Anda di halaman 1dari 17

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN

TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
Jalan Colombo Nomor 1 Yogyakarta 55281 Telepon (0274) 548202
pesawat 247, Fax
(0274) 548201, Laman : fis.uny.ac.id E-mail : fis@uny.ac.id

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER


Prodi : Ilmu Sejarah
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Teori dan Metodologi Sejarah
Kode Mata Kuliah : ISJ6319
Sks : 2
Semester : Gasal 2021/2022
Dosen : Muhammad Yuanda Zara, Ph.D.
Sifat Ujian : Take Home/Open Book
Waktu : Jumat
Tanggal : 31 Desember 2021

Nama : Tegar Pratama


NIM : 20407144022
Prodi/Kelas : Ilmu Sejarah/B 2020

Soal.

1. Apa yang dimaksud dengan metodologi sejarah dan apa signifikansi


metodologi sejarah bagi sejarawan?
Penulisan sejarah modern sudah dimulai pada tahun 1957 dan telah
menuntuk para sejarawan untuk selalu mengikuti tren berkembangan ilmu-
ilmu sosial. Karena sejarah dengan pendekatan ilmu sosial lebih mampu
menganalisis kausalitas gejala historis yang sangat komplek. Begitu
kompleknya peristiwa masa lalu maka melakukan analisis pengkaji
memerlukan alat – alat baik metode, metodelogi maupun teori. Metode dan
Metodologi merupakan 2 hal yang berbeda namun saling berkaitan.
Sejarawan G.J. Reneir berpendapat bahwa “metodologi” adalah sama
dengan filsafat sejarah formal yaitu meneliti logika dan epistimologi sejarah
sebagai disiplin ilmu. (GJ. Reiner, 1956 : 84).
Metodologi dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu cara yang digunakan
untuk memperoleh fakta atau kebenaran. Metodologi merupakan ilmu yang
tersusun dari cara-cara yang terstruktur untuk memperoleh ilmu. Secara
etimologis sendir metodologi berhasal dari bahasa yunani “metodos” dan
“logos,” kata metodos terdiri atas dua suku kata yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode
berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan dan logos artinya
ilmu. Dalam penerapannya sendiri metodologi merupakan sebuah prosedur
ilmiah yang di dalamnya mencakuppembentukan konsep, proposisi
(ungkapan yang dapat dibuktikan kebenaran atau kesalahannya), model,
hipotesis, teori, dan termasuk metode itu sendiri1. Jadi, metodolog adalah
pemahaman mengenai metode bukan metode itu sendiri. Metodologi
menggali pengertian bahwa dalam ilmu pengetahuan, dalam hubungannya
dengan penelitian, yang memegang peranan penting adalah filsafatnya,
yang kemudian dijabarkan ke dalam cara-cara yang praktis, sebagai metode.
Metodologi adalah sebagai cara-cara yang mengatur prosedur penelitian
ilmiah pada umumnya, sekligus pelaksanaannya terhadap masing masing
ilmu secara khusus2.
Dalam proses penelitian sejarah, penggunaan metodologi ini
merupakan sebuah kewajiban dan mutlak. Penggunaan metodologi ini
menghindarkan penulis pada karya sejarah yang cenderung bersifat naratif.
Dalam penulisan sejarah tentu saja sangatlah memerlukan konsep dan teori
serta kebutuhan akan metodologi semakin perlu mengingat kemajuan ilmu
pengetahuan di segala bidang. Peristiwa sejarah yang menyangkut berbagai
aspek pada dimensi waktu yang berbeda, untuk itu diperlukan kemampuan
menganalisis terhadap berbagai fakta, sangat diperlukan alat-alat analitis.
Maka, dalam penulisan sejarah sangatlah dibutihkan teori dan metodologi
ini guna sebagai bahan dalam memamahi berbagai unsur dan faktor
penyebab dari proses sejarah. Tentu saja di dalam proses itu terdapat
perubahan-perubahan yang pada fase tertentu menciptakan situasai yang
berbeda dengan situasi sebelum dan sesudahnya. Dalam sejarah naratif
(cerita) biasanya diungkapkan bagaimana suatu peristiwa terjadi, lengkap
dengan keterangan tentang apa, siapa, kapan dan di mana. Sementara dalam
sejarah analitis, pertanyaan-pertanyaan itu lazimnya disusul dengan
pertanyaan mengapa, untuk dapat memahami suatu peristiwa dengan
melacak sebab-sebabnya 3 . Dalam Pengembangan metodologi sejarah
berkenaan dengan perubahan-perubahan sesuatu peristiwa, sedikitnya
didasarkan pada dua arah yang berlawanan. Pertama, melakukan deduksi

