi yang baik maka perlu

adanya proses sosial. Proses sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia

yang ditandai oleh dinamika komunikasi. Bahasa Konjo kemudian semakin

berkembang karna masyarakat selayar telah menggunakan bahasa Konjo

sebagai bahasa komunikasi sehari-hari mereka. Selain itu telah banyak

perkawinan antara orang Bulukumba (etnis Konjo) dengan orang Selayar

yang kemudian disis lain setelah menikah mereka menetap di Kepulauan

Selayar.

Dari berbagai pemikiran dari beberapa informan tersebut sepenuhnya

didukung oleh penjelasan mengenai faktor pendorong akulturasi yaitu :

1. Inteaksi sosial

Yaitu hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang saling

mempengaruhi satu sama lain yang diantara mereka akan menciptakan suatu

hasil.

2. Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-

macam, antara lain :

1. Kontak budaya pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat,

atau bahkan antar individu dalam dua masyarakat atau kebudayaa.

2. Kontak budaya antar dua masyarakat atau kebudayaan dalam hal

kepentingan baik dalam ekonomi, teknologi, dan kemasyarakatan.

3. Kontak sosial dan komunikasi sosial.


46

Kontak sosial adalah hubunganb masing-masing pihak dalam

berinteraksi baik dengan berbicara, tatap muka, maupun bersalaman. Sesuai

dengan permasalahan di atas mengenai akulturasi bahasa makassar antara

dialek Konjo dan dialek Selayar maka kontak sosial yang terjadi dalam hal ini

adalah kontak sosial langsung atau hubungan timbal balik baik anta individu

maupun antar kelompok yang terjadi secara fisik seperti berkomunikasi dan

berinteraksi langsung.

Komunikasi sosial adalah proses interaksi yang terjadi antara orang-

orang atau kelompok bahkan masyarakat luas yang didalamnya terdapat

proses saling mempengaruhi satu sama lain untuk suatu tujuan atau hasil yang

ingin dicapai bersama.

Sesuai dengan pernyataan diatas mengenai faktor pendorong atau hal

yang melatarbelakangi terjadinya akulturasi dalam hal ini akultursi bahasa

Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar dapat dikatakan bahwa hal yang

sangat berpengaruh dala terbentuknya akulturasi ini adalah adalah proses

sosial yang terjadi antara masyarakat Selayar dan masyarakat Bira

(Bulukumba) sebagai penutur asli dialek Konjo baik itu Interaksi soaial,

kontak sosial maupun komunikasi sosial yang terjalin.

Berbicara mengenai interaksi sosial, kontak sosial maupun

komunikasi sosial yang menjadi pemicu lahirnya akulturasi bahasa Makassar

dialek Konjo dan dialek Selayar, maka sesuai dengan hasil wawancara yang

didapat dari beberapa informan dapat di deskripsikan bahwa proses-prosel

sosial tersebut seperti interaksi sosial itu berlangsung atau terjadi disaat ketika
47

ada sebagian masyarakat yang akan menggunakan jasa pelayaran atau

penyebrangan pelabuhan Bira. Pada saat itulah maka secara tidak langsung

akan terjadi interaksi sosial antara masyarakat Selayar dan masyarkat Bira

yang akan melakukan penyebrangan. Baik itu interakasi antara masyarakat

Selayar dan masyarakat umum Bira yang secara tidak sengaja berada di

sekitar daerah pelabuhan tersebut ataupun masyarkat Selayar dengan

masyarakat Bira yang berjualan di sekitar pelabuhan tersebut.

Dalam konteks kontak sosial dan kominkasi sosial, proses akulturasi

bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek selayar dapat diliat dari sisi telah

banyak terjadi pernikahan antara masyarakat Selayar dan Masyarakt Bira

khususnya dan masyarakat Bulukumba secara keseluruhan. Dalam hal

perkawinan ini maka setelah pernikahan kemudian mereka menyepakati

untuk tinggal di Selayar, kemudian dalam hal inilah secara tidak langsung

maka akan terjadi komunikasi sosial atau kontak sosial diantara mereka yang

kemudian hal inilah yang menyebabkan dialek Konjo kemudian semakin

berkembang luas di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman dan setelah

melalui proses yang begitu panjang ini kini dialek Konjo pun telah melekat

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Selayar. Dialek konjo pun kini telah

dijadikan sebagai dialek resmi orang Selayar yang digunakan oleh orang

Selayar dalam berkomunikasi dala kehidupan sehari-hari masyarakat Selayar.

Yang pada akhirnya lahirlah dua dialek dalam satu rumpun bahasa Makassar

di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar.


48

BAB VI
BENTUK AKULTURASI DIALEK KONJO DAN DIALEK SELAYAR DI
TANADOANG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR.

Bentuk-bentuk akulturasi dalam setiap masayarakat dalam hal

kebudayaan dan sebagainya tentu akan berbeda. Hal ini dapat diliat dari

proses dan hasil akhir dari akulturasi tersebut. Bentuk akulturasi hanya dapat

dipastikan apabila akulturasi tersebut telah diterima dan hasil dari akultuasi

tersebut telah diakui oleh masing-masing masyarakat yang telah mengalami

akulturasi tersebut.

