Anda di halaman 1dari 13

X

Kurikulum KTSP

s
Kela
sejarah
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENELITIAN SEJARAH

SEMESTER: 1, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK – KURIKULUM: KTSP

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut ini.
1. Mampu mendeskripsikan langkah-langkah pemilihan topik.
2. Mampu mendeskripsikan langkah-langkah heuristik dan verifikasi.
3. Mampu mendeskripsikan langkah-langkah interpretasi dan historiografi.
4. Mampu memahami sumber sejarah, bukti, dan fakta sejarah.
5. Mampu memahami jenis sejarah ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan.
6. Mampu memahami penelitian sejarah lisan.

A. Pemilihan Topik Penelitian


Penelitian sejarah merupakan analisis sumber-sumber terkait dengan peristiwa yang
terjadi pada masa lampau sesuai dengan sistematika keilmuan dalam metodologi
sejarah.
Tujuan penelitian sejarah adalah untuk memahami peristiwa yang terjadi pada masa
lampau yang dapat digunakan sebagai refleksi dari masa kini atas peristiwa-peristiwa
pada masa lampau.
Dalam sebuah penelitian sejarah, setidaknya ada lima langkah umum yang perlu
dijalankan oleh seorang peneliti. Langkah-langkah tersebut adalah pemilihan topik
penelitian, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.
primer

sumber tertulis
Tahap heuristik
(mengumpulkan sumber) sekunder
sumber lisan

autentitas
ekstern
orisinalitas
Verifikasi
integritas
(kritik atau penelitian kembali)
intern

sumber resmi
sumber tidak resmi
objektif

Interpretasi kredibilitas
(penafsiran terhadap suatu deskriptif
peristiwa)

selektif

Historiografi
(penulisan sejarah)

Gambar 2.1. Langkah-langkah dalam penelitian sejarah.

Gray dalam buku Metodologi Sejarah karya Helius Sjamsudin menjelaskan bahwa
terdapat empat kriteria dalam memilih topik sebuah penelitian sejarah. Kriteria tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Nilai (Value)
Dalam memilih topik, pastikan kajian yang akan diangkat memiliki nilai atau sesuatu
yang sangat berarti bagi masyarakat umum. Dalam kata lain, pemilihan topik haruslah
mengungkap suatu peristiwa sejarah yang bersifat unik, kekal, dan abadi.

2
2. Keaslian (Originality)
Sejarah adalah suatu kajian keilmuan yang membuktikan peristiwa yang terjadi
pada masa lampau. Dalam pemilihan topik, kajian atau subjek yang belum diteliti
biasanya harus didahulukan. Jika suatu subjek sudah diteliti atau dikaji dalam
penelitian sebelumnya, ada dua hal yang perlu diperhatikan peneliti dalam mengkaji
hal tersebut, yaitu:
a. peneliti harus memastikan adanya fakta-fakta baru (bukti empiris) yang dinilai
sangat substansial dan signifikan terhadap pembuktian dalam peristiwa sejarah
tersebut;
b. adanya interpretasi baru dari fakta-fakta yang akurat dan dapat dibuktikan.

3. Kepraktisan (Practicality)
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penelitian sejarah,
yaitu:
a. apakah penelitian tersebut menunjang adanya sumber-sumber yang diperoleh
tanpa adanya kesulitan yang sifatnya tidak rasional;
b. latar belakang pendidikan peneliti yang menjadi dasar kemampuannya dalam
mengolah sumber-sumber yang ditemukan;
c. ruang lingkup penelitian yang dimaksudkan dari tujuan melakukan penelitian
sejarah tersebut.

4. Kesatuan (Unity)
Memilih topik dengan memerhatikan subjek yang dipilih. Subjek yang dipilih harus
memiliki elemen-elemen yang memiliki satu kesatuan ide.

B. Langkah-Langkah Heuristik dan Verifikasi


1. Heuristik
Istilah heuristik memiliki arti menemukan yang merupakan adaptasi dari bahasa Yunani,
yaitu heuriskein. Dalam tahapan langkah-langkah penelitian sejarah, heuristik memiliki arti
penting sebagai tahapan dalam pengumpulan fakta-fakta baru melalui sumber-sumber
yang terkait dengan subjek yang diteliti.

