BAB III
METODE PENELITIAN
dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang dikaji,
sebuah penelitian, dalam hal ini sejarah mempunyai metode tersendiri yang
Sehubungan dengan itu, metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
Metode Historis ini sangat cocok dengan kajian yang sedang diteliti oleh
penulisi, hal tersebut sesuai dengan ungkapan Kholil Mansur (1978:62), mengatakan
bahwa “metode historis adalah suatu cara penelusuran terhadap kebudayaan atau
struktur masyarakat yang telah lampau, untuk diambil suri tauladannya untuk yang
akan datang”. Pendapat tersebut dipertegas oleh Ismaun (2005:34), “metode sejarah
sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti dan data peninggalan masa lampau
yang disebut sumber sejarah”. Pendapat lain diungkapkan pula oleh Louis Gottschlak
37
38
(1975:32), yang mengatakan bahwa “metode historis adalah proses menguji serta
sebuah permasalahan, dengan demikian penulis tidak boleh menarik kesimpulan yang
terlalu berani tanpa adanya fakta dari kebenaran tersebut. Oleh karena itu, untuk
67-172), mengatakan bahwa ada beberapa langkah yang harus dilakukan ketika
2. Kritik, adalah suatu proses menyelidiki serta menilai secara kritis apakah
yang terjadi pada waktu yang lalu yang disusun berdasarkan hasil penelitian
Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Ernest Bernsheim (Ismaun,
sejarah.
metode Historis mengenalkan cara-cara penelitian dan penulisan sejarah, yaitu terdiri
1. Pemilihan topik
2. Pengumpulan sumber
40
dasarnya terdapat kesamaan dalam metode historis yang telah dijelaskan oleh
beberapa ahli tersebut. Langkah-langkah yang di tempuh dalam metode ini pada
umumnya adalah suatu proses untuk mengumpulkan sumber yang relevan dengan
permasalahan yang dikaji, menganalisis sumber dengan kritik baik dari dalam
Dalam sebuah penelitian ini, untuk memperoleh analisis yang kuat maka
merupakan sebuah pendekatan dengan meminjam konsep atau istilah dari ilmu-ilmu
sosial lain yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji, ilmu-ilmu sosial
tersebut yaitu sosiologi dan antropologi. Konsep atau istilah yang digunakan tersebut
pemahaman tentang masalah itu, baik keluasan maupun kedalamannya, akan semakin
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan panulis adalah studi kepustakaan,
membaca dan mengkaji buku-buku serta artikel yang dapat membantu penulis dalam
memecahkan masalah yang dikaji yaitu mengenai kesenian Sintren. Berkaitan dengan
juga di Indramayu yang mendukung penelitian ini. Setelah literatur terkumpul dan
cukup relevan, maka penulis mulai mempelajari, mengkaji dan mengidentifikasi serta
pertimbangan bahwa periode yang menjadi bahan kajian dalam penulisan ini masih
narasumber (pelaku dan saksi) mengalami, melihat dan merasakan sendiri peristiwa
dimasa lampau tersebut yang menjadi objek kajian sehingga sumber yang diperoleh
akan menjadi objektif. Teknik wawancara yang dilakukan adalah teknik wawancara
wawancara yang sudah direncanakan dan sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah
yang sama dengan daftar pertanyaan yang sudah ditentukan. Wawancara ini
dilakukan oleh penulis kepada orang yang berhubungan langsung dengan peristiwa
dipersiapkan sebelumnya dan tidak ada pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.
Pertanyaan biasanya akan muncul pada saat wawancara sedang berlangsung, yaitu
ketika peneliti menemukan informasi baru dari hasil penjelasan saksi atau pelaku
42
terus berkembang. Teknik wawancara yang digunakan ini erat kaitanya dengan
sejarah lisan (oral history). Sejarah lisan yaitu ingatan tangan pertama yang
1996:78).