Dari hasil wawancara peneliti dengan bapak Nur Aling sebagai

informan penelitian, beliau mengatakan bahwa:

“kalo dianalisa dengan baik adanya dialek Konjo atau

digunakannya dialek Konjo di Selayar ini tidak menghilangkan

Bahasa/dialek asli Selayar yang telah ada sejak nenek moyang

kita di zaman dulu. Yang saya analisa disini antara dialek

Konjonya Bira?Bulukumba dan dialek selayar kita sendiri ini

telah hanya terjadi percampuran namun disisi lain dialek

selayar kita sendiri ini masih dipake dan masih lestari didaerah

kita sendiri, lahirnya dialek konjo di sini tidak membuat dialek

selayar tidak terpakai lagi” ( hasil wawancara pada hari senin

tanggal 11 juli 2016).

Dari hasil wawancara dengan bapak Nur Aling, dapat disimpulkan

bahwa bentuk akulturasi antara dialek Konjo dan Dialek selayar adalah

48
49

bentuk akulturasi yang mengarah pada bentuk adanya unsur-unsur dialek

konjo yang telah berpadu dengan dialek selayar.

Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Baho Daeng, beliau

mengatakan bahwa:

“menurut saya adalah antara dialek Konjo dan dialek Selayar

yang kemudian kedua dialek ini telah digunakan di Selayar

sebagai dialek resmi Kebupaten Kepulauan Selayar adalah

suatu bentuk yang bisa dikatakan bahwa telah terjadi

penggabungan dua dialek yang kemudian disatukan menjadi

dialek untuk digunakan berkomunikasi di Selayar, namun dala

ini berarti bahwa yang terjadi disini adalah adanya

penambahan unsur-unsur bahasa/dialek dari dialek konjo itu

sendiri terhadap dialek selayar, tetapi pada hakikatnya bahasa

asli selayar disini tidak hilang atau masih tetap dipakai oleh

masyarakat selayar” ( hasil wawancara pada hari selasa 12 juli

2016).

Dari hasil wawancara dengan ibu Baho Daeng dapat disimpulkan

bahwa bentuk akulturasi yang ada dalam hal ini adalah mengarah pada

adanya penambahan unsur-unsur dialek/bahasa Konjo dalam dan atau

terhadap dialek Selayar di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Berdasarkan hasil wawancara (interviev) dengan beberapa informan,

dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa bentuk-bentuk akulturasi yang

mendasari adanya akulturasi antara bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek
50

Selayar adalah bentuk akultusi yang mengarah pada bentuk penambahan

(addittion) dan bentuk akulturasi yang mengarah pada bentuk Sinkretisme.

Melalui kedua bentuk akulturasi inilah sehingga terlahir sebuah proses

akulturasi dua dialek yang berbeda.

Akulturasi budaya ataupun dalam akulturasi bahasa ini tidak akan

belangsung atau terjadi begitu saja, akan tetapi akulturasi ini memerlukan

waktu yang begitu panjang dan proses-proses serta faktor yang mendukung

terjadinya akulturasi tersebut. Namun demikian bukan hanya proses dan

faktor yang dapat kita amati terkait dengan sebuah akulturas, melainkan ada

beberapa hal yang masih terkait dengan akulturasi seperti bentuk-bentuk

akulturasi tersebut.akan tetapi bentuk-bentuk akulturasi ini hanya dapat di

tentukan apabila kita telah mengkaji lebih jauh lagi mengenai proses-proses

berlangsungnya akulturasi tersebut dalam sebuah masyarakat.

Menurut hemat penulis bentuk-bentuk akulturasi bahasa Makassar

dialek Konjo dan dialek Selayar ini adalah sesuai dengan pendapat para

antropolog dan berdasarkan dengan hasil wawancara yang didaptkan oleh

penulis dari berbagai informan maka dapat dikatakan mengenai bentuk-

bentuk akuturasi bahwa percampuran antara dialek Konjo dan dialek Selayar

ini pun terjadi dalam berbagai bentuk seperti berikut :

a. Penambahan ( Addition)

Yaitu unsur-unsur budaya yang lama dalam hal ini unsur-unsur

bahasa/dialek yang lama masih tetap berfungsi atau dipergunakan dan tetap

mempertahankan karasteristik keasliannya yang kemudian mendapatkan


51

penambahan beberapa unsur budaya/bahasa/dialek yang baru sehingga

penambahan yang baru inilah yang akan memberikan nilai lebih pada

penerima kebudayaan baru ini.

Terkait dengan akluturasi dialek Konjo dan dialek Selayar ini maka

dapat dijelaskan bahwa terdapat atau terjadi adanya suatu penambahan dialek

dari dialek konjo yang didapatkan atau ditemui oleh masyarakat selayar baik

melalui proses interakasi sosial, kontak sosial maupun kominkasi sosial

diantara masyarakat Selayar dan Masyrakat penutur asli Dialek konjo

tersebut.

b. Sinkretisme

Yaitu unsur-unsur budaya yang lama yang berfungsi padu dengan

unsur-unsur budaya yang baru. Terkait dengan hal ini setelah terjadinya

penambahan unsur baru dari dialek Konjo tersebut maka terjadilah perpaduan

diantara kedua dialek ini. Dimana unsur-unsur dialek Selayar yang telah

berfungsi padu dengan unsur-unsur dialek yang baruyakni unsu-unsur dari

dialek Konjo tersebut.

Dari hasil penelitian yang dialkukan oleh peneliti melalui wawancara

dengan penulis telah memaparkan beberapa asumsi-asumsi mengenai

akulturasi bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar di Tanadoang

Kabupaten Kepulauan Selayar dalam beberapa penjelasan diatas.