2. Verifikasi
Verifikasi merupakan tahapan dalam penelitian sejarah yang bertujuan untuk menyeleksi
tiap-tiap sumber yang telah ditemukan. Hal ini agar memastikan setiap sumber yang

3
ditemukan dapat valid sesuai dengan subjek yang sedang dikaji. Selain itu, agar setiap
hasil karya sejarah menjadi sebuah karya yang melalui proses kajian ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan dan bukan merupakan hasil manipulasi atau fantasi dari peneliti
itu sendiri. Verifikasi sumber seringkali pula disebut dengan kritik sumber. Adapun kritik
sumber memiliki dua jenis, yaitu kritik internal dan kritik eksternal.
a. Kritik eksternal
Kritik eksternal merupakan pengujian sumber yang bertujuan untuk menguji
keaslian sumber dilihat dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
sumber tersebut. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang harus diungkap peneliti
dalam kritik eksternal.
1.) Terkait autentisitas sumber, apakah sumber yang ditemukan adalah sumber
yang sesuai?
2.) Terkait keaslian sumber, apakah sumber yang ditemukan asli atau turunan?
3.) Terkait dengan integrasi sumber, apakah sumber yang ditemukan masih utuh
atau sudah mengalami perubahan?

Pengujian kebenaran atau keaslian sumber pada tahapan kritik eksternal dapat
dilakukan melalui beberapa cara berikut.
1.) Keaslian sumber dapat ditentukan keasliannya melalui pengujian berdasarkan
bentuk sumber tersebut (dokumen, prasasti, dll) hingga tulisan yang digunakan
pada sumber tersebut, apakah sesuai dengan zamannya atau tidak.
2.) Keaslian sumber dapat diuji melalui kajian kimiawi untuk menentukan usia
sumber yang ditemukan. Ini memastikan agar sumber tersebut sesuai dengan
zamannya.
3.) Keaslian sumber dapat diuji melalui tempat penemuan sumber ditemukan
(biasanya melalui lapisan tanah benda ditemukan) untuk menentukan apakah
sumber tersebut sesuai atau tidak dengan zamannya.

b. Kritik internal
Kritik internal merupakan pengujian sumber yang bertujuan untuk menguji keaslian
sumber dilihat dari isi sumber. Jika sumber yang ditemukan adalah berupa dokumen,
peneliti harus menguji isi dokumen tersebut. Jika berupa saksi sejarah, peneliti harus
menguji dengan melakukan perbandingan keterangan yang didapat dengan saksi-
saksi lainnya sehingga muncul keterangan yang dianggap paling kredibel.
Dalam pengujian saksi sejarah, ada dua hal penting yang harus diperhatikan
peneliti, yaitu pertama terkait dengan apakah kesaksian yang didapat merupakan

4
arti yang sebenarnya. Misalkan penemuan dokumen, apakah isi dokumen tersebut
tulisannya merupakan makna yang sebenarnya atau memiliki makna lain. Artinya
apakah tulisan tersebut memiliki arti yang sama dengan huruf yang tertulis pada
dokumen tersebut ataukah tulisan pada dokumen tersebut memiliki makna lain yang
harus diungkapkan oleh peneliti sehingga diketahui isi dan arti yang sebenarnya.
Hal penting yang kedua adalah kredibilitas. Peneliti harus dapat memastikan
apakah kesaksian yang didapat bisa dipercaya untuk membantu mengungkapkan
subjek yang sedang diteliti. Pengujian terhadap kesaksian sumber sejarah dapat
dilakukan melalui perbandingan dengan saksi-saksi lainnya. Melalui cara ini akan
didapat beberapa kemungkinan, yakni kesaksian dapat berbeda dengan sumber,
terdapat sumber-sumber lain yang lebih cocok dengan sumber yang dibandingkan,
atau justru kesaksian yang didapat nihil.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan peneliti dalam perbandingan sumber
adalah sebagai berikut.
1.) Penentuan sifat sumber. Apakah sumber tersebut bersifat formal (resmi) atau
nonformal (tidak resmi). Sumber yang bersifat formal atau resmi biasanya dinilai
sebagai sumber yang eksklusif dan berharga karena sumber formal biasanya
hanya untuk kalangan tertentu. Isi sumber tersebut cenderung sesuai dengan
kejadian (apa adanya) dan objektif.
2.) Latar belakang penulis atau pengarang sumber.
3.) Independent Witness. Membandingkan kesaksian dengan menyejajarkan
kesaksian lainnya yang tidak memiliki hubungan satu sama lain agar didapat
fakta yang objektif.