1
Kuntowijoyo.1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
2
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 41.
3
Kartodirdjo, satono, 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam metodologo Sejarah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 108-109
dari yang umum ke yang khusus, dengan memperbandingkan model-model
umum perubahan sejarah untuk melihat apa model-model peristiwa yang
ditemukan dan dapat dimodifikasi. Kedua, melakukan induksi dari yang
khusus ke yang umum dalam upaya menggambarkan proses perubahan pada
masyarakat tertentu, dan untuk mencari keseimbangan beberapa refleksi
tentang hubungan problematis antara peristiwa dan struktur. Perlu
ditekankan di sini, seperti pengertian umumnya tentang ‘perubahan sosial’,
maka dalam studi sejarah adalah perubahan-perubahan struktur dan fungsi,
yang dilihat atau digunakan dalam menganalisis perubahannya itu
mencakup perkembangan berbagai peristiwa.
Adapun beberapa fungsi lain metodologi ini menurut saya, pertama
adalah metodologi ini memudahkan sejarawan dalam proses rekonstruksi
sejarah Dalam metode didalam metodologi sejarah pun terdapat tahapan-
tahapan yang harus dilakukan bagi seorang sejarawan guna meneliti
peristiwa sejarah, tahapan-tahapan tersebut sudah dirancang dan disepakati
oleh para sejarawan dengan tujuan agar memudahkan dalam merekonstruksi
dan meneliti suatu peristiwa sejarah. Tahapan tahapan tersebut berupa
Heuristik atau pengumpulan sumber Heuristik ialah langkah pertama dalam
metode sejarah berupa pengumpulan sumber sumber sejarah. Secara
etimologis heuristik berasal dari bahasa Yunani “heurishein” yang berarti
memperoleh atau mendapat, dan "eureka", berarti “untuk menemukan”.
Dalam tahap ini penulis berusaha mengumpulkan sumber sumber sejarah
yang berkaitan dengan topik yang akan diangkatnya. Sumber sejarah ini
secara garis besar dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder.
Selain sumber primer dan sekunder pembagian kategori sumber sejarah ada
banyak sekali, misalnya berdasarkan bentuk, berdasarkan asal, berdasarkan
isi, dsb. Lalu Kritik atau analisis sumber Dalam tahap ini kita melakukan
pemeriksaan atau verifikasi atas kebenaran serta keaslian sumber yang telah
didapat dengan 5 pertanyaan yaitu (1) kapan sumber itu dibuat, (2) di mana
sumber itu dibuat dan ditemukan, (3) siapa yang membuat, (4) dari bahan
apa sumber itu dibuat, (5) bagaimana sumber itu dibuat. Selain itu kita juga
harus melihat apakah sumber-sumber tadi memiliki empat aspek dalam
menilai apakah sumber tadi memberikan informasi yang akurat yaitu (1)
Kemampuan menyatakan kebenaran; (2) Kemauan menyatakan kebenaran;
(3) Keakuratan pelaporan; dan (4) Adanya dukungan secara bebas mengenai
isi laporan yang disampaikan. Selanjutnya Interpretasi Pada tahap ini kita
sebagai penulis menfasirkan atau pemberian kesan, pendapat, atau
pandangan teoretis terhadap penelitian tadi. Interpretasi atau penafsiran
sering disebut sebagai biang subjektivitas karena interpretasi atau
penafsiran ini bersifat individual dan menimbulkan subjektivitas sesuai
dengan latar belakang penulis. Lalu yang terakhir Historiografi Setelah tadi
ditarik kesimpulan maka pada tahap ini kita dapat menuliskan hasilnya.
Yang perlu diperhatikan bahwa dalam penulisan sejarah aspek kronologi
sangatlah penting dan sistematis. Artinya dalam sejarah yang ingin diangkat
penulis haruslah runtut. Dalam menuliskan hasil dari penelitian sejarah ini
penulis juga harus menyadari bahwa tulisannya ini bukan hanya untuk
dirinya namun untuk orang lain juga. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan gaya bahasa, struktur bahasa, dan aspek lainnya sehingga
dapat dibaca dan dipahami dengan mudah. Signifikansi selanjutnya adalah
Melatih sejarawan dalam mengkritisi suatu peristiwa sejarah dengan kita
meneliti sejarah melalui metode yang sudah ada kita dapat mempelajari dan
meneliti lebih jauh akan suatu peristiwa sejarah dan dengan hal tersebut
akan tercipta berbagai pertanyaan-pertanyaan ataupun tanggapan kritis atas
suatu peristiwa sejarah.