52

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan

beberapa kesimpulan untuk menjawab masalah yang diangkat dalam penelitian

ini, kesimpulan yang dapat ditarik yaitu :

1. Lahir dan berkembangnya dialek konjo di Tanadoang Kabupaten

Kepulaun Selayar dilatarbelakangi oleh beberapa fakto-faktor pemicu dan

beberapa proses sosial yang dilalui sehingga menyebabkan terjadinya

akulturasi. Faktor-faktor utama yang menjadi pemicu tersebut diantaranya

yaitu adanya interkasi sosial yang terjadi antara masyarakat Selayar dan

Masyarakat Bira/Bulukumba sebagai penutur dialek konjo yang terjadi di

pelabuhan penyebrangan Bira Menuju Selayar. Faktor yang lain juga yaitu

adanya perkawinan yang telah banyak terjadi antara masyrakat selayar dengan

masyarakat Bulukumba pada umumnya dan beberapa peristiwa-peristiwa masa

lalu.

2. Bentuk-bentuk akulturasi Bahasa Makassar dialek Konjo dan Dialek

selayar antara lain : (1). Sinkretisme Yaitu unsur-unsur budaya yang lama yang

berfungsi padu dengan unsur-unsur budaya yang baru. (2). Penambahan (

addition) Yaitu unsur-unsur budaya yang lama dalam hal ini unsur-unsur

bahasa/dialek yang lama masih tetap berfungsi atau dipergunakan dan tetap

mempertahankan karasteristik keasliannya yang kemudian mendapatkan

penambahan beberapa unsur budaya/bahasa/dialek yang baru sehingga

52
53

penambahan yang baru inilah yang akan memberikan nilai lebih pada penerima

kebudayaan baru ini.

B. Saran

Setelah memberikan kesimpulan dalam penelitian, maka peneliti dapat

memberikan beberapa saran sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan

masyarakat dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagi pemerintah daerah setempat agar lebih antisipasi terhadap masuknya

budaya baru terhadap budaya sendiri yang banyak terjadi melalui proses-

proses sosial seperti dalam penelitian ini terhadap budaya sendiri untuk

terlebih dahulu menyaring budaya baru tersebut sebelum menerimanya

sebagai kebudayaan yang baru karna tidak selamanya kebudayaan baru

mendatangkan dampak yang positif terhadap kebudayaan kita.

2. Bagi masyarakat setempat untuk lebih mengutamakan kebudayaan sendiri

dibandingkan dengan kebudayaan baru/asing yang masuk dalam masyarakat

kita untuk lebih mempertahankan eksistensi kebudayan kita sendiri.


54

DAFTAR PUSTAKA

Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. 1989

Moleong, L. J. 2001. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosydakarya.

http://www.kompasiana.com/arsilihsan. diaskes tanggal 23 maret 2016

Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajagrafindo


Persada.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, dan Teknik Penelitian Kebudayaan.


Yogyakarta : Pustaka Widyatama.

Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

FKIP, 2015. Buku Pedoman Penulisan Skripsi.Makassar. Universitas


Muhammadiyah Makassar

Sugiyono,2014. Metode Penelitian pendekatan kualitatif, Kuantitafif dan R&D.


Bandung:ALFABETA.

K.Garna Judistira. 1996. Ilmu-ilmu sosial. Bandung. Program Pascasarjana


Padjajaran.

Habuddin, Ningsi. 2013. Teori Evolusionisme.


http:// bundahega. Blogspot.com/2013/07. Teori-Evolusionisme.html.
Diakses tanggal 23 Maret 2016

Malayan, proto. 2012. Suku Selayar, Sulawesi.


http://protomalayan.blogspot. co. Id/2012/10 suku-selayar-
sulawesi.html. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016.

Chaer Abdul, 2009. Psikolinguisti Kajian Teori. Jakarta. Rineka Cipta.

Asdam Muhammad,2012. Pengantar Ilmu Sosiolinguistik. Makassar. CV awal.

Martono nanang,2012. Sosiologi Perubahan Sosial.PT.Rajagrafindo Persada.


Jakarta.

Barker, Chris. 2014. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Penerbit
Kreasi Wacana.
55

Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo


Persada.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, dan Teknik Penelitian Kebudayaan.


Yogyakarta : Pustaka Widyatama.

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Ida, Rachmah. 2014. Metode Penelitian Studi dan Kajian Budaya. Jakarta:
Prenada Media Group.

Habuddin, Ningsi. 2013. Teori kontak budaya


http:// bundahega. Blogspot.com/2013/07. Teori-kontak budaya.html.
Diakses tanggal 28 Maret 2016
Arikunto., 1993. Metodologi Penelitian Deskriptif. Yogyakarta.

Fuad, Anis., 2013. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Adri, 1999. Suatu Tinjauan Awal: Batik-battik Selayar. Majalah Bahasa dan
Sastra Ujung Pandang. Balai Bahasa

Djunaid, N urdin, 1995. Dialektometri Bahasa Selayar Di Kabupaten Selayar.


Thesis Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar

Nugroho, Raden Arief.2010.Akulturasi Antara Etnis Cina Dan Jawa:Konvergensi


Atau Divergensi Ujaran Penutur Bahasa Jawa.Semarang

Musayyedah.2014. Korespondensi Bunyi Bahasa Bugis Dialek Soppeng Dan


Dialek Ennak (Buginese Phonemic Correspondence Of Soppeng And
Ennak Dialects).Makassar

Harudin, 1994, Struktur Sastra Lisan Selayar. Balai Penelitian bahasa. Ujung
Pandang.