Terdapat empat kategori dalam pengujian sumber sejarah atau kritik sumber
eksternal maupun kritik internal sebagai berikut.
1.) Pengujian fisik sumber
Pengujian fisik sumber berkaitan dengan keaslian sumber berupa dokumen.
Tujuan pengujian fisik sumber adalah agar sumber tersebut dapat dibuktikan
kredibilitasnya. Dalam tahapan pengujian fisik ini seringkali dokumen tidak
dapat dijadikan sumber karena tidak sesuai dengan subjek yang diteliti. Misalkan
ketidaksesuaian pada dokumen yang ditemukan. Ketidaksesuaian terjadi pada
kertas yang digunakan dokumen tersebut dengan periode yang disebutkan
pada dokumen tersebut. Pengujian kertas biasanya melalui uji kimia agar
terlihat pembuktian penggunaan kertas yang sesuai dengan apa yang tertulis
pada dokumen. Contoh, pada dokumen yang ditemukan berdasarkan hasil uji
kimia ternyata menggunakan kertas kuarto dan tinta dari abad ke XX. Hal itu

5
ternyata tidak sesuai dengan isi penulisan pada dokumen yang menjelaskan
tentang VOC. Seharusnya fisik dokumen tersebut menggunakan kertas lebar
dan tinta yang umum digunakan pada abad ke-17 atau 18, sesuai dengan
periode VOC.
2.) Asal usul sumber
Sumber yang didapatkan haruslah jelas asal muasalnya. Jika tidak jelas, dapat
diragukan keasliannya.
3.) Tulisan tangan
Suatu dokumen dapat dilihat keasliannya melalui tulisan tangan yang tertera
pada dokumen tersebut.
4.) Isi sumber
Penelaahan terhadap isi sumber berkaitan dengan bagaimana isi dari dokumen
tersebut. Dapat dilihat dari siapa penulisnya dengan mengaitkan cara
penulisan penulis tersebut dengan tulisan yang ada pada dokumen tersebut.
Perbandingan tersebut dapat membuktikan keaslian dokumen karena setiap
penulis memiliki gaya bahasa dan pandangannya tersendiri.

Demikianlah ujian untuk otentisitas sumber yang merupakan keharusan sehingga


sebuah dokumen palsu hampir tidak dapat lolos dari ini tanpa menimbulkan kecurigaan.
Bagaimanapun pandainya pemalsuan, adalah sulit untuknya melepaskan diri dari deteksi
ini. Ujian secara terus-menerus oleh pengkritik-pengkritik adalah jaminan bahwa sumber-
sumber sejarah palsu tidak akan mendapatkan jalan masuk ke dalam perpustakaan dan
arsip negara kita (Lucey, 1984:62).

C. Langkah-Langkah Interpretasi dan Historiografi


1. Interpretasi
Tahapan interpretasi dalam penelitian sejarah merupakan tahapan penting setelah
peneliti memiliki sumber-sumber yang valid terhadap subjek yang sedang diteliti untuk
kemudian dijadikan suatu hipotesis (kesimpulan). Interpretasi sering pula disebut sebagai
penafsiran fakta sejarah. Penafsiran tersebut didapat dari analisis data-data, fakta-fakta,
dan sumber-sumber yang telah ditemukan sejarawan atau peneliti.
Proses interpretasi harus bersifat deskriptif dan selektif. Deskriptif pada proses
interpretasi berkaitan dengan teori yang digunakan dalam melakukan analisis sehingga
bersifat ilmiah dan menjauhkan dari subjektivitas. Selektif dalam proses interpretasi
dibutuhkan karena tidak semua data, fakta, dan sumber yang ditemukan dapat relevan
dan mendukung kebenaran dari subjek yang diteliti. Terdapat dua jenis interpretasi dalam
sejarah sebagai berikut.