2. Bagaimana cara sejarawan untuk dapat mencari dan menemukan tema


penelitian sejarah yang baik dan dapat dilaksanakan?
Tema atau topik merupakan sebuah objek atau masalah yang akan
dipecahkan atau diungkap memalui penelitian ilmiah. Topik tidak sama
dengan judul, karena yang dimaksud dengan judul adalah “abstraksi” dari
masalah atau topik yang dirumuskan dalam bentuk kalimat. Sekedar contoh
perbedaan antara topik dan judul ialah karya Harry J. Benda, sejarawan ini
memilih topik “Islam di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang”, lalu
hasil penelitiannya itu diberi judul The Crescent and the Rising Sun (Bulan
Sabit dan Matahari Terbit): Indonesian Islam under the Japanese
Occupation. Dalam judul ini ternyata masih diperlihatkan juga topik
penelitiannya sehingga bisa saja memang topik penelitian itu sebagai judul
penelitiannya. Dalam pemilihan temapun sesuai dengan selera kita,
pemilihan tema atau judul, menyangkut minat yang menjadi modal utama.
Ada kecenderungan seseorang memilih tema menyangkut peristiwa yang
terjadi di daerahnya, hal ini berarti ada kedekatan emosional, dengan
harapan akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data,
kemungkinan seseorang ingin berbakti kepada desa atau daeranya sebagai
tempat yang telah membesarkannya jika ini terjadi tidak menjadi masalah
asalkan datanya ada dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan uraian tadi
maka bisa disimpulkan untuk pemilihan tema ukanlah sematamata untuk
menghasilkan karya yang bersifat kompilasi, akan tetapi haruslah dapat
memberikan sumbangan baru kepada perkembangan ilmu pengetahuan
dengan menggunakan data baru dari penemuannya dalam melaksanakan
penelitian atau interpretasi baru terhadap data yang telah lama dikenal
orang 4 . Menurut kuntowijoyo pemilihan tema sebaiknya berdasar pada
kedekatan emosional dan intelektual
Dua syarat ini dapat dipahami bahwa topik itu bisa ditemukan atas: (1)
kegemaran tertentu atau pengenalan yang lebih dekat tentang hal-hal yang
terjadi di sekitarnya, atau pengalaman peneliti; dan (2) keterkaitan peneliti
dengan disiplin ilmu atau aktivitasnya dalam masyarakat5.
Louis Gottschalk menyebutkan pemilihan topik yang masih
terlalu general akan membuat penelitian sejarah terasa sulit, maka ia
menyarankan untuk mengajukan beberapa pertanyaan agar tema atau topik
yang dipilih lebih spesifik yaitu6:
• Perangkat pertanyaan yang bersifat geografis, yaitu terfokus kepada
interogatif: “Di mana?”
• Perangkat pertanyaan yang bersifat biografis, yaitu dipusatkan di
sekitar interogatif: “Siapa?”
• Perangkat pertanyaan yang bersfiat kronologis, yaitu dipusatkan di
sekitar interogatif: “Bilamana?”
• Perangkat pertanyaan yang bersifat fungsional, yakni berpusat di
sekitar interogatif: “Apa?”
Secara intelektual pun juga mempengaruhi, tingkat daya baca atau
literasi maka akan mempermudah sejarawan menentukan topik. Topik yang
diangkat menurut saya haruslah yang memiliki banyak sumber agar
memudahkan kita menjalankan penelitian sejarah. Berbicara mengenai
sumber, perpustakaan merupakan tempat paling banyak sumber. Maka
Seseorang peneliti tentunya mengawali kegiatan dalam mencari topik
dengan mengunjungi berbagai perpustakaan, topik penelitian sering muncul
dari hasil bacaan, oleh karena itu sangat dianjurkan membaca beberapa buku
dengan teliti guna menemukan masalah yang pas untuk diteliti. Setelah itu
buatlah evaluasi dari isi buku tersebut, perhatikan kesalahan-kesalahan yang
muncul dalam bacaan tersebut. Bedakan antara buku yang kadar ilmiahnya
tinggi dan yang rendah untuk bagian ini biasanya menyangkut kualitas
pengarang buku tersebut.

3. Apa yang dimaksud dengan sumber sejarah dan bagaimana cara sejarawan
untuk mencari dan mengumpulkan sumber sejarah?

4
Alfian. Ibrahim, “Sejarah dan Permasalahan Masa Kini” dalam Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Sastra Universitas Gajahmada: Yogyakarta, 1985.
5
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya. Hlm. 90
6
Notosusanto, Nugroho. Mengerti sejarah : Pengantar Metode Sejarah /
Louis Gottschalk; diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto Jakarta : UI Press, 1983.
Hlm. 90
Sumber sejarah menurut permendikbud No. 69 tahun 20167 adalah Sumber
Sejarah adalah kumpulan hasil kebudayaan baik yang bersifat fisik (artefak),
bersifat tertulis, lisan, maupun audio-visual untuk membuktikan suatu
peristiwa sejarah. Sumber sejarah sering kali disebut juga “data sejarah”.
Perkataan “data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal “datum”
(bahasa Latin) yang berarti “pemberitaan” 8. Sejumlah sumber yang tersedia
pada dasarnya adalah data verbal sehingga membuka kemungkinan bagi
peneliti sejarah untuk memperoleh pengetahaun tentang berbagai hal.
Sumber sejarah sendiri diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu
menurut sifatnya ada Primer Sekunder dan juga Tersier.
• Sumber sejarah primer
Pengertian dari sumber primer sendiri menurut
Permendikbud no. 69 tahun 2016 smengenai penulisan sejarah yaitu
Sumber primer adalah kesaksian seorang saksi dengan mata
kepala sendiri atau menyaksikan peristiwa secara langsung
menggunakan indera lainnya, alat mekanis, dokumen dokumen,
naskah perjanjian, arsip, dan surat kabar1. Sumber primer adalah
sumber sejarah tertulis, lisan, audio-visual yang sezaman dengan
peristiwa. Oleh sebab itu, sumber primer harus dihasilkan oleh
orang yang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkannya. Sumber
primer pada dasarnya tidak harus berbentuk asli, namun bisa berupa
hasil duplikasi dari bahan aslinya karena sesungguhnya yang
penting adalah konten di dalamnya.
Sumber primer memiliki dua jenis berdasarkan isi buku yang
berjudul Metode Sejarah terbitan tahun 2020 karya dari Nina
Herlina, yaitu sumber primer yang bersifat Strictly Primary
Resources (sumber berasal dari pelaku atau saksi mata peristiwa)
dan Less-strictly Primary Sources atau Contemporary
Primary Sources(sumber sejarah berasal dari zaman peristiwa tapi
tidak berhubungan secara langsung dengan peristiwa). Kelebihan
dari sumber primer ini yaitu data yang dihasilkan lebih
menggambarkan kebenaran karena berdasarkan dengan apa yang
dilihat serta didengar langsung oleh para pelaku sejarah.
Untuk kekurangan dari sumber primer ini adalah dalam
menemukan sumber primer ini memerlukan waktu yang lama serta
biaya yang dikeluarkan relatif cukup besar. Hal yang penting
sebelum memulai pencarian sumber primer yaitu untuk membuat
daftar istilah, tempat, orang, hingga peritiwa tertentu yang menjadi
bahan utama untuk sumber primernya yang ingin ditemukan. Tetap