Muthalib, Abdul. 1987. Struktur Bahasa Makassar Dialek Selayar. Pusat


pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta

Samarin, William J. 1994. Ilmu Bahasa Lapangan. Terjemahan J.S Badudu. Seri
ILDEP : Kanisius, Yogyakarta
56

www.zonasiswa.com/2015/09/akulturasi-pengertian-proses-bentuk.html?m=1
diakses pada tanggal 22 juli 2016

tusilajara.blogspot.co.id/2013/03/dialek-dalam-bahasa-selayar-12.html/m-1
diakses pada tanggal 22 juli 2016

wiki.selayaronline.com/wiki/bahasa-selayar. Diakses pada tanggal 22 juli 2016.


https://nurhidaynti0310.wordpress.com/tag/dialek/. Diakses pada tanggal 23 juli
2016

kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1128/suku-konjo. Diakses pada tanggal 23


juli 2016
DAFTAR INFORMAN
Berikut ini merupakan daftar informan yang ditemui oleh peneliti dalam melakukan
penelitian di Kabupaten Kepulauan Selayar.

NO NAMA PEKERJAAN/JABATAN

1 BURHANUDDIN TOKOH ADAT

2 NUR HASLI PAKAR KEBUDAYAAN

3 MASSIARANG TETUA ADAT

4 NUR ALING MASYARAKAT

5 ABDUL RAHIM TETUA ADAT

6 BAHO DAENG PAKAR KEBUDAYAAN


RIWAYAT HIDUP

Rahmayanti.B Dilahirkan di Dusun Bontoala Desa Alamat

Kecamatan Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar

pada tanggal 25 Oktober 1994, dari buah cinta kasih

pasangan Ayahanda Burhanuddin dan Ibunda Darmawati

Penulis mulai masuk sekolah di SDN Laiyolo pada tahun 2000 dan tamat

tahun 2006, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan sekolah ketingkat

selanjutnya di SMP Negeri 1 Bontosikuyu dan tamat pada tahun 2009, dan pada

tahun yang sama melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Bontosikuyu dan tamat

pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis memutuskan untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang perguruan tinggi yaitu di Universitas Muhammadiyah

Makassar program studi Strata Satu (S1) jurusan Pendidikan Sosiologi dan selesai

pada tahun 2016. Dalam organisasi intra kampus penulis pernah menjadi pengurus

HMJ sebagai wakil bidang Sumber Daya Manusia dari tahun 2013-2014.
AKULTURASI BAHASA MAKASSAR DIALEK KONJO DAN DIALEK
SELAYAR( STUDI HISTORIS KONJO DI TANADOANG
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR )

JURNAL

Oleh:

Rahmayanti.B
10538 2360 12

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
AKULTURASI BAHASA MAKASSAR DIALEK KONJO DAN DIALEK
SELAYAR( STUDI HISTORIS KONJO DI TANADOANG
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR )

Rahmayanti. B
10538236012

Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,


Universitas Muhammadiyah Makassar

Abstrak

Akulturasi merupakan suatu proses sosial yang muncul apabila terdapat


dua kebudayaan yang berbeda yang melebur dan berpadu menjadi satu tanpa
menghilangkan karasteristik asli dari kebudayaan masing-masing. Keberhasilan
suatu akulturasi dapat dilihat apabila unsur-unsur budaya asing lambat laun
diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan asli. Proses terbentuknya akulturasi ini adalah adanya
kontak budaya yang terjadi baik itu kontak sosial, kontak dalam dua situasi
ataupun kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai.

Tujuan penelitian ini adalah (i) Untuk mengetahui proses terbentuknya


akulturasi antara bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar. (ii) Untuk
mengetahui bagaimana bentuk terjadinya akulturasi bahasa. Jenis Penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan dengan cara
penentuan sampel melalui teknik Purposive Sampling dengan memilih beberapa
informan yang memiliki kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yakni yang
mengetahui tentang Akulturasi Bahasa Makassar Dialek Konjo dan Dialek
Selayar di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui proses terbentuknya akulturasi bahasa Makassar dialek Konjo
dan Dialek Selayar dan untuk mengetahui bagaimana bentuk terjadinya akulturasi
bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar.

1
Hasil penelitian menunjukkan Lahir dan berkembangnya dialek konjo di
Tanadoang Kabupaten Kepulaun Selayar dilatarbelakangi oleh beberapa fakto-
faktor pemicu dan beberapa proses sosial yang dilalui sehingga menyebabkan
terjadinya akulturasi yaitu adanya interaksi sosial dan adanya perkawinan yang
telah banyak terjadi antara masyarakat selayar dengan masyarakat Bulukumba
pada umumnya dan beberapa peristiwa-peristiwa masa lalu.

Kata Kunci: Akulturasi, Bahasa/Dialek.