6
a. Interpretasi analisis
Proses interpretasi analisis berkaitan dengan upaya menjelaskan sumber-sumber
yang ditemukan untuk menjadi sebuah fakta sejarah. Sumber sejarah yang perlu
dilakukan analisis biasanya berupa data yang tidak secara jelas menguraikan peristiwa
sejarah tersebut. Ketajaman pemikiran peneliti dibutuhkan untuk mendeskripsikan
sumber tersebut sehingga didapatkan kesimpulan yang akurat. Misalnya, sumber
foto yang harus dijelaskan makna di dalam poto tersebut sehingga mendukung
kebenaran peristiwa sejarah.

b. Interpretasi sintesis
Interpretasi sintesis adalah proses untuk menyatukan analisis-analisis dari
sumber sejarah yang ditemukan. Sehingga didapat penulisan karya sejarah yang
diharapkan.

2. Historiografi
Historiografi merupakan langkah akhir dalam tahapan penelitian sejarah yang berupa
proses penulisan hasil penelitian sejarah. Langkah historiografi sering pula disebut sebagai
langkah penulisan sejarah. Paul Veyne dalam buku Metodologi Sejarah karya Helius
Sjamsudin menjelaskan bahwa menulis sejarah merupakan suatu kegiatan intelektual
dan ini suatu cara yang utama untuk memahami sejarah. Dalam tahapan ini, peneliti tidak
hanya menuliskan laporan dari data-data yang ditemukan tetapi bekerja keras dengan
segala pemikirannya, tidak hanya keterampilan menulis dengan memerhatikan teknik
penulisan. Akan tetapi, langkah historiografi ini merupakan buah pemikiran kritis peneliti
dari analisis sumber sehingga menghasilkan sintesis dalam suatu penulisan yang utuh.

SUPER "Solusi Quipper"


Untuk mengingat metode penelitian sejarah, ingatlah SUPER berikut.
Hesti dan Veri ber Prestasi dalam Histori
Hesti = heuristik
Veri = verifikasi
Prestasi = interprestasi
Histori = historiografi

7
D. Sumber Sejarah dan Fakta Sejarah
Klasifikasi sumber sejarah menurut Helius Sjamsudin sebagai berikut.

Sumber Sejarah

Peninggalan- Catatan-catatan
peninggalan Tertulis Lisan Karya Seni
- Peninggalan- - Kronik, - Balada - Potret,
peninggalan annal, anekdot, lukisan-
manusia seperti biografi, dan cerita dan lukisan
surat, sastra, geneologi. saga. sejarah,
dokumen - Memoir - Fonograf patung,
umum, catatan dan catatan dan tape mata uang,
bisnis, dan harian. recording. dan medali.
sejumlah - Sejumlah - Sejumlah
inskripsi inskripsi film tertentu,
tertentu. tertentu. kineskop,
- Bahasa, adat dan lain-lain.
istiadat, dan
lembaga-
lembaga
- Alat-alat dan
artefak-artefak
lainnya.

Tabel 2.1. Klasifikasi sumber sejarah.

Dalam merekonstruksi peristiwa sejarah, peneliti membutuhkan sumber dan fakta


sejarah.