7
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69/ 2016
tentang Pedoman Penulisan Peristiwa Sejarah.
8
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya. Hlm. 94
perlu mengingat mengenai bahasa yang digunakan selama periode
waktu tertentu karena hal tersebut memungkinkan untuk
menemukan materi yang mungkin tidak ditemukan dalam istilah
modern. Pertanyaan yang spsisfik dan konteks dari sumber yang
diteliti sangat menentukan dalam menemukan sumber primer. Selain
itu, untuk menentukan apakah sesuatu tersebut dapat dianggap
menjadi sumber primer, para peneliti juga harus
mempertimbangkan mengenai pertanyaan 5W+1H.
• Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber yang diperoleh jika source atau
penulisnya hanya mendengarkan peristiwa sejarah dari orang lain
dan telah diolah terlebih dahulu. Menurut Permendikbud No. 69
tahun 2016 sumber sekunder adalah kesaksian dari siapapun yang
bukan merupakan saksi pandangan mata, yakni dari pandangan
orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya, buku-
buku, surat kabar yang tidak sezaman. Sumber Sejarah Sekunder
adalah sumber sejarah tertulis, lisan, audio-visual, yang tidak
sezaman dengan peristiwa. Pencarian atau pengunaan Sumber
sekunder sebaiknya dilakukan di awal penelitian karena
memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi hal-hal awal yang
perlu diketahui dan diperoleh serta dapat mempersiapkan rencana
atau kerangka penelitian sebelumnya pertama. Sumber sekunder
biasanya dimanfaatkan sebagai bahan rujukan yang berbentuk buku
baru ditulis dan mengkisahkan kejadian di masa lampau, sumber
ini ditulis oleh sejarawan atau sarjana terlatih yang telah memahami
periode waktu dan peradabad dari tema peristiwa tersebut. Sumber
ini juga tidak memberikan sebuah bukti langsung dan memberikan
informasi yang telah diubah (dianalisis atau ditafsirkan). Contoh
dari sumber sekunder, yaitu: artikel ilmiah, ulasan buku,
biografi, dan juga ulasan literatur.
• Sumber Tersier
sumber tersier menurut saya adalah sumber ketiga yang
dibuat berdasarkan dari dua sumber sebelumnya, yaitu sumber
primer dan sekunder. Sumber ini biasanya ditulis oleh para
mahasiswa atau orang-orang biasa yang mengacu pada sumber-
sumber yang lebih kredibel. Sumber tergolong sebagai sumber yang
terdiri dari semua karya tulis ilmiah (sejarah) dan sering disebut
sebagai sarana bibliografi dari bibliografi. Contoh dari sumber
tersier, yaitu: skripsi, tesis, disertasi, essay, artikel, dan lainnya.
Lalu menurut bentuknya sumber sejarah sendiri dibagi menjadi 3
yaitu tertulis, lisan, dan audio visual.
• Sumber tertulis
Sumber tertulis sesuai dengan Permendikbud No. 69 TH.
2016 adalah sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-
peninggalan tertulis berupa data atau catatan yang berasal dari
peristiwa pada masa lalu dan bisa juga berupa pahatan. Informasi
biasanya berifat sangat kredibel dan dapat dipercaya. Adapun
untuk contohnya ada seperti arsip, dokumen tertulis, surat
kabar, majalah, notulen rapat, kartu tanda penduduk, sertifikat
tanah, surat nikah, akta kelahiran, kwitansi pembelian, buku,
otobiografi, dan macam lainnya. Selain yang tertulis pada kertas,
sumber tertulis ini pada bidang lainnya contohnya saja
seperti prasasti dan sebagainya.
• Sumber Lisan
Sumber lisan berarti sumber sejarah yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung atau penuturan dari para pelaku, saksi sejarah,
atau orang-orang yang mengalami zaman atau peristiwa yang akan
atau sedang diteliti. Sumber lisan sendiri bisa dibedakan dengan
tradisi lisan karena memiliki pengertian yang berbeda. Jika tradisi
lisan mempunya cerita rakyat yang diungkapkan melalui lisan lalu
kemudian dikembangkan secara urut dan juga melalui lisan. Sang
pencerita tidak terikat dengan peristiwa itu karena ia bukan saksi
atau orang yang terlibat dalam sejarah tersebut dan ia tidak
mempertanggungjawabkan atas pernyataan yang diceritakannya.
Sedangkan sejarah lisan merupakan sumber-sumber sejarah yang
dilisankan oleh orang yang terlibat atau berada dalam peristiwa
sejarah tersebut. Dengan menggunakan sumber lisan dalam
penelitian dapat merasakan atau membayangkan bagaimana