data. Dalam hal ini dilakukan pengkajian terhadap arsip-arsip yang telah ditemukan
berupa arsip kesenian Sintren dan data tentang jumlah penduduk Indramayu, dari
perpustakaan daerah dan Badan Pusat Statistik. Berdasarkan penjelasan diatas penulis
mencoba menjabarkan tahapan metode sejarah dalam proses penyusunan skripsi ini
pelaksanaan penelitian, dan yang terakhir adalah tahapan laporan hasil penelitian.
tepatnya di Desa Taman Sari Kecamatan Lelea, Desa Bogor Kecamatan Sukra, dan
Desa Jangga Blok Kaliwaru Kecamatan Losarang. Desa Jangga Blok Kaliwaru
merupakan tempat tinggal penulis, kesenian Sintrennya sudah punah. Akan tetapi
tetap akan menjadi tempat penelitian karena masih banyak saksi hidup yang
bersangkutan dengan kesenian Sintren pada waktu itu. Karena Kesenian Sintren di
43
Indramayu sudah mulai punah maka hanya beberapa lokasi tersebut saja yang bisa
Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang dilakukan oleh penulis dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu pertama, golongan masyarakat biasa (penonton) sebagai
saksi pementasan kesenian Sintren. Kedua, golongan tokoh masyarakat yang ikut
berperan dalam melestarikan kesenian Sintren. Dan yang ketiga adalah golongan
instansi dari pemerintah yang mempunyai kebijakan atau wewenang dalam peraturan
Pada tahap persiapan penelitian ini ada beberapa tahap yang dilakukan
tema yang akan dikaji dalam penelitian. Setelah tema diperolah yaitu mengenai
masalah yang akan dikaji serta mencari sumber baik tertulis maupun lisan yang akan
dijadikan sebagai acuan untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini. Atas dasar
hasil observasi di lapangan disertai dengan berbagai tulisan yang relevan, penulis
44
Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS), tema ini dijabarkan terlebih dahulu dalam
Historis. Setelah judul tersebut disetujui oleh Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi
(TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, penulis mulai menyusun suatu
Pada tahapan ini, penulis mulai mengumpulkan data dan fakta yang sesuai
dengan permasalahan yang dikaji. Kegiatan ini dimulai dengan cara membaca
yang akan dikaji. Setelah memperoleh data dan fakta yang sesuai dengan
permasalahan yang akan dikaji, rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan dalam
bentuk proposal penelitian yang diajukan kembali kepada TPPS. Proposal penelitian
tersebut kemudian dipresentasikan dalam seminar proposal pada hari Jumat tanggal 6
disetujui dan ditetapkan dengan surat keputusan oleh TPPS dan ketua jurusan
1. Judul Penelitian
3. Perumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Tinjauan Pustaka
7. Sistematika Penulisan
Langkah awal yang dilakukan pada tahapan ini adalah memilih instansi-instansi
yang akan memberikan data dan fakta terhadap penelitian yang dilakukan. Adapun
Pada tahapan ini mulai dilakukan proses bimbingan dengan pembimbing I dan
II. Proses bimbingan ini merupakan proses yang harus dilaksanakan selama penelitian
berlangsung, karena dalam proses ini penulis dapat berkonsultasi mengenai berbagai
penelitian dalam rangka mendapatkan data dan fakta yang bersangkutan. Adapun
tahapan dalam proses pelaksanaan penelitiannya yaitu heuristik, kritik eksternal dan
berikut.
Adapun sumber sejarah yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah baik
sumber tertulis maupun sumber lisan, tetapi penulis lebih menitikberatkan kepada
sumber lisan. Hal tersebut dikarenakan belum adanya sumber tertulis secara khusus
dilakukan untuk membantu memudahkan analisis dalam penelitian ini. Untuk lebih
Pada tahap ini penulis mencari sumber tertulis berupa buku-buku, karya
ilmiah serta arsip-arsip yang berkenaan dengan permasalahan yang di kaji yaitu
Unsur Budaya Lokal, sebagai sumber dalam penelitian dengan menggunakan studi
dokumenter.