1. Sumber Sejarah
Sumber sejarah merupakan suatu data yang dapat dijadikan sebagai informasi untuk
menyampaikan kenyataan peristiwa pada masa lampau. Sumber sejarah adalah alat yang
digunakan sejarawan atau peneliti untuk mencapai kebenaran dari suatu peristiwa masa
lampau yang sedang diteliti. Meskipun sumber sejarah dapat membantu sejarawan dalam
mengungkap peristiwa sejarah bukan berarti sumber sejarah dikatakan sebagai sejarah.
Sumber sejarah hanya bagian dari pembuktian peneliti atau sejarawan terkait bukti
dan fakta tentang adanya kenyataan sejarah. Berdasarkan sifatnya,terdapat dua bentuk
sumber, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Namun, berdasarkan bentuknya,
terdapat tiga jenis, yaitu sumber lisan, sumber tertulis, dan sumber benda.

8
a. Sumber sejarah berdasarkan sifatnya
1.) Sumber Primer
Sumber primer dikatakan pula sebagai
sumber utama yang merupakan sumber yang
berhubungan langsung dengan peristiwa
sejarah yang diteliti berupa saksi atau
seseorang yang terlibat langsung dengan
peristiwa tersebut. Selain itu, dapat pula
berupa catatan-catatan yang ditinggalkan
berupa dokumen atau data berbentuk tulisan
yang baik isi dari tulisan maupun bahan yang Gambar 2.1 Sumber primer berupa
benda peninggalan manusia pada
digunakan untuk menulis tersebut adalah zamannya
bahan yang sesuai dengan yang digunakan Sumber: dokumen pribadi
pada zaman tersebut.
Sumber primer dapat kita temukan berupa arsip (sumber tertulis), naskah
perjanjian, dokumen-dokumen, bangunan sejarah yang ditinggalkan (benda-
benda arkeologi), bahkan kesaksian dari pelaku sejarah atau orang yang
menyaksikan peristiwa sejarah tersebut.
2.) Sumber sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber pendamping atau tambahan dari
sumber utama yang ditemukan. Sumber sekunder dapat berupa kesaksian
dari orang yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa masa lampau tersebut.
Selain itu, sumber sekunder dapat berupa historiografi yang ditulis peneliti
lain. Dengan kata lain, sumber tertulis pada sumber sekunder adalah tulisan
yang baik bentuk dan bahannya tidak sezaman dengan peristiwa yang sedang
diceritakan.
3.) Sumber sejarah berdasarkan bentuknya
• Sumber tertulis
Sumber tertulis merupakan sumber
sejarah yang didapatkan melalui benda-
benda tertulis atau catatan-catatan
tertulis suatu peristiwa yang terjadi pada
masa lampau. Contohnya dapat berupa Gambar 2.2 Teks Proklamasi yang
prasasti, naskah, dokumen, babad, tambo diketik oleh Sayuti Melik sebagai
sumber tertulis
maupun surat kabar. Sumber tertulis
dikategorikan sebagai sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
tertulis biasanya memberikan informasi penting yang berhubungan
dengan subjek yang sedang diteliti berupa gambaran aspek-aspek

9
subjek tertentu. Contohnya bidang sosial, budaya, kondisi politik, dan
lainnya. Sumber tertulis dapat berupa tulisan tangan atau sering disebut
manuskrip maupun tulisan cetak.
• Sumber lisan
Sumber lisan berhubungan dengan metode pengumpulan data yang
biasanya dilakukan melalui sejarah lisan (oral history). Sejarah lisan
berkaitan langsung dengan pelaku sejarah yang biasanya menceritakan
kembali apa yang terjadi pada peristiwa yang disaksikannya. Metode
wawancara merupakan cara yang biasanya dilakukan dalam mendapatkan
informasi dari sumber lisan. Wawancara dengan sumber lisan harus
dilakukan dengan berbagai persiapan sebelumnya termasuk pertanyaan-
pertanyaan apa saja yang akan disampaikan kepada sumber lisan.
Sumber lisan dapat dijadikan sebagai sumber pelengkap di samping
sumber tertulis yang belum lengkap. Namun, sumber lisan memiliki
beberapa kekurangan, yaitu selain dari adanya subjektivitas dari pelaku
sejarah tersebut juga sumber sejarah lisan memiliki batasan dibandingkan
sumber tertulis karena berhubungan langsung dengan manusia, yaitu
usia. Bisa saja pelaku sejarah yang dicari sudah meninggal. Selain itu, juga
karena faktor usia, ketika mewawancarai narasumber atau pelaku sejarah
dapat mengalami kekurangan daya ingat atau dengan kata lain sumber
sejarah lisan dibatasi oleh waktu.
Semakin jauh jarak antara peristiwa yang terjadi dengan waktu
penelitian maka semakin besar kemungkinan membuat pelaku sejarah
yang menjadi sumber penelitian dapat mengalami kemunduran memori.
Dengan demikian, data yang didapat kurang maksimal bahkan bisa saja
kurang atau tidak akurat.
• Sumber benda
Sumber benda merupakan sumber yang didapat
melalui hasil peninggalan-peninggalan yang
berbentuk benda pada masa lampau atau disebut
juga dengan sumber korporal. Contohnya kapak
peninggalan masa praaksara, perhiasan, patung,
dan candi. Sumber benda dapat juga berupa
sumber rekaman yang biasanya berupa kaset
audio video yang merekam berbagai peristiwa Gambar 2.3 Patung salah
satu sumber sejarah berupa
sejarah. Misalnya Proklamasi Kemerdekaan benda
Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sumber: dokumen pribadi

