Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rifan Mulyadi

Nim : 2105190058

Kelas : Sejarah 2B

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH


Historiografi

JAWABAN UTS

1. A. 1. Menarik perhatian penulis.


Topik yang menarik juga akan membuat kamu tertantangan untuk menyelesaikannya segera
untuk mendapatkan hasil yang sangat kamu ingin ketahui.
2.Mengetahui prinsip-prinsip dasar.
Penulis harus mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk menulis karangan ilmiah seperti
format penulisan,(Ejaan Yang Disempurnakan), bahasa Indonesia yang baik dan benar dan
lainnya. Bahasa yang digunakan juga harus baku, dimana tidak mudah berubah,
menunjukkan penalaran dan pemikiran logis, teratur, masuk akal dan memiliki konsep yang
sama antar penulis dan pembaca.
3.Penulis pemula, hindari topik yang terlalu baru, terlalu teknis, dan terlalu kontrovesial.
merupakan penulis pemula maka hindari topik yang baru diteliti dan yang belum banyak
diteliti karena akan susah mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Topik yang
terlalu teknis akan menyusahkan kamu karena kamu sebagai penulis pemula belum terlalu
berpengalaman dan Topik terlalu kontroversial akan membuat kamu susah menpertahankan
pendapat dan informasi yang didapat juga akan terpecah-pecah karena terdapat perdebatan
antar kedua pihak yang tidak kunjung berakhir.
4.Lingkup pembahasan topik.
Lingkup pembahasan topik harus diselesuaikan dengan waktu yang tersedia bagi penulis
untuk menyelesaikan karangan ilmiah, jika penulis hanya memiliki waktu singkat maka
sebaiknya memilih topik yang tidak terlalu rumit dan mudah mendapatkan data dan
informasi. Data, Fakta dan Referensi
B. dengan memperhatikan 5w1H maka topic tersebut tidak sempurna, karena masih tidak
jelas. Topic haruslah sangat jelas dan mengacu pada 5w1h, muali dari tempat,waktu dan lain
sebagainya. Topic juga harus mengkrucut dalam pembahasannya dan jelas aspek apa yang
akan dibahas. Jadi bisa dikatakan sempurna jika sebuah judul topic sudah mengikuti kriteria.
Misal dampak perubahan social di desa sadasari majalengka bagi masyarakat tahun 2000
C. rumusan masalah :
 What (apa) : apa peristiwa yang terjadi terhadap desa sadasari majalengka?
 When (kapan) : kapan perubahan social desa itu tejadi?
 Where (dimana) : dimana perubahan social desa itu terjadi?
 Who (siapa): siapa yang menjadi tokoh utama dalam terjadinya perubahan social
desa itu?
 Why (mengapa) : mengapa desa tersebut bisa mengalami perubahan social desa?
 How (bagaimana) : bagaimana kronologi terjadinya perubahan social desa tersebut?