Sumber tertulis tersebut penulis peroleh dari berbagai tempat yang dikunjungi
baik perpustakaan perguruan tinggi maupun umum lainnya yang ada di kota Bandung
sumber dengan beberapa kali kunjungan. Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal
27 Juni 2009, penulis menemukan sumber berupa karya ilmiah tentang kesenian
Sintren oleh Sunarti, dari Jurusan Bahasa Indonesia dengan judul “Struktur lagu,
Fungsi”. Tidak diterbitkan Kemudian karya ilmiah yang kedua “Kemasan Seni
menemukan buku dengan judul Sosiologi Suatu Pengantar oleh Soerjono Soekanto
pengarang Pudjiwati Sajogyo (1985) diterbitkan oleh Fakultas Pasca Sarjana IKIP
Jakarta. Dan pada tanggal 21 Juli 2009, diperpustaakan UPI penulis menemukan
diterbitkan oleh Gramedia, Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata oleh Oka
A.Yoety (1985) diterbitkan oleh Angkasa, kemudian Filsafat Seni karya Jakob
Sumardjo (2000) diterbitkan oleh ITB, dan yang terahir Mengerti Sejarah karangan
Kebudayaan karya Y.B MangunWijaya (1993) yang diterbitkan oleh Yayasan Obor
Indonesia, kemudian Pemuda dan Perubahan Sosial karya Taufik Abdullah (1974)
perpustakaan STSI. Pada kunjungan pertama yaitu pada tanggal 10 Juni 2009, dari
kunjungan tersebut penulis menemukan karya ilmiah yang membahas tentang Sintren
dengan judul Pertunjukan Sintren Dewasa Ini karya Epi Yogyanti (1997) dari
Jurusan Tari, tidak diterbitkan. Dan kunjungan dilanjutkan pada tanggal 6 Juli 2009,
penulis mendapatkan banyak sekali buku dengan judul Kapita Selekta Budaya oleh
Dwi Wahyudiarto (2005) diterbitkan oleh STSI Surakarta, Perubahan Sosial dan
Pembangunan di Indonesia karya Suwarsono dan Alvin Y.SO (1998) diterbitkan oleh
LP3 S, Jangan Tangisi Tradisi karya Johanes Mardimin (1890) diterbitkan oleh
49
2009, di sana penulis mendapatkan buku dengan judul Budaya dan Masyarakat karya
DR. Kuntowijoyo (1987) diterbitkan oleh Tiara Wacan Yogya, dan Wujud Arti dan
perpustakaan daerah Indramayu pada tanggal 1 Juli 2009. Dalam kunjungan ini
penulis menemukan buku tentang sejarah Indramayu dan buku-buku lainnya yang
berhubungan dengan permasalahan yang di kaji oleh penulis. Yaitu Sosiologi dan
Perubahan Masyarakat karya Abdul Syani (1995) diterbitkan oleh Dunia Pustaka
Jaya, dan Sejarah Indramayu (cetakan ketiga) oleh H.A Dasuki, dkk (2003)
kantor Depdikbud dan mendapatkan buku yang membahas tentang kesenian Sintren
di Indramayu dari kantor pariwisata dan kebudayaan Indramayu, yaitu Fenomena dan
Dinamika Seni Tradisi Indramayu karya Supali Kasim, dkk (2008) yang diterbitkan
oleh Depdikbud. Dalam kajian yang berjudul Sintren: Sajak, Simbol dan Semangat
Patriotisme. Selain itu penulis juga mendapatkan dokumen tentang Sintren yang
disediakan oleh pihak Depdikbud, hal tersebut tantu saja sangat membantu penulis
dalam penelitian ini, mengingat terbatasnya sumber tertulis yang menjelaskan tentang
seperti di Palasari pada tanggal 7 Juli 2009, di sana penulis mendapatkan buku