10
2. Fakta Sejarah
Fakta sejarah merupakan perwujudan hipotesis peneliti berdasarkan proses interpretasi
dari sumber sejarah yang ditemukan. Dengan kata lain, fakta sejarah adalah data-data
atau sumber-sumber yang telah melalui tahapan pengujian sumber (kritik sumber).
Karena fakta sejarah merupakan hasil dari interpretasi peneliti, tingkat subjektivitasnya
tinggi. Terdapat tiga jenis fakta sejarah sebagai berikut.
a. Fakta mental
Fakta mental merupakan fakta yang lahir berdasarkan kepercayaan yang dianut
dan diyakini oleh masyarakat tertentu. Misalnya kepercayaan terhadap keberadaan
Nyi Roro kidul yang menjadi salah satu penggerak sejarah di masyarakat tersebut.
Fakta mental berupa hal yang bersifat abstrak yang meliputi ide, gagasan, ideologi,
konsep, inspirasi, dan agama.
b. Fakta sosial
Fakta sosial biasanya berupa lembaga sosial, pranata sosial, dan kelas sosial. Fakta
sosial dapat dikatakan sebagai fakta yang lahir dan berkembang pada kehidupan
masyarakat pada periode tertentu.
c. Fakta benda
Fakta benda disebut pula dengan artefak atau bukti-bukti sejarah yang berupa benda
nyata/konkret. Fakta benda sejarah biasanya dapat ditemukan melalui penggalian
arkeologi seperti prasasti, tugu, ataupun nekara.

Fakta sejarah berdasarkan sifat informasi yang diperoleh terdapat dua macam, yaitu
fakta keras dan fakta lunak. Fakta keras adalah fakta sejarah yang mengacu pada sumber-
sumber yang kuat yang menjadi bukti sejarah. Misalnya, peristiwa Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928. Fakta lunak merupakan fakta sejarah yang masih memerlukan penyelidikan
kembali untuk memastikan kebenaran dari fakta tersebut karena dinilai masih lemah.
Contohnya surat perintah Sebelas Maret atau yang lebih dikenal dengan supersemar.

E. Jenis Sejarah Ekonomi, Politik, Sosial, dan Kebudayaan


Penulisan sejarah tidak lepas dari perkembangan manusia itu sendiri. Oleh karena itu,
penulisan sejarah erat kaitannya dengan perubahan yang terjadi pada manusia dari
berbagai bidang.
1. Sejarah ekonomi
Penulisan sejarah ekonomi berhubungan erat dengan cara manusia memenuhi
kebutuhan hidupnya, dari mulai berburu, meramu, bercocok tanam hingga sistem
ekonomi masa kini.