kondisinya sehingga dapat menimbulkan susasana pada
peristiwa waktu itu. Sumber lisan ini digolongkan sebagai sumber
yang berdasarkan bentuk. Sumber lisan diperoleh dengan
melakukan wawancara yang para pelaku atau saksi sejarah tersebut
bercerita apa adanya sesuai dengan peristiwa yang pernah
dialaminya pada masa lampau sehingga
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, walaupun demikian
sumber lisan harus tetap diseleksi secara kritis. Pada sumber lisan
terbagi menjadi dua macam yaitu sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer merupakan sumber yang
berbentuk kesaksian langsung dari pelaku sejarah atau saksi sejarah.
Sedangkan sumber sekunder merupakan sumber yang didapat dari
pihak kedua yang bukan merupakan pelaku sejarah atau saksi
sejarah. Contoh dari sumber lisan yaitu sebuah wawancara dengan
pelaku sejarah atau saksi sejarah.
• Sumber Audio-Visual
Sumber audio-visual merupakan sumber sejarah berupa rekaman
rekanam kejadian atu peristwa di masa lampau. Mengikuti
perkembangan teknologi, sumber audio-visual secara fisik bisa
berbentuk audio, video, Digital Video Disc (DVD), bahkan dalam
bentuk digital multi-media. Jika sumber audio hanya berisikan suara
dan foto hanya berupa gambar (visual), maka teknologi
memungkinkan sebuah rekaman lengkap berupa suara dan gambar,
karena itu disebut sebagai sumber audio-visual. Pada masa sekarang
ini lebih umum dijumpai sumber berbentuk audio-visual.
Proses dalam penelitian sejarah salah satunya adalah pengumpulan
sumber atau heuristik. Heuristik secara etimologiberasal dari kata Yunani
heurishein, artinya memperoleh. Menurut G.J. Renier, heuristik adalah suatu
teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu9. Oleh karena itu, heuristik tidak
mempunyai peraturan-peraturan umum. Heuristik sering kali merupakan
suatu keterampilan dalam menemukan, menangani, dan memperinci
bibiliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan. Heuristik
adalah teknik atau cara-cara untuk menemukan sumber yang bisa didapat
melalui studi kepustakaan, pengamatan secara langsung di lapangan (jika
memungkinkan), melalui interview untuk sejarah kontemporer. Penelitian
sejarah yang dilakukan oleh mahasiswa biasanya hanya menggunakan
sumber skunder, berupa buku-buku yang ditulis orang tentang suatu
masalah, hal ini tidak masalah asal penggunaannya menggunakan kaedah-
kaedah dalam penelitian sejarah. Untuk sumber primer sendiri biasanya
mengambil dari dokumen dokumen asli peninggalan masa lalu yang di
simpan oleh arsip nasional Jakarta terutama yang menyangkut dokumen
kolonial dan perpusatakaan nasional Jakarta. Namun demikian, sumber
primer tidak hanya terdapat di arsip nasional, mungkin juga terdapat di
arsip-arsip pemerintahan. Selain itu suatu prinsip di dalam heuristik ialah
sejarawan harus mencari sumber primer. Sumber primer di dalam penelitian
sejarah adalah sumber yang disampaikan oleh saksi mata. Hal ini dalam
bentuk dokumen, misalnya catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan
arsip-arsip lapora pemerintah atau organisasi massa; sedangkan dalam
sumber lisan yang dianggap primer ialah wawancara langsung dengan
pelaku peristiwa atau saksi mata. Adapun kebanyakan berita di koran,
majalah, dan buku adalah sumber sekunder, karena disampaikan oleh bukan
saksi mata. Segala bentuk sumber tertulis, baik primer maupun sekunder,
biasanya tersajikan dalam anaka bahan dan ragam tulisan. Lalu, dalam
sumber lisan wawancara atau interview merupakan teknik yang sangat
penting. Wawancara langsung dengan saksi atau pelaku peristiwa dapat
dianggap sebagai sumber primer manakala sama sekali tidak dijumpai data
tertulis. Namun begitu, wawancara itu sebagai bahan penjelas atas
kesamaran data atau apa yang diamati oleh peneliti dirasa belum lengkap.
Paling sedikit ada tiga syarat yang sebaiknya dipenuhi oleh peneliti sebelum
melangsungkan wawancara. Pertama, banyak membaca di sekitar
permasalahan yang akan dipertanyakan sehingga peneliti cukup mampu
manakala harus terjadi dialog dengan informan. Kedua, dipersiapkan alat
tulis dan alat perekam yang baik. Bahkan, tape recorder dipandang sangat

