Anda di halaman 1dari 5

Hand Out 4

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Sejarah


Pertemuan ke : 5 (lima)
Bobot sks : 3 sks
Prodi : Pend. Sejarah
Dosen : Dr. Siti Fatimah,M.Pd,M.Hum
Najmi, S.S, M. Hum

POKOK BAHASAN

A. Epistimologi Sejarah

 Pengenalan konsep metode dan metodologi sejarah


 Manfaat Belajar Sejarah
B. Pertanyaan dan Evaluasi

PENGANTAR
EPISTIMOLOGI SEJARAH
Epistimologi (teori ilmu pengetahuan) ialah cabang filsafat yang membahas tentang
hakikat kenyataan, lingkup pengetahuan dasar-dasar dan syarat kepastian pengetahuan
manusia. Kalau dihubungkan dengan studi sejarah, maka epistimologi sejarah berarti
melacak sejarah teori perubahan tentang (a) Sejarah sebagai pengetahuan dan (b) Sejarah
sebagai pengetahuan ilmiah. Dari sejarah ilmu sejarah (lihat hand-out dua), dapat dilihat,
bahwa pengetahuan sejarah secara Herodatus sampai sebelum Ranke abad ke-19, bersifat
sastra dan kadang-kadang bercampur aduk dengan pemikiran filosofis.
Leopold von Ranke telah mengangkat studi sejarah sebagai disiplin ilmiah dari
perguruan tinggi sejak abad ke-19. Kemudian J.B. Burry, pengikut Ranke, lagi-lagi
memproklamasikan, history is a science, no loess and no more (1903). Prestasi ilmu sejarah
mencapai puncaknya ketika R. Fogel dan temannya Engerman, keduanya sejarawan ekonomi
Amerika menerima hadiah Nobel 1993. Walaupun begitu, masih ada sebagian sejarawan
yang tetap mempertahankan sejarah sebagai bagian dari sastra dan sebagian cenderung
menganggap sejarah bukan ilmu.
Sehubungan dengan itu, ada tiga argumen yang berkembang:
1. Alasan-alasan yang membela sejarah sebagai bukan ilmu
 Sejarah bukanlah disiplin ilmiah jika yang dimaksud “ilmu” dan
“keilmuan” menurut versi ilmu-ilmu alam yang berpengang kepada
filsafat Ilmu positivistik. Kaum Positivistis mengklaim hanya ada satu
ilmu di dunia, yaitu ilmu alam. Setiap disiplin yang hendak mendaulat
dirinya sebagai disiplin ilmu haruslah ikut aturan main (paradigma) ilmu-
ilmu alam: observasi langsung, hukum-hukum umum yang universal,
matematis dan kendala prediksi.
2. Alasan-alasan yang membela bahwa sejarah sebagai disiplin ilmiah yang
otonom, seperti halnya dengan disiplin ilmu yang lain (lihat sub pokok
bahasan 2) di bawah membela pandangan berikut:
 Jalan menuju ilmu pengetahuan tidak hanya lewat jalur positivistik
(Naturwissenschaften, atau ilmu alam), karena kenyataan alam (fisik dan
manusia) jauh lebih komplek dari pada yang dipikirkan ilmuwan alam.
Objek kajian Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), termasuk sejarah adalah manusia dan
bukan benda. Maka paradigma Ilmu-Ilmu alam tidak mungkin dipaksakan
berlaku atas manusia. Manusia memiliki kenyataan fisik dan sekaligus
kenyataan batiniah (inner reality). Jadi disiplin itu itu harus dibedakan,
baik obyeknya maupun metodologinya, sesuai dengan bidang perhatian
masing-masing.
3. Alasan-alasan yang membela sejarah tetap sebagai bagian sastra:
 Sejarah adalah disiplin yang terbuka bagi siapa saja, seperti yang pernah
berkembang sejak awal penulisan sejarah dikenal manusia (atau sejak
Herodatus). Karena ini tidak perlu meninggalkan selera sastra dan juga
publik pembacanya. Biarlah sejarah berkembang seperti sedia kala tanpa
pengaturan-pengaturan teknis metodologi ilmiah, atau ikuti sekedarnya,
selebihnya diserahkan pada penulisnya. Terserah anda mau pilih yang
mana. Dan anda bisa menilai studi sejarah di Indonesia atau jurusan anda
disini sekarang. Penjelasan selanjutnya tentu bisa didiskusikan lebih jauh.
Tapi standar yang ada kira-kira demikian adanya.

METODE DAN METODOLOGI SEJARAH


Metode dan metodologi sejarah adalah dua fase kegiatan yang berbeda untuk tugas yang
sama. Sartono Kartodirdjo membedakan antara metode sebagai “bagaimana orang
memperoleh pengetahuan” (how to know) dan metodologi sebagai “mengetahui bagaimana
harus mengetahui” (to know how to know) (Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial
dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. ix.
Dikutip Helius Sjamsudin, 2007: 14). Dalam kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan
sendirinya metode sejarah adalah “bagaimana mengetahui sejarah,” sedangkan metodologi
adalah “mengetahui bagaimana mengetahui sejarah.”
Di dalam metode sejarah ada namanya metode kritik sejarah. Metode kritik sejarah ialah
serangkaian proses dan prosedur kerja dalam menggarap data sejarah melalui beberapa tahap
tertentu. Data sejarah adalah bahan-bahan bukti sejarah yang tersedia dalam berbagai bentuk
dan jenis sumber sejarah. Pembahasan tentang sumber sejarah akan dibicarakan pada
kesempatan lain. Disini akan diperlihatkan bagaimana cara kerja metode sejarah menggarap
datanya melalui kritik sejarah. Penilaian bahan-bahan dokumen melalui kritik sejarah
merupakan basic method dan sekaligus ciri utama metode sejarah.