11
2. Sejarah politik
Penulisan sejarah yang berkaitan dengan perkembangan manusia dalam tatanan
pemerintahan dari zaman kuno hingga saat ini.
3. Sejarah sosial
Penulisan sejarah yang berkaitan dengan proses bermasyarakat berupa proses sosial,
masalah-masalah sosial, dan struktur kemasyarakatan.
4. Sejarah kebudayaan
Penulisan sejarah yang berkaitan dengan unsur-unsur budaya.

F. Penelitian Sejarah Lisan


Penulisan sejarah erat kaitannya dengan penguasa pada zamannya. Begitu pula penulisan
sejarah yang tertera pada dokumen-dokumen biasanya menjelaskan mengenai berupa
kesaksian maupun catatan-catatan penting saja yang sangat dipengaruhi oleh kepentingan
penulis. Oleh karena itu, peran sejarah lisan dapat digunakan sebagai sumber sejarah
yang tidak bisa didapatkan dari peninggalan tertulis maupun benda.
Penelitian sejarah lisan didapatkan melalui metode wawancara terhadap saksi-saksi
pada peristiwa sejarah. Selain wawancara, sejarah lisan dapat ditemukan pada sebuah
transkrip atau rekaman tape recorder. Dengan kata lain, sejarah lisan dapat disamakan
dengan sumber sejarah lisan berupa dokumenter. Meskipun sejarah lisan dapat
mengungkapkan peristiwa sejarah yang tidak bisa diungkapkan oleh dokumen tertulis,
bukan berarti peneliti menerima keterangan yang didapat dari wawancara tersebut, tetapi
harus menerima dengan kritis. Artinya, informasi apapun yang didapat melalui sejarah
lisan harus melalui proses kritik.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti ketika melakukan proses
penelitian melalui sejarah lisan sebagai berikut.
1. Peneliti harus memerhatikan latar belakang narasumber dengan menilai tingkat
realibitas narasumber. Artinya sejauh mana narasumber tersebut dapat dipercaya.
Selain itu, peneliti harus melihat latar belakang tempat narasumber berkembang
karena perubahan sosiokultural dapat mempengaruhi informasi yang didapat.
2. Sejarah lisan tidak lepas dari subjektivitas narasumber. Oleh sebab itu, peneliti harus
memerhatikan kepentingan saksi/narasumber terhadap peristiwa sejarah yang
diceritakan.
3. Peneliti harus memerhatikan masalah yang seringkali timbul pada sejarah lisan, yaitu
permasalahan ketidaksesuaian dengan waktu.

12
Adapun metode atau teknik wawancara yang dapat dilakukan peneliti untuk
melakukan penulisan sejarah lisan adalah sebagai berikut.
1. Wawancara terstruktur, yaitu pola atau metode wawancara yang sudah disiapkan
oleh peneliti dari mulai pertanyaan hingga jawaban sehingga narasumber hanya
memilih dari jawaban yang ditawarkan oleh peneliti.
2. Wawancara terbuka, yaitu wawancara yang dilakukan dengan memberikan
kebebasan kepada narasumber untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti.
3. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan spontan yang
biasanya berupa pertanyaan tambahan. Dalam wawancara tidak berstruktur peneliti
tidak menyiapkan pertanyaan terlebih dahulu, tetapi muncul ketika dalam masa
wawancara dengan narasumber.

Sejarah lisan berguna bagi penelitian sejarah terutama untuk mengembangkan


penulisan sejarah. Kegunaan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sejarah lisan biasanya bersifat kontemporer dalam arti informasi yang didapat
langsung dari pelaku-pelaku sejarah tidak terbatas sehingga memungkinkan untuk
mengungkapkan peristiwa sejarah yang sebenarnya secara lengkap.
2. Sejarah lisan berguna bagi penelitian sejarah dengan informasi yang tidak didapat
dari sebuah dokumen atau sumber tertulis.
3. Tidak ada batasan dalam sejarah lisan seperti yang terjadi pada sumber tertulis.
4. Sejarah lisan lebih humanis karena mengungkapkan peristiwa sejarah yang dekat
dengan kehidupan para pelaku sejarah.

13

Anda mungkin juga menyukai