Heurisik adalah langkah awal dalam penelitian sejarah untuk mengumpulkan sumber-sumber
yang relevan aau sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. Istilah heuristic berasal dari kaa
yunani, heurikein yang berarti menemukan. Untuk melacak sumber sejarah, seorang
sejarawan dapat mengumpulkan dokumen yang tersebar di perpustakaan atau instansi
tertentu, mengunjungi situs sejarah, atau mewawancarai saksi sejarah (metode sejarah lisan)
Perlu diingat bahwa peristiwa masa lalu terdiri atas begitu banyak periode dan topic, seperti
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan milier. Dengan demikian , sumber-sumber datanya pun
beraneka ragam sehingga usaha untuk menemukan sumber-sumebr daa sejarah akan sanga
sukar. Untuk mempermudah dalam mencair sumber sejarha, kita harus membuat rumusan
masalah yang akan diteliti dan melakukan klasifikasi atau penggolongan dari sekian banyak
sumber tersebut. Dengan membuat rumusan masalah, keakuratan data dapat dicapai
walaupun tidak semua sumber daa tersedia. Empat yang bisaa menyimpan sumber-sumber
sejarah adalah perpustakaan dan kantor arsip. Kantor arsip nasional di Indonesia adalah
ANRI atau Arsp Nasional Republik Indonesia yang berada di Jakarta Selatan. Kantor ANRI
memuat berbagai macam dokumen sejarah Indonesia, terutama dokumen-dokumen pada
masa penjajahan VOC dan pemerintah colonial Belanda.
2 Verifikasi atau Kritik Sumber
Verifikasi atau kritik sumber adalah usaha untuk menilai sumber-sumber sejarah yang telah
terkumpul. Kritik sumber-sumber sejarah tersebut dilakukan untuk menguji kebenaran aau
ketepatan (akurasi) sumber-sumber sejarah tersebut. Kritik meliputi kritik ekstern dan kritik
intern.
a. Kritik Ekstern
Kritik ekstern dilakukan utnuk menilai keaslian aau otentisitas bahan yang digunakan dalam
pembuatan sumber-sumber sejarah . Sebuah dokumen yang berfungsi sebagai sumber sejarah
dianggap otentik atau asli jika benar-benar hasil karya aau benda peninggalan dari pemiliknya
atau pembuatannya. Untuk menentukan apakah sumber sejarah ersebut asli, seorang
sejarawan harus melakukan ujian dan tes terhadap sumebr sejarah tersebut. Penelitian yang
dapat dilakukan oleh sejarawan, misalnya menilai tentang waktu pembuatan dokumen (hari
dan tanggal ) dan bahan (keras) yang dipakai untuk membuat sumber sejarah tersebut.
Sejarawan juga dapat melakukan kritik ekstern dan menyelidiki tina untuk penulisan
dokumen guna menemukan usia dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan kritik ekstern
dengan mengidentifikasi tulisan tangan, tanda tangan, meterai, atau jenis hurufnya.
Setelah penelitian otentisitas sumber sejarah selesai, sejarawan harus menguji secara kritis
inegritas sumber sejarah. Maksudnya sejarawan harus mengetahui apakah sumber itu tetap
terpelihara keasliannya atau idak selama proses pendokumenan atau pencatatan dair pelakus
ejarah. Apabila kesaksian itu telah diubah apda suatu waktu sejak diebrikan pertama kali dan
perubahan-perubahan ini tidakd apat dilacak kebenarannya maka sumber sejarah tersebut
sudah dianggap tidak otentik lagi dan kehilangan integritasnya. Integritas dan otentisitas
sumber sejarah adalah dua aspek kritik ekstern yang sangat penting.
b. Kritik Intern
Kritik intern adalah suaha untuk menentukan atau menyeleksi kredibilitas sumber-sumber
sejarah yang telah terkumpul. Kritik intern mengacu pada kebenaran isi dari sumber-sumber
sejarah. Kritik ekstern dan kritik intern dilakukan untukmenyeleksi data yang berasald ari
sumber sejarah menjadi fakta sejarah. Kritik intern dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
menilai secara intrinsik sumber-sumber sejarah dan membandingkan berbagai sumber
sejarah.
3 Interpretasi
Interpretasi dalam sejarah ada dua macam, yaitu analisis dan sintesis
a. Analisis
b. Sintesis
Historiografi adalah proses penulisan laporan hasil penelitian sejarha. Menurut Louis
Gottschalk, historiografi adalah rekonstruksi yang imajinatif berdasarkan data yang diperoleh
dari sumber-sumber sejarah. Dalam menuliskan hasil penelitian, sejarawan harus sadar bahwa
tulisan itu bukan hanya sekadar untuk kepentingan dirinya. Hasil penelitiannya juga akan
dibaca oleh orang lain. Oleh karena itu, sejarawan harus juga akan dibaca oleh orang lain.
Oleh karena itu, sejarawan harus memeprhatikan kaidah-kaidah dalam ilmus ejarah, seperti
ktonologi, akurasi, dan objektivitas dalam menulis kisah sejarah. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam historiografi adalah keterampilan menulis melalui penggunaan kata-kata
dan bahasa yang mudah dipahami, menarik, dan ilmiah. Menulis karya sejarah merupakan
suatu perpaduan antara kerja seni (art) dan kemampuan berpikir kritis serta analitis (science)
Penyajian penelitian sejarah dalam bentuk tulisan mempunyai tiga bagian, yaitu pengantar,
hasil penelitian, dan simpulan.
a. Pengantar
Pengantar sering disebut dengan istilah pendahuluan. Pengantar berisi tentang latar belakang,
permasalahan (pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian), tujuan
penulisan, tinjauan pustaka dan komentar kita tentang tulisan orang lain yang karyanya kita
jadikan acuan, teori dan konsep yang dipakai, serta sistematika penulisan.
b. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan wujud pengungkapan hasil penelitian sejarah dalam bentuk
tulisan. Bagian ini menunjukkan kebolehan dan kepiawaian seorang sejarawan dalam
menyajikan hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan. Tanggungjawab atau tidaknya seorang
sejarawan terletak apda sikap dia untuk mempertanggungjawabkan catatan dan lampiran yang
dipakai. Setiap fakta yang ditulis harus didukung oleh data.
c. Simpulan