9
Renier, G.J. Metode Dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Hlm. 113
penting agar keterangan-keterangan dari informan dapat ditampung secara
lebih utuh dan lengkap. Apalagi kalau informan yang diwawancarai dalam
suatu kesempatan lebih dari seseorang maka tape recorder akan sangat
membantu peneliti. Ketiga, peneliti terlebih dahulu sudah menyiapkan
bahan-bahan pertanyaan, yaitu berupa daftar pertanyaan yang disusun
secara sistematis dan terarah sesuai dengan permasalahan yang akan
dihimpun

4. Apa manfaat internet dalam usaha sejarawan untuk mendapatkan sumber


sejarah yang kredibel dalam rangka melakukan penulisan sejarah?
Menurut Helius Sjamsudin dalam buku Metodologi Sejarah, metode
merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam
penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan obyek (bahan-
bahan) yang diteliti. Menurutnya, jika diklasifikasikan ada empat metode
sejarah yaitu, pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber, penafsiran
(interpretasi), dan penulisan (historiografi). 10 Heuristik adalah kegiatan
mencari dan mengumpulkan sumber yang diperlukan. Keberhasilan
pencarian sumber tergantung pada wawasan peneliti mengenai sumber yang
diperlukan dan keterampilan teknis penulusuran sumber sejarah itu sendiri.
11
Berdasarkan pendapat R. Moh. Ali dalam Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia (2005), sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan
tidak berwujud, serta berguna bagi penelitian sejarah indonesia sejak zaman
purba sampai sekarang. Sumber sejarah bisa berbentuk lisan, tulisan, atau
audio-visual.12 Menurut Ismaun (2005:42) klasifikasi sumber sejarah dibagi
menjadi tiga, yaitu sumber dokumenter berupa bahan dan rekaman sejarah
dalam bentuk tulisan, sumber corporal berwujud benda seperti bangunan,
arca, perkakas, fosil, artefak, dan sebagainya, yang ketiga adalah sumber
lisan yang terdiri dari sejarah lisan atau sejarah oral (oral history).
Berdasarkan asal-usulnya, sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi

10
Abdurrahman, D. (2007). “Metodologi Penelitian Sejarah”. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
11
Ibid, 41.
12
Abdullah, T., dan Surjomihardjo, A. (1985). “Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan
Perspektif”. Jakarta: PT. Gramedia.
sumber primer, sumber sekunder, dan sumber tersier (Garraghan, 1946: 107,
Alfian, 2000: 9).13
Sumber primer (primary sources) adalah bila sumber atau penulis
sumber menyaksikan, mendengar sendiri (eyewitness atau ear-witness),
atau mengalami sendiri (the actor) peristiwa yang dituliskan dalam sumber
tersebut. Sumber primer adalah sumber yang belum diolah, atau belum
“diganggu“ isinya (Abdullah, 1984: 7). 14
Secara sederhana, sumber
sekunder adalah sumber yang tidak hidup sezaman dan telah diolah lebih
dahulu. Sementara itu yang termasuk sumber tersier adalah semua karya
tulis sejarah yang bersifat ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi, karya , dan
lain sebagainya. Nilai kebenaran yang terkandung pada tiap-tiap sumber
sejarah tergantung pada kredibilitas sumber.
Dewasa ini, pengumpulan sumber sejarah oleh sejarawan bisa
dilakukan dengan berbagai macam cara. Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang semakin berkembang saat ini menyediakan yang tidak
hanya dalam bentuk tercetak tetapi juga dalam bentuk digital. Koleksi
digital sangat memudahkan dalam pencarian sumber sejarah untuk
mendukung penulisan sejarah. Koleksi digital yang dikembangkan
merupakan suatu inovasi untuk memudahkan pemustaka dalam mengakses
informasi yang dibutuhkan. Perkembangan teknologi digital menyebabkan
pertumbuhan jenis sumber daya koleksi digital meningkat sangat cepat.
Masyarakat pengguna dapat mengakses secara online koleksi yang dimiliki
atau langganan perpustakaan melalui perangkat elektronik yang terhubung
internet. Salah satu koleksi digital yang dimiliki perpustakaan adalah data
base online yang berupa buku elektronik dan jurnal elektronik. Jurnal
elektronik merupakan perubahan dari jurnal tercetak yang dapat dijadikan
sebagai sumber referensi ilmiah. 15 Pada masa sekarang, sebagian jurnal

13
Herlina, Nina. (2020). “Metode Sejarah”. Bandung: Satya Historika
14
Ibid, 24.
15
Azwar, Muhammad. Information Literacy Skills: Strategi Penelusuran Informasi Online.
Makasar: Alauddin University Press, 2013, http://eprints.rclis.org/25687/
ilmiah sudah terbit dalam bentuk elektronik. Menurut Lancaster, jurnal
elektronik adalah jurnal yang tersedia di media elektronik..16
Dalam jurnal elektronik terdapat dua jenis, yaitu open access dan
closed access. Ketersediaan sumber informasi open access (bebas akses) ini
dimaksudkan untuk mengurangi kesulitan dalam memperoleh informasi
ilmiah. Adapun ketersediaan sumber informasi closed access bisa
didapatkan dengan melakukan langganan untuk data base informasi ilmiah.
Fungsi utama dari jurnal tetap sama, yaitu mendaftar, menyebarkan,
memeriksa ke sesama rekan ilmuan (peer review) dan melestarikan ilmu
17
pengetahuan. Banyak keunggulan yang bisa didapatkan dengan
menggunakan sumber sejarah melalui internet atau jurnal elektronik
daripada jurnal cetak. Pertama, e-journal sering kali sudah terbit terlebih
dahulu sebelum jurnal tercetak sehingga sejarawan tidak perlu menunggu
jurnal cetak suatu penilitian rilis terlebih dahulu. Selain itu sumber sejarah
elektronik bisa dimanfaatkan dari mana saja dan kapan saja tanpa ada batas
waktu peminjaman dan beberapa e-journal bisa diakses tanpa bayar atau
gratis. Dalam hal ini, sejarawan akan menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Terkait kredibilitas sumber sejarah dalam e-journal sendiri memiliki
indikator terkait kredibilitas tulisan yang mana sejarawan harus tetap
mempertimbangkan dan menganalisis apakah sumber sejarah dalam
platform elektronik sudah sesuai dengan indikasi atau tidak. Indikasi yang
18
bisa dilihat adalah dari online review dan online rating. Melalui
pemanfaatan kemudahan akses sumber sejarah secara elektronik dan
diimbangi pemahaman sejarawan tentang kredibilitas sumber sejarah
elektronik akan memudahkan sejarawan dalam melakukan kegiatan
pengumpulan sumber sejarah atau heuristik.