dengan judul Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah karya Edy
perpustakaan baik perguruan tinggi maupun umum dan instansi lainnya ini
dilaksanakan oleh penulis dengan tujuan untuk mencari sumber acuan dalam rangka
mengingat kajian yang penulis angkat dalam penulisan ini adalah tergolong dalam
kajian sejarah lokal dengan data-data yang terkumpul di lapangan sehingga penulis
menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
sejarah lisan (oral history), sejarah lisan yaitu ingatan tangan pertama yang dituturkan
Sejarah lisan ini disebut juga sebagai sumber lisan, merupakan cerita yang
disampaikan secara lisan, biasanya didapatkan dengan cara wawancara terhadap saksi
sebuah peristiwa tersebut. Maka dari itu penulis menemui berbagai narasumber yang
dapat memberikan informasi serta jawaban atas masalah yang di kaji dalam bahasan
penelitian ini, narasumber tersebut adalah para pelaku pemain kesenian Sintren yang
menjadi objek penelitian, pamong budaya atau pengamat seni khususnya Sintren,
51
serta tokoh masyarakat dan masyarakat biasa yang menjadi saksi keberlangsungan
kesenian Sintren di Indramayu. Sumber lisan penulis digunakan sebagai tindak lanjut
dari sumber tertulis sebagai penunjang terhadap aspek-aspek yang tidak dijelaskan
yang objektif mengenai permasalahan yang di kaji dalam penelitian ini. pengertian
pewawancara harus mampu menciptakan suasana santai tapi serius, artinya bahwa
kaku. Suasana ini penting di jaga, agar responden mau menjawab apa saja yang
dikehendaki oleh pewawancara secara jujur. Oleh karena sulitnya pekerjaan ini maka
Sintren. Faktor mental, fisik, usia, serta kejujuran nara sumber dalam
dengan kondisi kesehatan yang baik tidak mengalami cacat mental ataupun
Juli hari Jumat 2009, pada pukul 15.30-17.30 WIB. Sebetulnya tiap kecamatan
yang berbeda-beda tentang kesenian Sintren, Bapak Suwandi ini termasuk orang
yang mengetahui banyak tentang kesenian Sintren. Peran beliau ini sangat
penting, karena penulis dapat mengetahui cara pandang beliau selaku pamong
daerah.
2. Narasumber yang kedua yaitu Ibu Darmen S.Pd.i, yang beralamatkan di Jln.
dilakukan pada tanggal 14 Juni hari Minggu 2009, pada pukul 15.00-16.00
WIB. Penulis memilih Ibu Darmen, karena beliau pernah menjadi Sintren pada
tahun 90-an, yaitu tahun penelitian yang akan di kaji oleh penulis. Beliau
berusia 43 tahun dengan daya ingat yang masih kuat, dulu pada saat menjadi
Sintren Ibu Darmen masih berusia 11 tahun sebagai salah satu siswi SD.
Sedangkan pada saat sekarang Ibu Darmen berprofesi sebagai PNS, yaitu guru
SD Taman Sari Lelea. Dalam penelitian ini orang yang pernah menjadi sintren
sangat penting sekali, khususnya dalam hal pementasan. Karena pelaku Sintren
kesenian Sintren. Keterangan akan Sintren yang identik dengan mistis, salah
atau hanya sekedar berpura-pura. Oleh karena itu pengakuan yang jujur dari
Sintren akan hal tersebut sangat diharapkan sekali, sebagai bentuk keobjektifan
suatu data.