Latar Belakang
Bahasa adalah wahana untuk menyampaikan maksud, pikiran, dan
tertulis.Komunikasi bahasa merupakan perasaan; bahasa adalah alat komunikasi
baik secara lisan maupun secara komunikasi maksud, pikiran, dan perasaan
antaramanusia dengan sesamanya.
Salah satu bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan adalah bahasa
daerah Konjo yang merupakan bagian dari unsur kebudayaan nasional yangperlu
dipelihara dan dikembangkan sebagai asset budaya daerah dan nasional.Bahasa
Selayar, yang meskipun belum ada penelitian yang valid mengenai halter sebut,
tetapi secara sosial dapat dikatakan bahwa masyarakat Selayar mengakui bahasa
yang mereka gunakan adalah bahasa Selayar.
Sehubungan dengan pendapat di atas, bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan
khususnya Bahasa Makassar, ada dua pendapat, yaitu :
(1) Persepsi yang menyetujui bahwa bahasa Makassar terdiri dari 5 dialekyaitu
dialek Lakiung , dialek Turatea, dialek Bantaeng, dialek Konjo,dan dialek
Selayar.
(2) Persepsi yang menganggap bahwa dialek Konjo dan dialek Selayar bukan lagi
bahasa Makassar melainkan sudah merupakan bahasa tersendiri.
Pengelompokan bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan menurut peta
bahasa yang dikeluarkan oleh “The Australia Academy of the Humanitas”
menunjukkan pengelompokan yang lebih ditekankan pada situasi geografis.
Pengelompokan tersebut adalah :

2
(1) Bugis, terdiri dari : Luwu, Wajo, Palakka, Enna?, Soppeng, Sidenreng,
Pare-pare dan Sawitto.
(2) Makassar terdiri dari: Lakiung,Turatea, Bantaeng,Konjo dan Selayar
(3) Mandar terdiri dari: Balangnipa, Majene, Botteng, Tappalang.
(4) Saqdan Toraja terdiri dari: Rongkong, Makki, Mamasa, Mappa Pama,
Kesuq, Rantepao, Makale, Sillanan, Gandang Batu dan Sangalla.
(5) Mamuju
(6) Masserenpulu terdiri dari : Endekang, Duri, dan Maiwa.
(7) Seko
(8) Pitu Ulunna Salu
Pengelompokan itu belum dapat memberikan informasi yang jelas dan
tuntas mengenai tingkat atau derajat kekerabatan antara bahasa tersebut, karena
penelitian tentang perbandingan bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan
khususnya Bahasa Makassar dan Bahasa Selayar hampir belum pernah diteliti.
Khusus untuk itu penelitian ini akan memerikan dua bahasa yakni Bahasa
Makassar (BM) dan Bahasa Selayar (BS), kedua bahasa ini sangat menarik
perhatian peneliti. Oleh karena itu, peneliti perlu melihat hubungan kedua bahasa
tersebut dari pendekatan linguistic bandingan histories.
Bahasa Konjo dan bahasa Selayar mempunyai hubungan kekerabatan yang
sangat erat. Terbukti dari prosentase kata kerabat yang telah dihitung yakni 74 %
dari 300 gloss yang diperhitungkan. Bahasa konjo dan bahasa Selayar merupakan
bahasa tunggal sekitar 2 (dua) abad yang lalu. Bahasa Konjo dan bahasa Selayar
diperkirakan mulai berpisah dari satu bahasa proto kira-kira 200 tahun lalu.
Bahasa Selayar mempunyai hubungan dengan bahasa Konjo pesisir yang
banyak di pakai diKecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan. Hubungan kekerabatan antara bahasa Konjo dan bahasa Selayar
terbentuk karena antara Kabupaten Bulukumba tepatnya dipelabuhan Bira yang
mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Konjo merupakan daerah pelayaran
atau penyebarangan antara Kabupaten Selayar. Secara biologis, mereka yang
mengaku sebagai orang selayar adalah keturunan kaum berdarah campuran suku ,
mereka adalah hasil persilangan antar etnis di masa lalu.

3
Dalam kajian mengenai akulturasi bahasa, fenomena konvergensi dan
divergensi akan muncul dalam framework konteks berbahasa antar etnis. Sebagai
etnis mayoritas, masyarakat Konjo dihadapkan pada situasi dimana etnis Konjo
memiliki social power terhadap bahasa-bahasa lain dan social power tersebut
dapat terwujud dalam penggunaan bahasa konjo di Tanadoang Kepulauan Selayar.
Untuk dapat menghasilkan sebuah akulturasi yang baik maka perlu adanya
proses sosial. Proses sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia yang ditandai
oleh dinamika komunikasi. Bahasa Konjo kemudian semakin berkembang karna
masyarakat selayar telah menggunakan bahasa Konjo sebagai bahasa komunikasi
sehari-hari mereka. Selain itu telah banyak perkawinan antara orang Bulukumba
(etnis Konjo) dengan orang Selayar yang kemudian disis lain setelah menikah
mereka menetap di Kepulauan Selayar.
Dari akulturasi yang telah terjadi, penulis melihat perlu adanya kejelasan
proses akulturasi tersebut untuk dapat memahami dan mengetahui apa saja yang
terjadi? Dan melalui apa saja? Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk
mengangkat judul skripsi: “Akulturasi Bahasa Makassar Dialek Konjo dan
Dialek Selayar (Studi Historis Konjo Di Tanadoang Kabupaten Kepulauan
Selayar)”

Kajian Pustaka
Menurut Dwi Wahyudiarto ( 2005: 37 ) istilah akulturasi mempunyai
berbagai arti di antara para sarjana antropologi, tetapi semua sepaham bahwa
konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing itu lambat launditerima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Akulturasi adalah konsep yang kompleks dan di sini terdapat dua model
pada akulturasi yaitu model linear dan model dua dimensi. Model linear
didasarkan pada asumsi bahwa identitas etnis yang kuat tidak mungkin berada