16
F.W. Lancaster, “The Evolution of Electronic Publishing”, Library Libraria, Vol.5, No.1, Juni
2017.
17
Pendit, Perpustakaan Digital, 154.
18
Agustina,Lidya, Alifia Oktrina, Irwansyah. (2018). “Online Review: Indikator Penilaian
Kredibilitas Online dalam Platform E-commerce”. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
5. Apa yang dimaksud dengan interpretasi dan mengapa sejarawan perlu
melakukan interpretasi?
Pada proses penelitian sejarah terdapat empat proses yang dilakukan
untuk menghasilkan karya tulis atau hasil penelitian sejarah. Empat tahapan
tersebut adalah heuristik atau pengumpulan sumber, kritik sumber menilai,
mencari kebenaran atau menguji sumber secara kritis, interpretasi atau
menafsirkan faktafakta dan menetapkan makna dari sumber, dan yang
terakhir adalah historiografi atau melalukan penulisan sejarah berdasarkan
data data yang telah diproses tadi.
Sejarah bukan hanya sekumpulan fakta dan dikumpulkan sehingga
menjadi tulisan sejarah, tetapi lebih daripada itu sejarah merupakan fakta-
fakta yang disusun sebagai satu kesatuan yang direncanakan. Setalah fakta-
fakta tadi terkumpul maka fakta-fakta tadi perlu dirangkai dan diperlukan
kemampuan sejarawan untuk berfikir logis dan imajinatif19. Daripada itu,
penulis harus mengetahui bagaimana cara pelukis melihat objek, teknik
penggarapannya, pandangannya, dan gayanya, ini disebut juga dengan
Interpretasi 20 . Interpretasi sejarah merupakan tahapan yang dilakukan
dengan cara menafsirkan fakta-fakta sejarah yang didapatkan setelah
dilakukannya pengujian sumber sejarah yang terkadang menciptakan
“ruang gelap sejarah" 21 . Oleh karena itu, interpretasi sejarah dibutuhkan
demi menjelaskan atau menafsirkan satu fakta dengan fakta yang lain agar
bisa saling berkaitan sehingga membentuk suatu rangkaian fakta sejarah
yang cukup logis dan bermakna22. Karena hal tersebut akan mempermudah
pada proses penulisan sejarah atau biasa disebut dengan historiografi 23 .
Dalam tahap ini sejarawan juga diharapkan unruk imajinatif untuk
membayangkan kejadian sejarah yang sedang diteliti.
Dalam proses perekonstruksian realitas masa lampau, interpretasi
memiliki dua peran yaitu yang pertama adalah mengupayakan rekonstruksi
masa lampau sehingga menyajikan kembali keterkaitan antar fakta-fakta
sehingga dapat memberikan rangkaian makna yang logis dan faktual dari
suatu kejadian di masa lampau. Selanjutnya adalah berkaitan dengan
penjelasan sejarah yang mana merujuk pada suatu jawaban terhadap
pertanyaan kausal dengan jawaban-jawaban berargumentasi24. Saat dalam

19
R. Moh. Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, Yogyakarta: LkiS, 2005,hlm. 20
20
Rekons sejarah lokal 80
21
lmu Sejarah: Sebuah Pengantar, m dien
22
Herlina, N. (2020). Metode sejarah. Bandung: Satya Historika.
23
Aziza, F. S., “Dampak Pendirian Agentschap van de Javasche Bank Te Djokdjakarta
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Yogyakarta Thun 1880-1940”. Jurnal Prodi Ilmu
Sejarah, Vol. 3, No. 4, 2018, hal. 447
24
Redi Andryana, Tesis: “Republik Persatuan Arab: Sebuah Kajian Historis 1958- 1961”
(Bandung: UPI, 2016).
tahap interpretasi, seorang sejarawan memakai dua metode yaitu metode
analisis dan sintesis. Metode analisis adalah metode yang digunakan dengan
penguraian fakta satu persatu sehingga dapat memperluas sudut pandang
dari fakta tersebut, lalu menyimpulkannya menjadi satu fakta yang sesuai
dengan peristiwa sebenarnya. Sedangkan, metode sintesis adalah metode
yang digunakan dengan cara menyatukan, metode ini dapat dilakukan
dengan cara menyatukan beberapa sumber menjadi satu sehingga kita dapat
menemukan sebuah fakta revolusi (generalisasi konseptual).25
Menurut Sartono Kartodirjo interpretasi merupakan bagian penting
dan krusial dalam metode sejarah setelah fakta-fakta dikumpulkan dan
disusun 26 . Dalam penelitian sejarah sering kali terdapat “ruang gelap
sejarah” atau terdapat sejarah yang belum dapat didefinisikan atau belum
tersusun. Fakta-fakta yang telah disusun dan ditafsirkan tersebut agar
menunjukan suatu kausalitas antara satu dengan yang lainnya. Sehingga
dihasilkan suatu rangkaian peristiwa seharah yang tersusun secara logis dan
kronologis, berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dalam penelitian.
Dalam melakukan interpretasi terhadap fakta-fakta sejarah yang diperoleh,
peneliti berusahah untuk menepatkan fakta-fakta dalam suatu rangkaian
cerita yang objektif, melihat dari lebih banyaknya narasumber lisan yang
digunakan. Namun, imajinasi penulis sejarah berbeda dengan pelukis atau
seni lainnya, , penulis sejarah tidak terlalu bebas dalam mengekspresikan
diri; dia terikat pada faktafakta dan bagaimana dapat menyuguhnya cerita
sebagaimana kejadian yang sebenarnya. Dalam hal ini, penulis atau peneliti
sejarah berperan mirip dengan saksi di pengadilan. Dia wajib
mengungkapkan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga masyarakat umum
(pembaca) mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
Orang awam hanya mengenal sejarah secara general, tetapi tidak
mengetahui apa kejadian yang lebih mendetail. Bagi kalangan sejarawan
dan pemerhati sejarah, suatu peristiwa harus diterangkan secara lebih jauh
dan lebih mendalam mengenai bagaimana terjadinya, latar belakang kondisi
sosial, ekonomi, politik, dan juga kulturalnya. Hanya menceritakan sebuah
peristiwa sejarah secara general, belum bisa menjelaskan secara tuntas dan
lengkap, karena sejarawan adalah wisatawan professional dalam dunia
lampau (Sartono Kartodirdjo, 1992: 27). Oleh karena itu, sejarawan mampu
menginterpretasikan dan menunjukkan pola-pola perkembangan, konteks
dan kondisi peristiwa, serta akibatnya, yang kesemuanya sukar diketahui
dan dipahami oleh semua orang yang tidak mengalami sendiri peristiwa-
peristiwa itu.