54
3. Ibu Wastinah, yaitu narasumber berikutnya sebagai orang yang pernah menjadi
pawang Sintren. Beralamatkan Desa Sliyeg Rt. 04 Rw. 01 No. 33 Kec. Sliyeg
Juli hari Minggu 2009, pada pukul 11.00-12.00. WIB. Beliau dipilih sebagai
narasumber karena pernah menjadi pawang Sintren pada tahun 80-an sampai
90-an. Dulu selain berprofesi sebagai Pawang Sintren, juga berprofesi sebagai
Ibu Rumah Tangga, tetapi sekarang beliau hanya berprofesi sebagai ibu rumah
tangga saja. Perannya dalam sebuah pementasan Sintren tidak kalah pentingnya
yang akan merasuki Sintren ketika pertunjukan berlangsung. Dari orang yang
pernah menjadi pawang ini, penulis akan mendapatkan informasi lebih banyak
tentang Sintren, yaitu mengenai sejarah atau latar belakang munculnya kesenian
4. Informasi yang didapatkan dari narasumber berikutnya yaitu dari Ibu Warkini
Beliau berusia 47 tahun dengan kesehatan yang baik, daya ingat, daya
dilakukan pada tanggal 14 Juni hari Minggu 2009, pada pukul 13.00-14.00
WIB. Alasan penulis memilih Ibu Warkini sebagai narasumber, karena beliau
sebagai salah satu pemimpin group kesenian Sintren di kecamatan Sukra, salah
satu tempat penelitian penulis. Selain itu, group kesenian Sintren yang diketuai
dijadikan sebagai salah satu narasumber. Sebelum menjadi ketua grup Kesenian
Sintren beliau sebagai Ibu Rumah Tangga, sedangkan pada saat ini selain
berprofesi sebagai Ibu rumah Tangga, beliau juga berprofesi sebagai Ketua grup
Sintren tersebut, apakah ketua grup tersebut mengetahui sejarah atau asal
apakah pementasan Sintren dalam grupnya ini masih manut pada peraturan-
peraturan kesenian Sintren, apakah ada perubahan, jika ada, perubahan apa saja
yang sudah dilakukan oleh grup tersebut dan tujuan perubahan tersebut untuk
apa. Apakah pementasan kesenian Sintren terus meningkat atau biasa saja atau
bahkan menurun, hal tersebut tentu sangat membantu penulis untuk mengetahui
pada tanggal 14 Juni hari Minggu 2009, pukul 16.00-17.00 WIB. Di pilih
Kesenian Sintren, yaitu grup kesenian Sintren “Evi Group”. Grup kesenian
Sintren ini berada ditempat penelitian penulis, yaitu di Kecamatan Lelea. Pada
saat ini beliau selain sebagai Kepala Rumah Tangga beliau masih berprofesi
sebagai ketua Grup kesenian Sintren. Orang tua beliau pernah menjadi pawang
Sintren, tetapi kerena usia yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk dijadikan
sebagai narasumber dan kesehatan yang sudah mulai menurun. Maka penulis
narasumber. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa melalui ketua grup
6. Tokoh masyarakat adalah salah satu narasumber yang harus ada dan
karena itu penulis meminta bantuan Bapak Aryono sebagai tokoh masyarakat di
kecamatan Lelea untuk menjadi narasumber penulis dalam penelitian ini. Beliau
2009, pada pukul 11.00-12.00 WIB. Melalui peran tokoh masyarakat ini,
kesenian tradisional khususnya Sintren. Apakah dia acuh saja atau peduli
dengan perkembangannya, kemudian apakah dia diam saja atau ikut melakukan
tindakannya akan menjadi pusat perhatian, oleh karena itu akan sangat
7. Ibu Dasmen, berumur 60 tahun dengan alamat Desa Jangga Blok Kaliwaru Rt
pada tanggal 8 Juli hari Rabu 2009, pada pukul 14.30-17.00 WIB. Alasan
sebagai saksi mata atau penonton pementasan Sintren di Desa Jangga. Kondisi
tidak mengalami kelainan fisik atau mental dengan fungsi pancaindra yang
masih normal. Baik dulu maupun sekarang beliau berprofesi sebagai Ibu Rumah
Tangga
tanggal 8 Juli hari Rabu 2009, pada pukul 19.00-21.30 WIB, berusia 46 tahun.
dari masyarakat sekitar. Beliau, pada saat itu berprofesi sebagai PNS salah satu
dengan usia 56 tahun. Penonton adalah sebagai salah satu golongan yang akan
tersebut. Dari peran penonton tersebut penulis dapat mengetahui minat mereka
sebab apa saja yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat tersebut. Apakah
sekarang ini, apakah mereka mempercayai unsur mistis yang ada pada kesenian
Sintren dan apakah yang dapat mereka pahami dari pementasan kesenian
Sintren tersebut.
dilakukan pada tanggal 7 Juli hari Selasa 2009, pada pukul 09.00-10.00 WIB.
salah satu siswi murid SLTP 1 Losarang yang pernah memainkan kesenian
Sintren pada acara perpisahan Sekolahnya pada tahun 2009. Jarang sekali anak
muda terhadap kesenian tradisional daerahnya, dan minat mereka pada kesenian
59
karena pada saat sekarang ini kesenian Sintren sudah jarang dipentaskan,
kalaupun ada biasanya dilakukan pada tengah malam diasaat acara hajatan mau
Sintren yang tidak utuh. Selain itu, dari mana mereka bisa mementaskan
kesenian Sintren, apakah ada yang melatih mereka secara khusus atau mereka
hanya menirunya begitu saja dari yang pernah mereka lihat, hal tersebut perlu di
cari tahu untuk mengkaji lebih dalam mengenai kesenian Sintren ini dan masih
tersebut.
