Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

UNSUR-UNSUR PENELITIAN SEJARAH

Disusun untuk memperoleh nilai tugas Mata Kuliah Seminar Sejarah Prodi Sejarah
Peradaban Islam

Dosen Pengampu :

DR. H. Achmad Zuhdi DH.M.Fil.l

Disusun Oleh ;

Romadhon NurBahrullah (A02219040)

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

2022
Unsur-Unsur Dalam Penelitian Sejarah

1. Mencari Topik

Sebelum memulai sebuah penelitian, tentu pertama kali yang harus kita lakukan
adalah memilih dan menetapkan topik. Topik ini harus layak untuk dijadikan penelitian
dan usahakan bukan duplikasi dari penelitian lain.

Tujuannya apa?

Tujuan pemilihan topik ini supaya nantinya penelitian kita itu lebih terarah dan
fokus pada masalah-masalahnya. Nah untuk menemukan masalah-masalah tersebut bisa
menggunakan :

1. What?
Apa yang akan kamu teliti?

2. Who?
Siapa saja yang akan kamu teliti?

Contoh kamu meneliti sejarah rumah tua yang angker. Kamu harus mencari orang
yang terlibat dalam rumah itu, entah juru kunci, masyarakat setempat, ketua RT dan lain
sebagainya.

3. Where?
Dimana tempat yang akan kamu teliti?

Meskipun pertanyaan ini digunakan untuk melakukan penelitian sejarah, namun


kalau dilihat dari ciri disiplin ilmu sejarah ini bisa menjadi aspek spasial atau
kekurangannya. Spasial yang dimaksud dini sini ialah berupa tempat. Jadi tempat atau
geografis yang akan kita teliti harus jelas secara real.

4. When?
When di sini berarti: kapan yang menyangkut waktu.

Dalam ciri dari langkah-langkah penelitian sejarah yang bagus, ialah adanya
konteks waktu. Contoh saja kalau ada data perubahan sosial di kota pada tahun 2006-2017.
Penetapan waktu ini harus dipertimbangkan dengan data akademis.

Dari pertanyaan diatas, nanti akan mengarahkan kita mencari sumber yang akan
dijadikan sebagai bahan penelitian.

2. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani, heuriskein, artinya menemukan. Jadi yang
dimaksud dengan langkah heuristik adalah
“tahap untuk mencari, menemukan, serta mengumpulkan sumber-sumber atau berbagai
data yang relevan dengan topik penelitian, guna untuk mengetahui segala bentuk
peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau”.
Untuk menemukan sumber tersebut seorang sejarawan harus bisa mencarinya di
berbagai dokumen dengan :

• menggunakan metode kepustakaan atau arsip nasional


• bisa juga sejarawan mengunjungi situs sejarah
• melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data
yang baik dan lengkap juga dapat menunjang terwujudnya sejarah yang
mendekati kebenaran.
Sejarah yang terjadi pada masa lalu memiliki begitu banyak periode dan bagian
(seperti politik, ekonomi, social, dan budaya) sehingga memiliki sumber data yang
beraneka ragam sehingga perlu adanya klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.

Dokumen dokumen yang berhasil dikumpulkan merupakan data yang sangat


berharga. Dokumen tersebut yang digunakan sebagai dasar untuk menelusuri peristiwa
peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lalu.
Menurut sifatnya sumber sejarah terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Sumber sejarah primer


Sumber primer adalah sumber asli atau sumber yang dibuat pada saat peristiwa
terjadi, atau yang dibuat oleh tangan pertama, misalnya seperti dokumen laporan kolonial.

b. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah sumber yang menggunakan sumber primer sebagai
sumber utamanya, atau yang dibuat oleh tangan atau pihak kedua seperti buku, skripsi, dan
tesis.

Jika sumber tertulis yang didapat dibuat sezaman dan setempat dengan kejadian
sejarah tersebut biasanya memiliki kadar kebenaran yang relatif tinggi, sedangkan sumber
tertulis yang dibuat tidak sezaman dan tidak setempat lebih memerlukan kejelian para
penelitinya.

Dan untuk sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata
dari suatu kejadian.

Narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan
peristiwa sejarah tersebut tidak dapat dijadikan narasumber lisan.

3. Verifikasi atau kritik


Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam
sejarah memiliki arti pemeriksaan atau pengujian terhadap kebenaran laporan tentang
suatu peristiwa sejarah.

Penilaian terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut pada 2 aspek, yaitu :

• aspek ekstern
Aspek ekstern membahas mengenai apakah sumber itu asli atau palsu sehingga
sejarawan harus mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut,
seperti waktu pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen.
• aspek intern
Aspek intern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat
memberikan informasi yang diperlukan, misalnya berupa proses analisis terhadap suatu
dokumen.

Aspek ekstern harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

• Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)?


• Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)?
• Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (integritas)?

Setelah mendapat kepastian bahwa sumber itu adalah sumber yang benar
diperlukan dalam bentuk asli dan masih utuh, kemudian dilakukan kritik intern.

Kritik intern dilakukan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung


dalam sumber dapat dipercaya.

Kritik ini dilakukan dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan
membandingkan kesaksian-kesaksian dari berbagai sumber.

1. Langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik pertama adalah


menentukan sifat sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak
resmi/informal).
Dalam penelitian sejarah, sumber yang tidak resmi/informal dinilai lebih berharga
daripada sumber resmi karena sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca
orang banyak (untuk kalangan bebas).
Dengan demikian isinya pada umumnya lebih bersifat apa adanya, terus terang, tidak
banyak yang disembunyikan, dan objektif.

2. Langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik kedua adalah


menyoroti penulis sumber tersebut sebab dia yang memberikan informasi
yang dibutuhkan.
Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya dapat dipercaya. Untuk itu, harus
mampu memberikan kesaksian yang benar dan harus dapat menjelaskan mengapa ia
menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau sebaliknya melebih-lebihkan karena ia
berkepentingan di dalamnya.

3. Langkah ketiga dalam penelitian sejarah intrinsik ketiga adalah


membandingkan kesaksian dari berbagai sumber
Hal ini dilakukan dengan menyejajarkan kesaksian para saksi yang tidak berhubungan satu
dan yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh menjadi lebih
objektif.

Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern maupun
ekstern, dianggap sebagai fakta. Fakta adalah keterangan tentang sumber yang dianggap
benar oleh sejarawan atau peneliti sejarah.

Fakta bisa saja diartikan sebagai sumber-sumber yang terpilih.

4. Interpretasi
Setelah di verifikasi, data lalu di interpretasi.

Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu
kesatuan yang harmonis dan masuk akal.
Interpretasi dalam sejarah dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau
memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa.
Interpretasi yang dimaksud dalam sejarah adalah penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta
sejarah, dan merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal.

Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga
berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu
kesatuan yang masuk akal.

Bagi kalangan akademis, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang objektif,
harus dihindari penafsiran yang semena-mena karena biasanya cenderung bersifat
subjektif.

Selain itu, interpretasi harus bersifat deskriptif sehingga para akademisi juga dituntut
untuk mencari landasan interpretasi yang mereka gunakan.
Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab tidak mungkin semua fakta
dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga harus dipilih yang relevan dengan topik yang
ada dan mendukung kebenaran sejarah.

5. Historiografi
Hitoriografi berasal dari kata historia artinya sejarah dan graphia artinya penulisan.
Historiografi merupakan tahap paling akhir dalam kegiatan penelitian untuk penulisan
sejarah.

Menulis kisah sejarah tidak hanya menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil
penelitian, melainkan juga menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah
berdasarkan fakta hasil penelitian.

Untuk itu, menulis sejarah memerlukan kecakapan dan kemahiran.

Historiografi yang baik biasanya menyajikan latar belakang, kronilogi peristiwa,


analisis sebab akibat, dan uraian mendalam mengenai hasil penelitian, dampak, serta
kesimpulan.
Dengan demikian, hasilnya dapt memberikan pemahaman baru yang bermakna
kepada pembaca tentang topik tersebut.

Langkah-langkah penelitian sejarah Histiriografi dapat di bedakan menjadi dua, yaitu


:

1. Historiografi naratif

Historiografi naratif adalah penulisan sejarah yang berisi tentang rekaman


peristiwa atau tindakan pelaku secara pribadi yang berlangsung dalam waktu tertentu.

2. Historiografi strukturalis
historiografi strukturalis adalah penulisan sejarah yang berisi tentang perubahan
yang terjadi di masyarakat. Historiografi strukturalis sering juga disebut sejarah sosial.
Bentuk bentuk historiografi antara lain dapat berupa:

• Narasi, isinya lebih banyak bercerita sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh
sumber sejarah.
• Deskriptif, isinya lebih detail dan kompleks dibandingkan dengan narasi.
• Analistis, isinya lebih banyak berorientasi pada penelaahan masalah.
Sehingga tidak sekedar bercerita tetapi banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang mendalam dengan tinjauan berbagai aspek. Penulisan yang baik adalah gabungan
antar unsur naratif, deskriptif dan analitis.

Bentuk gabungan ini akan menampilkan unsur cerita, detail sumber dan analisa
terhadap peristiwa sejarah.

6. Bentuk penulisan sejarah


Dan berikut ini adalah bentuk penulisan sejarah berdasarkan ruang dan waktu terdapat
tiga bentuk, yaitu:
1. Penulisan sejarah tradisional
Kebanyakan karya sejarah tradisional kuat dalam hal genealogi, tetapi tidak kuat
dalam hal kronologi dan detail biografis. Tekanan penggunaan sejarah ini sebagai bahan
pengajaran agama.

Adanya kingship (konsep mengenai raja), pertimbangan kosmologis, dan


antropologis lebih diutamakan daripada keterangan dari sebab akibat.

1. Penulisan sejarah colonial


Penulisan ini memiliki ciri Nederland o sentris (eropa sentris), tekanannya pada
aspek politik dan ekonomi serta bersifat institusional.

2. Penulisan sejarah nasional

Penulisannya menggunakan metode ilmiah secara terampil dan bertujuan untuk Bangunan
candi persegi empat ini memiliki tonjolan di sisi barat yang menggabungkan jalanan utama
kekuil melalui dua tangga paralel.

Anda mungkin juga menyukai