25
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), Hal. 78-79.
26
Madjid, M. D., & Wahyudi, J. (2014). Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar. Depok: Prenada
Media.
Hlm 225
References
Abdurrahman, D. (2007). “Metodologi Penelitian Sejarah”. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media
Abdullah, T., dan Surjomihardjo, A. (1985). “Ilmu Sejarah dan Historiografi:
Arah dan Perspektif”. Jakarta: PT. Gramedia.
Agustina,Lidya, Alifia Oktrina, Irwansyah. (2018). “Online Review: Indikator
Penilaian Kredibilitas Online dalam Platform E-commerce”. Yogyakarta:
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Alfian, Ibrahim. (1985). “Sejarah dan Permasalahan Masa Kini” dalam Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Sastra Universitas
Gajahmada: Yogyakarta
Ali, R. (2012). Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKiS Pelangi
Aksara.
Andryana, R. (2016). Tesis: “Republik Persatuan Arab: Sebuah Kajian Historis
1958-1961. Bandung: UPI.
Azwar, Muhammad. Information Literacy Skills: Strategi Penelusuran Informasi
Online. Makasar: Alauddin University Press, 2013,
http://eprints.rclis.org/25687/
Aziza, F. S. (2018). Dampak Pendirian Agentschap van de Javasche Bank Te
Djokdjakarta Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Yogyakarta Thun 1880-
1940. Jurnal Prodi Ilmu Sejarah, 3(4), 447.
F.W. Lancaster, “The Evolution of Electronic Publishing”, Library Libraria,
Vol.5, No.1, Juni 2017.
Herlina, N. (2020). Metode sejarah. Bandung: Satya Historika.
Kartodirjo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kuntowijoyo. (2001). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Kuntowijoyo. (2004). Sejarah/Sastra. Humaniora, 16, 17-16. Retrieved 11 18,
2020, from https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/803
Madjid, M. D., & Wahyudi, J. (2014). Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar. Depok:
Prenada Media.
Notosusanto, Nugroho.(1983). Mengerti sejarah : Pengantar Metode Sejarah /
Louis Gottschalk; diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto Jakarta : UI
Press
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69/
2016 tentang Pedoman Penulisan Peristiwa Sejarah.

Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu
Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Renier, G.J. Metode Dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1997

** SELAMAT MENGERJAKAN SEMOGA SUKSES **


Kajur/Koorprodi Verifikator Dosen Pengampu

Danar Widiyanta, M. Hum

Perhatikan:
 Dilarang melakukan copy paste dan/atau plagiasi.
 Gunakan minimal tiga sumber (buku dan/atau artikel di jurnal ilmiah)
sebagai bahan untuk menjawab setiap soal.
 Gunakan catatan kaki untuk merujuk pada setiap sumber yang dipakai.
 Bahan dari internet yang diperbolehkan adalah berupa buku dan/atau jurnal
ilmiah yang kredibel.
 Tuliskan dengan lengkap semua sumber yang dipakai di bagian daftar
pustaka.
 Spasi 1, Times New Roman, font 12, PDF. Jawab masing-masing soal
dengan 700-800 kata.
 Tuliskan nama, NIM, kelas A/B, dan prodi.
 Dikumpulkan oleh ketua kelas paling lambat pada hari UAS Dasar-Dasar
Teori dan Metodologi Sejarah (Jumat, 31 Desember 2021, pukul 18.00
WIB) melalui e-mail. Ketua kelas A/B mengumpulkan dahulu semua UAS
teman-temannya, lalu menyusunnya sesuai dengan urutan NIM, kemudian
menyimpannya dalam satu zipped folder yang diberi judul ‘UAS
DasarDasar Teori dan Metodologi Sejarah Kelas A/B’, lalu
mengirimkannya ke e-mail dosen pengampu: m.yuanda@uny.ac.id.
** SELAMAT MENGERJAKAN SEMOGA SUKSES **
Kajur/Koorprodi Verifikator Dosen Pengampu

Danar Widiyanta, M. Hum

Anda mungkin juga menyukai