4
antara mereaka yang terlibat dalam masyarakat utama dan akulturasi yang pasti
disertai dengan melemahnya identitas etnis.
Model dua dimensi menunjukkan bahwa baik hal yang berhubungan
dengan budaya tradisional atau etnis dan hubungan dengan budaya baru atau
dominan memainkan peran penting dalam proses akulturasi.
Bahasa merupakan alat untk berkomunikasi antara yang satu dan
lainnnya. Amelia (2012) menjelaskan “Bahasa adalah system lambing bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok social untuk
bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Dengan berbahasa
seseorang akan mengerti apa yang disampaikan atau diperintahkan oleh orang
lain, perbedaan bahasa yang ada di seluruh dunia diakibatkan oleh manusia itu
sendiri yang menjadikan bahasa sebagai 5 kebutuhan dalam berkomunikasi
dalam kelompok tertentu. Keraf ( 1980 ) mengutarakan fungsi dan peranan
bahasa sebagai berikut:
1. Bahasa sebagai alat untuk berekspresi diri untuk menarik perhatian orang lain
untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi, untuk mengungkapkan
cita rasa seni dan sebagainya.
2. Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi
3. Bahasa sebaai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, untuk
bersosialisasi
4. Bahasa sebagai alat untuk mengadakan control sosial, untuk mempengaruhi
tingkah laku dan tindak tanduk orang-orang lain.
Bahasa Konjo, juga disebut sebagai Basa Konjo adalah bahasa yang
dituturkan oleh suku Kajang, penduduk Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa ini
dimasukkan ke dalam suatu rumpun bahasa Makassar yang sendirinya
merupakan bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-
Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia dimana penggunaan bahasanya 80%
hampir sama dengan bahasa Makassar walaupun kadang dengan pengucapan
yang agak berbeda.
Bahasa Selayar saat ini masih diperdebatkan apakah berupa bahasa
ataudialek. Pada prinsipnya bahasa Selayar memiliki beberapa persamaan

5
denganbahasa Konjo (bulukumba). Perbedaannya terletak pada beberapa kosa
kata yang memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia tapi dalam bahasa
Konjo maupun bahasa Selayar penyebutannya berbeda. Jumlah pemakai bahasa
Selayar cukup banyak, yaitu meliputi beberapa kecamatan yang ada di
Kabupaten Selayar.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif dengan mengadakan pendekatan-pendekatan
akulturasi bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar di Tanadoang
Kabupaten Kepulauan Selayar. Informan ditentukan secara purposive sampling,
teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan pedoman
wawancara, observasi dengan menggunakan lembar observasi, dan dokumentasi
dengan alat bantu berupa buku catatan dan camera, kemudian dianalisis melalui
tahapan reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
penarikan kesimpulan.

Pembahasan

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala terjadi


penyatuan dua budaya yang berbeda yang melebur menjadi satu tanpa
menghilangkan unsur atau karasteristik budaya asli itu sendiri. Kebudayaan asing
itu lambat laun akan diterima dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contohnya
dalam hal ini yaitu akulturasi bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar di
Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar.Untuk dapat menghasilkan sebuah
akulturasi yang baik maka perlu adanya proses sosial. Proses sosial yang terjadi
dalam kehidupan manusia yang ditandai oleh dinamika komunikasi.
Sehubungan dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa suatu akulturasi
itu dapat terjadi apabila terjadi kontak antara dua budaya yang berbeda yang
kemudian suatu budaya asing yang masuk dan kemudian dapat diterima dengan
baik oleh masyarakat tanpa menghilangkan budaya asli dari masyarakat yang

6
menerima unsur kebudayaan asing ini. Kontak budaya ini akan berlangsung ketika
terjadi kontak sosial yang bisa saja terjadi antara individu, sebagian masyarakat
dan bahkan seluruh lapisan masyarakat.
akulturasi ini terkadang sulit terjadi namu n terkadang pula sangat muda
terjadi bahkan terkadang masayrakat tanpa mereka sadari bahwa mereka telah
menyerap kebudayaan asing.
Akulturasi budaya ataupun dalam akulturasi bahasa ini tidak akan
belangsung atau terjadi begitu saja, akan tetapi akulturasi ini memerlukan waktu
yang begitu panjang dan proses-proses serta faktor yang mendukung terjadinya
akulturasi tersebut. Namun demikian bukan hanya proses dan faktor yang dapat
kita amati terkait dengan sebuah akulturas, melainkan ada beberapa hal yang
masih terkait dengan akulturasi seperti bentuk-bentuk akulturasi tersebut.akan
tetapi bentuk-bentuk akulturasi ini hanya dapat di tentukan apabila kita telah
mengkaji lebih jauh lagi mengenai proses-proses berlangsungnya akulturasi
tersebut dalam sebuah masyarakat.
akulturasi antara bahasa Makassar dialek Konjo dan Dialek Selayar terjadi
karena ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya akulturasi tersebut,
bukan hanya karena antara dialek Konjo dan Dialek Selayar termasuk dalam satu
rumpun bahasa yang sama yaitu bahasa makassar akan tetapi dilandasi oleh
beberapa faktor penyebab dan beberapa peristiwa pada masa lampau.