10. Narasumber yang terahir adalah Bapak Rusna, berumur 58 tahun dengan alamat
Jl. Raya Sukra Desa Janggar Lor Rt 04 Rw 07. Kecamatan Sukra Kabupaten
grup Sintren Ondem Termuda dalam acara khitanan anaknya pada tahun 2001.
Bapak Rusna memilih grup Ondem Termuda ini dipentaskan pada acara
ini adalah grup Sintren sekaligus dangdutan. hal tersebut akan sangat membantu
kesenian Sintren secara langsung. Observasi pementasan tersebut penulis lakukan dua
kali yaitu pada tanggal 14 Juli, hari Selasa 2009 di desa Tegal Taman Kecamatan
Sukra pada acara slamatan nikahan. Observasi yang kedua pada tanggal 23 Juli, hari
Kamis 2009 di Taman Budaya Jawa Barat, Dago-Bandung, pada acara tahunan
Langkah kedua setelah Heuristik adalah kritik sumber. Sejarawan yang telah
begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Langkah
lama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Kritik sumber umumnya
yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber itu
(Sjamsuddin, 1996 : 104). Fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat sekali kaitannya
61
dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar
Seperti halnya yang kerap dilakukan oleh para sejarawan dalam melakukan
penelitian, maka penulis juga melaksanakan tahapan terhadap kritik sumber, baik
terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan. Adapun tahap kritik yang
a. Kritik Eksternal
aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang lebih ditekankan pada aspek otentisitasnya
“Kritik eksternal adalah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu
pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan
semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu
waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu
atau tidak.”
Dasuki menjelaskan lebih rinci mengenai apa saja yang harus diperhatikan ketika
melakukan kritik eksternal yaitu Dalam kritik eksternal yang dipersoalkan antara lain:
(1) dari bahan apa dokumen itu dibuat; apakah dari batu, logam, kayu, bambu,
papirus, perkamen, kain sutra, kertas dan sebagainya; (2) dengan alat apa tulisan itu
dibuat, apakah dengan pahat, benda runcing, atau yang lain, dan apa bahan untuk
menulisnya: tinta macam apa, serta bagaimana ditulis: dengan tangan atau dicetak;
62
(3) aksara apa yang digunakan dan bagaimana bentuk huruf-hurufnya: dn (4) bahasa
apa yang digunakan dan dalam bentuk apa beritanya disajikan. (Ismaun, 2005: 51)
Kritik eksternal penulis lakukan pada sumber tertulis maupun sumber lisan.
acuan dalam penyusunan penelitian ini. Sumber tertulis seperti sumber-sumber buku
tidak terlalu ketat dengan pertimbangan bahwa buku-buku yang di pakai merupakan
buku-buku hasil cetakan yang didalamnya memuat nama penulis, penerbit, tahun
terbit, dan tempat buku tersebut diterbitkan. Kriteria tersebut dapat di anggap sebagai
yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yaitu kesenian Sintren, baik dari
tokoh masyarakat, pimpinan grup, pelaku atau pemain Sintren dan masyarakat
sekitar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dari narasumber adalah mengenai usia,
kesehatan baik mental maupun fisik, maupun kejujuran dari narasumber, karena
dibutuhkan, hal tersebut dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan hasil yang terbaik
b. Kritik Internal
Kebalikan dari kritik eksternal yang mencoba menguji dari aspek ‘luar’ maka
kritik internal mencoba melihat dan menguji dari ‘dalam’ yaitu isi dari sumber baik
63
kreatifitas dan kredibilitas sumber-sumber sejarah. Kritik intern atau kritik ‘dalam’
dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya)
2005: 50).