2. A. Kuntowijoyo dalam Pengantar Ilmu Sejarah (2010) menjelaskan bahwa penelitian sejarah
mempunyai 5 tahapan, yaitu pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi
(kritik sumber), interpretasi, dan penulisan.
1. Pemilihan Topik Pemilihan topik menjadi urutan pertama dalam penelitian sejarah
menurut Kuntowijoyo dikarenakan topik yang akan dijadikan penelitian sejarah itu
cukup banyak sehingga penting bagi sejarawan untuk menentukan topik terlebih dahulu.
Menurutnya, dalam memilih topik penelitian sejarah, ada baiknya mempertimbangkan
beberapa hal yaitu kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Kedekatan
emosional dapat dikatakan sebagai kaitannya topik tersebut dengan sejarawan, misalnya
menentukan topik berdasarkan daerah asal. Sedangkan kedekatan intelektual dapat
dikatakan pemahaman gagasan/ide sejarawan terkait dengan topik yang dipilih.
2. Heuristik (Pengumpulan Sumber) Heuristik (pengumpulan sumber) merupakan tahapan
yang cukup penting untuk mewujudkan keberhasilan penelitian sejarah. Pada tahap ini,
biasanya kemampuan teoritik yang bersifat deduktif-spekulatif dari seorang sejarawan
akan diuji. Apabila dalam tahap ini sejarawan mampu mendapatkan sumber yang
relevan, maka akan lebih memudahkan sejarawan untuk memasuki tahap-tahap
berikutnya. Setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber yang relevan untuk
penelitiannya, maka verifikasi (kritik sumber) merupakan langkah yang ditempuh
selanjutnya. Pada dasarnya verifikasi adalah kegiatan penyeleksian terhadap sumber-
sumber yang diperoleh. Didik Pradjoko dan kawan-kawan dalam Modul I Sejarah
Indonesia: Hibah Modul Pengajaran, Content Development Tema B1 (2001) menjelaskan
bahwa verifikasi (kritik sumber) dibagi menjadi dua, yaitu kritik ekstern dan intern. Kritik
ekstern atau autentisitas merupakan penyeleksian terhadap keaslian sebuah dokumen,
meliputi kertas, tinta, gaya tulisan, bahasa, huruf, dan semua penampilan luar.
Sedangkan kritik intern atau kredibilitas merupakan penyeleksian terhadap kebenaran isi
dokumen.
3. Interpretasi (Penafsiran) Setelah dilakukan kritik terhadap sumber sejarawan akan
memasuki tahap interpretasi (penafsiran). Tahap ini menjadi penting karena merupakan
tahap akhir yang ditempuh sebelum melakukan penulisan. Pada tahap ini, sumber
sejarah yang telah berhasil dikritik dan telah pasti dijadikan sebagai bahan untuk
penulisan sejarah akan ditafsirkan. Tahap penafsiran ini dapat dikatakan sebagai
pemberian makna (analisis) serta menyatukan (sintesis) fakta-fakta yang telah diperoleh
sebelumnya. Dalam intepretasi ini juga terjadi proses imajinasi sejarah.
4. Historiografi (Penulisan) Setelah 4 tahapan awal telah ditempuh, maka sejarawan telah
siap untuk melakukan historiografi (penulisan sejarah). Dalam proses penulisan ini,
kemampuan sejarawan atas teori dan metodologi akan berpengaruh terhadap
historiografi yang dihasilkan. Dapat dikatakan bahwa historiografi yang dihasilkan akan
menunjukkan eksistensi dari sejarawan. Ketika tahap ini telah diselesaikan, maka karya
sejarah pun dapat dinikmati oleh khalayak.
B. Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional merupakan penulisan sejarah yang umumnya dilakukan oleh para
sastrawan atau pujangga keraton dan bangsawan kerajaan. Ciri-ciri historiografi tradisional
dapat kamu lihat pada gambar di bawah ini berdasarkan pembagian waktunya, historiografi
tradisional dibagi menjadi historiografi
tradisional Hindu-Buddha dan historiografi tradisional Islam.
2. Historiografi Kolonial
Historiografi kolonial adalah penulisan sejarah yang ditulis pada masa kolonial. Fokus
utama historiografi kolonial adalah kehidupan warga Belanda (Eropa) di Hindia Belanda
karena ditulis oleh orang-orang Belanda atau Eropa.Tujuan penulisannya untuk memperkuat
kedudukan mereka di Indonesia. Ciri-ciri
historiografi masa kolonial adalah:
Contoh historiografi masa kolonial adalah:
1. Beknopt Leerboek Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie karya A.J. Eijkman
dan F.W. Stapel.
2. Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie karya G. Gonggrijp.
3. Geschiedenis van den Indischen Archipel karya B.H.M. Vlekke.
4. Geschiedenis van Indonesie karya H. J. de Graaf.
5. History of Java (1817) karya Thomas S. Raffles.

3. Historiografi Modern
Historiografi modern muncul akibat tuntutan ketepatan teknik untuk mendapatkan fakta-
fakta sejarah. Fakta sejarah didapat melalui penetapan metode penelitian, memakai ilmu-
ilmu bantu, adanya teknik pengarsipan, dan rekonstruksi melalui sejarah lisan. Masa ini
dimulai dengan munculnya studi sejarah kritis, yang menggunakan prinsip-prinsip metode
penelitian sejarah. Contoh historiografi modern adalah Pemberontakan Petani Banten 1888
karya Sartono Kartodirdjo dan Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.
Historiografi modern tentunya berkembang sesuai dengan zaman. Historiografi masa
kini sudah semakin objektif dan kritis terhadap satu peristiwa sejarah. Adapun ciricirinya
adalah:
1. Bersifat metodologis: sejarawan diwajibkan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
2. Bersifat kritis historis: artinya dalam penelitian sejarah menggunakan pendekatan
multidimensional.
C. Jika melihat secara periodik, maka historiografi tradisional di Indonesia ini terdiri atas dua
masa, yaitu masa Hindu-Budha dan masa Islam.
Historiografi Masa Hindu-Budha Pada masa ini, historiografo lebih dominan disajikan dalam
bentuk prasasti, baik yang berbahan baku ataupun logam. Namun ada juga yang tertuang
dalam bentuk kitab terutama sejak kerajaan Kahuripan atau awal abad 10 masehi. Awal
masa Hindu-Budha mayoritas historiografi menggunakan bahasa sanskerta dan tulisan
pallawa. Sedangkan pada masa pertengahan penulisannya beralih menggunakan bahasa
Jawa kuno. Sejak tertuang dalam bentuk kitab, historiografi tradisional masa Hindu-Budha
mencapai puncak penulisan dengan munculnya para pujangga seperti Mpu Kanwa, Mpu
Sedah, Mpu Panuluh, Mpu Sharmaja, Mpu Tantular, dan Mpu Prapanca.
Historiografi Masa Islam
Penulisan historiografi masa Islam memiliki corak tersendiri dalam penulisannya. Raja bukan
lagi merupakan orientasi utama tetapi lebih menekankan kepada ajaran Islam, filsafat, dan
tasawuf. Historiografi masa islam muncul sebagai karya sastra dan kebanyakan disajikan
dalam bentuk puisi dan prosa. Adapun sejumlah contoh penulisan lainnya antara lain
hikayat, babad, syair, suluk, dan kitab.

Anda mungkin juga menyukai