Bahasa Konjo dan bahasa Selayar mempunyai hubungan kekerabatan yang


sangat erat. Terbukti dari prosentase kata kerabat yang telah dihitung yakni 74 %
dari 300 gloss yang diperhitungkan. Bahasa konjo dan bahasa Selayar merupakan
bahasa tunggal sekitar 2 (dua) abad yang lalu. Bahasa Konjo dan bahasa Selayar
diperkirakan mulai berpisah dari satu bahasa proto kira-kira 200 tahun lalu.
Bahasa Selayar mempunyai hubungan dengan bahasa Konjo pesisir yang
banyak di pakai diKecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan. Hubungan kekerabatan antara bahasa Konjo dan bahasa Selayar
terbentuk karena antara Kabupaten Bulukumba tepatnya dipelabuhan Bira yang
mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Konjo merupakan daerah pelayaran

7
atau penyebarangan antara Kabupaten Selayar. Secara biologis, mereka yang
mengaku sebagai orang selayar adalah keturunan kaum berdarah campuran suku ,
mereka adalah hasil persilangan antar etnis di masa lalu.
Selanjutnya mengenai akulturasi antara dua budaya tentunya tidak akan
langsung terjadi atau tercipta begitu saja tanpa melalui sebuah proses. Biasanya
proses akulturasi terjadi dalam kurung waktu yang lama. Sehingga antara satu
kebudayaan dan kebudayaan lainnya saling memiliki pengaruh yang
kuat.kemudian proses akulturasi dapat terjadi apabila ada persenyawaan.
Maksudnya harus ada penerimaan kebudayaan luar tanpa penolakan. Untuk dapat
menghasilkan sebuah akulturasi yang baik maka perlu adanya proses sosial.
Proses sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia yang ditandai oleh dinamika
komunikasi.
Namun demikian bukanlah hal yang mudah atau berlangsung begitu saja
untuk mencapai sebuah akulturasi. Dalam proses untuk mencapai sebuah
akulturasi akan terdapat beberapa faktor penunjang yang akan mendukung dan
menopang terjadinya akulturasi. Faktor-faktor tersebut merupakan pintu masuk
sebuah akulturasi. Dalam hal ini faktor-faktor penunjang terjadinya akulturasi
akan ada beberapa bentuk faktor yang menjadi penunjang baik dalam bentuk
peristiwa, atau melalui suatu perantara letak wilayah dan sebagainya.
bahasa Makassar dialek konjo dapat lahir dan berkembang di Tanadoang
Kabupaten Kepulauan Selayar adalah karena dikecamatan Ujung Loe tepatnya di
Daerha bira terdapat sebuah pelabuhan yang mayoritas penduduknya
menggunakan dialek Konjo merupakan daerah pelayaran atau penyebrangan
antara Kabupaten Kepulauan Selayar dengan Bira.
berkembangnya dialek Konjo di Tanadoang Kabupaten Kepulauan Selayar
adalah di dasari oleh adanya interaksi sosial yang berlangsung secara terus-
menerus antara masyarakat Selayar dengan Masayarakat Bira/Bulukumba yang
mayoritas menggunakan dilaek Konjo. Di sisi lain juga didasari oleh adanya
faktor dari sisi pernikahan yang telah banyak terjadi antara Masyarakat Selayar
dengan Masyarakat bira yang pada akhirnya terjalin interaksi yang sangat kuat di

8
antara mereka, hal ini juga menjadi pemicu terbentuknya akulturasi antara dua
budaya asing dalam hal ini dalam hal dialek ataupun bahasa.
Untuk dapat menghasilkan sebuah akulturasi yang baik maka perlu adanya
proses sosial. Proses sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia yang ditandai
oleh dinamika komunikasi. Bahasa Konjo kemudian semakin berkembang karna
masyarakat selayar telah menggunakan bahasa Konjo sebagai bahasa komunikasi
sehari-hari mereka. Selain itu telah banyak perkawinan antara orang Bulukumba
(etnis Konjo) dengan orang Selayar yang kemudian disis lain setelah menikah
mereka menetap di Kepulauan Selayar.
Namun demikian bukan hanya proses dan faktor yang dapat kita amati
terkait dengan sebuah akulturas, melainkan ada beberapa hal yang masih terkait
dengan akulturasi seperti bentuk-bentuk akulturasi tersebut.akan tetapi bentuk-
bentuk akulturasi ini hanya dapat di tentukan apabila kita telah mengkaji lebih
jauh lagi mengenai proses-proses berlangsungnya akulturasi tersebut dalam
sebuah masyarakat.
bentuk-bentuk akulturasi bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek
Selayar ini adalah sesuai dengan pendapat para antropolog dan berdasarkan
dengan hasil wawancara yang didaptkan oleh penulis dari berbagai informan
maka dapat dikatakan mengenai bentuk-bentuk akuturasi bahwa percampuran
antara dialek Konjo dan dialek Selayar ini pun terjadi dalam berbagai bentuk
seperti berikut :
1. Penambahan ( Addition)
Yaitu unsur-unsur budaya yang lama dalam hal ini unsur-unsur
bahasa/dialek yang lama masih tetap berfungsi atau dipergunakan dan tetap
mempertahankan karasteristik keasliannya yang kemudian mendapatkan
penambahan beberapa unsur budaya/bahasa/dialek yang baru sehingga
penambahan yang baru inilah yang akan memberikan nilai lebih pada penerima
kebudayaan baru ini.
Terkait dengan akluturasi dialek Konjo dan dialek Selayar ini maka dapat
dijelaskan bahwa terdapat atau terjadi adanya suatu penambahan dialek dari
dialek konjo yang didapatkan atau ditemui oleh masyarakat selayar baik melalui