Kritik internal ini penulis gunakan juga baik pada sumber tertulis maupun
sumber lisan. Kritik internal terhadap sumber tertulis yaitu buku-buku referensi,
terhadap sumber yang berupa arsip tidak dilakukan kritik dengan anggapan bahwa
para narasumber. Seperti pada saat penulis melakukan wawancara dengan bapak
observasi pada saat kesenian Sintren yang dipentaskan di depan umum, apakah ada
kesesuaian, karena biasanya pamong budaya sebagai salah satu instansi pemerintah
akan selalu memberikan informasi yang bagus, itu dikarenakan demi nama baik suatu
Adapun tahapan lain dalam kritik internal penulis laksanakan kaji banding
terhadap informasi atau keterangan mengenai grup mana saja yang telah melakukan
inovasi terhadap perlengkapan alat musik, pementasan secara utuh kesenian Sintren,
dan penambahan atraksi atau hiburan apa saja yang dilakukan sebagai tambahan dari
melakukannya dengan observasi langsung pada saat pementasan Sintren. Dengan itu
maka, perlu diketahui alasan dan tujuan apa mereka melakukan inovasi-inovasi
tersebut, serta bagaimana reaksi dari masyarakat sekitar terhadap inovasi tersebut.
tertulis. Seperti ketika mewawancarai Ibu Dasmen yang mengatakan bahwa kesenian
salah. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh kebenaran dari fakta yang didapat
dari sumber tertulis maupun sumber lisan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
65
diperoleh setelah melakukan tahap kritik sumber baik kritik ekstern maupun kritik
intern. Interpretasi dijelaskan oleh Ernest Bernsheim (Ismaun, 2005: 32) dengan
nama istilah yang lain yaitu ‘Aufassung’ yakni “penaggapan terhadap fakta-fakta
sejarah yang dipunguti dari dalam sumber sejarah.” Tahapan ini merupakan tahapan
pemberian makna terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian. Setelah fakta-
fakta tersebut dirumuskan dan disimpulkan maka fakta tersebut disusun dan
ditafsirkan. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya, sehingga menjadi sebuah
menggabungkan sumber yang telah terkumpul baik dari buku, wawancara maupun
observasi. Hal ini dilakukan bertujuan agar sumber-sumber yang telah diperoleh
kesenian Sintren pertamakali muncul dan biasa dilakukan oleh para nelayan dipesisir
pantai yang bertujuan untuk ngamen. Dari data lain disebutkan bahwa kesenian
ternyata kesenian Sintren di Indramayu lebih mengacu pada kesenian Sintren yang
66
ternyata tidak sepenuhnya benar, karena pada kenyataannya tidak semua grup Sintren
di Indramayu yang masih tetap pada peraturan kesenian Sintren yang harus ditaati.
Sebagai contohnya adalah ‘buyung’ sebagai alat musik ciri khas kesenian Sintren
yang seharusnya ada dan dimainkan pada saat pementasan, ternyata ada grup yang
sama sekali tidak mempunyai alat tersebut dan seluruhnya alat musik yang digunakan
sudah modern.
memperoleh gambaran yang secara utuh dan menyeluruh maka pada tahap
dalam penelitian ini berarti ilmu sejarah dijadikan sebagai disiplin ilmu utama dalam
mengkaji permasalahan dengan dibantu oleh disiplin ilmu sosial lainnya seperti
Indramayu. Selain itu penulis juga mengambil konsep tentang kebudayaan, agama,
dan kesenian yang terdapat dala Antropologi dalam rangka keperluan penulis untuk
67
tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang disebut sebagai sejarah.
heuristik, kritik dan interpretasi yang berisikan gambaran dari pemikiran penulis
karya tulis ilmiah yang disebut dengan skripsi. Laporan tersebut disusun dengan gaya
bahasa sederhana, ilmiah dan menggunakan cara-cara penulisan dengan ejaan yang
buku pedoman penulisan karya ilmiah tahun 2009 yang telah dikeluarkan oleh