Metode kritik sejarah dilakukan melalui empat tahap berikut ini:


1. Heuristik, yaitu mencari dan menemukan sumber atau data sejarah.
2. Kritik sumber, termasuk kritik ekstern, yaitu pengujian otentitas (keaslian)
materialnya dan kritik intern untuk menguji kesahihan (realibitas) isi informasi
sejarah yang terkandung didalamnya. Sebagai catatan: kritik interen dan
eksteren sebetulnya dipergunakan untuk kritik dokumen. Karena metode
utama ilmu sejarah itu adalah metode dokumen. Sebagaimana ungkapan
“tidak ada sejarah jika tidak ada dokumen”
3. Analisis Sintesis dan interpretasi. Analisis maksudnya memilah-milahkan atau
mengurai butir-butir informasi yang sudah diuji dan kemudian merangkainya
dengan informasi lain sesuai dengan rekonstruksi yang diingini. Untuk itu
diperlukan interpretasi. Artinya menafsirkan keterangan sumber yang sudah
teruji keabsahannya. Dalam rangka penginterpretasian ini, sejarawan
membutuhkan konsep-konsep dari ilmu lain, khususnya ilmu-ilmu sosial.
4. Penulisan sejarah: dalam penulisannya, sejarah memiliki kekhasan dan
keunikan sendiri, karena sejarah harus mampu menghidupkan kembali masa
lalu dalam pemikiran si pembacanya. Oleh karena itu, sejarawan dalam
penulisannya harus memiliki kepekaan imaginasi dan intuisi, sehingga tulisan
sejarah tidak membosankan dan menarik bagi si pembacanya. Namun
demikian, sejarah bukan berarti mengabaikan tata cara penulisan atau kaedah
ilmiah yang berlaku.

Dapat disimpulkan bahwa metodologi sejarah adalah berbicara mengenai konsep-konsep


dasar ilmu sejarah yang agak sedikit teroritis, misalnya, dalam metodologi akan dibicarakan
tentang apakah fakta sejarah, objektifiatas dalam sejarah, kebenaran dalam sejarah,
eksplanasi, kausalitas, historiografi, termasuk bagaimana menemukan masalah dan topik
dalam sebuah penelitian sejarah. Sedangkan, “Metode”, berkenaan dengan persoalan teknis
atau praktis yang harus juga dikuasai oleh sejarawan. Ada empat langkah yang selama ini
dipahami dalam prinsip penelitian sejarah (metode sejarah); (a), pengumpulan data
(heuristic); (b), kritik; (c) analisis/interpretasi dan (d) penulisan (historiografi).
Ketika seseorang peneliti sejarah, baik pemula (siswa/mahasiswa), maupun yang sudah
ahli, dalam melakukan sebuah penelitian/pengkajian sejarah, kedua komponen tersebut
(metodologi dan metode) tidak pernah terpisah satu sama lain. Ia dipisahkan hanya dalam
tataran perbincangan teoritis.

MANFAAT BELAJAR SEJARAH

Salah satu manfaat belajar sejarah yaitu berfikir kritis dan analitis terutama dalam
mempresentasikan masa lalu atau disebut juga berfikir sejarah. Berfikir sejarah bukanlah
hanya sekedar mendeskripsikan fakta-fakta serta menghafal-hafal defenisi sejarah. Tetapi
terdapat rambu-rambu yang mengarahkan bagaimana berfikir sejarah tersebut. Mestika Zed
yang dikutipnya dari Salevouris (1988) mengemukakan ada lima standar berfikir sejarah
yang bersandar kepada konsep historical mindedness.
a) Berfikir kronologis, yaitu; memiliki kepekaan (sensitive) terhadap adanya
perbedaan kondisi sejarah pada waktu dan tempat tertentu di banding dengan
hari ini.
b) Kesadaran akan sifat “continuum” sejarah, dalam arti bahwa setiap gejala
sejarah merupakan suatu proses kesinambungan yang dinamis antara yang
sebelum dengan yang sesudahnya.
c) Kemampuan (ability) untuk menangkap dan menerangkan perubahan
(change).
d) Kepekaan untuk menganalisis hubungan bahwa sebab akibat sejarah itu tidak
tunggal, melainkan banyak (multi causal).
e) Kemampuan menganalisis isu dan pengambilan keputusan untuk memecahkan
masalah (problem solving).
Lima standar berfikir sejarah ini mencerminkan indikator dari ruang lingkup sejarah
nantinya.
B. Pertanyaan dan Evaluasi
1. Jelaskan konsep Epistimolgi (Teori Pengetahuan) yang saudara ketahui !
2. Jelaskan perbedaan metode dan metodologi sejarah beserta aturannya masing-
masing !
3. Jelaskan manfaat belajar sejarah yang saudara ketahui, selain dari hand out di
atas !

Anda mungkin juga menyukai