9
proses interakasi sosial, kontak sosial maupun kominkasi sosial diantara
masyarakat Selayar dan Masyrakat penutur asli Dialek konjo tersebut.
2. Sinkretisme
Yaitu unsur-unsur budaya yang lama yang berfungsi padu dengan unsur-
unsur budaya yang baru. Terkait dengan hal ini setelah terjadinya penambahan
unsur baru dari dialek Konjo tersebut maka terjadilah perpaduan diantara kedua
dialek ini. Dimana unsur-unsur dialek Selayar yang telah berfungsi padu dengan
unsur-unsur dialek yang baruyakni unsu-unsur dari dialek Konjo tersebut.
Dari hasil penelitian yang dialkukan oleh peneliti melalui wawancara
dengan penulis telah memaparkan beberapa asumsi-asumsi mengenai akulturasi
bahasa Makassar dialek Konjo dan dialek Selayar di Tanadoang Kabupaten
Kepulauan Selayar dalam beberapa penjelasan diatas.

Kesimpulan
1. Lahir dan berkembangnya dialek konjo di Tanadoang Kabupaten Kepulaun
Selayar dilatarbelakangi oleh beberapa fakto-faktor pemicu dan beberapa proses
sosial yang dilalui sehingga menyebabkan terjadinya akulturasi. Faktor-faktor
utama yang menjadi pemicu tersebut diantaranya yaitu adanya interkasi sosial
yang terjadi antara masyarakat Selayar dan Masyarakat Bira/Bulukumba sebagai
penutur dialek konjo yang terjadi di pelabuhan penyebrangan Bira Menuju
Selayar. Faktor yang lain juga yaitu adanya perkawinan yang telah banyak terjadi
antara masyrakat selayar dengan masyarakat Bulukumba pada umumnya dan
beberapa peristiwa-peristiwa masa lalu.
2. Bentuk-bentuk akulturasi Bahasa Makassar dialek Konjo dan Dialek selayar
antara lain : (1). Sinkretisme Yaitu unsur-unsur budaya yang lama yang berfungsi
padu dengan unsur-unsur budaya yang baru. (2). Penambahan ( addition) Yaitu
unsur-unsur budaya yang lama dalam hal ini unsur-unsur bahasa/dialek yang lama
masih tetap berfungsi atau dipergunakan dan tetap mempertahankan karasteristik
keasliannya yang kemudian mendapatkan penambahan beberapa unsur
budaya/bahasa/dialek yang baru sehingga penambahan yang baru inilah yang akan
memberikan nilai lebih pada penerima kebudayaan baru ini.

10
Saran

1. Bagi pemerintah daerah setempat agar lebih antisipasi terhadap masuknya


budaya baru terhadap budaya sendiri yang banyak terjadi melalui proses-proses
sosial seperti dalam penelitian ini terhadap budaya sendiri untuk terlebih dahulu
menyaring budaya baru tersebut sebelum menerimanya sebagai kebudayaan yang
baru karna tidak selamanya kebudayaan baru mendatangkan dampak yang positif
terhadap kebudayaan kita.
2. Bagi masyarakat setempat untuk lebih mengutamakan kebudayaan sendiri
dibandingkan dengan kebudayaan baru/asing yang masuk dalam masyarakat kita
untuk lebih mempertahankan eksistensi kebudayan kita sendiri.

Daftar Pustaka

Arikunto., 1993. Metodologi Penelitian Deskriptif. Yogyakarta.

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo


Persada.

Djunaid, N urdin, 1995. Dialektometri Bahasa Selayar Di Kabupaten Selayar.


Thesis Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, dan Teknik Penelitian Kebudayaan.


Yogyakarta : Pustaka Widyatama.

Fuad, Anis., 2013. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Habuddin, Ningsi. 2013. Teori kontak budaya
http:// bundahega. Blogspot.com/2013/07. Teori-kontak budaya.html.
Diakses tanggal 28 Maret 2016

Harudin, 1994, Struktur Sastra Lisan Selayar. Balai Penelitian bahasa. Ujung
Pandang.

https://nurhidaynti0310.wordpress.com/tag/dialek/. Diakses pada tanggal 23 juli


2016

Ida, Rachmah. 2014. Metode Penelitian Studi dan Kajian Budaya. Jakarta:
Prenada Media Group

11
kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1128/suku-konjo. Diakses pada tanggal 23
juli 2016

Moleong, L. J. 2001. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosydakarya

Muthalib, Abdul. 1987. Struktur Bahasa Makassar Dialek Selayar. Pusat


pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta

Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajagrafindo


Persada.

Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

tusilajara.blogspot.co.id/2013/03/dialek-dalam-bahasa-selayar-12.html/m-1
diakses pada tanggal 22 juli 2016
www.zonasiswa.com/2015/09/akulturasi-pengertian-proses-bentuk.html?m=1
diakses pada tanggal 22 juli 2016

tusilajara.blogspot.co.id/2013/03/dialek-dalam-bahasa-selayar-12.html/m-1
diakses pada tanggal 22 juli 2016

wiki.selayaronline.com/wiki/bahasa-selayar. Diakses pada tanggal 22 juli 2016.

kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1128/suku-konjo. Diakses pada tanggal 23


juli 2016

12
13

Anda mungkin juga menyukai